proposal sarjana membangun desa-domba
TRANSCRIPT
PROPOSAL
USAHA PENGGEMUKAN DOMBA
PEKON KAGUNGAN KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR
TANGGAMUS, LAMPUNG
DIAJUKAN UNTUK
SELEKSI SARJANA MEMBANGUN DESA
Disusun Oleh:
Ardhana Surya Saputra
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan populasi manusia di dunia mengakibatkan peningkatan kebutuhan
pangan. Pertanian dan teknologi memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk dunia. Badan pangan dunia FAO telah menetapkan kebutuhan pangan standar yang
sebaiknya dipenuhi oleh masing-masing individu di dunia. Tingkat konsumsi bahan pangan
seperti protein hewani dan produk hortikultura masih perlu ditingkatkan saat ini di Indonesia.
Hal ini terkait dengan masih rendahnya tingkat konsumsi kedua bahan pangan tersebut
dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat. Data perbandingan tingkat konsumsi pangan
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Tingkat Konsumsi Bahan Pangan Standar FAO dan Indonesia
Nama Bahan Pangan Tingkat Konsumsi
Indonesia
Standar Konsumsi FAO
Sayuran dan Buah-buahan 35kg/kapita/tahun 75kg/kapita/tahun
Daging 5,25kg/kapita/tahun 10,1 kg/kapita/tahun
Karbohidrat 3211 kkal/kapita/hari 2200 kkal/kapita/hari
Sumber: FAO (diolah)
Berdasarkan tabel di atas konsumsi daging per kapita per tahun di Indonesia masih
jauh dari standar FAO. Hal ini terkait juga dengan tingkat pendapatan perkapita per tahun
penduduk Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian RI (Ditjennak) memiliki misi untuk meningkatkan populasi dan produktivitas
ternak ruminansia, meningkatkan koordinasi, pembinaan dan pengembangan wilayah secara
terpadu dalam bingkai integrasi usaha serta meningkatkan pembinaan kelembagaan usaha
peternakan yang berdaya saing. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan daging
dan susu nasional dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/peternak sehingga
secara multiplier effect akan meningkatkan tingkat pendapatan per kapita nasional dan
menjadikan konsumsi bahan pangan terutama produk hewani meningkat.
Berdasarkan misi tersebut, Ditjennak menetapkan kebijakan untuk memberdayakan
kelembagaan usaha budidaya ternak ruminansia melalui: pengembangan kawasan usaha
peternakan, fasilitasi permodalan dan kemitraan usaha, pembinaan kelompok, pengembangan
model-model usaha peternakan spesifik lokasi. Program yang dilaksanakan untuk
menjalankan kebijakan ini adalah swasembada daging sapi, revitalisasi persusuan, dan
perkembangan ternak kerbau, kambing dan domba.
Salah satu program ternak yang menarik untuk dijalani adalah peternakan domba. Hal
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa domba dengan berat yang sama dengan kambing
memiliki karkas (daging) yang lebih banyak dibandingkan dengan kambing. Peternakan
domba yang terintegrasi dengan baik akan mendatangkan pendapatan sampingan dari
penjualan wool, kulit, dan kotoran domba.
Menurut data dari Ditjennak yang tersaji pada tabel 2, Propinsi Lampung termasuk 15
besar penghasil domba di Indonesia. Meskipun masih dalam jumlah yang kecil, potensi
peternakan domba di Lampung jika dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan domba dalam
propinsi. Peternakan domba Kabupaten Tanggamus Lampung masih dijalankan sebagai usaha
sampingan oleh para petani, hal ini dikarenaka: belum kuatnya kelembagaan yang dapat
memberikan energi positif bagi para petani dan peternak domba untuk merubah mindset
menjadi entrepreneur (wirausahawan).
Kendala mengenai keterbatasan petani dapat diatasi dengan pembentukan kelompok
tani. Kelompok tani yang sudah dibentuk perlu mendapatkan pembinaan dan pelatihan serta
penanaman pola pikir mengenai pentingnya sebuah usaha dilandasi dengan kerjasama dan
kemandirian. Sebagian besar kelompok tani yang tidak berhasil menjalankan usahanya
adalah kelompok tani yang dibentuk hanya untuk menerima bantuan. Oleh karena itu,
pendampingan dan penguatan kelembagaan sebagai proses menuju kemandirian kelompok
tani perlu dilaksanakan.
