identifikasi kerangka

50
BAB I PENDAHULUAN Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khususnya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya. Selain itu kemajuan teknologi yang dijumpai pada sarana-sarana angkutan baik udara, laut maupun darat yang menggunakan mesin-mesin modern dan canggih sehingga mampu menempuh dalam ruang dan waktu dengan kecepatan yang sangat tinggi dan daya angkut yang besar, disamping itu juga pembangunan gedung-gedung besar dan bertingkat di kota-kota besar, seperti perkantoran, pasar dan kompleks pertokoan, gedung- gedung pertunjukan dan hiburan, hotel-hotel, pabrik- pabrik dan sebagainya; yang semuanya mempunyai resiko

Upload: aldilazuardi

Post on 07-Nov-2015

115 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

referat identifikasi kerangka

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khususnya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya. Selain itu kemajuan teknologi yang dijumpai pada sarana-sarana angkutan baik udara, laut maupun darat yang menggunakan mesin-mesin modern dan canggih sehingga mampu menempuh dalam ruang dan waktu dengan kecepatan yang sangat tinggi dan daya angkut yang besar, disamping itu juga pembangunan gedung-gedung besar dan bertingkat di kota-kota besar, seperti perkantoran, pasar dan kompleks pertokoan, gedung-gedung pertunjukan dan hiburan, hotel-hotel, pabrik-pabrik dan sebagainya; yang semuanya mempunyai resiko terhadap adanya kemungkinan terjadinya musibah kecelakaan massal atau kebakaran, demikian pula persenjataan perang dan bencana alam yang akan dapat menghancurkan semua benda dan manusia yang menjadi korbannya sehingga sulit atau bahkan tidak dapat dikenali lagi. Disitulah semua, identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk kepentingan forensik maupun non-forensik.Identifikasi forensik merupakan salah satu upaya membantu penyidik menentukan identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik dalam kasus pidana maupun kasus perdata. Penentuan identitas seseorang sangat penting bagi peradilan karena dalam proses peradilan hanya dapat dilakukan secara akurat bila identitas tersangka atau pelaku dapat diketahui secara pasti. Identifikasi forensik dapat dilakukan dengan metode-metode antara lain yaitu metode visual yang dilakukan dengan memperlihatkan korban kepada anggota keluarga atau teman dekatnya untuk dikenali, pemeriksaan dokumen, pemeriksaan perhiasan yang dikenakan korban, pemeriksaan pakaian, identifikasi medis meliputi pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, ras, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, cacat tubuh/kelainan khusus, jaringan parut bekas operasi/luka, tato (rajah).

Selain metode pemeriksaan diatas terdapat juga pemeriksaan serologis dilakukan untuk menentukan golongan darah korban dari bahan darah/bercak darah, rambut, kuku, atau tulang. Pemeriksaan sidik jari dengan membuat sidik jari langsung dari jari korban atau pada keadaan di mana jari telah keriput, sidik jari dibuat dengan mencopot kulit ujung jari yang mengelupas dan mengenakan pada jari pemeriksa yang sesuai lalu dilakukan pengambilan sidikjari. Pemeriksaan gigi meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang secara manual, radiologis, dan pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi. Metode lainnya yang dapat digunakan adalah metode eksklusi dilakukan jika terdapat korban yang banyak dengan daftar tersangka korban pasti seperti pada kecelakaan masal penumpang pesawat udara, kapal laut (melalui daftar penumpang). Bila semua korban kecuali satu yang terakhir telah dapat ditentukan identitasnya dengan metoda identifikasi lain, maka korban yang terakhir tersebut langsung diidentifikasikan dari daftar korban tersebut.Identitas seseorang dipastikan bila minimal dua metode yang digunakan memberi hasil positif (sesuai), di mana salah satunya adalah metode identifikasi medis. Peran dokter dalam identifikasi personal terutama dalam identifikasi secara medis, serologis, dan pemeriksaan gigi.

Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, parturitas (riwayat persalinan), ciri-ciri khusus, deformitas, dan bila memungkinkan dapat dilakukan superimposisi serta rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.

Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data-data hasil pemeriksaan dengan data-data antemortem. Bila terdapat tulang tengkorak yang utuh dan terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, maka dapat dilakukan metode superimposisi, yaitu dengan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak di atas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan. Pada keadaan tersebut dapat pula dilakukan pencetakan tengkorak tersebut lalu dilakukan rekonstruksi wajah dan kepala pada cetakan tengkorak tersebut dengan menggunakan materi lilin atau gips sehingga dibentuk rekaan wajah korban. Rekaan wajah tersebut kemudian ditunjukkan kepada tersangka keluarga korban untuk dikenali.Pemeriksaan antropologi dilakukan untuk memperkirakan apakah kerangka adalah kerangka manusia atau bukan. Antropologi adalah studi tentang umat manusia, budaya dan fisik, disemua waktu dan tempat. Antropologi forensik adalah aplikasi pengetahuan antopologis dan teknikdalam konteks hukum. Hal ini melibatkan pengetahuan rinci osteologi (anatomi budayatulang dan biologi) untuk membantu dalam identifikasi dan penyebab kematian sisa-sisa kerangka, serta pemulihan tetap menggunakan teknik arkeologi. Antropologi fisik forensikmengkhususkan diri dalam penelitian dan penerapan teknik yang digunakan unutkmenentukan usia saat kematian, seks, afinitas populasi, perawakannya, kelainan dan atau patologi, dan keistimewaan untuk bahan tulang modern.Osteologi forensik adalah subdisiplin dari antropologi forensik dan secara garis besar memfokuskan pada analisa dari rangka manusia untuk tujuan medikologal. Osteologi forensik paling sering dibutuhkan saat investigasi sisa-sisa dari tubuh manusia akibat dari kematian wajar yang tidak dapat dijelaskan, pembunuhan, bunuh diri, atau bencana alam. Meskipun begitu, seiring meningkatnya frekuensi tersebut, osteolog forensik seringkali diminta untuk mendampingi dokter spesialis forensik dalam mengkonfirmasi usia dari makhluk hidup maupun jenazah untuk keperluan peradilan.Jika dengan pemeriksaan tersebut masih diragukan, misalnya jika yang ditemukan hanya sepotong tulang saja, maka perlu dilakukan pemeriksaan serologi (reaksi presipitin), histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers), dan bahkan dengan pemeriksaan DNA.

Referat ini bertujuan membahas berbagai hal mengenai identifikasi forensik ataupun identifkasi secara umum meliputi: pengertian, arti penting, macam-macam pemeriksaan dan cara atau metode serta sistem identifikasi. Hal-hal demikian diperlukan untuk memperoleh pemahaman pemahaman dalam penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. IDENTIFIKASIIdentifikasi adalah metode membedakan individu dengan individu lainnya berdasarkan ciri-ciri karakteristiknya untuk dibedakan dengan individu lain. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantupenyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtuanya. Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif(tidak meragukan).2.2. IDENTIFIKASI KERANGKAUpaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.

Pada saat petugas kepolisian membawa tulang untuk dilakukan pemeriksaan medis, hal-hal yang biasanya dipertanyakan pihak kepolisian kepada petugas medis antara lain:

