membangun anak desa melalui tk

72
1 MEMBANGUN MASYARAKAT DESA BERBASIS TKMD SEBAGAI SARANA MISI HOLISTIK Oleh : Daniel Saroengoe PESAT Ministry Permasalahan Sejak awal kegiatan pembangunan di Indonesia, khususnya pembangunan pedesaan telah banyak mendapat perhatian pemerintah. Hal ini merupakan konsekwensi logis bagi bangsa Indonesia karena daerah pedesaan merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana sekitar 63 % penduduknya hidup di wilayah pedesaan. Dengan demikian pembangunan pedesaan harus dijadikan sebagai titik sentral atau tulang punggung pembangunan nasional. Karena membangun desa berarti membangun bangsa sebab usaha-usaha perbaikan pada tingkat lokal pada hakekatnya adalah usaha-usaha perbaikan nasional, sebab masalah nasional merupakan akumulasi dari masalah-masalah lokal 1 . Arti penting pembangunan pedesaan adalah bahwa dengan menempatkan desa sebagai sasaran pembangunan adalah usaha pemerintah untuk mengurangi kesenjangan antara yang kaya dan miskin, desa dan kota dengan berbagai permasalahan pedesaan yang cukup kompleks. Tentu untuk mengatasi permasalahan pedesaan bukanlah semata tanggungjawab pemerintah saja, tetapi juga tanggungjawab bersama seluruh masyarakat Indonesia, termasuk gereja-gereja Tuhan di Indonesia sebab gereja dipanggil Tuhan di tengah dunia sebagai garam dan terang (Mat 5 : 13 16) untuk memberkati bangsa ini melalui keterlibatan aktif dalam membangun Masyarakat Desa. Selanjutnya Rasul Petrus berkata (I Pet 2:13-17) 1 Soetrisno dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun (Solo: Yayasan Indonesia Sejahtera, 1982), 13.

Upload: daniel-saroengoe

Post on 24-Jan-2018

49 views

Category:

Spiritual


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun anak desa melalui tk

1

MEMBANGUN MASYARAKAT DESA BERBASIS TKMD SEBAGAI SARANA MISI HOLISTIK

Oleh : Daniel Saroengoe PESAT Ministry

Permasalahan

Sejak awal kegiatan pembangunan di Indonesia, khususnya pembangunan

pedesaan telah banyak mendapat perhatian pemerintah. Hal ini merupakan

konsekwensi logis bagi bangsa Indonesia karena daerah pedesaan merupakan bagian

integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana sekitar 63 % penduduknya

hidup di wilayah pedesaan. Dengan demikian pembangunan pedesaan harus

dijadikan sebagai titik sentral atau tulang punggung pembangunan nasional. Karena

membangun desa berarti membangun bangsa sebab usaha-usaha perbaikan pada

tingkat lokal pada hakekatnya adalah usaha-usaha perbaikan nasional, sebab masalah

nasional merupakan akumulasi dari masalah-masalah lokal1.

Arti penting pembangunan pedesaan adalah bahwa dengan menempatkan

desa sebagai sasaran pembangunan adalah usaha pemerintah untuk mengurangi

kesenjangan antara yang kaya dan miskin, desa dan kota dengan berbagai

permasalahan pedesaan yang cukup kompleks. Tentu untuk mengatasi permasalahan

pedesaan bukanlah semata tanggungjawab pemerintah saja, tetapi juga

tanggungjawab bersama seluruh masyarakat Indonesia, termasuk gereja-gereja

Tuhan di Indonesia sebab gereja dipanggil Tuhan di tengah dunia sebagai garam dan

terang (Mat 5 : 13 – 16) untuk memberkati bangsa ini melalui keterlibatan aktif dalam

membangun Masyarakat Desa. Selanjutnya Rasul Petrus berkata (I Pet 2:13-17)

1 Soetrisno dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun (Solo: Yayasan

Indonesia Sejahtera, 1982), 13.

Page 2: Membangun anak desa melalui tk

2

bahwa keterlibatan kita kepada program pemerintah merupakan kesaksian yang baik

kepada orang yang tidak percaya. Tetapi, penolakan kita terhadap pemerintah akan

menyebabkan orang memandang rendah iman kita kepada Kristus. Daniel Webster

menulis bahwa apapun yang membuat orang menjadi Kristen yang baik, juga

membuat mereka menjadi warga Negara yang baik2. Karena itu gereja-gereja,

lembaga kristiani maupun umat Tuhan seharusnya mengambil peran dalam

membangun masyarakat melalui pelayanan pedesaan untuk menyalurkan berkat

Allah, serta membinasakan segala pekerjaan si Iblis (I Yoh 3 : 8).

Tetapi sayang pelayanan Pembangunan Masyarakat sering “dianaktirikan”,

baik dalam pelayanan gereja, pelayanan misi maupun pekabaran injil. Alasan paling

klasik untuk sikap ini adalah bahwa pembangunan masyarakat merupakan bagian dari

”Injil Sosial” yang tidak ada hubungannya dengan pelayanan gereja. Pendekatan

semacam ini cenderung melihat pembangunan masyarakat sebagai “urusan dunia”,

“kemiskinan” sebagai akibat dosa, orang hanya perlu bertobat dan urusan pemecahan

masalah sosial masyarakat adalah “pekerjaan rumah” dari Tuhan3.

Membangun masyarakat desa adalah suatu kegiatan sosial yang

berbasiskan masyarakat, tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kelompok

masyarakat yang sehat dan sejahtera secara jasmani, teristimewa secara rohani.

Tuhan Yesus berkata, ”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan

mempunyainya dalam segala kelimpahan.” artinya tujuan kedatangan Tuhan Yesus ke

dalam dunia ini adalah supaya setiap orang percaya kepada-Nya dan yang menjadi

umat-Nya akan mempunyai kehidupan yang berkelimpahan, sehat sejahtera secara

2Martin r. De Haan, Bagaimana bersikap terhadap pemerintah (Yogyakarta: Yayasan

Gloria, 1997), 7. 3 Disampaikan oleh Pdt. Dr. Yakob Tomatala dalam sambutannya terhadap buku

karangan dr. Gary T. Hipp yang berjudul ”Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan” yang oleh

beliau direkomendasikan sebagai tuntunan pendekatan yang bersifat holistik.

Page 3: Membangun anak desa melalui tk

3

jasmani juga secara rohani, karena itu pelayanan misi yang sesungguhnya adalah

pelayanan yang menjangkau manusia itu secara utuh (holistik) dan integratif.

Sebenarnya pembangunan masyarakat desa melalui pelayanan yang

holistik tidak semata bersifat ”karikatif”, tetapi merupakan suatu proses yang dinamis

yang terjadi dalam dan melalui orang-orang dalam masyarakat yang nantinya hasilnya

berkesinambungan dan membawa masyarakat kepada kehidupan yang mandiri

(empowering). Apalagi dengan begitu kompleksnya masalah kehidupan masyarakat

desa, maka misi gereja yang melayani di pedesaan seharusnya tidak sekedar melayani

dalam rangka Pemuridan untuk tujuan Pertumbuhan Gereja, tetapi juga melakukan

pelayanan secara holistik. Seperti yang disampaikan oleh Bambang Budijanto bahwa

pelayanan holistik yang dimaksud adalah bukan saja memberitakan Firman (WORD)

yang berkuasa membawa orang pada kelahiran baru dan Mujizat (SIGN) yang

mendemonstrasikan kuasa Allah dalam menyembuhkan batin, tubuh, keluarga,

ekonomi dan tatanan masyarakat, tetapi juga perbuatan nyata (DEED) yang juga

mendemonstrasikan kasih, kepedulian, inkarnasi, yang telah dinyatakan dengan

sangat kaya di dalam gedung gereja4.

Jika demikian mengapa pelayanan pedesaan sangat penting untuk

dikerjakan? Pertama, telah disinggung diatas bahwa sekitar 63% penduduk Indonesia

tinggal dipedesaan dimana dengan berbagai permasalahannya dapat memberikan

pengaruh terhadap pembangunan nasional, Kedua adalah reformasi yang sampai

sekarang belum memberikan perubahan, bahkan dilanjutkan lagi dengan krisis global

yang melanda bangsa ini semakin menambah permasalahan masyarakat desa dalam

semua aspek kehidupannya, sehingga konteks pelayanan kepada mereka tidak dapat

4Bambang budijanto, Ph.D adalah Ketua Badan Pengurus ICDS yang pelayanannya sangat peduli

dengan kehidupan masyarakat dan bangsa, sehingga melalui lembaga ICDS ini diharapkan semakin

banyak para mahasiswa dan ahli teologia yang mau terlibat dengan pelayanan pembangunan

Masyarakat yang merupakan bagian dari pelayanan holistik.

Page 4: Membangun anak desa melalui tk

4

lagi dilakukan hanya secara ’Parsial’ tetapi harus menyentuh seluruh aspek kehidupan

manusia.. Yayasan PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) mengkategorikan ada lima

permasalahan utama di pedesaan yaitu : Kematian Rohani dan dosa (spiritual),

kemiskinan (Ekonomi), keterbelakangan (pendidikan), sakit penyakit (jasmani) dan

kehidupan yang statis (mentalitas), Ketiga adalah dari sekitar 67.000 desa di

Indonesia, 50.000 desa belum menerima Injil5, Keempat adalah terdapat 127 suku

terabaikan (Unreached People Groups) di Indonesia yang belum menerima Injil6 dan

tentu sebagian besar suku-suku tersebut berada di wilayah pedesaan, dan yang Kelima

adalah kondisi anak-anak di pedesaan yang memiliki keterbatasan dan kurangnya

kesempatan untuk bertumbuh secara holistik (rohani, pendidikan, ekonomi,

kesehatan) dibandingkan dengan anak-anak di perkotaan.

Dari kelima permasalahan tersebut, maka yang paling urgen/mendesak dan

kurang mendapat perhatian untuk ditangani sehubungan dengan masa depan bangsa

adalah penyelamatan generasi penerus bangsa yaitu melayani anak-anak di pedesaan

karena mereka adalah bagian dari masyarakat yang tidak memiliki bargainning power

untuk bertahan hidup dalam menghadapi tekanan-tekanan dari luar dibanding orang

dewasa. Hal ini sangat penting karena penanganan anak-anak sejak usia dini sangat

menentukan terciptanya generasi yang cerdas dan berkarakter sebab masa depan

bangsa juga ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan

berbudaya sehingga peningkatan kualitas SDM sejak usia dini merupakan hal penting

5 Berdasarkan perkiraan para hamba-hamba Tuhan dari berbagai yayasan Kristen dan organisasi gereja

di desa-desa memberikan estimasi dari sekitar 67.000 desa yang ada, masih ada sejumlah 50.000 desa

yang belum terjangkau oleh kasih Kristus. Saat ini kondisi poleksosbudhankam kita belum

memungkinkan untuk memperoleh data yang akurat tentang hal ini. Estimasi ini diperoleh dari

rumusan konsultasi yang disampaikan dalam Konsultasi Pelayanan Pedesaan II Denpasar Bali, 1993

yang diselenggarakan oleh Pelayanan Desa Terpadu. 6 Menurut Persekutuan Jaringan Riset Nasional (PJRN), Jakarta 2000 dalam Profil Doa suku-suku yang

terabaikan mengatakan ada 127 suku di Indonesia yangdikelompokkan dalam 23 rumpun. Yang masuk

dalam daftar ini adalah suku dengan jumlah populasi minimal 10.000 orang (suku besar), dengan orang

percaya kurang dari 1 % (tentu saja masih banyak suku lain diluar daftar ini yang perlu mendengar

kabar baik). Suku ini dikategorikan sebagai suku terabaikan.

Page 5: Membangun anak desa melalui tk

5

yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh, itu sebabnya kelompok usia dini ini

disebut Golden Age. Menurut Ratna Megawangi, Usia dini merupakan masa kritis

bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan

penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang

bermasalah dimasa dewasanya kelak, selain itu menanamkan moral kepada generasi

muda adalah usaha yang strategis. Ada sebuah pepatah yang mengatakan

: ”Walaupun jumlah anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan

100% masa depan”, oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter

sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci untuk membangun bangsa7. ” Child is

the only known substance from which a responsible adult can be made”. Seorang

anak adalah satu-satunya ”bahan bangunan” yang diketahui dapat membentuk seorang

dewasa yang bertanggungjawab8. Demikian pula berdasarkan hasil penelitian

dibidang psikologi perkembangan menunjukkan bahwa kondisi kehidupan awal (anak

usia dini) memiliki pengaruh perilaku pada usia dewasa Perilaku ini dapat bersifat

positif maupun negatif bagi masyarakat yaitu berupa perilaku prososial maupun

antisosial9. Karena itu melayani anak-anak sejak usia dini melalui program

pendidikan Taman Kanak-kanak dipedesaan tidak dapat diabaikan begitu saja, karena

bagaimanapun juga kehadiran TK di pedesaan dapat memberikan dampak bagi

pembangunan masyarakat, sekalipun kehidupan anak-anak tersebut belum

memberikan kontribusi pembangunan secara real terhadap seluruh aspek kehidupan

masyarakat, tetapi paling tidak nilai-nilai sosial dan karakter kristiani sejak dini telah

7 Ratna Megawangi Ph.D , adalah pendiri dan Direktur Eksekutif Indonesia Heritage Foundation,

sebuah Yayasan yang bergerak dalam pengembangan pendidikan berbasis karakter yang bekerjasama

dengan BP Migas dan Star Energy (kakap) LTD telah menerbitkan sebuah buku dengan judul :

Pendidikan Karakter, solusi yang tepat untuk membangun bangsa. 8 Thomas Licknona, , Raising Good Children : From Birth Through the Teenage Years (New York :

Bantam Books, 1994), 22 9 Satryo Soemantri Brodjonegoro, Naskah akademik Pendidikan Guru Pendidikan anak Usia Dini (PG-

PAUD) (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2007), 4

Page 6: Membangun anak desa melalui tk

6

ditanamkan dan nilai-nilai ini juga memberikan pengaruh (kesaksian) kepada

keluarga dan masyarakat sekitarnya, sehingga anak-anak tidak selalu menjadi obyek

pembangunan tetapi juga berperan sebagai agen atau subyek pembangunan yang

dapat menyatakan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam keseharian hidupnya.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pedesaan identik dengan Kematian

rohani, kemiskinan, keterbelakangan, sakit penyakit dan kehidupan yang statis maka

program TKMD (Taman Kanak-kanak Masuk Desa) sangat dibutuhkan dalam rangka

menjangkau dan memberdayakan anak-anak miskin beserta keluarga dan

masyarakatnya, sebab dengan membangun masyarakat desa berbasis Taman kanak-

kanak masuk desa (TKMD) sebagai sarana misi holistik adalah program

pengembangan layanan yang diperluas dari Taman Kanak-kanak (yang hanya

melayani anak-anak pada usia TK), menjadi layanan kepada anak yang lebih luas

cakupannya (usia maupun bidang layanan), bahkan mencakup pelayanan kepada ibu,

keluarga dan masyarakat yang bidang layanannya menyentuh seluruh aspek

kehidupan manusia secara utuh. Keadaan ini sangat memprihatinkan bila melihat

pembangunan masyarakat yang ada di Rumah Sumbul Kecamatan Sibolangit karena

desa tersebut adalah salah satu desa yang tertinggal pada hampir semua bidang

kehidupan masyarakatnya, khususnya dalam bidang pendidikan dan infrastruktur

desa, dimana belum ada satupun sarana pendidikan yang tersedia di desa tersebut,

demikian juga sarana dan prasarana desa yang masih sangat kurang, sehingga

diperlukan adanya kehadiran pihak lain sebagai penggerak atau motivator

pembangunan bagi desa tersebut.

Karena itu PESAT Sumatera Utara hadir membangun masyarakat desa

yang berbasis TKMD (Taman Kanak-kanak Masuk Desa) dengan visi Membangun

Manusia Indonesia yang seutuhnya di Pedesaan melalui misi holistik yang dimulai

Page 7: Membangun anak desa melalui tk

7

dengan pelayanan kepada anak-anak yang cakupan pelayanannya diperluas untuk

menjangkau keluarga dan masyarakat setempat.

Konsep Alkitab tentang Pembangunan Masyarakat Desa

Konteks Pelayanan Pedesaan

Dalam memahami apa yang dikatakan Alkitab tentang pelayanan

pedesaan, perlu kita meneliti pemakaian kata desa (desa-desa) dalam konteksnya di

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Menurut Strong’s Exaustive Concordance of the Bible, kata desa (village)dipakai 10

kali dalam Perjanjian Baru. Bentuk jamak desa (villages) dipakai 75 kali dalam

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kata desa atau kampung yang disebutkan

dalam ketiga Injil Sinoptis, terbanyak berada dalam Injil Lukas.10

Dalam Esiklopedia

Alkitab masa kini jilid I, desa juga disamakan dengan kampung yaitu desa-desa

dibangun berkelompok mengelilingi kota benteng. Ke kota situlah para penduduk

desa berlindung bila terjadi perang. Kata Ibrani yang biasa untuk desa adalah kafar,

artinya ‘dilindungi’; seperti kata Arab kefr, kata itu sering muncul dalam nama-nama

tempat, misalnya Kapernaum. Dalam Perjanjian Baru disebut kome’ yang berarti desa

(Mat 9 :35).11

Bentuk jamak desa-desa (village) dalam Perjanjian Lama terbanyak

dipakai dalam kitab Yosua dan Nehemia. Dalam Yosua desa-desa dalam bahasa

ibrani :chatser terutama dipergunakan dalam hubungan dengan milik pusaka dari

suku-suku, yang digambarkan dalam pemilikan kota-kota dengan desa-desanya

(Yosua 13,15). Dalam Nehemia 11 :25-31 dihubungkan dengan daftar penduduk

10

Iman Santoso dengan makalah : Pelayanan Pedesaan dan Pembangunan Gereja di Indonesia, dalam

buku Membangunan Manusia indonesia seutuhnya di pedesaan, kumpulan makalah dan rumusan KPP

II di Denpasar Bali, 28 nop – 1 okt 1993 (Yogyakarta: Yayasan ANDI Offset, 1993), 16 11

Ensiklopedia Alkitab masa kini, Jilid I; (Jakarta: Yayasan komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999), 245

Page 8: Membangun anak desa melalui tk

8

Yehuda. Dipergunakan kata ibrani : chatser (desa-desa) dan juga kata bath, yang

diterjemahkan juga dengan segala anak kota.12

Melihat pelayananNya, Yesus lebih

banyak melayani di desa-desa karena mereka adalah masyarakat yang terpinggirkan,

terabaikan dan tidak terlindungi. Yesus lebih peduli dengan orang-orang seperti itu.