Penguatan kelembagaan kelompok tani yang berwawasan agribisnis, merupakan
tanggungjawab bersama baik pemerintah sebagai regulator, lembaga ekonomi, perguruan
tinggi dan kelompok ternak itu sendiri sebagai objek sekaligus subjek pengembangan. Tugas
perguruan tinggi khususnya yang membidangi peternakan dan juga terkait dengan tri dharma
perguruan tinggi, yaitu memberikan inovasi teknologi dan pendampingan kelompok ternak.
Para sarjana peternakan diharapkan dapat mengaplikasikan dan mendistribusikan teknologi
tepat guna ke berbagai wilayah pedesaan untuk mendukung pengembangan kelompok
peternak domba potong melalui konsep “SARJANA MEMBANGUN DESA” yang telah
dicanangkan oleh pemerintah khususnya Departemen Pertanian RI sejak tahun 2007.
Tabel 2. Propinsi Penghasil Daging Domba Tahun : 2005 s/d 2008 (dalam ton)
No Propinsi TAHUN
2005 2006 2007 2008
1 Jawa Barat 27.425 47.375 34.605 24.212
2 Jawa Timur 8.913 9.047 9.229 9.36
3 Jawa Tengah 5.593 6.163 4.187 6.067
4 DI Yogyakarta 1.791 5.281 1.453 1.482
5 Banten 1.585 2.847 2.998 2.567
6 Sumatera Utara 740 1.077 1.501 1.318
7 Nanggro Aceh Darussalam 195 782 1184 101
8 DKI Jakarta 381 555 521 434
9 Sumatera Selatan 88 914 258 391
10 Nusa Tenggara Timur 215 326 298 369
11 Lampung 132 265 183 231
Sumber: Ditjennak 2008 (diolah)
1.2. Sarjana Membangun Desa (SMD)
Banyaknya sarjana pertanian atau peternakan yang tidak bekerja di bidangnya ataupun
yang memilih menetap di kota besar tidak menyurutkan Kementerian Pertanian untuk sosok
idealis yang mau membangun desanya sendiri dengan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki. Program Sarjana Membangun Desa yang mulai digulirkan tahu 2007 adalah salah
satu cara yang ditempuh agar sarjana peternakan dan kedokteran hewan dapat berkarya
membantu peternak di daerahnya.
Karakteristik peternak di daerah antara lain masih terkendala modal, usaha yang
dijalankan adalah usaha sampingan, menggunakan tekonologi sederhana, peternak pada
umumnya berusia lanjut dan tidak menguasai pasar. Hal ini menjadikan para sarjana yang
menjadi SMD diharapkan dapat memberikan pendampingan dan penguatan kelembagaan
bagi kelompok tani yang sudah ada sehingga pada saatnya nanti kelompok tani yang dibina
dapat mandiri dan menularkan pengalaman serta cara-cara yang dilakukan agar dapat
menjalankan usaha. Peternak domba di Kabupaten Tanggamus yang mengajukan diri untuk
menjadi SMD berasal dari Kelompok Tani Suka Makmur II.
Dengan adanya SMD diharapkan beberapa hal teknis yang belum diketahui oleh
peternak dapat diajarkan oleh SMD, selain itu SMD juga memiliki tugas untuk memfasilitasi
kelompok tani dalam melakukan audiensi atau negosiasi dengan pemerintah ataupun pasar,
sehingga nantinya saat program SMD berakhir, peternak yang tergabung dalam kelompok
tani dapat melakukan tugas-tugas tersebut sendiri.
Tugas dari SMD terpilih adalah mengembangkan usaha kelompok tani secara
ekonomis dan efisien. Selain itu tugas utama adalah meningkatkan kapabilitas (skill) untuk
anggota kelompok tani, keluarga, dan masyarakat sekitar. SMD akan menjalankan beberapa
program pelatihan terkait dengan usaha penggemukan domba antara lain: manajemen
pemeliharaan ternak, manajemen panen ternak, manajemen keuangan usaha ternak domba
(pencatatan sederhana), manajemen pemanfaatan limbah, manajemen pemasaran dan
penyelesaian masalah, serta evaluasi dan monitoring. Program-program ini akan dilakukan
secara bertahap. Gambaran pelaksanaan program dapat dilihat pada tabel 3.
Dari kemitraan dengan kelompok ternak, SMD akan mendapat bagi hasil setiap
transaksi penjualan domba dan hasil pengolahan limbah sesuai dengan kesepakatan bersama.
