melalui model kooperatif tipe stad dapat · pdf filepenelitian ini meliputi hasil belajar...
TRANSCRIPT
65
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SD NEGERI 57 BANDA ACEH
SEMESTER I TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
Nurhayati*
Abstrak
Pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif tipe STAD dianggap cocok
diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia
yang menjunjung tinggi kerjasama, sehingga upaya guru dalam meningkatkan partisipasi
aktif dari siswa dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah: a) untuk meningkatan
keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran IPS materi kenampakan alam melalui
Model Kooperatif tipe STAD; b) untuk meningkatan aktivitas siswa kelas melalui Model
Kooperatif tipe STAD; c) untuk meningkatan hasil belajar siswa melalui Model Kooperatif
tipe STAD. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan penilaian. Data yang diperoleh dari
penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir
siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa tuntas dalam belajar, hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan hasil belajar yaitu pada siklus I sebanyak 58.39% siswa tuntas
belajar pada kegiatan pertama meningkat menjadi 62.72% siswa tuntas belajar pada
kegiatan kedua. Selanjutnya pada siklus kedua II kegiatan pertama sebanyak 67.17% siswa
tuntas dalam belajar dan pada kegiatan kedua meningkat menjadi 71.11% siswa tuntas
dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar IPS pada materi Keragaman suku bangsa dan budaya di
Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 57.
Kata Kunci: Model pembelajaran kooperati tipe STAD dan hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan mata pelajaran yang
mengintegrasikan materi-materi terpilih dari
ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pengajaran
pada peserta didik. Melalui pembelajaran IPS
diharapkan anak didik memiliki wawasan
sederhana tentang konsep-konsep dasar ilmu
sosial. Berdasarkan pengamatan peneliti di
kelas IV SD Negeri 57 Banda Aceh
pembelajaran IPS, guru sering menggunakan
model pembelajaran ceramah yaitu
menjelaskan materi dan memberi tugas saja
sehingga siswa hanya mendengar penjelasan
dari guru seterusnya mengerjakan soal, siswa
kurang aktif (masih pasif) dalam mengikuti
pembelajaran IPS dan siswa takut untuk
bertanya serta mengemukakan pendapatnya,
sehingga siswa kurang antusias, kurang
bersemangat dalam pembelajaran IPS tersebut.
Hasil nilai rata-rata pelajaran IPS
dikelas IV masih rendah yaitu 58, dengan
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 47%
dengan kriteria ketuntasan minimal 62. siswa
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran,
dan hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan uraian di atas model
pembelajaran kooperatif tipe Students Teams-
Achievement Divisions dapat dijadikan
alternatif penyelesaian pembelajaran IPS.
Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif tipe
Students Teams-Achievement Divisions akan
merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif dan
akan meningkatkan keterampilan siswa dalam
memecahkan masalah yang merupakan hasil
dari kegiatan yang di dalamnya saling interaksi
dan saling mendukung dan membantu satu
sama lain dalam menguasai kemampuan yang
diajarkan oleh guru sehingga motivasi siswa
dapat meningkat (Slavin, 2005:10).
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, peneliti ingin mengadakan penelitian
dengan judul “Model Kooperatif Tipe STAD
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
66
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
IPS di Kelas IV SD Negeri 57 Banda Aceh
Semester I Tahun Ajaran 2011/2012”.
Secara umum Penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas IV pada SD Negeri 57
Banda Aceh
KAJIAN PUSTAKA
Model pembelajaran kooperatif atau
gotong royong merupakan sebuah sistem
pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan
sesama siswa dalam tugas– tugas terstruktur.
Jadi, sistem pengajaran kooperatif dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar
kelompok yang terstruktur yang termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok,
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok (Slavin
2005: 144).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem
kerja atau belajar kelompok yaitu sistem
pengelompokan /tim kecil yang berbeda
(heterogen) terstruktur yang di dalam struktur
itu terdapat lima unsur pokok; saling
ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja
sama , dan proses kelompok yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif dan
meningkatkan kemampuan afektif yang
ditunjang kemampuan psikomotorik.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achiement Division) merupakan
Strategi pembelajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerja sama
dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Selama bekerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan oleh guru dan saling
membantu teman dalam mencapai ketuntasan.
Bekerja sama selama belajar, siswa
diminta mempertanggung jawabkan secara
individu materi yang dikerjakan dalam
kelompok kooperatif, perlu diajarkan
keterampilan–keterampilan kooperatif yang
meliputi (1) Keterampilan dalam tugas, (2)
Keterampilan mengambil giliran dalam berbagi
tugas, (3) keterampilan berpartisipasi, (4)
Keterampilan mendengarkan dengan aktif, serta
(5) keterampilan bertanya. STAD ( Student
Teams Achiement Division ) terdiri atas lima
komponen utama yaitu:
a) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama
diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Pengajaran langsung seperti diskusi
yang dipimpin guru atau presentasi
audiovisual. Presentasi tersebut harus
berfokus pada unit STAD. Siswa harus
benar-benar memberi perhatian penuh
selama presentasi kelas, karena dengan
demikian akan sangat membantu siswa
mengerjakan kuis-kuis.
b) Tim
Tim terdiri dari lima atau enam siswa yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan
etnisitas.
c) Kuis
Para siswa akan mengerjakan kuis
individual setelah guru memberikan
presentasi. Para siswa tidak diperbolehkan
untuk saling membantu dalam mengerjakan
kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung
jawab secara individual untuk memahami
materi.
d) Skor kemajuan individual
Skor kamajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap siswa tujuan
kinerja yang akan dapat dicapai apabila
mereka bekerja lebih giat dan memberikan
kinerja yang lebih daripada sebelumnya.
e) Rekognisi Tim-Tim akan mendapatkan
sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai
kriteria tertentu (Etin Solihatin. 2008:
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
adalah pembelajaran yang dimulai dari para
siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
empat orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu
siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota tim telah
mengusai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa
mengerjakan kuis mengenai materi secara
sendirisendiri, dimana saat itu mereka tidak
diperbolehkan saling bantu. Skor kuis para
siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapai
mereka sebelumnya, dan kepada masing-
masing tim akan diberikan point berdasarkan
tingkat kemajuan yang diraih siswa
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
67
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
dibandingkan hasil yang mereka capai
sebelumNya.
Secara umum belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan perilaku individu dari
hasil interaksi dengan lingkungannya. Proses
yang disengaja dan direncanakan agar terjadi
perubahan perilaku disebut sebagai proses
belajar. Beberapa tokoh pendidikan
mendefinisikan belajar sebagai berikut:
a. Hilgard dan Bower, ( Purwanto, 1997:84)
mengemukakan bahwa belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang
b. Gagne, (Purwanto, 1997:84) menyatakan
bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (Performance-nya) berubah
dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. Dari Beberapa definisi yang
dikemukakan di atas, dapat dikemukakan
adanya beberapa elemen yang penting yang
mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman;
dalam arti perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar.
c. Tingkah laku yang mengalami perubahan
karena belajar menyangkut beberapa aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis,
seperti: perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berfikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, atau
sikap (Purwanto,1997: 85).
Sebagai tanda bahwa seorang telah
melakukan proses belajar adalah terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri orang
tersebut. Sedangkan perubahan yang terjadi
akibat proses kematangan seseorang tidak
dianggap sebagai hasil belajar. Belajar adalah
proses perubahan perilaku individu dari hasil
interaksi dengan lingkungannya yang dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik
melalui latihan atau pengalaman.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-
ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas
dan fenomena sosial yang mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dari aspek cabang-
cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya). IPS atau Studi Sosial merupakan
bagian dari kurikulum sekolah yang di turunkan
dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial:
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologo, filsafat, dan psikologi sosial
(Trianto, 2006: 124-125).
