meningkatkan kapasitas masyarakat -...

49
Meningkatkan Kapasitas Masyarakat MODUL KHUSUS FASILITATOR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Pelatihan Utama F37 PNPM Mandiri Perkotaan

Upload: trankhanh

Post on 02-May-2018

229 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

MeningkatkanKapasitas Masyarakat

MODUL KHUSUS FASILITATOR

DEPARTEMEN

PEKERJAAN

UMUMDirektorat Jenderal Cipta Karya

Pelatihan UtamaF37

PNPM Mandiri Perkotaan

Page 2: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Modul 1 PNPM MP sebagai Proses Pembelajaran Masyarakat 1

Kegiatan 1 Strategi peningkatan Kapasitas 2

Kegiatan 2 Diskusi Metode Peningkatan Kapasitas 2

Modul 2 Tahapan Pembelajaran Masyarakat 26

Kegiatan 1 Tahapan Pembelajaran Masyarakat 27

Kegiatan 2 Peran Fasilitator dan Para pihak 27

Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32

Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan Pengetahuan BKM/UP/Relawan 33

Kegiatan 2 Prioritas Materi Belajar 35

Modul 4 Perencanaan Proses Belajar 38

Kegiatan 1 Menyusun Rencana Belajar BKM/UP/Relawan 39

Modul 5 Evaluasi Proses dan Hasil Belajar 42

Kegiatan 1 Menilai Proses Belajar 43

Page 3: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Modul 1 Topik: PNPMMP Sebagai Proses Pembelajaran Masyarakat

• Peserta memahami konsep PNPMMP sebagai proses pembelajaran masyarakat

• Peserta menyadari pentingnya pemahaman konsep-konsep program

Kegiatan 1: Strategi Peningkatan Kapasitas

Kegiatan 2: Diskusi metode peningkatan kapasitas

2 Jpl ( 90 ’)

Media Bantu – Skema gambaran umum strategi pengembangan kapasitas PNPMMP

Media bantu - Power point slide: Pedoman umum PNPM Perkotaan

Bahan Bacaan –Gambaran umum Strategi Pengembangan Kapasitas PNPMMP

Bahan Bacaan - Pedoman umum PNPMMP (Membudayakan Pembelajaran Terorganisasi)

• Kertas Plano, Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan, Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

1

Page 4: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Strategi Peningkatan Kapasitas 1) Berikan pengantar kepada peserta, bahwa pada sesi ini akan disampaikan konsep

pengembangan kapasitas PNPMMP. Jelaskan pula, bahwa secara keseluruhan, program ini memang merupakan program pengembangan kapasitas.

2) Tampilkan media bantu skema gambaran umum strategi pengembangan kapasitas (salin ke

dalam kertas plano ukuran besar), kemudian jelaskan menggunakan bahan bacaan 1. 3) Tambahkan penjelasan dengan menggunakan power point slide tentang konsep

pengembangan kapasitas PNPMMP dan jelaskan kepada peserta. 4) Jelaskan kepada peserta untuk peningkatan kapasitas pada intervensi tahap 3, pihak PNPM MP

mengharapkan masyarakat bisa mengembangkan kebutuhan proses belajar secara mandiri dengan didampingi oleh fasilitator. Artinya menu – menu peningkatan kapasitas ditentukan oleh masyarakat sendiri.

Diskusi Metode Peningkatan Kapasitas 1) Sampaikan pada peserta, bahwa ada beberapa cara untuk meningkatkan kapasitas BKM/LKM,

UP dan relawan agar mereka mampu meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan monev penanggulangan kemiskinan.

2) Ajak peserta untuk mendiskusikan metode yang bisa dipakai untuk meningkatkan kapasitas

BKM/LKM, UP dan relawan. Mintalah masing – masing peserta untuk menuliskan metode – metode tersebut dalam kartu metaplan. Satu kartu untuk satu metode.

3) Setelah selesai mintalah peserta untuk mengelompokkan kartu – kartu dengan isu/metode

yang sama. Kemudian bahas bersama Peningkatan kapsitas bisa dilakukan melalui : pelatihan, studi banding, bimbingan rutin, On The Job Training, mengikuti seminar, lokakarya dan sebagainya.

2

Page 5: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Skema Strategi pengembangan Kapasitas PNPMMP

KBP

PNPMMP

Konsultan

Warga Masyarakat

Komunitas lain

Pemda

Produk pengetahuan baru

KBK

Aktivitas siklus kota/ kelurahan

KBIK

KBN

PERUBAHAN SOSIAL

3

Page 6: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Powerpoint Slide Strategi Pengembangan Kapasitas PNPMMP

Capacity Building

Rancangan PedomanPengembangan Kapasitas

PNPM Mandiri Perkotaan 2008

Latar Belakang• Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu.

Masyarakat Tidak Berdaya

(Miskin)

Masyarakat Berdaya

Masyarakat Mandiri

Masyarakat Madani

NonPro - Poor

Pro-Poor Policy

Pro- Poor Program &Bugeting

GoodGovernance

Slide 1 Slide 2

Latar Belakang• Sebagai program yang mendorong proses kemandirian masyarakat

PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan “gagasan awal”pembangunan agar pada saatnya masyarakat bisa mengembangkangagasan – gagasan baru yang mereka kembangkan sendirisehingga terjadi perubahan sosial seperti yang diharapkan

• Gagasan awal yang dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaandiharapkan dapat diterima dan dijalankan oleh kelompok sasaranbaik pada komunitas kelurahan maupun pemerintah kota/kabupaten.

• Pengenalan “gagasan awal” dikembangkan melalui prosespembelajaran dalam siklus – siklus kegiatan penanggulangankemiskinan baik siklus di tingkat kelurahan maupun siklus tingkatkota/kabupaten.

• Diharapkan dari proses belajar awal tersebut bisa muncul gagasan –gagasan (produk pengetahuan) baru yang lebih tepatguna bagipenanggulangan kemiskinan di kelompok sasaran.

• Produk – produk pengetahuan baru akhirnya harus menjadi bagiandari materi pembelajaran bagi para stakeholder nangkis di tingkatkelurahan, kota/kabupaten maupun pusat.

• Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program.

• PNPM Mandiri Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1) kebijakan yang mendukung pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar.

Slide 3 Slide 4

4

Page 7: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

• Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana –– PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan rancangan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai kegiatan siklus di tingkat masyarakat/kota dengan pengembangan komunitas-komunitas belajar sebagai wahana komunikasi horisontal pada tiap tingkatan .

Berbagi Aksesinformasi

BerbagiPengetahuan dan

pengalaman

KOMUNITAS BELAJAR

PemetaanSwadaya

2PJM

Pronangkis

4

MembangunBKM

3

BLM

KSM

Review: PJM, Kelembagaan,

Keuangan

6

Pelaksanaandan

Pemantauan

51

Identif

ikasi

Masalah

Taha

p Pelak

sanaa

n

Tahap Evaluasi

Tahap PerencanaanKSM

Berbagi Nilai –nilai

KOMUNITAS BELAJAR

Ruang pembelajaran yang terorganisasi bagi siapa saja (anggotamasyarakat, LSM, aparatpemerintahan, perguruan tinggi, pengusaha, dll) yang bersama-samaberkomitmen untuk menanggulangikemiskinan di daerahnya (relawan –relawan peduli kemiskinan)

Slide 5 Slide 6

Tim CB Jakarta

Komunitas BelajarKonsultan Nasional

Komunitas BelajarKonsultan Propinsi

CB Specialist &

Trainer

Korkot & atauAskorkot

Komunitas BelajarKonsultan Kota/Kab

Komunitas BelajarTim Faskel

SF

Faskel

Komunitas BelajarTim Faskel

KomunitasBelajarKelurahan

KomunitasBelajarPerkotaan

KomunitasBelajarNasional

KOMUNITAS BELAJAR Strategi Umum

• Meningkatan pengetahuan, sikap dan kemampuan para pelaku untukmenjalankan program melalui kegiatan pelatihan, coaching dan OJT

• Membangun Komunikasi vertikal dari program kepada berbagai pelaku -Pengenalan gagasan – gagasan awal dikembangkan melalui berbagaiaktivitas komunikasi pada berbagai tingkatan (pusat, daerah dankelurahan/desa)

• Membangun Komunikasi horisontal – proses pembelajaran yang dikembangkan dalam komunitas – komunitas belajar. Pada akhirnya anggotakomunitas belajar mempunyai tanggungjawab untuk mengkomunikasikanberbagai hasil belajarnya kepada pihak – pihak lain.

• Membangun Komunikasi Vertikal dari bawah ke atas – gagasan (produkpengetahuan) baru yang dihasilkan dari aktivitas pembelajaran pada tingkatkelurahan/desa dan kota/kabupaten dikomunikasikan kepada berbagai pihakbaik kepada pemerintah maupun kepada stakeholder lain.

Produk – produk pengetahuan baru yang dikomunikasikan diharapkanbisa menjadi bagian dari : 1) umpan balik kepada program untukmemperbaiki berbagai pendekatan agar lebih tepatguna 2) advokasikebijakan dan anggaran kepada pihak pemerintah dan 3) mendorong‘channeling’ dengan berbagai pihak swasta, LSM dan berbagaikelompok peduli.

Slide 7 Slide 8

5

Page 8: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Gambaran Umum Strategi Pengembangan Kapasitas PNPMMP

Strategi pengembangan kapasitas PNPMMP secara umum dilakukan melalui tiga cara: pelatihan, sosialisasi (Komunikasi dan informasi/kominfo), dan melalui siklus. Pelatihan, coaching, on the job training, dan sosialisasi, banyak berperan dalam pengembangan pengetahuan para pelaku program dan stakeholder lainnya. Selain itu, kecuali sosialisasi, pelatihan juga dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan. Sedangkan siklus program, merupakan cara PNPMMP untuk memberikan pengalaman bagi para pelaksananya. Pengalaman ini yang akan mengubah sikap dan paradigma berpikir para pelaku program.

KBP

PNPM

Konsultan

Warga

Komunitas lain

Pemda

Produk pengetahuan baru

KBK

Aktivitas siklus kota/ kelurahan

KBN

KBIK

PERUBAHAN SOSIAL

6

Page 9: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Dari skema strategi pengembangan kapasitas PNPMMP, terlihat bahwa alur pembelajaran bersifat multiarah, baik vertikal maupun horisontal, sejak dari pimpinan program, konsultan, sampai ke warga masyarakat. Pada tahap awal, pimpinan program menetapkan gagasan awal, yang disalurkan melalui para konsultannya kepada warga masyarakat maupun unsur pemerintah. Diharapkan gagasan awal ini akan terus bergulir sampai tercapainya perubahan sosial. Hal yang penting untuk diperhatikan, adanya alur ’dari bawah ke atas’, yakni dari produk pengetahuan warga maupun pemda, ke konsultan dan program. Ini yang disebut dengan membangun komunikasi vertikal dari bawah ke atas, seperti yang tercantum dalam strategi umum PNPMMP. Harus ada umpan balik dari level masyarakat dan pemda, kepada konsultan dan pimpinan pusat, agar terjadi perbaikan atau peningkatan kapasitas pada semua tingkatan. Produk-produk pengetahuan maupun gagasan baru inipun diharapkan bisa menjadi media komunikasi dan informasi kepada pihak-pihak di luar PNPMMP, agar ’tertular’ paradigma berpikir PNPMMP, dan turut serta dalam mengembangkan sistem yang lebih pro-poor di negara ini. Semua proses strategis ini, dikawal pada titik-titik tertentu dengan membentuk simpul-simpul kolaborasi, yang dalam PNPMMP disebut komunitas-komunitas belajar. Untuk tingkat warga dan pemerintah kelurahan, dibentuk KBK, komunitas belajar kelurahan. Sedangkan di tingkat kota, dibentuk KBK (Komunitas Belajar Perkotaan), dan di tingkat nasional, dibentuk KBN atau komunitas Belajar Nasional. Untuk lebih memperkuat kapasitas internal konsultan, PNPMMP juga mengembangkan Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK).

