Download - Membangun anak desa melalui tk
1
MEMBANGUN MASYARAKAT DESA BERBASIS TKMD SEBAGAI SARANA MISI HOLISTIK
Oleh : Daniel Saroengoe PESAT Ministry
Permasalahan
Sejak awal kegiatan pembangunan di Indonesia, khususnya pembangunan
pedesaan telah banyak mendapat perhatian pemerintah. Hal ini merupakan
konsekwensi logis bagi bangsa Indonesia karena daerah pedesaan merupakan bagian
integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana sekitar 63 % penduduknya
hidup di wilayah pedesaan. Dengan demikian pembangunan pedesaan harus
dijadikan sebagai titik sentral atau tulang punggung pembangunan nasional. Karena
membangun desa berarti membangun bangsa sebab usaha-usaha perbaikan pada
tingkat lokal pada hakekatnya adalah usaha-usaha perbaikan nasional, sebab masalah
nasional merupakan akumulasi dari masalah-masalah lokal1.
Arti penting pembangunan pedesaan adalah bahwa dengan menempatkan
desa sebagai sasaran pembangunan adalah usaha pemerintah untuk mengurangi
kesenjangan antara yang kaya dan miskin, desa dan kota dengan berbagai
permasalahan pedesaan yang cukup kompleks. Tentu untuk mengatasi permasalahan
pedesaan bukanlah semata tanggungjawab pemerintah saja, tetapi juga
tanggungjawab bersama seluruh masyarakat Indonesia, termasuk gereja-gereja
Tuhan di Indonesia sebab gereja dipanggil Tuhan di tengah dunia sebagai garam dan
terang (Mat 5 : 13 – 16) untuk memberkati bangsa ini melalui keterlibatan aktif dalam
membangun Masyarakat Desa. Selanjutnya Rasul Petrus berkata (I Pet 2:13-17)
1 Soetrisno dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun (Solo: Yayasan
Indonesia Sejahtera, 1982), 13.
2
bahwa keterlibatan kita kepada program pemerintah merupakan kesaksian yang baik
kepada orang yang tidak percaya. Tetapi, penolakan kita terhadap pemerintah akan
menyebabkan orang memandang rendah iman kita kepada Kristus. Daniel Webster
menulis bahwa apapun yang membuat orang menjadi Kristen yang baik, juga
membuat mereka menjadi warga Negara yang baik2. Karena itu gereja-gereja,
lembaga kristiani maupun umat Tuhan seharusnya mengambil peran dalam
membangun masyarakat melalui pelayanan pedesaan untuk menyalurkan berkat
Allah, serta membinasakan segala pekerjaan si Iblis (I Yoh 3 : 8).
Tetapi sayang pelayanan Pembangunan Masyarakat sering “dianaktirikan”,
baik dalam pelayanan gereja, pelayanan misi maupun pekabaran injil. Alasan paling
klasik untuk sikap ini adalah bahwa pembangunan masyarakat merupakan bagian dari
”Injil Sosial” yang tidak ada hubungannya dengan pelayanan gereja. Pendekatan
semacam ini cenderung melihat pembangunan masyarakat sebagai “urusan dunia”,
“kemiskinan” sebagai akibat dosa, orang hanya perlu bertobat dan urusan pemecahan
masalah sosial masyarakat adalah “pekerjaan rumah” dari Tuhan3.
Membangun masyarakat desa adalah suatu kegiatan sosial yang
berbasiskan masyarakat, tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kelompok
masyarakat yang sehat dan sejahtera secara jasmani, teristimewa secara rohani.
Tuhan Yesus berkata, ”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan.” artinya tujuan kedatangan Tuhan Yesus ke
dalam dunia ini adalah supaya setiap orang percaya kepada-Nya dan yang menjadi
umat-Nya akan mempunyai kehidupan yang berkelimpahan, sehat sejahtera secara
2Martin r. De Haan, Bagaimana bersikap terhadap pemerintah (Yogyakarta: Yayasan
Gloria, 1997), 7. 3 Disampaikan oleh Pdt. Dr. Yakob Tomatala dalam sambutannya terhadap buku
karangan dr. Gary T. Hipp yang berjudul ”Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan” yang oleh
beliau direkomendasikan sebagai tuntunan pendekatan yang bersifat holistik.
3
jasmani juga secara rohani, karena itu pelayanan misi yang sesungguhnya adalah
pelayanan yang menjangkau manusia itu secara utuh (holistik) dan integratif.
Sebenarnya pembangunan masyarakat desa melalui pelayanan yang
holistik tidak semata bersifat ”karikatif”, tetapi merupakan suatu proses yang dinamis
yang terjadi dalam dan melalui orang-orang dalam masyarakat yang nantinya hasilnya
berkesinambungan dan membawa masyarakat kepada kehidupan yang mandiri
(empowering). Apalagi dengan begitu kompleksnya masalah kehidupan masyarakat
desa, maka misi gereja yang melayani di pedesaan seharusnya tidak sekedar melayani
dalam rangka Pemuridan untuk tujuan Pertumbuhan Gereja, tetapi juga melakukan
pelayanan secara holistik. Seperti yang disampaikan oleh Bambang Budijanto bahwa
pelayanan holistik yang dimaksud adalah bukan saja memberitakan Firman (WORD)
yang berkuasa membawa orang pada kelahiran baru dan Mujizat (SIGN) yang
mendemonstrasikan kuasa Allah dalam menyembuhkan batin, tubuh, keluarga,
ekonomi dan tatanan masyarakat, tetapi juga perbuatan nyata (DEED) yang juga
mendemonstrasikan kasih, kepedulian, inkarnasi, yang telah dinyatakan dengan
sangat kaya di dalam gedung gereja4.
Jika demikian mengapa pelayanan pedesaan sangat penting untuk
dikerjakan? Pertama, telah disinggung diatas bahwa sekitar 63% penduduk Indonesia
tinggal dipedesaan dimana dengan berbagai permasalahannya dapat memberikan
pengaruh terhadap pembangunan nasional, Kedua adalah reformasi yang sampai
sekarang belum memberikan perubahan, bahkan dilanjutkan lagi dengan krisis global
yang melanda bangsa ini semakin menambah permasalahan masyarakat desa dalam
semua aspek kehidupannya, sehingga konteks pelayanan kepada mereka tidak dapat
4Bambang budijanto, Ph.D adalah Ketua Badan Pengurus ICDS yang pelayanannya sangat peduli
dengan kehidupan masyarakat dan bangsa, sehingga melalui lembaga ICDS ini diharapkan semakin
banyak para mahasiswa dan ahli teologia yang mau terlibat dengan pelayanan pembangunan
Masyarakat yang merupakan bagian dari pelayanan holistik.
4
lagi dilakukan hanya secara ’Parsial’ tetapi harus menyentuh seluruh aspek kehidupan
manusia.. Yayasan PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) mengkategorikan ada lima
permasalahan utama di pedesaan yaitu : Kematian Rohani dan dosa (spiritual),
kemiskinan (Ekonomi), keterbelakangan (pendidikan), sakit penyakit (jasmani) dan
kehidupan yang statis (mentalitas), Ketiga adalah dari sekitar 67.000 desa di
Indonesia, 50.000 desa belum menerima Injil5, Keempat adalah terdapat 127 suku
terabaikan (Unreached People Groups) di Indonesia yang belum menerima Injil6 dan
tentu sebagian besar suku-suku tersebut berada di wilayah pedesaan, dan yang Kelima
adalah kondisi anak-anak di pedesaan yang memiliki keterbatasan dan kurangnya
kesempatan untuk bertumbuh secara holistik (rohani, pendidikan, ekonomi,
kesehatan) dibandingkan dengan anak-anak di perkotaan.
Dari kelima permasalahan tersebut, maka yang paling urgen/mendesak dan
kurang mendapat perhatian untuk ditangani sehubungan dengan masa depan bangsa
adalah penyelamatan generasi penerus bangsa yaitu melayani anak-anak di pedesaan
karena mereka adalah bagian dari masyarakat yang tidak memiliki bargainning power
untuk bertahan hidup dalam menghadapi tekanan-tekanan dari luar dibanding orang
dewasa. Hal ini sangat penting karena penanganan anak-anak sejak usia dini sangat
menentukan terciptanya generasi yang cerdas dan berkarakter sebab masa depan
bangsa juga ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan
berbudaya sehingga peningkatan kualitas SDM sejak usia dini merupakan hal penting
5 Berdasarkan perkiraan para hamba-hamba Tuhan dari berbagai yayasan Kristen dan organisasi gereja
di desa-desa memberikan estimasi dari sekitar 67.000 desa yang ada, masih ada sejumlah 50.000 desa
yang belum terjangkau oleh kasih Kristus. Saat ini kondisi poleksosbudhankam kita belum
memungkinkan untuk memperoleh data yang akurat tentang hal ini. Estimasi ini diperoleh dari
rumusan konsultasi yang disampaikan dalam Konsultasi Pelayanan Pedesaan II Denpasar Bali, 1993
yang diselenggarakan oleh Pelayanan Desa Terpadu. 6 Menurut Persekutuan Jaringan Riset Nasional (PJRN), Jakarta 2000 dalam Profil Doa suku-suku yang
terabaikan mengatakan ada 127 suku di Indonesia yangdikelompokkan dalam 23 rumpun. Yang masuk
dalam daftar ini adalah suku dengan jumlah populasi minimal 10.000 orang (suku besar), dengan orang
percaya kurang dari 1 % (tentu saja masih banyak suku lain diluar daftar ini yang perlu mendengar
kabar baik). Suku ini dikategorikan sebagai suku terabaikan.
5
yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh, itu sebabnya kelompok usia dini ini
disebut Golden Age. Menurut Ratna Megawangi, Usia dini merupakan masa kritis
bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan
penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang
bermasalah dimasa dewasanya kelak, selain itu menanamkan moral kepada generasi
muda adalah usaha yang strategis. Ada sebuah pepatah yang mengatakan
: ”Walaupun jumlah anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan
100% masa depan”, oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter
sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci untuk membangun bangsa7. ” Child is
the only known substance from which a responsible adult can be made”. Seorang
anak adalah satu-satunya ”bahan bangunan” yang diketahui dapat membentuk seorang
dewasa yang bertanggungjawab8. Demikian pula berdasarkan hasil penelitian
dibidang psikologi perkembangan menunjukkan bahwa kondisi kehidupan awal (anak
usia dini) memiliki pengaruh perilaku pada usia dewasa Perilaku ini dapat bersifat
positif maupun negatif bagi masyarakat yaitu berupa perilaku prososial maupun
antisosial9. Karena itu melayani anak-anak sejak usia dini melalui program
pendidikan Taman Kanak-kanak dipedesaan tidak dapat diabaikan begitu saja, karena
bagaimanapun juga kehadiran TK di pedesaan dapat memberikan dampak bagi
pembangunan masyarakat, sekalipun kehidupan anak-anak tersebut belum
memberikan kontribusi pembangunan secara real terhadap seluruh aspek kehidupan
masyarakat, tetapi paling tidak nilai-nilai sosial dan karakter kristiani sejak dini telah
7 Ratna Megawangi Ph.D , adalah pendiri dan Direktur Eksekutif Indonesia Heritage Foundation,
sebuah Yayasan yang bergerak dalam pengembangan pendidikan berbasis karakter yang bekerjasama
dengan BP Migas dan Star Energy (kakap) LTD telah menerbitkan sebuah buku dengan judul :
Pendidikan Karakter, solusi yang tepat untuk membangun bangsa. 8 Thomas Licknona, , Raising Good Children : From Birth Through the Teenage Years (New York :
Bantam Books, 1994), 22 9 Satryo Soemantri Brodjonegoro, Naskah akademik Pendidikan Guru Pendidikan anak Usia Dini (PG-
PAUD) (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2007), 4
6
ditanamkan dan nilai-nilai ini juga memberikan pengaruh (kesaksian) kepada
keluarga dan masyarakat sekitarnya, sehingga anak-anak tidak selalu menjadi obyek
pembangunan tetapi juga berperan sebagai agen atau subyek pembangunan yang
dapat menyatakan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam keseharian hidupnya.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pedesaan identik dengan Kematian
rohani, kemiskinan, keterbelakangan, sakit penyakit dan kehidupan yang statis maka
program TKMD (Taman Kanak-kanak Masuk Desa) sangat dibutuhkan dalam rangka
menjangkau dan memberdayakan anak-anak miskin beserta keluarga dan
masyarakatnya, sebab dengan membangun masyarakat desa berbasis Taman kanak-
kanak masuk desa (TKMD) sebagai sarana misi holistik adalah program
pengembangan layanan yang diperluas dari Taman Kanak-kanak (yang hanya
melayani anak-anak pada usia TK), menjadi layanan kepada anak yang lebih luas
cakupannya (usia maupun bidang layanan), bahkan mencakup pelayanan kepada ibu,
keluarga dan masyarakat yang bidang layanannya menyentuh seluruh aspek
kehidupan manusia secara utuh. Keadaan ini sangat memprihatinkan bila melihat
pembangunan masyarakat yang ada di Rumah Sumbul Kecamatan Sibolangit karena
desa tersebut adalah salah satu desa yang tertinggal pada hampir semua bidang
kehidupan masyarakatnya, khususnya dalam bidang pendidikan dan infrastruktur
desa, dimana belum ada satupun sarana pendidikan yang tersedia di desa tersebut,
demikian juga sarana dan prasarana desa yang masih sangat kurang, sehingga
diperlukan adanya kehadiran pihak lain sebagai penggerak atau motivator
pembangunan bagi desa tersebut.
Karena itu PESAT Sumatera Utara hadir membangun masyarakat desa
yang berbasis TKMD (Taman Kanak-kanak Masuk Desa) dengan visi Membangun
Manusia Indonesia yang seutuhnya di Pedesaan melalui misi holistik yang dimulai
7
dengan pelayanan kepada anak-anak yang cakupan pelayanannya diperluas untuk
menjangkau keluarga dan masyarakat setempat.
Konsep Alkitab tentang Pembangunan Masyarakat Desa
Konteks Pelayanan Pedesaan
Dalam memahami apa yang dikatakan Alkitab tentang pelayanan
pedesaan, perlu kita meneliti pemakaian kata desa (desa-desa) dalam konteksnya di
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Menurut Strong’s Exaustive Concordance of the Bible, kata desa (village)dipakai 10
kali dalam Perjanjian Baru. Bentuk jamak desa (villages) dipakai 75 kali dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kata desa atau kampung yang disebutkan
dalam ketiga Injil Sinoptis, terbanyak berada dalam Injil Lukas.10
Dalam Esiklopedia
Alkitab masa kini jilid I, desa juga disamakan dengan kampung yaitu desa-desa
dibangun berkelompok mengelilingi kota benteng. Ke kota situlah para penduduk
desa berlindung bila terjadi perang. Kata Ibrani yang biasa untuk desa adalah kafar,
artinya ‘dilindungi’; seperti kata Arab kefr, kata itu sering muncul dalam nama-nama
tempat, misalnya Kapernaum. Dalam Perjanjian Baru disebut kome’ yang berarti desa
(Mat 9 :35).11
Bentuk jamak desa-desa (village) dalam Perjanjian Lama terbanyak
dipakai dalam kitab Yosua dan Nehemia. Dalam Yosua desa-desa dalam bahasa
ibrani :chatser terutama dipergunakan dalam hubungan dengan milik pusaka dari
suku-suku, yang digambarkan dalam pemilikan kota-kota dengan desa-desanya
(Yosua 13,15). Dalam Nehemia 11 :25-31 dihubungkan dengan daftar penduduk
10
Iman Santoso dengan makalah : Pelayanan Pedesaan dan Pembangunan Gereja di Indonesia, dalam
buku Membangunan Manusia indonesia seutuhnya di pedesaan, kumpulan makalah dan rumusan KPP
II di Denpasar Bali, 28 nop – 1 okt 1993 (Yogyakarta: Yayasan ANDI Offset, 1993), 16 11
Ensiklopedia Alkitab masa kini, Jilid I; (Jakarta: Yayasan komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999), 245
8
Yehuda. Dipergunakan kata ibrani : chatser (desa-desa) dan juga kata bath, yang
diterjemahkan juga dengan segala anak kota.12
Melihat pelayananNya, Yesus lebih
banyak melayani di desa-desa karena mereka adalah masyarakat yang terpinggirkan,
terabaikan dan tidak terlindungi. Yesus lebih peduli dengan orang-orang seperti itu.
Dengan demikian penggunaan kata desa atau kampung dalam Injil dapat
digolongkan sebagai :
1. PI Kerajaan Allah (Luk 8:1, Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan
dari desa ke desa)
2. Pelayanan penyembuhan (Luk 17:21, tentang 10 orang kusta)
3. Lokasi teretnetu :
Luk 9 :52,56 Desa Samaria dan desa-desa lain, dalam hubungan Yesus ke
Yerusalem dan api dari langit.
Luk 10:38; Yoh 11 :1, tempat tinggal Marta dan Maria.
Luk 24 : 13, 28, kampung Emaus.
4. Kejadian tertentu dalam rangka mengelu-elukan Yesus dalam memasuki
Yerusalem, 2 murid disuruh Yesus pergi mengambil keledai betina (muda) di
kampung di depan (dalam perjalanan ke Yerusalem).13
Bukan hanya kota, tetapi desa-desa juga diperhatikan dan dikasihi Allah.