Dari alokasi anggaran yang disediakan, kelompok ternak yang berjumlah 10 orang akan
memelihara 150 ekor domba bakalan untuk digemukkan.
Tabel 3. Rencana Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Suka Makmur II
No Nama Program Pelaksanaan Output
1 Manajemen pemeliharaan ternak Bulan ke 4 Kumpulan materi, peningkatan
kapabilitas peternak
2 Panen dan Pasca Panen Bulan ke 6 Kumpulan materi, peningkatan
kapabilitas peternak
3 Manajemen Keuangan Bulan ke 8 Kumpulan materi, peningkatan
kapabilitas peternak
4 Manajemen pemanfaatan limbah Bulan ke 9 Kumpulan materi, peningkatan
kapabilitas peternak
5 Pasar dan Prospek pasar domba Bulan ke 10 Kumpulan materi, peningkatan
kapabilitas peternak
6 Penyelesaian masalah/strategi
peternakan
Bulan ke 12 Kumpulan materi, peningkatan
kapabilitas peternak
7 Monitoring dan evaluasi Setiap bulan Laporan dan input untuk bulan
berikutnya
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari program SMD adalah :
1. Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak lokal untuk membantu pemerintah
mewujudkan program swasembada daging secara nasional.
2. Meningkatkan kualitas kesehatan peternak dan lingkungan dengan cara melalui penanganan
limbah secara “zero waste” dan manajemen kandang kelompok yang jauh dari rumah
tempat tinggal.
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, keterampilan dan manajemen beternak,
kemampuan kewirausahaan, pemgembangan usaha tani-ternak dan pemantapan kelompok
ternak.
4. Meningkatkan kesadaran, keinginan, rasa kebersamaan, dan percaya diri anggota untuk
mengembangkan kelompok yang berwawasan agribisnis.
5. Menciptakan dan mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat yang ideal berbasis
potensi dan kearifan lokal (indigenous knowledge) dan dapat diterapkan dalam
pembangunan nasional.
BAB II
USAHA PENGGEMUKAN DOMBA
2.1. Potensi Peternakan Kabupaten Tanggamus
Kabupaten Tanggamus terletak berdekatan dengan Kabupaten Pringsewu, daerah ini
memiliki ketinggian 50-200 meter di atas permukaan laut. Kegiatan pertanian yang
dijalankan oleh sebagian penduduknya adalah berkebun, usaha perikanan, dan beternak.
Perkebunan yang banyak ditemui adalah kakao, kopi, dan kelapa. Perikanan yang
dikembangkan adalah perikanan air tawar dan karamba apung. Peternakan Tanggamus
sebagian besar adalah kambing, sapi, itik, ayam, dan domba.
Peternakan domba masih belum banyak dilaksanakan, akan tetapi Kelompok Tani
Suka Makmur II pernah mencoba untuk mengembangkan usaha penggemukan domba,
namun karena beberapa keterbatasan, usaha yang dijalankan belum memperoleh hasil yang
baik. Kecamatan Kota Agung Timur merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi
peternakan.
Pakan dan Lokasi. Target wilayah untuk SMD peternakan domba adalah Pekon
Kagungan. Wilayah ini memiliki jumlah pakan yang memadai untuk peternakan. Jumlah
lahan yang ditumbuhi rumput sangat memungkinkan untuk melakukan usaha penggemukan
domba. Beberapa anggota kelompok tani Suka Makmur II memiliki lahan yang cukup
ditumbuhi rumput pakan domba. Sarana air bersih juga tersedia dan rata-rata kandang yang
digunakan oleh penduduk jauh dari sumber air bersih. Selain itu, wilayah ini juga jauh dari
kebisingan yang dapat meningkatkan stress pada hewan ternak.
Potensi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat. Dari segi sosial ekonomi dan
budaya, masyarakat telah terbiasa melakukan pemeliharaan kambing/domba yang sifatnya
sebagai usaha sampingan. Budaya masyarakat untuk berkelompok masih sangat kuat
diantaranya, kelompok tani, kelompok arisan RT, kelompok yasinan dan beberapa kelompok
seni dan budaya. Kekuatan budaya ini menjadi modal yang sangat penting sebagai modal
dasar pengembangan kelompok agribisnis yang kuat.
Potensi Pasar. Pemasaran untuk produk domba di Kabupaten Tanggamus masih
diarahkan ke ibukot propinsi, Bandar Lampung melalui pasar hewan di Pringsewu dan juga
ke propinsi terdekat Lampung. Berdasarkan data Badan Perwakilan Daerah Propinsi
Lampung, peternakan Domba masih sangat prospektif untuk dikembangkan.