Dengan demikian penggunaan kata desa atau kampung dalam Injil dapat

digolongkan sebagai :

1. PI Kerajaan Allah (Luk 8:1, Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan

dari desa ke desa)

2. Pelayanan penyembuhan (Luk 17:21, tentang 10 orang kusta)

3. Lokasi teretnetu :

Luk 9 :52,56 Desa Samaria dan desa-desa lain, dalam hubungan Yesus ke

Yerusalem dan api dari langit.

Luk 10:38; Yoh 11 :1, tempat tinggal Marta dan Maria.

Luk 24 : 13, 28, kampung Emaus.

4. Kejadian tertentu dalam rangka mengelu-elukan Yesus dalam memasuki

Yerusalem, 2 murid disuruh Yesus pergi mengambil keledai betina (muda) di

kampung di depan (dalam perjalanan ke Yerusalem).13

Bukan hanya kota, tetapi desa-desa juga diperhatikan dan dikasihi Allah.

Desa-desa termasuk milik pusaka yang diberikan kepada umat Allah (Israel dalam

PL), dan daftar penduduk di desa-desapun diberi perhatian oleh Alkitab. Di dalam

konteks masyarakat agraris, desa biasanya merupakan tempat kediaman sebagian

besar penduduk dan menurut Yoh 3 :16 seluruh dunia ini sungguh dikasihi Allah,

yang tentu bagian yang terbesarnya tinggal di pedesaan. Dalam Perjanjian Baru,

desa-desa dan kota-kota sebagai keseluruhan adalah tempat-tempat yang dikunjungi

12

Membangunan Manusia indonesia seutuhnya di pedesaan, 17 13

Ibid, 16

Page 9: Membangun anak desa melalui tk

9

Yesus dan murid-muridNya. Dalam pelayanan PI yang dilakukan adalah pelayanan

yang holistic : PI Kerajaan Allah, mengajar, penyembuhan

Membangun Masyarakat sebagai pelayanan

Pembangunan (development) sering diartikan sebagai kegiatan untuk

merubah suatu kondisi kepada kondisi lebih baik yang menyangkut sikap, pola pikir

dan kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat.14

Berarti pembangunan yang

berhasil apabila ada perubahan dan pembaharuan kearah yang benar dan bermanfaat.

Alkitab juga menunjukkan bahwa Kerajaan Allah senantiasa menuntut perubahan dan

pembaharuan, sehingga perwujudan Kerajaan Allah di dunia berarti suatu tindakan

pembaharuan menuju penyempurnaannya dalam langit dan bumi baru (Why 21). Jadi

pembangunan indonesia tidak bisa terlepas dari tindakan perubahan dan pembaharuan

dan karya penyelamatan Allah bagi bangsa dan negara indonesia.15

Bila dikaitkan dengan pelayanan kristiani, istilah ”Pembangunan

Masyarakat” sering mengundang pengertian yang berbeda bagi berbagai kalangan,

banyak yang menganggap bahwa Pembangunan Masyarakat Desa adalah bagian dari

Injil Sosial yang terpisahkan dari pemberitaan Firman. Sering dipertentangkan antara

pelayanan pemberitaan Firman dengan pelayanan pembangunan sosial ekonomi

masyarakat, atau lebih tepatnya antara pelayanan yang ditujukan untuk pembangunan

mental-spiritual dengan pelayanan yang ditujukan untuk pembangunan fisik-

material.16

14

Kusnaedi, Membangun Desa, Pedoman untuk penggerak program IDT, Mahasiswa KKN dan kader

pembangunan desa (Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1995), 37. 15

Karel Ph. Erari, Supaya engkau membuka belenggu kemiskinan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1999), 33 16

Dalam memorandum batasan dan sasaran KPP II Denpasar Bali, yang disampaikan oleh Iman

Santoso sebagai Ketua Panitia Pengarah; Membangun manusia indonesia seutuhnya di Indonesia, 5

Page 10: Membangun anak desa melalui tk

10

Meninjau pelayanan Yesus sebagai Mesias dunia (Markus 10:45)…”Anak

manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan

nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Yesus menunjukkan pelayanan

yang seutuhnya (wholistic Ministry). Dia memberitakan kabar baik sambil melakukan

pelayanan sosial masyarakat. KegiatanNya ini nampak melalui pelayananNya yang

sering bergerak dari satu desa-ke desa lainnya. Dia memberikan pengajaran tentang

moral kristiani (Mat 4:23, 5 : 1-12, 6:1-4; Luk 4 : 42-44), kelepasan dari sakit

penyakit dan kelemahan tubuh (Mat 4:23-25; Mrk 5:21-43; Luk 6:17-28),

pembebasan dari kuasa jahat (Mat 4 :23-25), bergaul dengan orang-orang yang

tertolak (Mat 15:21-28; Luk 19:1-10), memberi makan 5000 orang (Mat 14:13-21;

Luk 9:10-17; Yoh 4:1-42), menghargai kaum perempuan (Luk 8:1-3, 9:51-56; Yoh

4:1-42), kepedulian terhadap kaum miskin (Yoh 11:1-44), Pelayanan Lintas Budaya

(Mat 4:15,16; Yoh 4:1-42), menghargai adat istiadat (Yoh 2:1-11)..

Titik tolak Alkitabiah inilah yang mendorong gereja untuk menempatkan

misi pelayanannya dalam terang pola pelayanan Kristus sebagai hamba yang

melayani. Pelayanan gereja dimengerti sebagai sesuatu yang melebihi pekerjaan

amal, charitu atau yang filantropis, tetapi bahwa pelayanan gereja adalah partisipasi

yang sesungguhnya di dalamnya kepapaan dan penderitaan, solidaritas bersama

manusia sesama secara total dan eksistensil.17

Jika kita melihat Alkitab secara keseluruhan, maka sebenarnya Allah yang

kita kenal dalam Yesus Kristus menaruh kepedulian terhadap umatNya, bukan dalam

hal pembebasan dari belenggu dosa, tetapi juga pembebasan dari belenggun

17

Laporan Makassar, disana diungkapkan bahwa bidang cakupan dari pelayanan gereja meliputi semua

orang dalam dinamika solidaritas seluruh umat manusia dalam rangka mendirikan tanta-tanda Kerajaan

Allah ditengah-tengah masyarakat. Sejak Dewan Gereja Indonesia didirikan pada tahun 1950 sampai

sekarang ini, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan tidak pernah berhenti dibicarakan. Karel Ph.

Erari, Supaya engkau membuka belenggu kemiskinan, 56.

Page 11: Membangun anak desa melalui tk

11

kemiskinan, keterbelakangan/kebodohan, sakit penyakit dan kehidupan statis dan Ia

pun memberikan potensi kepada umatNya untuk dikembangkan. Petrus F. Setiadarma

dalam Cimmunity Development menjabarkan dari Firman Allah yang terdapat dalam

Yeremia 29:4- 7 dimana ada beberapa hal yang dapat dikerjakan oleh setiap orang

percaya untuk dapat melayani masyarakat disekitarnya :

1. “Mendirikan rumah untuk didiami” (ayat 5), ini berbicara tentang penyediaan

papan atau tempat tinggal. Masih banyak masyarakat desa yang tidak

memiliki rumah yang layak huni, baik dalam hal kesehatan, sanitasi maupun

ketenteraman keluarga. Perlu dibangun rumah sederhana tapi layak huni, atau

melakukan renovasi kepada rumah-rumah masyarakat miskin yang masih

dapat ditempati. Beberapa lembaga kristiani telah melakukan pelayanan

semacam ini bagi masyarakat pedesaan.

2. “ Membuat kebun untuk dinikmati hasilnya” (ayat 5), ini berbicara tentang

pekerjaan atau mata pencaharian. Ada petani yang menggarap lahan

pertaniannya, tetapi tidak menikmati hasilnya dengan baik karena sulitnya

kebutuhan benih unggul, pupuk karena keterbatasan ekonomi dan juga akibat

permainan para tengkulak atau tuan tanah. Harus ada pemerataan dan

keadilan. Perlu diciptakan suatu usaha rakyat yang mandiri sesuai dengan

potensi kedaerahan yang ada, dengan adanya upaya pemberdayaan masyarakat

akan dapat mengatasi jumlah pengangguran tersembunyi di pedesaan.

3. “Berkeluarga agar bertambah banyak dan jangan berkurang” (ayat 6), ini

berbicara kepedulian kita terhadap keberadaan keluarga di masyarakat kita.

Semakin banyak kasus perceraian terjadi yang berdampak buruk kepada anak-

anak, juga banyak kehidupan keluarga yang tidak menjadi teladan bagi anak-

anaknya sehingga anak-anak mengalami tumbuh kembang secara salah.

Page 12: Membangun anak desa melalui tk

12

Karena itu perlu adanya kesadaran orang tua untuk menghargai anak-anak

sebagai ahli warisnya Allah di bumi, proses kesadaran kepada orang tua dapat

dilakukan melalui program seminar keluarga, persekutuan rumah tangga,

pembinaan keluarga, kunjungan/silahturahmi kerumah-rumah.

4. “Mengusahakan kesejahteraan” (Peace and Prosperity) (ayat 7),

kesejahteraan masyarakat bersangkut-paut dengan rasa aman dan damai serta

kemakmuran ekonomi. Itu berarti bahwa gereja harus proaktif dalam

membina kerukunan umat beragama, menciptakan situasi dan kondisi yang

aman dan tentram, serta mampu menolong masyarakat meningkatkan taraf

kehidupan mereka.

5. “Berdoalah” (ayat 7), solusi atas segala permasalahan yang timbul dalam

masyarakat tidak bisa lepas dari kekuasaan dan campur tangan Tuhan. Itulah

sebabnya para pendoa syafaat, bahkan setiap orang percaya, memiliki pokok-

pokok doa bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan

masyarakat sekitarnya.18

Pelayanan Misi Holistik

Pengertian Misi Holistik

Kata ‘holistik’ berasal dari kata ‘whole’ (inggris) yang artinya :

seluruhnya, sepenuhnya. (whole = 1. Containing all component parts; complete; 2.

Not divided or disjoined; in one unit; 3. Constituting the full amount, extent, or

duration…). Dengan demikian, “pelayanan holistik” adalah pelayanan yang bersifat

menyeluruh; pelayanan yang memandang, memahami, mendekati dan

18

http:/petrusfsmisi,wordpress.com/2007/10/18/misi-dan-pemberdayaan-masyarakat/. Diakses tanggal

10 Pebruari 2009.

Page 13: Membangun anak desa melalui tk

13

memperlakukan manusia sebagai satu keseluruhan yang utuh. Ini mengasumsikan

sebuah pengakuan bahwa hakekat manusia memang terdiri atas unsur-unsur dan

aspek-aspek yang berbeda-beda (multi dimensional), namun demikian berbagai

perbedaan ini tidak boleh dipahami secara dikotomi (dapat dipisah-pisahkan atau

saling dipertentangkan, seolah-olah ada unsur yang lebih penting atau lebih mulia dari

unsur lainnya). teologia reformatories telah menghapuskan jenjang hirarki antara

‘awam’ dan ‘iman’, antara ‘biara’ dan ‘dunia’, antara ‘doa’ dan ‘kerja’ antara ‘tubuh’

dan ‘roh’.19

Paradigma holistik juga terdapat dalam Perjanjian Lama yang biasa

diistilahkan dengan kata ‘Shalom’ yang biasa dipakai sebagai ucapan pembuka, tegur

sapa dalam pertemuan-pertemuan umat kristiani. Sebagian besar sarjana biblika akan

setuju dengan makna akar kata (sh-l-m) Ibrani shalom yang mencakup tiga ide :

“totality (the adjective shalem is translated ‘whole’), well-being, and harmony.” 20

Arti lain dari makna akar kata adalah : “to be whole, uninjured, undivided, intactness,

compensation.” Claus Westermann mengungkapkan sebagai berikut : “Untuk

membuat sesuatu komplet, untuk membuat sesuatu menyeluruh atau holistis. Semua

cakupan arti shalom ini telah dirinci khususnya oleh Pederson yang mengatakan,

“shalom designates at the same time the entirety, the fact of being whole, and he who

is whole.”21

Jadi pelayanan holistik bertujuan pada kesejahteraan manusia yang

sepenuhnya dan seutuhnya; memberitakan Injil yang penuh kepada manusia yang

19

Disampaikan oleh Eka Darmaputra dengan judul makalah Pelayanan Holistik (refleksi teologis)

dalam Kumpulan makalah KPP II. Beliau adalah mantan pendeta GKI Jawa Barat dan pernah

menjabat sebagai Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI); Membangun Manusia Indonesia

seutuhnya di Pedesaan, 41,42. 20

Evans, C.F, “Peace” (A theological Word Book, 1950), 165. 21

Claus Westerman, “Peace (shalom) in the Old Testament.” In the meaning of Peace; Biblical Studies

(Pery B. Yoder, ed. Louisville, KY : Westminter, 1992), 19.

Page 14: Membangun anak desa melalui tk

14

utuh. Pelayanan ini mencakup pembinaan iman Kristen, bidang pendidikan, bidang

kesehatan, hidup bersih serta meningkatkan kehidupan sosial masyarakat dan

pemberdayaan masyarakat dengan alam lingkungannya dan bidang-bidang lainnya.

Kita terpanggil mengemban misi ini dan bertanggungjawab terhadap kebutuhan

manusia seutuhnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yesus mencari domba

yang tersesat, memberi makan 5000 orang, menyembuhkan yang sakit dan kelepasan

dari ikatan dosa. Pelayanan holistik bukan berpusat pada manusia, melainkan

berpusat pada kehidupan dan sang pemberi hidup.

Misi dan Pendidikan Anak

Inti dari misi adalah menyatakan kasih Allah bagi segenap dunia ini.

Setiap orang percaya adalah warga Kerajaan Sorga yang menaati dua hukum utama:

mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan, dan

segenap akal budi, serta mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri (Mat.

22:37-40). Dalam menggenapi misi kasih Allah ini, pendidikan dapat dipahami

sebagai ungkapan cinta kasih pada kehidupan manusia dan Allah sang pemberi

kehidupan. Gereja memandang kerasulan di bidang pendidikan sebagai aplikasi iman

yang membebaskan seperti diungkapkan secara programatis oleh Yesus sang guru

ilahi,” “Roh Tuhan ada padaku. Oleh sebab la telah mengurapi Aku untuk

menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan la telah mengutus Aku

untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan

bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk

memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang…” (Luk. 4.18-19).

Dengan demikian Pendidikan merupakan jalan yang ditempuh untuk

mengembangkan potensi-potensi manusia menjadi pribadi-pribadi yang merdeka dan

Page 15: Membangun anak desa melalui tk

15

bebas dari segala belenggu serta terbuka dan mampu membangun kehidupan

masyarakat yang terbuka bagi undangan Tuhan sebagai tujuan terakhir hidup manusia

.Inilah alasannya sejak awal mula Gereja-Gereja melihat pendidikan sebagai bagian

dari kegiatan perutusannya di tengah dunia.

Pada mulanya sekolah-sekolah dibuka dalam rangka pelajaran agama dan

pendidikan moral. Namun sekolah-sekolah itu kemudian berkembang menjadi tempat

pengembangan kecerdasan manusia secara utuh baik kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual. Di sekolah-sekolah Kristen

anak-anak tidak saja diajarkan pelajaran agama melainkan juga pengetahuan-

pengetahuan umum serta ketrampilan- ketrampilan praktis yang diperlukan untuk

hidup di tengah masyarakat kelak. Petrus F. Setiadarma mengatakan bahwa karena

mendasarkan dirinya pada ajaran kasih kepada Allah dan manusia sebagai nilai yang

universal maka ada dua ciri utama pendidikan Kristiani. Pertama, bersifat terbuka.

Dasar dari keterbukaan itu adalah pengakuan bahwa semua orang dicintai oleh Allah.

Karena itu tiap orang harus saling memandang sebagai kembaran dirinya satu sama

lain yang sama-sama bermartabat dan harus dihargai. Lagipula setiap orang terlahir

untuk bahagia serta diundang untuk mengalami kebahagiaan yang sempurna dalam

Allah. Hal prinsip ini menjadi dasar solidaritas antar manusia yang mengatasi

pelbagai perbedaan dalam membangun kehidupan bersama yang ditandai sikap saling

melindungi dan saling menghormati. Kedua, ciri berikut dari lembaga pendidikan

Kristiani adalah solider dengan yang kecil. Solidaritas antar manusia sebagai wujud

kasih harus diungkapkan secara tegas dengan melayani yang kecil. Hal ini sesuai

dengan semangat Yesus Sang Guru Ilahi yang mengatakan, “Segala sesuatu yang

kamu lakukan kepada salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah

melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). Praktisnya sekolah-sekolah harus memberi

Page 16: Membangun anak desa melalui tk

16

perhatian bagi mereka yang kecil, memberi prioritas bagi korban- korban

ketidakadilan struktural entah struktur nasional maupun internasional.22

Jika demikian bagaimana halnya dengan pendidikan kepada anak? Amsal

22:6 :”Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa

tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.”. pertama, mendidik berarti

dilatih, berasal dari akar kata bahasa Ibrani yang bicara mengenai akar gusi. Pada

jaman dulu untuk menimbulkan rasa haus pada bayi, bidan-bidan di Israel mengambil

cairan kurma lalu dioleskan dan dipijit di gusi bayi sehingga menimbulkan rasa haus

yang menyebabkan bayi mau minum susu. Jadi sebenarnya pendidikan harus

menimbulkan rasa haus anak sehingga anak ingin belajar. Pendidik harus mempunyai

kreatifitas sedemikian rupa sehingga menumbuhkan kehausan untuk belajar.