Desa-desa termasuk milik pusaka yang diberikan kepada umat Allah (Israel dalam
PL), dan daftar penduduk di desa-desapun diberi perhatian oleh Alkitab. Di dalam
konteks masyarakat agraris, desa biasanya merupakan tempat kediaman sebagian
besar penduduk dan menurut Yoh 3 :16 seluruh dunia ini sungguh dikasihi Allah,
yang tentu bagian yang terbesarnya tinggal di pedesaan. Dalam Perjanjian Baru,
desa-desa dan kota-kota sebagai keseluruhan adalah tempat-tempat yang dikunjungi
12
Membangunan Manusia indonesia seutuhnya di pedesaan, 17 13
Ibid, 16
9
Yesus dan murid-muridNya. Dalam pelayanan PI yang dilakukan adalah pelayanan
yang holistic : PI Kerajaan Allah, mengajar, penyembuhan
Membangun Masyarakat sebagai pelayanan
Pembangunan (development) sering diartikan sebagai kegiatan untuk
merubah suatu kondisi kepada kondisi lebih baik yang menyangkut sikap, pola pikir
dan kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat.14
Berarti pembangunan yang
berhasil apabila ada perubahan dan pembaharuan kearah yang benar dan bermanfaat.
Alkitab juga menunjukkan bahwa Kerajaan Allah senantiasa menuntut perubahan dan
pembaharuan, sehingga perwujudan Kerajaan Allah di dunia berarti suatu tindakan
pembaharuan menuju penyempurnaannya dalam langit dan bumi baru (Why 21). Jadi
pembangunan indonesia tidak bisa terlepas dari tindakan perubahan dan pembaharuan
dan karya penyelamatan Allah bagi bangsa dan negara indonesia.15
Bila dikaitkan dengan pelayanan kristiani, istilah ”Pembangunan
Masyarakat” sering mengundang pengertian yang berbeda bagi berbagai kalangan,
banyak yang menganggap bahwa Pembangunan Masyarakat Desa adalah bagian dari
Injil Sosial yang terpisahkan dari pemberitaan Firman. Sering dipertentangkan antara
pelayanan pemberitaan Firman dengan pelayanan pembangunan sosial ekonomi
masyarakat, atau lebih tepatnya antara pelayanan yang ditujukan untuk pembangunan
mental-spiritual dengan pelayanan yang ditujukan untuk pembangunan fisik-
material.16
14
Kusnaedi, Membangun Desa, Pedoman untuk penggerak program IDT, Mahasiswa KKN dan kader
pembangunan desa (Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1995), 37. 15
Karel Ph. Erari, Supaya engkau membuka belenggu kemiskinan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1999), 33 16
Dalam memorandum batasan dan sasaran KPP II Denpasar Bali, yang disampaikan oleh Iman
Santoso sebagai Ketua Panitia Pengarah; Membangun manusia indonesia seutuhnya di Indonesia, 5
10
Meninjau pelayanan Yesus sebagai Mesias dunia (Markus 10:45)…”Anak
manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Yesus menunjukkan pelayanan
yang seutuhnya (wholistic Ministry). Dia memberitakan kabar baik sambil melakukan
pelayanan sosial masyarakat. KegiatanNya ini nampak melalui pelayananNya yang
sering bergerak dari satu desa-ke desa lainnya. Dia memberikan pengajaran tentang
moral kristiani (Mat 4:23, 5 : 1-12, 6:1-4; Luk 4 : 42-44), kelepasan dari sakit
penyakit dan kelemahan tubuh (Mat 4:23-25; Mrk 5:21-43; Luk 6:17-28),
pembebasan dari kuasa jahat (Mat 4 :23-25), bergaul dengan orang-orang yang
tertolak (Mat 15:21-28; Luk 19:1-10), memberi makan 5000 orang (Mat 14:13-21;
Luk 9:10-17; Yoh 4:1-42), menghargai kaum perempuan (Luk 8:1-3, 9:51-56; Yoh
4:1-42), kepedulian terhadap kaum miskin (Yoh 11:1-44), Pelayanan Lintas Budaya
(Mat 4:15,16; Yoh 4:1-42), menghargai adat istiadat (Yoh 2:1-11)..
Titik tolak Alkitabiah inilah yang mendorong gereja untuk menempatkan
misi pelayanannya dalam terang pola pelayanan Kristus sebagai hamba yang
melayani. Pelayanan gereja dimengerti sebagai sesuatu yang melebihi pekerjaan
amal, charitu atau yang filantropis, tetapi bahwa pelayanan gereja adalah partisipasi
yang sesungguhnya di dalamnya kepapaan dan penderitaan, solidaritas bersama
manusia sesama secara total dan eksistensil.17
Jika kita melihat Alkitab secara keseluruhan, maka sebenarnya Allah yang
kita kenal dalam Yesus Kristus menaruh kepedulian terhadap umatNya, bukan dalam
hal pembebasan dari belenggu dosa, tetapi juga pembebasan dari belenggun
17
Laporan Makassar, disana diungkapkan bahwa bidang cakupan dari pelayanan gereja meliputi semua
orang dalam dinamika solidaritas seluruh umat manusia dalam rangka mendirikan tanta-tanda Kerajaan
Allah ditengah-tengah masyarakat. Sejak Dewan Gereja Indonesia didirikan pada tahun 1950 sampai
sekarang ini, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan tidak pernah berhenti dibicarakan. Karel Ph.
Erari, Supaya engkau membuka belenggu kemiskinan, 56.
11
kemiskinan, keterbelakangan/kebodohan, sakit penyakit dan kehidupan statis dan Ia
pun memberikan potensi kepada umatNya untuk dikembangkan. Petrus F. Setiadarma
dalam Cimmunity Development menjabarkan dari Firman Allah yang terdapat dalam
Yeremia 29:4- 7 dimana ada beberapa hal yang dapat dikerjakan oleh setiap orang
percaya untuk dapat melayani masyarakat disekitarnya :
1. “Mendirikan rumah untuk didiami” (ayat 5), ini berbicara tentang penyediaan
papan atau tempat tinggal. Masih banyak masyarakat desa yang tidak
memiliki rumah yang layak huni, baik dalam hal kesehatan, sanitasi maupun
ketenteraman keluarga. Perlu dibangun rumah sederhana tapi layak huni, atau
melakukan renovasi kepada rumah-rumah masyarakat miskin yang masih
dapat ditempati. Beberapa lembaga kristiani telah melakukan pelayanan
semacam ini bagi masyarakat pedesaan.
2. “ Membuat kebun untuk dinikmati hasilnya” (ayat 5), ini berbicara tentang
pekerjaan atau mata pencaharian. Ada petani yang menggarap lahan
pertaniannya, tetapi tidak menikmati hasilnya dengan baik karena sulitnya
kebutuhan benih unggul, pupuk karena keterbatasan ekonomi dan juga akibat
permainan para tengkulak atau tuan tanah. Harus ada pemerataan dan
keadilan. Perlu diciptakan suatu usaha rakyat yang mandiri sesuai dengan
potensi kedaerahan yang ada, dengan adanya upaya pemberdayaan masyarakat
akan dapat mengatasi jumlah pengangguran tersembunyi di pedesaan.
3. “Berkeluarga agar bertambah banyak dan jangan berkurang” (ayat 6), ini
berbicara kepedulian kita terhadap keberadaan keluarga di masyarakat kita.
Semakin banyak kasus perceraian terjadi yang berdampak buruk kepada anak-
anak, juga banyak kehidupan keluarga yang tidak menjadi teladan bagi anak-
anaknya sehingga anak-anak mengalami tumbuh kembang secara salah.
12
Karena itu perlu adanya kesadaran orang tua untuk menghargai anak-anak
sebagai ahli warisnya Allah di bumi, proses kesadaran kepada orang tua dapat
dilakukan melalui program seminar keluarga, persekutuan rumah tangga,
pembinaan keluarga, kunjungan/silahturahmi kerumah-rumah.
4. “Mengusahakan kesejahteraan” (Peace and Prosperity) (ayat 7),
kesejahteraan masyarakat bersangkut-paut dengan rasa aman dan damai serta
kemakmuran ekonomi. Itu berarti bahwa gereja harus proaktif dalam
membina kerukunan umat beragama, menciptakan situasi dan kondisi yang
aman dan tentram, serta mampu menolong masyarakat meningkatkan taraf
kehidupan mereka.
5. “Berdoalah” (ayat 7), solusi atas segala permasalahan yang timbul dalam
masyarakat tidak bisa lepas dari kekuasaan dan campur tangan Tuhan. Itulah
sebabnya para pendoa syafaat, bahkan setiap orang percaya, memiliki pokok-
pokok doa bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan
masyarakat sekitarnya.18
Pelayanan Misi Holistik
Pengertian Misi Holistik
Kata ‘holistik’ berasal dari kata ‘whole’ (inggris) yang artinya :
seluruhnya, sepenuhnya. (whole = 1. Containing all component parts; complete; 2.
Not divided or disjoined; in one unit; 3. Constituting the full amount, extent, or
duration…). Dengan demikian, “pelayanan holistik” adalah pelayanan yang bersifat
menyeluruh; pelayanan yang memandang, memahami, mendekati dan
18
http:/petrusfsmisi,wordpress.com/2007/10/18/misi-dan-pemberdayaan-masyarakat/. Diakses tanggal
10 Pebruari 2009.
13
memperlakukan manusia sebagai satu keseluruhan yang utuh. Ini mengasumsikan
sebuah pengakuan bahwa hakekat manusia memang terdiri atas unsur-unsur dan
aspek-aspek yang berbeda-beda (multi dimensional), namun demikian berbagai
perbedaan ini tidak boleh dipahami secara dikotomi (dapat dipisah-pisahkan atau
saling dipertentangkan, seolah-olah ada unsur yang lebih penting atau lebih mulia dari
unsur lainnya). teologia reformatories telah menghapuskan jenjang hirarki antara
‘awam’ dan ‘iman’, antara ‘biara’ dan ‘dunia’, antara ‘doa’ dan ‘kerja’ antara ‘tubuh’
dan ‘roh’.19
Paradigma holistik juga terdapat dalam Perjanjian Lama yang biasa
diistilahkan dengan kata ‘Shalom’ yang biasa dipakai sebagai ucapan pembuka, tegur
sapa dalam pertemuan-pertemuan umat kristiani. Sebagian besar sarjana biblika akan
setuju dengan makna akar kata (sh-l-m) Ibrani shalom yang mencakup tiga ide :
“totality (the adjective shalem is translated ‘whole’), well-being, and harmony.” 20
Arti lain dari makna akar kata adalah : “to be whole, uninjured, undivided, intactness,
compensation.” Claus Westermann mengungkapkan sebagai berikut : “Untuk
membuat sesuatu komplet, untuk membuat sesuatu menyeluruh atau holistis. Semua
cakupan arti shalom ini telah dirinci khususnya oleh Pederson yang mengatakan,
“shalom designates at the same time the entirety, the fact of being whole, and he who
is whole.”21
Jadi pelayanan holistik bertujuan pada kesejahteraan manusia yang
sepenuhnya dan seutuhnya; memberitakan Injil yang penuh kepada manusia yang
19
Disampaikan oleh Eka Darmaputra dengan judul makalah Pelayanan Holistik (refleksi teologis)
dalam Kumpulan makalah KPP II. Beliau adalah mantan pendeta GKI Jawa Barat dan pernah
menjabat sebagai Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI); Membangun Manusia Indonesia
seutuhnya di Pedesaan, 41,42. 20
Evans, C.F, “Peace” (A theological Word Book, 1950), 165. 21
Claus Westerman, “Peace (shalom) in the Old Testament.” In the meaning of Peace; Biblical Studies
(Pery B. Yoder, ed. Louisville, KY : Westminter, 1992), 19.
14
utuh. Pelayanan ini mencakup pembinaan iman Kristen, bidang pendidikan, bidang
kesehatan, hidup bersih serta meningkatkan kehidupan sosial masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat dengan alam lingkungannya dan bidang-bidang lainnya.
Kita terpanggil mengemban misi ini dan bertanggungjawab terhadap kebutuhan
manusia seutuhnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yesus mencari domba
yang tersesat, memberi makan 5000 orang, menyembuhkan yang sakit dan kelepasan
dari ikatan dosa. Pelayanan holistik bukan berpusat pada manusia, melainkan
berpusat pada kehidupan dan sang pemberi hidup.
Misi dan Pendidikan Anak
Inti dari misi adalah menyatakan kasih Allah bagi segenap dunia ini.
Setiap orang percaya adalah warga Kerajaan Sorga yang menaati dua hukum utama:
mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan, dan
segenap akal budi, serta mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri (Mat.
22:37-40). Dalam menggenapi misi kasih Allah ini, pendidikan dapat dipahami
sebagai ungkapan cinta kasih pada kehidupan manusia dan Allah sang pemberi
kehidupan. Gereja memandang kerasulan di bidang pendidikan sebagai aplikasi iman
yang membebaskan seperti diungkapkan secara programatis oleh Yesus sang guru
ilahi,” “Roh Tuhan ada padaku. Oleh sebab la telah mengurapi Aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan la telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang…” (Luk. 4.18-19).
Dengan demikian Pendidikan merupakan jalan yang ditempuh untuk
mengembangkan potensi-potensi manusia menjadi pribadi-pribadi yang merdeka dan
15
bebas dari segala belenggu serta terbuka dan mampu membangun kehidupan
masyarakat yang terbuka bagi undangan Tuhan sebagai tujuan terakhir hidup manusia
.Inilah alasannya sejak awal mula Gereja-Gereja melihat pendidikan sebagai bagian
dari kegiatan perutusannya di tengah dunia.
Pada mulanya sekolah-sekolah dibuka dalam rangka pelajaran agama dan
pendidikan moral. Namun sekolah-sekolah itu kemudian berkembang menjadi tempat
pengembangan kecerdasan manusia secara utuh baik kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual. Di sekolah-sekolah Kristen
anak-anak tidak saja diajarkan pelajaran agama melainkan juga pengetahuan-
pengetahuan umum serta ketrampilan- ketrampilan praktis yang diperlukan untuk
hidup di tengah masyarakat kelak. Petrus F. Setiadarma mengatakan bahwa karena
mendasarkan dirinya pada ajaran kasih kepada Allah dan manusia sebagai nilai yang
universal maka ada dua ciri utama pendidikan Kristiani. Pertama, bersifat terbuka.
Dasar dari keterbukaan itu adalah pengakuan bahwa semua orang dicintai oleh Allah.
Karena itu tiap orang harus saling memandang sebagai kembaran dirinya satu sama
lain yang sama-sama bermartabat dan harus dihargai. Lagipula setiap orang terlahir
untuk bahagia serta diundang untuk mengalami kebahagiaan yang sempurna dalam
Allah. Hal prinsip ini menjadi dasar solidaritas antar manusia yang mengatasi
pelbagai perbedaan dalam membangun kehidupan bersama yang ditandai sikap saling
melindungi dan saling menghormati. Kedua, ciri berikut dari lembaga pendidikan
Kristiani adalah solider dengan yang kecil. Solidaritas antar manusia sebagai wujud
kasih harus diungkapkan secara tegas dengan melayani yang kecil. Hal ini sesuai
dengan semangat Yesus Sang Guru Ilahi yang mengatakan, “Segala sesuatu yang
kamu lakukan kepada salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). Praktisnya sekolah-sekolah harus memberi
16
perhatian bagi mereka yang kecil, memberi prioritas bagi korban- korban
ketidakadilan struktural entah struktur nasional maupun internasional.22
Jika demikian bagaimana halnya dengan pendidikan kepada anak? Amsal
22:6 :”Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.”. pertama, mendidik berarti
dilatih, berasal dari akar kata bahasa Ibrani yang bicara mengenai akar gusi. Pada
jaman dulu untuk menimbulkan rasa haus pada bayi, bidan-bidan di Israel mengambil
cairan kurma lalu dioleskan dan dipijit di gusi bayi sehingga menimbulkan rasa haus
yang menyebabkan bayi mau minum susu. Jadi sebenarnya pendidikan harus
menimbulkan rasa haus anak sehingga anak ingin belajar. Pendidik harus mempunyai
kreatifitas sedemikian rupa sehingga menumbuhkan kehausan untuk belajar.
Pendidikan juga bicara tentang tali kekang untuk mengarahkan anak supaya anak
tidak pergi kea rah semaunya tetapi jika ada kendali maka anak bisa diarahkan supaya
tidak melangkah kea rah yang salah. Kedua, Menurut jalan yang patut baginya
artinya jalan yang patut menurut pandangan Tuhan. Anak perlu diajar mana hal-hal
yang benar dan yang salah. Patut baginya juga berarti cocok bagi sanga anak. karena
anak adalah pribadi yang unik, anak yang satu berbeda dengan anak yang lain. Orang
tua harus memahami perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh anak dan jangan
membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya. Ketiga, Pada masa tuanya
berarti waktu mendidik anak yang dilihat adalah waktu ke depan. Orang tua akan
mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendidikan bagi anak. misi selalu bersifat
progresif dan tidak statis, sama seperti situasi orang tua mempersiapkan anak maka
misi gereja harus melihat ke depan. Anak adalah sekarang dan hari esok.
Mempersiapkan gereja masa yang akan datang dengan mempersiapkan anak pada hari
22
http://petrusfsmisi.wordpress.com/2007/10/11/misi-dan-pendidikan/. Diakses tanggal 10 Pebruari
2009.
17
ini. Orang tua yang maju hari ini memikirkan anak lebih dari dirinya sendiri. Kalau
gereja ingin menjadi gereja yang kuat maka orang-orang di dalamnya harus menjadi
orang-orang kuat. Orang yang kuat tidak dilahirkan tetapi dibentuk oleh sebab itu
harus ada pengkaderan untuk menyiapkan anak-anak menjadi calon-calon pemimpin
masa depan. Dari masa kanak-kanak harus ditanam nilai-nilai Kerajaan Allah, nilai
kejujuran, nilai pengampunan, nilai mengasihi, nilai kesetiaan kepada Tuhan.23
Anak bertumbuh, semenjak awal belajar berinteraksi dengan orang lain.