Mata pelajaran IPS di SD bertujuan
agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-
hari. Menurut Sumaatmadja (Sholihatin, 2005:
16-15), Tujuan pendidikan IPS adalah membina
anak didik menjadi warga negara yang baik,
memeliki pengetahuan, keterampilan dan
kepedulian sosial bagi dirinya sendiri serta bagi
masyarakat dan negara. Untuk merealisasikan
tujuan tersebut, proses mengajar dan
membelajarkannya, tidak hanya terbatas pada
aspek–aspek pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotor) saja, melainkan
meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam
menghayati serta menyadari kehidupan yang
penuh dengan masalah, tantangan, hambatan
dan persaingan ini.
Melalui pendidikan IPS, anak dibina
dan dikembangkan kemampuan mental–intelektualnya menjadi warga negara yang
berketerampilan dan berkepedulian sosial serta
bertanggung jawab sesuai dengan nilai–nilai
yang terkandung dalam Pancasila.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang
SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta
didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang
Nurhayati, Melalui Model Kooperatif Tipe STAD
68
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
cinta damai. Pembelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis untuk menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat
global selalu mengalami perubahan setiap saat
di masa yang akan datang yang akan dihadapi
oleh peserta didik.
Hasil belajar adalah merupakan tujuan
yang akan dicapai dalam proses belajar
mengajar. Suprayekti, (2003 : 15 - 19).
Menguraikanbahwa siswa sebagai subyek
dalam interaksi belajar mengajar adalah yang
akan mencapai tujuan belajar yaitu Hasil
Belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang
dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran. Menurut
Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri 57 Kota Banda Aceh
semester I pada materi Kenampakan alam.
Subyek penelitian ini adalah siswa
Kelas IV SDN 57 Banda Aceh Tahun Pelajaran
2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 18
orang siswa yang terdiri dari 9 siswa putra dan
9 siswa putri
. Berdasarkan pengamatan peneliti selama
mengajar dikelas tersebut hampir semua siswa
memiliki pemahaman yang sangat homogen,
namun kemampuan dan kecerdasan meraka
sangat heterogan
Data yang diperoleh berasal dari siswa
kelas IV SDN 57 dan guru/teman sejawat yang
merupakan guru kolaborasi dalam
melaksanakan kegiatan penelitian ini serta
pihak-pihak lain yang terkait dengan pelajaran
tersebut.
Data yang di kumpulkan dengan cara
sebagai berikut:
a. Test
Test dilakukan pada setiap akhir proses
pembelajaran dengan menggunakan instrument
soal (test tulis) soal yang diberikan adalah soal
uraian
b. Obsevasi
Observasi yang dilakukan oleh
kolabolator sebagai observer dengan
menggunakan lembaran instrumen. Untuk
melihat kegiatan dalam proses pembelajaran.
c. Wawancara.
Wawancara dilakukan oleh observer
dan guru peneliti terhadap siswa terhadap guru
yang melaksanakan pembelajaran yang
menyangkut dengan kelancaran dan kendala
pembelajaran.
Alat pengumpulan Data yang
digunakan adalah:
a. Butir soal test.
b. Lembar instrument aktivitas siswa.
c. Lembar instrument PBM guru.
Indikator kinerja yang di harapakn
dalam kegiatan penelitian ini adalah:
1. Terjadi peningkatan hasil belajar yaitu
sebanyak 70% siswa mencapai ketuntasan
belajar.
2. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa
pada setiap siklus.
3. Terjadi peningkatan pelaksanaan proses
belajar mengajar yang diselenggarakan oleh
guru.
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus (setiap
siklus dilakukan 2 kegiatan). Adapun langkah-
langkah dalam setiap siklus terdiri dari :
1. Planning
Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan
ini adalah membuat perencanaan proses
pembelajaran. Perencanaan yang dibuat adalah
berupa silabus dan RRP beserta perangkatnya
dan media pembelajaran yang diperlukan.
Membuat instrumen observasi kegiatan siswa
dan instrumen observasi PBM guru.
2. Acting
Kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan seluruh kegiatan yang terdapat
didalam kegiatan perencanaan. Melaksanakan
kegiatan Proses pembelajaran materi
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
69
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
kenampakan alam dengan menerapkan metode
kooperatif tipe STAD.
3. Observasi
Melaksanakan observasi atau
pengamatan yang dilakukan oleh guru peneliti
terhadap siswa pada saat PBM berlangsung
untuk melihat kegiatan siswa dan observasi
yang dilakukan oleh guru kolaborasi terhadap
PBM yang diselenggarakan oleh peneliti.
4. Refleting
Refleksi dilakukan pada akhir PBM
untuk melihat hasil dari kegiatan PBM yang
telah dilaksanakan. Kemudian hasil dari
refleksi pada siklus I kegiatan pertama
merupakan acuan bagi peneliti untuk
melakukan tindakan pada siklus I kegiatan
selanjutnya (siklus I kegiatan 2). Selanjutnya
pada kegiatan kedua siklus I peneliti melakukan
perubahan tindakan pada proses belajar
mengajar terhadap kekurangan yang terjadi
pada kegiatan pertama siklus I sehingga hasil
PBM akan menjadi lebih baik sesuai dengan
harapan dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah
siklus I selesai, peneliti melanjutkan dengan
siklus II yang juga melakukan 2 kegiatan
dengan tujuan dan harapan peneliti pemahaman
siswa terus meningkat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan ini adalah: Membuat RPP,
membuat criteria penilaian, membuat lembar
observasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus
I dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu
empat jam pelajaran. pelaksanaan pembelajaran
pada siklus ini diawali dengan guru memberi
penjelasan pada siswa kemudian guru
membentuk siswa menjadi beberapa kelompok
kecil setelah itu guru memberikan LKS pada
siswa dan dikerjakan dengan cara diskusi
dengan teman dimana apabila ada anggota
kelompok yang belum bisa kelompok
bertanggung jawab membantu.
Guru membahas hasil diskusi
kemudian siswa diberi kuis disetiap akhir
pertemuan. Untuk akhir siklus guru
memberikan penghargaan untuk kelompok
yang memperoleh skor nilai kuis tertinggi.
Dari hasil analisis terhadap hasil
belajar siswa diperoleh data bahwa siswa yang
memperoleh nilai 62 ke atas untuk pertemuan
pertama berjumlah 2 orang siswa sedangkan
untuk pertemuan kedua berjumlah 7 orang
siswa dari 18 siswa, maka jumlah siswa yang
mengalami ketuntasan belajar untuk pertemuan
pertama dan kedua dalam siklus I berturut-turut
sebesar 11,11% dan 38,89 %. Hasil belajar
siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data ketuntasan belajar siswa siklus I
S I
K
L U
S
I
Pertemuan
Jumlah Siswa
yang Tuntas
Persentase Siswa
yang Tuntas
Tuntas Tidak
Tuntas Tuntas
Tidak
Tuntas
1 2
orang
16
orang
11.11
%
88,89%
2 7
orang
11
orang
38,89
%
61,11%
c. Observasi
Pada kegiatan observasi ini observer
mengamati aktivitas siswa dan guru saat proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru
diamati dengan tujuan untuk melihat apakah
proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah
sesuai dengan rencana atau belum dan utnuk
memperbaiki tindakan untuk siklus selanjutnya.
