melly etika 1

71
Melly

Upload: stevany-minsanita

Post on 28-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Melly Etika 1

Melly

Page 2: Melly Etika 1

PERSYARATAN PRAKTIK

• Konsil – kolegium – org.Profesi• Pendidikan• Registrasi

Page 3: Melly Etika 1

Institusi Pendidikan Kolegium KKI Dinkes Kab/Kota

Sertifikat Kompetensi

Surat Tanda Registrasi (STR) SIP

Mutu

JagaMutu

Praktik

KKI Dinkes Kab/Kota

SIP

FK/PS

Ijazah

Tiap 5 Tahun Registrasi Ulang Sertifikat

Kompetensi Baru

Kolegium KKI Dinkes Kab/Kota

Surat Tanda Registrasi (STR) SIP

Praktik

Keterkaitan Ijazah, Sertifikat Kompetensi, STR, SIP

Sertifikat Kompetensi

Ijazah

Uji Kompetensi

Page 4: Melly Etika 1

PERSYARATAN PRAKTIK

• Bertujuan: menjaga dan meningkatkan akuntabilitas profesi

• Bahwa setiap dokter memiliki kompetensi & memiliki kewenangan (papan praktik: nama + STR + SIP)

• Bahwa orang yg bukan dokter tidak akan memiliki STR + SIP

Page 5: Melly Etika 1

PERSYARATAN DOKTER

• Standar pendidikan– Disusun oleh aipki, irspi, kolegium– Ditetapkan oleh konsil

• Standar kompetensi– Kurikulum standar– Ujian kompetensi– Sertifikat kompetensi– Kompetensi berjenjang & dik-lat berkelanjutan

Page 6: Melly Etika 1

PELAKSANAAN PRAKTIK

• Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkaan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan

Pasal 39

• Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti

Pasal 40 ayat 1

• Dokter atau dokter gigi pengganti harus mempunyai SIPPasal 40 ayat 2

Page 7: Melly Etika 1

PELAKSANAAN PRAKTIK

• Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki SIP untuk melakukan praktik kedokteran di sarana tersebut

Pasal 42

• Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai SIP dan menyelenggarakan praktik kedokteran sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib memasang papan nama praktik kedokteran

Pasal 41 ayat 1

• Pimpinan sarana pelayanan wajib membuat daftar dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran

Pasal 41 ayat 2

Page 8: Melly Etika 1

PENYELENGGARAAN PRAKTIK

• Pasal 36-38 : ijin praktik• Pasal 39-43 : pelaksanaan praktik• Pasal 44 : standar pelayanan• Pasal 45 : persetujuan tindakan• Pasal 46-47 : rekam medis• Pasal 48 : rahasia kedokteran• Pasal 49 : kendali mutu & biaya• Pasal 50-53 : hak & kewajiban pasien dan dokter

Page 9: Melly Etika 1

Sertifikat Kompetensi• Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan

seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktek kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. (Pasal 1 ayat 4)

• Sertifikat Kompetensi dikeluarkan oleh Kolegium yang bersangkutan (Pasal 29 ayat 3 huruf d)

• Sertifikat kompetensi berlaku 5 tahun

• Sertifikat kompetensi ulang (resertifikasi) termasuk didalam ranah pendidikan dan pelatihan berkelanjutan

• Minimal requirment ditetapkan 200 Satuan Kredit Partisipasi (SKP) IDI per 5 tahun, untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi baru

Page 10: Melly Etika 1

Surat Tanda Registrasi (STR)

• Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki STR dokter dan STR dokter gigi. (Pasal 29 ayat 1)

• STR dokter dan STR dokter gigi sebagaimana simaksud pada ayat 1 diterbitkan oleh KKI

• STR berlaku selama 5thn & di registrasi ulang setiap 5 tahun sekali dengan tetap memenuhi persytaran sebagaimana syarat-syarat untuk mendapatkan STR yaitu memiliki surat ket. Sehat fisik & mental serta memiliki sertifikat kompetensi.