Setelah dengan kedua orang tua, ia melangkah lebih jauh, berinteraksi dengan kakek,
nenek, tante, paman, tetangga dan penjaga warung disekitar rumahnya. Semua
interaksi awal ini merupakan tahap awal bagi anak mengenal dunia sekitarnya.
Semua kegiatan ini merupakan awal berkembangnya keterampilan yang memiliki
aspek sosial. Ia berinteraksi dengan orang yang dikenalnya dan orang-orang yang
belum dikenalnya. Semua ini merupakan langkah penting bagi perkembangan anak 24
tetapi dalam pergaulan sosialnya ini anak belum dapat membedakan mana yang
pantas dan tidak pantas untuk ditiru, mana nilai-nilai moral yang baik dan tidak baik
dan karena anak dapat diumpamakan seperti spon yang menyerap semua apa yang
diterimanya (dilihat, didengar, dirasa) dalam lingkungannya, karena itu dengan
adanya lingkungan sekolah kristiani dimana anak tersebut belajar akan pergaulan
sosial yang baik, pengetahuan dan keterampilan dan nilai-nilai kristiani ditanamkan,
maka pendidikan anak usia dini merupakan benteng pertahanan bagi pembentukan
intelektual dan karakter anak secara terarah dan benar, dan menurut J. Drost SJ,
seorang pengamat pendidikan, mengatakan bahwa awal pendidikan memang dimulai
dari proses informal yangberlangsung di masyarakat. Proses ini dimulai dari
23
Lihat modul pembinaan keluarga yang digunakan sebagai bahan seminar keluarga di pedesaan yang
diselenggarakan oleh PESAT; Hans Geni Arthanto adalah Direktur Eksekutif PESAT. Hans Geni
arthanto, Modul Pembinaan Keluarga (Jakarta: Penerbit PESAT Ministry, 2007), 44-45 24
Save M. Dagun, Psikologi Keluarga (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002), 81
18
masyarakat terkecil yaitu keluarga, dan diluar keluarga seorang anak tetap mendapat
pendidikan hingga bangku sekolah. Ditaman Kanak-kanak (TK) seseorang harus
mendapat pendidikan sepenuhnya, bukan pengajaran. Kalaupun ada pengajaran
hanya mengenal huruf dan angka saja lewat bermain.25
Anak seperti anak panah di tangan pahlawan (Mzm 127:4), yang pertama
anak panah itu harus lurus, yang kedua harus kuat. Tuhan mau anak-anak yang
dikaruniakan kepada kita entah itu anak kandung maupun anak-anak rohani kita
menjadi anak yang lurus hidupnya dan kuat baru dia bisa menjadi anak panah di
tangan pahlawan. Orang tua, guru sekolah, pendeta, guru sekolah minggu adalah para
pahlawan yang mempunyai peran yang besar dalam membentuk anak.26
Gereja, Misi dan Pembangunan Masyarakat
Hubungan Gereja dan misi sosial
Seorang pengkhotbah India pernah mendefenisikan penginjilan sebagai
“one beggar telling another beggar where to find bread.” (seorang pengemis yang
memberitahu pengemis lain tempat untuk mendapatkan roti) agar mampu mengarungi
perjalanan ke arah pembebasan, keadilan sosial dan kebenaran.27
Dan gereja adalah
tempat pengharapan dan perlindungan mereka.
Misi gereja adalah misi yang bersifat total, misi perkataan melalui Firman
(Word) dan perbuatan (Deed), misi dalama arti penginjilan dan misi aksi sosial
25 http://www.edubenchmark.com/membangun-sekolah-berwawasan-internasional.html 26
Hans Geni Arthanto, Modul Pembinaan Keluarga, 43 27
Melba Padilla Maggay, Transforming Society (Phillipines: Published by Institute for Studies in
Asian Church and Culture, 1994). xii
19
sebagai akibat dari penginjilan.28
Hal ini juga didukung oleh Melba P. Maggay (1994)
bahwa penginjilan adalah bukan hanya yang kita katakan; melainkan juga sesuatu
yang kita lakukan. Memberitakan Yesus bukan hanya berbicara tentang Dia. Kita
juga harus menunjukkan seperti apakah karakter dan kuasaNya.29
Lain lagi Norman
E. Thomas (2000), dia menafsirkan misi dengan dua hubungan yang vertical dan
horizontal bahwa tidak ada kemajuan horizontal tanpa orientasi vertical. Dimana
penafsiran vertical tentang Injil berkaitan dengan tindakan Allah yang menyelamatkan
di dalam hidup individu, dan penafsiran horizontal berkaitan dengan hubungan-
hubungan manusia di dunia. Kekristenan yang telah kehilangan dimensi vertikalnya
telah kehilangan garamnya dan tidak hanya menjadi tawar di dalam dirinya, tetapi
juga tidak berguna bagi dunia. Tetapi kekristenan yang menggunakan kesibukan
vertikalnya sebagai alat melarikan diri dari tanggungjawabnya demi dan di dalam
kehidupan bersama umat manusia adalah suatu penyangkalan terhadap penjelmaan,
terhadap kasih Allah bagi dunia yang diwujudkan di dalam Kristus.30
Misi gereja seharusnya holistik karena menekankan keontetikan dan
keutuhan, yaitu suatu aktivitas yang menyeluruh yang merangkul baik penginjilan
maupun aksi sosial. Hal ini diperkuat dengan rumusan Konferensi Lausanne (1974)
yang telah memformulasikan hakikat penginjilan dan tanggungjawab sosial dengan
pernyataan sebagai berikut :”penginjilan dan aktivitas sosial-politik, keduanya adalah
bagian dari pada tugas gereja.31
Keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Dengan kata lain, tidak mungkin ada penginjilan tanpa tanggungjawab sosial.
28
Stevri I. Lumintang, Misiologi Kontemporer (Batu : Departemen Literatur PPII, 2006). 132. 29
Melba Padilla Maggay, Transforming Society. 16 30
Norman E. Thomas, Isu-isu Klasik, tentang Misi dan Kekristenan sedunia (Jakarta: PT. BPK.
Gunung Mulia, 2000).200 31
John Stott adalah salah satu tokoh Injili yang sangat berperan dalam konferensi-konferensi Injili
seperti Lausanne dan Manila, karena itu beliau menjabarkan lebih jauh lagi rumusan-rumusan Injili
tersebut dalam tulisan-tulisannya. John Stott, The contemporary Christian (Leicester : inter-varsity
Press, 1992). 339
20
Martin luther mengatakan bahwa jika perkataan kita gagal untuk menunjuk secara
tepat masalah dunia masa kini, maka kita telah gagal memberitakan Firman Allah.32
Jadi pemberitaan injil keselamatan harus disertai dengan tindakan nyata bahwa apa
yang diberitakan Injil adalah benar bahwa kristus hidup dan berkarya dalam
kehidupan manusia secara nyata.
Disini Melba P. Maggay menggambarkan bahawa Injil (kesaksian tentang Kerjaan)
adalah hubungan antara penginjilan sebagai proklamasi (proclamation) dan aksi sosial
sebagai bukti kehadiran (presence).
Skema33
Penginjilan Prokalamasi
(evangelism) (proclamation)
Kesaksian tentang Kerajaan = Injil
Aksi Sosial Kehadiran
(social action) (presence)
Penginjilan dan aksi sosial adalah tugas dan tanggungjawab gereja bersama dengan
umat kristen dan lembaga-lembaga kristian, tetapi adanya lembaga-lembaga misi
bukan menggantikan tugas gereja, melainkan melengkapi tugas gereja. Lembaga-
lembaga itu disebut parachurch, artinya hadir untuk menjadi mitra gereja dalam
bermisi, bukan menggantikan tugas gereja dalam bermisi.34
Peranan Gereja dalam Pembangunan Masyarakat
Soal perbedaan paham antara mission dan development (Pekabaran injil
dan pembangunan) perlu didekati secara baru, dengan melihat dua tugas itu dari dua
32
Melba Padilla Maggay, Transforming Society, 5 33
Ibid, 18 34
http://petrusfsmisi.wordpress.com/2007/10/11/misi-dan-pendidikan/. Diakses tanggal 10 Pebruari
2009
21
sisi keeping logam yang satu, pada akhirnya adalah menjadi tugas dari gereja untuk
menjawab tantangan masyarakat secara menyeluruh. Apa yang sekarang dilakukan
oleh gereja mestinya merupakan jawaban atas tantangan kemiskinan sebagaimana
yang diperingati oleh nabi Yesaya “ Supaya engkau membuka belenggu kemiskinan”
Apakah artinya menjadi gereja Kristen di tengah masyarakat yang berubah. Apakah
menjadi orang Kristen di tengah-tengah umat manusia yang menderita, miskin yang
ditandai oleh kelaparan dan penyakit yang terus merajalela ? Apakah artinya menjadi
gereja Kristen ditengah masyarakat yang masih buta aksara, dan apakah tugas gereja
dalam hubungannya dengan panggilan Kristen di bidang sosial, ekonomi, politik dan
masa depan bangsa Indonesia ?. keseluruhan problem yang dirumuskan di atas, itulah
yang menjadi tantangan bagi kehadiran gereja di Indonesia. Bagaimana ia dapat
mencari bentuk-bentuk baru dan pola-pola pelayanan yang dapat menjawab sedikit
banyaknya tantangan-tantangan itu.35
Refleksi dari Filipi 2:1-11 dapat dijadikan petunjuk dan motivasi
Alkitabiah yang kuat untuk mengajak orang kristen lebih belajar melaksanakan pola
hidup dan karya Kristus yang ditandai oleh sikap pengosongan diri, menjadi hamba
bagi sesama, menjadi sama dengan orang lain , merendahkan diri dan berkorban demi
pembebasan sesamanya. Demikian juga oleh Gustavo Gutierrez (1969). dan kawan-
kawannya di Amerika Latin yang menekankan pada solidaritas gereja (semboyan
mereka yang terkenal adalah To be a Christian is to be in Solidarity), bahwa gereja
benar-benar menjadi gereja apabila ia menjadi gereja yang solider. Masalah
kemiskinan harus dihadapi oleh orang Kristen dengan jalan solidaritas, yakni suatu
ungkapan kasih bersama orang miskin)36
Karena itu gereja-gereja perlu menyadari
35
Dikutip dari buku hasil konferensi dan Sidang Raya, tentang Pelayanan Kristen dalam revolusi, hasil
konsultasi gereja dan masyarakat Sukabumi tahun 1962. Karel Ph. Erari, Supaya engkau membuka
belenggu kemiskinan, 2 36
Gustavo Gutierrez, In search of a theology of Development (Sodepax Genewa, 1969). 151
22
akan tanggungjawabnya untuk solider dalam bentuk turut berpartisipasi dalam
program pembangunan pedesaan sebagai ungkapan “Kasih dalam Perbuatan”
Gereja bukanlah organisasi tetapi organisme yang terdiri dari orang-orang
yang telah mengalami pembaharuan hidup dalam Kristus. Sehingga gereja seharusnya
menjadi cermin akan kasih Kristus kepada dunia. Yesus memperagakan kasih yang
begitu besar terhadap dunia yang terhilang ini dan membawa dunia ini kembali
kepada Allah. Ia memberikan diriNya kepada murid-muridNya, kepada orang-orang
disekitarNya dan akhirnya kepada seluruh dunia melalui kematianNya. Ia
menginginkan para pengikutNya (gereja) juga menangkap visi, belas kasihan dan
misiNya; dan pada gilirannya dalam kasih, memberikan diri mereka kepada dunia.37
Gereja harus melayani dan memberikan hidupnya bukan saja kepada jemaatnya tetapi
juga masyarakat yang ada diluar tembok gereja, karena gereja tidak hidup untuk
dirinya sendiri seperti Yesus datang untuk memberikan diriNya bagi tebusan banyak
orang, dan selama hidupNya Dia datang bukan untuk di layani melainkan melayani
(Mat 20 :28). Gereja yang hidup di tengah-tengah masyarakat beserta dengan
permasalahannya, tidak dapat menutup mata akan fakta kondisi masyarakat
disekitarnya, karena kehadiran gereja adalah sebagai pendamping masyarakat. Dalam
Mat 10 :16, Tuhan Yesus mengatakan :”Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang
bukan dari kandang ini; domba-domba ini harus kutuntun juga ... “ . Masyarakat desa
adalah saudara di dalam Kristus yang merupakan domba-domba lain yang perlu
dituntun oleh gereja. Bahkan ditegaskan oleh J.J. Tomasoa (1978) bahwa gereja tidak
dapat berkata seperti Kain :” adakah aku penjaga adikku?”.38
Ini menunjukkan bahwa
37
Garry T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan. Perpaduan antara kaidah kencana dan
amanat Agung (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003. 71
38J.J. Tomasoa, Membangun sambil melayani di pedesaan (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW), 1978. 218.
23
masyarakat sekitar kita adalah saudara kita yang perlu diselamatkan. Tuhan menuntut
tanggungjawab kepada gereja untuk menjaga dan membimbing masyarakat dalam
pendampingan untuk perubahan hidup dalam segala aspek kehidupannya. Jadi gereja
perlu memperlengkapi diri dalam pelayanan yang bersifat menyeluruh (holistik), tidak
sebatas pada pemberitaan firman.
Pemberitaan kabar baik oleh gereja seharusnya membawa transformasi
kepada masyarakat, dimana melalui Injil memberikan perubahan secara menyeluruh
dalam kehidupan manusia. Bryant L. Myers dalam Journal ICDS (Institut for
Community and Development Studies) (2001) menjabarkan ada 7 peran gereja di
dalam Pembangunan Transformasional :
Melayani Masyarakat, gereja adalah untuk mengasihi masyarakat, bukan menjadi
hakim. Peran gereja adalah menjadi seorang pelayan masyarakat dan sumber
peneguhan mengenai tujuan Allah dan apa yang ditawarkan Allah.
Memanggil orang kepada iman, ini adalah tugas gereja untuk menghidupkan suatu
kondisi dalam masyarakat yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya adalah Injil dan dengan melakukan hal tersebut, mengundang orang
untuk beriman dalam Kristus.
Memunculkan murid-murid yang holistik, gereja bertindak sebagai sumber
pembentukan nilai-nilai, gereja dapat menjadi sumber teladan dan peneguhan
signifikan dalam bekerja untuk kehidupan dan untuk “shalom.” Apabila gereja dalam
kondisi yang terbaik, gereja tersebut memperlengkapi dan mengutus murid-murid
yang holistik, yang mempunyai komitmen untuk melayani masyarakat di dalam
pencarian masyarakat tersebut untuk kesejahteraan.
24
Kontribusi kepada Civil Society, gereja dapat menjalankan perannya sebagai sebuah
organisasi kemasyarakatan, bekerja untuk memperbesar akses orang-orang kepada
kekuasaan di bidang ekonomi dan politik, gereja juga dapat berperan sebagai lembaga
sosial, sebagai teladan untuk mengatasi kejahatan-kejahatan remaja, lembaga
keuangan dimana gereja mewakili masyarakat yang saling berhubungan satu dengan
yang lain sehingga cukup besar menciptakan pasar yang layak dan dapat dijangkau.
Menjadi Pendamping Pastoral, gereja harus menyediakan pendampingan dan
mempunyai kesabaran untuk perjalanan transformatif terhadap orang miskin, tertindas
dan berdosa, terhadap kebutuhan akan pertolongan di tengah-tengah penderitaan
mereka. Ini adalah “pelayanan belas kasihan” yang mengarah pada pelayanan
kejiwaan, dan kadang-kadang pada pelayanan konseling stress yang disebabkan oleh
trauma.
Menjadi Suara Kenabian, kadang-kadang perkataan kenabian diperlukan yang
ditujukan kepada mereka yang menolak untuk melihat dan tidak mau mendengar akan
seruan kaum lemah. Banyak orang-orang miskin pergi ke gereja, dan hal ini
menempatkan gereja untuk membantu orang-orang miskin dengan memberitahukan
kondisi mereka kepada dunia.
Memberikan Penjelasan Alternatif, Pemisahan antara gereja dan pemerintah,
keagamaan dan yang materi adalah pencerminan yang bersifat dualistik. Gereja dan
pengajaran-pengajaran sosial mempunyai banyak hal yang dapat ditanamkan kepada
dunia yang berpikiran sempit yang mempercayai bahwa kemiskinan hanyalah
ketiadaan benda-benda, uang, ide dan kekuasaan.39
39
Bryant L. Myers; Journal ICDS, Vol 3, nomor 1/2001. 10 – 14.
25
Tinjauan Teologis Misi Holistik
Dan Brewster mendefinisikan ‘ pelayanan holistik’ sebagai berikut : If our
interventions are to be holistic, then, by definition, they must give attention to
spiritual as well as physical needs. As we have noted, “Christian” refers primarily to
our motivations and intended outcomes where as “Holistic’ refers to the scope of our
development interests. Luke 2 :52 is a key verse which provides a model for the kind
of development we are talking about. This verse simply says that “ Yesus grew in
wisdom and stature and in favor with God and men.” As we shall see later, these four
components : wisdom, stature, favor with God and favor with men, neatly encompass
all aspects of the whole person and provide a useful model around which to create
meaningful holistic development programs.40
Bryant L. Myers (2001) mengatakan
bahwa kerangka kerja yang holistik mensyaratkan semua manusia sebagai ciptaan,
termasuk sistem sosial, ekonomi dan politik, semuanya termasuk di dalam lingkup
karya penyelamatan Allah.41
Misi yang dilakukan gereja selama ini dianggap bersifat fragmentaris,
bukan suatu keutuhan. Banyak yang memisahkan dengan tajam pemberitaan Injil dan
perbuatan sosial. Misi seharusnya dipandang sebagai suatu tindakan utuh yang
meliputi baik pemberitaan Injil maupun perbuatan sosial. Keduanya dianggap sama
pentingnya. Apakah misi dalam Perjanjian Baru mengenal dikotomi keduanya ?, hal
ini dapat dijelaskan melalui dua narasi dari Yoh 5 : 1-18 dan Yoh 9. Jelas bahwa
Yesus mengutamakan relasi denganNya secara pribadi lebih dari segalanya.