7

Page 10: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

BELAJAR BERSAMA

MEMBEBASKAN DIRI DARI KEMISKINAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

PENGANTAR

Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu. Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program. PNPM Mandiri Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1) kebijakan yang mendukung pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar; (3) aktivitas yang mendorong pembelajaran. Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana – daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya – PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan rancangan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai aktivitas program melalui pengembangan komunitas-komunitas belajar. Untuk itulah pedoman pengembangan kapasitas ini ada. Sebagai satu pedoman yang bersifat generik, tentulah pedoman ini jauh dari memadai untuk mengadaptasi dinamika perubahan masyarakat dan pemerintahan daerah. Karena itu, kepada para capacity builder, jadikan pedoman ini semata-mata sebagai input untuk menyusun skenario pengembangan kapasitas sesuai ruang hidup dimana anda bekerja. Salam Pemberdayaan.

8

Page 11: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

KONTEKS PNPM MANDIRI PERKOTAAN

Mandiri Perkotaan merupakan salah satu program dibawah ’kebijakan payung’ Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk mencapai MDGs 2015. Sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan

yang bertujuan mengurangi 50% penduduk miskin di tahun 2015, PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa pendekatan yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan adalah perubahan perilaku masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas pemerintah daerah menuju terwujudnya kondisi good governance.

PNPM

Tujuan PNPM Mandiri 1. Mewujudkan masyarakat Berdaya dan Mandiri, yang mampu

mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

2. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kelembagaan masyarakat serta pendekatan kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat

3. Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan sesuai kebijakan PNPM

4. Meningkatkan Capaian manfaat program kepada Kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif, ditandai adanya peningkatan IPM-MDGs

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk menumbuhkan-kembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan kokoh membangun masyarakat mandiri dan sejahtera. Proses ini dibangun bersama-sama masyarakat sejak pengenalan kondisi (masalah dan potensi), perumusan cita-cita bersama, pengidentifikasian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan program hingga pelaksanaan monitoring-evaluasi. Penguatan institusi masyarakat oleh masyarakat sendiri dilakukan dengan mengembangkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Badan inilah, bersama perangkat pemerintahan desa/kelurahan, swasta, organisasi masyarakat sipil dan pelaku lainnya, diharapkan menjadi motor pengembangan masyarakat. Apa yang dilakukan di tingkat kelurahan/desa tersebut tak akan berarti apabila tak seiring sejalan dengan visi pembangunan pemerintahan kota/kabupaten. Karena itu, penguatan peran dan kapasitas pemerintah daerah dan stakeholder kota mutlak diperlukan untuk mengedepankan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat, terutama penanggulangan kemiskinan. Seperti halnya masyarakat kelurahan/desa, penguatan ini dilakukan melalui pelibatan intensif pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Sebagai motor penggerak, program ini berupaya memperkuat peran dan kapasitas Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD). TKPKD inilah yang diharapkan mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan PJM Pronangkis kota/kabupaten berbasis aspirasi dan program masyarakat (PJM Pronangkis Kelurahan). 1. KEMISKINAN DAN KESENJANGAN INFORMASI Kesenjangan informasi diyakini sebagai bagian dari lingkaran kemiskinan. Miskinnya informasi menyebabkan masyarakat kesulitan mengembangkan alternatif kehidupannya. Masyarakat membutuhkan informasi dan pengetahuan yang dapat mereka manfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya dalam berbagai aspek (sosial, budaya, kesehatan, ekonomi, politik atau lingkungan).

9

Page 12: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Sejak reformasi dan otonomi daerah bergulir di Indonesia, informasi mengemuka sebagai suatu isu keberpihakan kepada orang miskin dan hak (politik). Sebagai isu hak, informasi ditempatkan sebagai salah satu indikator untuk menilai apakah suatu pemerintahan berjalan baik, bersih, terbuka (transparan), bertanggung jawab (akuntabel) dan partisipatif (masyarakat dan pemerintah menjalin hubungan komunikasi dialogis). Kesenjangan informasi/pengetahuan harus dihilangkan karena hanya warga yang memiliki informasi/pengetahuan yang dapat berpartisipasi aktif. Apabila warga aktif maka mekanisme pengawasan publik terhadap jalannya pemerintahan akan berfungsi. Apabila pengawasan warga berjalan, maka pemerintahan pun akan segan melakukan penyalahgunaan wewenang. LINGKARAN KETIDAKBERDAYAAN

KesenjanganAkses Informasi

KesenjanganPengetahuan

KesenjanganKesempatan

KesenjKema

anganmpuan

KesenjanganAsset

KesenjanganSpasial

KesenjanganSosial

KesenjanganAkses Informasi

KesenjanganPengetahuan

KesenjanganKesempatan

KesenjKema

anganmpuan

KesenjanganAsset

KesenjanganSpasial

KesenjanganSosial

Sebagai satu upaya mewujudkan masyarakat berdaya dan mandiri, PNPM Mandiri Perkotaan menggunakan komunikasi dan informasi sebagai salah satu media pemberdayaan. Meyakini akses masyarakat terhadap informasi sebagai hak ternyata tidaklah cukup, diperlukan sebuah proses pengembangan komunikasi-informasi secara terencana baik yang sifatnya horizontal (warga ke warga, pemerintah ke pemerintah, swasta ke swasta) maupun vertikal (warga ke pemerintah). Belajar dari kegagalan model komunikasi yang dikembangkan program-program terdahulu, PNPM Mandiri Perkotaan meletakkan keterlibatan aktif para pemangku kepentingan di dalam keseluruhan proses komunikasi pembangunan (komunikasi partisipatoris). Tujuan komunikasi bukanlah menginformasikan atau mempromosikan gagasan pembangunan kepada masyarakat agar pembangunan memperoleh legitimasi. Komunikasi yang hendak dikembangkan adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah, mengidentifikasi penyelesaiannya dan melaksanakannya. Setiap pihak yang terlibat dalam dialog tersebut adalah subyek yang memiliki persepsi, pengetahuan, dan pengalaman. Obyeknya adalah realitas yang akan diperbaiki melalui proses-proses pembangunan. 2. KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENGETAHUAN Wajah lain dari kemiskinan adalah kesenjangan pengetahuan. Kondisi ini seringkali dinyatakan sebagai ketidakmampuan orang miskin untuk mengakses pendidikan. Karena pendidikan diidentikkan dengan ijazah, maka pendidikan rendah berarti berijazah rendah. Logika sebab akibatnya kemudian mudah ditebak. Berijazah rendah hanya dapat bekerja ’rendahan’, dengan upah yang rendah. Karena itu, orang miskin pasti tak akan pernah keluar dari kemiskinannya.

10

Page 13: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Pandangan seperti ini pada dasarnya merupakan tradisi pendidikan liberal, paradigma yang mendominasi konsep pendidikan hingga saat ini. Pendidikan dan pelatihan dalam tradisi ini bersifat fabrikasi dan mekanisasi untuk memproduksi keluaran pendidikan yang harus sesuai dengan ’pasar kerja’. Pendidikan tidak toleran terhadap segala sesuatu yang disebut sebagai ’tidak ilmiah’. Murid dididik untuk tunduk pada struktur yang ada. Masalah pendidikan selalu terletak pada mentalitas anak didik, kreativitas, motivasi, keterampilan teknis, serta kecerdasan anak didik. Dengan tradisi liberal seperti itu, tidak memungkinkan bagi pendidikan untuk menciptakan ruang untuk secara kritis mempertanyakan tentang, pertama struktur ekonomi, politik, ideologi, gender, lingkungan serta hak-hak asasi manusiadan kaitannya dengan posisi pendidika. Kedua, pendidikan untuk menyadari relasi pengetahuan sebagai kekuasaan menjadi bagian dari masalah demokratisasi. Tanpa mempertanyakan hal itu, tidak saja pendidikan gagal untuk menjawab akar permasalahan kemiskinan tetapi justru melanggengkannya karena merupakan bagian pendukung dari kelas penindasan dan dominasi. Karena itu, diperlukan suatu usaha untuk selalu meletakkan pendidikan dalam proses transformasi keseluruhan sistem perubahan sosial. Pendidikan harus ditujukan untuk pemberdayaan dan pembebasan, yang selalu mempertanyakan sistem dan struktur sosial, ekonomi dan politik yang tidak adil (penyebab kemiskinan). Dalam perspektif kritis, proses pendidikan merupakan proses refleksi dan aksi terhadap seluruh tatanan dan relasi sosial dan bagaimana cara kerjanya dalam menyumbangkan ketidakadilan dan kesetaraan sosial. Karena itu, tugas utama pendidikan sesungguhnya adalah pembebasan kaum miskin tertindas. Pembebasan bagi mereka tidak saja terbebas dari kesulitan aspek material saja, tetapi juga adanya ruang kebebasan dari aspek spiritual, ideologi, maupun kultural. Sesungguhnya rakyat memerlukan tidak saja bebas dari kelaparan, tetapi juga bebas untuk mencipta dan mengkonstruksi dan untuk bercita-cita (Paulo freire). 3. PEMBELAJARAN YANG TERORGANISASI Proses pemberdayaan mengandung makna pembelajaran secara berkesinambungan untuk mencapai kemandirian. Pembelajaran mempunyai arti sebagai proses maupun suatu nilai. Secara ideal, setiap orang memiliki komitmen untuk menjadi lebih baik di masa datang daripada saat ini – melalui pembelajaran (Braham B., 1998). Pembelajaran yang berkelanjutan (terus-menerus) merupakan suatu proses sepanjang hidup, yang meliputi semua pelatihan, pengembangan, dan pembelajaran. Sekali seseorang bekerja dalam sebuah lingkungan di mana tiga kegiatan tersebut dijalankan, dan secara aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan itu, maka pembelajaran seumur hidup akan menjadi sebuah kenyataan. Pembelajaran Yang Terorganisasi merupakan kapasitas atau proses dalam suatu organisasi untuk menjaga atau mengembangkan kemampuan berdasarkan pada pengalaman. Pembelajaran merupakan suatu fenomena dalam tingkatan sistem karena ia akan tetap tertinggal dalam suatu organisasi, meskipun para pelakunya berganti. Salah satu asumsinya adalah bahwa organisasi-organisasi belajar sewaktu mereka bekerja. Pembelajaran merupakan tugas yang sama pentingnya dengan bekerja. Pembelajaran yang terorganisasi timbul melalui serangkaian proses penciptaan dan perolehan gagasan-gagasan, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru. Sebagai sebuah produk, pembelajaran yang terorganisasi merupakan hasil dari serangkaian pembelajaran bersama yang terjadi dalam rangka menemukan cara-cara yang baru dan yang lebih baik guna mencapai misi organisasi.