2.2. Usaha Penggemukan Domba
Usaha peternakan domba merupakan salah satu usaha berbasis potensi lokal yang
menguntungkan. Faktor pendukungnya adalah permintaan pasar yang tinggi, ketersediaan
pasokan domba yang baik dan kondisi alam yang mendukung. Permintaan domba meningkat
saat waktu Idul Qurban tiba.Usaha peternakan domba biasanya dilakukan oleh orang desa
secara perorangan atau berkelompok. Permodalan peternak pada umumnya sangat terbatas,
dilakukan secara tradisional. Pendampingan tenaga ahli peternakan ditujukan untuk
memaksimalkan hasil peternakan. Akan tetapi pendampingan yang baik saat ini belum
terlihat hasilnya. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan daging domba belum bisa
terpenuhi dengan baik.
Pada bulan biasa, harga jual domba adalah Rp 25.000 per kg berat hidup. Pada bulan
kurban, selisih antara harga beli dan harga jual ini meningkat pesat dari Rp 25.000 per kg
berat hidup menjadi Rp 44.000 per kg berat hidup. Selisih antara harga jual dan harga beli ini
merupakan keuntungan bagi peternak. Keuntungan lainnya diperoleh dari penambahan berat
badan domba selama digemukkan selama 4 bulan. Sepuluh hari pertama sejak domba
didatangkan adalah masa-masa penyesuaian domba dari perjalanan dan perpindahan tempat
sehingga pada masa 10 hari pertama ini penambahan berat badan domba tidak efektif.
Dengan demikian, penggemukan 4 bulan mempunyai waktu efektif selama 110 hari.
2.2.1 Teknis Penggemukan Domba
1. Bakalan
Bakalan yang digunakan dalam usaha penggemukan domba ini adalah domba
jantan dengan berat awal 25 kg dengan harga Rp 25.000/kg hidup. Bakalan
didatangkan Pasar Pringsewu yang berjarak sekitar 90 km dari Kota Agung Timur
atau mendatangkan dari Jawa Barat.
2. Pakan
Kelompok tani yang mengusahakan penggemukan domba di Kecamatan Kota
Agung Timur memiliki lahan dengan rumput yang cukup untuk pakan ternak domba.
Ransum yang diberikan untuk domba sebesar 5% dari berat hidup dengan
perbandingan 75:25 untuk hijauan dan konsentrat.
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia
dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan
air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai
berikut:
a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja,
meksiko dan rumput alam.
b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah,
daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.
c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun
kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela
rambat dan daun beringin.
d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam
dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap
dan biji kapas.
Konsentrat yang dipilih sebagai ransum adalah ampas tahu. Hal ini berdasarkan
penelitian Gunawan (2005) bahwa ampas tahu memberikan hasil pertambahan bobot
badan lebih banyak dibandingkan konsentrat yang lain rata-rata sebesar 80
gram/ekor/hari.
Gambar 1. Pakan Ternak Domba
3. Penyiapan Sarana dan Kandang
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah
domba, Fungsi kandang adalah a) Melindungi domba dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan c) Menjaga keamanan dan kesehatan
domba dalam usaha kelompok, d) Memudahkan pengambilan kotoran hewan sebagai
hasil sampingan. Peternak tidak menggunakan satu kandang dalam pengelolaannya,
akan tetapi kandang dibangun dalam lokasi yang berdekatan.
Ukuran kandang ideal bagi domba adalah luas 1x1 m2 untuk satu ekor domba.
Kandang juga sebaiknya tidak terlalu menyerap panas misalnya beratap rumbia, lebih
tinggi dari tanah sebagai bentuk preventif banjir, memiliki ventilasi yang cukup untuk
sinar matahari. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung
makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat
kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
4. Kesehatan Ternak
Pengalaman anggota kelompok dalam beternak merupakan modal penting yang
dapat dimanfaatkan untuk menunjang kesuksesan usaha peternakan ini, ditambah
dengan akses yang mudah dengan petugas / tenaga medis peternakan akan sangat
membantu dalam penanganan ternak sakit dengan cepat.
Menurut Deputi Menegristek (1993), penyakit yang banyak menyerang domba
adalah mencret, radang pusar, titani, Penyakit Mulut dan Kuku, kudis, dan dermatitis.