Mengalami kesembuhan fisik dari Yesus tidak dengan sendirinya mengalami
kesembuhan rohani. Itulah sebabnya Yesus mencari orang yang telah disembuhkan
40
Dan Brewster, Child, Church and Mission. A resource book of Christian Child Development
Workers, originally (Philipines: Published by Compassion International, 2005). 41 41
Ibid, 15
26
secara fisik karena Yesus ingin menyembuhkan secara holistik.42
Hal senada juga
disampaikan oleh Kostenberger bahwa : A focus on human service and no human
need, though often characteristic of contemporary mission practice, is not precented
in the fourth Gospel as the primary purpose of either Jesus’or the disciples’ mission.43
Masalah holistik sebenarnya tidak perlu lagi diperdebatkan karena menurut
Armand Barus misi tidak pernah bersifat fragmentaris. Misi dalam Perjanjian Baru
tidak mengenal dikotomi pemberitaan injil dan perbuatan sosial. Misi dalam
Perjanjian Baru selalu bersifat holistik.
Pembangunan Masyarakat Desa (Rural Community Development)
Pengertian Pembangunan Masyarakat Desa
Menurut Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa bahwa
Pembangunan Desa dan perdesaan mempunyai makna sebagai pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan desa dan
perdesaan yang berorientasi pada manusia dan masyarakat senantiasa mengutamakan
peningkatan kualitas hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat
yang semakin merata dan adil, guna mewujudkan ketahanan nasional yang semakin
stabil yang meliputi berbagai bidang ideology, politik , ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan nasional.44
42
Adalah diringkas dari tulisan Armand Barus dengan judul Misi Holistik :Perspektif Perjanjian Baru,
beliau adalah Dosen tamu ICDS dan Dosen tetap STT Cipanas. Misi Holistik (Jakarta: Penerbit ICDS,
2003). 33-39 43
Kostenberger, Andreas J, The Mission of Yesus and the disciples according to the fourth Gospel
(Eerdmans: Grand Rapids, 1998). 215 44
Direktorat jendral Pembangunan Masyarakat Desa; Depdagri, Profil Desa/Kelurahan (Jakarta: PT.
Pustaka pembangunan swadaya nusantara, 1996). 2
27
Bila berdasarkan kebutuhan sebagai manusia yang utuh, Soetrisno K.H
dan Mary Johnston (1987) mengatakan bahwa pembangunan bertujuan untuk
membangun manusia yang seutuhnya, agar dapat hidup sejahtera lahir bathin.
Kesejahteraan lahir dapat dalam wujud cukup sandang, cukup pangan, perumahan
yang sehat, lingkungan yang sehat dan lain sebagainya. Namun tentu semuanya itu
belum cukup bila manusia belum merasakan kebahagiaan bathin. Pembangunan fisik
untuk memenuhi kebutuhan lahiriah jelas belum cukup untuk membangun manusia
seutuhnya, tetapi masih harus disertai dengan usaha untuk membangun manusianya.
Membangun manusia berarti mencapai manusia yang memiliki sikap-sikap yang
dituntut oleh zaman pembangunan dan agama, yang percaya pada diri sendiri,
manusia yang berakhlak dan mampu serta bersedia mengambil bagian dalam usaha
peningkatan kesejahteraan masyarakat yaitu menjadi manusia pembangun.45
Menurut Gary T.Hipp (, Pengembangan (Pembangunan) Masyarakat adalah proses
bertumbuhnya kemampuan suatu masyarakat untuk menyelesaikan sendiri segala
persoalan mereka dan untuk memegang kendali atas hidup mereka. Ini menghasilkan
pertumbuhan pribadi secara utuh (jasmani, jiwani, rohani dan sosial) dan perbaikan
dalam berbagai bidang kehidupan mereka, baik secara pribadi maupun secara
bersama-sama.46
Robert Moffit dalam Elliston (1989)mendefenisikan pembangunan sebagai
setiap aktivitas dari tubuh Kristus yang mendasarkan pada Alkitab untuk membawa
umat manusia mengalami rekonsiliasi menyeluruh dengan Tuhan, sesama dan
lingkungannya. Pandangan Moffit ini menekankan peran gereja sebagai tubuh
Kristus dan rekonsiliasi dalam tiga relasinya. Dengan demikian membangun
45
Soetrisno K.H dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun (Surakarta: Yayasan
Indonesia sejahtera, 1987). 12 46
Gary T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan., 30
28
masyarakat adalah tanggungjawab gereja dalam upaya memulihkan semua aspek
kehidupan manusia dihadapan Tuhan.47
Strategi Pembangunan Masyarakat Desa
Dalam pelaksanaan Pembangunan Masyarakat Desa, perlu
mempertimbangkan 3 hal yang terdiri dari Pendekatan masalah, strategi dan aspek
peran masyarakatnya (partisipasi masyarakat).
Penyelesaian masalah-masalah dalam masyarakat, dapat dilakukan melalui
pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
- Sektoral, yaitu pendekatan bidang demi bidang, tanpa memperhatikan dan
mengaitkan bidang lain, misalnya : pertanian, peternakan, kesehatan,
pendidikan dan sebagainya.
- Multi Sektoral, yaitu pendekatan dalam berbagai bidang sekaligus tanpa
memperhatikan pengkaitan bidang-bidang tersebut, misalnya : bidang
kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Kedua cara pendekatan diatas banyak dipakai dalam usaha-usaha pembangunan
tetapi kurang menguntungkan dalam pengembangan masyarakat, karena sifatnya yang
menitikberatkan pada pengembangan bidang-bidang tertentu. Pendekatan berikut ini
merupakan cara yang paling menguntungkan dalam usaha-usaha pembangunan
masyarakat yaitu pendekatan komprehensif yang dari satu bidang kegiatan, yang
sebelum dimulai harus selalu dipertimbangkan dan diperhatikan kaitan dan
hubungannya dengan bidang lain, dengan demikian suatu kegiatan yang sudah
dimulai dapat menimbulkan kegiatan di bidang lain, misalnya kegiatan di bidang
pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan akhlak masyarakatnya, sehingga
47
Elliston, Edgar J, Christian Relief and Development Workers for Effective Ministry (USA: Word
Publishing, 1989). 167.
29
dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan kesehatan dalam
menunjang kualitas pendidikan.48
Dalam menerapkan strategi pembangunan masyarakat desa, yang menjadi
penentu keberhasilannya adalah sejauhmana keterlibatan masyarakat itu sendiri dalam
pembangunan, dan apakah masyarakat tersebut dapat mencapai kemandirian dan
swadaya setelah melakukan strategi ini. Ada dua strategi pembangunan yang sering
di terapkan yaitu ;
1. Strategi dari atas ke bawah (top down)
Strategi ini dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa masyarakat belum mampu
memprakarsai pembangunan sendiri. Sebaliknya pemerintah atau lembaga
dianggap sebagai kelompok yang penuh dengan prakarsa dan kemampuan teknis
maupun kemampuan manajerial/administrasi. Dengan asumsi tersebut maka top
down yang diterapkan. Walau demikian ada dampak negatifnya terhadap
perkembangan sosial, terutama pada kemampuan masyarakat untuk berkembang
secara mandiri. Strategi ini dapat memperbesar ketergantungan masyarakat
kepada pihak penyelenggara, terkadang program-program tidak menyentuh
kepentingan masyarakat sehingga respon dan tanggungjawab mereka dirasakan
kurang.
2. Strategi dari bawah ke atas (Bottom up)
Secara aktif masyarakat diberi kesempatan untuk mengemukakan kehendak,
pendapat dan kebutuhan dalam upaya perencanaan pembangunan. Dengan
strategi ini masyarakat langsung terlibat dari mulai perencanaan, pelaksanaan,
hingga pengawasan. Melalui strategi ini diharapkan kemandirian dan swadaya
48
Soetrisno K.H dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun, 16
30
masyarakat akan berkembang. Beberapa kelebihan dari strategi ini antara lain
sebagai berikut :
Masyarakat dapat memberikan tanggapan, jawaban dan timbal balik positif
maupun negatif.
Masyarakat dapat mengemukakan dan menyalurkan aspirasinya
Akan terjadi kemufakatan (kompromi) secara terbuka antara masyarakat dan
pemerintah atau lembaga.
Komunikasi dan timbal balik antara pemerintah atau lembaga dan masyarakat
akan berjalan dengan baik.
Strategi ini dapat menjadi sarana pertukaran suatu kepentingan antara
masyarakat dan pemerintah atau lembaga.
Strategi ini dapat berjalan efektif bila di masyarakat tersebut ada organisasi yang
mampu menerima, menyerap dan mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat.49
Kedua strategi ini memang memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga strategi yang
baik adalah memadukan kedua strategi tersebut yaitu : pengembangan dari bawah
dengan bimbingan dari atas.
Dalam strategi pembangunan masyarakat desa, tentu masyarakat memiliki
peran serta dalam pelaksanaannya. jadi pelaksanaan program Pembangunan
Masyarakat ditinjau dengan aspek peran masyarakat dapat dikelompokkan menjadi 3
bentuk partisipasi masyarakat yaitu :
1. Pembangunan untuk Masyarakat (Development for Community) adalah bentuk
praktek pembangunan masyarakat yang pada dasarnya masyarakat hanya
menjadi obyek pembangunan karena inisiatif , perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan pembangunan dilaksanakan oleh pihak dari luar masyarakat.
49
Kusnaedi, Membangun Desa. 45, 46
31
Walaupun aktor dari luar ini telah melakukan penelitian, konsultasi dan
melibatkan tokoh setempat namun apabila keputusan dan sumberdaya
pembangunan berasal dari luar maka pada dasarnya masyarakat tetap menjadi
obyek pembangunan.
2. Pembangunan dengan Masyarakat (Development with Community) ditandai
secara khusus dengan kuatnya pola kolaborasi antara aktor dari luar dengan
masyarakat setempat. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama
dan sumberdaya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak. Bentuk
Pembangunan Masyarakat ini adalah yang paling popular dan banyak
diaplikasikan oleh berbagai pihak. Dasar pikiran pola ini adalah dapat
dikembangkannya sinergi dari potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam
upaya pembangunan juga diharapkan dapat mengembangkan rasa memiliki
terhadap inisiatif pembangunan yang ada sekaligus membuat proyek
pembangunan menjadi lebih efisien.
3. Pembangunan oleh Masyarakat (Development of Community) adalah proses
pembangunan yang baik inisiatif, perencanaan dan pelaksanaannya
dilaksanakan sendiri oleh masyarakat. Masyarakat menjadi pemilik dari
semua proses pembangunan. Peran aktor dari luar dalam kondisi ini lebih
sebagai sistem pendukung bagi proses pembangunan. Bentuk Pembangunan
Masyarakat seperti ini yang diidealkan oleh berbagai pihak khususnya LSM
dan pemerintah, namun dalam kenyataannya komunitas yag mampu
membangun dirinya sendiri tidaklah terlalu banyak. Dan untuk mengarah
pada bentuk pendekatan Pembangunan ini berbagai program peningkatan
kapasitas (Capacity Building) untuk masyarakat lokal harus banyak dilakukan
32
dengan harapan bila kapasitas masyarakat meningkat maka mereka akan
mampu membangun dirinya sendiri..
Ketiga pendekatan tersebut pada dasarnya memiliki tujuan akhir yang sama yaitu
perbaikan kualitas kehidupan dan kelembagaan masyarakat lokal, perbedaan yang
ada lebih pada sarana yang dipakai. Jadi efektifitas sarana ini sangat ditentukan oleh
konteks dan karakteristik masyarakat yang dihadapi.50
Perubahan sosial masyarakat menuju pembaharuan hidup
Tujuan pembangunan adalah pembangunan masyarakat dan manusia
Indonesia seutuhnya. Untuk mencapai hal ini maka pembangunan dilaksanakan
secara bertahap. Karena pembangunan itu adalah suatu proses maka pembangunan
dapat dilihat dan ditanggapi sebagai rangkaian pertumbuhan yang terus berjalan, oleh
karenanya pembangunan itu menuntut waktu yang panjang.51
Tujuan lain yang ingin
dicapai dalam pembangunan adalah adanya perubahan kepada keadaan yang lebih
baik. Jika demikian tujuan dari pembangunan dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, maka sebenarnya yang dimaksudkan
adalah perubahan sosial yang sebesar-besarnya untuk membebaskan manusia dan
masyarakat dari keadaan yang menurunkan kehormatan dan martabatnya.52
Kenyataan ini menuntut perubahan sikap dan kesediaan masyarakat untuk menerima
perubahan. Ini berarti masyarakat harus ikut serta dalam proses perubahan itu. Untuk
mencapai proses perubahan itu tentu dibutuhkan proses kesadaran, dan untuk
50
Penguatan Masyarakat dengan Program Community Development, oleh Mustakim Sirahtal.
http://mustaqim-sirathal.blogspot.com/2008/02/penguatan-masyarakat-dengan-program-cd.html, di
akses tanggal 9 Maret 2009 51
Musa Asy’arie dkk, Agama, Kebudayaan dan Pembangunan, Menyongsong era industri
(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988). 155. 52
Latuihamallo.P.D. Renungan suci tentang pembangunan. Pidato Dies Natalis STT Jakarta, 1975. 5
33
mencapai proses kesadaran maka masyarakat perlu mendapatkan pendidikan untuk
memperoleh pengetahuan akan manfaat pembangunan.53
Karena perubahan sosial masyarakat menuju pembaharuan hidup melalui
proses yang panjang, maka pendidikan akan nilai-nilai kristiani kepada masyarakat
harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan TK untuk mempersiapkan generasi
bangsa yang berintelektual dan berkarakter sebagai wujud menciptakan manusia
Indonesia yang seutuhnya di pedesaan. Wujud lain dari dampak pendidikan anak usia
dini yang telah dibarui adalah sebagai duta Kristus di tengah keluarga dan
masyarakatnya. Sehingga perubahan sosial masyarakat yang dicapai adalah
perubahan hidup keluarga dan masyarakat di dalam Kristus. Dan perubahan perilaku
ini akan membawa masyarakat juga kepada perubahan sosial ekonomi, budaya kepada
kehidupan yang lebih baik sebab Allah terlibat dalam perubahan itu dan memberkati
mereka senantiasa.
Selain itu cepat lambatnya proses perubahan perilaku dan moral anak-anak
sebagai generasi penerus bangsa adalah kualitas sekolah dan guru. Dimana guru
dihargai sebagai alat kemajuan pembangunan yang dapat membawa keluar dari
kemiskinan penghidupan masyarakatnya. Tetapi sangat disayangkan masih saja ada
masyarakat yang belum menghargai sekolah itu sebagai alat untuk menyesuaikan
kepada perubahan dan membangun masyarakatnya dari dalam masyarakat itu sendiri.
Pendidikan kepada masyarakat adalah dalam rangka membawa masyarakat
pada perubahan hidup (sosial). Untuk mencapai perubahan sosial tentu dimulai dari
dalam diri masyarakat yaitu masyarakat terlebih dahulu mengalami pembaharuan
hidup di dalam Kristus, seperti yang dikatakan oleh Paulus (1 Kor 5:6-8; Kol 3:9)
53
Soetrisno K.H dan Mary Johnston, Membina Masyarakat Membangun, 42.
34
yang menekankan tiga hal mengenai pembaruan, pertama, bahwa orang yang telah
didalam Kristus diciptakan mejadi manusia baru, kedua, sebagai manusia baru
mereka harus tetap berusaha membaharui dirinya, karena ia berada di tengah-tengah
masyarakat yang penuh dengan godaan, dan Ketiga, bahwa manusia baru itu
senantiasa dibaharui hari demi hari (bnd. 2 Kor 4:16). Tentu proses pembaharuan dari
hari ke hari membutuhkan pertolongan Tuhan karena tindakan pembaruan itu adalah
karya Roh Kudus.
Masyarakat akan mengalami perubahan apabila setiap keluarga kristen
yang hidup di dalam komunitas masyarakat berinteraksi, terlibat dalam kegiatan
masyarakat, bukan mengasingkan diri secara eksklusive. Adalah suatu kenyataan
bahwa tidak seorangpun dapat menjadi Kristen dengan mengasingkan diri dan hanya
berhubungan dengan Allah.. sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus terhadap
perempuan yang baik hati (Luk 10:29-37) bahwa arti ‘sesama’ dalam Injil adalah
mereka yang biasa kita curigai, abaikan dan hindari. Keluarga tidak akan dapat
sepenuhnya menyadari potensi mereka hanya oleh dan di dalam keluarga itu sendiri;
ini hanya dapat terjadi dalam hubungan keluarga dengan masyarakat sebagai suatu
keseluruhan.54
Menurut Leckey dalam Marjorie l. Thompson (2001) bahwa
pelayanan menjangkau masyarakat sama pentingnya dengan identitas keluarga
Kristen dalam doa dan ibadah. Karena itu setiap keluarga Kristen adalah pelopor
pembangunan rohani di pedesaan melalui ibadah keluarga dan terus menjangkau
keluarga-keluarga lain dalam bentuk persekutuan rumah tangga. Demikian pula yang
dijelaskan oleh Latuihamallo (1975), bahwa persoalan yang sangat fundamental dari
pembangunan adalah perubahan, dan ini dapat terjadi apabila gereja dan orang kristen
dapat menggarami masyarakat sehingga perubahan yang baik dapat tercapai.”How to
54
Marjorie l. Thompson, Keluarga sebagai pusat pembentukan. Sebuah visi tentang peranan keluarga
dalam pembentukan rohani (Jakarta: PT. BPK. Gunug Mulia, 2001). 120
35
permeate society dengan keyakinan dan tindak Kristen”.55
Dan perubahan itu harus
bermula padaq manusia itu sendiri.