11

Page 14: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Sebuah organisasi pembelajar (learning organisation) merupakan upaya dan tanggung jawab bersama yang berakar pada aksi/tindakan. Hal ini dibangun berdasarkan orang-orang, pengetahuan mereka, ketrampilan dan kemampuan untuk berinovasi. Organisasi pembelajar dicirikan (dapat dilihat) berdasarkan adanya pengembangan yang terus menerus melalui ide-ide, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru, yang dipergunakan untuk secara terus menerus mengantisipasi, berinovasi dan menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mencapai misinya. Sebuah organisasi pembelajar tidak dapat tumbuh tanpa adanya suatu komitmen untuk pembelajaran seumur hidup dari orang-orangnya, sehingga keterkaitan antara pelatihan dan pengembangan serta pembelajaran menjadi berkelanjutan. Sebuah organisasi pembelajar merupakan sebuah organisasi yang secara terus menerus beradaptasi terhadap suatu lingkungan berubah-ubah dan saling terkait. Sebuah organisasi pembelajar dibedakan dari organisasi-organisasi lain (biasa, yang tidak pembelajar) dalam cara-cara berikut: Pembelajaran terintegrasi ke dalam segala sesuatu yang dikerjakan orang; hal ini merupakan

bagian dari sebuah pekerjaan, bukan sesuatu yang ditambahkan pada pekerjaan. Pembelajaran merupakan suatu proses, bukan suatu kejadian. Kerja sama merupakan dasar dari semua hubungan. Setiap individu (dalam organisasi) berkembang dan tumbuh, dan dalam prosesnya terjadi

transfer (peralihan) kepada organisasi tersebut. Organisasi pembelajar merupakan organisasi yang kreatif, individu-individu menyusun ulang

organisasi tersebut. Organisasi tersebut belajar dari diri sendiri; para pelaku mengajari organisasi tersebut

mengenai efisiensi, pengembangan kualitas, inovasi, dsb. Menjadi bagian dari sebuah organisasi pembelajar adalah menyenangkan dan menggairahkan.

Di atas semuanya itu, sebuah persyaratan mendasar yang harus dimiliki adalah bahwa organisasi tersebut terbuka untuk belajar yang ditunjukkan melalui berbagai cara yaitu: bersikap terbuka terhadap evaluasi kritis. mampu untuk mengakui kesalahan-kesalahan, serta memandangnya sebagai kesempatan-

kesempatan untuk belajar. memiliki komitmen pada pengembangan sumber daya manusia di dalam organisasi/masyarakat

dengan meningkatkan kemampuan individu untuk belajar; mengembangkan mekanisme-mekanisme penyebaran pengetahuan dan informasi; memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dan berubah sebagai suatu hasil dari pembelajaran.

daur belajar dari pengalaman

MELAKUKAN

MENGANALISIS MENYIMPULKAN

MENERAPKAN MENGUNGKAPKAN

Agar tetap pada asas-asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, panduan proses belajar harus disusun dan dilaksanakan dalam suatu proses yang dikenal sebagai ”daur belajar (dari) pengalaman yang distrukturkan” (structural experiences learning cycle). Dalam daur belajar ini, setiap orang akan mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas dengan cara terlibat (partisipasi). Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan. Sebagaimana dikatakan Peter Senge dalam The Fifth Discipline, menjadi sebuah organisasi pembelajar bukan berarti menjiplak sebuah ‘model’. Lebih tepat dikatakan bahwa organisasi pembelajar menciptakan lingkungan pembelajaran dalam setiap aktivitas pekerjaan, berdasarkan pada organisasi, kelompok sasarannya, masalah-masalahnya, dan individu-individu pelakunya. Organisasi pembelajar diharapkan memiliki banyak kesamaan ciri, tetapi mungkin yang paling penting adalah suatu

12

Page 15: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

kemauan untuk terus belajar. Ingatlah bahwa tidak peduli berapa banyak yang telah anda pelajari, akan selalu ada lebih banyak hal untuk dipelajari. 4. KOMUNITAS BELAJAR : MEMBANGUN KULTUR PEMBELAJARAN YANG

TERORGANISASI UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN INFORMASI DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MISKIN

Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu.

Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program. PNPM Mandiri Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1) kebijakan yang mendukung pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar; (3) aktivitas yang mendorong pembelajaran. Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana – daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya – PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai aktivitas program melalui pengembangan komunitas-komunitas belajar: Komunitas Belajar Kelurahan/Desa (KBK atau KBD), Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), Komunitas Belajar Nasional (KBN) dan Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK).

Pengembangan KomunikasiInformasi Komunitas

• Open Menu (sesuaikebutuhan komunitas)

• Horizontal & Vert ikal• Produksi pengetahuan

Pelatihan, Coaching, Belajar Mandiri

KOMUNITAS BELAJAR

Berbagai Media

Hubungan Sosial

Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Komunitas

Kelompok Sosial

Pengembangan KomunikasiInformasi Komunitas

• Open Menu (sesuaikebutuhan komunitas)

• Horizontal & Vert ikal• Produksi pengetahuan

Pelatihan, Coaching, Belajar Mandiri

KOMUNITAS BELAJAR

Berbagai Media

Hubungan Sosial

Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Komunitas

Kelompok Sosial

13

Page 16: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Komunitas belajar dirancang untuk menjawab persoalan kesenjangan informasi dan pengetahuan, baik di tingkat masyarakat, pemerintah, swasta maupun konsultan. Karena itu, setiap komunitas akan terdiri dari 2 aktivitas utama sebagai berikut. Pelatihan/Coaching/Belajar Mandiri.

PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa secara alamiah semua orang melakukan pengembangan kapasitas selama hidupnya. Proses aksi-refleksi-aksi, baik tidak sadar atau terencana, selalu digunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Berangkat dari asumsi tersebut, pengembangan kapasitas yang didorong oleh PNPM Mandiri Perkotaan lebih ditujukan untuk memastikan bahwa proses pembelajaran dilakukan secara terencana sehingga efektif mencapai hasil yang diinginkan.

Secara programatik, PNPM Mandiri Perkotaan mengembangan berbagai pelatihan dan coaching untuk memastikan proses pembelajaran berjalan efektif. Sebagai supporting bagi pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah, pelatihan/coaching yang dilakukan di PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk : a. Menumbuhkan komitmen para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan

kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat sesuai tugas dan fungsinya. b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

terhadap program untuk mencapai standard kompetensi dasar yang ditetapkan. c. Meningkatkan keterampilan para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan. d. Menciptakan para pelatih yang memiliki kapasitas untuk mentransfer pengetahuan,

keterampilan dan mampu menumbuhkan sikap dan motivasi para pelaku untuk menuju kemandirian masyarakat.

Ada tiga kapasitas yang hendak didorong dalam proses belajar, yaitu mengerti, mau dan mampu. Pertama, mengerti. Pelaku harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai : a. memahami filosofi, visi – misi, prinsip dan nilai PNPM b. tahapan program dan metode serta pendekatan yang harus dilakukan dalam setiap

tahapan kegiatan. c. Konsep pemberdayaan yang dipakai dan dikembangkan dalam PNPM d. Pendekatan pembangunan dalam PNPM Kedua, mau (motivasi). Dalam menjalankan perannya, setiap pelaku harus mempunyai keyakinan dan motivasi bahwa mereka bagian dari pemecahan masalah sehingga keterlibatan pelaku dapat membantu mempercepat proses perubahan dan penanggulangan kemiskinan, sebagai bagian dari tanggungjawab sosial sebagai manusia. Selain motivasi di atas para pelaku juga harus meyakini bahwa pendekatan pemberdayaan yang dilakukan dalam PNPM merupakan alternatif pemecahan masalah kemiskinan.

Ketiga, mampu. Setiap pelaku harus mempunyai kemampuan dalam melaksanakan perannya sebagai pendamping proses pembelajaran di masyarakat yaitu : a. mampu mengidentifikasi permasalahan kemiskinan , menyusun perencanaan, memfasilitasi

proses penyadaran kritis, melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan tahapan program berdasarkan pada nilai dan prinsip PNPM.

b. mampu memfasilitasi proses penyadaran kritis masyarakat dan pihak dalam penanggulangan kemiskinan.

c. Khusus untuk Pemerintah diharapkan mampu melahirkan strategi dan kebijakan operasional penanggulangan kemiskinan yang tepatguna.

14

Page 17: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan pelatihan berjenjang dan bergerak maju sesuai dengan pencapaian transformasi sosial melalui tahapan implementasi program. Sebagai satu stimulan belajar, maka seiring perjalanan waktu intervensi pelatihan harus semakin berkurang seiring semakin mapannya proses pembelajaran di masing-masing komunitas.

PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan 3 level pelatihan : dasar, madya dan utama, baik di tingkat kelurahan maupun kota, sesuai dengan pencapaian transformasi sosial yang dicapai dalam implementasi program. • Pelatihan Dasar untuk mendukung phase 1 Siklus PNPMM – Perkotaan : Menuju

Masyarakat Berdaya dan Pemda Pro Poor Policy. • Pelatihan Madya untuk mendukung phase 2 siklus PNPMM – Perkotaan : Menuju

Masyarakat Mandiri dan Pemda Pro Poor Program & Budgeting. • Pelatihan Utama untuk mendukung phase 3 siklus PNPMM – Perkotaan : Menuju

Masyarakat Madani dan terciptanya Good Governance Strategi Pelatihan Tingkat Kelurahan/Desa

Masyarakat Tidak Berdaya

(Miskin)

Masyarakat Berdaya

Masyarakat Mandiri

Masyarakat Madani

MENUPELATIHANDASAR

MENUPELATIHANMADYA

MENUPELATIHANUTAMA

NonPro - Poor

Pro-Poor Policy

Pro- Poor Program &Bugeting

GoodGovernance

Strategi Pelatihan Tingkat Kota

MENUPELATIHANDASAR

MENUPELATIHANMADYA

MENUPELATIHANUTAMA

Paket-paket pelatihan tersebut akan terdiri dari : Modul Dasar + kapasitas untuk mendukung kompetensi masing – masing pelaku. Karena itu PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan modul-modul spesifik untuk pelaku-pelaku kunci yaitu: a) Paket pelatihan relawan; b) Paket pelatihan BKM; c) Paket pelatihan untuk UPK, UPS dan UPL; d) Paket pelatihan untuk fasilitator e) Paket pelatihan untuk pemda dan stakeholder kota; f) Paket pelatihan untuk korkot dan askot CD. Selengkapnya mengenai paket-paket pelatihan ini lihat lampiran.

Metode - MediaMetode - Media

masalah/kebutuhankomunikasi-informasimasalah/kebutuhan

komunikasi-informasi

kelompoksasaran

kelompoksasaranPengembangan komunikasi

informasi komunitas

NAIKKAN

UPAH!!!

Pengembangan Komunikasi-Informasi Komunitas.

pesan

NAIKKAN

UPAH!!!NAIKKAN

UPAH!!!

pesan

Sebagaimana dinyatakan di atas, tujuan pengembangan komunikasi-informasi komunitas tidak semata-mata menginformasikan atau mempromosikan gagasan pembangunan kepada masyarakat agar program ini memperoleh legitimasi. Komunikasi yang hendak dikembangkan adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah kemiskinan,

tujuantujuan

15

Page 18: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

mengidentifikasi penyelesaiannya dan melaksanakannya. PNPM Mandiri Perkotaan meletakkan keterlibatan aktif para pemangku kepentingan, terutama masyarakat miskin, di dalam keseluruhan proses komunikasi pembangunan (komunikasi partisipatoris) baik yang sifatnya horizontal (warga ke warga, pemerintah ke pemerintah, swasta ke swasta) maupun vertikal (warga ke pemerintah, kelurahan ke kota, kota ke nasional). Setiap komunitas menyusun sendiri rancangan strategi komunikasi-informasi komunitasnya, mulai dari menyusun kelompok sasaran komunikasi, perubahan pengetahuan-keterampilan-sikap-perilaku yang diharapkan, tujuan komunikasi, indikator pencapaian tujuan komunikasi, serta menentukan model pendekatan komunikasi, metode, teknik, saluran/media, dan alat komunikasi yang diharapkan secara tepat bisa membangun proses pembelajaran dan dialog.