Page 11: Melly Etika 1

SURAT IZIN PRAKTIK

Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepadadokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran

setelahmemenuhi persyaratan.

Page 12: Melly Etika 1

Pengertian : Izin Praktek bagi dokter memberikan pelayanan medis di sarana kesehatan pemerintah, Swasta maupun perorangan.

Dasar Hukum :1.UU Nomor : 29 tahun 2004 tentang peraktek kedokteran2.Permenkes RI Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan praktek Dokter dan dokter gigi

Instansi Pemroses : Dinas Kesehatan

Instansi Pemberi Pertimbangan

: Kepala Dinas Kesehatan

Kewenangan Penanda Tanganan

: Kepala Dinas Kesehatan

Jangka Waktu Penyelesaian Izin

: 6 hari kerja

Jangka Waktu Berlakunya

: 5 Tahun (sesuai masa berlaku STR).

Page 13: Melly Etika 1

Syarat – syarat Permohonan Izin

:1.Foto Copy STR2.Foto Copy Ijazah3.Foto Copy Surat keputusan penempatan dalam rangka masa bakti telah selesai menjalankan masa bakti / surat keterangan menunda masa bakti yang telah dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang4.Surat pernyatan memiliki tempat peraktek (dilampiri dengan rekomendasi dari Pimpinan Sarana Kesehatan bagi dokter yang peraktek di Sarana Pelayanan Kesehatan)5.Denah lokasi praktek6.Denah ruangan praktek7.Surat rekomendasi dari organisasi profesi Cabang Kota Sukabumi8.Pas foto berwarna ukuran 4x6:2 lembar dan ukuran 2x3 : 1 lembar.

Tekhnis Pemrosesan :1.Permohonan diterima (persyaratan sesuai kolom 9 sudah lengkap)2.Survey lokasi3.Penerbitan SIP

Page 14: Melly Etika 1

Ketentuan PidanaNo. Pelanggaran Pidana UU 29/2004

1. Dr/drg praktik tanpa STR Penjara max 3 thnDenda max Rp.100 jt

Ps 75 ay 1

2. Dr/drg praktik tanpa SIP Idem Ps 76

3. Dr/drg WNA praktik tanpa STR sementara/ bersyarat

Idem Ps 75 ay 2,3

4. Dr/drg yang:Tidak memasang papan praktikTidak membuat rekam medis yg baikTidak memenuhi kewajiban(Ps 51)

Kurungan max 1 thn; denda max Rp.50 jt

Ps 79

5. Identitas dan gelar palsu. Tanpa STR dan SIP

Penjara max 5 thn; denda max Rp.150 jt

Ps 77

6. Mempekerjakan dr/drg tanpa SIP Penjara max 10 thn; denda max Rp.300 jt

Ps 80

Page 15: Melly Etika 1

DOKTER DI INDONESIA

UU Kesehatan no.36 tahun

2009

UU Praktik Kedokteran no.29

tahun 2004

KODEKISumpah Dokter

Indonesia

YANG MENGIKAT DOKTER INDONESIA

KUHP

Page 16: Melly Etika 1

Sumpah Dokter Indonesia

Page 17: Melly Etika 1

Sumpah Dokter Indonesia

• Sumpah Dokter Indonesia adalah sumpah yang

dibacakan oleh seseorang yang akan menjalani

profesi dokter Indonesia secara resmi.

• Sumpah Dokter Indonesia didasarkan atas Deklarasi

Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah

Hippocrates.

Page 18: Melly Etika 1

LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA(Berdasarkan SK Menkes No. 434/SK/X/1983)DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH BAHWA :Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan.Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga, martabat, dan tradisi luhur jabatan kedokteran.Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.

Page 19: Melly Etika 1

Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan sekalipun diancam.

Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.

Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, perbedaan kelamin, politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita.

Saya akan memberikan kepada guru-guru saya, penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya .

Saya akan perlakukan teman sejawat saya, sebagaimana saya ingin diperlakukan.

Saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

Page 20: Melly Etika 1

Yang wajib mengambil sumpah

• Semua dokter Indonesia lulusan pendidikan dalam negeri maupun luar

negeri wajib mengambil sumpah dokter.

• Mahasiswa asing yang belajar di Perguruan Tinggi Kedokteran Indonesia

juga diharuskan mengambil sumpah dokter Indonesia.

• Dokter asing tidak harus diambil sumpahnya karena tamu, ia menjadi

tanggung jawab instansi yang memperkerjakannya.

• Dokter asing yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat

Indonesia, harus tunduk pada KODEKI.

Page 21: Melly Etika 1

Penjelasan beberapa hal yang berkaitan dengan lafal sumpah dokter

• Dalam pengertian "Guru-guru saya", termasuk juga mereka yang

pernah menjadi guru / dosennya.

• Dalam ikrar sumpah yang keempat, dikemukakan bahwa dalam

menjalankan tugas seorang dokter akan mengutamakan

kepentingan masyarakat dalam pengertian ini tak berarti

bahwa kepentingan individu pasien dikorbankan demi

kepentingan masyarakat tetapi harus ada keseimbangan

pertimbangan antara keduanya.

Page 22: Melly Etika 1

Declaration of Geneva

Dengan hikmat saya berjanji untuk mendarmabaktikan hidup saya untuk melayani kemanusiaan.

Saya akan menghormati dan menghargai guru-guru saya sebagaimana mestinya.

Saya akan menjalani profesi saya dengan penuh kesadaran dan kehormatan.

Kesehatan pasien saya adalah pertimbangan utama saya.

Saya akan menghormati rahasia-rahasia yang dipercayakan kepada saya, bahkan sampai setelah pasien meninggal.

Saya akan menjaga sedapat-dapatnya, kehormatan dan tradisi kemuliaan profesi medis.

Page 23: Melly Etika 1

Kolega saya adalah saudara saya.

Saya tidak akan membiarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat agama, bangsa, ras, partai politik atau status sosial mempengaruhi dalam tugas dan pasien saya.

Saya akan menjaga setinggi-tingginya kehidupan manusia sejak permulaan, walaupun dalam keadaan terancam, dan saya tidak akan menggunakan pengetahuan kedokteran saya berlawanan dengan hukum hukum kemanusiaan.

Saya menyatakan janji ini dengan segenap kesungguhan tanpa paksaan dan dengan segala hormat saya.

(International Code of Medical Ethics, Geneve, 1947)

Page 24: Melly Etika 1

I solemnly pledge myself to consecrate my life to the service of humanityI will give to my teachers the respect and gratitude which is their dueI will practice my profession with conscience and dignity. The health of my patient will be my first considerationI will respect the secrets which are confided in me, even after patient has diedI will maintain by all the means in my power, the honor and the noble traditions of the medical profession. My colleagues will be my brothersI will not permit considerations of religion, nationality, race, party politics or social standing to intervene between my duty and my patientI will maintain the utmost respect for human life from the time of conception, even under threat and I will not use my medical knowledge contrary to the laws of humanityI make these promises solemnly, freely and upon my honor.

(International Code of Medical Ethics – 1947)

Declaration of Geneva

Page 25: Melly Etika 1
Page 26: Melly Etika 1

NASKAH SUMPAH HIPPOKRATES ASAS ETIKA MEDIS

Saya akan menetapkan peraturan diet untuk orang yang sakit sesuai dengan dan penilaian saya; saya akan menjaga mereka terhadap cidera dan ketidakadilan

Asas berbuat baik (beneficence)- Asas tidak menimbulkan mudharat (non maleficence)

Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun jika diminta, saya juga tidak akan mengajukan saran tentang itu.Demikian juga sya tidak akan memberikan kepada perempuan obat untuk terjadinya keguguran. Dalam kemurnian dan kesucian saya akan menjaga hidup dan seni saya

Asas menghormati hidup manusia

Saya tidak akan menggunakan pisau, juga tidak pada penderita batu, tapi saya menarik diri dan menyerahkan pekerjaan kepada orang orang yang memang biasa melakukannya