Berdasarkan data hasil observasi dapat
dianalisis bahwa tingkat aktivitas siswa dalam
pembelajaran untuk pertemuan pertama dan
kedua berturut-turut sebesar 34,92% dan
42.86%, sedangkan kemampuan guru dalam
melakukan pembelajaran untuk pertemuan
pertama dan pertemuan kedua adalah 2,78
(Kurang) dan 3.00 (Baik).
d. Refleksi
Setelah siklus I selesai peneliti
menganalisis tindakan apa yang harus
diperbaiki pada siklus selanjutnya. Tindakan
tersebut antara lain: memotivasi siswa yang
kurang bersungguh-sungguh dalam melakukan
proses belajar.
B. Diskripsi Hasil Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan ini adalah: Membuat RPP,
Membuat criteria penilaian, Membuat lembar
observasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II dilaksanakan selama dua kali pertemuan
Nurhayati, Melalui Model Kooperatif Tipe STAD
70
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
yaitu empat jam pelajaran. pelaksanaan
pembelajaran pada siklus ini diawali dengan
guru memberi penjelasan pada siswa kemudian
guru membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok kecil setelah itu guru memberikan
LKS pada siswa dan dikerjakan dengan cara
diskusi dengan teman dimana apabila ada
anggota kelompok yang belum bisa kelompok
bertanggung jawab membantu. Setelah itu guru
membahas hasil diskusi kemudian siswa diberi
kuis disetiap akhir pertemuan. Untuk akhir
siklus guru memberi penghargaan untuk
kelompok yang memperoleh skor nilai kuis
tertinggi.
Dari hasil analisis terhadap hasil
belajar siswa diperoleh data bahwa siswa yang
memperoleh nilai 62 ke atas untuk pertemuan
pertama berjumlah 15 orang siswa sedangkan
untuk pertemuan kedua sebanyak 16 siswa dari
18 siswa, maka jumlah siswa yang mengalami
ketuntasan belajar dari pertemuan pertama
sampai pertemuan kedua berturut-turut sebesar
83,33% dan 88,89%. Hasil belajar siswa dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Data ketuntasan belajar siklus II
S
I
K
L
U
S
II
Pertemuan
Jumlah Siswa
yang Tuntas
Persentase Siswa
yang Tuntas (%)
Tuntas Tidak
Tuntas Tuntas
Tidak
Tuntas 1 15
orang
3 orang 83,33 16,67
2 16
orang
2 orang 88,89 11,11
c. Observasi
Pada kegiatan observasi ini observer
mengamati aktivitas siswa dan guru saat proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru
diamati dengan tujuan untuk melihat apakah
proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah
sesuai dengan rencana atau belum dan utnuk
memperbaiki tindakan untuk siklus selanjutnya.
Berdasarkan data hasil observasi dapat
dianalisis bahwa tingkat aktivitas siswa dalam
pembelajaran untuk pertemuan pertama dan
kedua berturut-turut sebesar 52.38% dan
70.63%.
Sedangkan kemampuan guru dalam
melakukan pembelajaran untuk pertemuan
pertama dan pertemuan kedua pada siklus
kedua juga terjadi peningkatan yang signifikan
yaitu 3,33 (Baik) dan 3.56 (Baik).
C. Pembahasan Tiap Siklus Berdasarkan hasil penelitian dari
siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa ada
peningkatan baik hasil belajar, aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran maupun
kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh
dapat dilihat bahwa pada siklus I hasil belajar
siswa hanya terdapat 11.11% siswa yang tuntas
pada pertemuan pertama dan meningkat
menjadi 38,89% siswa yang tuntas pada
pertemuan kedua. Perbaikan proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti pada
siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa yaitu terdapat 69,47% siswa yang tuntas
pada pertemuan pertama dan 88,89% siswa
yang tuntas pada pertemuan kedua.
Tidak hanya hasil belajar siswa saja
yang meningkat, aktivitas siswa dan
kemampuan guru dalam pembelajaran juga
meningkat. Hal ini terlihat dari data yang
diperoleh bahwa pada siklus I aktivitas siswa
dan kemampuan guru dalam pembelajaran
berturut-turut yaitu 58,39% dan 62,72%.
Sedangkan kemampuan guru dalam melakukan
pembelajaran untuk pertemuan pertama dan
pertemuan kedua adalah 2,78 (Kurang) dan
3.00 (Baik). Setelah direfleksi kemudian
ditemukan beberapa kekurangan dalam
pembelajaran pada siklus I dan dilakukan
perbaikan pada suklus II sehingga terjadi
peningkatan aktivitas siswa dan kemampuan
guru dalam pembelajaran berturut-turut yaitu
sebesar 63.98% dan 75.78%. Sedangkan
kemampuan guru dalam melakukan
pembelajaran untuk pertemuan pertama dan
pertemuan kedua pada siklus II juga terjadi
peningkatan yang signifikan yaitu 3,33 (Baik)
dan 3.56 (Baik).
Setelah dianalisis ternyata peningkatan
hasil belajar siswa berkaitan langsung dengan
penggunaan metode STAD. Karena dengan
metode/ ini siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dimana yang pada awalnya siswa
hanya mendengarkan ceramah guru dengan
metode STAD siswa aktif dalam pembelajaran,
hubungan antara siswa dengan siswa dan siswa
dengan guru terjalin dengan sangat baik karena
dalam pembelajaran terdapat diskusi baik
dengan guru maupun dengan teman. Untuk
siswa yang takut bertanya pada guru mereka
bisa bertanya pada teman yang sudah bisa.
Sehingga dalam pembelajaran terjadi
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
71
Nurhayati, A.Ma* adalah Guru pada SD Negeri 57 Banda Aceh
kenyamanan. Data dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3. Data ketuntasan belajar siklus I dan II
Pertemuan
Jumlah Siswa
yang Tuntas
Persentase Siswa
yang Tuntas (%)
Tuntas Tidak
Tuntas Tuntas
Tidak
Tuntas S
I
K
L
U S
I
1 2
orang
16
orang
11.11 88,89
2 7
orang
11
orang
38,89 61,11
S I
K
L U
S
II
1 15
orang
3 orang 83,33 16,67
2 16
orang
2
orang
88,89 11,11
Tabel 4 Data aktivitas siswa dan guru siklus I
dan II
SIKLUS I SIKLUS II Pertemuan
1
Pertemuan
2
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Aktivitas
Siswa 34.92% 42.86% 52.38% 70.63%
Kemampuan
Guru 2,78 3,00 3.33 3.56
Kriteria
Penilaian CUKUP BAIK BAIK BAIK
Berdasarkan dari seluruh hasil
tindakan yang menunjukkan terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa, peningkatan
keaktifan siswa serta peningkatan terhadap
kemampuan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran tipe STAD dapat
digunakan mata pelajaran IPS Kelas IV SD
Negeri 57 Banda Aceh
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penggunaan metode STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi Keragaman suku bangsa dan budaya
di Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri 57 Kota Banda Aceh.
2. Penggunaan metode STAD dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada materi
Keragaman suku bangsa dan budaya di
Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri 57 Kota Banda Aceh.
3. Penggunaan STAD dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran materi Keragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia siswa kelas
V Sekolah Dasar Negeri 57 Kota Banda
Aceh.
1. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
kondisi selama penelitian, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada guru-guru yang sering mengalami
kesulitan dalam meningkatkan keterampilan
proses belajar mengajar pada siswa agar
dapat merancang proses pembelajaran
dengan menggunakan metode yang sesuai
dengan materi yang ingin disampaikan.
2. Guru dapat menggunakan metode STAD
sebagai alternatif dalam memilih metode
pembelajaran di sekolah khususnya pada
materi keragaman suku bangsa dan budaya
di Indonesia untuk siswa kelas V SD.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Solihatin, Etin. 2006. KooperatifAnalisa Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sudjana Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran
IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara
Wacana.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar.
Jakarta : Depdiknas.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Nurhayati, Melalui Model Kooperatif Tipe STAD
72
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI PADA MATERI SHALAT JAMA’ DAN
QASHAR MELALUI METODE DEMONSTRASI
Oleh
Husniati*
Abstrak
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Banda Aceh.
Sebagai subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah para peserta didik kelas VII SMPN 11
Banda Aceh yang jumlah peserta didiknya sebanyak 27 orang terdiri dari 11 laki-laki dan 16
perempuan. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran
peserta didik, hasil observasi oleh teman sejawat dan dokumentasi nilai peserta didik yang
dimulai bulan Febuari sampai dengan April 2012. Hasil penelitian menunjukkan ketuntasan
belajar pada siklus I sebanyak 10 orang peserta didik (37%). Setelah dilaksanakan siklus II
dengan menerapkan metode Demonstration hasil belajar peserta didik meningkat menjadi
21 orang peserta didik (77,8%) yang tuntas belajar. Jumlah ini jelas menunjukkan bahwa
telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari siklus I kesiklus II. Berdasarkan hasil
pembelajaran siklus I kesiklus II ketuntasan belajar telah tercapai sesuai dengan yang
diharapkan yaitu ketuntasan hasil belajar peserta didik sebesar 77,8%.
Kata Kunci: Hasil belajar, PAI, Metode Demonstration.
Abstract
Activity classroom action research was conducted at SMPN 11 Banda Aceh. As the subjects
in the study of this class action is the student’s seventh of SMPN 11 Banda Aceh that the
large number of student’s as many 27 people, including 11 males and 16 females. The
source of data obtained in this study is the result of student learning, the observation by
peers and documentation of as student’s grade on Febuary until April 2012. The result
showed mastery learning in the first cycle as many as 10 student’s (37%). Once
implemented the second cycle learning by implementing the method of demonstration, the
student’s learning result increase of 21 student’s (77,8%) that mastery learning. This
number clearly shows that there has been a significant increase from cycle I to cycle II.
Based on the learning result of cycle I to cycle II mastery learning has been achieved as
expected is the mastery of student’s learning result of 77,8%.
Keywords: Learning result, PAI, Demonstration method.
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 11 Banda Aceh
diawal penelitian ini aktivitas dan hasil belajar
belum seperti yang diharapkan. Rendahnya
hasil belajar peserta didik ditandai oleh
kurangnya pencapaian nilai KKM, yaitu hanya
37% peserta didik yang tuntas belajar diatas
KKM rata-rata sedangkan 63% peserta didik
masih dibawah KKM.
Rendahnya nilai yang diperoleh
peserta didik adalah akibat monotonnya guru
dalam menyajikan materi pelajaran. Oleh
karena itu, sebagai guru harus mampu
membangkitkan semangat belajar peserta didik
untuk memotivasi dan mengkoordinir peserta
didik yang lemah dalam belajar. Untuk itu guru
dituntut kemampuannya dalam memotivasi
peserta didik dengan menemukan kekurangan
yang dimiliki pada pembelajaran sebelumnya.
Dalam hal ini, penggunaan strategi atau metode
yang dipilih adalah kunci keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar.
Berpijak dari hal tersebut, maka
penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan
aktifitas, kreatifitas dan kemampuan guru
dengan memberdayakan metode pembelajaran
yang mampu merubah kondisi awal
pembelajaran hingga termotivasi peserta didik
untuk memperoleh nilai KKM yang telah
ditetapkan.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
73
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah dengan menggunakan metode
Demonstration dapat meningkatkan hasil
belajar PAI pada materi shalat jama’ dan qashar bagi peserta didik kelas VII SMP Negeri
11 Banda Aceh?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuktikan secara ilmiah bahwa penggunaan
metode Demonstration pada materi shalat
jama’ dan qashar dapat meningkatkan hasil belajar PAI bagi peserta didik kelas VII SMP
Negeri 11 Banda Aceh di samping
mendapatkan data empiris secara akurat.
Manfaat dari Penelitian Tindakan
Kelas ini untuk meningkatkan aktivitas dan
kreatifitas peserta didik dalam proses belajar
mengajar sehingga tercapai kompetensi dasar
mata pelajaran PAI khususnya, dan bagi
guru/teman sejawat lainnya dapat memperbaiki
strategi pembelajaran serta menggunakan
metode Demonstration dalam pembelajaran
demi meningkatkan hasil belajar peserta didik.
KAJIAN PUSTAKA Menurut Hilgord, dalam Pasarisu dan
Simanjuntak (1980) belajar adalah suatu proses
perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat
disebut belajar apabila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara
seseorang seperti kelelahan atau disebakan
obat-obatan.
Kemudian menurut James O.
Withaker dalam Dewi Ketut Sukardi (1983),
mendefinisikan belajar sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman, disamping itu juga
diartikan sebagai proses sebagian tingkah laku
melalui pendidikan atau lebih khusus melalui
proses pelatihan. Sedang menurut Ngalim
Purwanto (1992) mengemukakan belajar
adalah setiap perubahan yang relative menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman. Dengan
demikian belajar adalah proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman.
Menurut Hamalik (2001) bahwa hasil
belajar menunjukkan kepada prestasi belajar,
sedangkan prestasi belajar itu merupakan
indikator adanya derajat perubahan tingkah
laku siswa. Sedangkan Nasution (2006) hasil
belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak
belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedang
menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) hasil
belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu
interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya
proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok
bahasan.
METODA PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 11 Kota Banda Aceh dikelas VII-1
semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 yang
berjumlah 27 orang peserta didik, yang terdiri
dari 16 orang perempuan dan 11 orang laki-
laki. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada
bulan Februari s/d April 2012 semester genap.
Sumber data adalah proses
pembelajaran yang berlangsung dikelas VII
materi shalat jama’ dan qashar melalui tahapan perencanaan pembelajaran, pembahasan
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
berdasarkan hasil test peserta didik. Test
dilakukan pada setiap akhir proses
pembelajaran dengan menggunakan instrumen
soal (test tulis) yang berbentuk uraian.
Untuk observasi dilakukan dengan
menggunakan lembaran instrumen agar dapat
melihat kegiatan peserta didik dalam proses
pembelajaran, diantaranya adalah aktifitas
peserta didik saat melakukan demonstrasi
didepan kelas juga observasi yang dlakukan
oleh guru kolaborasi sebagai observer pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
Validasi data disusun berdasarkan
hasil belajar peserta didik yang dikumpulkan
peneliti dengan menganalisis data tersebut
secara deskriptif yaitu triangulasi antara peserta
didik, guru yang melaksanakan proses belajar
mengajar dan guru kolaboratif sebagai
observer.
Kemudian hasil belajar tersebut
dibandingkan antara hasil pembelajaran satu
dengan hasil pembelajaran dua yang terdapat
pada siklus I dan siklus II sehingga
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
74
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
teridentifikasi jumlah peserta didik yang tuntas
mencapai KKM dan jumlah peserta didik yang
belum tuntas mencapai KKM.
Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
peserta didik dari pengamatan data analisis
deskriptif kompratif yaitu ketuntasan belajar
yang mengalami peningkatan mulai dari 37%
tuntas di siklus I hingga menjadi 77,8% tuntas
di siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil belajar peserta didik siklus I
Siklus
I
Perolehan hasil
belajar (KKM 75)
Ketuntasan
(%)
Nilai 75
keatas
Nilai 75
kebawah Tuntas
Tidak
Tuntas
10
orang
17
orang 37 % 63%
Berdasarkan pengamatan dari tabel
data hasil belajar peserta didik pada siklus I di
atas, peserta didik yang memperoleh nilai
tuntas atau KKM 75 keatas sebanyak 10
peserta didik dengan persentase 37% dan
peserta didik yang memperoleh nilai tidak
tuntas atau KKM 75 kebawah sebanyak 17
peserta didik dengan persentase 63%.
Tabel 2. Hasil belajar peserta didik siklus II
Siklus
I
Perolehan hasil
belajar (KKM 75)
Ketuntasan
(%)
Nilai 75
keatas
Nilai 75
kebawah Tuntas
Tidak
Tuntas
21
orang 6 orang
77,8
%
22,2
%
Berdasarkan pengamatan dari tabel
data hasil belajar peserta didik pada siklus II di
atas terjadi peningkatan, peserta didik yang
memperoleh nilai tidak tuntas atau KKM 75
kebawah sebanyak 6 peserta didik dengan
persentase 22,2%. Sedangkan peserta didik
yang memperoleh nilai tuntas atau KKM
diatas 75 meningkat menjadi 21 peserta didik
dengan persentase 77,8%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dalam
penelitian tindakan kelas di sini, perbandingan
hasil belajar siklus I dan siklus II terjadi
peningkatan yang cukup signifikan. Dari
jumlah 27 peserta didik seluruhnya di kelas
VII-1, hanya 6 orang atau 22,2% peserta didik
yang belum mencapai ketuntasan. Dalam hal
ini, melihat hasil belajar peserta didik pada
siklus II dapat disimpulkan bahwa melalui
penggunaan metode Demonstration pada
materi shalat jama’ dan qashar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
sebesar 77,8% di akhir siklus II.
Hasil belajar peserta didik yang
diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan
harapan yang diinginkan peneliti yaitu 75
diatas rata-rata sesuai ketentuan KKM . Hasil
belajar siklus I hanya 37% peserta didik yang
tuntas. Mendapatkan hasil belajar yang belum
sesuai dengan harapan yang diinginkan, maka
dilanjutkan dengan siklus II untuk
mengupayakan penyempurnaan kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada siklus I.
Setelah diupayakan pelaksanaan siklus
II, ternyata terjadi peningkatan jumlah peserta
didik yang tuntas belajar sebanyak 21 orang
dari jumlah total peserta didik 27 orang,
dengan persentase ketuntasan 77,8%. Jumlah
ini jelas menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan yang cukup signifikan dari siklus I
ke siklus II. Dan hasil tersebut telah sesuai
dengan harapan yang diinginkan peneliti yaitu
nilai 75 diatas rata-rata sesuai ketentuan KKM.
Dengan demikian, terbuki bahwa penggunaan
metode Demonstration pada materi shalat dapat
mengoptimalkan hasil belajar peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan, penggunaan metode
Demonstration dalam proses belajar mengajar
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
dan aktifitas peserta didik pada materi shalat
jama’ dan shalat qashar di kelas VII-1 SMPN
11 Banda Aceh.
Metode Demonstration dalam PBM
mampu meningkatkan kemampuan guru dan
cukup efektif untuk materi shalat jama’ dan qashar di kelas VII-1 SMPN 11 Banda Aceh.
1. Saran-Saran
Kepada guru-guru Pendidikan Agama
Islam yang sering menemukan kendala dalam
penyampaian materi tentang shalat khususnya
atau yang membutuhkan demonstrasi supaya
lebih teliti dan cermat dalam menentukan
Husniati, Peningkatan Hasil Belajar PAI
75
Dra. Husniati* adalah Guru Agama SMPN 11 Kota Banda Aceh
pilihan penggunaan metode yang akan
diterapkan.
Khusus pada materi shalat jama’ dan qashar guru Pendidikan Agama Islam harus
ekstra dalam memonitoring semua
perlengkapan baik sarana/prasarana yang
tersedia untuk mendukung lancarnya
pembelajaran sampai kepada konsep yang akan
digunakan agar terhidar dari polemic ajaran
yang sesat sehingga dapat melakukan sunnah
Rasulullah SAW yang shahih dalam
implementasinya untuk beribadah kepada Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono (2002).
http://www.hasiltesguru.com/2012/04/pen
gertian-hasil-belajar.html
Sukardi, Dewi Ketut (1983). Bimbingan &
Penyuluhan Belajar. Surabaya, Usaha
Nasional.
Hamalik, Oemar (2001). Psikologi Belajar
Mengajar. Bandung, Sinar Baru Algeindo.
Nasution (2006). http://zukhrufarisma.
wordpress.com/2010/11/02/strategi-
pembelajaran/
Ngalim Purwanto (1992). http://www.slide
share.net/sitiKhadijah 16/konsep-belajar-
dan-pembelajaran-25211555
Pasarisu dan Simanjuntak (1980). Proses
Belajar Mengajar. Bandung, Tarsito.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
76
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PADA METERI STATISTIK PADA SISWA KELAS XI-IS.2
SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 5 BANDA ACEH
Oleh
Bukhari Arsyad*
Abstrak
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi dan
mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin serta memajukan daya pikir
manusia. Oleh karena itu pengajaran matematika menjadi salah satu hal yang pokok
dalam menanamkan nilai-nilai dasar ilmu pengetahuan yang lain. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika
khususnya pada materi bentuk akar dan pangkat pecahan. Penelitian ini berlangsung
dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi,
refleksi dan penilaian. Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi hasil belajar siswa
yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada siklus I hasil belajar siswa adalah 37,9% tidak tuntas, dan 62,1% tuntas. Pada
siklus II hasil belajar siswa adalah 82,8% tuntas, dan 17,2% tidak tuntas. Maka hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus ke II
dibandingkan siklus I dan pra siklus. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi statistik
siswa kelas XI IS. Pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
Kata kunci : Hasil belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Matematika adalah cabang utama
dari ilmu filsafat yang merupakan ibu dari
segala ilmu, dengan demikian pengajaran
matematika menjadi salah satu hal yang
pokok dalam menanamkan nilai-nilai dasar
ilmu pengetahuan yang lain.