1. Apakah tulang tersebut adalah tulang manusia atau bukan.

2. Jika ternyata tulang manusia, tulang dari laki-laki atau wanita.

3. Apakah tulang-tulang tersebut merupakan tulamg dari satu individu atau beberapa individu.

4. Umur dari pemilik tulang tersebut.

5. Waktu kematian.

6. Apakah tulang-tulang tersebut dipotong, dibakar, atau digigit oleh binatang.

7. Kemungkinan penyebab kematian.

2.2.1. MEMBEDAKAN TULANG MANUSIA DAN TULANG HEWANHal ini merupakan tugas dokter karena pihak kepolisian dan rakyat biasanya sering acuh, sehingga pernah terjadi kekeliruan dengan tulang binatang, terutama dengan tulang-tulang anjung, babi, dan kambing. Pengetahuan mengenai anatomi manusia, berperan penting untuk membedakannya. Jika tulang yang dikirim utuh atau terdapat tulang skeletal akan sangat mudah untuk membedakannya, tetapi akan menjadi sangat sulit bila hanya fragmen kecil yang dikirim tanpa adanya penampakan yang khas. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya sepotong tulan saja, dalamhal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik (reaksi presipitin) dan histologik (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).Tes presipitinTes presipitin yang dikonduksi dengan serum anti human dan ekstrak dari fragmen juga dapat dapat digunakan untuk mnegetahui apakah tulang tersebut tulang manusia. Tulang manusia dan binatang juga dapat dibedakan melalui analisa kimia debu tulang.Tes presipitin merupakan uji spesifik untuk menentukan spesies dengan cara terlebih dahulu harus dibuat serum anti manusia. Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.

Cara pemeriksaan:

Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruangan kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibodi akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.

Hasil pemeriksaan:

Akan terdapat lapisan tipis endapan atau presipitat pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.

2.2.2. PENENTUAN TULANG DARI SATU INDIVIDU ATAU BEBERAPA INDIVIDUTulang-tulang yang dikirim untuk dilakukan pemeriksaan harus dipisahkan berdasarkan sisi asalnya, dan selanjutnya dilakukan pencatatan jika terdapat tulang yang berlebih dari yang sebenarnya , atau terdapat jenis tulang yang sama dari sisi yang sama.

2.2.3. JENIS KELAMINPenentuan jenis kelamin dari kerangka manusia dapat ditentukan dengan melihat morfologi dan ukuran dari kerangka. Bagian tulang yang penting untuk menentukan jenis kelamin adalah pelvis dan tengkorak karena dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Selain itu dapat pula ditentukan menggunakan tulang lainnya seperti scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, sternum, femur, tibia dan kalkaneus.a. Identifikasi jenis kelamin dari tulang panggul

Ada beberapa tulang yang dapat dianalisis untuk menentukan jenis kelamin, salah satunya adalah kerangka pelvis. Wanita umumnya mempunyai tulang pubis yang lebih lebar dari laki-laki untuk memungkinkan kepala bayi untuk lewat pada saat proses kelahiran. Ukuran sudut subpubis lebih dari 90 derajat, sedangkan pada laki-laki 100

Rendah,lebar, sayap luas, relief otot kurang jelas

Dua lengkung

Segi tiga sudut runcing

Sangat sempit,tuber ischiadicus kurang jelas

Bentuk S-nya sangat dangkal

Sangat rendah dan lebar

Sangat lebar

Sangat lebar ovalLebih dangkal,

tapi jelas

Terbuka bentuk V

90-100

Ciri feminin kurang jelas

Dua lengkung

Segi tiga

Sempit

Bentuk S-nya dangkal

Rendah dan lebar

Lebar

Lebar, ovalHanya bekas

Bentuk peralihan

60-100

Bentuk peralihan

Dua lengkung

Bentuk tidak jelas

Sedang

Sedang

Tinggi dan lebarnya sedang

Sedang

Lebarnya sedang, bulatHampir tak kentara

Bentuk U

45-60

Ciri maskulin kurang jelas

Satu lengkung

Oval

Lebar

Jelas berbentuk S

Tinggi dan sempit

Sempit

Sempit berbentuk hartenTidak ada

Sempit,jelas bentuk U

30 tahun

Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua. Gambar 4. Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur

Pemeriksaan tengkorak :

Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna

Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur 20 30 tahun

Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 35 tahun tetapi dapat tetap terbuka sebagian pada umur 60 tahun.

Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70 tahun.

Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari 18 tahun hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3 komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan umur berdasarkan sebuah tabel.Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan femur guna penentuan umur. Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan tulang belakang mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur.Nemeskeri, Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial, relief permukan simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimal/epifise femur, dan mereka dapat menentukan umur dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun.Perkiraan umur dari gigi dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun, masa statis gigi susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun).Selain itu dapat juga digunakan metode Gustafson yang memperhatikan atrisi (keausan), penurunan tepi gusi, pembentukan dentin sekunder, semen sekunder, transparasi dentin dan penyempitan/penutupan foramen apikalis.Tabel 5. Usia berdasarkan erupsi gigi