Asas menyadari keterbatasan diri sendiri

Dirumah manapun saya berkunjung, saya datang untuk kebaikan yang sakit, menjauhkan diri dari semua ketidakadilan yang disengaja, dari semua perbuatan jahat dan khusus hubungan kelamin dengan perempuan maupun laki laki, apakah mereka orang orang bebas atau budak belian

Asas beneficence, berakhlak dan berbudi luhur

Apapun yang saya lihat atau dengar selama menjalankan pengobatan malahan di itu berhubungan dengan hidup orang yang dengan alasan apapun tidak boleh diumumkan, akan saya simpan untuk saya sendiri karena hal-hal seperti itum memalukan untuk dibicarakan

Asas menjaga kerahasiaan pasien (asas konfidensialitas)

Page 27: Melly Etika 1

KODEKI

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA NO.

221/PB/A.4/04/2002 TENTANG PENERAPAN KODE ETlK KEDOKTERAN INDONESIA

Page 28: Melly Etika 1

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

• Hasil mukernas Etik Kedokteran Indonesia III Tahun 2001 sebagai Pedoman Etik bagi dokter dalam menjalankan profesi kedokteran.

• Etik ini memuat prinsip-prinsip yaitu : Beneficence, non maleficence, autonomi dan justic.

• Etik kedokteran dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur hubungan manusia umumnya, dan memiliki asas-asasnya dalam falsafah masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus.

• Khusus di Indonesinga Asas itu adalah Pancasila yang diakui sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan struktural.

Page 29: Melly Etika 1

Kode Etik Kedokteran Indonesia

• Kewajiban Umum

• Kewajiban Dokter – Pasien

• Kewajiban Dokter – Teman Sejawat

• Kewajiban Diri Sendiri

Page 30: Melly Etika 1

KEWAJIBAN UMUMPASAL ISI

Pasal 1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah Dokter.

Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.

Pasal 3Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi, yang mengakibatkan hilangnya kebebasan profesi.

Pasal 4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yg bersifat memuji diri.

Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasehat yg mungkin melemahkan daya tahan mahluk insani, baik psikis maupun fisik, hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan penderita.

Pasal 6Setiap dokter senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yg belum diuji kebenarannya serta hal2 yg dpt menimbulkan keresahan di masyarakat.

Pasal 7 Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yg dapat dibuktikan kebenarannya.

Pasal 8Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yg menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yg sebenarnya.

Pasal 9 Setiap dokter dalam bekerja sama dengan pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.

Page 31: Melly Etika 1

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

PASAL ISI

Pasal 10 Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 11 Setiap dokter menghormati hak asasi penderita.

Pasal 12Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yg mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut.

Pasal 13Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dlm beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 14 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya ttg seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.

Pasal 15Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan lebih mampu memberikannya.

Page 32: Melly Etika 1

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA

PASAL ISI

Pasal 16 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 17 Seorang dokter tidak boleh dengan sengaja mengambil alih penderita dari teman sejawatnya.

Page 33: Melly Etika 1

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

PASAL ISI

Pasal 18 Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dpt bekerja dengan baik.

Pasal 19 Seorang dokter hendaknya selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia pada cita-citanya yg luhur.

PENUTUP

PASAL ISI

Pasal 20 Setiap dokter harus berusaha dgn sungguh2 menghayati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Page 34: Melly Etika 1

7 area Kompetensi Dokter(sesuai dengan standar Kompetensi Dokter Indonesia)

Page 35: Melly Etika 1

Kompetensi yang diharapkan :1. Komunikasi efektif2. Keterampilan klinis3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran4. Pengelolaan masalah kesehatan5. Pengelolaan informasi6. Mawas diri dan pengembangan diri7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme

serta keselamatan pasien

Page 36: Melly Etika 1

I. Area Komunikasi efektif1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

1.1 Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya• Memberikan salam• Memberikan situasi yang nyaman bagi

pasien• Menunjukkan sikap empati dan dapat

dipercaya• Mendengarkan dengan aktif (penuh

perhatian dan memberi waktu yang cukup pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien)

• Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekawatiran, maupun harapannya

• Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu

• Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan

1.2 Mengumpulkan informasi• Mampu menggunakan open-ended

maupun closed question dalam menggali informasi (move from open to closed question properly)

• Meminta penjelasan pada pasien pada pernyataan yang kurang dimengerti

• Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa lalu

• Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien

• Tidak memberikan nasehat maupun penjelasan yang prematur saat masih mengumpulkan data

Page 37: Melly Etika 1

1.3 Memahami Perspektif Pasien• Menghargai kepercayaan pasien terhadap

segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya

• Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien, kekhawatirannya, dan harapannya

• Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi pasien (marah,takut, malu, sedih, bingung, eforia, maupun pasien dengan hambatan komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis)

• Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter pasien yang profesional

• Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti oleh pasien (termasuk bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas informasi , menjelaskan hasil diagnosis, pilihan penanganan serta prognosis

1.4 Memberi Penjelaskan dan Informasi• Mempersiapkan perasaan pasien untuk

menghindari rasa takut dan stress sebelum melakukan pemeriksaan fisik

• Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin timbul selama pemeriksaan fisik atau tindakannya

• Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang tujuan, keperluan, manfaat, resiko prosedur diagnostik, dan tindakan medis (terapi, operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan

• Menjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsultasi, atau menganjurkan rujukan untuk permasalahan yang sulit

• Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien maupun keluarganya

• Memastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan pilihan-pilihan tindakan telah dipahami oleh pasien

• Memberikan waktu yang cukup kepada pasien untuk merenungkan kembali serta berkonsultasi sebelum membuat persetujuan

• Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung tinggi etika kedokteran

• Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah dibuat dan disepakati

Page 38: Melly Etika 1

2. Berkomunikasi dengan sejawat

• Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

• Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

• Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

3. Berkomunikasi dengan masyarakat• Menggunakan bahasa yang

dipahami oleh masyarakat• Menggali masalah kesehatan

menurut persepsi masyarakat• Menggunakan teknik komunikasi

langsung yang efektif agar masyarakat memahami kesehatan sebagai kebutuhan

• Memanfaatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara efektif ketika melakukan promosi kesehatan

• Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan kesehatan secara profesional

Page 39: Melly Etika 1

4. Berkomunikasi dengan profesi lain• Mendengarkan dengan penuh

perhatian dan memberi waktu cukup kepada profesi lain untuk menyampaikan pendapatnya

• Memberi informasi yang tepat waktu dan sesuai kondisi yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemrosesan klaim

• Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi ahli di pengadilan (jika diperlukan)

• Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah kesehatan masyarakat

Page 40: Melly Etika 1

II. Area Ketrampilan Klinis1. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta

penting tentang pasien dan keluarganyaMenggali dan merekam dengan jelas keluhan-keluhan yang disampaikan (bila perlu disertai gambar), riwayat penyakit saat ini, medis, keluarga, sosial, serta riwayat lain yang relevan

2. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium– Memilih prosedur klinis dan laboratorium sesuai dengan

masalah pasien– Melakukan prosedur klinis dan laboratorium sesuai kebutuhan

pasien dan kewenangannya– Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara yang seminimal

mungkin menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien

– Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah pasien

Page 41: Melly Etika 1

– Menemukan tanda-tanda fisik dan membuat rekam medis dengan jelas dan benar

– Mengidentifikasi, memilih, dan menentukan pemeriksaan laboratorium yang sesuai

– Melakukan pemeriksaan laboratorium dasar– Membuat permintaan pemeriksaan laboratorium penunjang– Menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan

penyakit– Memilih dan melakukan ketrampilan terapeutik, serta tindakan

prevensi sesuai dengan kewenangan3. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

– Menentukan keadaan kedaruratan klinis– Memilih prosedur kedaruratan klinis sesuai kebutuhan pasien

atau menetapkan rujukan– Melakukan prosedur kedaruratan klinis secara benar dan etis,

sesuai dengan kewenangannya– Mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut

Page 42: Melly Etika 1

III. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

1. Menerapkan konsep – konsep dan prinsip – prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

• Menjelaskan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya.