5. KOMUNITAS BELAJAR MASYARAKAT, PEMERINTAH DAN DUNIA USAHA

a. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK). KBK pada prinsipnya adalah ruang pembelajaran yang terorganisasi bagi siapa saja (anggota masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, aparat pemerintah desa/kelurahan, dsb., selanjutnya disebut relawan) di tingkat kelurahan/desa yang berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan. KBK merupakan ”rumah relawan” yang berfungsi sebagai institusi pembelajaran – memiliki fungsi, misi (agenda), aturan main, tetapi tanpa struktur organisasi dengan posisi keanggotaan setara – tempat para relawan berinteraksi, sharing pemikiran dan pengalaman untuk bersama-sama menanggulangi kemiskinan di ’kampungnya’. Penciptaan KBK didorong oleh Fasilitator Kelurahan (faskel) sejak awal kegiatan siklus kelurahan bergulir. Jadi sejak Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) dilakukan, Faskel sudah mulai melakukan sosialisasi KBK kepada masyarakat dan pemerintah kelurahan/desa. Aktivitas resmi pertama KBK adalah ketika para relawan memfasilitasi Refleksi Kemiskinan (RK). Kalau melihat bahwa relawanlah yang kemudian berperan memfasilitasi aktivitas-aktivitas selanjutnya, maka dapat dikatakan perjalanan aktivitas siklus merupakan perjalanan inisiasi KBK. Pada saat BKM terbentuk, 9 – 13 relawan akan ’berbaju’ anggota BKM, dan sisanya yang jauh lebih banyak akan ’berbaju’ anggota KBK. Baik anggota BKM maupun anggota KBK pada dasarnya adalah relawan-relawan kemiskinan melalui perannya masing-masing. Aktivitas Siklus Kelurahan sebagai Ruang Pembelajaran KBK Strategi 1 : Tingkat Kelurahan/Desa

PERUBAHAN PRILAKU/SIKAPMASYARAKAT

KELEMBAGAANMASYARAKAT YGMENGAKAR DAN REPRESENTATIF(BKM)

PENYUSUNANPROGRAM PAR-TISIPATIF OLEHMASYARAKAT(PJM PRONANGKIS)

APLIKASIPRONANGKISPRO POOR &KONTROLWARGA(BLM)

PEMBELAJARANSINERGIDGN PEMDA MELALUIKEMITRAANPROGRAM(PAKET)

PEMBELAJARANOPTIMALISASISUMBER DAYA DARI LUAR(PERBANKAN,kIMPRASWIL,DEPSOS,DLL)(CHANELING PROGRAM)

PEMBELAJARANPEMBANGUNANLINGKUNGAN PEMUKIMANWILAYAHKELURAHAN TERPADU SCR MANDIRI(NEIGHBOURHOODDEVELOPMENT)

saranSa

PemetaanSwadaya

2PJM

Pronangkis

4

MembangunBKM

3

BLM

KSM

Review: PJM, Kelembagaan,

Keuangan

6

Pelaksanaandan

Pemantauan

51

Identi

fikas

i Mas

alah

Taha

p Pela

ksana

an

Tahap Evaluasi

Tahap Perencanaan

0RembugKesiapan

Masyarakat

KSM

Renta 28

Pelaksanaandan

Pemantauan

10

OrientasiPS

7

VisiKota

Review: PJM, Kelembagaan,

Keuangan

11

Sinergi dgnPerencanaan

Daerah

9

Renta 313

Pelaksanaandan

Pemantauan

15

OrientasiPemetaanSwadaya

12

Review: PJM, Kelembagaan,

Keuangan

16

Sinergi dgnPerencanaan

Daerah

14

Aktivitas

16

Page 19: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Beberapa titik strategi pengembangan KBK yang difasilitasi Faskel antara lain : 1) Menghimpun relawan-relawan yang peduli terhadap persoalan warganya; 2) Menghimpun potensi-potensi lokal termasuk potensi kelompok-kelompok masyarakat yang exist

(LSM/KSM) sebagai basis pembelajaran bagi masyarakat; 3) Menggalang semangat (power) para pemeduli untuk bahu membahu secara bersama-sama

duduk dalam satu forum belajar yang generiknya dinamakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK);

4) Memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut andil/berperan serta dalam kegiatan KBK sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

5) Memberikan peran kepada anggota KBK untuk : Membantu memfasilitasi masyarakat dalam aktivitas siklus kelurahan PNPM Mandiri

Perkotaan. Membantu memfasilitasi masyarakat dalam program-program pembangunan partisipatif

pemerintah desa/kelurahan. Membantu memfasilitasi terjadinya kemitraan masyarakat, baik dengan pengelola PNPM

Mandiri Perkotaan, pemerintah daerah, swasta, perguruan tinggi dan pihak-pihak lainnya. Melakukan diskusi-diskusi pemecahan masalah praktis masyarakat maupun kajian

pembangunan desa/kelurahan. Melakukan monitoring evaluasi partisipatif terhadap pelaksanaan dan hasil kegiatan

program-program penanggulangan kemiskinan dan program-program pembangunan di wilayahnya.

b. Komunitas Belajar Perkotaan (KBP). Seperti halnya di tingkat kelurahan/desa, di tingkat kota/kabupaten PNPM Mandiri Perkotaan mendorong terbangunnya ruang pembelajaran yang terorganisasi bagi siapa saja (anggota masyarakat, organisasi masyarakat sipil, aparat pemerintah kota/kabupaten, anggota legislatif, pengusaha swasta, perguruan tinggi, media massa, asosiasi profesi, dsb., selanjutnya disebut relawan) yang berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan. KBP merupakan ”rumah relawan tingkat kota” yang berfungsi sebagai institusi pembelajaran – memiliki fungsi, misi (agenda), aturan main, tetapi tanpa struktur organisasi dengan posisi keanggotaan setara – tempat para relawan berinteraksi, sharing pemikiran dan pengalaman untuk bersama-sama menanggulangi kemiskinan di ’kotanya’. Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) didesain sebagai titik awal jaringan antar kelompok, organisasi, atau lembaga; yang dimulai dengan memperkuat relasi antar individu yang terlibat di dalamnya. Relasi-relasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kebijakan dan tindakan yang dilahirkan oleh lembaga/organisasi masing-masing. Oleh karenanya, anggota KBP terbuka dan diharapkan bisa diisi dari berbagai kalangan seperti akademisi (dosen/guru), aktivis LSM, peneliti sosial, aparat pemerintah, tokoh agama/adat/masyarakat, wartawan, pelaku bisnis, dan lainnya.

Dengan keragaman tersebut, KBP diharapkan bisa menjadi forum untuk belajar, berbagi pemikiran dan pengalaman, serta melakukan berbagai kajian pembangunan, terutama atas persoalan kemiskinan yang dilandasi prinsip-prinsip good governance. Pengetahuan dan informasi yang dihasilkan dapat dijadikan masukan bagi para pengambil kebijakan tingkat kota (pemerintahan daerah). Karena itu, KBP, jika ingin mengambil peran strategis, harus memiliki visi dan misi strategis sebagai pemberi arah atas apa yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang dilakukan. Korkot dan Forum BKM Kota/Kabupaten berperan mendorong terbangunnya KBP sejak awal kegiatan siklus kota bergulir. Jadi sejak sosialisasi tingkat kota dilakukan, Korkot sudah mulai melakukan sosialisasi KBP kepada masyarakat dan pemerintah kota/kabupaten.

17

Page 20: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Proses belajar dalam KBP adalah proses yang interaktif dan inklusif. Setiap individu yang tergabung dalam KBP memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya, sesuai dengan latar pengalaman masing-masing. Dalam KBP, pengalaman setiap individu selalu dinilai sebagai sumber pengetahuan yang berharga, yang bisa memperkaya dan memperkuat upaya perumusan strategi penanggulangan kemiskinan di daerah masing-masing. KBP juga tidak dimaksudkan untuk menjadi tempurung yang menjadikan setiap pegiat di dalamnya hanya menjadi katak semata. Melalui KBP, justru diharapkan bisa mendorong setiap anggotanya untuk lebih aktif mencari informasi dan pengetahuan yang bermanfaat. Berdiskusi dan mendengarkan paparan dari kelompok atau forum lain bisa memberi inspirasi bagi rumusan strategi penanggulangan kemiskinan. Dalam konteks ini, beragamnya program penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan di Indonesia misalnya, mesti dilihat sebagai peluang untuk mendapat pelajaran atau bahkan sinergi bersama. Aktivitas Siklus Kota sebagai Ruang Pembelajaran KBP c. Komunitas Belajar Nasional (KBN).

Strategi 2 : Tingkat Kota

NonPro - Poor

Pro-Poor Policy

Pro- Poor Program &Bugeting

GoodGovernance

PERUBAHAN CARA PANDANGPEMDA TERHADAPKEMISKINAN

KOMITMEN KEPALADAERAH UNTUK NANGKIS SEJALANDENGAN VISI/MISIBANGDA

KELEMBAGAANNANGKIS DAERAH(TKPKD)

STRATEGI &PROGRAM NANGKIS DAERAH(SPKD & PJMPRONANGKIS)

PEMBELAJARANSINERGIDGN MASYARAKATMELALUIKEMITRAANPROGRAM(PAKET)

PROGRAM &ANGGARAN NANGKIS UNTUKLOKASI BARU(REPLIKASI)

PEMBELAJARANOPTIMALISASISUMBER DAYADARI LUAR(CHANNELING)

PEMBELAJARANTRANSPARANSI &AKUNTABILITASPENGGUNAAN ANGGARANNANGKIS

PEMBELAJARANPENERAPAN GOOD GOVERNANCPEMBANGUNANLINGKUNGANKOTA

Sasaran

Aktivitas

Penguatan TKPKD2

PenyusunanSPKD & PJMPronangkis

4

Pemetaan Kemiskinan

Kota

3

6

Pelaksanaandan

Pemantauan

51SosialisasiKelompokStrategis

Identi fi

kasi

Masala

h

Taha

p Pel

aksa

naan

Tahap Evaluasi

Tahap Per enc anaan

Sinerg i dgnPerencanaanMasyarakat

8

Pelaksanaandan

Pemantauan

9OrientasiPemetaan

KemiskinanKota

7

10

Pelaksanaandan

Pemantauan

1311

12

14

OrientasiPemetaan

Kemisk inanKota

Sinerg i dgnPerencanaanMasyarakat

KBP

Di tingkat nasional, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong terbangunnya ruang pembelajaran bagi individu-individu tingkat nasional yang berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan. Pengembangan KBN didorong oleh Konsultan Manajemen Pusat (KMP) untuk : 1) merefleksikan implementasi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mempelajari faktor-faktor yang

mendukung dan menghambat kegiatan, aspek-aspek yang masih dapat dipertahankan dan yang perlu dirubah, dan peluang pengembangan dan keberlanjutan program;

2) sharing pembelajaran antarprogram, baik program yang dijalankan pemerintah maupun non-pemerintah;

3) forum kajian untuk memproduksi konsep atau gagasan baru dalam konteks pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan;

4) sebagai kelompok lobby perubahan kebijakan untuk mengembangkan suasana yang kondusif bagi penanggulangan kemiskinan baik di level nasional maupun daerah.

18

Page 21: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

6. KOMUNITAS BELAJAR INTERNAL KONSULTAN PNPM Mandiri Perkotaan percaya bahwa proses-proses pembelajaran secara alamiah telah berjalan, baik di masyarakat maupun pemerintahan. Hasil pembelajaran ini – sadar tak sadar - telah mendorong terjadinya transformasi sosial tertentu. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan harus tanggap terhadap perubahan ini. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan harus menjadi lebih baik dalam hal apa yang mereka lakukan, untuk belajar lebih dari pengalaman mereka, untuk secara terus menerus memperbaiki diri untuk mampu menyesuaikan dengan realitas yang selalu berubah. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan perlu untuk belajar bagaimana untuk terus belajar. Dalam konteks pembelajaran konsultan, manajemen program memikul tanggung jawab : Menyediakan kesempatan setiap hari dan waktu bagi para konsultan untuk belajar;

mengembangkan suatu kebiasaan belajar dan mengembangkan pemahaman bahwa belajar tidak semata-mata melalui pelatihan.