Pada pelaksanaaan proses belajar
mengajar, guru memegang peranan penting.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan
penulis ketika proses belajar mengajar, penulis
menemukan bahwa nilai hasil belajar siswa
kelas XI masih rendah, kondisi ini
disebabkan oleh minat, motivasi, aktivitas dan
peran serta siswa dalam pembelajaran masih
rendah serta kurangnya interaksi antara guru
dan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
Dalam melaksanakan proses belajar
mengajar guru dituntut dapat memilih
interaksi belajar mengajar yang tepat untuk
dapat mewujudkan kondisi pembelajaran
siswa aktif. Setiap strategi yang direncanakan
oleh guru diharapkan dapat mengedepankan
keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran di sekolah. Diantara berbagai
tipe pembelajaran kooperatif, maka
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Divisioan), dapat
diterapkan pada bidang studi matematika
materi statistik, dimana siswa akan belajar dan
berkerjasama, saling membantu memahami
konsep-konsep sulit didalam kelompok
kooperatif
Secara umum Penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar matematika materi statistik siswa kelas
XI pada SMA Negeri 5 Banda Aceh.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Jadi pembelajaran adalah proses
yang disengaja yang menyebabkan siswa
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
77
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
Pembelajaran kooperatif adalah suatu
pelajaran yang melibaan siswa untk bekerja
dalam kelompok-kelompok unuk menetapkan
tujuan bersama. (Felder,1994: 2). Wahyuni
(2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran
dengan cara menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki
kemampuan berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu metode
pembelajaran dengan cara mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil
untuk bekerja sama dalam memecahkan
masalah. Kemampuan siswa dalam setiap
kelompok adalah hiterogen.
Menurut Tanireja dkk, Jenis-jenis
model pembelajaran kooperatif meliputi:
Student Teams-Achievment Division (STAD),
Tipe Teams Games Turnaments (TGT),
Model pembelajaran Investigasi
Kelompok/Group Investigaation (GI).
Tipe STAD merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Tipe STAD dikembang oleh
Slavin, yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Ada tiga komponen mendasar dari
model pembelajaran tipe STAD (Eggen &
Kauchak), yaitu: 1) Penghargaan Kelompok
(group goals), 2) Tanggung Jawab Individual
(individual accountability), 3) Kesempatan
yang sama untuk berhasil (equal opportunity
for success),
Menurut Slavin dalam Ismail dkk
(2007), ada lima tahapan dalam penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
1. Penyajian Materi, materi diberikan oleh
guru, diawali dengan penjelasan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Belajar Kelompok, kelompok terdiri
dari empat atau lima anggota dengan
memperhatikan perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, dan asal sekolah .
3. Tes atau Kuis, Tes atau kuis diberikan
secara individual, tidak diperbolehkan
membantu satu sama lain.
4. Poin Peningkatan Individual, Poin
ditentukan berdasarkan selisih skor tes
terdahulu (skor dasar/awal) dengan skor
terakhir.
Tabel 2.1 Penghitungan Poin Peningkatan
Individual
Skor Tes Akhir Poin
Peningkatan
Lebih dari 10 poin di
bawah skor dasar
1 s. d 10 poin di bawah
skor dasar
Sama atau 10 poin di atas
skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas
skor dasar
Nilai sempurna (tidak
berdasarkan skor awal)
0
10
20
30
30
5. Penghargaan Kelompok, setelah dilakukan
penghitungan poin peningkatan individual
dilakukan pemberian penghargaan
kelompok.
METODA PENELITIAN
A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 5 Banda Aceh JL Hamzah Fansuri No
3 Darussalam Kota Banda Aceh.
Subjek penelitian adalah siswa kelas
XII IS-2 SMA Negeri 5 Tahun pembelajaran
2013/2014.Jumlah siswa sebanyak 29 orang
yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15
siswa perempuan. Berdasarkan pengamatan
peneliti selama mengajar dikelas tersebut
hampir semua siswa memiliki pemahaman
yang sangat homogen, namun kemampuan
dan kecerdasan meraka sangat heterogan
B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data dilakukan dengan cara test
dan observasi. Alat pengumpulan Data yang
digunakan adalah: butir soal test, lembar
instrument aktivitas siswa, lembar instrument
PBM guru.
Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif yang terdiri dari analisis
hasil belajar, analisis aktivitas siswa. Analisis
hasil belajar dilakukan dengan analisa
deskriptif comparative yaitu dengan
membandingkan nilai tes antar siklus. Analisis
aktivitas siswa dan guru dianalisis secara
deskriptif dengan memberikan penjelasan
terhadap hasil observasi yang dilakukan.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
78
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua siklus terdiri
dari:
1. Perencanaan, kegiatan yang dilakukan
adalah membuat silabus, dan RRP
berserta perangkatnya. Mempersiapkan
bahan-bahan media pembelajaran
beberapa alat-alat bantu yang diperlukan.
Membuat instrumen observasi kegiatan
siswa dan instrument observasi PBM guru.
3. Pelaksanaan, melaksanakan pembelajara
untuk mencapai KD sesuai dengan
standar proses yang terdapat dalam
kegiatan perencanaan yaitu melaksanakan
pembelajaran
4. Observasi ( pengamatan ), Pengamatan
dilaksanakan oleh observer terhadap siswa
dalam proses pembelajaran dan guru
peneliti..
5. Refleksi dilakukan pada akhir PBM
dengan melakukan konfirmasi antara
observer dan guru peneliti dalam diskusi
secara objective. Kemudian dari hasil
refleksi merupakan cermin bagi peneliti
untuk mencermati keberhasilan dan
kegagalan dalam pembelajaran yang telah
direncanakan hasil refleksi dapat dijadikan
rencana tindak lanjut untuk pembelajaran
selanjutnya (siklus II).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Siklus I
Kegiatan perencanaan dilakukan pada
siklus I adalah mempersiapkan RPP,
menyusun instrument aktifitas dan Instrumen
PBM guru peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
diawali dengan memberikan motivasi dengan
menggali pengetahuan awal siswa serta
memberi informasi kompetensi yang akan
dipelajari. Selanjutnya guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok. Dan selanjutnya
guru membagi soal per kelompok, setelah siap
mengerjakan soal perkelompok, ketua
kelompok maju kedepan untuk
mempresentasikan hasil yang diperoleh dari
kelompoknya masing-masing.
Memberi kesempatan kepada setiap
kelompok untuk memaparkan hasil diskusi
kelompoknya, tahap selanjutnya guru
memberikan klarifikasi dan penguatan
terhadap materi yang telah didiskusikan serta
memberi bimbingan/contoh kepada siswa
yang belum memahami materi statistika.
Kegiatan ini dilakukan dengan
empat kali pertemuan, pada akhir
pembelajaran diberikan evaluasi dalam bentuk
soal uraian yang terdapat dalam RPP. Dari
analisis terhadap hasil belajar yang dicapai
oleh siswa diperoleh data bahwa siswa yang
memperoleh nilai 65 keatas (diatas KKM 65)
berjumlah 18 siswa, dari jumlah keseluruhan
siswa 29 orang maka jumlah siswa yang
mengalami ketuntasan belajar sebesar 62,1% ,
jumlah yang belum tuntas ada 11 Siswa
dengan persentase 37,9%.
Dari data yang diperoleh terjadi
peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus
siswa yang memperoleh nilai tuntas KKM 65
sebanyak 10 siswa dengan persentasenya
34,5% meningkat menjadi 18 siswa dengan
persentase 62,1%.
Observasi yang dilakukan pada siklus
1 ini antara lain adalah aktivitas siswa saat
PBM berlangsung dan pelaksanaan PBM yang
diselenggarakan oleh guru. Hasil observasi
guru terhadap aktifitas siswa pada saat proses
belajar mengajar berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi aktifitas siswa
yaitu presentasi aktifitas sebesar 62,1%
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
a. Memotivasi siswa
b. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
c. Pengelolaan waktu
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi
untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
B. Deskripsi Siklus II
Kegiatan perencanaan dilakukan
pada siklus II adalah mempersiapkan
beberapa hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian, yaitu: membuat RPP,
menyusun instrument aktifitas dan Instrumen
PBM guru peneliti.