Erupsi gigi susuErupsi gigi tetap

6 -8 bln --- I 1bawah 8 bln --- I 1 atas 8 - 10 bln --- I 2 atas 10 - 12 bln --- I 2 bwh 12 - 14 bln --- M 1 18 - 20 bln --- C 22 - 24 bln --- M 2 6 thn ----- M17 thn ----- I 18 thn ----- I 29 thn ---- PM 110 thn --- PM 211-12 thn -- C12 - 14 thn -- M 221 - keatas --- M 3

Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas korban. Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12 16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan untuk penentuan perkembangan gigi.Gambar 5. X-ray gigi pada anak - anakGambar diatas memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak.

a) Gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan perkembangan pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar gigi molar atau gigi 6 tapi belum tumbuh secara utuh).

b) Dibandingkan dengan diagram yang diambil dari Schour dan Massler pada gambar (b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada anak usia 9 tahun.

Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi molar tiga yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi degenerasi dan perubahan pada gigi melalui terjadinya proses patologis yang lambat dan hal seperti ini dapat digunakan untuk aplikasi forensik.2.2.5. RASVariasi geografi dari rangka manusia digunakan untuk mengidentifikasi ras manusia atau silsilah seorang individu. Para ahli antropologi forensik membagi ras ke dalam 3 ras yaitu: Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid.

Dibandingkan dengan perhitungan jenis kelamin, usia dan tinggi badan, penentuan ras lebih sulit, kurang tepat dan kurang dapat dipercaya, karena tidak ada tanda di rangka. Rangka digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan ras yang bersifat nonmetrik, yang didokumentasikan melalui metode antrostopik yang sedikit bersifat subjektif dan bervariasi antara satu peneliti dengan peneliti lain. Bagaimanapun perkiraan ras merupakan sebuah cara dalam bidang identifikasi forensik sebagaimana dengan penentuan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan yang sangat mempengaruhi ras dari masing-masing individu.

Rangka yang digunakan sebagai penentu dari ras sangat difokuskan pada ciri tengkorak dan gigi geligi. Penentu ras dari tengkorak merupakan ciri-ciri metric dan non-metrik, termasuk panjang dan lebar bentuk tengkorak, kekuatan tengkorak, bentuk tengkorak dan secara unik spesifik pada bentuk gigi. Beberapa perbedaan yang ditemukan pada masing-masing ras seperti pada gigi seri, pada ras mongoloid dan negroid berbentuk sekop sementara pada ras kaukasoid tidak. Selain gigi seri juga terdapat perbedaan pada bentuk tulang pipi, pada kaukasoid tulang pipi kurang lebar, negroid lebar datar dan mongoloid terletak di antaranya. Perbedaan morfologi ras mongoloid, negroid dan kaukasoid dapat dilihat pada tabel 6. Gambar 6. Ras Kaukasoid

Gambar 7. Ras Negroid

Gambar 8. Ras Mongoloid

Tabel 6. Karakter tulang pada masing-masing rasNoKarakterKaukasoidNegroidMongoloid

1Indeks kranial75-80, Mesokranial80, Brakikranial

2Kontur SagitalMelengkungDepresi+cekung ke dalamMelengkung

3Keeling of skull(-)(-)(+)

4Total Indeks Facial>90, makin sempit>85, makin lebar85-90, Rata-rata

5Profil WajahLurus OrthognatikMenonjol/ prognatikIntermediate

6Profil Spina NasalRuncing menonjolSedikit runcingMembulat

7Korda BasalisPanjangPanjangPendek

8Sutura PalatinaSimple Simple Kompleks

9Sutura Metopik(+)(-)(-)

10Worman bones(-)(-)(+)

11Bentuk orbitaSudut miringPersegi Bulat tidak miring

12Batas terbawah mataMenjauh Menjauh Mendekat

13Indeks nasal53, Platyyhinik (lebar)48-53, Meshorinik (intermediate)

14Bentuk kavitas nasalTear shaped (air mata)Bulat lebarOval

15Tulang nasaltower-shaped (berbentuk menara), sempit dan parallel dari anterior, agak melengkung dalam profilnyaQuonset hut shaped (berbentuk kubah metal/baja), lebar dan meluas dari anterior, tidak melengkung dalam profilnyatented (bentuk tented), sempit dan meluas dari anterior, melengkung dalam profilnya