Pendidikan dan Anak
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Masa Kanak-kanak
Masa kanak-kanak adalah masa “internalisasi” dalam pengertian
merekam. Semasa kanak-kanak, aneka macam pengalaman, kesan, pengetahuan
direkam ke dalam benak. Ternyata pengalaman, kesan dan pengetahuan itu
mengandung tata nilai (values) tertentu. Nilai-nilai yang direkam itu tentu ada yang
baik dan ada pula yang buruk semuanya ternyata direkam, bagaikan orang merekam
suatu obyek ke dalam film di kamera atau merekam gerakan lewat kamera video.
Yang dimaksud masa kanak-kanak umumnya berlaku di kalangan Sekolah Minggu,
yaitu berkisar 4 – 5 tahun sampai usia 11 – 13 tahun, atau sama dengan masa Taman
Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Masa prasekolah (umur 2 – 6 tahun) dan masa
sekolah (umur 6 – 12 tahun).56
Brant Myer (1992) dalam buku Misi Holistik menunjukkan bahwa di
Amerika Serikat hampir 85 % dari orang-orang yang mengambil keputusan untuk
menerima Yesus terjadi pada usia antara 4 sampai 14 tahun dan diluar AS 60% dari
antara mereka melakukan hal yang sama. Ini menunjukkan bahwa anak-anak dan
kaum muda sesungguhnya merupakan “ladang dunia yang paling banyak
55
Latuihamallo.P.D, Renungan suci tentang pembangunan. Pidato Dies Natalis STT Jakarta, 1975. 20 56
Abednego.B.A, Mempersiapkan Anak dan Remaja menghadapi era globalisasi; Pelita Zaman Vol 8
No.2, 1993. 106
36
menghasilkan buah”, penelitian ini kemungkinan besar dapat menjadi representatif
akan kondisi anak-anak di dunia.57
Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menentukan dalam
pembentukan intelektual dan karakter anak. Yang sulit pada masa kanak-kanak
adalah kesan yang mereka terima sangat dalam, sedangkan kesanggupan mental dan
pengalaman hidup untuk mengolah pengalaman negatif belum ada. Karena itu sangat
penting bahwa mereka diberi pengertian dan pendidikan usia dini berhubungan
dengan Allah, yang sungguh sesuai dengan pandangan Alkitab. Menyanyi dan berdoa
secara sederhana dengan anak kecil merupakan kegiatan yang sungguh membangun.
Dan ini yang paling bertanggungjawab adalah orang-orang yang paling dekat dan
dipercaya oleh anak-anak yaitu orang tua/keluarga dan guru TK.
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (2006) juga
menyadari akan hal ini, masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menentukan
masa depan bangsa dalam membentuk anak sejak usia dini, karena itu pentingnya
pendidikan TK :
Pertama, Pendapat ahli psikologi usia dini (0 – 9 tahun) adalah usia emas (Golden
Age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang. Fase ini sangat menentukan
untuk pengembangan kualitas manusia selanjutnya.
Kedua, Perkembangan otak (brain development) menjadi perhatian penting dalam
pengasuhan dan pengembangan anak usia dini. Melalui otak seseorang mengenal
dunianya, menyerap semua informasi dan pengalaman-pengalaman baik yang sifatnya
menyenangkan maupun menyakitkan.
57
Presentasi dari makalah yang disajikan pada Retreat Kepemimpinan Eksekutif EFMA September
1992. Bryant Myers,”The State of the World’s Children: A Strategis Challenge to the Christian
Mission in the 1990’s (Glen Eyrie, 1992).. Tim Pubilkasi ICDS, Misi Holistik (Jakarta-Bandung:
Penerbit ICDS, 2003). 78
37
Ketiga, Pada saat lahir, otak bayi sudah memiliki sekitar 100 miliar sel otak atau
neuron dan atau telah mencapai jumlah 75% dari jumlah sel-sel otak manusia dewasa.
Perkembangan otak menjadi sempurna melalui pengalaman dari hari ke hari yang
dialami oleh anak tersebut. Anak perlu diberi perhatian dan rangsangan khusus,
dengan cara memberikan pengalaman yang berharga sehingga dapat memperkuat
perkembangannya.
Keempat, Penelitian Bloom dikemukakan bahwa perkembangan intelektual anak
terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. sekitar 50% variabilitas
kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun, peningkatan 30%
berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir
dasawarsa kedua.
Kelima, Hasil penelitian Ditdiknas, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, tahun 2000
menunjukkan bahwa semua aspek perkembangan anak baik bahasa, kecerdasan,
sosial, motorik, moral, perasaan, daya cipta dan kedisiplinan anak didik dari TK
memiliki kontribusi terhadap kesiapan belajar siswa SD Kelas 1.
Keenam, Penelitian oleh Balitbang Depdiknas menunjukkan hampir pada seluruh
aspek perkembangan anak yang masuk TK mempunyai kemampuan lebih tinggi dari
pada anak yang tidak masuk TK di kelas 1.58
Kebutuhan anak-anak
Anak-anak adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu
berinteraksi dengan lingkungannya, lingkungan itu dapat dibedakan lingkungan fisik
dan lingkungan sosial, dalam lingkungan sosial dia berinteraksi dengan orang lain
dimulai dari interaksi dengan orang tua, anggota keluarga, teman sebaya dan
58
Diktat: Kebijakan dan Program Pengembangan TK, Direktorat Pembinaan TK dan SD, Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas, 2006) 6,7.
38
masyarakat sekitarnya. Karena itu dalam perkembangan sosialnya anak
membutuhkan pergaulan dalam proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya
merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana
seharusnya dia hidup dalam kelompoknya, baik kelompok kecil maupun kelompok
besar. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan anak menjadi semakin
kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi
amat kompleks. Pada akhirnya pergaulan sesama manusia menjadi suatu kebutuhan.59
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak juga membutuhkan
perhatian secara menyeluruh (holistik). Seluruh bidang hidupnya perlu dipenuhi
untuk membentuk manusia yang utuh di masa dewasanya. Disini Andar Ismail
(1996) menguraikan beberapa kebutuhan anak. Berbagai kebutuhan anak-anak yang
perlu dipikirkan sebagai berikut : pertama, kebutuhan jasmaniah-biologis : anak perlu
makan, minum, rumah dan lainnya. kedua, kebutuhan rasa aman dan terjamin.
Ketiga, kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa dihargai. Pada prinsipnya anak-anak
membutuhkan kasih, teman bercakap-cakap atau teman mendengar, contoh untuk
bertindak, menemukan bakatnya, waktu untuk bersama-sama, dan teman untuk
melakukan tindakan yang berani sehingga dapat membanggakan dirinya. Keempat,
kebutuhan untuk aktualisasi diri atau penjelmaan diri. Kelima, kebutuhan akan
kehadiran Tuhan. Sementara anak-anak berhak mendapatkan berita keselamatan
dalam Yesus Kristus. Jadi, kegiatan penginjilan dan pelayanan anak dapat
mengisinya. Kegiatan penginjilan mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka : dengan
membacakan cerita injil kepada mereka, bernyanyi bersama-sama, melihat/menonton
kartun-kartun Alkitab bersama-sama, merayakan ulang tahun dengan kemasan
kristiani bersama, bertamasya bersama, olahraga bersama, bermain dalam pemberian
59
Tim Dosen, Diktat Perkembangan peserta didik (Medan: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
1999). 64.
39
hadiah-hadiah pada hari-hari special dan lainnya. Keenam, kebutuhan pendidikan
anak, yaitu pelayanan pendidikan dan pengajaran melalui pendidikan formal seperti
Taman kanak-kanak kristen, pelayanan pemeliharaan (misalnya bagi anak Yatim
piatu), pelayanan pembelaan (untuk anak cacat dan anak miskin), pelayanan
perlindungan (bagi perilaku kejam, perkosaan dan anak korban kejahatan orang
dewasa) dan pelayanan aspek lainnya.60
Pemenuhan akan kebutuhan anak diatas dapat dilaksanakan oleh gereja-
gereja dan lembaga-lembaga kristiani melalui pendidikan formal seperti Taman
Kanak-kanak Kristen yang memiliki metode mengajaran, pengalaman dan fasilitas
yang dimana kurang dapat dipenuhi dalam lingkungan keluarganya. Jadi sekolah TK
merupakan partner Allah bersama dengan keluarga, gereja dan masyarakat dapat
membimbing anak untuk mengaktualisasikan seluruh potensinya di tengah
masyarakat.
Sebenarnya yang melandasi semua kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
anak adalah “Kasih tanpa syarat”, sebab tanpa kasih (cinta) semua perhatian dan
pemberian akan hampa. Menurut Theo Riyanto dan Martin Handoko (2005) bahwa
anak-anak yang merasa dicintai akan mampu memandang dan memperlakukan orang
lain dengan cinta dan perhatian, memperlakukan orang lain secara etis, anak akan
memandang teman-temannya juga pantas dihargai, dicintai dan diperhatikan seperti
dirinya.61
Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa cinta kita kepada anak-anak
adalah cinta tanpa syarat? Pertama, tunjukkan cinta tanpa syarat kita dengan
menciumnya, merangkulnya, membopongnya, mendekapnya dan sampaikan kata-kata
positif. Kedua, dasarkan cinta kita pada siapakah dia bukan pada apa yang mereka
60
Andar Ismail, Dasar-dasar Teologis pelayanan untuk anak, Pelita Zaman Vol 11, No. 1 (1996).26 61
Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Anak Usia Dini. Tuntunan Psikologis dan
Paedagogis bagi pendidik dan orang tua (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004). 77
40
perbuat. Ketiga, tunjukkan rasa penerimaan dan pengalaman didukung secara positif
setiap hari. Keempat, cari kesempatan yang tepat untuk menghargai perilaku positif
mereka. Kelima, tegur perilaku negatif mereka, sekaligus tunjukkan bahwa cinta kita
tidak berdasarkan pada perilaku mereka.62
Dorothy Law Nolte dalam Dan Brewster (2005) menjabarkan bagaimana
kehidupan kita kepada anak akan memberi dampak pada perilaku mereka.
It really is true that children learn what they live. As Dorothy Law Nolte reminded us
If a child lives with criticism, he learns to condemn
If a child lives with hostility, he learns to fight
If a child lives with ridicule, he larns to be shy
If a child lives with shame, he learns to feel guilty
If a child lives with encouragement, he learns confidence
If a child lives with praise, he learns to appreciate
If a child lives with fairness, he learns justice
If a child lives with security, he learns to have faith
If a child lives with approval, he learns to like himself
If a child lives with acceptance and friendship, he learns to find love in the world63
Seorang Anak juga memiliki hati dan hati ini hanya bisa dipenuhi dengan
kehadiran Tuhan, karena itu anak akan membutuhkan pengenalan akan Allah sebagai
dasar imannya dikemudian hari. Dasar konsep tentang siapakah Allah juga terbentuk
dalam diri anak pada usia dini. Seorang anak merasakan bagaimana sikap orang
dewasa dalam lingkungannya terhadap Allah. Kalau orang tua, guru sekolah dan guru
sekolah minggu mengasihi dan menghormati Allah, berdoa kepadaNya dan menaati
firmanNya, anak mengambil kesimpulan “Allah itu baik dan mengasihi saya juga.
62
Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Anak Usia Dini, 78 63
Dan Brewster, Child, Church and Mission, 20
41
Saya mau taat kepadaNya. Ia memberi segala sesuatu yang baik. Saya boleh
berbicara dengan Allah dan Ia akan mendengar saya”. Tetapi kalau orang tua dan
guru menyebut nama Tuhan Allah hanya untuk mengancam atau menakuti anak
supaya menurut, Allah kemudian hanya dipandang oleh anak sebagai hakim yang
kejam. Hal ini menimbulkan ketakutan pada anak dan akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan rohaninya setelah dewasa.64
Dengan mengetahui berbagai kebutuhan
anak, maka setiap orang tua, keluarga, guru, gereja dan masyarakat sangat perlu
memohon pimpinan dan hikmat dari Tuhan untuk bisa memenuhi kebutuhan anak
sesuai dengan terang Firman Allah.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Kata education dalam bahasa inggris yang kita artikan sebagai pendidikan
itu berasal dari kata kerja to educate (latin: educare), yang berarti : “mengembangkan
manusia dari masa kanak-kanak untuk membentuk kebiasaan, kelakuan dan
kemampuan intelektual serta melatih disiplin sehingga mengembangkan kemauan,
rasa dan kecenderungan tertentu.” Kata education juga dapat dikatakan berasal dari
kata kerja to educe (latin: educere) yang berarti : “menimbulkan atau
mengembangkan sesuatu yang sudah ada (pada manusia) dari kondisi potensialnya.65
Pendidikan anak usia dini adalah merupakan tanggungjawab pemerintah
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Karena itu melalui undang-
undang Sisdiknas kedudukan pendidikan anak usia dini memiliki kesetaraan dan hak
untuk diselenggarakan oleh masyarakat.
64
Ruth Laufer dan Anny Dick, Pedoman Pelayanan Anak.. YPPII Dep.Pembinaan Anak dan Pemuda
(Surabaya: Bahtera Grafika, 1993). 24. 65
Judowibowo Poerwowidadgo, Pendidikan, pembangunan dan masa depan bangsa (Jakarta: PT.BPK.
Gunung Mulia, 1994). 21.
42
Defenisi pendidikan anak usia dini telah dirumuskan dalam Undang-
undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (28) sebagai
berikut :
(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal
(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman
kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang
sederajat.
(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.66
Tujuan yang ingin di capai dalam Pendidikan Anak Usia Dini adalah :
Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik
yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif,
bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki Pendidikan Dasar.67
Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini adalah :
1. Mengenalkan peraturan dan disiplin pada anak.
2. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
3. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.
4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
66
Himpunan peraturan perundang-undangan, UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Bandung: Penerbit Fokusmedia, 2006). 15. 67
Diktat: Kebijakan dan Program Pengembangan TK. 8.
43
5. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki
anak.68
Tujuan Pendidikan anak Usia Dini harus memenuhi tuntutan yang
digariskan oleh Tujuan Pendidikan Nasional yaitu membangun manusia Indonesia
yang seutuhnya. Dan pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya harus dimulai
dari awal hidup manusia (masa kanak-kanak) sampai akhir hidupnya, karena
pendidikan harus dijalani sepanjang hidup sampai manusia mencapai manusia yang
seutuhnya..
Untuk mencapai kualitas manusia yang utuh menurut Judowibowo
Poerwowidadgo (1994) adalah meliputi pembinaan keseluruhan atau keutuhan
manusia sebagai manusia yang memiliki 5 aspek yaitu :
1. Aspek fisik
2. Aspek psikis atau mental
3. Aspek ratio, intelektual atau akal budi
4. Aspek sosial, dan
5. Aspek spiritual.
Kelima aspek ini tidak berdiri sendiri melainkan suatu kesatuan dan saling pengaruh
mempengaruhi dalam arti bila salah satu aspek tidak terpenuhi akan mempengaruhi
aspek lainnya.69
Peranan Pemerintah dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Dalam hal ini pemerintah menyadari akan pentingnya pendidikan dalam
rangka membangun manusia Indonesia yang seutuhnya serta menyiapkan generasi
bangsa yang bermoral dan mampu menghadapi tantangan kemajuan zaman, karena itu
68
Ibid. 69
Judowibowo Poerwowidadgo, Pendidikan, pembangunan dan masa depan bangsa, 20.
44
pemerintah melalui undang-undang memberikan perlindungan terhadap hak-hak
setiap warga Negara dalam memperoleh pendidikan. Dasar-dasar hukum bagi anak-
anak yang berhak memperoleh pendidikan adalah :
o Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) :”Tiap-tiap Warga Negara
berhak mendapat pengajaran”.
o Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nsional
(SISDIKNAS) Pasal 5 ayat (1) :”Setiap Warga Negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
o Undang-undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 49
:”Negara, Pemerintah, Keluarga dan Orang tua wajib memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh
pendidikan”.
Kendala yang dihadapi dalam peningkatan pendidikan Anak Usia Dini adalah :
Kurangnya kesadaran orang tua dan masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan TK
Kurangnya tenaga Guru PGTK karena kurang diminati dan masih sangat
sedikit sekolah kejuruan PGTK yang didirikan oleh pemerintah dan
swasta.
Banyak Guru PGTK yang gajinya masih belum mencukupi, kurang
motivasi dan tidak terlatih.
Jutaan anak-anak membutuhkan bantuan keuangan untuk mendapatkan
dana pendidikan.
Dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan tersebut, pemerintah
berupaya membuat perundang-undangan dan mewajibkan setiap institusi-institusi
pemerintah maupun lembaga atau swadaya masyarakat yang bergerak dibidang
45
pendidikan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah seperti Amanat UUD 1945 dan Undang-undang RI Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu upaya pemerintah adalah dalam
hal pendanaan berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat (4) : Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendpatan
belanja Negara serta dari anggaran pendapatan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.
Dalam hal peningkatan kualitas pelaksanaan pendidikan dan kurikulum,
menugaskan kepada Direktorat Pembinaan TK dan SD melalui PERMEN RI Nomor
14 tahun 2005 : Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, bimbingan
teknis, supervise dan evaluasi di bidang pembinaan TK dan SD.70
Kebijakan dan program pengembangan yang ingin dicapai oleh
Departemen Pendidikan Nasional adalah :Peningkatan Akses dan Keadilan yang
terdiri dari71
:
1. Meningkatkan APK TK 40% (2009) dan APM TK 30% (2010)
2. Pembangunan unit TK baru (Kabupaten/kota, kecamatan dan
pedesaan).