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus II dilaksanakan. proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan refisi pada
siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Bukhari Arsyad, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
79
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan
belajar mengajar. Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes uraian dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang
telah dilakukan. Instrumen yang digunakan
adalah tes uraian II. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah: terjadi
peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I,
siswa yang memperoleh nilai tuntas KKM 65
sebanyak 19 siswa dengan persentasenya
65,5% meningkat menjadi 24 siswa dengan
persentase 82,8%.
Hasil observasi keaktifan siswa dalam
pelaksanaan PBM pada siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Melalui hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa model STAD memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari siklus I
dan siklus II). Pada siklus II ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
Penyempurnaan aspek-aspek dalam
menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model STAD diharapkan dapat berhasil
semaksimal mungkin.
Berdasarkan analisis data diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
matematika pada materi statistik dengan
model STAD yang paling dominan adalah
memperhatikan informasi guru dan bekerja
dalam kelompok. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktifitas siswa dapat dikatagorikan aktif.
Sedangkan untuk katagori guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langkah-
langkah model STAD dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktifitas guru yang muncul
diantaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa, melatih keterampilan dan
mengamati siswa dalam mengerjakan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan,
memberi umpan balik/evaluasi/ tanya jawab
dimana persentase untuk aktifitas di atas
cukup besar.
Pada tahap ini akan dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar
mengajar dengan penerapan metode
pembelajaran kooperatif model STAD. Dari
data-data yang diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi presentase
pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar .
b) Berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar mengajar berlangsung.
c) Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami perbaikan
dan peningkatan sehingga menjadi lebih
baik .
d) Hasil belajar siswa pada siklus II
mencapai ketuntasan.
Pada siklus II guru telah menerapkan
metode pembelajaran kooperatif model STAD
dengan baik dan dilihat dari aktifitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses
belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak,
tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan model STAD
dapat meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penelitian tindakan
kelas, diperoleh hasil pada siklus I hasil
belajar siswa adalah 37,9% tidak tuntas, dan
62,1% tuntas. Pada siklus II hasil belajar
siswa adalah 82,8% tuntas, dan 17,2% tidak
tuntas. Maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa
pada siklus ke II dibandingkan siklus I dan pra
siklus
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan aktivitas belajar
matematika siswa kelas XI SMA Negeri
5 Banda Aceh.
2. Pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
80
Bukhari Asryad, S.Pd* adalah Guru matematika pada SMA Negeri 5 Banda Aceh
siswa kelas XI SMA Negeri 5 Banda
Aceh.
3. Pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan motivasi belajar
matematika siswa kelas XI SMA Negeri
5 Banda Aceh
1. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dan
implikasi hasil penelitian tindakan ini dapat
dikemukakan beberapa saran yaitu :
1. Bagi siswa, agar tetap menanamkan
sikap positif dalam pembelajaran
matematika yaitu aktif, menjalin
kerjasama yang baik, menghargai
pendapat orang lain dan bersemangat
dalam belajar.
2. Bagi guru matematika, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa,
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Rohani, (1995), Pengelolaan
Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, dkk,(2006). Penelitian
Tindakan Kelas, Bumi Aksara,
Jakarta.
Azhar,L, (1993), Proses Belajar Mengajar
Pola CBSA, Usaha
Nasional,Surabaya.
Eggen, P.D & Kauchak, D.P. 1996. Strategies
for Teacher. Teaching Content and
Thinking Skill: Allyn and Bacon.
Suherman Erman, (2003). Strategi
Pembelajaran Matematika
Kontenporer. Bandung : JICA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sujana, Nana (1990), Penelitian Hasil Belajar
Mengajar, Remaja Rodaskarya,
Bandung.
Bukhari Arsyad, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
81
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU PADA MTsN RUKOH BANDA ACEH
Oleh
Cut Nurul Fahmi*
Abstrak Budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan dua faktor penting
yang mempengaruhi kinerja guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
pada MTsN Rukoh Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Analisis data menggunakan teknik korelasi dan
regresi dengan program SPSS 17.0. Populasi/sampel dalam penelitian ini adalah semua
guru di MTsN Rukoh Banda Aceh yang berjumlah 37 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya
organisasi terhadap kinerja guru dilihat dari aturan dan kebijakan dalam pembagian
tugas, iklim organisasi, kebiasaan dan norma yang berlaku disekolah, pelibatan guru
dalam perumusan visi dan misi serta tata tertib sekolah sehingga dapat meningkatkan
komitmen, tanggung jawab dan keterampilan yang ditampilkan oleh guru. (2) terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama dan
koordinasi dengan berbagai pihak yang didasari oleh adanya keterampilan dan perilaku
kepala sekolah yang kondusif.(3) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya
organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dilihat dari
kemampuan dan komitmen guru.
Kata kunci: Budaya organisasi, kepemimpinan, kinerja guru
Era globalisasi merupakan era kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
menimbulkan persaingan dalam berbagai
bidang, yang menuntut masyarakat Indonesia
untuk memantapkan diri dalam peningkatan
kualitas dan sumber daya manusia yang
unggul, mampu berdaya saing, menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi serta mempunyai
etos kerja tinggi. Perwujudan manusia yang
berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab
pendidikan terutama dalam mempersiapkan
peserta didik menjadi subjek yang makin
berperan menampilkan keunggulan yang
tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional
dalam bidangnya masing-masing.
Perubahan lingkungan organisasi yang
semakin kompleks dan kompetitif menuntut
setiap organisasi untuk bersikap lebih
responsif agar sanggup bertahan dan terus
berkembang. Untuk mendukung perubahan
organisasi tersebut, maka diperlukan adanya
perubahan individu. Proses menyelaraskan
perubahan organisasi dengan perubahan
individu ini tidaklah mudah. Pemimpin
sebagai panutan dalam organisasi, sehingga
perubahan harus dimulai dari tingkat yang
paling atas yaitu pemimpin itu sendiri.
Organisasi memerlukan pemimpin reformis
yang mampu menjadi motor penggerak yang
mendorong perubahan organisasi
Keberhasilan suatu organisasi sangat
dipengaruhi oleh kinerja karyawan, kinerja
merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan
antara hasil kerja yang secara nyata dengan
standar kerja yang telah ditetapkan. Setiap
organisasi akan berusaha untuk selalu
meningkatkan kinerja karyawan demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Berbagai cara bisa ditempuh organisasi dalam
meningkatkan kinerja karyawan diantaranya
dengan mewujudkan kepuasan kerja karyawan
melalui budaya organisasi dan kepemimpinan
yang sesuai dengan harapan karyawan.