Pendidikan juga bicara tentang tali kekang untuk mengarahkan anak supaya anak

tidak pergi kea rah semaunya tetapi jika ada kendali maka anak bisa diarahkan supaya

tidak melangkah kea rah yang salah. Kedua, Menurut jalan yang patut baginya

artinya jalan yang patut menurut pandangan Tuhan. Anak perlu diajar mana hal-hal

yang benar dan yang salah. Patut baginya juga berarti cocok bagi sanga anak. karena

anak adalah pribadi yang unik, anak yang satu berbeda dengan anak yang lain. Orang

tua harus memahami perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh anak dan jangan

membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya. Ketiga, Pada masa tuanya

berarti waktu mendidik anak yang dilihat adalah waktu ke depan. Orang tua akan

mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendidikan bagi anak. misi selalu bersifat

progresif dan tidak statis, sama seperti situasi orang tua mempersiapkan anak maka

misi gereja harus melihat ke depan. Anak adalah sekarang dan hari esok.

Mempersiapkan gereja masa yang akan datang dengan mempersiapkan anak pada hari

22

http://petrusfsmisi.wordpress.com/2007/10/11/misi-dan-pendidikan/. Diakses tanggal 10 Pebruari

2009.

Page 17: Membangun anak desa melalui tk

17

ini. Orang tua yang maju hari ini memikirkan anak lebih dari dirinya sendiri. Kalau

gereja ingin menjadi gereja yang kuat maka orang-orang di dalamnya harus menjadi

orang-orang kuat. Orang yang kuat tidak dilahirkan tetapi dibentuk oleh sebab itu

harus ada pengkaderan untuk menyiapkan anak-anak menjadi calon-calon pemimpin

masa depan. Dari masa kanak-kanak harus ditanam nilai-nilai Kerajaan Allah, nilai

kejujuran, nilai pengampunan, nilai mengasihi, nilai kesetiaan kepada Tuhan.23

Anak bertumbuh, semenjak awal belajar berinteraksi dengan orang lain.

Setelah dengan kedua orang tua, ia melangkah lebih jauh, berinteraksi dengan kakek,

nenek, tante, paman, tetangga dan penjaga warung disekitar rumahnya. Semua

interaksi awal ini merupakan tahap awal bagi anak mengenal dunia sekitarnya.

Semua kegiatan ini merupakan awal berkembangnya keterampilan yang memiliki

aspek sosial. Ia berinteraksi dengan orang yang dikenalnya dan orang-orang yang

belum dikenalnya. Semua ini merupakan langkah penting bagi perkembangan anak 24

tetapi dalam pergaulan sosialnya ini anak belum dapat membedakan mana yang

pantas dan tidak pantas untuk ditiru, mana nilai-nilai moral yang baik dan tidak baik

dan karena anak dapat diumpamakan seperti spon yang menyerap semua apa yang

diterimanya (dilihat, didengar, dirasa) dalam lingkungannya, karena itu dengan

adanya lingkungan sekolah kristiani dimana anak tersebut belajar akan pergaulan

sosial yang baik, pengetahuan dan keterampilan dan nilai-nilai kristiani ditanamkan,

maka pendidikan anak usia dini merupakan benteng pertahanan bagi pembentukan

intelektual dan karakter anak secara terarah dan benar, dan menurut J. Drost SJ,

seorang pengamat pendidikan, mengatakan bahwa awal pendidikan memang dimulai

dari proses informal yangberlangsung di masyarakat. Proses ini dimulai dari

23

Lihat modul pembinaan keluarga yang digunakan sebagai bahan seminar keluarga di pedesaan yang

diselenggarakan oleh PESAT; Hans Geni Arthanto adalah Direktur Eksekutif PESAT. Hans Geni

arthanto, Modul Pembinaan Keluarga (Jakarta: Penerbit PESAT Ministry, 2007), 44-45 24

Save M. Dagun, Psikologi Keluarga (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002), 81

Page 18: Membangun anak desa melalui tk

18

masyarakat terkecil yaitu keluarga, dan diluar keluarga seorang anak tetap mendapat

pendidikan hingga bangku sekolah. Ditaman Kanak-kanak (TK) seseorang harus

mendapat pendidikan sepenuhnya, bukan pengajaran. Kalaupun ada pengajaran

hanya mengenal huruf dan angka saja lewat bermain.25

Anak seperti anak panah di tangan pahlawan (Mzm 127:4), yang pertama

anak panah itu harus lurus, yang kedua harus kuat. Tuhan mau anak-anak yang

dikaruniakan kepada kita entah itu anak kandung maupun anak-anak rohani kita

menjadi anak yang lurus hidupnya dan kuat baru dia bisa menjadi anak panah di

tangan pahlawan. Orang tua, guru sekolah, pendeta, guru sekolah minggu adalah para

pahlawan yang mempunyai peran yang besar dalam membentuk anak.26

Gereja, Misi dan Pembangunan Masyarakat

Hubungan Gereja dan misi sosial

Seorang pengkhotbah India pernah mendefenisikan penginjilan sebagai

“one beggar telling another beggar where to find bread.” (seorang pengemis yang

memberitahu pengemis lain tempat untuk mendapatkan roti) agar mampu mengarungi

perjalanan ke arah pembebasan, keadilan sosial dan kebenaran.27

Dan gereja adalah

tempat pengharapan dan perlindungan mereka.

Misi gereja adalah misi yang bersifat total, misi perkataan melalui Firman

(Word) dan perbuatan (Deed), misi dalama arti penginjilan dan misi aksi sosial

25 http://www.edubenchmark.com/membangun-sekolah-berwawasan-internasional.html 26

Hans Geni Arthanto, Modul Pembinaan Keluarga, 43 27

Melba Padilla Maggay, Transforming Society (Phillipines: Published by Institute for Studies in

Asian Church and Culture, 1994). xii

Page 19: Membangun anak desa melalui tk

19

sebagai akibat dari penginjilan.28

Hal ini juga didukung oleh Melba P. Maggay (1994)

bahwa penginjilan adalah bukan hanya yang kita katakan; melainkan juga sesuatu

yang kita lakukan. Memberitakan Yesus bukan hanya berbicara tentang Dia. Kita

juga harus menunjukkan seperti apakah karakter dan kuasaNya.29

Lain lagi Norman

E. Thomas (2000), dia menafsirkan misi dengan dua hubungan yang vertical dan

horizontal bahwa tidak ada kemajuan horizontal tanpa orientasi vertical. Dimana

penafsiran vertical tentang Injil berkaitan dengan tindakan Allah yang menyelamatkan

di dalam hidup individu, dan penafsiran horizontal berkaitan dengan hubungan-

hubungan manusia di dunia. Kekristenan yang telah kehilangan dimensi vertikalnya

telah kehilangan garamnya dan tidak hanya menjadi tawar di dalam dirinya, tetapi

juga tidak berguna bagi dunia. Tetapi kekristenan yang menggunakan kesibukan

vertikalnya sebagai alat melarikan diri dari tanggungjawabnya demi dan di dalam

kehidupan bersama umat manusia adalah suatu penyangkalan terhadap penjelmaan,

terhadap kasih Allah bagi dunia yang diwujudkan di dalam Kristus.30

Misi gereja seharusnya holistik karena menekankan keontetikan dan

keutuhan, yaitu suatu aktivitas yang menyeluruh yang merangkul baik penginjilan

maupun aksi sosial. Hal ini diperkuat dengan rumusan Konferensi Lausanne (1974)

yang telah memformulasikan hakikat penginjilan dan tanggungjawab sosial dengan

pernyataan sebagai berikut :”penginjilan dan aktivitas sosial-politik, keduanya adalah

bagian dari pada tugas gereja.31

Keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lain. Dengan kata lain, tidak mungkin ada penginjilan tanpa tanggungjawab sosial.

28

Stevri I. Lumintang, Misiologi Kontemporer (Batu : Departemen Literatur PPII, 2006). 132. 29

Melba Padilla Maggay, Transforming Society. 16 30

Norman E. Thomas, Isu-isu Klasik, tentang Misi dan Kekristenan sedunia (Jakarta: PT. BPK.

Gunung Mulia, 2000).200 31

John Stott adalah salah satu tokoh Injili yang sangat berperan dalam konferensi-konferensi Injili

seperti Lausanne dan Manila, karena itu beliau menjabarkan lebih jauh lagi rumusan-rumusan Injili

tersebut dalam tulisan-tulisannya. John Stott, The contemporary Christian (Leicester : inter-varsity

Press, 1992). 339

Page 20: Membangun anak desa melalui tk

20

Martin luther mengatakan bahwa jika perkataan kita gagal untuk menunjuk secara

tepat masalah dunia masa kini, maka kita telah gagal memberitakan Firman Allah.32

Jadi pemberitaan injil keselamatan harus disertai dengan tindakan nyata bahwa apa

yang diberitakan Injil adalah benar bahwa kristus hidup dan berkarya dalam

kehidupan manusia secara nyata.

Disini Melba P. Maggay menggambarkan bahawa Injil (kesaksian tentang Kerjaan)

adalah hubungan antara penginjilan sebagai proklamasi (proclamation) dan aksi sosial

sebagai bukti kehadiran (presence).

Skema33

Penginjilan Prokalamasi

(evangelism) (proclamation)

Kesaksian tentang Kerajaan = Injil

Aksi Sosial Kehadiran

(social action) (presence)

Penginjilan dan aksi sosial adalah tugas dan tanggungjawab gereja bersama dengan

umat kristen dan lembaga-lembaga kristian, tetapi adanya lembaga-lembaga misi

bukan menggantikan tugas gereja, melainkan melengkapi tugas gereja. Lembaga-

lembaga itu disebut parachurch, artinya hadir untuk menjadi mitra gereja dalam

bermisi, bukan menggantikan tugas gereja dalam bermisi.34

Peranan Gereja dalam Pembangunan Masyarakat

Soal perbedaan paham antara mission dan development (Pekabaran injil

dan pembangunan) perlu didekati secara baru, dengan melihat dua tugas itu dari dua

32

Melba Padilla Maggay, Transforming Society, 5 33

Ibid, 18 34

http://petrusfsmisi.wordpress.com/2007/10/11/misi-dan-pendidikan/. Diakses tanggal 10 Pebruari

2009

Page 21: Membangun anak desa melalui tk

21

sisi keeping logam yang satu, pada akhirnya adalah menjadi tugas dari gereja untuk

menjawab tantangan masyarakat secara menyeluruh. Apa yang sekarang dilakukan

oleh gereja mestinya merupakan jawaban atas tantangan kemiskinan sebagaimana

yang diperingati oleh nabi Yesaya “ Supaya engkau membuka belenggu kemiskinan”

Apakah artinya menjadi gereja Kristen di tengah masyarakat yang berubah. Apakah

menjadi orang Kristen di tengah-tengah umat manusia yang menderita, miskin yang

ditandai oleh kelaparan dan penyakit yang terus merajalela ? Apakah artinya menjadi

gereja Kristen ditengah masyarakat yang masih buta aksara, dan apakah tugas gereja

dalam hubungannya dengan panggilan Kristen di bidang sosial, ekonomi, politik dan

masa depan bangsa Indonesia ?. keseluruhan problem yang dirumuskan di atas, itulah

yang menjadi tantangan bagi kehadiran gereja di Indonesia. Bagaimana ia dapat

mencari bentuk-bentuk baru dan pola-pola pelayanan yang dapat menjawab sedikit

banyaknya tantangan-tantangan itu.35

Refleksi dari Filipi 2:1-11 dapat dijadikan petunjuk dan motivasi

Alkitabiah yang kuat untuk mengajak orang kristen lebih belajar melaksanakan pola

hidup dan karya Kristus yang ditandai oleh sikap pengosongan diri, menjadi hamba

bagi sesama, menjadi sama dengan orang lain , merendahkan diri dan berkorban demi

pembebasan sesamanya. Demikian juga oleh Gustavo Gutierrez (1969). dan kawan-

kawannya di Amerika Latin yang menekankan pada solidaritas gereja (semboyan

mereka yang terkenal adalah To be a Christian is to be in Solidarity), bahwa gereja

benar-benar menjadi gereja apabila ia menjadi gereja yang solider. Masalah

kemiskinan harus dihadapi oleh orang Kristen dengan jalan solidaritas, yakni suatu

ungkapan kasih bersama orang miskin)36

Karena itu gereja-gereja perlu menyadari

35

Dikutip dari buku hasil konferensi dan Sidang Raya, tentang Pelayanan Kristen dalam revolusi, hasil

konsultasi gereja dan masyarakat Sukabumi tahun 1962. Karel Ph. Erari, Supaya engkau membuka

belenggu kemiskinan, 2 36

Gustavo Gutierrez, In search of a theology of Development (Sodepax Genewa, 1969). 151

Page 22: Membangun anak desa melalui tk

22

akan tanggungjawabnya untuk solider dalam bentuk turut berpartisipasi dalam

program pembangunan pedesaan sebagai ungkapan “Kasih dalam Perbuatan”

Gereja bukanlah organisasi tetapi organisme yang terdiri dari orang-orang

yang telah mengalami pembaharuan hidup dalam Kristus. Sehingga gereja seharusnya

menjadi cermin akan kasih Kristus kepada dunia. Yesus memperagakan kasih yang

begitu besar terhadap dunia yang terhilang ini dan membawa dunia ini kembali

kepada Allah. Ia memberikan diriNya kepada murid-muridNya, kepada orang-orang

disekitarNya dan akhirnya kepada seluruh dunia melalui kematianNya. Ia

menginginkan para pengikutNya (gereja) juga menangkap visi, belas kasihan dan

misiNya; dan pada gilirannya dalam kasih, memberikan diri mereka kepada dunia.37

Gereja harus melayani dan memberikan hidupnya bukan saja kepada jemaatnya tetapi

juga masyarakat yang ada diluar tembok gereja, karena gereja tidak hidup untuk

dirinya sendiri seperti Yesus datang untuk memberikan diriNya bagi tebusan banyak

orang, dan selama hidupNya Dia datang bukan untuk di layani melainkan melayani

(Mat 20 :28). Gereja yang hidup di tengah-tengah masyarakat beserta dengan

permasalahannya, tidak dapat menutup mata akan fakta kondisi masyarakat

disekitarnya, karena kehadiran gereja adalah sebagai pendamping masyarakat. Dalam

Mat 10 :16, Tuhan Yesus mengatakan :”Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang

bukan dari kandang ini; domba-domba ini harus kutuntun juga ... “ . Masyarakat desa

adalah saudara di dalam Kristus yang merupakan domba-domba lain yang perlu

dituntun oleh gereja. Bahkan ditegaskan oleh J.J. Tomasoa (1978) bahwa gereja tidak

dapat berkata seperti Kain :” adakah aku penjaga adikku?”.38

Ini menunjukkan bahwa

37

Garry T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan. Perpaduan antara kaidah kencana dan

amanat Agung (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003. 71

38J.J. Tomasoa, Membangun sambil melayani di pedesaan (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW), 1978. 218.

Page 23: Membangun anak desa melalui tk

23

masyarakat sekitar kita adalah saudara kita yang perlu diselamatkan. Tuhan menuntut

tanggungjawab kepada gereja untuk menjaga dan membimbing masyarakat dalam

pendampingan untuk perubahan hidup dalam segala aspek kehidupannya. Jadi gereja

perlu memperlengkapi diri dalam pelayanan yang bersifat menyeluruh (holistik), tidak

sebatas pada pemberitaan firman.

Pemberitaan kabar baik oleh gereja seharusnya membawa transformasi

kepada masyarakat, dimana melalui Injil memberikan perubahan secara menyeluruh

dalam kehidupan manusia. Bryant L. Myers dalam Journal ICDS (Institut for

Community and Development Studies) (2001) menjabarkan ada 7 peran gereja di

dalam Pembangunan Transformasional :

Melayani Masyarakat, gereja adalah untuk mengasihi masyarakat, bukan menjadi

hakim. Peran gereja adalah menjadi seorang pelayan masyarakat dan sumber

peneguhan mengenai tujuan Allah dan apa yang ditawarkan Allah.

Memanggil orang kepada iman, ini adalah tugas gereja untuk menghidupkan suatu

kondisi dalam masyarakat yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang

jawabannya adalah Injil dan dengan melakukan hal tersebut, mengundang orang

untuk beriman dalam Kristus.

Memunculkan murid-murid yang holistik, gereja bertindak sebagai sumber

pembentukan nilai-nilai, gereja dapat menjadi sumber teladan dan peneguhan

signifikan dalam bekerja untuk kehidupan dan untuk “shalom.” Apabila gereja dalam

kondisi yang terbaik, gereja tersebut memperlengkapi dan mengutus murid-murid

yang holistik, yang mempunyai komitmen untuk melayani masyarakat di dalam

pencarian masyarakat tersebut untuk kesejahteraan.

Page 24: Membangun anak desa melalui tk

24

Kontribusi kepada Civil Society, gereja dapat menjalankan perannya sebagai sebuah

organisasi kemasyarakatan, bekerja untuk memperbesar akses orang-orang kepada

kekuasaan di bidang ekonomi dan politik, gereja juga dapat berperan sebagai lembaga

sosial, sebagai teladan untuk mengatasi kejahatan-kejahatan remaja, lembaga

keuangan dimana gereja mewakili masyarakat yang saling berhubungan satu dengan

yang lain sehingga cukup besar menciptakan pasar yang layak dan dapat dijangkau.

Menjadi Pendamping Pastoral, gereja harus menyediakan pendampingan dan

mempunyai kesabaran untuk perjalanan transformatif terhadap orang miskin, tertindas

dan berdosa, terhadap kebutuhan akan pertolongan di tengah-tengah penderitaan

mereka. Ini adalah “pelayanan belas kasihan” yang mengarah pada pelayanan

kejiwaan, dan kadang-kadang pada pelayanan konseling stress yang disebabkan oleh

trauma.

Menjadi Suara Kenabian, kadang-kadang perkataan kenabian diperlukan yang

ditujukan kepada mereka yang menolak untuk melihat dan tidak mau mendengar akan

seruan kaum lemah. Banyak orang-orang miskin pergi ke gereja, dan hal ini

menempatkan gereja untuk membantu orang-orang miskin dengan memberitahukan

kondisi mereka kepada dunia.

Memberikan Penjelasan Alternatif, Pemisahan antara gereja dan pemerintah,

keagamaan dan yang materi adalah pencerminan yang bersifat dualistik. Gereja dan

pengajaran-pengajaran sosial mempunyai banyak hal yang dapat ditanamkan kepada

dunia yang berpikiran sempit yang mempercayai bahwa kemiskinan hanyalah

ketiadaan benda-benda, uang, ide dan kekuasaan.39

39

Bryant L. Myers; Journal ICDS, Vol 3, nomor 1/2001. 10 – 14.