Penyakit ini dapat dihindari dengan menjaga kebersihan kandang dan tindakan
preventif.
5. Sanitasi dan Tindakan Preventif.
Pada pemeliharaan secara intensif domba dikandangkan sehingga peternak
mudah mengawasinya, sekali dalam seminggu ternak di lepaskan untuk beberapa jam.
Pembersihan kandang dilakukan seminggu sekali, tempat makan dan minum juga
dibersihkan dan dikeringkan setiap hari. Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan
kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat
penampungan limbah,membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran
kandanguntuk disinfektan.
Jika ada domba yang sakit segera diberi obat atau vaksinasi agar yang lain tidak
tertular. Domba dimandikan setidaknya seminggu sekali setelah itu dijemur di bawah
sinar matahari.
6. Pemasaran
Pasar merupakan hal yang sangat penting dekatnya lokasi pemeliharaan dengan
pasar ternak Kota Agung (7 km) dan Pasar Pringsewu (+ 90 Km). Kondisi ini akan
semakin mempermudah akses pemasaran ternak, dan dapat mendukung terhadap
usaha ternak yang akan dikembangkan oleh kelompok.
2.2.2 Aspek Keuangan
Aspek keuangan adalah hal yang penting dalam perencanaan usaha. Hal ini terkait
dengan inventaris kebutuhan pada awal usaha ternak domba. Dengan jumlah kelompok tani
10 orang yang akan dibina dalam program sarjana membangun desa ini, jumlah domba yang
diusulkan untuk dialokasikan adalah 15 ekor/petani. Selain itu kebutuhan pakan, kandang,
dan biaya-biaya lainnya serta penguatan kelembagaan dipenuhi dari dana yang digulirkan
melalui program SMD.
Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka
panjang (biaya investasi), seperti: bakalan domba, bangunan, instalasi pengolahan
pupuk.
2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada
saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
pembinaan.
3. Biaya lainnya, seperti: bunga dan pinjaman.
2.2.3 Aspek Manajemen
Bentuk manajemen yang akan diterapkan pada program usulan usaha ini adalah
manajemen teknologi, manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional,
manajemen risiko dan manajemen strategi.
Manajemen Teknologi. Teknologi yang digunakan pada usaha ini adalah teknologi
proporsi ransum yang didasarkan atas hasil penelitian terdahulu. Selain itu, pengolahan
limbah ternak juga akan menggunakan teknologi berbasis zero waste (tanpa sampah) yang
akan mengolah limbah ternak menjadi pupuk yang dapat dijual kembali.
Manajemen Sumberdaya Manusia. Pelaku usaha pada program ini adalah petani
yang tergabung dalam kelompok tani Suka Makmur II yang dibina oleh calon SMD.
Peningkatan kapabilitas yang dilakukan sesuai dengan jadwal dan rencana yang sudah
disusun. Monitoring dan pengawasan juga dilakukan untuk menilai kinerja masing-masing
individu di dalam kelompok. Penilaian kinerja didasarkan pada: Perkembangan pengelolaan
sistem usaha, Penyerapan dana yaitu perbandingan antara jumlah pengeluaran dan alokasi
dana dalam pemnberdayaan permodalan, Perkembangan kelompok ternak, Hambatan dan
permasalahan yang timbul serta cara penangananya, sejak tahap persiapan perencanaan
sampai pelaksanaan program.
Untuk mempermudah jalannya usaha dibentuk hirarki pengawasan dan pembinaan
serta komunikasi pada kelompok tani Suka Makmur II.
Gambar 2. Hirarki Pembinaan Kelompok Tani Suka Makmur II
Manajemen Operasional. Dalam menjalankan usahanya kelompok Tani Suka
Makmur II memiliki visi untuk dapat menjadi kelompok tani mandiri yang memanfaatkan
potensi dan sumberdaya lokal menuju kesejahteraan petani/peternak anggota. Misi yang
dijalankan adalah dengan mengikuti rencana kegiatan dan pelatihan yang disusun oleh calon
SMD.
Manajemen Risiko. Setiap usaha pasti memiliki risiko tertentu. Sikap pengusaha
dalam hal ini SMD dan kelompok tani binaan dalam menghadapi risiko usaha menjadi sangat
diperlukan. Risiko tidak harus dihindari tidak juga harus ditantang. Manajemen yang baik
untuk mempersiapkan kondisi untuk menghadapi risiko harus dimiliki dalam usaha ini.