Memasukkan pembelajaran ke dalam budaya dan nilai-nilai program. Menyediakan ruangan fisik untuk pembelajaran dengan titik berat pada peningkatan interaksi. Menanggapi secara positif kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan program karena kesalahan-

kesalahan dapat membawa pengetahuan dan membuat setiap kesalahan menjadi suatu kesempatan pembelajaran.

Memilih pembelajaran proaktif daripada retrospektif. Belajar dari kesalahan-kesalahan merupakan pembelajaran retrospektif atau kita belajar dari sebuah kejadian (seringkali negatif) yang telah terjadi. Pada saat pengalaman pembelajaran direncanakan, pembelajaran proaktif sudah dimulai, yaitu pada saat individu telah menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas sejak awal mengenai apa yang akan dipelajarinya.

Memperlakukan pekerjaan sebagai latihan, dan memastikan bahwa semakin banyak kita berlatih, semakin banyak pembelajaran yang kita kerjakan dan semakin baik hasil yang kita dapatkan.

Menghargai pelaku yang melakukan pembelajaran agar setiap orang memiliki komitmen pada pembelajaran seumur hidup

Pada tingkatan individu, Peter Senge, menjelaskan tanggung jawab para pelaku pembelajaran secara terus menerus : Mengenali prioritas atau nilai-nilai keseluruhan dari diri mereka sendiri dan apa yang mereka

inginkan untuk hidup dan bekerja – mereka memiliki suatu visi pribadi Mengambil satu peranan aktif di dunia ini dan dalam bekerja. Menyisihkan waktu untuk memikirkan dan merefleksikan pengalaman mereka di dunia dan

pekerjaan mereka Mencari umpan balik terbaru dan informasi berguna mengenai dunia ini (termasuk pekerjaan)

dan kegiatan-kegiatan mereka di dalamnya Tetap terbuka sebisa mungkin terhadap umpan balik (yang membutuhkan derajat kedewasaan

yang cukup dan menghilangkan hambatan dalam diri sendiri) Memiliki keberanian untuk berubah dan membuat penyesuaian-penyesuaian sambil jalan, --

berdasarkan pada umpan balik yang diperoleh selama proses--, pada cara hidup mereka dan melaksanakan pekerjaan mereka agar dapat lebih mendekati pemenuhan prioritas dan nilai-nilai mereka.

PNPM Mandiri Perkotaan merancang KBIK melalui 2 strategi utama yaitu mekanisme pembelajaran berjenjang dan e-Learning. Mekanisme Pembelajaran Berjenjang Mekanisme pembelajaran berjenjang merupakan mekanisme berbagi pengetahuan, pengalaman dan upaya memproduksi pengetahuan baru sebagai hasil pembelajaran di lapangan diantara ribuan

19

Page 22: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

konsultan penanggulangan kemiskinan. Mekanisme pembelajaran berjenjang dirancang sebagai : (1) mekanisme pembelajaran horizontal (peer learning) sesama rekan konsultan; dan (2) mekanisme pembelajaran vertikal (coaching) dari bawah ke atas sebagai ruang pertemuan antara rancangan konsep dan implementasi lapangan. Pertemuan antara rancangan dan implementasi inilah yang utamanya diharapkan dapat memproduksi pengetahuan baru sebagai hasil pembelajaran. Mekanisme Pembelajaran Berjenjang melalui Komunitas Belajar Internal Konsultan

Ruang Waktu Agenda Partisipan Output

Komunitas Belajar Tim Faskel

Bulanan, @ 1 hari

1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran lapangan)

2. Evaluasi kemajuan aktivitas program di masyarakat.

3. Identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas Tim Faskel untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan

4. Rencana tindak lanjut

Tim Faskel. Difasilitasi oleh Senior Fasilitator

• Tulisan lesson learned aktivitas lapangan.

• Laporan kemajuan aktivitas program di masyarakat.

• Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal Tim Faskel

• Usulan kebutuhan pengembangan kapasitas (materi & metode), termasuk feed back terhadap modul pelatihan.

• Rencana kerja bulan berikutnya.

Komunitas Belajar Konsultan Kota/Kabupaten

Bulanan, @ 2 hari

1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran kelurahan dan kota)

2. Evaluasi kemajuan aktivitas program di kelurahan & kota.

3. Identifikasi upaya pemenuhan pengembangan kapasitas faskel & tim Korkot untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan.

4. Rencana tindak lanjut 5. Diskusi tematik dgn

mengundang narasumber.

Tim Faskel. Difasilitasi oleh Korkot dan atau Askorkot. (Anggota satu komunitas belajar sebaiknya tidak lebih dari 30 orang)

• Tulisan lesson learned aktivitas kelurahan & kota.

• Laporan kemajuan aktivitas program di kelurahan & kota.

• Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal Tim Faskel & tim Korkot.

• Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan.

• Rencana kerja bulan berikutnya.

Komunitas Belajar Konsultan

Bulanan, @ 2 hari

1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran kota)

Korkot dan Askorkot. Difasilitasi oleh

• Tulisan lesson learned aktivitas kota/kabupaten.

20

Page 23: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Provinsi Provinsi 2. Evaluasi kemajuan aktivitas program kota/kabupaten.

2. Evaluasi kemajuan aktivitas program kota/kabupaten.

3. Identifikasi upaya pemenuhan pengembangan kapasitas tim Korkot untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan

3. Identifikasi upaya pemenuhan pengembangan kapasitas tim Korkot untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan

4. Rencana tindak lanjut 4. Rencana tindak lanjut 5. Diskusi tematik dgn

mengundang narasumber

5. Diskusi tematik dgn mengundang narasumber

CB Spesialist dan Trainer. CB Spesialist dan Trainer.

• Laporan kemajuan aktivitas program kota/kabupaten.

• Laporan kemajuan aktivitas program kota/kabupaten.

• Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal tim Korkot

• Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal tim Korkot

• Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan.

• Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan.

• Rencana kerja bulan berikutnya.

• Rencana kerja bulan berikutnya.

Komunitas Belajar Konsultan Nasional

Bulanan, @ 2 hari

1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran provinsi)

2. Evaluasi kemajuan aktivitas program provinsi.

3. Identifikasi upaya pemenuhan pengembangan kapasitas tim konsultan untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan

4. Rencana tindak lanjut 5. Diskusi tematik dgn

mengundang narasumber

CB Spesialist Provinsi & Trainer OC. Difasilitasi oleh Tim CB KMP.

• Tulisan lesson learned aktivitas provinsi.

• Laporan kemajuan aktivitas program provinsi.

• Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal tim CB spesialist & Jakarta.

• Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan

• Rencana kerja bulan berikutnya.

Mengembangkan Sistem e–Learning (Pembelajaran Jarak Jauh)

Manfaat e-Learning • Berbagai kemudahan, baik dalam mengelola intangible asset yang dimiliki

perusahaan, mengimplementasikan knowledge sharing, internalisasi dan sosialisasi kebijakan perusahaan, hingga implementasi corporate knowledge management;

• Percepatan komunikasi dengan calon peserta pelatihan, karena sebelum proses pelatihan dimulai calon pembelajar sudah bisa mengetahui dan mempelajari materi yang akan diajarkan, tanpa batasan waktu dan tempat.

• Bagi manajemen, monitoring staf dalam proses pembelajaran akan lebih mudah dan cepat, serta kemajuan kompetensi dapat dipantau secara transparan.

• Mendukung produktivitas kerja, karena fleksibilitas tempat dan waktu. • Konsistensi dan kepastian konten pembelajaran secara utuh. • Efisiensi biaya pelatihan, baik yang sudah ada maupun yang akan

diadakan kemudian hari. • Meningkatkan ragam pembelajaran bagi setiap individu karyawan, sesuai

dengan kebutuhan mereka. • Membantu proses coaching yang lebih baik.

(Sumber: SWA sembada, No. 24/XXIII/8-21 November 2007) )

Marc J. Rosenberg mendefinisikan e-Learning sebagai penggunaan teknologi internet untuk menyampaikan berbagai macam solusi guna meningkatkan pengetahuan dan kinerja. Semangat penerapan e-Learning ini semakin tumbuh tatkala dirasakan model pembelajaran atau pelatihan tatap muka – mesti meninggalkan tempat kerja dan berkumpul di satu tempat – dirasakan semakin mahal dan tidak efisien. Semangat menerapkan e-Learning dalam program penanggulangan kemiskinan ini sesungguhnya sudah

21

Page 24: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

terbangun sejak lama. Beberapa inisiatif yang telah berjalan antara lain melalui website, milist, email ataupun chatting. Hanya saja pemanfaatannya belum optimal. Berangkat dari kondisi tersebut, program penanggulangan kemiskinan ini sejak tahun 2008 akan mulai bersungguh-sungguh menerapkan e-Learning secara bertahap meluas terhadap semua konsultan. Untuk tahun 2008, e-Learning akan mulai diterapkan pada Komunitas Belajar Konsultan Nasional. Harapannya, terjadi ‘efek bola salju’ terhadap komunitas belajar konsultan lainnya baik di masa sekarang maupun mendatang. Mekanisme penerapan e-Learning dalam Komunitas Belajar Konsultan Nasional dirancang sebagai berikut. • Tim Capacity Building di KMP berperan sebagai service provider, terutama memproduksi

learning object (modul/materi belajar) yang dapat diakses gratis oleh siapapun, terutama anggota Komunitas Belajar Konsultan Nasional. Dengan bahan dasar learning object ini, para anggota komunitas belajar konsultan nasional dapat mengembangkan bahan belajar (mengedit atau memperkaya) sesuai kebutuhan pengembangan kapasitas diri, konsultan lain, pemerintah maupun masyarakat. Untuk memastikan kualitas pengembangan bahan belajar dan upaya memperkaya learning object, setiap pengembangan bahan belajar dikirim kembali ke service provider.

• Setiap anggota harus memiliki rencana pembelajaran perseorangan, sebagai satu upaya untuk memusatkan usaha-usaha pembelajaran di masa datang sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat dan gaya belajar setiap individu.

• Secara berkala dua bulan sekali – berselang dengan pertemuan tatap muka di Jakarta – anggota komunitas belajar konsultan nasional mengikuti e-Learning pengembangan kapasitas rutin atau pelatihan tertentu. Di akhir proses belajar, akan dilakukan evaluasi untuk menilai peningkatan kapasitas peserta belajar dan keefektifan bahan belajar.

• Penerapan e-Learning ini terhadap anggota komunitas belajar konsultan nasional menggunakan reward dan punishment. Akan dikembangkan sistem penilaian yang akan berkaitan langsung dengan sistem penilaian kinerja. Bagi yang telah mengikuti pelatihan tertentu melalui e-Learning dan ujiannya lulus, akan mendapat poin tertentu. Sebaliknya, kalau tidak mengikuti pelatihan melalui e-Learning yang telah disyaratkan, penilaian kinerja akan menurun dan akan berpengaruh terhadap keberlangsungan pekerjaan.

• Penerapan e-Learning ini mensyaratkan ketersediaan infrastruktur baik di Jakarta maupun provinsi. E-Learning juga membutuhkan proses sosialisasi dan internalisasi budaya belajar mandiri. Karena itu dibutuhkan dukungan penuh dari pengelola program baik dalam kebijakan manajemen sumber daya manusia, manajemen pelatihan maupun dukungan dana.