Page 25: Membangun anak desa melalui tk

25

Tinjauan Teologis Misi Holistik

Dan Brewster mendefinisikan ‘ pelayanan holistik’ sebagai berikut : If our

interventions are to be holistic, then, by definition, they must give attention to

spiritual as well as physical needs. As we have noted, “Christian” refers primarily to

our motivations and intended outcomes where as “Holistic’ refers to the scope of our

development interests. Luke 2 :52 is a key verse which provides a model for the kind

of development we are talking about. This verse simply says that “ Yesus grew in

wisdom and stature and in favor with God and men.” As we shall see later, these four

components : wisdom, stature, favor with God and favor with men, neatly encompass

all aspects of the whole person and provide a useful model around which to create

meaningful holistic development programs.40

Bryant L. Myers (2001) mengatakan

bahwa kerangka kerja yang holistik mensyaratkan semua manusia sebagai ciptaan,

termasuk sistem sosial, ekonomi dan politik, semuanya termasuk di dalam lingkup

karya penyelamatan Allah.41

Misi yang dilakukan gereja selama ini dianggap bersifat fragmentaris,

bukan suatu keutuhan. Banyak yang memisahkan dengan tajam pemberitaan Injil dan

perbuatan sosial. Misi seharusnya dipandang sebagai suatu tindakan utuh yang

meliputi baik pemberitaan Injil maupun perbuatan sosial. Keduanya dianggap sama

pentingnya. Apakah misi dalam Perjanjian Baru mengenal dikotomi keduanya ?, hal

ini dapat dijelaskan melalui dua narasi dari Yoh 5 : 1-18 dan Yoh 9. Jelas bahwa

Yesus mengutamakan relasi denganNya secara pribadi lebih dari segalanya.

Mengalami kesembuhan fisik dari Yesus tidak dengan sendirinya mengalami

kesembuhan rohani. Itulah sebabnya Yesus mencari orang yang telah disembuhkan

40

Dan Brewster, Child, Church and Mission. A resource book of Christian Child Development

Workers, originally (Philipines: Published by Compassion International, 2005). 41 41

Ibid, 15

Page 26: Membangun anak desa melalui tk

26

secara fisik karena Yesus ingin menyembuhkan secara holistik.42

Hal senada juga

disampaikan oleh Kostenberger bahwa : A focus on human service and no human

need, though often characteristic of contemporary mission practice, is not precented

in the fourth Gospel as the primary purpose of either Jesus’or the disciples’ mission.43

Masalah holistik sebenarnya tidak perlu lagi diperdebatkan karena menurut

Armand Barus misi tidak pernah bersifat fragmentaris. Misi dalam Perjanjian Baru

tidak mengenal dikotomi pemberitaan injil dan perbuatan sosial. Misi dalam

Perjanjian Baru selalu bersifat holistik.

Pembangunan Masyarakat Desa (Rural Community Development)

Pengertian Pembangunan Masyarakat Desa

Menurut Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa bahwa

Pembangunan Desa dan perdesaan mempunyai makna sebagai pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan desa dan

perdesaan yang berorientasi pada manusia dan masyarakat senantiasa mengutamakan

peningkatan kualitas hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat

yang semakin merata dan adil, guna mewujudkan ketahanan nasional yang semakin

stabil yang meliputi berbagai bidang ideology, politik , ekonomi, sosial, budaya dan

pertahanan nasional.44

42

Adalah diringkas dari tulisan Armand Barus dengan judul Misi Holistik :Perspektif Perjanjian Baru,

beliau adalah Dosen tamu ICDS dan Dosen tetap STT Cipanas. Misi Holistik (Jakarta: Penerbit ICDS,

2003). 33-39 43

Kostenberger, Andreas J, The Mission of Yesus and the disciples according to the fourth Gospel

(Eerdmans: Grand Rapids, 1998). 215 44

Direktorat jendral Pembangunan Masyarakat Desa; Depdagri, Profil Desa/Kelurahan (Jakarta: PT.

Pustaka pembangunan swadaya nusantara, 1996). 2

Page 27: Membangun anak desa melalui tk

27

Bila berdasarkan kebutuhan sebagai manusia yang utuh, Soetrisno K.H

dan Mary Johnston (1987) mengatakan bahwa pembangunan bertujuan untuk

membangun manusia yang seutuhnya, agar dapat hidup sejahtera lahir bathin.

Kesejahteraan lahir dapat dalam wujud cukup sandang, cukup pangan, perumahan

yang sehat, lingkungan yang sehat dan lain sebagainya. Namun tentu semuanya itu

belum cukup bila manusia belum merasakan kebahagiaan bathin. Pembangunan fisik

untuk memenuhi kebutuhan lahiriah jelas belum cukup untuk membangun manusia

seutuhnya, tetapi masih harus disertai dengan usaha untuk membangun manusianya.

Membangun manusia berarti mencapai manusia yang memiliki sikap-sikap yang

dituntut oleh zaman pembangunan dan agama, yang percaya pada diri sendiri,

manusia yang berakhlak dan mampu serta bersedia mengambil bagian dalam usaha

peningkatan kesejahteraan masyarakat yaitu menjadi manusia pembangun.45

Menurut Gary T.Hipp (, Pengembangan (Pembangunan) Masyarakat adalah proses

bertumbuhnya kemampuan suatu masyarakat untuk menyelesaikan sendiri segala

persoalan mereka dan untuk memegang kendali atas hidup mereka. Ini menghasilkan

pertumbuhan pribadi secara utuh (jasmani, jiwani, rohani dan sosial) dan perbaikan

dalam berbagai bidang kehidupan mereka, baik secara pribadi maupun secara

bersama-sama.46

Robert Moffit dalam Elliston (1989)mendefenisikan pembangunan sebagai

setiap aktivitas dari tubuh Kristus yang mendasarkan pada Alkitab untuk membawa

umat manusia mengalami rekonsiliasi menyeluruh dengan Tuhan, sesama dan

lingkungannya. Pandangan Moffit ini menekankan peran gereja sebagai tubuh

Kristus dan rekonsiliasi dalam tiga relasinya. Dengan demikian membangun

45

Soetrisno K.H dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun (Surakarta: Yayasan

Indonesia sejahtera, 1987). 12 46

Gary T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan., 30

Page 28: Membangun anak desa melalui tk

28

masyarakat adalah tanggungjawab gereja dalam upaya memulihkan semua aspek

kehidupan manusia dihadapan Tuhan.47

Strategi Pembangunan Masyarakat Desa

Dalam pelaksanaan Pembangunan Masyarakat Desa, perlu

mempertimbangkan 3 hal yang terdiri dari Pendekatan masalah, strategi dan aspek

peran masyarakatnya (partisipasi masyarakat).

Penyelesaian masalah-masalah dalam masyarakat, dapat dilakukan melalui

pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

- Sektoral, yaitu pendekatan bidang demi bidang, tanpa memperhatikan dan

mengaitkan bidang lain, misalnya : pertanian, peternakan, kesehatan,

pendidikan dan sebagainya.

- Multi Sektoral, yaitu pendekatan dalam berbagai bidang sekaligus tanpa

memperhatikan pengkaitan bidang-bidang tersebut, misalnya : bidang

kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Kedua cara pendekatan diatas banyak dipakai dalam usaha-usaha pembangunan

tetapi kurang menguntungkan dalam pengembangan masyarakat, karena sifatnya yang

menitikberatkan pada pengembangan bidang-bidang tertentu. Pendekatan berikut ini

merupakan cara yang paling menguntungkan dalam usaha-usaha pembangunan

masyarakat yaitu pendekatan komprehensif yang dari satu bidang kegiatan, yang

sebelum dimulai harus selalu dipertimbangkan dan diperhatikan kaitan dan

hubungannya dengan bidang lain, dengan demikian suatu kegiatan yang sudah

dimulai dapat menimbulkan kegiatan di bidang lain, misalnya kegiatan di bidang

pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan akhlak masyarakatnya, sehingga

47

Elliston, Edgar J, Christian Relief and Development Workers for Effective Ministry (USA: Word

Publishing, 1989). 167.

Page 29: Membangun anak desa melalui tk

29

dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan kesehatan dalam

menunjang kualitas pendidikan.48

Dalam menerapkan strategi pembangunan masyarakat desa, yang menjadi

penentu keberhasilannya adalah sejauhmana keterlibatan masyarakat itu sendiri dalam

pembangunan, dan apakah masyarakat tersebut dapat mencapai kemandirian dan

swadaya setelah melakukan strategi ini. Ada dua strategi pembangunan yang sering

di terapkan yaitu ;

1. Strategi dari atas ke bawah (top down)

Strategi ini dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa masyarakat belum mampu

memprakarsai pembangunan sendiri. Sebaliknya pemerintah atau lembaga

dianggap sebagai kelompok yang penuh dengan prakarsa dan kemampuan teknis

maupun kemampuan manajerial/administrasi. Dengan asumsi tersebut maka top

down yang diterapkan. Walau demikian ada dampak negatifnya terhadap

perkembangan sosial, terutama pada kemampuan masyarakat untuk berkembang

secara mandiri. Strategi ini dapat memperbesar ketergantungan masyarakat

kepada pihak penyelenggara, terkadang program-program tidak menyentuh

kepentingan masyarakat sehingga respon dan tanggungjawab mereka dirasakan

kurang.

2. Strategi dari bawah ke atas (Bottom up)

Secara aktif masyarakat diberi kesempatan untuk mengemukakan kehendak,

pendapat dan kebutuhan dalam upaya perencanaan pembangunan. Dengan

strategi ini masyarakat langsung terlibat dari mulai perencanaan, pelaksanaan,

hingga pengawasan. Melalui strategi ini diharapkan kemandirian dan swadaya

48

Soetrisno K.H dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun, 16

Page 30: Membangun anak desa melalui tk

30

masyarakat akan berkembang. Beberapa kelebihan dari strategi ini antara lain

sebagai berikut :

Masyarakat dapat memberikan tanggapan, jawaban dan timbal balik positif

maupun negatif.

Masyarakat dapat mengemukakan dan menyalurkan aspirasinya

Akan terjadi kemufakatan (kompromi) secara terbuka antara masyarakat dan

pemerintah atau lembaga.

Komunikasi dan timbal balik antara pemerintah atau lembaga dan masyarakat

akan berjalan dengan baik.

Strategi ini dapat menjadi sarana pertukaran suatu kepentingan antara

masyarakat dan pemerintah atau lembaga.

Strategi ini dapat berjalan efektif bila di masyarakat tersebut ada organisasi yang

mampu menerima, menyerap dan mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat.49

Kedua strategi ini memang memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga strategi yang

baik adalah memadukan kedua strategi tersebut yaitu : pengembangan dari bawah

dengan bimbingan dari atas.

Dalam strategi pembangunan masyarakat desa, tentu masyarakat memiliki

peran serta dalam pelaksanaannya. jadi pelaksanaan program Pembangunan

Masyarakat ditinjau dengan aspek peran masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 3

bentuk partisipasi masyarakat yaitu :

1. Pembangunan untuk Masyarakat (Development for Community) adalah bentuk

praktek pembangunan masyarakat yang pada dasarnya masyarakat hanya

menjadi obyek pembangunan karena inisiatif , perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan pembangunan dilaksanakan oleh pihak dari luar masyarakat.

49

Kusnaedi, Membangun Desa. 45, 46

Page 31: Membangun anak desa melalui tk

31

Walaupun aktor dari luar ini telah melakukan penelitian, konsultasi dan

melibatkan tokoh setempat namun apabila keputusan dan sumberdaya

pembangunan berasal dari luar maka pada dasarnya masyarakat tetap menjadi

obyek pembangunan.

2. Pembangunan dengan Masyarakat (Development with Community) ditandai

secara khusus dengan kuatnya pola kolaborasi antara aktor dari luar dengan

masyarakat setempat. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama

dan sumberdaya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak. Bentuk

Pembangunan Masyarakat ini adalah yang paling popular dan banyak

diaplikasikan oleh berbagai pihak. Dasar pikiran pola ini adalah dapat

dikembangkannya sinergi dari potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam

upaya pembangunan juga diharapkan dapat mengembangkan rasa memiliki

terhadap inisiatif pembangunan yang ada sekaligus membuat proyek

pembangunan menjadi lebih efisien.

3. Pembangunan oleh Masyarakat (Development of Community) adalah proses

pembangunan yang baik inisiatif, perencanaan dan pelaksanaannya

dilaksanakan sendiri oleh masyarakat. Masyarakat menjadi pemilik dari

semua proses pembangunan. Peran aktor dari luar dalam kondisi ini lebih

sebagai sistem pendukung bagi proses pembangunan. Bentuk Pembangunan

Masyarakat seperti ini yang diidealkan oleh berbagai pihak khususnya LSM

dan pemerintah, namun dalam kenyataannya komunitas yag mampu

membangun dirinya sendiri tidaklah terlalu banyak. Dan untuk mengarah

pada bentuk pendekatan Pembangunan ini berbagai program peningkatan

kapasitas (Capacity Building) untuk masyarakat lokal harus banyak dilakukan

Page 32: Membangun anak desa melalui tk

32

dengan harapan bila kapasitas masyarakat meningkat maka mereka akan

mampu membangun dirinya sendiri..

Ketiga pendekatan tersebut pada dasarnya memiliki tujuan akhir yang sama yaitu

perbaikan kualitas kehidupan dan kelembagaan masyarakat lokal, perbedaan yang

ada lebih pada sarana yang dipakai. Jadi efektifitas sarana ini sangat ditentukan oleh

konteks dan karakteristik masyarakat yang dihadapi.50

Perubahan sosial masyarakat menuju pembaharuan hidup

Tujuan pembangunan adalah pembangunan masyarakat dan manusia

Indonesia seutuhnya. Untuk mencapai hal ini maka pembangunan dilaksanakan

secara bertahap. Karena pembangunan itu adalah suatu proses maka pembangunan

dapat dilihat dan ditanggapi sebagai rangkaian pertumbuhan yang terus berjalan, oleh

karenanya pembangunan itu menuntut waktu yang panjang.51

Tujuan lain yang ingin

dicapai dalam pembangunan adalah adanya perubahan kepada keadaan yang lebih

baik. Jika demikian tujuan dari pembangunan dalam rangka pembangunan manusia

seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, maka sebenarnya yang dimaksudkan

adalah perubahan sosial yang sebesar-besarnya untuk membebaskan manusia dan

masyarakat dari keadaan yang menurunkan kehormatan dan martabatnya.52

Kenyataan ini menuntut perubahan sikap dan kesediaan masyarakat untuk menerima

perubahan. Ini berarti masyarakat harus ikut serta dalam proses perubahan itu. Untuk

mencapai proses perubahan itu tentu dibutuhkan proses kesadaran, dan untuk

50

Penguatan Masyarakat dengan Program Community Development, oleh Mustakim Sirahtal.

http://mustaqim-sirathal.blogspot.com/2008/02/penguatan-masyarakat-dengan-program-cd.html, di

akses tanggal 9 Maret 2009 51

Musa Asy’arie dkk, Agama, Kebudayaan dan Pembangunan, Menyongsong era industri

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988). 155. 52

Latuihamallo.P.D. Renungan suci tentang pembangunan. Pidato Dies Natalis STT Jakarta, 1975. 5

Page 33: Membangun anak desa melalui tk

33

mencapai proses kesadaran maka masyarakat perlu mendapatkan pendidikan untuk

memperoleh pengetahuan akan manfaat pembangunan.53

Karena perubahan sosial masyarakat menuju pembaharuan hidup melalui

proses yang panjang, maka pendidikan akan nilai-nilai kristiani kepada masyarakat

harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan TK untuk mempersiapkan generasi

bangsa yang berintelektual dan berkarakter sebagai wujud menciptakan manusia

Indonesia yang seutuhnya di pedesaan. Wujud lain dari dampak pendidikan anak usia

dini yang telah dibarui adalah sebagai duta Kristus di tengah keluarga dan

masyarakatnya. Sehingga perubahan sosial masyarakat yang dicapai adalah

perubahan hidup keluarga dan masyarakat di dalam Kristus. Dan perubahan perilaku

ini akan membawa masyarakat juga kepada perubahan sosial ekonomi, budaya kepada

kehidupan yang lebih baik sebab Allah terlibat dalam perubahan itu dan memberkati

mereka senantiasa.

Selain itu cepat lambatnya proses perubahan perilaku dan moral anak-anak

sebagai generasi penerus bangsa adalah kualitas sekolah dan guru. Dimana guru

dihargai sebagai alat kemajuan pembangunan yang dapat membawa keluar dari

kemiskinan penghidupan masyarakatnya. Tetapi sangat disayangkan masih saja ada

masyarakat yang belum menghargai sekolah itu sebagai alat untuk menyesuaikan

kepada perubahan dan membangun masyarakatnya dari dalam masyarakat itu sendiri.

Pendidikan kepada masyarakat adalah dalam rangka membawa masyarakat

pada perubahan hidup (sosial). Untuk mencapai perubahan sosial tentu dimulai dari

dalam diri masyarakat yaitu masyarakat terlebih dahulu mengalami pembaharuan

hidup di dalam Kristus, seperti yang dikatakan oleh Paulus (1 Kor 5:6-8; Kol 3:9)

53

Soetrisno K.H dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun, 42.

Page 34: Membangun anak desa melalui tk

34

yang menekankan tiga hal mengenai pembaruan, pertama, bahwa orang yang telah

didalam Kristus diciptakan mejadi manusia baru, kedua, sebagai manusia baru

mereka harus tetap berusaha membaharui dirinya, karena ia berada di tengah-tengah

masyarakat yang penuh dengan godaan, dan Ketiga, bahwa manusia baru itu

senantiasa dibaharui hari demi hari (bnd. 2 Kor 4:16). Tentu proses pembaharuan dari

hari ke hari membutuhkan pertolongan Tuhan karena tindakan pembaruan itu adalah

karya Roh Kudus.