Risiko yang mungkin terjadi pada usaha penggemukan domba adalah risiko penyakit,
kematian, dan pasar.
Untuk mengendalikan risiko tersebut beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah
penceghan penyakit, mempersiapkan analisis usaha yang menyertakan kematian sebagai
parameter penjualan hasil ternak. Risiko pasar adalah tidak adanya pasar yang menampung
hasil ternak, untuk itu strategi yang dipilih adalah melakukan exit strategy horisontal dengan
menjalin kemitraan dalam rangka penganekaragaman produk. Dalam hal ini dengan
distributor pupuk misalnya. Selain itu kemitraan vertikal juga dapat dijalin untuk pemenuhan
kebutuhan produksi.
Manajemen Strategi. Pengembangan usaha peternakan memerlukan strategi untuk
mencapai tujuan. Strategi yang digunakan dalam program ini disusun berdasarkan analisis
SWOT sehingga mencerminkan kondisi internal dan eksternal peternak domba.
2.2.4 Penguatan Kelembagaan
Ardhana Surya Saputra, SPt
Koordinator Program
Suyatno
Koordinator Lapang
PETERNAK PETERNAK PETERNAK
Sebuah usaha akan dapat berjalan dengan lancar jika subsistem pendukungnya
tersedia dan mendukung dengan baik. Dalam konsep kelembagaan, salah satu bentuk
lembaga yang dapat menolong petani adalah dirinya sendiri melalui kelompok tani atau
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Peningkatan produksi ternak domba yang menjadi
indikator keberhasilan usaha memiliki beberapa strategi di mana penguatan kelembagaan
menjadi bagian penting dalam strategi.
Kelembagaan yang baik adalah kelembagaan yang terintegrasi baik petani, liaison
(penghubung), dan pemerintah. Peran penghubung adalah menjadi fasilitator antara petani
dan pemerintah sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik. Petani diharapkan dapat
melakukan audiensi ataupun diskusi dengan pemerintah. Dalam program pendampingan
Kelompok Tani Suka Makmur II, penguatan kelembagaan yang dilakukan adalah dengan
membuat mapping dan positioning antara pemerintah, peternak domba, dan SMD sehingga
program pelatihan yang direncanakan SMD dapat selaras dengan kebijakan Ditjennak RI.
Kelembagan pertanian yang dibina secara sinergis dan terintegrasi dapat
mendatangkan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh, dalam penggemukan domba, hasil
sampingan adalah kotoran kambing.
BAB III
ANALISIS FINANSIAL
Untuk melakukan analisis usaha penggemukan domba, perlu ditetapkan beberapa
asumsi dan faktor teknis yang akan menentukan untung ruginya usaha tersebut. Sedangkan
analisis kelayakan finansial usaha dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, diantaranya
analisis cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan B/C rasio
(Gittinger, 1986). Dalam melakukan analisis finansial ditetapkan asumsi-asumsi terkait
dengan usaha penggemukan domba.
Teknis usaha penggemukan menggunakan bakalan domba garut dengan umur kira-
kiran 1 tahun. Dengan perkiraan bobot rata-rata 25kg/ekor dan harga beli dipasaran
diasumsikan Rp.25.000/kg bobot hidup, maka harga satu ekor bakalan domba siap
digemukkan sekitar Rp. 625.000/ekor. Kebutuhan pakan diasumsikan 5% dari berat hidup
sekitar 1,5kg/ST/hari. Pakan hijauan berkualitas diperoleh dari kebun HMT milik anggota
kelompok dan diasumsikan dengan biaya Rp.150,-/kg. Sedangkan biaya konsentrat berupa
ampas tahu sekitar Rp.800,-/kg. Keuntungan lain yang didapat adalah saat Idul Adha dimana
harga daging meningkat menjadi sekitar Rp. 44.000- Rp. 45.000/kg dan mengalami kenaikan
15-20% per tahun. Untuk lebih lengkapnya, faktor teknis usaha penggemukan sapi dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Selain asumsi dan faktor teknis, untuk melakukan analisis usaha penggemukan domba
juga diperlukan perkiraan struktur populasi ternak dalam jangka waktu tertentu. Struktur
populasi ini akan menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan baik
produk utama berupa/bakalan atau bibit, maupun produk sampingan berupa pupuk kandang.
Perkiraan struktur populasi selama 3 tahun adalah tingkat kematian 5% setiap tahunnya.