3. Perintisan pengembangan TK dan SD satu atap
4. Penyediaan dan peningkatan sarana prasarana TK
5. Pengambenagan TK dan SD bertaraf internasional.
6. Penyediaan berbagai alternative layanan pendidikan TK
Membangun Pendidikan Anak di pedesaan
70
Diktat: Kebijakan dan program Pengembangan TK Depdiknas, 17 71
Diktat: Kebijakan dan Program Pengembangan TJ Depdiknas, 18
46
Pada tahun 2007, kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia secara
umum masih sangat memprihatinkan. Meskipun jumlah penduduk miskin mengalami
penurunan yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 jumlah penduduk
miskin 39,05 juta menurun untuk tahun 2007 menjadi 37,17 juta atau 16,58 persen
dari total penduduk indonesia selama periode bulan Maret 2006 – 2007, tetapi tidak
memberikan perubahan yang signifikan terhadap kemiskinan meski berbagai usaha
telah dilakukan.72
Bukan saja masalah kemiskinan yang menunjukkan keprihatinan
tetapi juga keadaan pembangunan pendidikan Indonesia perlu dicermati saat ini
karena berdasarkan EFA Global Monitoring Report 2008, laporan tim EFA akhir
2007 menyatakan, posisi EFA Develompment index (EDI) Indonesia ada pada
rangking 62 dari 129 negara yang disurvey. Prestasi ini menurun jika dibanding
posisi 2002, rangking ke-58 dari 121 negara.73
Bila melihat data-data tersebut diatas, maka yang menjadi keprihatinan
pemerintah adalah tingkat kemiskinan dan pendidikan yang semakin merosot yang
tidak menunjukkan kearah kemajuan. Sebenarnya kondisi ini mencerminkan keadaan
ekonomi sosial dan pendidikan masyarakat di pedesaan bukan di perkotaan karena
70% masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan sehingga angka-angka tersebut
menunjukkan permasalahan-permasalahan di pedesaan. Yang menjadi masalah
adalah jumlah kemiskinan yang begitu besar dan tingkat kesenjangan yang amat tajam
serta ketidakadilan yang bersumber dari berbagai kebijakan pemerintah masa lalu,
seperti kebijakan pembangunan industri, perumahan, transportasi, kesehatan dan
72
Oleh Mustakim Sirathal, Penguatan Masyarakat dengan program Community Development.
http://mustaqim-sirathal.blogspot.com/2008/02/penguatan-masyarakat-dengan-program-cd.html, di
akses tanggal 10 Maret 2009
73
Yang dimaksud EFA adalah laporan pencapaian Program Education For All. Kaji ulang indikator
pembangunan pendidikan. Tim koordinasi penanggulangan kemiskinan.
http://tkpkri.org/berita/berita/kaji-ulang-indikator-pembangunan-pendidikan-20080425431.html. di edit
22 Pebruari 2009)
47
pendidikan yang selalu menguntungkan masyarakat kaya. Pemiskinan tidak hanya
terjadi dalam kehidupan ekonomi saja tetapi juga terjadi pada aspek budaya.
Pemiskinan budaya dimulai dari biaya pendidikan yang semakin mahal sehingga
hanya golongan orang-orang kaya saja yang bisa menikmati pendidikan yang
berkualitas. Akhirnya masyarakat yang tidak mampu menikmati pendidikan dan
bahkan semakin terpuruk kondisinya.74
Jika demikian bagaimanakah seharusnya pemenuhan pendidikan
khususnya pendidikan anak di pedesaan dapat ditingkatkan ? adalah tugas dan
tanggungjawab gereja, lembaga-lembaga kristiani untuk berpartisipasi dalam
pembangunan pendidikan di pedesaan. Sejauhmana gereja berperan dalam
pembangunan di pedesaan. Bila melihat ulasan dari hasil penelitian yang
dipublikasikan oleh Stevri I Lumintang (2006) tentang sejauhmana peran gereja Injili
terhadap kesejahteraan sosial masyarakat mengatakan hanya ada 47,36% yang
mengadopsi dan menyekolahkan anak-anak dari keluarga miskin, baik yang beragama
Kristen, maupun bukan Kristen. Sedangkan yang 52, 63% hanya mengadopsi dan
menyekolahkan anak-anak dari keluarga yang miskin saja. Ada 54.54% responden
yang mengadopsi daerah-daerah yang miskin sebagai proyek misi mereka yang
bersifat holistik. Didaerah-daerah tersebut, para responden bersama lembaga yang
dipimpin, terlibat dalam upaya mensejahterakan penduduk di daerah-daerah
tersebut.75
Untuk itu pemerintah, gereja dan lembaga kristiani, keluarga dan
masyarakat setempat perlu menyadari bahwa untuk membangun perekonomian dan
pendidikan bangsa adalah dimulai dari desa, bukan yang selama ini sentralisasi
74
74Oleh Mustakim Sirathal, Penguatan Masyarakat dengan program Community Development.
http://mustaqim-sirathal.blogspot.com/2008/02/penguatan-masyarakat-dengan-program-cd.html, di
akses tanggal 10 Maret 2009
75
Stevri I. Lumintang, Misiologi Kontemporer, 330
48
pendidikan selalu berpusat di perkotaan. Demikian juga untuk mempersiapkan
generasi yang cerdas dan berkarakter agar tidak tertinggal dengan Negara-negara lain
tentu dimulai dan tidak mengabaikan pembangunan pendidikan anak usia dini.
Membangun pendidikan anak di pedesaan dapat dilakukan secara formal
yaitu melalui pendidikan Taman Kanak-kanak dan pendidikan informal melalui
kehidupan keluarga. Pendidikan yang sesungguhnya adalah pendidikan berbasis
keluarga, dimana anak memulai belajar dari orang tua dan keluarganya. Bagaimana
keadaan keluarga juga akan memberikan pengaruh perkembangan anak. keluarga
yang berstatus sosial ekonomi yang baik akan mampu menyediakan lingkungan yang
baik untuk perkembangan anak-anak dirumah karena adanya dukungan sarana dan
fasilitas penunjang lebih memudahkan anak-anak belajar, juga kemampuan
penyediaan makanan bergizi sedikit terpenuhi dibanding yang berekenomi rendah.
Demikian juga dengan status pendidikan dari orang tua dan anggota keluarga akan
memberikan pengaruh terhadap perkembangan bahasa dan intelektual anak, dimana
dalam berkomunikasi dengan anak sedikit mampu memberi jawaban terhadap rasa
ingin tahu anak pada hampir semua bidang. Karena itu gambaran keadaan
pendidikan anak di desa dan di kota dapat di ukur dari keadaan keluarga dipedesaan
dengan diperkotaan bagaimana keadaan status sosial ekonomi dan pendidikan
keluarga.76
Selain itu pendidikan anak di pedesaan semakin diperlengkapi
pendidikannya melalui peran Taman Kanak-kanak masuk desa.
Kita perlu menyadari bahwa seorang anak belum dapat hidup mandiri dan
belum mampu mengambil keputusan sendiri, apalagi dengan keadaan ekonomi sosial
dan pendidikan keluarganya sangat rendah akan membuat sang anak tidak ada
pegangan atau panutan sehingga anak sangat bergantung kepada orang lain dan
76
Tim Dosen, Diktat Perkembangan peserta didik, 73
49
lingkungannya seperti rumah, sekolah, gereja, kerabat dan kebijakan pemerintah.
Kehidupan dirumah akan mempengaruhi anak. Jika hubungan orang tua kurang
harmonis maka akan mempengaruhi kejiwaan anak, jika gereja tidak punya program
pembinaan anak yang baik maka akan mempengaruhi perumbuhan rohani anak. kalau
sekolah guru-gurunya tidak mempersiapkan pengajaran dengan baik dan memberikan
teladan maka akan mempengaruhi anak. kerabat dan kebijakan pemerintah juga
mempengaruhi anak. anak tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, ada konteks
lingkungan yang mempengaruhi dia. Selain dipengaruhi maka anak bisa
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya misalnya orang tuanya walaupun pengaruh
anak kepada lingkungannya kadang–kadang bisa kecil dan besar.77
Peranan Taman Kanak-kanak Masuk Desa terhadap Orang tua, Keluarga dan
Masyarakat
Dampak Pendidikan anak terhadap Orang tua, Keluarga dan Masyarakat.
Orang dewasa seringkali meremehkan atau mengabaikan peranan anak-
anak dalam hidup kesehariannya., tetapi Allah dapat memakai anak-anak dalam
rencana agungNya. Anak-anak yang telah mengalami perubahan hidup dalam Kristus
dapat berperan “sentral” dalam sejarah keselamatan Allah. Anak-anak dapat
dipersiapkan dan dipakai Allah untuk menggenapi rencanaNya. Berbagai contoh
tentang sentralitas anak dalam penggenapan rencana keselamatan Allah dapat dilihat
dalam : (1) Perjanjian kepada Abraham (Kej 12:1-7; 15:1-6;17:1-9). Allah berbicara
tentang “keturunan” yang akan menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi. (2)
Musa “diambil” oleh Allah dari sungai Nil sewaktu masih bayi. (3) Samuel
“diserahkan” kepada Allah bahkan sejak sebelum dikandung (1 Sam 1:11). (4) Daud
77
Hans Geni Arthanto, Modul Pembinaan Keluarga, 44)
50
“dipilih” untuk menjadi raja Israel sewaktu ia masih muda (I Sam 16:11). Yohanes
Pembaptis “ditentukan” sebagai perintis jalan bagi Kristus sejak sebelum
kelahirannya (Luk 1:13-22). Penggenapan berbagai janji tentang “keturunan”
perempuan itu terjadi dalam kelahiran Tuhan Yesus (Mat 1:21; Luk 1:28-35).78
Demikian juga fakta-fakta lain seperti Polykarpus (murid Yohanes) yang mati martir
pada umur 90 tahun, menerima Yesus pada umur 9 tahun; Abraham Lincoln Presiden
AS pemberantas perbudakan, mengenal Yesus secara pribadi pada umur 5 tahun;
Mathew Henry, penulis tafsiran Alkitab menerima Yesus pada umur 10 tahun;
Ignatius Loyola, menerima Yesus pada umur 7 tahun.79
Jadi peran sentral ini sebenarnya berlaku bagi setiap anak, dan orang tua,
keluarga, masyarakat dan guru berperan serta dalam penggenapan rencana Allah yang
indah dalam diri anak. Untuk mencapai itu keberhasilan keluarga, masyarakat dan
sekolah dalam mendidikan anak turut serta mempersiapkan rencana agung Allah
dalam diri anak tersebut di kemudian hari. Jadi pendidikan anak sejak usia dini dan
pendidikan dalam keluarga dapat memberikan dampak yang besar setelah dewasa
baik kepada keluarga, masyarakat dan bahkan dunia.
Bila anak-anak dimenangkan bagi Kristus melalui pendidikan Taman
Kanak-kanak, dia dapat bersaksi dalam perkataan dan perbuatan kepada keluarga dan
masyarakat, walau mungkin dampaknya tidak terlalu besar tetapi perubahan tingkah
laku yang baik akan membuat orang tua dan masyarakat senang dan mengasihinya.
Dalam kesehariannya dia dapat berdoa sederhana tapi sungguh-sungguh, dalam
imannya yang sederhana karya Allah juga dapat dinyatakan dengan tanda mukjizat
78
Tri Budiarjo, Anak sebagai People Group dalam Misi. Misi Holistik, 101. 79
Iswara Rintis, Keluarga di dalam Tuhan. Buku Murid-Pemuda (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,
2005). 32.
51
dan tanda heran sehingga dapat membawa keluarganya pada pertobatan. Dia dapat
menceritakan ulang tentang apa yang telah didapatkan di dalam pelajaran TK tentang
berbagai keterampilan dan nilai-nilai moral yang diajarkan. Biasanya ekspresi anak-
anak yang tulus dan cinta kepada Kristus dalam kesehariannya adalah bernyanyi
(memuji Tuhan) secara spontan baik dijalan, dirumah maupun sekolah. Hal inipun
menjadi kesaksian yang indah bagi semua orang yang mendengarnya.
Firman Tuhan memberi kesaksian, bahwa dalam mulut bayi dan anak-anak
Allah telah menaruh puji-pujian, untuk membungkamkan musuh (Mzm 8:3). Firman
ini digenapkan dalam Bait Allah, pada waktu anak berseru :”Hossana bagi Anak
Daud” (Mat 21:15). Orang Farisi menjadi jengkel, tetapi Tuhan Yesus berkata kepada
mereka :”Belum pernahkah kamu baca : Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang
menyusui Engkau telah menyediakan puji-pujian (Mat 21:16). Tuhan Yesus sendiri
kemudian mengutip Mzm 8:3 untuk membungkam mulut para imam dan ahli
Taurat.80
Yesus sendiri sangat menghargai anak-anak dan mengecam orang-orang
yang menganggap remeh anak-anak (Mat 18:1-6). Kenyataan adalah kadang-kadang
orang dewasa tanpa sadar menghalangi dan enggan untuk mendidik dan membimbing
anak bertemu dengan Tuhan Yesus dengan berbagai alasan seperti :
o saya tidak mempunyai waktu untuk persiapan
o saya tidak mempunyai bakat untuk mengajar anak
o anak terlalu kecil untuk mengerti pelajaran
o anak terlalu nakal untuk diatasi
o anak belum dapat percaya
80
Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan Anak, 76.
52
o dan masih banyak alas an yang lain81
Peranan Guru terhadap Orang tua,Keluarga danMmasyarakat
Ada pandangan bahwa pendidikan Taman Kanak-kanak tidak terlalu
penting untuk dilaksanakan karena membuang waktu dan biaya dan tidak akan
memberikan pengaruh dasar kepada anak-anak, pendidikan lebih penting pada usia
yang telah dewasa saja. Pandangan ini adalah salah, sebab seorang Guru Taman
Kanak-kanak akan meletakkan pondasi yang kokoh bagi anak untuk tempat dia
berpijak di kala dewasa. Seumpama sebuah rumah yang indah, bagus dan mewah
tidak berarti apa-apa saat badai, angin datang menerpanya akan hebat kehancurannya
(Mat 7 : 24-27 ), dijelaskan lagi bahwa pondasi adalah kebijaksanaan, dengan
pendidikan anak sejak usia dini adalah menanamkan kebijaksanaan dalam diri anak
sehingga anak disaat krisis sanggup mengambil pertimbangan-pertimbangan sesuai
dengan nilai-nilai kristiani yang telah ditanamkan.
Memang orang dewasa tidak banyak dipengaruhi oleh anak-anak. Tetapi
adalah anak yang berani yang menceritakan kepada ibunya bahwa cara-cara
memelihara rumah adalah salah, dan anak yang pandai yang akan membuat ibunya
yakin. Mereka menjadi besar dimasyarakat, dan sebelum dewasa mereka digembleng
oleh pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, dan selama mereka
bersekolah mereka tetap berada dalam pengaruh tersebut. Dalam keadaan inilah guru
mencoba mempengaruhi tingkah laku masyarakat melalui anak-anak yang telah
mendapatkan pendidikan nilai-nilai sosial dan karakter.82
Ada rumah tangga yang menunjang perkembangan anak, ada juga situasi
yang menghalangi perkembangan anak, khususnya jika orang tua berselisih atau
81
Ibid, 18 82
Surjadi. A, Pembangunan Masyarakat Desa (Bandung: Penerbit alumni, 1979).. 148.
53
bertengkar. Ada anak yang dimanja, yang lain kurang mendapat perhatian. Ada anak
yang dididik dengan tertib, ada yang serba boleh. Kunjungan guru terhadap anak dan
keluarganya dirumah akan menolong guru untuk mengerti keadaan anak sewaktu
dikelas, karena ada kaitan dengan cara hidup mereka di rumah.83
Peranan guru TK sebagai tokoh pendidik sering dihormati dan dihargai
oleh orang tua murid dan masyarakat, sehingga para orang tua dan masyarakat cukup
mudah dan terbuka untuk menerima saran-saran atau nasehat-nasehat yang
disampaikan oleh gurunya, sebab seorang guru juga sering dikatakan sebagai “sahabat
keluarga” atau pengganti orang tua disaat orang tua tidak berada ditempat 84
Guru yang menjadi panutan masyarakat sebetulnya memikul
tanggungjawab dan tugas yang sangat berat. Disekolah dia tidak bisa lama lagi
memberi pelajaran sebagaimana mestinya, ia harus menyelediki lingkungan hidupnya,
mengolahnya sebagai problem bersama murid-muridnya, dan kurikulumnya harus
berdasarkan atas fakta yang mereka temukan.85
Terlihat bahwa guru yang yang
memiliki banyak keahlian (kualitas) dimasyarakat dan mampu menemukan kebutuhan
yang dirasakan masyarakat, dengan demikian ia menolong orang-orang untuk
merasakan bahwa sekolah itu adalah juga untuk melayani mereka demi untuk
mencapai tujuan mereka bahwa sekolah itu adalah sekolah mereka (milik masyarakat)
dan bukannya lagi sekolah milik suatu badan diluar masyarakat.86
Karena itu seorang
guru Taman Kanak-kanak bukan saja sebagai pendidik, tetapi juga sebagai Petugas
Pembangunan (Pendamping Masyarakat), karena melalui lembaga pendidikan Taman
Kanak-kanak dapat membangun proses kesadaran masayarakat.