Masyarakat akan mengalami perubahan apabila setiap keluarga kristen

yang hidup di dalam komunitas masyarakat berinteraksi, terlibat dalam kegiatan

masyarakat, bukan mengasingkan diri secara eksklusive. Adalah suatu kenyataan

bahwa tidak seorangpun dapat menjadi Kristen dengan mengasingkan diri dan hanya

berhubungan dengan Allah.. sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus terhadap

perempuan yang baik hati (Luk 10:29-37) bahwa arti ‘sesama’ dalam Injil adalah

mereka yang biasa kita curigai, abaikan dan hindari. Keluarga tidak akan dapat

sepenuhnya menyadari potensi mereka hanya oleh dan di dalam keluarga itu sendiri;

ini hanya dapat terjadi dalam hubungan keluarga dengan masyarakat sebagai suatu

keseluruhan.54

Menurut Leckey dalam Marjorie l. Thompson (2001) bahwa

pelayanan menjangkau masyarakat sama pentingnya dengan identitas keluarga

Kristen dalam doa dan ibadah. Karena itu setiap keluarga Kristen adalah pelopor

pembangunan rohani di pedesaan melalui ibadah keluarga dan terus menjangkau

keluarga-keluarga lain dalam bentuk persekutuan rumah tangga. Demikian pula yang

dijelaskan oleh Latuihamallo (1975), bahwa persoalan yang sangat fundamental dari

pembangunan adalah perubahan, dan ini dapat terjadi apabila gereja dan orang kristen

dapat menggarami masyarakat sehingga perubahan yang baik dapat tercapai.”How to

54

Marjorie l. Thompson, Keluarga sebagai pusat pembentukan. Sebuah visi tentang peranan keluarga

dalam pembentukan rohani (Jakarta: PT. BPK. Gunug Mulia, 2001). 120

Page 35: Membangun anak desa melalui tk

35

permeate society dengan keyakinan dan tindak Kristen”.55

Dan perubahan itu harus

bermula padaq manusia itu sendiri.

Pendidikan dan Anak

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Masa Kanak-kanak

Masa kanak-kanak adalah masa “internalisasi” dalam pengertian

merekam. Semasa kanak-kanak, aneka macam pengalaman, kesan, pengetahuan

direkam ke dalam benak. Ternyata pengalaman, kesan dan pengetahuan itu

mengandung tata nilai (values) tertentu. Nilai-nilai yang direkam itu tentu ada yang

baik dan ada pula yang buruk semuanya ternyata direkam, bagaikan orang merekam

suatu obyek ke dalam film di kamera atau merekam gerakan lewat kamera video.

Yang dimaksud masa kanak-kanak umumnya berlaku di kalangan Sekolah Minggu,

yaitu berkisar 4 – 5 tahun sampai usia 11 – 13 tahun, atau sama dengan masa Taman

Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Masa prasekolah (umur 2 – 6 tahun) dan masa

sekolah (umur 6 – 12 tahun).56

Brant Myer (1992) dalam buku Misi Holistik menunjukkan bahwa di

Amerika Serikat hampir 85 % dari orang-orang yang mengambil keputusan untuk

menerima Yesus terjadi pada usia antara 4 sampai 14 tahun dan diluar AS 60% dari

antara mereka melakukan hal yang sama. Ini menunjukkan bahwa anak-anak dan

kaum muda sesungguhnya merupakan “ladang dunia yang paling banyak

55

Latuihamallo.P.D, Renungan suci tentang pembangunan. Pidato Dies Natalis STT Jakarta, 1975. 20 56

Abednego.B.A, Mempersiapkan Anak dan Remaja menghadapi era globalisasi; Pelita Zaman Vol 8

No.2, 1993. 106

Page 36: Membangun anak desa melalui tk

36

menghasilkan buah”, penelitian ini kemungkinan besar dapat menjadi representatif

akan kondisi anak-anak di dunia.57

Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menentukan dalam

pembentukan intelektual dan karakter anak. Yang sulit pada masa kanak-kanak

adalah kesan yang mereka terima sangat dalam, sedangkan kesanggupan mental dan

pengalaman hidup untuk mengolah pengalaman negatif belum ada. Karena itu sangat

penting bahwa mereka diberi pengertian dan pendidikan usia dini berhubungan

dengan Allah, yang sungguh sesuai dengan pandangan Alkitab. Menyanyi dan berdoa

secara sederhana dengan anak kecil merupakan kegiatan yang sungguh membangun.

Dan ini yang paling bertanggungjawab adalah orang-orang yang paling dekat dan

dipercaya oleh anak-anak yaitu orang tua/keluarga dan guru TK.

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (2006) juga

menyadari akan hal ini, masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menentukan

masa depan bangsa dalam membentuk anak sejak usia dini, karena itu pentingnya

pendidikan TK :

Pertama, Pendapat ahli psikologi usia dini (0 – 9 tahun) adalah usia emas (Golden

Age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang. Fase ini sangat menentukan

untuk pengembangan kualitas manusia selanjutnya.

Kedua, Perkembangan otak (brain development) menjadi perhatian penting dalam

pengasuhan dan pengembangan anak usia dini. Melalui otak seseorang mengenal

dunianya, menyerap semua informasi dan pengalaman-pengalaman baik yang sifatnya

menyenangkan maupun menyakitkan.

57

Presentasi dari makalah yang disajikan pada Retreat Kepemimpinan Eksekutif EFMA September

1992. Bryant Myers,”The State of the World’s Children: A Strategis Challenge to the Christian

Mission in the 1990’s (Glen Eyrie, 1992).. Tim Pubilkasi ICDS, Misi Holistik (Jakarta-Bandung:

Penerbit ICDS, 2003). 78

Page 37: Membangun anak desa melalui tk

37

Ketiga, Pada saat lahir, otak bayi sudah memiliki sekitar 100 miliar sel otak atau

neuron dan atau telah mencapai jumlah 75% dari jumlah sel-sel otak manusia dewasa.

Perkembangan otak menjadi sempurna melalui pengalaman dari hari ke hari yang

dialami oleh anak tersebut. Anak perlu diberi perhatian dan rangsangan khusus,

dengan cara memberikan pengalaman yang berharga sehingga dapat memperkuat

perkembangannya.

Keempat, Penelitian Bloom dikemukakan bahwa perkembangan intelektual anak

terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. sekitar 50% variabilitas

kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun, peningkatan 30%

berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir

dasawarsa kedua.

Kelima, Hasil penelitian Ditdiknas, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, tahun 2000

menunjukkan bahwa semua aspek perkembangan anak baik bahasa, kecerdasan,

sosial, motorik, moral, perasaan, daya cipta dan kedisiplinan anak didik dari TK

memiliki kontribusi terhadap kesiapan belajar siswa SD Kelas 1.

Keenam, Penelitian oleh Balitbang Depdiknas menunjukkan hampir pada seluruh

aspek perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan lebih tinggi dari

pada anak yang tidak masuk TK di kelas 1.58

Kebutuhan anak-anak

Anak-anak adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu

berinteraksi dengan lingkungannya, lingkungan itu dapat dibedakan lingkungan fisik

dan lingkungan sosial, dalam lingkungan sosial dia berinteraksi dengan orang lain

dimulai dari interaksi dengan orang tua, anggota keluarga, teman sebaya dan

58

Diktat: Kebijakan dan Program Pengembangan TK, Direktorat Pembinaan TK dan SD, Direktorat

Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas, 2006) 6,7.

Page 38: Membangun anak desa melalui tk

38

masyarakat sekitarnya. Karena itu dalam perkembangan sosialnya anak

membutuhkan pergaulan dalam proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya

merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana

seharusnya dia hidup dalam kelompoknya, baik kelompok kecil maupun kelompok

besar. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan anak menjadi semakin

kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi

amat kompleks. Pada akhirnya pergaulan sesama manusia menjadi suatu kebutuhan.59

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak juga membutuhkan

perhatian secara menyeluruh (holistik). Seluruh bidang hidupnya perlu dipenuhi

untuk membentuk manusia yang utuh di masa dewasanya. Disini Andar Ismail

(1996) menguraikan beberapa kebutuhan anak. Berbagai kebutuhan anak-anak yang

perlu dipikirkan sebagai berikut : pertama, kebutuhan jasmaniah-biologis : anak perlu

makan, minum, rumah dan lainnya. kedua, kebutuhan rasa aman dan terjamin.

Ketiga, kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa dihargai. Pada prinsipnya anak-anak

membutuhkan kasih, teman bercakap-cakap atau teman mendengar, contoh untuk

bertindak, menemukan bakatnya, waktu untuk bersama-sama, dan teman untuk

melakukan tindakan yang berani sehingga dapat membanggakan dirinya. Keempat,

kebutuhan untuk aktualisasi diri atau penjelmaan diri. Kelima, kebutuhan akan

kehadiran Tuhan. Sementara anak-anak berhak mendapatkan berita keselamatan

dalam Yesus Kristus. Jadi, kegiatan penginjilan dan pelayanan anak dapat

mengisinya. Kegiatan penginjilan mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka : dengan

membacakan cerita injil kepada mereka, bernyanyi bersama-sama, melihat/menonton

kartun-kartun Alkitab bersama-sama, merayakan ulang tahun dengan kemasan

kristiani bersama, bertamasya bersama, olahraga bersama, bermain dalam pemberian

59

Tim Dosen, Diktat Perkembangan peserta didik (Medan: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

1999). 64.

Page 39: Membangun anak desa melalui tk

39

hadiah-hadiah pada hari-hari special dan lainnya. Keenam, kebutuhan pendidikan

anak, yaitu pelayanan pendidikan dan pengajaran melalui pendidikan formal seperti

Taman kanak-kanak kristen, pelayanan pemeliharaan (misalnya bagi anak Yatim

piatu), pelayanan pembelaan (untuk anak cacat dan anak miskin), pelayanan

perlindungan (bagi perilaku kejam, perkosaan dan anak korban kejahatan orang

dewasa) dan pelayanan aspek lainnya.60

Pemenuhan akan kebutuhan anak diatas dapat dilaksanakan oleh gereja-

gereja dan lembaga-lembaga kristiani melalui pendidikan formal seperti Taman

Kanak-kanak Kristen yang memiliki metode mengajaran, pengalaman dan fasilitas

yang dimana kurang dapat dipenuhi dalam lingkungan keluarganya. Jadi sekolah TK

merupakan partner Allah bersama dengan keluarga, gereja dan masyarakat dapat

membimbing anak untuk mengaktualisasikan seluruh potensinya di tengah

masyarakat.

Sebenarnya yang melandasi semua kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

anak adalah “Kasih tanpa syarat”, sebab tanpa kasih (cinta) semua perhatian dan

pemberian akan hampa. Menurut Theo Riyanto dan Martin Handoko (2005) bahwa

anak-anak yang merasa dicintai akan mampu memandang dan memperlakukan orang

lain dengan cinta dan perhatian, memperlakukan orang lain secara etis, anak akan

memandang teman-temannya juga pantas dihargai, dicintai dan diperhatikan seperti

dirinya.61

Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa cinta kita kepada anak-anak

adalah cinta tanpa syarat? Pertama, tunjukkan cinta tanpa syarat kita dengan

menciumnya, merangkulnya, membopongnya, mendekapnya dan sampaikan kata-kata

positif. Kedua, dasarkan cinta kita pada siapakah dia bukan pada apa yang mereka

60

Andar Ismail, Dasar-dasar Teologis pelayanan untuk anak, Pelita Zaman Vol 11, No. 1 (1996).26 61

Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Anak Usia Dini. Tuntunan Psikologis dan

Paedagogis bagi pendidik dan orang tua (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004). 77

Page 40: Membangun anak desa melalui tk

40

perbuat. Ketiga, tunjukkan rasa penerimaan dan pengalaman didukung secara positif

setiap hari. Keempat, cari kesempatan yang tepat untuk menghargai perilaku positif

mereka. Kelima, tegur perilaku negatif mereka, sekaligus tunjukkan bahwa cinta kita

tidak berdasarkan pada perilaku mereka.62

Dorothy Law Nolte dalam Dan Brewster (2005) menjabarkan bagaimana

kehidupan kita kepada anak akan memberi dampak pada perilaku mereka.

It really is true that children learn what they live. As Dorothy Law Nolte reminded us

If a child lives with criticism, he learns to condemn

If a child lives with hostility, he learns to fight

If a child lives with ridicule, he larns to be shy

If a child lives with shame, he learns to feel guilty

If a child lives with encouragement, he learns confidence

If a child lives with praise, he learns to appreciate

If a child lives with fairness, he learns justice

If a child lives with security, he learns to have faith

If a child lives with approval, he learns to like himself

If a child lives with acceptance and friendship, he learns to find love in the world63

Seorang Anak juga memiliki hati dan hati ini hanya bisa dipenuhi dengan

kehadiran Tuhan, karena itu anak akan membutuhkan pengenalan akan Allah sebagai

dasar imannya dikemudian hari. Dasar konsep tentang siapakah Allah juga terbentuk

dalam diri anak pada usia dini. Seorang anak merasakan bagaimana sikap orang

dewasa dalam lingkungannya terhadap Allah. Kalau orang tua, guru sekolah dan guru

sekolah minggu mengasihi dan menghormati Allah, berdoa kepadaNya dan menaati

firmanNya, anak mengambil kesimpulan “Allah itu baik dan mengasihi saya juga.

62

Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Anak Usia Dini, 78 63

Dan Brewster, Child, Church and Mission, 20

Page 41: Membangun anak desa melalui tk

41

Saya mau taat kepadaNya. Ia memberi segala sesuatu yang baik. Saya boleh

berbicara dengan Allah dan Ia akan mendengar saya”. Tetapi kalau orang tua dan

guru menyebut nama Tuhan Allah hanya untuk mengancam atau menakuti anak

supaya menurut, Allah kemudian hanya dipandang oleh anak sebagai hakim yang

kejam. Hal ini menimbulkan ketakutan pada anak dan akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan rohaninya setelah dewasa.64

Dengan mengetahui berbagai kebutuhan

anak, maka setiap orang tua, keluarga, guru, gereja dan masyarakat sangat perlu

memohon pimpinan dan hikmat dari Tuhan untuk bisa memenuhi kebutuhan anak

sesuai dengan terang Firman Allah.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Kata education dalam bahasa inggris yang kita artikan sebagai pendidikan

itu berasal dari kata kerja to educate (latin: educare), yang berarti : “mengembangkan

manusia dari masa kanak-kanak untuk membentuk kebiasaan, kelakuan dan

kemampuan intelektual serta melatih disiplin sehingga mengembangkan kemauan,

rasa dan kecenderungan tertentu.” Kata education juga dapat dikatakan berasal dari

kata kerja to educe (latin: educere) yang berarti : “menimbulkan atau

mengembangkan sesuatu yang sudah ada (pada manusia) dari kondisi potensialnya.65

Pendidikan anak usia dini adalah merupakan tanggungjawab pemerintah

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Karena itu melalui undang-

undang Sisdiknas kedudukan pendidikan anak usia dini memiliki kesetaraan dan hak

untuk diselenggarakan oleh masyarakat.

64

Ruth Laufer dan Anny Dick, Pedoman Pelayanan Anak.. YPPII Dep.Pembinaan Anak dan Pemuda

(Surabaya: Bahtera Grafika, 1993). 24. 65

Judowibowo Poerwowidadgo, Pendidikan, pembangunan dan masa depan bangsa (Jakarta: PT.BPK.

Gunung Mulia, 1994). 21.

Page 42: Membangun anak desa melalui tk

42

Defenisi pendidikan anak usia dini telah dirumuskan dalam Undang-

undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (28) sebagai

berikut :

(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan

formal, nonformal, dan/atau informal

(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman

kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk

kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang

sederajat.

(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.66

Tujuan yang ingin di capai dalam Pendidikan Anak Usia Dini adalah :

Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik

yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif,

bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki Pendidikan Dasar.67

Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini adalah :

1. Mengenalkan peraturan dan disiplin pada anak.

2. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.

3. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.

4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.

66

Himpunan peraturan perundang-undangan, UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Bandung: Penerbit Fokusmedia, 2006). 15. 67

Diktat: Kebijakan dan Program Pengembangan TK. 8.

Page 43: Membangun anak desa melalui tk

43

5. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki

anak.68

Tujuan Pendidikan anak Usia Dini harus memenuhi tuntutan yang

digariskan oleh Tujuan Pendidikan Nasional yaitu membangun manusia Indonesia

yang seutuhnya. Dan pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya harus dimulai

dari awal hidup manusia (masa kanak-kanak) sampai akhir hidupnya, karena

pendidikan harus dijalani sepanjang hidup sampai manusia mencapai manusia yang

seutuhnya..

Untuk mencapai kualitas manusia yang utuh menurut Judowibowo

Poerwowidadgo (1994) adalah meliputi pembinaan keseluruhan atau keutuhan

manusia sebagai manusia yang memiliki 5 aspek yaitu :

1. Aspek fisik

2. Aspek psikis atau mental

3. Aspek ratio, intelektual atau akal budi

4. Aspek sosial, dan

5. Aspek spiritual.

Kelima aspek ini tidak berdiri sendiri melainkan suatu kesatuan dan saling pengaruh

mempengaruhi dalam arti bila salah satu aspek tidak terpenuhi akan mempengaruhi

aspek lainnya.69

Peranan Pemerintah dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Dalam hal ini pemerintah menyadari akan pentingnya pendidikan dalam

rangka membangun manusia Indonesia yang seutuhnya serta menyiapkan generasi

bangsa yang bermoral dan mampu menghadapi tantangan kemajuan zaman, karena itu

68

Ibid. 69

Judowibowo Poerwowidadgo, Pendidikan, pembangunan dan masa depan bangsa, 20.

Page 44: Membangun anak desa melalui tk

44

pemerintah melalui undang-undang memberikan perlindungan terhadap hak-hak

setiap warga Negara dalam memperoleh pendidikan. Dasar-dasar hukum bagi anak-

anak yang berhak memperoleh pendidikan adalah :

o Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) :”Tiap-tiap Warga Negara

berhak mendapat pengajaran”.

o Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nsional

(SISDIKNAS) Pasal 5 ayat (1) :”Setiap Warga Negara mempunyai hak

yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

o Undang-undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 49

:”Negara, Pemerintah, Keluarga dan Orang tua wajib memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh

pendidikan”.

Kendala yang dihadapi dalam peningkatan pendidikan Anak Usia Dini adalah :

Kurangnya kesadaran orang tua dan masyarakat terhadap pentingnya

pendidikan TK

Kurangnya tenaga Guru PGTK karena kurang diminati dan masih sangat

sedikit sekolah kejuruan PGTK yang didirikan oleh pemerintah dan

swasta.

Banyak Guru PGTK yang gajinya masih belum mencukupi, kurang

motivasi dan tidak terlatih.

Jutaan anak-anak membutuhkan bantuan keuangan untuk mendapatkan

dana pendidikan.

Dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan tersebut, pemerintah

berupaya membuat perundang-undangan dan mewajibkan setiap institusi-institusi

pemerintah maupun lembaga atau swadaya masyarakat yang bergerak dibidang

Page 45: Membangun anak desa melalui tk

45

pendidikan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah seperti Amanat UUD 1945 dan Undang-undang RI Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu upaya pemerintah adalah dalam

hal pendanaan berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat (4) : Negara memprioritaskan

anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendpatan

belanja Negara serta dari anggaran pendapatan belanja daerah untuk memenuhi

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.

Dalam hal peningkatan kualitas pelaksanaan pendidikan dan kurikulum,

menugaskan kepada Direktorat Pembinaan TK dan SD melalui PERMEN RI Nomor

14 tahun 2005 : Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, bimbingan

teknis, supervise dan evaluasi di bidang pembinaan TK dan SD.70

Kebijakan dan program pengembangan yang ingin dicapai oleh

Departemen Pendidikan Nasional adalah :Peningkatan Akses dan Keadilan yang

terdiri dari71

:

1. Meningkatkan APK TK 40% (2009) dan APM TK 30% (2010)

2. Pembangunan unit TK baru (Kabupaten/kota, kecamatan dan

pedesaan).

3. Perintisan pengembangan TK dan SD satu atap

4. Penyediaan dan peningkatan sarana prasarana TK

5. Pengambenagan TK dan SD bertaraf internasional.

6. Penyediaan berbagai alternative layanan pendidikan TK

Membangun Pendidikan Anak di pedesaan

70

Diktat: Kebijakan dan program Pengembangan TK Depdiknas, 17 71

Diktat: Kebijakan dan Program Pengembangan TJ Depdiknas, 18

Page 46: Membangun anak desa melalui tk

46

Pada tahun 2007, kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia secara

umum masih sangat memprihatinkan. Meskipun jumlah penduduk miskin mengalami

penurunan yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 jumlah penduduk

miskin 39,05 juta menurun untuk tahun 2007 menjadi 37,17 juta atau 16,58 persen

dari total penduduk indonesia selama periode bulan Maret 2006 – 2007, tetapi tidak

memberikan perubahan yang signifikan terhadap kemiskinan meski berbagai usaha

telah dilakukan.72

Bukan saja masalah kemiskinan yang menunjukkan keprihatinan

tetapi juga keadaan pembangunan pendidikan Indonesia perlu dicermati saat ini

karena berdasarkan EFA Global Monitoring Report 2008, laporan tim EFA akhir

2007 menyatakan, posisi EFA Develompment index (EDI) Indonesia ada pada

rangking 62 dari 129 negara yang disurvey. Prestasi ini menurun jika dibanding

posisi 2002, rangking ke-58 dari 121 negara.73

Bila melihat data-data tersebut diatas, maka yang menjadi keprihatinan

pemerintah adalah tingkat kemiskinan dan pendidikan yang semakin merosot yang

tidak menunjukkan kearah kemajuan. Sebenarnya kondisi ini mencerminkan keadaan

ekonomi sosial dan pendidikan masyarakat di pedesaan bukan di perkotaan karena

70% masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan sehingga angka-angka tersebut

menunjukkan permasalahan-permasalahan di pedesaan. Yang menjadi masalah

adalah jumlah kemiskinan yang begitu besar dan tingkat kesenjangan yang amat tajam

serta ketidakadilan yang bersumber dari berbagai kebijakan pemerintah masa lalu,

seperti kebijakan pembangunan industri, perumahan, transportasi, kesehatan dan

72

Oleh Mustakim Sirathal, Penguatan Masyarakat dengan program Community Development.

http://mustaqim-sirathal.blogspot.com/2008/02/penguatan-masyarakat-dengan-program-cd.html, di

akses tanggal 10 Maret 2009

73

Yang dimaksud EFA adalah laporan pencapaian Program Education For All. Kaji ulang indikator

pembangunan pendidikan. Tim koordinasi penanggulangan kemiskinan.

http://tkpkri.org/berita/berita/kaji-ulang-indikator-pembangunan-pendidikan-20080425431.html. di edit

22 Pebruari 2009)

Page 47: Membangun anak desa melalui tk

47

pendidikan yang selalu menguntungkan masyarakat kaya. Pemiskinan tidak hanya

terjadi dalam kehidupan ekonomi saja tetapi juga terjadi pada aspek budaya.

Pemiskinan budaya dimulai dari biaya pendidikan yang semakin mahal sehingga

hanya golongan orang-orang kaya saja yang bisa menikmati pendidikan yang

berkualitas. Akhirnya masyarakat yang tidak mampu menikmati pendidikan dan

bahkan semakin terpuruk kondisinya.74

Jika demikian bagaimanakah seharusnya pemenuhan pendidikan

khususnya pendidikan anak di pedesaan dapat ditingkatkan ? adalah tugas dan

tanggungjawab gereja, lembaga-lembaga kristiani untuk berpartisipasi dalam

pembangunan pendidikan di pedesaan. Sejauhmana gereja berperan dalam

pembangunan di pedesaan. Bila melihat ulasan dari hasil penelitian yang

dipublikasikan oleh Stevri I Lumintang (2006) tentang sejauhmana peran gereja Injili

terhadap kesejahteraan sosial masyarakat mengatakan hanya ada 47,36% yang

mengadopsi dan menyekolahkan anak-anak dari keluarga miskin, baik yang beragama

Kristen, maupun bukan Kristen. Sedangkan yang 52, 63% hanya mengadopsi dan

menyekolahkan anak-anak dari keluarga yang miskin saja. Ada 54.54% responden

yang mengadopsi daerah-daerah yang miskin sebagai proyek misi mereka yang

bersifat holistik. Didaerah-daerah tersebut, para responden bersama lembaga yang

dipimpin, terlibat dalam upaya mensejahterakan penduduk di daerah-daerah

tersebut.75

Untuk itu pemerintah, gereja dan lembaga kristiani, keluarga dan

masyarakat setempat perlu menyadari bahwa untuk membangun perekonomian dan

pendidikan bangsa adalah dimulai dari desa, bukan yang selama ini sentralisasi

74

74Oleh Mustakim Sirathal, Penguatan Masyarakat dengan program Community Development.

http://mustaqim-sirathal.blogspot.com/2008/02/penguatan-masyarakat-dengan-program-cd.html, di

akses tanggal 10 Maret 2009

75

Stevri I. Lumintang, Misiologi Kontemporer, 330

Page 48: Membangun anak desa melalui tk

48

pendidikan selalu berpusat di perkotaan. Demikian juga untuk mempersiapkan

generasi yang cerdas dan berkarakter agar tidak tertinggal dengan Negara-negara lain

tentu dimulai dan tidak mengabaikan pembangunan pendidikan anak usia dini.

Membangun pendidikan anak di pedesaan dapat dilakukan secara formal

yaitu melalui pendidikan Taman Kanak-kanak dan pendidikan informal melalui

kehidupan keluarga. Pendidikan yang sesungguhnya adalah pendidikan berbasis

keluarga, dimana anak memulai belajar dari orang tua dan keluarganya. Bagaimana

keadaan keluarga juga akan memberikan pengaruh perkembangan anak. keluarga

yang berstatus sosial ekonomi yang baik akan mampu menyediakan lingkungan yang

baik untuk perkembangan anak-anak dirumah karena adanya dukungan sarana dan

fasilitas penunjang lebih memudahkan anak-anak belajar, juga kemampuan

penyediaan makanan bergizi sedikit terpenuhi dibanding yang berekenomi rendah.

Demikian juga dengan status pendidikan dari orang tua dan anggota keluarga akan

memberikan pengaruh terhadap perkembangan bahasa dan intelektual anak, dimana

dalam berkomunikasi dengan anak sedikit mampu memberi jawaban terhadap rasa

ingin tahu anak pada hampir semua bidang. Karena itu gambaran keadaan

pendidikan anak di desa dan di kota dapat di ukur dari keadaan keluarga dipedesaan

dengan diperkotaan bagaimana keadaan status sosial ekonomi dan pendidikan

keluarga.76

Selain itu pendidikan anak di pedesaan semakin diperlengkapi

pendidikannya melalui peran Taman Kanak-kanak masuk desa.

Kita perlu menyadari bahwa seorang anak belum dapat hidup mandiri dan

belum mampu mengambil keputusan sendiri, apalagi dengan keadaan ekonomi sosial

dan pendidikan keluarganya sangat rendah akan membuat sang anak tidak ada

pegangan atau panutan sehingga anak sangat bergantung kepada orang lain dan

76

Tim Dosen, Diktat Perkembangan peserta didik, 73

Page 49: Membangun anak desa melalui tk

49

lingkungannya seperti rumah, sekolah, gereja, kerabat dan kebijakan pemerintah.

Kehidupan dirumah akan mempengaruhi anak. Jika hubungan orang tua kurang

harmonis maka akan mempengaruhi kejiwaan anak, jika gereja tidak punya program

pembinaan anak yang baik maka akan mempengaruhi perumbuhan rohani anak. kalau

sekolah guru-gurunya tidak mempersiapkan pengajaran dengan baik dan memberikan

teladan maka akan mempengaruhi anak. kerabat dan kebijakan pemerintah juga

mempengaruhi anak. anak tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, ada konteks

lingkungan yang mempengaruhi dia. Selain dipengaruhi maka anak bisa

mempengaruhi orang-orang di sekitarnya misalnya orang tuanya walaupun pengaruh

anak kepada lingkungannya kadang–kadang bisa kecil dan besar.77

Peranan Taman Kanak-kanak Masuk Desa terhadap Orang tua, Keluarga dan

Masyarakat

Dampak Pendidikan anak terhadap Orang tua, Keluarga dan Masyarakat.

Orang dewasa seringkali meremehkan atau mengabaikan peranan anak-

anak dalam hidup kesehariannya., tetapi Allah dapat memakai anak-anak dalam

rencana agungNya. Anak-anak yang telah mengalami perubahan hidup dalam Kristus

dapat berperan “sentral” dalam sejarah keselamatan Allah. Anak-anak dapat

dipersiapkan dan dipakai Allah untuk menggenapi rencanaNya. Berbagai contoh

tentang sentralitas anak dalam penggenapan rencana keselamatan Allah dapat dilihat

dalam : (1) Perjanjian kepada Abraham (Kej 12:1-7; 15:1-6;17:1-9). Allah berbicara

tentang “keturunan” yang akan menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi. (2)

Musa “diambil” oleh Allah dari sungai Nil sewaktu masih bayi. (3) Samuel

“diserahkan” kepada Allah bahkan sejak sebelum dikandung (1 Sam 1:11). (4) Daud

77

Hans Geni Arthanto, Modul Pembinaan Keluarga, 44)

Page 50: Membangun anak desa melalui tk

50

“dipilih” untuk menjadi raja Israel sewaktu ia masih muda (I Sam 16:11). Yohanes

Pembaptis “ditentukan” sebagai perintis jalan bagi Kristus sejak sebelum

kelahirannya (Luk 1:13-22). Penggenapan berbagai janji tentang “keturunan”

perempuan itu terjadi dalam kelahiran Tuhan Yesus (Mat 1:21; Luk 1:28-35).78

Demikian juga fakta-fakta lain seperti Polykarpus (murid Yohanes) yang mati martir

pada umur 90 tahun, menerima Yesus pada umur 9 tahun; Abraham Lincoln Presiden

AS pemberantas perbudakan, mengenal Yesus secara pribadi pada umur 5 tahun;

Mathew Henry, penulis tafsiran Alkitab menerima Yesus pada umur 10 tahun;

Ignatius Loyola, menerima Yesus pada umur 7 tahun.79

Jadi peran sentral ini sebenarnya berlaku bagi setiap anak, dan orang tua,

keluarga, masyarakat dan guru berperan serta dalam penggenapan rencana Allah yang

indah dalam diri anak. Untuk mencapai itu keberhasilan keluarga, masyarakat dan

sekolah dalam mendidikan anak turut serta mempersiapkan rencana agung Allah

dalam diri anak tersebut di kemudian hari. Jadi pendidikan anak sejak usia dini dan

pendidikan dalam keluarga dapat memberikan dampak yang besar setelah dewasa

baik kepada keluarga, masyarakat dan bahkan dunia.

Bila anak-anak dimenangkan bagi Kristus melalui pendidikan Taman

Kanak-kanak, dia dapat bersaksi dalam perkataan dan perbuatan kepada keluarga dan

masyarakat, walau mungkin dampaknya tidak terlalu besar tetapi perubahan tingkah

laku yang baik akan membuat orang tua dan masyarakat senang dan mengasihinya.

Dalam kesehariannya dia dapat berdoa sederhana tapi sungguh-sungguh, dalam

imannya yang sederhana karya Allah juga dapat dinyatakan dengan tanda mukjizat

78

Tri Budiarjo, Anak sebagai People Group dalam Misi. Misi Holistik, 101. 79

Iswara Rintis, Keluarga di dalam Tuhan. Buku Murid-Pemuda (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,

2005). 32.

Page 51: Membangun anak desa melalui tk

51

dan tanda heran sehingga dapat membawa keluarganya pada pertobatan. Dia dapat

menceritakan ulang tentang apa yang telah didapatkan di dalam pelajaran TK tentang

berbagai keterampilan dan nilai-nilai moral yang diajarkan. Biasanya ekspresi anak-

anak yang tulus dan cinta kepada Kristus dalam kesehariannya adalah bernyanyi

(memuji Tuhan) secara spontan baik dijalan, dirumah maupun sekolah. Hal inipun

menjadi kesaksian yang indah bagi semua orang yang mendengarnya.

Firman Tuhan memberi kesaksian, bahwa dalam mulut bayi dan anak-anak

Allah telah menaruh puji-pujian, untuk membungkamkan musuh (Mzm 8:3). Firman

ini digenapkan dalam Bait Allah, pada waktu anak berseru :”Hossana bagi Anak

Daud” (Mat 21:15). Orang Farisi menjadi jengkel, tetapi Tuhan Yesus berkata kepada

mereka :”Belum pernahkah kamu baca : Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang

menyusui Engkau telah menyediakan puji-pujian (Mat 21:16). Tuhan Yesus sendiri

kemudian mengutip Mzm 8:3 untuk membungkam mulut para imam dan ahli

Taurat.80

Yesus sendiri sangat menghargai anak-anak dan mengecam orang-orang

yang menganggap remeh anak-anak (Mat 18:1-6). Kenyataan adalah kadang-kadang

orang dewasa tanpa sadar menghalangi dan enggan untuk mendidik dan membimbing

anak bertemu dengan Tuhan Yesus dengan berbagai alasan seperti :

o saya tidak mempunyai waktu untuk persiapan

o saya tidak mempunyai bakat untuk mengajar anak

o anak terlalu kecil untuk mengerti pelajaran

o anak terlalu nakal untuk diatasi

o anak belum dapat percaya

80

Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan Anak, 76.

Page 52: Membangun anak desa melalui tk

52

o dan masih banyak alas an yang lain81

Peranan Guru terhadap Orang tua,Keluarga danMmasyarakat

Ada pandangan bahwa pendidikan Taman Kanak-kanak tidak terlalu

penting untuk dilaksanakan karena membuang waktu dan biaya dan tidak akan

memberikan pengaruh dasar kepada anak-anak, pendidikan lebih penting pada usia

yang telah dewasa saja. Pandangan ini adalah salah, sebab seorang Guru Taman

Kanak-kanak akan meletakkan pondasi yang kokoh bagi anak untuk tempat dia

berpijak di kala dewasa. Seumpama sebuah rumah yang indah, bagus dan mewah

tidak berarti apa-apa saat badai, angin datang menerpanya akan hebat kehancurannya

(Mat 7 : 24-27 ), dijelaskan lagi bahwa pondasi adalah kebijaksanaan, dengan

pendidikan anak sejak usia dini adalah menanamkan kebijaksanaan dalam diri anak

sehingga anak disaat krisis sanggup mengambil pertimbangan-pertimbangan sesuai

dengan nilai-nilai kristiani yang telah ditanamkan.

Memang orang dewasa tidak banyak dipengaruhi oleh anak-anak. Tetapi

adalah anak yang berani yang menceritakan kepada ibunya bahwa cara-cara

memelihara rumah adalah salah, dan anak yang pandai yang akan membuat ibunya

yakin. Mereka menjadi besar dimasyarakat, dan sebelum dewasa mereka digembleng

oleh pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, dan selama mereka

bersekolah mereka tetap berada dalam pengaruh tersebut. Dalam keadaan inilah guru

mencoba mempengaruhi tingkah laku masyarakat melalui anak-anak yang telah

mendapatkan pendidikan nilai-nilai sosial dan karakter.82

Ada rumah tangga yang menunjang perkembangan anak, ada juga situasi

yang menghalangi perkembangan anak, khususnya jika orang tua berselisih atau

81

Ibid, 18 82

Surjadi. A, Pembangunan Masyarakat Desa (Bandung: Penerbit alumni, 1979).. 148.

Page 53: Membangun anak desa melalui tk

53

bertengkar. Ada anak yang dimanja, yang lain kurang mendapat perhatian. Ada anak

yang dididik dengan tertib, ada yang serba boleh. Kunjungan guru terhadap anak dan

keluarganya dirumah akan menolong guru untuk mengerti keadaan anak sewaktu

dikelas, karena ada kaitan dengan cara hidup mereka di rumah.83

Peranan guru TK sebagai tokoh pendidik sering dihormati dan dihargai

oleh orang tua murid dan masyarakat, sehingga para orang tua dan masyarakat cukup

mudah dan terbuka untuk menerima saran-saran atau nasehat-nasehat yang

disampaikan oleh gurunya, sebab seorang guru juga sering dikatakan sebagai “sahabat

keluarga” atau pengganti orang tua disaat orang tua tidak berada ditempat 84

Guru yang menjadi panutan masyarakat sebetulnya memikul

tanggungjawab dan tugas yang sangat berat. Disekolah dia tidak bisa lama lagi

memberi pelajaran sebagaimana mestinya, ia harus menyelediki lingkungan hidupnya,

mengolahnya sebagai problem bersama murid-muridnya, dan kurikulumnya harus

berdasarkan atas fakta yang mereka temukan.85

Terlihat bahwa guru yang yang

memiliki banyak keahlian (kualitas) dimasyarakat dan mampu menemukan kebutuhan

yang dirasakan masyarakat, dengan demikian ia menolong orang-orang untuk

merasakan bahwa sekolah itu adalah juga untuk melayani mereka demi untuk

mencapai tujuan mereka bahwa sekolah itu adalah sekolah mereka (milik masyarakat)

dan bukannya lagi sekolah milik suatu badan diluar masyarakat.86

Karena itu seorang

guru Taman Kanak-kanak bukan saja sebagai pendidik, tetapi juga sebagai Petugas

Pembangunan (Pendamping Masyarakat), karena melalui lembaga pendidikan Taman

Kanak-kanak dapat membangun proses kesadaran masayarakat.