• Menjelaskan masalah kesehatan baik secara molekular maupun selular melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.

Page 43: Melly Etika 1

• Menjelaskan faktor – faktor non-biologis yg berpengaruh terhadap masalah kesehatan.

• Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, poin – poin patogenesis dan patofisiologis, akibat yg ditimbulkan serta resiko spesifik secara efektif.

• Menjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekular • Menjelaskan secara rasional / ilmiah dalam menentukan penanganan

penyakit baik secara klinikal epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, olah raga, atau perubahan perilaku.

• Menjelaskan berbagai pilihan yg mungkin dilakukan dalam penanganan pasien.

• Menjelaskan pertimbangan pemilihan intervensi berdasarkan farmakologis, fisiologi, gizi, ataupun perubahan tingkah laku.

Page 44: Melly Etika 1

• Menjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu paruh, dosis, serta penerapannya pada keadaan klinik.

• Menjelaskan kemungkinan terjadinya interaksi obat dan efek samping.

• Menjelaskan manfaat terapi diet pada penanganan kasus tertentu.

• Menjelaskan perubahan proses patofisiologi setelah pengobatan.

• Menjelaskan prinsip – prinsip pengambilan keputusan dalam mengelola masalah kesehatan.

Page 45: Melly Etika 1

2. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium, dan prosedur yg sesuai.

• Menjelaskan (patofisiologi dan terminologi lainnya) data klinik dan laboratorium untuk menentukan diagnosis pasti.

• Menjelaskan alasan hasil diagnosis dengan mengacu pada evidence-based medicine.

3. Menentukan efektivitas suatu tindakan • Menjelaskan bahw kelainan dipengaruhi oleh tindakan• Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan.• Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penganan penyakit.

Page 46: Melly Etika 1

IV. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

1. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yg utuh, bagian dari keluarga, dan masyarakat.

• Menginterpretasikan data klinik dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara dan diagnosis banding

• Menjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu penyakit.

• Mengidentifikasi berbagai pilihan cara pengelolaan yg sesuai dengan penyakit pasien.

Page 47: Melly Etika 1

• Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yg paling tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, kendali biaya, manfaat, dan keadaan pasien serta sesuai pilihan pasien.

• Melakukan konsultasi mengenai pasien bila perlu.

• Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yg berlaku, tanpa atau sesudah terapi awal.

Page 48: Melly Etika 1

• Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan tindakan kewenangannya.

• Memberi alasan strategi pengelolaan pasien yang dipilh berdasarkan patofisiologi, patogenesis, farmakologi, faktor psikologis, sosial, faktor-faktor lain yang sesuai.

• Membuat intruksi tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca.

• Menulis resep obat secara rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas lengkap dan dapat dibaca.

Page 49: Melly Etika 1

• Mengindikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan penanganan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan cepat.

• Memprediksi, memantau, mengenali kemungkinan adanya interaksi obat dan efek samping, memperbaiki atau mengubah terapi dengan tepat.

• Menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga secara holistik, komprehensif, koodinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam mengelola penyakit dan masalah pasien.

• Mengindentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial sebagai faktor yang mungkin berpengaruh.

Page 50: Melly Etika 1

V. Area Pengelolan Informasi

1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakkan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan, dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien.

• Menggunakan teknologi informasi, komunikasi (internet yg baik).

• Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan validitasnya.

Page 51: Melly Etika 1

• Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah.

• Menerapkan ketrampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data relevan menjadi arsip pribadi.

• Menerapkan ketrampilan dasara dalam menilai data untuk melakukan validasi informasi ilmiah secara sistematik.

• Meningkatkan kemampuan secara terus-menerus dalam merangkum dan menymipan arsip.