83
Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan Anak, 17. 84
Pandangan yang diberikan oleh Bp. Riamos Tarigan (Kepala Desa Rumah Sumbul) melalui
wawancara, tentnag sejauhmana peranan Guru Taman Kanak-kanak yang ada di desa tersebut terhadap
masyarakatnya. Wawancara pada tanggal 26 Maret 2009. 85
Surjadi. A, Pembangunan Masyarakat Desa, 150. 86
Ibid, 160
54
Melalui Taman Kanak-kanak Masuk Desa (TKMD), dapat menjadi Pusat
Layanan Masyarakat seperti87
:
o Pusat Layanan Anak (PLA) : bimbingan belajar, pembinaan mental
spiritual (motivasi, konseling anak), bermain, pemberian makanan
tambahan dan vitamin, pemeriksaan kesehatan (imunisasi dan gigi), akte
kelahiran.
o Pusat Layanan Ibu dan anak : penyuluhan pada ibu-ibu tentang pengasuhan
anak, mendidik anak, menu sehat sederhana, penyelenggaraan Posyandu,
kerjasama dengan Puskesmas, Keluarga Berencana.
o Pusata Layanan Masyarakat : penyadaran tentang hak anak, pentingnya
pendidikan anak, pengelolaan lingkungan yangbersih, sehat dan aman bagi
anak (gotong royong, perbaikan dan pengadaan sarana desa)
Kualitas dan profesional guru Taman Kanak-kanak adalah menjadi salah
satu faktor penunjang dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah. Pihak yayasan
sebagai pengelola Taman Kanak-kanak Masuk Desa sadar akan pentingnya
meningkatkan kompetensi guru sehingga dapat mencapai visi yang diharapkan yaitu
membangun manusia Indonesia yang seutuhnya di pedesaan. Untuk itu setiap guru
TKMD perlu mendapatkan pendidikan khusus yang seimbang baik pengetahuan
(akademika), vocasional (keterampilan) dan karakter kristiani (kerohanian) di STT
Terpadu PESAT Sumbagut pada jurusan D.2.PGTK dan Pembangunan Masyarakat.
Sehingga setiap guru TKMD telah siap melaksanakan pembangunan masyarakat
secara holistic melalui jalur pendidikan Taman Kanak-kanak.
Salah satu keberhasilan penerimaan masyarakat terhadap kehadiran
Sekolah TKMD adalah timbulnya kepercayaan masyarakat, sebab kebiasaan
87
Pedoman belajar mengajar Taman Kanak-kanak dan Pembangunan Masyarakat (Jakarta: PESAT
Ministry, 2006).18, 19.
55
masyarakat pedesaan yang selalu tertutup dan mudah curiga terhadap program dari
luar masyarakat (memiliki orientasi Seeing is believed), karena itu integritas para
pendidik dalam hal ini para guru dan pengurus TK sangat diperlukan.
Integritas yang dimaknai adalah sebagai sikap atau perilaku seseorang
untuk mengatakan apa yang dilakukan, dengan kata lain satu kata antara ucapan dan
perbuatan atau apa yang kita perkatakan sama persis dengan apa yang kita perbuat
bagi masyarakat. Indikator seseorang yang memiliki integritas adalah jujur,
transparansi, konsisten, persisten dan tentunya egaliter. Siapapun mereka, jika
memiliki sikap integritas akan menjadi orang yang dapat dipercaya dan dicintai oleh
siapapun yang ada dilingkungannya.88
Itu sebabnya seorang guru TK yang telah
memperoleh pendidikan khusus dalam bidang pendidikan TK dituntut kerelaan dan
integritas karena dalam pelayanan di pedesaan seoraqng guru TK bukan saja melayani
anak-anak didik, tetapi juga melayani keluarga dan masyarakat sekitarnya, dan yang
terpenting dari semua itu adalah melalui pendidikan, masyarakat mengalami
perubahan hidup dalam semua aspek termasuk pembaruan hidup kerohaniannya.
Peranan Keluarga dalam Pendidikan anak
Ada pepatah yang mengatakan : “Lebih mudah membentuk dahan pohon yang masih
muda, sebaliknya terlalu sulit membentuk dahan yang sudah tua. Jika kita memaksa,
akan patah dan kadang-kadang kita akan kena tusukan dari patahannya itu.”. Allah
juga menghendaki pendidikan bagi setiap orang harus dilaksanakan sedini mungkin.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa keluarga adalah tempat yang sangat strategis
88
Agus Listyono adalah Direktur dari Akademik Yayasan Tugasku Pulomas Jakarta Timur, yang
memberikan suatu ulasan tentang integritas seorang guru yang saat ini telah mengalami degradasi.
Judul tulisan beliau adalah : “Integritas modal dasar guru.” dalam Tabloid Pendidikan. Panduan
Pendidikan yang mencerdaskan, Edisi 11/II/Pebruari 2009. 14
56
bagi terjadinya proses pendidikan anak,89
karena keluarga merupakan kesatuan
masyarakat terkecil yang berperan atau berfungsi sebagai tempat pertama kali sang
anak mengenal apa itu pendidikan, agama, sosial, budaya, lingkungan, politik dan
berbagai aspek kehidupan lainnya. Baik buruknya kepribadian anak sangat
tergantung pula pada kualitas keluarga yang bersangkutan.90
Tetapi dalam pelaksanaannya ada juga keluarga yang mengalami
kegagalan sebab mengajar hanya dengan “perkataan” bukan “perbuatan”, seperti yang
dikatakan oleh Gary T. Hipp (2003) bahwa Anak bukan saja diajarkan melalui
bimbingan, teguran dan disiplin, tetapi anak juga butuh keteladanan yang patut untuk
ditiru, sebab anak dalam keluarga belum tahu membedakan mana yang benar dan
mana yang tidak boleh. Dan ini adalah tugas dan tanggungjawab orang tua dan
anggota keluarga sebagai orang yang paling dekat dan dipercaya. Perkataan
“Lakukanlah seperti yang saya katakana, bukan seperti yang saya lakukan”
menggambarkan sebuah masalah yang umum dalam kehidupan keluarga.91
Anak adalah harapan bangsa karena anak yang diperbaharui oleh Tuhan
Yesus kemudian hari dapat berarti untuk masyarakat. Diantara mereka ada yang akan
berpengaruh dalam masyarakat bahkan ada yang akan menjadi pemimpin-pemimpin
dalam Negara. Dalam Alkitab kita dapat melihat cerita tentang akibat pendidikan
keluarga terhadap seorang anak seperti :
Ester, melalui Ester bangsa Yahudi diselamatkan. Ester sejak kecil diasuh oleh bibi
dan pamannya, yaitu Mordekhai, seorang yahudi. Mereka mendidik Ester mengenal
hukum-hukum Tuhan dan juga mengajar dia untuk takut akan Tuhan serta
mengasihiNya. Sesudah Ester dewasa, ia menjadi permaisuri raja Ahasyweros.
89
Iswara Rintis, Keluarga di dalam Tuhan, 32. 90
Sitorus. M, Berkenalan dengan Sosiologi. Kurikulum 1990 untuk Kelas II SMU (Bandar Lampung:
Penerbit Erlangga, 1996). 89. 91
Gary T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan, 70.
57
Melalui Ester, krisis besar yang dialami oleh bangsa Yahudi dipadamkan. Tuhan
menyelamatkan bangsa Israel melaluinya.
Daniel, Daniel dibesarkan dalam keluarga yahudi yang terhitung di antara bangsawan.
Ia diajar untuk hidup menurut ketentuan dan hukum Tuhan. Waktu ia dibawa ke
Babilon sebagai tahanan, ia tetap hidup sesuai pengajaran yang dia terima sebagai
anak. melalui Daniel yang diberi kedudukan tinggi dalam kerajaan Banilon beberapa
raja dan bangsa kafir mengenal dan mengakui Allah. Daniel menjadi berkat untuk
banyak orang.
Yusuf, Yusuf adalah anak Yakub, salah satu dari tiga Patriak bangsa Israel.
Hubungannya dengan ayahnya sangat erat, sehingga ia belajar takut akan Tuhan
selama ia masih kecil. Melalui Yusuf yang diangkat tinggi oleh Firaun bangsa Mesir
yang tidak mengenal Allah diselamatkan dari bencana kelaparan.
Seorang anak yang lahir baru, dikemudian hari dapat menjadi garam bagi masyarakat
dan Negara, bahkan terang untuk generasi yang akan datang, sifat jujur, setia dan
bertanggungjawab akan membawa berkat bagi masyarakat.92
Karena itu keluarga
perlu membangun suatu komunitas keluarga yang harmonis, sehingga anak merasa
tentram dan aman untuk bertumbuh secara fisik, mental dan rohani. Melengkapi itu
keluarga perlu membangun mezbah keluarga untuk menyatukan hati dan orang tua
harus menjadi teladan bagi anak dalam kesehariannya.
Peranan Masyarakat terhadap Pendidikan anak
Peranan dan tanggung jawab pendidikan oleh masyarakat termaktub dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 yang
menyebutkan definisi, peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam
92
Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan Anak, 9.
58
penyelenggaraan pendidikan. Pasal 1 ayat (7) menyebutkan, “Masyarakat adalah
kelompok warga negara Indonesia non-pemerintah yang mempunyai perhatian dan
peranan dalam bidang pendidikan.” Lalu mengenai peranan dan tanggung jawab
masyarakat tertuang dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) yaitu, “Masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.”93
Lingkungan kedua yang akan dikenal oleh anak, sebelum mereka masuk
ke sekolah adalah lingkungan masyarakat. Kepada masyarakat pula anak akan
dikembalikan untuk mengaplikasikan yang sudah dipelajari dan menerapkannya
dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila kehidupan moral masyarakat lingkungan
anak tinggal itu tidak mencerminkan teladan yang baik, maka anak akan timbul rasa
takut kepada anak untuk berinteraksi dengan masyarakat sehingga akan mengganggu
pembentukan nilai-nilai sosialnya dan anak cenderung kehilangan kepercayaan
kepada orang lain selain orang tua dan gurunya. Karena itu pentingnya kepada
masyarakat ditanamkan kesadarannya untuk menjaga suasana dan ketenangan hidup
masyarakat desa dalam suasana kekeluargaan dan saling menghormati. Dalam hal
pembangunan pendidikan, masyarakat perlu berpartisipasi dalam mendukung
program-program pendidikan Taman Kanak-kanak serta ikut membangun dan
memelihara sarana dan fasilitas pendidikan yang ada melalui swadaya dan gotong
royong. Masyarakat perlu menyadari bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan
dalam pembangunan pendidikan. Untuk itu pemahaman bahwa sekolah Taman
Kanak-kanak adalah juga milik masyarakat, sehingga setiap masyarakat ikut merasa
memiliki dan bertanggungjawab dalam membangun pendidikan seperti ikut erlibat
93
Unsocial-learning. Blogspot.com. diakses tanggal 12 Pebruari 2009.
59
dalam kegiatan gotong royong sekolah, mengikuti kegiatan penyuluhan-penyuluhan
yang diselenggarakan oleh sekolah, ikut serta dalam acara-acara keagamaan dan
seremonial lainnya.
Metode Mengajar dalam Pendidikan anak
Sizer (1999) mengatakan bahwa tujuan pendidikan selain untuk
mempersiapkan manusia untuk masuk ke dalam dunia kerja, adalah untuk membuat
manusia dapat berpikir secara menyeluruh serta menjadi manusia yang bijak
(thoughtful and decent human being). Sejak 2500 tahun yang lalu Socrates telah
berkata bahwa tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat
seseorang menjadi “good and smart”. Manusia yang terdidik seharusnya menjadi
orang bijak, yaitu yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal
shaleh), dan dapat hidup secara bijak dalam seluruh aspek kehidupan berkeluarga,
bertetangga, bermasyarakat dan bernegara. Karenanya, sebuah sistem pendidikan
yang berhasil adalah yang dapat membentuk manusia-manusia berkarakter yang
sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah negara yang terhormat. Seperti yang
dikatakan Socrates: "Then the man who's going to be a fine and good guardian of the
city for us will in nature be philosophic, spirited, swift, and strong". 94
Jika demikian sistem pendidikan atau metode pengajaran mana yang baik
untuk diaplikasikan dalam pendidikan anak.
Pertama, pendidikan kepada anak tentu tidak sama muatannya dengan pendidikan
kepada orang dewasa., karena itu metode pengajaran kepada anak menggunakan
Metode Paedagogis. Menurut Malcom S. Knowles, Paedagogi berasal dari istilah
94
Rusydi Hikmawan. Pendidikan karakter adalah solusi, Penulis adalah ketua Departemen Kajian Info
Kepelajaran PWPII NTB Periode 2007-2009. Tulisan terinspirasi ketika berbincang-bincang dengan
Kepsek dan Wakasek SD Kristen Tunas Daud, yang begitu luar biasa. http://pelajar-
islam.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=141
60
yunani (paid: anak) dan (agogus: pembimbing); Pedagogis means specifically “the art
and science of teaching children.”95
ASUMSI DASAR
Tentang Pedagogi
Konsep diri Anak
Pengalaman Anak
Kesiapan belajar anak
Orientasi dalam belajar
Motivasi Belajar
Pribadi yang bergantung pada gurunya
Masih harus dibentuk daripada digunakan
sebagai sumber belajar.
Seragam (uniform) sesuai usia dan
Kurikulum
Orientasi bahan ajar (subject centered)
Dengan pujian, hadiah dan hukuman
Kedua, menggunakan model pendidikan holistik berbasis karakter yang menggunakan
paduan dua kurikulum yaitu :
o Pendekatan HCD (Holistik child Development-Kurikulum pengembangan
anak secara holistik).
o Pendekatan Multiple Intelligences untuk menemukan dan mengembangkan
potensi anak.
Ketiga, Guru mengajar dengan interaktif, dan berfungsi sebagai Mentor dan
Fasilitator.
Kurikulum Pendidikan anak
Sekalipun metode dan kurikulum pendidikan yang diajarkan telah
diterapkan secara verbal, hal itu belum juga menjamin untuk mencapai sasaran
pendidikan apabila tidak disertai dengan keteladan dalam sikap dan perbuatan seorang
guru, orang tua, anggota keluarga dan masyarakat, sebab anak-anak akan lebih banyak
95
Knowles, Malcom S. “Contributions of Malcom Knowles,” in The Christian Handbook on Adult
Education eds. K.O. Gangel & James C. Wilhoit. Victor Books. 91
61
belajar untuk “meniru” dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Selain itu guru
juga perlu menyadari bahwa anak-anak TK bukan murid sekolah, tetapi juga murid
Yesus.
Kata murid (Yunani: mathetes) berarti seorang pelajar, seorang yang
sedang belajar atau pengikut seseorang. Kata ini ditemukan hampir sebanyak 270 kali
dalam kitab-kitab Injil dan Kisah para Rasul. Kata kerja “mengikuti” (akolouthein)
sering digunakan sebagai persamaan kata “murid” dalam kitab-kitab Injil. Dalam
surat-suratnya, Paulus tidak menggunakan kata “murid” tetapi menggunakan kata
“peniru” (mimetes) atau “meniru” (mimeomai). Kata-kata ini digunakan dengan
mengacu kepada hal meniru Allah (Ef 5:1), meniru Paulus (2 Tes 3:7,9), dan meniru
pemimpin Kristen lainnya (Ibr 13:7).96
Jadi yang dimaksud dengan murid disini
adalah, setiap anak yang telah mendapatkan pendidikan sebagai murid, juga dapat
memuridkan orang lain melalui keteladanan (meniru) apakah itu teman sebaya,
keluarga dan masyarakat, dengan demikian melalui kesaksian hidupnya terjadi
pelipatgandaan.
Karena itu untuk membentuk anak yang holistik, tidak cukup
memperlengkapi mereka dengan bermain sambil belajar, menggali potensi mereka
dengan kurikulum Multiple intelligence, tetapi juga dengan kurikulum khusus
Holistik Child Development (HCD) yang membentuk rasa kepedulian sosial dan
menanamkan nilai-nilai karakter kristiani dimana pengajaran Firman Allah
merupakan pondasi utama dalam pendidikan TK tersebut, sebab mengajar anak
tentang kebenaran Allah memberikan dampak yang besar untuk hari ini sampai di
kekekalan.. Tuhan berjanji bahwa firmanNya tidak akan kembali dengan sia-sia
melainkan akan beroperasi dalam hati orang yang mendengarnya dan akan berhasil
96
Gary T. Hipp, Pengembangan Masyarakat dan Pemuridan, 43,44
62
sesuai dengan kehendakNya (Yes 55 : 11). Demikian juga akan terjadi pada anak
yang diajar melalui pendidikan Taman Kanak-kanak.
Multiple Intelligence
Kurikulum Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk) ini memang
dikhususkan untuk menggali potensi anak sejak Usia dini untuk
ditumbuhkembangkan melalui jalur pendidikan Taman Kanak-kanak Masuk Desa
(TKMD).
Kurikulum Multiple Intelligence yang digagas oleh Howard Gardner
sebenarnya sangat membantu guru dalam proses belajar di kelas. Guru dapat
menggunakan lebih dari dua kecerdasan dalam rencana pembelajarannya. prinsip
dasar teori ini adalah pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa tidak perlu
dengan cara yang sama. Artinya terbuka untuk menggunakan cara yang berbeda.
Lantas bagaimana menerapkannya dalam rencana pembelajaran ?. Sangat mudah,
asalkan dapat memahami ada tujuh kecerdasan manusia menurut Gardner yaitu :
kecerdasan linguistic atau berbahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan
spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal. Memahami tujuh kecerdasan tersebut akan membuat
rencana pembelajaran yang biasa menjadi luar biasa.