22

Page 25: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

23

SINERGI PEMBELAJARAN SINERGI PEMBELAJARAN SINERGI PEMBELAJARAN SINERGI PEMBELAJARAN

Tim Capacity Building KMP

Capacity Building Spec

Trainers KMW

Pemandu Nasional Lokasi

Faskel Lokasi baru

Pemandu Nasional Lokasi

Pemandu Nasional Pemda

Faskel Lokasi lama

BKM, Relawan Masyarakat Pemerintah Daerah & stakeholder

Tim CB Jakarta

Komunitas BelajarKonsultan Nasional

Komunitas BelajarKonsultan Propinsi

Korkot & atauAskorkot

CB Specialist &

Trainer

Komunitas BelajarKonsultan Kota/Kab

Komunitas BelajarTim Faskel

SF

Faskel

Komunitas BelajarTim Faskel

KomunitasBelajarKelurahan

KomunitasBelajarPerkotaan

KomunitasBelajarNasional

Tim CB Jakarta

Komunitas BelajarKonsultan Nasional

KomunitasBelajarNasional

Komunitas BelajarKonsultan Propinsi

Korkot & atauAskorkot

CB Specialist &

Trainer

Komunitas BelajarKonsultan Kota/Kab

Komunitas BelajarTim Faskel

SF

Faskel

Komunitas BelajarTim Faskel

KomunitasBelajarKelurahan

KomunitasBelajarKelurahan

KomunitasBelajarPerkotaan

7. KELEMBAGAAN PENGELOLA PENGEMBANGAN KAPASITAS Untuk memastikan komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana, PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan struktur berjenjang tim capacity building sebagai berikut.

Page 26: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

a. Tim Capacity Building KMP Tanggung jawab utama tim capacity building KMP adalah memastikan proses pembelajaran di semua level berjalan sesuai rencana. Untuk itu, tim ini berwenang : (1) melakukan monitoring evaluasi, sebagai satu proses untuk melihat dan memikirkan kembali rencana dan proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran; (2) mengembangkan skenario dan tools pembelajaran baru (modul pelatihan, media komunikasi, dsb) untuk mengakselerasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tim capacity building KMP akan dipimpin oleh 1 orang manager capacity building, yang akan membawahi 4 bidang (peran) : (1) manajemen pelatihan; (2) knowledge management; (3) pengembangan media komunikasi pembelajaran; dan (4) manajemen data dan evaluasi pembelajaran.

PERAN TUGAS

1 Manajemen pelatihan

• Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas pelaku program

• Merencanakan proses pengembangan kapasitas pelaku program • Melaksanakan/memonitoring pelaksanaan pengembangan

kapasitas • Meng-evaluasi kemajuan pengembangan kapasitas • Mengorganisir & memperkuat pemandu nasional.

2 Knowledge Management

• Mengembangkan & mendiseminasikan modul pengembangan kapasitas.

• Mengembangkan & mendiseminasikan training kit • Mereproduksi hasil pembelajaran lapangan • Mengembangkan pengetahuan baru untuk memperkuat kapasitas

pelaku program sesuai dengan tantangan perkembangan lapangan.

3 Pengembangan media komunikasi pembelajaran

• Mengembangkan strategi sosialisasi dan komunikasi massa • Mengembangkan aktivitas dan media sosialisasi dan komunikasi

massa • Mengembangkan & mendiseminasikan media bantu

pengembangan kapasitas • Memonitoring dan mengevaluasi efektivitas kegiatan sosialisasi

dan komunikasi massa 4 Manajemen data

dan evaluasi • Mengembangkan sistem dan instrument monitoring evaluasi

kegiatan pengembangan kapasitas. • Mengembangkan database penilaian kemajuan belajar pelaku

program • Mengelola website pengembangan kapasitas

b. Tim Capacity Building KMW Tim capacity building KMW bertanggungjawab atas proses pembelajaran di wilayah kerjanya (proses pembelajaran tingkat kota dan kelurahan). Sesuai hierarkhi, tim ini memberikan laporan pertanggung jawaban tugasnya kepada tim capacity building KMP. Seperti halnya tim capacity building KMP, tim capacity building KMW juga berwenang untuk melakukan monitoring evaluasi proses pembelajaran tingkat kota dan kelurahan, serta mengembangkan skenario dan tools pembelajaran baru sesuai kondisi lapangan. Tugas tak kalah penting, selama ini luput dilakukan, adalah memproduksi hasil pembelajaran lapangan (best practise). Tim capacity building KMW terdiri dari 1 orang capacity building spesialist, 2 orang trainer dan Pemandu Nasional.

24

Page 27: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

25

PERAN TUGAS

CAPACITY BUILDING SPECIALIST 1 Manajemen pelatihan • Melaksanakan/memonitoring pelaksanaan

pengembangan kapasitas di wilayah kerjanya. • Meng-evaluasi kemajuan pengembangan kapasitas

pelaku program di wilayah kerjanya • Melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi

efektivitas kegiatan sosialisasi dan komunikasi massa 2 Knowledge Management • Memproduksi hasil pembelajaran lapangan 3 Manajemen data dan evaluasi • Mendokumentasikan hasil monitoring evaluasi kegiatan

pengembangan kapasitas di wilayah kerjanya. TRAINERS 1 Memandu/memfasilitasi kegiatan

pengembangan kapasitas • Memandu pelatihan, coaching. • Mengidentifikasi kebutuhan dan mengembangkan

upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas spesifik/suplemen pelaku program di wilayah kerjanya.

2 Knowledge Management • Mengembangkan & mendiseminasikan modul spesifik/suplemen untuk pengembangan kapasitas pelaku program di wilayah kerjanya berdasarkan learning material dari website pelatihan.

• Memproduksi hasil pembelajaran lapangan PEMANDU NASIONAL 1 Memandu/memfasilitasi kegiatan

pengembangan kapasitas • Memandu pelatihan, coaching.

2 Knowledge Management • Memproduksi hasil pembelajaran lapangan REFERENSI 1. Tim Partnership for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP), Memberdayakan Masyarakat dengan

Mendayagunakan Telecenter, 2007. 2. Tim Partnership for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP), Mengelola Program Infomobilisasi, 2007. 3. ACCESS dan Pembelajaran yang Berkelanjutan 4. Rahardjo, Toto, et, al., Pendidikan Populer : Panduan Pendidikan untuk Rakyat, Read Books,

2001.

Page 28: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Modul 2 Topik: Tahapan Pembelajaran Masyarakat

Peserta memahami tahapan pembelajaran masyarakat

Kegiatan 1: Memahami Tahapan Pembelajaran Masyarakat

Kegiatan 2: Peran Fasilitator dan Para Pihak

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan : Belajar dari Pengalaman

• Kertas Plano, Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan, Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

26

Page 29: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Memahami Tahapan Pembelajaran Masyarakat

1) Nyatakan bahwa kita yang hadir di sini merupakan Fasilitator Pembaharuan . Kewajiban moral ini otomatis melekat karena kita berada di sini sekarang dan menerima fasilitas belajar ini dari negara. Kita akan bersama – sama untuk membahas tahapan belajar masyarakat yang kita dampingi

2) Tampilkan atau bagikan Media Bantu Pembelajaran Masyarakat. Jelaskan tahap demi tahap

secara garis besar saja karena diskusi lebih jauh akan kita lakukan dalam modul – modul selanjutnya

3) Beri kesempatan peserta untuk mengajukan satu dua pertanyaan. Diskusikan bersama seluruh

peserta 4) Tutup diskusi dengan menyampaikan kembali pokok-pokok pembelajaran yang telah diraih.

Peran Fasilitator dan Para Pihak 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai kegiatan 3 yaitu membahas mengenai peran

fasilitator dan para pihak dalam proses pembelajaran masyarakat.

2) Ingatkan kembali kepada tahapan pembelajaran yang sudah dibahas dalam kegiatan sebelumnya, kemudian diskusikan apa peran fasilitator dan para pihak dalam setiap tahapan. Gunakan tabel di bawah ini untuk mempermudah proses diskusi.

27

Page 30: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Tahapan Kegiatan Belajar Peran fasilitator Peran pihak lain (sebutkan pihak mana saja yang diharapkan perannya)

Identifikasi Kebutuhan Belajar

Perencanaan Kegiatan Belajar

Pelaksanaan Kegiatan Belajar

Penilaian Perkembangan Belajar

3) Refleksikan hasil diskusi dan beri penegasan – penegasan apabila diperlukan, berikan informasi bahwa kita akan mendiskusikan lebih jauh bagaimana cara untuk mengidentiifkasi kebutuhan belajar pada coaching selanjutnya.

28

Page 31: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Belajar dari Pengalaman Proses pembelajaran yang dipakai adalah belajar dari pengalaman atau seringkali disebut sebagai pengalaman berstruktur. Cara ini dipakai agar dalam proses belajar tersebut , warga belajar terbiasa untuk menganalisa persoalan dan kebutuhan hidupnya agar menjadi manusia yang kritis. Proses belajar dari pengalaman dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Melakukan atau Mengalami

5. Menerapkan

4. Menyimpulkan 3. Mengolah atau menganalisis

2. Mengungkapkan

DAUR BELAJAR ORANG DEWASA

Mengalami atau Melakukan Seseorang akan mendapatkan pengetahuan melalui apa yang dia lakukan berdasarkan pengalaman – pengalaman yang dialaminya. Akan tetapi bisa juga pengetahuan itu didapat dari apa yang dialami oleh orang lain. Proses pertukaran pengalaman dan pengetahuan akan terjadi kalau dia antara warga saling bertukar informasi melalui berbagai kegiatan salah satunya bisa dilakukan dalam belajar. Mengungkapkan Pada proses belajar bersama dalam kegiatan belajar di BKM/LKM, UP & relawan, para warga belajar diajak untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Mengolah atau Menganalisis Dalam proses ini anggota BKM/LKM, UP & relawan, diajak untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab – sebab dan kaitan – kaitan permasalahan yang dialami tersebut – yakni tatanan, aturan – aturan, sistem , sikap dan perilaku yang menjadi akar persoalan.

29

Page 32: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Menyimpulkan Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan makna dari pengalaman dan kondisi kehidupan yang dialami tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Penerapan Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan dan merencanakan tindakan – tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan – kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ’uji coba’. Setiap orang sering melalui tahapan yang berbeda – beda dalam proses belajar, ada yang belajar dimulai dari pengalaman nyata, ada yang mulai dari pengamatan, dan seterusnya. Untuk kelompok anak – anak apabila pengalaman ini belum didapatkan proses mengalami bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dirancang khusus misalnya melalui permainan, menanam tumbuh – tumbuhan dalam pot, atau kegiatan lainnya dan setelah itu mereka diajak untuk mengamati kegiatan bersama – sama. Tahapan Kegiatan Belajar Kegiatan belajar dalam BKM/LKM, UP & relawan dapat dimulai dari proses identifikasi kebutuhan, perencanaan proses belajar, pelaksanaan kegiatan belajar , penilaian perkembangan belajar dan penerapan hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Partisipasi Masyarakat