83

Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan Anak, 17. 84

Pandangan yang diberikan oleh Bp. Riamos Tarigan (Kepala Desa Rumah Sumbul) melalui

wawancara, tentnag sejauhmana peranan Guru Taman Kanak-kanak yang ada di desa tersebut terhadap

masyarakatnya. Wawancara pada tanggal 26 Maret 2009. 85

Surjadi. A, Pembangunan Masyarakat Desa, 150. 86

Ibid, 160

Page 54: Membangun anak desa melalui tk

54

Melalui Taman Kanak-kanak Masuk Desa (TKMD), dapat menjadi Pusat

Layanan Masyarakat seperti87

:

o Pusat Layanan Anak (PLA) : bimbingan belajar, pembinaan mental

spiritual (motivasi, konseling anak), bermain, pemberian makanan

tambahan dan vitamin, pemeriksaan kesehatan (imunisasi dan gigi), akte

kelahiran.

o Pusat Layanan Ibu dan anak : penyuluhan pada ibu-ibu tentang pengasuhan

anak, mendidik anak, menu sehat sederhana, penyelenggaraan Posyandu,

kerjasama dengan Puskesmas, Keluarga Berencana.

o Pusata Layanan Masyarakat : penyadaran tentang hak anak, pentingnya

pendidikan anak, pengelolaan lingkungan yangbersih, sehat dan aman bagi

anak (gotong royong, perbaikan dan pengadaan sarana desa)

Kualitas dan profesional guru Taman Kanak-kanak adalah menjadi salah

satu faktor penunjang dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah. Pihak yayasan

sebagai pengelola Taman Kanak-kanak Masuk Desa sadar akan pentingnya

meningkatkan kompetensi guru sehingga dapat mencapai visi yang diharapkan yaitu

membangun manusia Indonesia yang seutuhnya di pedesaan. Untuk itu setiap guru

TKMD perlu mendapatkan pendidikan khusus yang seimbang baik pengetahuan

(akademika), vocasional (keterampilan) dan karakter kristiani (kerohanian) di STT

Terpadu PESAT Sumbagut pada jurusan D.2.PGTK dan Pembangunan Masyarakat.

Sehingga setiap guru TKMD telah siap melaksanakan pembangunan masyarakat

secara holistic melalui jalur pendidikan Taman Kanak-kanak.

Salah satu keberhasilan penerimaan masyarakat terhadap kehadiran

Sekolah TKMD adalah timbulnya kepercayaan masyarakat, sebab kebiasaan

87

Pedoman belajar mengajar Taman Kanak-kanak dan Pembangunan Masyarakat (Jakarta: PESAT

Ministry, 2006).18, 19.

Page 55: Membangun anak desa melalui tk

55

masyarakat pedesaan yang selalu tertutup dan mudah curiga terhadap program dari

luar masyarakat (memiliki orientasi Seeing is believed), karena itu integritas para

pendidik dalam hal ini para guru dan pengurus TK sangat diperlukan.

Integritas yang dimaknai adalah sebagai sikap atau perilaku seseorang

untuk mengatakan apa yang dilakukan, dengan kata lain satu kata antara ucapan dan

perbuatan atau apa yang kita perkatakan sama persis dengan apa yang kita perbuat

bagi masyarakat. Indikator seseorang yang memiliki integritas adalah jujur,

transparansi, konsisten, persisten dan tentunya egaliter. Siapapun mereka, jika

memiliki sikap integritas akan menjadi orang yang dapat dipercaya dan dicintai oleh

siapapun yang ada dilingkungannya.88

Itu sebabnya seorang guru TK yang telah

memperoleh pendidikan khusus dalam bidang pendidikan TK dituntut kerelaan dan

integritas karena dalam pelayanan di pedesaan seoraqng guru TK bukan saja melayani

anak-anak didik, tetapi juga melayani keluarga dan masyarakat sekitarnya, dan yang

terpenting dari semua itu adalah melalui pendidikan, masyarakat mengalami

perubahan hidup dalam semua aspek termasuk pembaruan hidup kerohaniannya.

Peranan Keluarga dalam Pendidikan anak

Ada pepatah yang mengatakan : “Lebih mudah membentuk dahan pohon yang masih

muda, sebaliknya terlalu sulit membentuk dahan yang sudah tua. Jika kita memaksa,

akan patah dan kadang-kadang kita akan kena tusukan dari patahannya itu.”. Allah

juga menghendaki pendidikan bagi setiap orang harus dilaksanakan sedini mungkin.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa keluarga adalah tempat yang sangat strategis

88

Agus Listyono adalah Direktur dari Akademik Yayasan Tugasku Pulomas Jakarta Timur, yang

memberikan suatu ulasan tentang integritas seorang guru yang saat ini telah mengalami degradasi.

Judul tulisan beliau adalah : “Integritas modal dasar guru.” dalam Tabloid Pendidikan. Panduan

Pendidikan yang mencerdaskan, Edisi 11/II/Pebruari 2009. 14

Page 56: Membangun anak desa melalui tk

56

bagi terjadinya proses pendidikan anak,89

karena keluarga merupakan kesatuan

masyarakat terkecil yang berperan atau berfungsi sebagai tempat pertama kali sang

anak mengenal apa itu pendidikan, agama, sosial, budaya, lingkungan, politik dan

berbagai aspek kehidupan lainnya. Baik buruknya kepribadian anak sangat

tergantung pula pada kualitas keluarga yang bersangkutan.90

Tetapi dalam pelaksanaannya ada juga keluarga yang mengalami

kegagalan sebab mengajar hanya dengan “perkataan” bukan “perbuatan”, seperti yang

dikatakan oleh Gary T. Hipp (2003) bahwa Anak bukan saja diajarkan melalui

bimbingan, teguran dan disiplin, tetapi anak juga butuh keteladanan yang patut untuk

ditiru, sebab anak dalam keluarga belum tahu membedakan mana yang benar dan

mana yang tidak boleh. Dan ini adalah tugas dan tanggungjawab orang tua dan

anggota keluarga sebagai orang yang paling dekat dan dipercaya. Perkataan

“Lakukanlah seperti yang saya katakana, bukan seperti yang saya lakukan”

menggambarkan sebuah masalah yang umum dalam kehidupan keluarga.91

Anak adalah harapan bangsa karena anak yang diperbaharui oleh Tuhan

Yesus kemudian hari dapat berarti untuk masyarakat. Diantara mereka ada yang akan

berpengaruh dalam masyarakat bahkan ada yang akan menjadi pemimpin-pemimpin

dalam Negara. Dalam Alkitab kita dapat melihat cerita tentang akibat pendidikan

keluarga terhadap seorang anak seperti :

Ester, melalui Ester bangsa Yahudi diselamatkan. Ester sejak kecil diasuh oleh bibi

dan pamannya, yaitu Mordekhai, seorang yahudi. Mereka mendidik Ester mengenal

hukum-hukum Tuhan dan juga mengajar dia untuk takut akan Tuhan serta

mengasihiNya. Sesudah Ester dewasa, ia menjadi permaisuri raja Ahasyweros.

89

Iswara Rintis, Keluarga di dalam Tuhan, 32. 90

Sitorus. M, Berkenalan dengan Sosiologi. Kurikulum 1990 untuk Kelas II SMU (Bandar Lampung:

Penerbit Erlangga, 1996). 89. 91

Gary T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan, 70.

Page 57: Membangun anak desa melalui tk

57

Melalui Ester, krisis besar yang dialami oleh bangsa Yahudi dipadamkan. Tuhan

menyelamatkan bangsa Israel melaluinya.

Daniel, Daniel dibesarkan dalam keluarga yahudi yang terhitung di antara bangsawan.

Ia diajar untuk hidup menurut ketentuan dan hukum Tuhan. Waktu ia dibawa ke

Babilon sebagai tahanan, ia tetap hidup sesuai pengajaran yang dia terima sebagai

anak. melalui Daniel yang diberi kedudukan tinggi dalam kerajaan Banilon beberapa

raja dan bangsa kafir mengenal dan mengakui Allah. Daniel menjadi berkat untuk

banyak orang.

Yusuf, Yusuf adalah anak Yakub, salah satu dari tiga Patriak bangsa Israel.

Hubungannya dengan ayahnya sangat erat, sehingga ia belajar takut akan Tuhan

selama ia masih kecil. Melalui Yusuf yang diangkat tinggi oleh Firaun bangsa Mesir

yang tidak mengenal Allah diselamatkan dari bencana kelaparan.

Seorang anak yang lahir baru, dikemudian hari dapat menjadi garam bagi masyarakat

dan Negara, bahkan terang untuk generasi yang akan datang, sifat jujur, setia dan

bertanggungjawab akan membawa berkat bagi masyarakat.92

Karena itu keluarga

perlu membangun suatu komunitas keluarga yang harmonis, sehingga anak merasa

tentram dan aman untuk bertumbuh secara fisik, mental dan rohani. Melengkapi itu

keluarga perlu membangun mezbah keluarga untuk menyatukan hati dan orang tua

harus menjadi teladan bagi anak dalam kesehariannya.

Peranan Masyarakat terhadap Pendidikan anak

Peranan dan tanggung jawab pendidikan oleh masyarakat termaktub dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 yang

menyebutkan definisi, peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam

92

Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan Anak, 9.

Page 58: Membangun anak desa melalui tk

58

penyelenggaraan pendidikan. Pasal 1 ayat (7) menyebutkan, “Masyarakat adalah

kelompok warga negara Indonesia non-pemerintah yang mempunyai perhatian dan

peranan dalam bidang pendidikan.” Lalu mengenai peranan dan tanggung jawab

masyarakat tertuang dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) yaitu, “Masyarakat berhak

berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program

pendidikan. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam

penyelenggaraan pendidikan.”93

Lingkungan kedua yang akan dikenal oleh anak, sebelum mereka masuk

ke sekolah adalah lingkungan masyarakat. Kepada masyarakat pula anak akan

dikembalikan untuk mengaplikasikan yang sudah dipelajari dan menerapkannya

dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila kehidupan moral masyarakat lingkungan

anak tinggal itu tidak mencerminkan teladan yang baik, maka anak akan timbul rasa

takut kepada anak untuk berinteraksi dengan masyarakat sehingga akan mengganggu

pembentukan nilai-nilai sosialnya dan anak cenderung kehilangan kepercayaan

kepada orang lain selain orang tua dan gurunya. Karena itu pentingnya kepada

masyarakat ditanamkan kesadarannya untuk menjaga suasana dan ketenangan hidup

masyarakat desa dalam suasana kekeluargaan dan saling menghormati. Dalam hal

pembangunan pendidikan, masyarakat perlu berpartisipasi dalam mendukung

program-program pendidikan Taman Kanak-kanak serta ikut membangun dan

memelihara sarana dan fasilitas pendidikan yang ada melalui swadaya dan gotong

royong. Masyarakat perlu menyadari bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan

dalam pembangunan pendidikan. Untuk itu pemahaman bahwa sekolah Taman

Kanak-kanak adalah juga milik masyarakat, sehingga setiap masyarakat ikut merasa

memiliki dan bertanggungjawab dalam membangun pendidikan seperti ikut erlibat

93

Unsocial-learning. Blogspot.com. diakses tanggal 12 Pebruari 2009.

Page 59: Membangun anak desa melalui tk

59

dalam kegiatan gotong royong sekolah, mengikuti kegiatan penyuluhan-penyuluhan

yang diselenggarakan oleh sekolah, ikut serta dalam acara-acara keagamaan dan

seremonial lainnya.

Metode Mengajar dalam Pendidikan anak

Sizer (1999) mengatakan bahwa tujuan pendidikan selain untuk

mempersiapkan manusia untuk masuk ke dalam dunia kerja, adalah untuk membuat

manusia dapat berpikir secara menyeluruh serta menjadi manusia yang bijak

(thoughtful and decent human being). Sejak 2500 tahun yang lalu Socrates telah

berkata bahwa tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat

seseorang menjadi “good and smart”. Manusia yang terdidik seharusnya menjadi

orang bijak, yaitu yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal

shaleh), dan dapat hidup secara bijak dalam seluruh aspek kehidupan berkeluarga,

bertetangga, bermasyarakat dan bernegara. Karenanya, sebuah sistem pendidikan

yang berhasil adalah yang dapat membentuk manusia-manusia berkarakter yang

sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah negara yang terhormat. Seperti yang

dikatakan Socrates: "Then the man who's going to be a fine and good guardian of the

city for us will in nature be philosophic, spirited, swift, and strong". 94

Jika demikian sistem pendidikan atau metode pengajaran mana yang baik

untuk diaplikasikan dalam pendidikan anak.

Pertama, pendidikan kepada anak tentu tidak sama muatannya dengan pendidikan

kepada orang dewasa., karena itu metode pengajaran kepada anak menggunakan

Metode Paedagogis. Menurut Malcom S. Knowles, Paedagogi berasal dari istilah

94

Rusydi Hikmawan. Pendidikan karakter adalah solusi, Penulis adalah ketua Departemen Kajian Info

Kepelajaran PWPII NTB Periode 2007-2009. Tulisan terinspirasi ketika berbincang-bincang dengan

Kepsek dan Wakasek SD Kristen Tunas Daud, yang begitu luar biasa. http://pelajar-

islam.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=141

Page 60: Membangun anak desa melalui tk

60

yunani (paid: anak) dan (agogus: pembimbing); Pedagogis means specifically “the art

and science of teaching children.”95

ASUMSI DASAR

Tentang Pedagogi

Konsep diri Anak

Pengalaman Anak

Kesiapan belajar anak

Orientasi dalam belajar

Motivasi Belajar

Pribadi yang bergantung pada gurunya

Masih harus dibentuk daripada digunakan

sebagai sumber belajar.

Seragam (uniform) sesuai usia dan

Kurikulum

Orientasi bahan ajar (subject centered)

Dengan pujian, hadiah dan hukuman

Kedua, menggunakan model pendidikan holistik berbasis karakter yang menggunakan

paduan dua kurikulum yaitu :

o Pendekatan HCD (Holistik child Development-Kurikulum pengembangan

anak secara holistik).

o Pendekatan Multiple Intelligences untuk menemukan dan mengembangkan

potensi anak.

Ketiga, Guru mengajar dengan interaktif, dan berfungsi sebagai Mentor dan

Fasilitator.

Kurikulum Pendidikan anak

Sekalipun metode dan kurikulum pendidikan yang diajarkan telah

diterapkan secara verbal, hal itu belum juga menjamin untuk mencapai sasaran

pendidikan apabila tidak disertai dengan keteladan dalam sikap dan perbuatan seorang

guru, orang tua, anggota keluarga dan masyarakat, sebab anak-anak akan lebih banyak

95

Knowles, Malcom S. “Contributions of Malcom Knowles,” in The Christian Handbook on Adult

Education eds. K.O. Gangel & James C. Wilhoit. Victor Books. 91

Page 61: Membangun anak desa melalui tk

61

belajar untuk “meniru” dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Selain itu guru

juga perlu menyadari bahwa anak-anak TK bukan murid sekolah, tetapi juga murid

Yesus.

Kata murid (Yunani: mathetes) berarti seorang pelajar, seorang yang

sedang belajar atau pengikut seseorang. Kata ini ditemukan hampir sebanyak 270 kali

dalam kitab-kitab Injil dan Kisah para Rasul. Kata kerja “mengikuti” (akolouthein)

sering digunakan sebagai persamaan kata “murid” dalam kitab-kitab Injil. Dalam

surat-suratnya, Paulus tidak menggunakan kata “murid” tetapi menggunakan kata

“peniru” (mimetes) atau “meniru” (mimeomai). Kata-kata ini digunakan dengan

mengacu kepada hal meniru Allah (Ef 5:1), meniru Paulus (2 Tes 3:7,9), dan meniru

pemimpin Kristen lainnya (Ibr 13:7).96

Jadi yang dimaksud dengan murid disini

adalah, setiap anak yang telah mendapatkan pendidikan sebagai murid, juga dapat

memuridkan orang lain melalui keteladanan (meniru) apakah itu teman sebaya,

keluarga dan masyarakat, dengan demikian melalui kesaksian hidupnya terjadi

pelipatgandaan.

Karena itu untuk membentuk anak yang holistik, tidak cukup

memperlengkapi mereka dengan bermain sambil belajar, menggali potensi mereka

dengan kurikulum Multiple intelligence, tetapi juga dengan kurikulum khusus

Holistik Child Development (HCD) yang membentuk rasa kepedulian sosial dan

menanamkan nilai-nilai karakter kristiani dimana pengajaran Firman Allah

merupakan pondasi utama dalam pendidikan TK tersebut, sebab mengajar anak

tentang kebenaran Allah memberikan dampak yang besar untuk hari ini sampai di

kekekalan.. Tuhan berjanji bahwa firmanNya tidak akan kembali dengan sia-sia

melainkan akan beroperasi dalam hati orang yang mendengarnya dan akan berhasil

96

Gary T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan, 43,44

Page 62: Membangun anak desa melalui tk

62

sesuai dengan kehendakNya (Yes 55 : 11). Demikian juga akan terjadi pada anak

yang diajar melalui pendidikan Taman Kanak-kanak.

Multiple Intelligence

Kurikulum Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk) ini memang

dikhususkan untuk menggali potensi anak sejak Usia dini untuk

ditumbuhkembangkan melalui jalur pendidikan Taman Kanak-kanak Masuk Desa

(TKMD).

Kurikulum Multiple Intelligence yang digagas oleh Howard Gardner

sebenarnya sangat membantu guru dalam proses belajar di kelas. Guru dapat

menggunakan lebih dari dua kecerdasan dalam rencana pembelajarannya. prinsip

dasar teori ini adalah pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa tidak perlu

dengan cara yang sama. Artinya terbuka untuk menggunakan cara yang berbeda.

Lantas bagaimana menerapkannya dalam rencana pembelajaran ?. Sangat mudah,

asalkan dapat memahami ada tujuh kecerdasan manusia menurut Gardner yaitu :

kecerdasan linguistic atau berbahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan

spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal dan

kecerdasan intrapersonal. Memahami tujuh kecerdasan tersebut akan membuat

rencana pembelajaran yang biasa menjadi luar biasa.