Pendidikan dan pembelajaran seharusnya memobilisasi Multiple
Intelligence (Kecerdasan Majemuk), artinya sekolah dalam menyusun kurikulum atau
orang tua dalam mendidik dan melatih putra-putrinya bertanya bagaimana dapat
membantu anak-anak yang memiliki kecerdasan majemuk.. menurut Howard
Gardner hanya dua saja yang sangat ditekankan di sekolah-sekolah yaitu kecerdasan
logika-matematika dan logika-bahasa. Sedangkan tujuh kecerdasan lainnya sering
63
terabaikan dalam pendidikan TK. Itu sebabnya pendidikan anak terlalu dipersempit
pada pengembangan kecerdasan pikir yang diukur dengan IQ saja. Selain itu, karena
tujuan pendidikan diarahkan untuk mencetak anak pandai secara kognitif (yang
menekankan pengembangan otak kiri saja dan hanya meliputi aspek bahasa dan
logika-matematika), maka banyak materi pelajaran yang berkaitan dengan
pengembangan otak kanan, afektif (seperti kesenian, musik, imajinasi, dan
pembentukan karakter) kurang mendapatkan perhatian.
Kalaupun ada, maka orientasinya pun lebih kepada kognitif (hafalan),
tidak ada apresiasi dan penghayatan yang dapat menumbuhkan kegairahan untuk
belajar dan mendalami materi lebih lanjut. Celakanya, pendekatan yang terlalu
kognitif telah mengubah orientasi belajar para siswa menjadi semata-mata untuk
meraih nilai tinggi.
Kelemahan yang sering diperoleh dalam pembelajaran pendidikan TK
adalah matapelajaran yang satu tidak berhubungan dengan mata pelajaran yang lain
(tidak sinergis) dan bahkan dengan kehidupan lingkungan anak. Menggunakan
Multiple Intelligence dalam proses belajar mengajar akan mengikis ketiadaan
hubungan antar mata pelajaran tersebut. Dengan MI, guru dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, kerjasama yang melibatkan orang tua dan
hubungan yang nyata dalam mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Teori MI sangat bermanfaat untuk guru dan murid TK dalam proses
belajar mengajar dikelas. Guru dan murid dapat lebih dalam dan luas dalam
mengembangkan skill, sikap dan kecerdasannya dalam belajar untuk mempersiapkan
masa depan anak. penggunaan kurikulum Nasional ataupun kurikulum asing tidak
akan menimbulkan masalah bila guru memahami dengan baik Kurikulum MI itu
sendiri.
64
Teori MI ini adalah menggali bakat dan minat anak-anak pedesaan yang
tidak terungkapkan atau tidak terdeteksi oleh orang tua atau lingkungan keluarganya
selama dirumah, atau anak tersebut telah memiliki bakat dan minat yang jelas tetapi
orang tua beserta lingkungan bermainnya tidak dapat mengakomodasikan harapannya,
karena itu melalui pendidikan TKMD setiap anak-anak diupayakan pengembangan
keterampilannya secara maksimal sesuai dengan bakat dan minat tersebut, dan tentu
hal ini melalui kurikulum MI tersebut harapan anak-aanak tersebut dapat tersalurkan
dan mengalami tumbuh kembang
Ada 9 kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) oleh Howard Gardner :
1. Kecerdasan Logis-Matematis
• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk melakukan penalaran, berpikir logis
(rasional) dan kemampuan menggunakan angka (hitung-menghitung).
(kekuatan kepiawaian logika/penalaran dan angka).
• Ciri-ciri kepribadian logis-matematis antara lain: suka berpikir abstrak, suka
akan keakuratan, menikmati tugas hitung-menghitung, memecahkan masalah
dan soal-soal matematis, suka melakukan penelitian dengan cara berpikir
logis, catatan tersusun rapi dan sistematis, mengerjakan permainan
matematika, menganalisa dan menafsirkan data.
• Tokoh : Albert Einstein
2. Kecerdasan Verbal (Linguistik)
• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa secara lisan
dan tulisan dengan lancar dan jelas (kekuatan kepiawaian kata).
• Ciri-ciri kepribadian Verbal atau Linguistik ini adalah: peka terhadap bahasa,
berbicara secara teratur dan sistematis, memiliki penalaran tinggi, suka
65
mendengarkan, suka membaca dan menulis, lancar dalam mengungkapkan
kata-kata, suka bermain kata-kata, dan memiliki ingatan perbendaharaan kata
yang kuat.
• Tokoh : Abraham Lincoln
3. Kecerdasan Visul-Spasial
• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk membayangkan tentang ruang dan
berimajinasi suatu bidang datar atau ruang dengan akurat (kekuatan
kepiawaian gambar).
• Ciri kepribadian yang menonjol dalam diri orang yang memiliki kemampuan
visual spasial adalah berpikir dengan menciptakan sketsa atau gambar, mudah
membaca peta atau diagram, mudah ingat bila melihat gambar, memiliki cita
warna tinggi, dan mampu menggunakan semua indera untuk melukiskan
sesuatu.
• Tokoh : Leonardo Da Vinci
4. Kecerdasan Fisik dan Gerak Tubuh (Kinestetik,Motorik)
• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk menggunakan atau menggerakkan
anggota badan secara indah, lentur dan sempurna untuk mengekspresikan ide
dan perasaan (kekuatan kepiawaian gerak tubuh).
• Beberapa ciri kepribadian ini adalah: bersikap rileks, suka olahraga fisik, ahli
bermain peran.
• Tokoh : Maradona, Didik Nini Thowok
5. Kecerdasan Musikal
• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami, mengekspresikan dan
memadukan nada-nada suara secara harmonis dan indah (kekuatan kepiawaian
irama dan nada) dalam bentuk lagu dan permainan alat musik.
66
• Ciri kepribadian yang menonjol dalam diri orang yang memiliki kemampuan
ini nampak dalam diri pencipta lagu, pengrajin alat musik, pemain alat musik
dan penyanyi.
• Tokoh : Mozart
6. Kecerdasan Antar Pribadi (Interpersonal
• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami, bergaul dan
berkomunikasi dengan orang lain (kekuatan kepiawaian hubungan antar
insan).
• Ini terlihat ketika anak berinteraksi dengan teman-temannya. Sifat mudah
diterima dan disenangi teman-teman menjadi salah satu tanda awal mengukur
kecerdasan ini. Ia mudah menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi,
dan termasuk memimpin orang lain. Tapi ini biasanya juga dipengaruhi oleh
sikap orang tuanya dalam berhubungan dengan orang lain.
• Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh politikus, guru, pendeta/pastor,
konselor, menejer
• Tokoh : Nelson Mandela
7. Kecerdasan Intrapribadi (Intrapersonal)
• Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami atau menyadari dan
menelusuri emosi diri sendiri dan mengelolanya dengan efektif. (kekuatan
kepiawaian diri).
• Kemampuan ini banyak dimiliki oleh : pengarang novel, konselor, dan filsuf
• Beberapa sifat yang mereka miliki adalah peka terhadap nilai-nilai yang
dimiliki, sangat memahami diri, sadar betul mengenai emosi dirinya, peka
terhadap tujuan hidupnya, mampu mengembangkan kepribadiannya, mampu
memotivasi diri sendiri.
67
• Tokoh : Bunda Teresa
8. Kecerdasan Naturalis
• Kecerdasan ini sering dinamakan juga kecerdasan lingkungan, (menguasai
pengetahuan tentang alam) yaitu kemampuan manusiawi untuk mengenal
tanaman, binatang dan bagian-bagian lain dari lingkungan alam, misalnya ;
udara, awan, air, tanah dan batuan (kekuatan kepiawaian hubungan manusia
dengan flora, fauna, dan alam).
• Kemampuan ini banyak dimiliki oleh pencinta lingkungan hidup, dokter
hewan, ahli flora dan fauna, penemu obat-obat tradisional, ahli botani dan
Zoologis.
• Beberapa sifat yang mereka miliki adalah suka dengan alam sekitar, lebih
senang berada di alam terbuka daripada dalam ruangan, suka berpetualang
menjelajahi hutan.
• Tokoh : Charles Darwin
9. Kecerdasan Eksistensial
• Kecerdasan ini adalah kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab
persoalan-persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia (eksistensi
manusia), dan Tuhan (kekuatan kepiawaian religiusitas, spiritualitas, dan
filsafat).
• Inteligensi eksistensial ini dimiliki oleh ahli filsafat, theolog, ahli kebatinan,
psikolog, pendeta/pastor dll.
• Beberapa sifat yang mereka miliki adalah suka bertanya soal kebenaran, kritis,
suka merenung, dan melakukan refleksi diri dan senang berdiskusi tentang
hakekat hidup.
• Tokoh : Marthin Luther
68
Holistik Child Development (HCD)
Holistik Child Development (Pengembangan anak holistik) bertujuan
untuk membangun anak-anak pedesaan dan pedalaman seutuhnya melalui Pusat
Latihan Anak Terpadu (Future Center).
Future Center (FC) adalah program pembinaan dan beasiswa untuk anak
usia 4 sampai 20 tahun, FC dibentuk untuk tujuan menolong tumbuh kembang anak
desa secara holistik sehingga dapat memiliki masa depan cerah. Bukan saja anak-
anak usia TK tetapi juga membiayai anak-anak desa untuk dapat melanjutkan dan
menyelesaikan studinya.
Dalam prakteknya FC menggunakan kurikulum Holistik Child
Development (HCD). Bentuk pelayanannya berupa bimbingan belajar, pembinaan
mental-spiritual, bermain, pemberian makanan tambahan gizi dan vitamin,
pemeriksaan kesehatan, serta mengusahakan akte kelahiran anak.
Factor-faktor penghambat anak-anak desa meraih cita-cita bisa berwujud
apa saja, factor tersebut adalah “pemutus mata rantai cita-cita”. Melalui FC ini setiap
anak dapat meraih cita-citanya.
Dalam sistem pengajarannya, kurikulum MI sudah tercakup di dalam Kurikulum
HCD yang disesuaikan dengan kurikulum Diknas.
Proses Kegiatan FC adalah untuk menjawab kebutuhan : Anak, Keluarga dan
Masyarakat. Dimana permasalahan masyarakat yang didapati mengenai bidang
pendidikan, ekonomi, kesehatan dan budaya.
69
Kualitas dan Profesional guru
Guru harus menghubungkan pelajarannya kepada cara-cara hidup
masyarakat untuk menolong mereka mengembangkan hidupnya, guru juga merupakan
orang ideal yang dihargai masyarakat sebagai orang berpendidikan, daripadanya ide-
ide baru bisa sampai kepada masyarakat. Hal ini sangat menarik, sukar memperoleh
petugas-petugas pembangunan masyarakat desa untuk di desa-desa selain profesi
seorang guru yang bukan saja sebagai tenaga pendidik tetapi juga sebagai penggerak
masyarakat, dia ditempatkan oleh suatu badan diluar masyarakat dan ia adalah
pendidik yang telah dilatih dan ditugaskan, apakah ia tidak akan menjadi seorang
petugas pembangunan masyarakat desa yang sangat berguna ?97
Seorang guru adalah seorang visioner. Ia tidak saja melihat anak yang diajarnya hari
ini, tetapi ia mampu melihat potensi anak dan mempunyai keyakinan bahwa ia sedang
mengasah sebuah batu permata yang masih mentah. Suatu saat diperlukan waktu dan
proses untuk mengasahnya. Batu tersebut akan muncul menjadi permata yg indah dan
berharga. Proses mengasah membutuhkan waktu; berbicara tentang iman, kesabaran
dan ketekunan seorang guru dalam membina murid-muridnya. Yusuf membutuhkan
waktu 13 tahun, sebelum ia menjadi penguasa di Mesir; Daud memerlukan waktu 8-9
tahun sebelum menjadi raja bagi seluruh Israel. Ini adalah hukum proses, tidak ada
yang instan dalam membentuk seorang murid. Menjadi seorang guru, sesungguhnya
adalah suatu pelayanan yang membawa dampak.98
Apa saja yang dituntut dari seorang guru ? menurut Redja Mudyahardjo
(2002) bahwa orang dapat menjadi pendidik karena :
1. Panggilan Jiwa (pendidik alami)
2. Perjanjian (pendidik profesional)
97
Surjadi. A. Pembangunan Masyarakat Desa, 147 98
Hans Geni Arthanto adalah Direktur Eksekutif PESAT. http://www.pesat.org/perspektif_satu.html
70
Tentu idealnya adalah seorang guru perlu memiliki kedua sifat diatas, dimana dimulai
dengan hati nuraninya yang terpanggil dan terbeban untuk melayani anak-anak
sehingga dibutuhkan jiwa yang penuh kerelaan, kesabaran dan kasih tanpa pamrih.
Demikian juga seorang guru diperlengkapi dengan intelektualnya maka dapat
diperoleh seorang guru yang berkualitas dan professional.99
Kualitas karakter dan kepribadian guru menentukan hasil pendidikan
kerohanian kepada anak sebab anak mengenal Allah melalui gurunya hanya jika guru
memiliki : sukacita karena kasihNya, wibawa karena kuasaNya, rasa hormat karena
kesucianNya. Guru dapat memberi gambaran yang benar mengenai Allah. Karena itu
mengajar Firman Tuhan kepada anak adalah tanggungjawab yang besar, karena dasar
iman diletakkan. Dr. Martin Luther berkata :” Hati anak dapat dibandingkan dengan
gentong kayu. Gentong itu selalu bau bahan yang mula-mula mengisinya, untuk
menghilangkan bau yang pertama sangat sulit. Itu sebabnya pendidikan kepada anak
dapat menentukan arah hidup mereka untuk seterusnya.100
Berhasilnya pendidikan anak secara utuh (holistik) bukan saja ditentukan
oleh profesionalisme jenjang pendidikan gurunya, tetapi juga kualitas kerohanian guru
tersebut dalam hal ini adalah kasih. Kasih itu memungkinkan guru rela
mengorbankan waktu, tenaga dan juga pikirannya demi kebaikan anak dan
menghantar anak juga kepada kasih yang telah dialami, yaitu kasih Kristus. Kasih itu
memungkinkan guru menjadi petunjuk jalan yang benar untuk anak; bukan secara
teori saja, tetapi secara praktis sebab guru sendiri telah bertemu dengan sumber kasih,
yaitu Tuhan Yesus. Kasih memungkinkan guru sungguh menghargai tugas dan
tanggungjawab yang diberikan. Dan tugas itu tidak diterima sebagai tugas dari
manusia, tetapi diterima sebagai tugas dari Dia yang telah mengasihinya dan
99
Redja Muyahardjo, Pengantar Pendidikan, sebuah sturi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada
umumnya dan pendidikan di Indonesia (Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2002). 35 100
Ruth Laufer dan Anni Dyck, Pedoman Pelayanan anak, 15.
71
mengasihi anak. dalam kasih itu guru dapat melakukan tugasnya dengan rendah hati
dan bijaksana. Ia mempunyai kerinduan yang dalam untuk menolong anak yang
sesat, agar dibawa kepada kasih Kristus.101
Tinjauan Alkitab tentang pelayanan anak.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam
kandungan ibuku. Aku bersyukur kepadaMu oleh karena kejadianku dahsyat dan
ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-
tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi,
dan aku di rekam di bagian-bagian bumi yang paling bawah, mataMu melihat selagi
aku bakal anak, dan di dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan
dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya (Mzm 139:13-16).
Dari ayat diatas jelas Allah menginginkan bahwa lima tahun pertama
adalah masa menanam iman seorang anak. Anak dipersilahkan untuk mengenal Allah
dan tentu saja menerima Yesus sebagai juruselamat pribadinya. Disinilah,
kesempatan orang tua untuk mendidik, menjaga, mengasah kreatifitas anak untuk
berjalan dalam tatanan Allah. Dengan demikian, anak merupakan proses persiapan
mengenal rambu-rambu Allah yang mana harus ditaati dan yang mana harus
ditakuti.102
Amsal 22 :6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Pertama,
mendidik berarti dilatih, berasal dari akar kata bahasa Ibrani yang bicara mengenai
akar gusi. Pada jaman dahulu untuk menimbulkan rasa haus pada bayi, bidan–bidan di
Israel mengambil cairan kurma lalu dioleskan dan dipijit di gusi bayi sehingga
101
Ibid, 19 102
Harianto GP, Mission for City, Strategi Transformasi Injil (Bandung: Penerbit Agiamedia, 2006).
176, 177.
72
menimbulkan rasa haus yang menyebabkan bayi mau minum susu. Jadi sebenarnya
pendidikan harus menimbulkan rasa haus pada anak sehingga anak ingin belajar.
Pendidik harus mempunyai kreatifitas sedemikian rupa sehingga menumbuhkan
kehausan untuk belajar. Kedua, pendidikan bicara tentang tali kekang. untuk
mengarahkan anak supaya anak tidak pergi ke arah semaunya tetapi jika ada kendali
maka anak bisa diarahkan supaya tidak melangkah ke arah yang salah. Menurut jalan
yang patut baginya artinya jalan yang patut menurut pandangan Tuhan. Anak perlu
diajar mana hal–hal yang benar dan yang salah. Patut baginya juga berarti cocok bagi
sang anak. Karena anak adalah pribadi yang unik, anak yang satu berbeda dengan
anak yang lain. Orang tua harus memahami perbedaan–perbedaan yang dimiliki oleh
anak dan jangan membanding–bandingkan anak yang satu dengan lainnya.
Pada masa tuanya berarti bahwa waktu mendidik anak yang dilihat adalah waktu ke
depan. Orang tua akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendidikan bagi anak.
Misi selalu bersifat progresif dan tidak statis. Sama seperti situasi orang tua
mempersiapkan anak maka misi gereja harus melihat ke depan.103
103
Hans Geni Arthanto. http://www.pesat.org/opini_tiga.html