Perubahan Sosial

Identifikasi Kebutuhan

Belajar

Rencana Proses Belajar

PelaksanaanKegiatan Belajar

Penilaian Perkembangan

Belajar

30

Page 33: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi Kebutuhan Belajar : Sebelum memulai proses pembelajaran, kita terlebih dahulu harus mengetahui apa yang ingin dipelajari oleh anggota BKM/LKM, UP & relawan hal ini disebut dengan identifikasi kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok yang semestinya sudah bisa diperkirakan dari sejak refleksi kemiskinan, misalnya ada kelompok buta aksara, ada kelompok yang harus menambah pengetahuannya mengenai kesehatan, ada kelompok yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan membuat kue, cara menghitung biaya untuk berjualan dan sebagainya. Harus diperhatikan bahwa setiap anggota mempunyai kebutuhan yang berbeda – beda, tetapi biar bagaimanapun pasti ada beberapa anggota yang mempunyai kebutuhan dan harapan – harapan yang sama dan bisa dijadikan satu kelompok. Perencanaan Proses Belajar Setelah kebutuhan belajar ditemukan dan disepakati bersama, tahap selanjutnya adalah membuat proses perencanaan yang kita sebut dengan rencana belajar. Rencana belajar adalah langkah demi langkah bagaimana kegiatan belajar akan dilakukan. Rencana ini merupakan panduan bagi pengelola BKM/LKM, UP & relawan dan relawan – relawan yang akan membantu proses belajar anggota kelompok . langkah demi langkah bagaimana kegiatan belajar akan dilakukan. Sedangkan bagi anggota BKM/LKM, UP & relawan rencana ini merupakan gambaran bagi mereka bagaimana proses belajar akan dilalui dan dijalankan, sehingga mereka tahu apa yang akan mereka alami dalam proses belajar. Usahakan penyusunan rencana belajar ini dilakukan bersama – sama anggota kelompok, bukan hanya disusun oleh Koordinator BKM/LKM, UP & relawan. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Bagaimana proses belajar dilaksanakan?. Pada umumnya dalam pelaksanaan kegiatan belajar , warga belajar hanya dianggap sebagai orang yang akan menerima pengetahuan dari pihak luar (guru, instruktur, atau yang lainnya). Dalam kasus – kasus pembelajaran tersebut pihak “pengajar” lah yang lebih banyak memberikan arahan – arahan, penjelasan – penjelasan dan bicara lebih banyak. Warga belajar hanya menjadi pendengar, sehingga tidak banyak memperoleh kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Kenyataannya warga belajar juga sebetulnya mempunyai pengetahuan dan pengalaman masing – masing yang bisa dibagikan kepada yang lainnya, oleh karena itu berkembanglah proses pembelajaran partisipatif. Dalam proses pembelajaran partisipatif warga belajar diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat , bertanya dan tukar pengalaman melalui proses – proses dialog dalam diskusi kelompok, tanya jawab , presentasi dan cara – cara lainnya. Dengan memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengemukakan pendapat dan pengalamannya , biasanya proses pembelajaran akan lebih efektif. Penilaian Perkembangan Belajar Proses belajar bersama BKM/LKM, UP & relawan bukanlah proses yang hanya terjadi satu kali, akan tetapi berjalan secara menerus dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan bersama. Untuk mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan serta harapan peserta, kita harus mengetahui perkembangan kemajuan warga belajar setiap kelompok /anggota BKM/LKM, UP & relawan. Mengukur atau mengetahui perkembangan kemajuan, baik menyangkut kemajuan belajar warga maupun kemajuan cara – cara kita memfasilitasi proses belajar dengan cara yang runtut biasa disebut evaluasi atau penilaian. Penilaian ini bisa dilakukan pada saat proses belajar sedang berlangsung, setelah proses selesai dengan cara – cara formal maupun informal. Penilaian menyangkut kepada : 1) Apa saja yang berhasil dan faktor apa yang menyebabkan berhasil; 2) Apa saja yang gagal dan faktor apa yang menyebabkan kegagalan? Dan 3) Proses perubahan apa yang terjadi pada warga belajar?.

31

Page 34: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Modul 3 Topik: Identifikasi Kebutuhan Belajar

Peserta memahami dan menyadari:

Mengidentifikasi kebutuhan informasi/ pengetahuan belajar

Menseleksi dan membuat prioritas kebutuhan belajar

Kegiatan 1: Identifikasi kebutuhan pengetahuan BKM/UP/Relawan

Kegiatan 2: Prioritas materi belajar

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan:

1. Identifikasi Kebutuhan Belajar

• Kertas Plano

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

32

Page 35: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi Kebutuhan Pengetahuan BKM/UP/Relawan

1) Ingatkan kepada peserta mengenai tahapan perkembangan belajar yang sudah dibahas pada modul sebelumnya.

2) Sampaikan kepada peserta bahwa saat ini kita akan memasuki langkah pertama tahapan

pembelajaran masyarakat yaitu menemukan kebutuhan belajar masyarakat. Jelaskan pentingnya melakukan identifikasi kebutuhan belajar.

Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh warga belajar . Proses pembelajaran bersama masyarakat akan efektif bila: Materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kebutuhan hidup sehari-hari; Materi yang dipelajari menyelesaikan masalah paling penting dalam hidup warga; Materi atau pengetahuan baru agar bisa langsung dipraktekkan masyarakat.

3) Bagi peserta dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok akan mendiskusikan 1 kelompok

sasaran yaitu BKM, UP dan relawan . Gunakan matriks berikut untuk mendorong diskusi kelompok.

Kelompok sasaran

Tugas/Peran dalam nangkis

Kebutuhan Informasi / Pengetahuan/keterampilan Kebutuhan Lain

4) Setelah diskusi kelompok selesai, lakukan diskusi kelompok dengan teknik komedi putar untuk

memperkaya hasil diskusi. 5) Setelah selesai, persilahkan juru bicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi

kelompoknya serta tanggapan dari kelompok tamu. 6) Buka kesempatan peserta menambahkan atau memperkuat hasil diskusi kelompok.

33

Page 36: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Komidi Putar―Jaga Warung. Disebut “komidi putar―jaga warung” karena para peserta dari satu kelompok diskusi akan mengunjungi kelompok diskusi lain dengan cara berputar (mirip komidi putar); sedangkan di kelompok yang dikunjunginya itu ada orang yang akan menerima kedatangan kelompok lain (seperti orang yang sedang jaga warung). Langkah-langkah untuk melakukan diskusi “komidi putar―jaga warung” ini adalah sebagai berikut :

a. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi kecil. Masing-masing kelompok itu ditugaskan untuk mendiskusikan topik yang berbeda; Setelah selesai diskusi di kelompok kecil, minta 2 anggota dari setiap kelompok untuk tetap tinggal di kelompoknya untuk jadi “penjaga warung”; sedangkan sisa anggota kelompok akan berputar mengunjungi kelompok-kelompok yang lainnya (“berkomidi putar”). Tugas dari penjaga warung adalah “menjelaskan hasil diskusi di kelompoknya, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota kelompok lain yang berkunjung, dan sekigus juga mendiskusikannya.” Tugas dari anggota yang berkomidi putar adalah “meminta penjelasan dari penjaga warung kelompok yang dikunjunginya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan sekaligus mendiskusikannya”;

b. Lakukan diskusi “komidi putar―jaga warung” ini sampai masing-masing kelompok itu terkunjungi semua;

c. Setelah selesai, bawa hasil diskusi “komidi putar―jaga warung” ini untuk dibahas lebih lanjut dan sekaligus dikaji ulang di kelompok besar (pleno).

Diskusi dengan cara “komidi putar―jaga warung” ini biasanya dipilih dan digunakan untuk membahas topik-topik yang relatif kompleks, dan ada sejumlah subtopik yang harus dibahas. Dengan menggunakan cara ini, hasil diskusi di setiap kelompok kecil akan memungkinkan untuk dipertukarkan satu sama lain, dibahas, serta diperdalam, tetap dalam kelompok kecil (tidak dalam kelompok diskusi besar/pleno); meskipun pada akhirnya, setelah diskusi ini selesai, baik hasil diskusi kelompok kecil maupun diskusi “komidi putar―jaga warung”, akan dikaji ulang dalam kelompok besar (pleno).

Penjaga W Pengunjung

34

Page 37: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Prioritas Materi Belajar 1) Ajak peserta untuk kembali melihat daftar materi belajar. Ajak peserta untuk menyeleksi :

mana materi belajar yang mendesak untuk dipelajari? Biarkan peserta menilai sendiri ukuran kemendesakan itu. Salah satu ukuran yang bisa dipakai misalnya, kalau tidak segera dipelajari akan semakin menimbulkan atau memperparah kondisi masyarakat ’korban’.

Seberapa cepat proses belajar juga sangat ditentukan oleh frekuensi pertemuan . Pengalaman menunjukkan tidak mudah menggulirkan proses belajar secara rutin. Kunci sukses pertama adalah lakukan pertemuan belajar sesegera mungkin dan persiapkan sebaik mungkin. Ingat bunyi iklan berikut ”kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda”. Pertemuan pertama akan sangat menentukan minat orang untuk mengikuti proses belajar berikutnya.

35

Page 38: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi Kebutuhan Belajar (Diadaptasi dari Membangun Masyarakat Pembelajar – UNESCO & SPPM) Pada proses awal pengembangan BKM/LKM, UP & relawan, kita harus memastikan adanya anggota – anggota yang berminat untuk mengikuti kegiatan. Untuk menjaring anggota tentu saja keberadaan BKM/LKM, UP & relawan harus diinformasikan kepada warga masyarakat sehingga siapapun bisa menjadi anggota dan dapat belajar bersama – sama di dalam BKM/LKM, UP & relawan, baik perempuan maupun laki – laki, dewasa maupun anak – anak. Setelah terjaring anggota, undanglah mereka dalam pertemuan untuk menentukan kebutuhan belajar apa untuk masing – masing anggota yang berhubungan dengan masalah – masalah kesejahteraan keluarga seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sebagainya. Hal ini penting untuk mengetahui apa sebenarnya masalah – masalah, kebutuhan – kebutuhan serta yang mereka harapkan dari kegiatan belajar dari para anggota. Selain hal tersebut, penting pula untuk diketahui kemampuan keaksaraan, tingkat pendidikan dan kondisi – kondisi lainnya dari anggota . Dengan mengetahui hal – hal tersebut, maka kita akan dengan mudah menentukan dan merancang materi – materi belajar untuk masing – masing kelompok. Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif. Proses pembelajaran bersama masyarakat akan efektif bila :

Materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kebutuhan hidup sehari – hari Materi yang dipelajari menyelesaikan masalah paling penting dalam hidup warga Materi atau pengetahuan baru agar bisa langsung dipraktekan masyarakat.

Cara Identifikasi Kebutuhan Belajar Daftar masalah, kebutuhan dan tingkat kemampuan warga belajar ternyata banyak dan beragam. Biasanya akan terjadi kesulitan bagi kita untuk menyusun materi belajar yang bisa merangkum seluruh harapan anggota. Diskusi bersama untuk menentukan kebutuhan belajar bisa dilakukan dengan mendaftar kebutuhan masing – masing. Apabila anggota BKM/LKM, UP & relawan relatif banyak (lebih dari 10 orang), di dalam pertemuan mintalah anggota BKM/LKM, UP & relawan untuk berkelompok dan mendiskusikan dan memilih kebutuhan belajar. Setelah selesai diskusi dalam kelompok kemudian bahas bersama apakah ada kebutuhan yang sama dari setiap kelompok ataukah ada yang berbeda. Buatlah tabel untuk memudahkan diskusi dan mendapatkan daftar kebutuhan belajar.