Pendidikan dan pembelajaran seharusnya memobilisasi Multiple

Intelligence (Kecerdasan Majemuk), artinya sekolah dalam menyusun kurikulum atau

orang tua dalam mendidik dan melatih putra-putrinya bertanya bagaimana dapat

membantu anak-anak yang memiliki kecerdasan majemuk.. menurut Howard

Gardner hanya dua saja yang sangat ditekankan di sekolah-sekolah yaitu kecerdasan

logika-matematika dan logika-bahasa. Sedangkan tujuh kecerdasan lainnya sering

Page 63: Membangun anak desa melalui tk

63

terabaikan dalam pendidikan TK. Itu sebabnya pendidikan anak terlalu dipersempit

pada pengembangan kecerdasan pikir yang diukur dengan IQ saja. Selain itu, karena

tujuan pendidikan diarahkan untuk mencetak anak pandai secara kognitif (yang

menekankan pengembangan otak kiri saja dan hanya meliputi aspek bahasa dan

logika-matematika), maka banyak materi pelajaran yang berkaitan dengan

pengembangan otak kanan, afektif (seperti kesenian, musik, imajinasi, dan

pembentukan karakter) kurang mendapatkan perhatian.

Kalaupun ada, maka orientasinya pun lebih kepada kognitif (hafalan),

tidak ada apresiasi dan penghayatan yang dapat menumbuhkan kegairahan untuk

belajar dan mendalami materi lebih lanjut. Celakanya, pendekatan yang terlalu

kognitif telah mengubah orientasi belajar para siswa menjadi semata-mata untuk

meraih nilai tinggi.

Kelemahan yang sering diperoleh dalam pembelajaran pendidikan TK

adalah matapelajaran yang satu tidak berhubungan dengan mata pelajaran yang lain

(tidak sinergis) dan bahkan dengan kehidupan lingkungan anak. Menggunakan

Multiple Intelligence dalam proses belajar mengajar akan mengikis ketiadaan

hubungan antar mata pelajaran tersebut. Dengan MI, guru dapat menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif, kerjasama yang melibatkan orang tua dan

hubungan yang nyata dalam mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

Teori MI sangat bermanfaat untuk guru dan murid TK dalam proses

belajar mengajar dikelas. Guru dan murid dapat lebih dalam dan luas dalam

mengembangkan skill, sikap dan kecerdasannya dalam belajar untuk mempersiapkan

masa depan anak. penggunaan kurikulum Nasional ataupun kurikulum asing tidak

akan menimbulkan masalah bila guru memahami dengan baik Kurikulum MI itu

sendiri.

Page 64: Membangun anak desa melalui tk

64

Teori MI ini adalah menggali bakat dan minat anak-anak pedesaan yang

tidak terungkapkan atau tidak terdeteksi oleh orang tua atau lingkungan keluarganya

selama dirumah, atau anak tersebut telah memiliki bakat dan minat yang jelas tetapi

orang tua beserta lingkungan bermainnya tidak dapat mengakomodasikan harapannya,

karena itu melalui pendidikan TKMD setiap anak-anak diupayakan pengembangan

keterampilannya secara maksimal sesuai dengan bakat dan minat tersebut, dan tentu

hal ini melalui kurikulum MI tersebut harapan anak-aanak tersebut dapat tersalurkan

dan mengalami tumbuh kembang

Ada 9 kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) oleh Howard Gardner :

1. Kecerdasan Logis-Matematis

• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk melakukan penalaran, berpikir logis

(rasional) dan kemampuan menggunakan angka (hitung-menghitung).

(kekuatan kepiawaian logika/penalaran dan angka).

• Ciri-ciri kepribadian logis-matematis antara lain: suka berpikir abstrak, suka

akan keakuratan, menikmati tugas hitung-menghitung, memecahkan masalah

dan soal-soal matematis, suka melakukan penelitian dengan cara berpikir

logis, catatan tersusun rapi dan sistematis, mengerjakan permainan

matematika, menganalisa dan menafsirkan data.

• Tokoh : Albert Einstein

2. Kecerdasan Verbal (Linguistik)

• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa secara lisan

dan tulisan dengan lancar dan jelas (kekuatan kepiawaian kata).

• Ciri-ciri kepribadian Verbal atau Linguistik ini adalah: peka terhadap bahasa,

berbicara secara teratur dan sistematis, memiliki penalaran tinggi, suka

Page 65: Membangun anak desa melalui tk

65

mendengarkan, suka membaca dan menulis, lancar dalam mengungkapkan

kata-kata, suka bermain kata-kata, dan memiliki ingatan perbendaharaan kata

yang kuat.

• Tokoh : Abraham Lincoln

3. Kecerdasan Visul-Spasial

• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk membayangkan tentang ruang dan

berimajinasi suatu bidang datar atau ruang dengan akurat (kekuatan

kepiawaian gambar).

• Ciri kepribadian yang menonjol dalam diri orang yang memiliki kemampuan

visual spasial adalah berpikir dengan menciptakan sketsa atau gambar, mudah

membaca peta atau diagram, mudah ingat bila melihat gambar, memiliki cita

warna tinggi, dan mampu menggunakan semua indera untuk melukiskan

sesuatu.

• Tokoh : Leonardo Da Vinci

4. Kecerdasan Fisik dan Gerak Tubuh (Kinestetik,Motorik)

• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk menggunakan atau menggerakkan

anggota badan secara indah, lentur dan sempurna untuk mengekspresikan ide

dan perasaan (kekuatan kepiawaian gerak tubuh).

• Beberapa ciri kepribadian ini adalah: bersikap rileks, suka olahraga fisik, ahli

bermain peran.

• Tokoh : Maradona, Didik Nini Thowok

5. Kecerdasan Musikal

• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami, mengekspresikan dan

memadukan nada-nada suara secara harmonis dan indah (kekuatan kepiawaian

irama dan nada) dalam bentuk lagu dan permainan alat musik.

Page 66: Membangun anak desa melalui tk

66

• Ciri kepribadian yang menonjol dalam diri orang yang memiliki kemampuan

ini nampak dalam diri pencipta lagu, pengrajin alat musik, pemain alat musik

dan penyanyi.

• Tokoh : Mozart

6. Kecerdasan Antar Pribadi (Interpersonal

• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami, bergaul dan

berkomunikasi dengan orang lain (kekuatan kepiawaian hubungan antar

insan).

• Ini terlihat ketika anak berinteraksi dengan teman-temannya. Sifat mudah

diterima dan disenangi teman-teman menjadi salah satu tanda awal mengukur

kecerdasan ini. Ia mudah menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi,

dan termasuk memimpin orang lain. Tapi ini biasanya juga dipengaruhi oleh

sikap orang tuanya dalam berhubungan dengan orang lain.

• Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh politikus, guru, pendeta/pastor,

konselor, menejer

• Tokoh : Nelson Mandela

7. Kecerdasan Intrapribadi (Intrapersonal)

• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami atau menyadari dan

menelusuri emosi diri sendiri dan mengelolanya dengan efektif. (kekuatan

kepiawaian diri).

• Kemampuan ini banyak dimiliki oleh : pengarang novel, konselor, dan filsuf

• Beberapa sifat yang mereka miliki adalah peka terhadap nilai-nilai yang

dimiliki, sangat memahami diri, sadar betul mengenai emosi dirinya, peka

terhadap tujuan hidupnya, mampu mengembangkan kepribadiannya, mampu

memotivasi diri sendiri.

Page 67: Membangun anak desa melalui tk

67

• Tokoh : Bunda Teresa

8. Kecerdasan Naturalis

• Kecerdasan ini sering dinamakan juga kecerdasan lingkungan, (menguasai

pengetahuan tentang alam) yaitu kemampuan manusiawi untuk mengenal

tanaman, binatang dan bagian-bagian lain dari lingkungan alam, misalnya ;

udara, awan, air, tanah dan batuan (kekuatan kepiawaian hubungan manusia

dengan flora, fauna, dan alam).

• Kemampuan ini banyak dimiliki oleh pencinta lingkungan hidup, dokter

hewan, ahli flora dan fauna, penemu obat-obat tradisional, ahli botani dan

Zoologis.

• Beberapa sifat yang mereka miliki adalah suka dengan alam sekitar, lebih

senang berada di alam terbuka daripada dalam ruangan, suka berpetualang

menjelajahi hutan.

• Tokoh : Charles Darwin

9. Kecerdasan Eksistensial

• Kecerdasan ini adalah kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab

persoalan-persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia (eksistensi

manusia), dan Tuhan (kekuatan kepiawaian religiusitas, spiritualitas, dan

filsafat).

• Inteligensi eksistensial ini dimiliki oleh ahli filsafat, theolog, ahli kebatinan,

psikolog, pendeta/pastor dll.

• Beberapa sifat yang mereka miliki adalah suka bertanya soal kebenaran, kritis,

suka merenung, dan melakukan refleksi diri dan senang berdiskusi tentang

hakekat hidup.

• Tokoh : Marthin Luther

Page 68: Membangun anak desa melalui tk

68

Holistik Child Development (HCD)

Holistik Child Development (Pengembangan anak holistik) bertujuan

untuk membangun anak-anak pedesaan dan pedalaman seutuhnya melalui Pusat

Latihan Anak Terpadu (Future Center).

Future Center (FC) adalah program pembinaan dan beasiswa untuk anak

usia 4 sampai 20 tahun, FC dibentuk untuk tujuan menolong tumbuh kembang anak

desa secara holistik sehingga dapat memiliki masa depan cerah. Bukan saja anak-

anak usia TK tetapi juga membiayai anak-anak desa untuk dapat melanjutkan dan

menyelesaikan studinya.

Dalam prakteknya FC menggunakan kurikulum Holistik Child

Development (HCD). Bentuk pelayanannya berupa bimbingan belajar, pembinaan

mental-spiritual, bermain, pemberian makanan tambahan gizi dan vitamin,

pemeriksaan kesehatan, serta mengusahakan akte kelahiran anak.

Factor-faktor penghambat anak-anak desa meraih cita-cita bisa berwujud

apa saja, factor tersebut adalah “pemutus mata rantai cita-cita”. Melalui FC ini setiap

anak dapat meraih cita-citanya.

Dalam sistem pengajarannya, kurikulum MI sudah tercakup di dalam Kurikulum

HCD yang disesuaikan dengan kurikulum Diknas.

Proses Kegiatan FC adalah untuk menjawab kebutuhan : Anak, Keluarga dan

Masyarakat. Dimana permasalahan masyarakat yang didapati mengenai bidang

pendidikan, ekonomi, kesehatan dan budaya.

Page 69: Membangun anak desa melalui tk

69

Kualitas dan Profesional guru

Guru harus menghubungkan pelajarannya kepada cara-cara hidup

masyarakat untuk menolong mereka mengembangkan hidupnya, guru juga merupakan

orang ideal yang dihargai masyarakat sebagai orang berpendidikan, daripadanya ide-

ide baru bisa sampai kepada masyarakat. Hal ini sangat menarik, sukar memperoleh

petugas-petugas pembangunan masyarakat desa untuk di desa-desa selain profesi

seorang guru yang bukan saja sebagai tenaga pendidik tetapi juga sebagai penggerak

masyarakat, dia ditempatkan oleh suatu badan diluar masyarakat dan ia adalah

pendidik yang telah dilatih dan ditugaskan, apakah ia tidak akan menjadi seorang

petugas pembangunan masyarakat desa yang sangat berguna ?97

Seorang guru adalah seorang visioner. Ia tidak saja melihat anak yang diajarnya hari

ini, tetapi ia mampu melihat potensi anak dan mempunyai keyakinan bahwa ia sedang

mengasah sebuah batu permata yang masih mentah. Suatu saat diperlukan waktu dan

proses untuk mengasahnya. Batu tersebut akan muncul menjadi permata yg indah dan

berharga. Proses mengasah membutuhkan waktu; berbicara tentang iman, kesabaran

dan ketekunan seorang guru dalam membina murid-muridnya. Yusuf membutuhkan

waktu 13 tahun, sebelum ia menjadi penguasa di Mesir; Daud memerlukan waktu 8-9

tahun sebelum menjadi raja bagi seluruh Israel. Ini adalah hukum proses, tidak ada

yang instan dalam membentuk seorang murid. Menjadi seorang guru, sesungguhnya

adalah suatu pelayanan yang membawa dampak.98

Apa saja yang dituntut dari seorang guru ? menurut Redja Mudyahardjo

(2002) bahwa orang dapat menjadi pendidik karena :

1. Panggilan Jiwa (pendidik alami)

2. Perjanjian (pendidik profesional)

97

Surjadi. A. Pembangunan Masyarakat Desa, 147 98

Hans Geni Arthanto adalah Direktur Eksekutif PESAT. http://www.pesat.org/perspektif_satu.html

Page 70: Membangun anak desa melalui tk

70

Tentu idealnya adalah seorang guru perlu memiliki kedua sifat diatas, dimana dimulai

dengan hati nuraninya yang terpanggil dan terbeban untuk melayani anak-anak

sehingga dibutuhkan jiwa yang penuh kerelaan, kesabaran dan kasih tanpa pamrih.

Demikian juga seorang guru diperlengkapi dengan intelektualnya maka dapat

diperoleh seorang guru yang berkualitas dan professional.99

Kualitas karakter dan kepribadian guru menentukan hasil pendidikan

kerohanian kepada anak sebab anak mengenal Allah melalui gurunya hanya jika guru

memiliki : sukacita karena kasihNya, wibawa karena kuasaNya, rasa hormat karena

kesucianNya. Guru dapat memberi gambaran yang benar mengenai Allah. Karena itu

mengajar Firman Tuhan kepada anak adalah tanggungjawab yang besar, karena dasar

iman diletakkan. Dr. Martin Luther berkata :” Hati anak dapat dibandingkan dengan

gentong kayu. Gentong itu selalu bau bahan yang mula-mula mengisinya, untuk

menghilangkan bau yang pertama sangat sulit. Itu sebabnya pendidikan kepada anak

dapat menentukan arah hidup mereka untuk seterusnya.100

Berhasilnya pendidikan anak secara utuh (holistik) bukan saja ditentukan

oleh profesionalisme jenjang pendidikan gurunya, tetapi juga kualitas kerohanian guru

tersebut dalam hal ini adalah kasih. Kasih itu memungkinkan guru rela

mengorbankan waktu, tenaga dan juga pikirannya demi kebaikan anak dan

menghantar anak juga kepada kasih yang telah dialami, yaitu kasih Kristus. Kasih itu

memungkinkan guru menjadi petunjuk jalan yang benar untuk anak; bukan secara

teori saja, tetapi secara praktis sebab guru sendiri telah bertemu dengan sumber kasih,

yaitu Tuhan Yesus. Kasih memungkinkan guru sungguh menghargai tugas dan

tanggungjawab yang diberikan. Dan tugas itu tidak diterima sebagai tugas dari

manusia, tetapi diterima sebagai tugas dari Dia yang telah mengasihinya dan

99

Redja Muyahardjo, Pengantar Pendidikan, sebuah sturi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada

umumnya dan pendidikan di Indonesia (Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2002). 35 100

Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan anak, 15.

Page 71: Membangun anak desa melalui tk

71

mengasihi anak. dalam kasih itu guru dapat melakukan tugasnya dengan rendah hati

dan bijaksana. Ia mempunyai kerinduan yang dalam untuk menolong anak yang

sesat, agar dibawa kepada kasih Kristus.101

Tinjauan Alkitab tentang pelayanan anak.

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam

kandungan ibuku. Aku bersyukur kepadaMu oleh karena kejadianku dahsyat dan

ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-

tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi,

dan aku di rekam di bagian-bagian bumi yang paling bawah, mataMu melihat selagi

aku bakal anak, dan di dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan

dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya (Mzm 139:13-16).

Dari ayat diatas jelas Allah menginginkan bahwa lima tahun pertama

adalah masa menanam iman seorang anak. Anak dipersilahkan untuk mengenal Allah

dan tentu saja menerima Yesus sebagai juruselamat pribadinya. Disinilah,

kesempatan orang tua untuk mendidik, menjaga, mengasah kreatifitas anak untuk

berjalan dalam tatanan Allah. Dengan demikian, anak merupakan proses persiapan

mengenal rambu-rambu Allah yang mana harus ditaati dan yang mana harus

ditakuti.102

Amsal 22 :6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,

maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Pertama,

mendidik berarti dilatih, berasal dari akar kata bahasa Ibrani yang bicara mengenai

akar gusi. Pada jaman dahulu untuk menimbulkan rasa haus pada bayi, bidan–bidan di

Israel mengambil cairan kurma lalu dioleskan dan dipijit di gusi bayi sehingga

101

Ibid, 19 102

Harianto GP, Mission for City, Strategi Transformasi Injil (Bandung: Penerbit Agiamedia, 2006).

176, 177.

Page 72: Membangun anak desa melalui tk

72

menimbulkan rasa haus yang menyebabkan bayi mau minum susu. Jadi sebenarnya

pendidikan harus menimbulkan rasa haus pada anak sehingga anak ingin belajar.

Pendidik harus mempunyai kreatifitas sedemikian rupa sehingga menumbuhkan

kehausan untuk belajar. Kedua, pendidikan bicara tentang tali kekang. untuk

mengarahkan anak supaya anak tidak pergi ke arah semaunya tetapi jika ada kendali

maka anak bisa diarahkan supaya tidak melangkah ke arah yang salah. Menurut jalan

yang patut baginya artinya jalan yang patut menurut pandangan Tuhan. Anak perlu

diajar mana hal–hal yang benar dan yang salah. Patut baginya juga berarti cocok bagi

sang anak. Karena anak adalah pribadi yang unik, anak yang satu berbeda dengan

anak yang lain. Orang tua harus memahami perbedaan–perbedaan yang dimiliki oleh

anak dan jangan membanding–bandingkan anak yang satu dengan lainnya.

Pada masa tuanya berarti bahwa waktu mendidik anak yang dilihat adalah waktu ke

depan. Orang tua akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendidikan bagi anak.

Misi selalu bersifat progresif dan tidak statis. Sama seperti situasi orang tua

mempersiapkan anak maka misi gereja harus melihat ke depan.103

103

Hans Geni Arthanto. http://www.pesat.org/opini_tiga.html