16Pertumbuhan yang berlebih di pangkal hidung(-)(-)(+)

17Nasal sill(+)(-)(-)

18Spina nasalis inferiorBesar dan cenderung tajamkecilkecil

19Arkus zygomatikusSempit dan agak mundur ke belakangSedang sampai besar dan agak mundur ke belakangMenonjol

20Meatus acusticus externusmembulatMembulat Oval

21Bentuk palatumTriangularRectangular Parabola atau berbentuk ladam/sepatu kuda

22Sutura palatineIrregular (tidak teratur)IrregularLurus

23OklusiSedikit overbiteSedikit overbiteEdge to edge/ sama rata

24Insisivus sentralisBlade shaped (berbentuk seperti mata pisau)Blade shaped (berbentuk seperti mata pisau)Shovel shaped (berbentuk seperti kapak)

25Bentuk ramus mandibula ascendingTerjepit pada bagian pertengahanMiring pada bagian belakangLebar dan vertikal

26Proyeksi ramus mandibula ascendingTidak menonjolMenonjol Tidak menonjol

27Sudut genitalSedikit melebarTidak melebarSedikit melebar

28Profil daguLebih kemuka dan menonjolMembulatSedikit menonjol

2.2.6. TINGGI BADANTinggi badan seseorang dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, menggunakan rumus yang dibuat banyak ahli.

a. Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa):

Tinggi badan = 897 + 1,74 y (femur kanan)

Tinggi badan = 822 + 1,90 y (femur kiri)

Tinggi badan = 879 + 2,12 y (tibia kanan)

Tinggi badan = 847 + 2,22 y (tibia kiri)

Tinggi badan = 867 + 2,19 y (fibula kanan)

Tinggi badan = 883 + 2,14 y (fibula kiri)

Tinggi badan = 847 + 2,60 y (humerus kanan)

Tinggi badan = 805 + 2,74 y (humerus kiri)

Tinggi badan = 842 + 3,45 y (radius kanan)

Tinggi badan = 862 + 3,40 y (radius kiri)

Tinggi badan = 819 + 3,15 y (ulna kanan)

Tinggi badan = 847 + 3,06 y (ulna kiri)

b. Rumus Trotter dan Gleser untuk Mongoloid:

1,22 (fem + fib) + 70,24 ( 3,18 cm)

1,22 (fem + tib) + 70,37 ( 3,24 cm)

2,40 (fib) + 80,56 ( 3,24 cm)

2,39 (tib) + 81,45 ( 3,27 cm)

2,15 (fem) + 72,57 ( 3,80 cm)

1,68 (hum + ulna) + 71,18 ( 4,14 cm)

1,67 (hum + rad)+ 74,83 ( 3,24 cm)

2,68 (hum)

+ 83,19 ( 4,25 cm)

3,54 (rad)

+ 82,00 ( 4,60 cm)

3,48 (ulna)

+ 77,45 ( 3,66 cm)

Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia:

Pria: TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) ( 4,2961 cm)

TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) ( 4,3572 cm)

TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) ( 4,6186 cm)

Wanita: TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) ( 4,8684 cm)

TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) ( 4,9526 cm)

TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) ( 5,0226 cm)

Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.

Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio laki-laki : wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang dianjurkan. (khusus untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh, berikut kulit di luarnya).

Ukuran pada tengkorak, tulang dada dan telapak tangan juga dapat digunakan untuk menilai tinggi badan.2.2.7. WAKTU KEMATIANSangatlah susah untuk memperkirakan waktu kematian dari pemeriksaan tulang, meskipun begitu dugaan-dugaan dapat dibuat dengan memperhatikan adanya fraktur, aroma, dan kondisi jaringan lunak dan ligamen yang melekat dengan pada tulang tersebut. Pada kasus-kasus fraktur, perkiraan waktu kematian dapat diperkirakan dalam berbagai tingkatan ketepatan, dengan pemeriksaan callus setelah dibedah sebelumnya secara longutidunal. Aroma yang dikeluarkan tulang pada beberapa kematian sangat khas dan menyengat. Harus diingat bahwa anjing, serigala dan pemakan daging lainnya akan menggunduli tulang tanpa sedikit pun jaringan lunak dan ligamen, meskipun dalam waktu yang sangat singkat, tetapi aroma yang ditinggalkanya masih merupakan bukti dan tetap berbeda dari tulang yang telah mengalami penguraian di tanah.

Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau lebih.

Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti :

1. Dari Bau Tulang

Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5 bulan. Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.

2. Warna Tulang Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian kurang dari 7 bulan. Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan.

3. Kekompakan Kepadatan Tulang

Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan permukaan tulang. Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan kematian kurang dari 1 tahun. Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.

Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan.

Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua. Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha. Hal ini sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.

Jadi banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang, disamping jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan padat seperti tulang paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad, sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis akan hancur lebih cepat. Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki dan tulang-tulang tangan, jari-jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang dialami tulang-tulang kecil dari janin dan bayi. Pemeriksaan Penentuan Umur Tulanga. Tes Fisika Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke bagian tengah.

Dengan pengamatan yang baik akan terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun.

Tes Fisika yang lain adalah pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengoroposannya.Gambar 9. Perbedaan tes fisika tulang pada berbagai umur

Pada gambar 9 tampak (a) Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan. (b) Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang. (c) Sebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.

b. Tes Serologi Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di daerah berhawa panas.

Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi positif menyingkirkan bahwa tulang masih baru. Reaksi positif, diperkirakan umur tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk.

Aktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion technique dengan anti human serum. Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama kematian kira-kira 510 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.

c. Tes Kimia Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara mengukur pengurangan jumlah protein dan Nitrogen tulang. Tulang-tulang yang baru mengandung kira-kira 4,5 % Nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat. Jika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % Nitrogen, diperkirakan bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.

`Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah yang terutama. Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang. Jika pada pemeriksaan Fralin dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun. Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.

2.2.8. MELIHAT APAKAH TULANG TERSEBUT DIPOTONG, DIBAKAR, ATAU DIGIGIT BINATANGTulang, bagian ujung ujung dari tulang, harus diperiksa dengan sangat teliti untuk mengetahui apakah tulang-tulang tersebut dipotong dengan benda tajam, atau digerogoti binatang, atau medulanya telah dimakan. Terkadang petugas kepolisian yang kurang berpengalaman salah mengira tulang yang digerogoti binatang dan mengiranya dipotong dengan benda tajam, lalu berusaha menerangkannya dengan berbagai teori yang tidak jelas. Saluran-saluran nutrisi juga harus diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya arsenic merah atau zat pewarna lainnya untuk mengetahui dengan pasti apakah tulang tersebut berasal dari ruang pemotongan.2.2.9. MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB KEMATIANHampir tidak mungkin untuk menentukan penyebab kematian dari tulang, kecuali jika didapati fraktur atau cedera, seperti fraktur pada tulang tengkorak atau pada cervikal atas atau potongan yang dalam pada tulang yang mengarahkan kepada penggunaan alat pemotong yang kuat. Penyakit-penyakit pada tulang, seperti karies atau nekrosis, atau bekas cedera bakar.2.2.10. PEMERIKSAAN DNA

Sejauh ini terdapat Sembilan metode untuk mengidentifikasikan jenazah. Mulai dari melihat bentuk tubuh korban atau tersangka yang belum rusak (visual), memeriksa dokumen identitas diri, sampai mengenali pakaian dan perhiasannya. Identifikasi jenazah juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan medis dari bagian tubuh seperti tulang dan uji serologis untuk mengetahui golongan darah.

Hingga kini metode pemeriksaan DNA adalah cara identifikasi yang paling tajam dibandingkan metode identifikasi jenazah lainnya dengan tingkat akurasi mendekati 100%. Hasilnya juga stabil dan bisa menggunakan semua bagian tubuh korban. Pemeriksaan DNA bisa diambil dari sample manapun, yang penting sel itu memiliki inti sel. Yang paling banyak digunakan biasanya darah, namun bisa juga dari cairan sperma, tulang, rambut, rambut, ludah, urin, maupun kotoran manusia.