Asumsi untuk penjualan pupuk didasarkan atas jumlah kotoran/ST/hari rata 1,5kg (Balitnak,
2003). Pupuk yang dijual untuk tahun pertama sebanyak 500 kg. Biaya modal awal untuk
penggemukan domba dapat dilihat di Lampiran 2.
Total investasi awal disesuaikan dengan alokasi anggaran yang ada yaitu sebesar Rp.
158.450.000,-. Biaya operasional dan modal kerja untuk usaha penggemukan, meliputi, biaya
pakan hijauan, tenaga kerja dan sewa lahan kandang akan diperhitungkan dan dibayarkan
setelah ada penjualan output. Sedangkan untuk biaya konsentrat pada usaha pembibitan akan
dibiayai dari sebagian keuntungan usaha penggemukan yang persentasenya akan ditetapkan
kemudian.
Berdasarkan analisis arus kas yang dilakukan dapat diketahui bahwa NPV bernilai
positif (Rp. 78.317.500,-) menunjukkan bahwa apabila investasi dijalankan maka usaha akan
memberikan kentungan. Semakin besar NPV maka usaha akan semakin untung. Nilai IRR
yaitu 19,99% lebih besar dari asumsi tingkat bunga bank (15%). Hal ini menunjukkan bahwa
investasi pada usaha ini akan jauh menguntungkan daripada sejumlah modal tersebut
diinvestasikan pada bank.
B/C rasio rata-rata pertahun sebesar 1,66 hal ini berarti setiap pengeluaran tambahan
biaya produksi sebesar Rp. 100,- akan menghasilkan Rp. 166,-. Dengan kata lain, keuntungan
akan semakin meningkat seiring dengan penambahan input produksi (jumlah ternak) yang
diinvestasikan. Keterangan lengkap tentang penghitungan keuangan dapat dilihat pada
Lampiran 3. Dengan adanya kelayakan pada aspek teknis, kelompok tani, dan layak secara
finansial, maka usaha penggemukan domba ini dapat dijalankan.
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan tujuan dan ouput yang diharapkan dari program usaha penggemukan
domba ini, maka sudah semestinya program ini ditindaklanjuti dengan implementasi
program dilapangan. Aspek kelayakan lokasi kelompok ternak, dan kelayakan finansial serta
SDM yang berkualitas, menunjukkan bahwa program Sarjana Membangun Desa Tahun 2011
layak dilakukan di Pekon Kagungan Kecamatan Kota Agung Timur Lampung untuk dapat
memperkuat kelembagaan petani domba menuju kemandirian dan kesejahteraan anggota
pada khususnya serta masyarakat sekitar pada umumnya. Harapan kedepan, target pemerintah
untuk memperkuat posisi tawar dan mensukseskan program swasembada daging terpenuhi
serta pemberdayaan peternak dapat tercapai. Hal terpenting dalam program ini adalah transfer
ilmu, pengalaman, teknologi serta manajemen budidaya dan organisasi melalui SMD yang
berkualitas, sehingga dapat mencapai kemandirian kelompok tani ternak dan kesejahteraan
anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA
[Balitnak] 2003. Kotoran Kambing-Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis.. Bogor : Balai
Penelitian Ternak
Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta:
Universitas Indonesia
Gunawan, Arfah Alam. 2005. Kecukupan Energi Metabolis Pakan Domba Garut Jantan
pada Fase Pertumbuhan di Peternakan Lesan Putra Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
[Menegristek] 1993. Budidaya Ternak Domba. Jakarta: Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek Menegristek Republik Indonesia.