Page 52: Melly Etika 1

2. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi.Menerapkan prinsip teori informasi teknologi dan komunikasi untuk membantu penggunaannnya, dengan memperhatikan secara khusus potensi utk berkembang dan keterbatasannya.

Page 53: Melly Etika 1

3. Memanfaatkan informasi kesehatan.• Memasukan dan menemukan kembali

informasi dan data base dalam praktik kedokteran secara efisien.

• Menjawab pertanyaan yg terkait dengan praktek kedokteran dengan menganalisis arsipnya.

• Membuat dan menggunakan rekam medis utk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Page 54: Melly Etika 1

VI. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

1. Menerapkan mawas diri• Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik

kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan• Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah

yang berkaitan dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya

• Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik kedokteran

• Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi

• Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang membangun dari pasien, sejawat dan instruktur

• Mengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pelatihan dan praktik

• Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokterannya

Page 55: Melly Etika 1

2. Mempraktekkan belajar sepanjat hayat• Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru• Berperan aktif dalam PPPKB dan pengalaman belajar lainnya• Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran

berbasis bukti (Evidence Based Medicine)• Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi

atau evidence untuk penanganan pasien dan justifikasi alasan keputusan yang diambil

• Menanggapi secara kritis literatur kedokteran dan relevansinya terhadap pasiennya

• Menyadari kinerja profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajarnya

Page 56: Melly Etika 1

VII. Area Etik, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta keselamatan pasien

1. Memiliki Sikap profesional• Menunjukkan sikap yang sesuai dengan

KODEKI• Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan

pasien• Menujukkan kepercayaan dan saling

menghormati dalam hubungan dokter• Menunjukkan rasa empati dengan

pendekatan meyeluruh

Page 57: Melly Etika 1

2. Berprilaku profesional dalam bekerja sama• Menghormati setiap orang tanpa membedakan

status sosial• Menujukkan pengakuan bahwa tias individu

mempunyai kontribusi dan peran yang berharga, tanpa memandang status sosial

• Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik

• Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan orang lain

Page 58: Melly Etika 1

3. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional

• Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme

• Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif

• Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan

• Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem pelayanan kesehatan

Page 59: Melly Etika 1

4. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia

• Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan sejawat

• Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender, orientasi seksual, etnis, kecacatan dan status ekonomi sosial.

Page 60: Melly Etika 1

5. Aspek medikolegal dalam praktik kedokteranMemahami dan menerima tanggung jawab hukum

berkaitan dengan :• HAM• Resep obat• KODEKI• Proses di peradilan• Penyalahgunaan tindakan fisik dan mental• UU RI 29/2004 tentang praktik kedokteran• Memahami peran konsil kedokteran sebagai badan

yang mengatur praktik kedokteran

Page 61: Melly Etika 1

6. Aspek Keselamatan pasien dalam praktek kedokteran• Menerapkan standar keselamatan pasiena. Hak pasienb. Mendidik pasien dan keluargac. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanand. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

pasiene. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

pasienf. Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk

mencapai keselamatan pasien

Page 62: Melly Etika 1

• Menerapkan 7(tujuh) langkah keselamatan pasien :a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasienb. Memimpin dan mendukung stafc. Integrasikan aktifitas pengelolaan risikod. Kembangkan sistem pelaporane. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasienf. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasieng. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan

pasienh. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan

kerja

Page 63: Melly Etika 1

7 STANDAR KOMPETENSI DOKTERKETERANGAN (KOMPETENSI INTI)

AREA KOMUNIKASI EFEKTIF

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbaldengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolegadan profesi lain.

AREA KETRAMPILAN KLINIS

Melakukan prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan pasien dansesuai kewenangannya.

AREA LANDASAN ILMIAH KEDOK

Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalahkesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhiruntuk mendapat hasil yang optimum.

AREA PENGELOLAANMASALAH KESEHATAN

Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupunmasyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan,koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatantingkat primer.

AREA PENGELOLAAN INFORMASI

Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.