Definisi DNA

Asam deoksi-ribonukleat (deoxyribonucleic Acid = DNA) adalah suatu senyawa kimiawi yang membentuk kromosom. Bagian dari suatu kromosom yang mendikte suatu sifat khusus disebut gen. struktur DNA adalah untaian ganda (double helix), yaitu dua untai bahan genetic yang membentuk spiral satu sama lain.

Setiap untaian terdiri dari satu deretan basa (juga disebut nukleotida). Basa dimaksud adalah salah satu dari keempat senyawa kimiawi berikut: adenine, guanine, cytosin, dan thymine. Kedua untai DNA berhubungan pada setiap basa. Setiap basa hanya akan berikatan dengan satu basa lainnya, dengan aturan sebagai berikut: Adenine (A) hanya akan berikatan Thymine (T), dan Guanine (G) hanya akan berikatan dengan Cytosine (C).

Pemeriksaan DNA fingerprint

Pemeriksaan sidik DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffreys pada tahun 1985.

Pemeriksaan ini didasarkan atas adanya bagian DNA manusia yang termasuk daerah non-coding atau intron (tak mengkode protein) yang ternyata merupakan urutan basa tertentu yang berulang sebanyak n kali. Contoh dari satu untaian DNA terlihat seperti ini:

A-A-C-T-G-A-T-A-G-G-T-C-T-A-G

Untaian DNA yang dapat terikat pada untaian DNA di atas adalah:

T-T-G-A-C-T-A-T-C-C-A-G-A-T-C

Dan gabungan keduanya menjadi:

A-A-C-T-G-A-T-A-G-G-T-C-T-A-G

T-T-G-A-C-T-A-T-C-C-A-G-A-T-C

Bagian DNA ini tersebar dalam seluruh genom manusia sehingga dinamakan multilokus. Bagian DNA ini dimiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu sama lain, sedemikian sehingga kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah sangat kecil sekali. Bagian DNA ini dikenal dengan nama variable number of tandem repeats (VNTR) dan umumnya tersebar pada bagian ujung dari kromosom. Seperti juga DNA pada umumnya, VNTR ini diturunkan dari kedua orangtua menurut hokum Mendel, sehingga keberadaannya dapat dilacak secara tidak langsung dari orangtua, anak maupun saudara kandungnya.

Pemeriksaan sidik DNA diawali dengan melakukan ekstraksi DNA dari sel berinti, lalu memotongnya denga enzim retriksi Hinfl, sehingga DNA menjadi potongan-potongan. Potongan DNA ini dipisahkan satu sama lain berdasarkan berat molekulnya (panjang potongan) dengan melakukan elektroforesis pada gel agarose. Dengan menempatkan DNA pada sisi bermuatan negative, maka DNA yang juga bermuatan negative akan ditolak ke sisi lainnya dengan kecepatan yang berbading terbalik dengan panjang fragmen DNA. Fragmen DNA yang telah terpisah satu sama lain didalam agar lalu diserap pada suatu membran nitroselulosa dengan suatu metode yang dinamakan metode Southern blot.Membran yang kini telah mengandung potongan DNA ini lalu diproses untuk membuat DNA nya menjadi DNA untai tunggal (proses denaturasi), baru kemudian dicampurkan dengan pelacak DNA yang telah dilabel dengan bahan radioaktif dalam proses yang dinamakan hibridisasi. Pada proses ini pelacak DNA akan bergabung dengan fragmen DNA yang merupakan basa komplemennya.

Untuk menampilkan DNA yang telah berhibridisasi dengan pelacak berlabel ini, dipaparkanlah suatu film diatas membran sehingga film akan terbakar oleh adanya radioaktif tersebut (proses autoradiografi). Hasil pembakaran film oleh sinar radioaktif ini akan tampak pada film berupa pita-pita DNA yang membentuk gambaran serupa Barcode (label barang di supermarket).

Dengan metode Jeffreys dan menggunakan dua macam pelacak DNA umumnya dapat dihasilkan sampai 20-40 buah pada pita DNA per sampelnya.