Masalah Keluarga Kebutuhan Belajar Kelompok Yang Membutuhkan Kalau musim hujan terjadi wabah diare

Pencegahan terhadap diare Pengobatan

Ibu – ibu dan bapak – bapak

Ibu – ibu tidak bisa baca tulis

Belajar aksara Ibu – ibu

dsb

36

Page 39: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Memprioritaskan Kebutuhan Belajar Dalam identifikasi kebutuhan, pastinya akan banyak sekali kebutuhan yang muncul dan tidak semuanya bisa dibahas dalam proses belajar yang akan dilaksanakan. Biasanya tidak semua kebutuhan satu kelompok merupakan kebutuhan kelompok lainnya. Kadang – kadang ada kebutuhan yang dirasakan sama oleh beberapa anggota kelompok sekaligus. Buatlah prioritas kebutuhan belajar bersama – sama, para anggota lah yang mempertimbangkan, menyeleksi dan menentukan kebutuhan – kebutuhan tersebut. Seluruh masalah yang sudah diseleksi bisa dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu masalah – masalah strategis dan masalah – masalah praktis. Masalah strategis adalah masalah yang membutuhkan pemecahan jangka panjang. Masalah praktis adalah masalah – masalah yang mendesak, serta membutuhkan penanganan jangka pendek untuk memecahkannya. Contoh ;

Daftar Masalah Strategis Daftar Masalah Praktis Tidak Punya usaha sampingan Kesehatan anak tidak baik Perempuan tidak punya suara di desa/kelurahan Hama padi tidak bisa dikendalikan Tingginya pengangguran Banyak ibu meninggal sewaktu melahirkan Jalan desa rusak Anak –anak muda tidak hormat kepada orang

tua Harga pupuk dan bibit padi terlalu mahal Jumlah anak terlalu banyak Dari hasil identifikasi di atas, kemudian kita bisa menentukan materi pembelajaran apa yang diperlukan. Buatlah daftar materi belajar yang diperlukan dan siapa saja yang membutuhkan materi belajar tersebut.

37

Page 40: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Modul 4 Topik: Perencanaan Proses Belajar

Peserta mampu menyusun rencana belajar masyarakat

Menyusun rencana belajar BKM/UP/Relawan

1 Jpl ( 45 ’)

Bahan Bacaan: Merancang Proses Belajar

• Kertas Plano

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

38

Page 41: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Menyusun Rencana Belajar BKM/UP/Relawan

1) Sampaikan kepada peserta, setelah kita mengidentifikasi kebutuhan informasi dan pengetahuan masyarakat, saat ini kita berdiskusi menyusun rencana belajar masyarakat tersebut. Tempelkan di dinding kesepakatan hasil identifikasi kebutuhan belajar sehingga semua peserta bisa melihatnya.

2) Jelaskan bahwa kita akan kembali berdiskusi dalam kelompok. Pembagian kelompok dan

anggotanya dapat saja sama seperti kelompok sessi sebelumnya disesuaikan dengan urutan prioritas hasil identifikasi kebutuhan belajar.

3) Tugas setiap kelompok adalah mendiskusikan dan menyusun rencana belajar. Matriks berikut

ini dapat dijadikan alat bantu.

Topik Belajar Tujuan Peserta Metode Media Narasumber Tempat Waktu

Satu topik belajar tidak selalu dapat dilakukan dalam 1 kali pertemuan. Seringkali, apalagi jika topik tersebut menyangkut masalah yang sulit atau tujuannya terfokus kepada perubahan sikap/perilaku warga belajar, memerlukan waktu lebih dari 1 kali pertemuan. Selain itu pengaturan waktu perlu juga mempertimbangkan waktu belajar masyarakat yang kadang-kadang hanya 2 – 3 jam per pertemuan.

4) Setelah diskusi kelompok selesai, mintalah masing – masing untuk memaparkan hasil

diskusinya. 5) Buka kesempatan peserta menambahkan atau memperkuat hasil diskusi kelompok. 6) Sepakati bersama seluruh peserta bahwa inilah rencana belajar kita semua. Sekali lagi kita

bertanggung jawab mempersiapkan dan menjalankannya.

39

Page 42: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Merancang Proses Belajar Rencana belajar penting untuk dibuat, ini akan membantu kita untuk mengelola langkah demi langkah kegiatan pembelajaran. Sebuah rencana belajar, sekurang – kurangnya berisi uraian rinci tentang topik, tujuan, metode, media, rencana evaluasi, jumlah pertemuan, tempat dan waktu pertemuan, dan lain – lain yang dipandang perlu. Ada dua hal yang harus dilakukan dalam merancang proses belajar , yang pertama menyusun rencana belajar bersama anggota BKM/LKM, UP & relawan. Kedua Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan guna mendukung proses belajar nantinya. Rencana Belajar Rencana belajar, sebaiknya disusun bersama – sama dengan anggota BKM/LKM, UP & relawan. Setiap kebutuhan belajar yang sudah diidentifikasi sebelumnya dirinci topiknya, tujuan belajarnya, metodenya, media yang akan digunakan serta rencana evaluasinya. Contoh : Kebutuhan Prioritas 1 : Pencegahan dan Penanganan Kesehatan Anak Tujuan Warga paham penyebab muntaber

Warga paham cara penularan muntaber Warga bisa menghitung harga obat-obatan muntaber Warga terampil melakukan pencegahan dan penanganan

muntaber Topik Apakah muntaber itu?

Sebab – sebab penyakit muntaber Cara – cara penularan penyakit muntaber Cara pencegahan dan penanganan penyakit muntaber

Metode dan Alat Bantu Metode : Bermain peran, diskusi kelompok, curah pendapat, dll

Alat bantu : buku, brosur kesehatan, gambar, kartu metaplan, papan tulis dan sebagainya

Rencana Evaluasi Seberapa jauh orang mau menindaklanjuti informasi penanganan kesehatan?

Sejauhmana peserta menangkap materi pembelajaran dengan mudah?

Waktu 8 kali pertemuan dalam 1 tahun Tempat BKM/LKM atau tempat lain?

40

Page 43: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Kebutuhan Prioritas 2 Tujuan

Topik

Metode dan Alat bantu

Rencana evaluasi

Waktu

Tempat

Buatlah tabel – tabel rencana belajar berdasarkan prioritas belajar yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam menentukan rencana belajar, kita harus mengingat beberapa hal penting, antara lain :

Satu masalah prioritas tidak selalu dirinci menjadi 1 topik belajar. Kadang – kadang kita diharuskan memperinci satu masalah yang kompleks menjadi beberapa topik.

Satu topik tidak selalu memerlukan waktu 1 kali pertemuan. Seringkali, apalagi jika topik tersebut menyangkut masalah yang sulit atau tujuannya terfokus kepada perubahan sikap/perilaku warga belajar, memerlukan waktu lebih dari 1 kali pertemuan. Dalam hal ini kita harus selalu mempertimbangkan waktu belajar warga yang kadang – kadang hanya 2 – 3 jam.

Persiapan Sebelum proses belajar dimulai, berdasarkan kepada rencana yang sudah dibuat maka kita harus mempersiapkan bahan – bahan dan segala sesuatu yang yang diperlukan untuk mendukung kelancaran proses belajar. Beberapa hal yang harus disipakan adalah :

Mencari infromasi dan menghubungi narasumber yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas, misalnya untuk topik kesehatan anak bisa meminta dokter puskesmasa atau bidan desa.

Mengemas infromasi yang diperoleh dari narasumber menjadi bahan belajar Menyiapkan media dan alat yang dibutuhkan Mencek kesiapan tempat kegiatan belajar.

41

Page 44: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Modul 5 Topik: Evaluasi Proses dan Hasil Belajar

Peserta mampu menyusun evaluasi pembelajaran

Kegiatan 1 : Menilai Perkembangan Belajar

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan:

Menilai Proses dan hasil belajar

• Kertas Plano

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

42

Page 45: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Menilai Perkembangan Belajar

1) Sampaikan kepada peserta, sesuai dengan tahapan pembelajaran yang sudah dibahas sebelumnya , saat ini kita akan berdiskusi menyusun rencana penilaian perkembangan belajar

2) Lakukan curah pendapat dengan peserta ,tanyakan kepada meraka :

Mengapa kegiatan belajar perlu dinilai? Apa yang dinilai? Siapa yang menilai?

3) Refleksikan bersama – sama hasilnya dan beri penegasan – penegasan yang diperlukan 4) Ajaklah peserta untuk berlatih membuat penilaian berdasrkan kepada rencana belajar yang

sudah dibuat dalam pembahasan modul sebelumnyan

Rencana Belajar BKM “Gono Gini” Masalah

Topik Belajar

Waktu

Jumlah pertemuan

Tempat

Tujuan Belajar

Topik pertemuan 1

Topik Peretmuan 2

Topik Pertemuan 3

dst

43

Page 46: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Aspek yang dinilai Hasil Keterampilan .............

Kemampuan Menganalisis Masalah

Perubahan – perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku

Proses pembelajaran

5) Diskusikan hasilnya dan beri masukkan yang diperlukan

44

Page 47: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

Menilai Proses dan Hasil Belajar Kita harus mengetahui perkembangan kemajuan warga belajar yang kita dampingi dan kita juga harus meningkatkan cara – cara kita memfasilitasi. Menilai proses dan hasil belajar diperlukan untuk :

Mengidentifikasi peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku warga belajar sesuai dengan tujuan belajar yang sudah ditetapkan

Mengidentifikasi masalah – masalah yang terkait dengan strategi kita dalam memfasilitasi proses pembelajaran.

Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan belajar baru yang belum diprogramkan Memperbaiki atau memodifikasi alat dan bahan – bahan belajar Mengidentifikasi dan merancang kegiatan pembelajaran berikutnya sesuai dengan

kebutuhan terbaru warga belajar Penilaian bisa dilakukan dengan cara – cara formal seperti tes atau penugasan, tetapi juga bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan, obrolan dan mengamati kegiatan warga belajar. Penitng diperhatikan :

Secara alamiah, warga belajar akan melakukan penilaian sendiri atas proses belajar yang dilakukannya, dan secara alamiah pula mereka memutuskan sendiri tentang apa yang akan mereka hasilkan berikut tindak lanjutnya.

Warga belajar lebih mengetahui potensi dirinya Yang kita nilai bukan hanya keberhasilan atau kegagalannya, tetapi terutama hádala proses

perubahannya. Apa yang Dinilai? Sebelum menilai, kita harus memeriksa kembali catatan mengenai kebutuhan dan alasan – alasan mengenai warga ikut dalam kegiatan BKM/LKM. Biasanya kita akan mendapatkan beragam alasan dan kebutuhan warga belajar , misalnya :

Ingin dapat memahami, mebaca dan menulis tentang cara – cara penularan penyakit muntaber

Ingin dapat memahami, membaca dan menulis tentang cara – cara penularan penyakit muntaber

Ingin mengetahui cara – cara pengendalian hama Ingin mengetahui kesehatan reproduksi Ingin mengetahui hak – hak perempuan dalam pembangunan desa/kelurahan Dan sebagainya.

Alasan – alasan yang dikemukakan oleh warga belajar adalah landasan utama kita dalam merancang penilaian. Dengan kata lain, penilaian kita tidak berlandaskan kepada apa yang kita mau atau apa tujuan program, tetapi terutama didasarkan pada keinginan dan kebutuhan warga belajar.

45

Page 48: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

46

Pada umumnya, penilaian kita harus meliputi beberapa aspek :

Keterampilan baca, tulis dan hitung : yang dinilai apakah warga belajar dapat membaca materi yang dipelajari misal : membaca petunjuk mengenai makanan tambahan bagi bayi.

Kemampuan menganalisis masalah : yang dinilai apakah warga belajar dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari masalah. Misalnya : bisa menjelaskan mengapa banyak orang tidak memberikan makanan tambahan bagi bayi, apa akibat-akibatnya dan lain – lain.

Perubahan – perubahan sikap dan perilaku : yang dinilai adalah sejauh mana pengetahuan dan sikap warga mengenai topik belajar meningkat, dan bagaimana warga menerapkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari – hari .

Proses pembelajaran : yang dinilai adalah apakah warga belajar hadir penuh, merasa nyaman mengikuti kegiatan, apakah media yang kita gunakan sudah tepat dan lain – lain.

Page 49: Meningkatkan Kapasitas Masyarakat - p2kp.orgp2kp.org/pustaka/files/modul_pelatihan08/C/1/d/Modul-Meningkatkan...Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32 Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan

DEPARTEMEN

PEKERJAAN

UMUMDirektorat Jenderal Cipta Karya

Perkotaan