Page 64: Melly Etika 1

7 STANDAR KOMPETENSI DOKTERKETERANGAN (KOMPETENSI INTI)

AREA MAWAS DIRI & PENGEMBANGAN DIRI

•Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya.•Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dankesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuanprofesinya.•Belajar sepanjang hayat.•Merencanakan, menerapkan dan memantau perkembanganprofesi secara berkesinambungan.

AREA ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL, PROFESIONALISME SERTA KESELAMATAN PASIEN

•Berperilaku professional dalam praktik kedokteran sertamendukung kebijakan kesehatan.•Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupunaspek medikolegal dalam praktik kedokteran.•Menerapkan program keselamatan pasien.

Page 65: Melly Etika 1

7 STANDAR KOMPETENSI DOKTER

PENJABARAN KETERANGAN

AREA KOMUNIKASI EFEKTIF

Komunikasi dg pasien & anggota keluarganya• bersambung rasa dg pasien & keluarganya.• mengumpulkan info.• memahami perspektif pasien.• memberi penjelasan & info.Berkomunikasi dg teman sejawat, masyarakat & profesi lain.

AREA KETRAMPILAN KLINIS

•Memperoleh dan mencatat info yg akurat & penting tentang pasien dan keluarganya.•Melakukan prosedur klinik & lab.•Melakukan prosedur kegawatdaruratan klinis.

AREA LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN

•Menerapkan konsep² & prinsip² ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakatsesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer.•Merangkum dari interpretasi anamnesis, pem-fis, lab, & prosedur yg sesuai.•Menentukan efektifitas suatu tindakan.

Page 66: Melly Etika 1

PENJABARAN KETERANGAN

AREA PENGELOLAANMASALAH KESEHATAN

•Mengelola penyakit, keadaan sakit & masalah ps sbg individu yg utuh, bagian dari keluarga & masyarakat.•Melakukan pencegahan penyakit & keadaan sakit.•Melaksanakan pendidikan kesehatan u/ promosi kesehatan & pencegahan penyakit.•Menggerakan & memberdayakan masyarakat u/ meningkatkan derajat kesehatan.•Mengelola SDM & sarana-prasarana scr efektif & efisien dalam pelayanan kesehatan primer dg pendekatan kedok. Keluarga.

AREA PENGELOLAAN INFORMASI

•Menggunakan teknologi info & komunikasi u/ bantu dx, th, pencegahan, & promosi kesehatan, serta penjagaan & pemantauan status kesehatan ps.•Memahami manfaat & keterbatasan teknologi informasi.•Memanfaatkan informasi kesehatan.

AREA MAWAS DIRI & PENGEMBANGAN DIRI

•Menerapkan mawas diri.•Mempraktikan belajar sepanjang hayat.•Mengembangkan pengetahuan baru.

AREA ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL, PROFESIONALISME SERTA KESELAMATAN PASIEN

•Memiliki sikap profesional.•Berperilaku profesional dalam bekerja sama.•Berperan sbg anggota Tim Pelayanan Kesehatan yg profesional.•Melakukan praktik kedok. Dalam masyarakat multikultural di Indo.•Aspek medikolegal dalam praktik kedokteran.•Aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran.

Page 67: Melly Etika 1

SANKSI BAGI DOKTER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004

TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

(BAB X KETENTUAN PIDANA)

Page 68: Melly Etika 1

PASAL ISI

Pasal 75

(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 76Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 77

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Page 69: Melly Etika 1

PASAL ISI

Pasal 78

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 79

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang : a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1); b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1); atau c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

Pasal 80

(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.

Page 70: Melly Etika 1

PASAL ISI

Pasal 29 (1) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.

Pasal 31(1) Surat tanda registrasi sementara dapat diberikan kepada dokter dan dokter gigi warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia.

Pasal 32 (1) Surat tanda registrasi bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

Pasal 36 Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.

Pasal 41

(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran. (2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.

Pasal 42 Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Page 71: Melly Etika 1

PASAL ISI

Pasal 46

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. (2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. (3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

Pasal 73

(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik. (2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.