Pada kasus identifikasi mayat tak dikenal, dilakukan pembandingan pita korban dengan pita orangtua atau anak-anak tersangka korban. Jika korban benar adalah tersangka, maka akan di dapatkan bahwa separuh pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan pita ayahnya. Hal yang sama juga dapat dilakukan pada kasus ragu ayah (disputed paternity).

Pada kasus perkosaan dilakukan pembandingan pita DNA dari apus vagina dengan pita DNA tersangka pelaku. Jika tersangka benar adalah pelaku, maka akan di jumpai pita DNA yang persis pola susunannya.2.2.11. REKONSTRUKSI WAJAHPenggunaan rekonstruksi wajah forensik telah membantu mengidentifikasi mayat yang ditemukan dalam keadaan dekomposisi. Dengan merekonstruksi wajah, dengan menggunakan komputer, peneliti forensik dapat menggunakan struktur tulang untuk menambah mata, rambut dan kulit untuk mengembangkan faksimili dekat orang yang mereka butuhkan untuk mengidentifikasi. Gambar ini kemudian dibandingkan dengan database orang hilang untuk melihat apakah ada kecocokan ditemukan. Jika database telah tidak cocok, polisi kemudian dapat mengirim foto ke media untuk distribusi.Gambar 10. Contoh rekonstruksi wajah

Setelah rekonstruksi wajah forensik dan menemukan kecocokan yang dekat dalam database, ilmu pengetahuan forensik yang lebih diperlukan untuk menyelesaikan proses. Mereka dapat menggunakan DNA forensik dari orang yang hilang dan tulang-tulang yang ditemukan untuk mengkonfirmasi apakah orang tersebut memang yang mereka temukan. Mereka juga dapat menggunakan ilmu gigi forensik untuk mengetahui apakah seseorang adalah orang tertentu. BAB III

PENUTUPPesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan social budaya mengakibakan tingginya angka kecelakaan, pembunuhan dan peristiwa-peristiwa lain yang kadang-kadang mengakibatkan kesulitan dikenalinya korban tersebut. Di lain pihak adanya tuntutan untuk segera dilakukannya identifikasi secara tepat pada korban tersebut. Tak jarang jenazah yang dibawa untuk diidentifikasi hanya berupa kerangka saja, sehingga identifikasi sulit untuk dilakukan.

Identifikasi yang dapat dilakukan pada kerangka manusia atau diduga manusia adalah waktu kematian, profil biologis (umur, jenis kelamin, tinggi, ras), karakteristik individual dan kemungkinan penyebab kematian.

Waktu kematian dapat diduga dengan menganalisis fraktur, aroma, dan kondisi jaringan lunak dan ligamen yang melekat dengan pada tulang, serta perubahan yang terjadi pada tulang.

Penentuan umur dapat dilakukan dengan pemeriksaan penutup sutura, inti penulangan, penyatuan tulang serta pemeriksaan gigi. Jenis kelamin dapat dianalisis dengan memeriksa dimorfisme dan ukuran dari tengkorak, tulang panggul, dan tulang-tulang panjang. Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, menggunakan rumus yang dibuat ahli yaitu Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa), Rumus Trotter dan Gleser untuk Mongoloid, Rumus dari Djaja Surya Atmadja untuk populasi dewasa muda di Indonesia. Ras dapat ditentukan dengan melihat karakteristik tengkorak dan gigi geligi serta tulang-tulang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Forensik. 1st ed. Medan: USU PressBoer, Ardiyan. Osteologi Umum. 10th ed. Padang: Percetakan Angkasa RayaBudiyanto, A., Widiatmaka, W., Atmaja, D. S., 1999. Identifikasi Forensik. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Halaman 197-202Glinka, J. 1990. Antopometri & Antroskopi.3rd ed. SurabayaKrogman, W.M., Iscan M.Y., 1986. The Human Skeleton in Forensic Medicine. Illinois: Thomas PublisersNandy, A. 1996. Principles of Forensic Medicine. 1st ed. Calcutta: New Central Book Agency (P) LtdNielsen, S.K. 1980. Person Identification by Means of the Teeth. Bristol: John Wright & Sons Ltd