Lampiran 1
Aspek Teknis Penggemukan Domba
No Keterangan Satuan Jumlah
1 Periode Penggemukan Bulan 4
Hari 120
Tahun 3
2 Pengadaan domba
bakalan
a. Pengadaan domba ekor/periode 150
b. Bobot awal rata-rata kg/ekor 25
c. Harga domba Rp/kg 25000
d. Harga domba bakalan Rp/ekor 625000
e. Transportasi Rp/ekor 20000
3 Pakan dan Tenaga Kerja
a. Konsumsi Hijauan kg/ekor/hari 5
b. Konsumsi konsentrat kg/ekor/hari 0.5
c. Harga konsentrat Rp/kg 800
d. Harga hijauan Rp/kg 150
e. Obat dan vitamin Rp/ekor/bulan 5000
f. Tenaga Kerja Rp/ekor/hari 1000
4 Aspek Penggemukan
a. Target PBB harian kg/ekor/hari 0.08
b. Target pertambahan
bobot kg/ekor/periode 9.6
c. Bobot akhir kg/ekor 34.6
d. Harga jual domba Rp/ekor 865000
5 Penjualan Hasil
Sampingan
a. Produksi Kotoran Kg/ekor/hari 1.5
b. Harga pupuk kandang
basah Rp/kg 500
36
Lampiran 2
Modal Awal Usaha Penggemukan Domba
Modal Awal (Start Up Cost)
Jenis Biaya Jumla
h Satuan
Perkiraan Biaya per Unit (Rp)
Total Biaya (Rp)
Umur (Tahun)
Penyusutan Per Tahun
Nilai Sisa
A. BIAYA INVESTASI
Kandang 10 unit 1,500,000 15,000,000 4 3,750,000 3,750,000
Instalasi pengolahan pupuk 1 unit 1,000,000
1,000,000 5 200,000 1,000,000
Peralatan Peternakan 1 Paket 1,000,000 1,000,000 3 333,333 0
Total Biaya Investasi 17,000,000 4,283,333 4,750,000
B. MODAL KERJA 1 periode
Biaya Operasional dalam 1 tahun
Domba Bakalan 150 ekor 625,000 93,750,000
Hijauan 1 paket 13,500,000 13,500,000
Konsentrat 1 Paket 7,200,000 7,200,000
Obat-obatan dan vitamin 1 paket 500,000 500,000
Total modal kerja 114,950,000
C. BIAYA USAHA
Pendampingan 12 bulan 1,500,000 18,000,000
Pelatihan 6 paket 750,000 4,500,000
Monitoring dan pelaporan 1 Paket 1,000,000 1,000,000
Penguatan lembaga 1 Paket 1,500,000 1,500,000
Transportasi 150 unit 10,000 1,500,000
Total Biaya Usaha 26,500,000
Total start up cost (A+B+C) 158,450,000
37
Lampiran 3
Cash Flow Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Kelompok Tani Suka Makmur II
No Uraian 1 2 3 4
I Inflow
A. Penggemukan Domba
1. Penjualan domba 436,150,000 440,440,000 447,590,000
2. Penjualan pupuk kandang 750,000 787,500 900,000
Total Inflow 0 436,900,000 441,227,500 448,490,000
II Outflow
B. Investasi
Kandang 15,000,000
Instalasi pengolahan pupuk 1,000,000
Peralatan peternakan 1,000,000
C. Operasional Penggemukan Domba
Domba Bakalan 93,750,000 281,250,000 281,250,000 281,250,000
Hijauan (5xRp 150x150 ekor x 120 hari) 13,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000
Konsentrat (0,5xRp. 800x150 ekor x
120hr)
7,200,000
21,600,000 21,600,000 21,600,000
Obat-obatan dan vitamin 500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Biaya Transportasi 3,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000
D. Pendampingan
Manajemen/pendampingan 18,000,000 18,000,000 18,000,000
Pelatihan 750,000 3,750,000 0 0
Monitoring dan Pelaporan 0 1,000,000 0 1,000,000
Peguatan kelembagaan 0 1,500,000 0 0
E. Biaya Operasional Lain
38
Perawatan Kandang 1,000,000 1,000,000 1,000,000
Beban administrasi 1,000,000 1,000,000 1,000,000
Beban listrik 500,000 500,000 500,000
Total Biaya Investasi 17,000,000 0 0 0
Total Biaya Operasional 118,700,000 380,600,000 374,350,000 375,350,000
Total Outflow 135,700,000 380,600,000 374,350,000 375,350,000
III Analisis Keuangan
Net Benefit (I-II)
-
135,700,000 56,300,000 66,877,500 73,140,000
Discount Factor 15% 0.870 0.756 0.658 0.572
PV/tahun
-
118,000,000 42,570,888 43,973,042 41,818,032
PV Positif 196,317,500
PV Negatif
-
118,000,000
NPV 78,317,500
Net B/C 1.66
IRR 19.99%
1. Asumsi bunga bank yang digunakan adalah 15% per tahun
2. NPV bernilai positif berarti kegiatan usaha layak secara ekonomis
3. Nilai IRR 19,99% lebih tinggi dari suku bunga bank yang berarti investasi layak dilakukan
4. Nilai B/C lebih besar dari 1 sehingga berarti usaha yang dijalankan akan mendatangkan keuntungan.