Peran budaya organisasi sangat
ditentukan oleh perilaku (behavioral)
kepemimpinan kepala sekolah yang
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
82
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
bersangkutan. Burns (Indrafacruddin, 2006:40)
menyatakan pendekatan budaya organisasi
adalah “1) sumber power untuk sekolah yang
pada hakikatnya dari kelompok/terpimpin,
walaupun budaya organisasi itu
mempengaruhi kelompok tersebut, 2)
pengaruh itu terlihat pada penampilan
kelompok dalam mencapai tujuan”. Budaya organisasi merupakan variabel
kunci yang bisa mendorong keberhasilan guru
yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kinerjanya. Sobirin (2009:243) menyebutkan:
“budaya organisasi memberi kontribusi terhadap keberhasilan kinerja sekolah”. Budaya organisasi juga sebagai alat untuk
melakukan integrasi internal. Jika peran ini
bisa berfungsi dengan baik dan dibarengi oleh
penyusunan strategi yang tepat maka bisa
diharapkan kinerja organisasi akan
meningkat. Untuk itu seorang pemimpin
dituntut kemampuannya untuk menerapkan
budaya yang sesuai dengan kebijakan bersama
antara guru dan kepala sekolah baik dalam
merumuskan, menspesifikasikan dan
menyusun daftar kegiatan serta memilah-milah
pekerjaan agat dapat membantu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Kinerja guru sebagai anggota organisasi
sekolah akan lebih mudah mencapai
efektivitas kerja yang tinggi jika ia
mempunnyai budaya yang positif dan
mendukung semangat kerja. Menyadari bahwa
dirinya tidak hanya sebagai anggota dari
organisasi sekolah, tetapi juga paham terhadap
tujuan organisasi sekolah tersebut. Dengan
demikian, seorang guru akan dapat memahami
sasaran dan kebijakan organisasi, dengan kata
lain pengembangan budaya organisasi
diharapkan dapat menimbulkan komitmen
guru untuk tujuan yang dimaksud.
Secara umum penelitian ini untuk
mengumpulkan informasi tentang budaya
organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah
apakah telah memberikan pengaruh terhadap
kinerja guru dalam melaksanakan tugas
pokoknya.
Secara khusus untuk mengetahui
Pengaruh budaya organisasi dan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru di MTsN Rukoh Banda Aceh.
KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya organisasi
Menurut Wibowo (2010:19) budaya
organisasi merupakan“ Filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan, norma-
norma, dan nilai-nilai bersama yang menjadi
karakteristik inti tentang bagaimana cara
melakukan sesuatu dalam organisasi,
keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai
tersebut menjadi pegangan semua sumber daya
manusia dalam organisasi dalam
melaksanakan kinerjanya”. Setiap orang akan berperilaku sesuai
dengan budaya yang berlaku agar diterima di
lingkungannya. Kepribadian seseorang akan
dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar
kepribadian tersebut mengarah kepada sikap
dan perilaku yang positif tentunya harus
didukung oleh norma yang diakui tentang
kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman
dalam bertindak. Sesuai dengan yang di
ungkapkan oleh Denison (Riani 2011:07)
budaya organisasi merupakan “nilai-nilai,
keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang
merupakan landasan bagi sistem dan praktek-
praktek manajemen serta perilaku yang
meningkatkan dan menguatkan prinsip-
prinsip tersebut.
B. Elemen Budaya Organisasi
Unsur-unsur budaya organisasi
terdapat perbedaan pendapat para pakar,
menurut Gaplin (Rampersad, 2006:357)
memandang dari sudut pandangan keseluruhan
aktivitas organisasi yang tampak, unsur- unsur
yang dikemukakan, meliputi: “(a) aturan dan kebijakan, (b) tujuan dan pengukuran, (c)
kebiasaan dan norma, (d) pelatihan, (e)
upacara dan peristiwa, (f) perilaku manajemen,
dan (g) penghargaan dan pengakuan”.
C. Indikator Budaya Organisasi
Sesuai dengan yang dikemukan oleh Luthan
(2006:125) Budaya organisasi mempunyai
karakteristik penting yang dapat dijadikan
sebagai indikator atau ukuran untuk
berjalannya suatu organisasi yaitu akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Aturan perilaku yang diamati. Ketika
anggota organisasi berinteraksi satu sama
lain, mereka menggunakan bahasa, istilah,
dan ritual umum yang berkaitan dengan
rasa hormat dan cara berperilaku.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
83
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
2. Norma. Ada standar perilaku, mencakup
pedoman mengenai seberapa banyak
pekerjaan yang dilakukan “jangan melakukan terlalu banyak, jangan terlalu
sedikit.
3. Nilai dominan: organisasi mendukung dan
berharap peserta membagikan nilai-nilai
utama.
4. Filosofi. Terdapat kebijakan yang
membentuk kepercayaan organisasi
mengenai bagaimana karyawan dan atau
pelanggan diperlakukan.
5. Aturan. Terdapat pedoman ketat berkaitan
dengan pencapaian perusahaan. Pendatang
baru harus mempelajari teknik dan
prosedur yang ada agar diterima sebagai
anggota kelompok yang berkembang.
6. Iklim organisasi. Ini merupakan
keseluruhan “perasaan” yang disampaikan dengan pengaturan yang bersifat fisik, cara
peserta berinteraksi, dan cara anggota
organisasi berhubungan dengan pelanggan
dan individu dari luar.
D. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok kearah tercapainya suatu tujuan.
Terry (Robbins 2006: 432), menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah “Hubungan antara seseorang dengan orang lain, pemimpin
mampu mempengaruhi orang lain, agar
bersedia bekerja sama-sama dalam tugas yang
berkaitan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan”. menurut Yulk (2009:3) “Kepemimpinan sebagai suatu proses pengaruh sosial yang sengaja dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain untuk
menstruktur aktifitas-aktifitas dan relasi-relasi
didalam sebuah organisasi”.
E. Indikator Kepemimpinan Kepala
Sekolah
Menurut Wahyudi (2009:68) Terdapat tiga
macam indikator yang diperlukan oleh kepala
sekolah dalam mengelola sumberdaya
organisasi yaitu: “(a) keterampilan konseptual; (b) keterampilan hubungan dengan bawahan;
(c) keterampilan teknikal”.
F. Kinerja Guru
Menurut Wirawan (2007:5) kinerja
merupakan “Keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator suatu pekerjaan
atau suatu profesi dalam waktu tertentu”. Menurut Usman (2012:63) kinerja merupakan
“unjuk kerja yang ditampilkan oleh setiap pegawai, baik secara kualitas dan kuantitas
dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan
tanggung jawab yang diembankan kepadanya.
G. Indikator Kinerja Guru
Menurut Makmun (Usman, 2012:94),
kompetensi kinerja profesi keguruan (generic
teaching competencies) dalam proses
pembelajaran atau pengajaran minimal
memiliki indikator sebagai berikut:
1) Merencanakan proses belajar
mengajar (SAP atau Satpel);
2) Melaksanakan proses belajar
mengajar (mengorganisasikan kegiatan
interaksi belajar mengajar;
3) Mengevaluasi proses belajar-
mengajar (menilai kelayakan program atau
SAP/Satpel), kelancaran PBM, dan
keberhasilan pencapaian tujuan PBM, dan
keberhasilan pencapaian tujuan PBM dan /atau
kemajuan/ prestasi belajar prestasi peserta
didik;
4) Menganalisis hasil evaluasi proses
belajar mengajar (melakukan analisis SWOT-
kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan-
atau melakukan diagnosis program-proses-
produk PBM)
5) Menindaklanjuti (follow up) atas
hasil analisis evaluasi PBM (mengadakan
pengajaran remedial bagi yang lemah, atau
pengayaan bagi yang sudah kuat, atau
membuat rujukan/referral kepada ahli lain.
Misalnya konselor, dan sebagainya.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif, dengan
maksud untuk mencari pengaruh antara
variabel independent (X) dengan variabel
dependent (Y) yang menggunakan rumus
statistic.
populasi dalam penelitian ini adalah guru
MTsN Rukoh Banda Aceh yang berjumlah 37
orang guru, maka semua polulasi dijadikan
sampel karena jumlahnya kurang dari 100,
sehingga penelitian ini disebut dengan
penelitian populasi.
Adapun teknik Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, kuesioner,
dokumentasi dan wawancara yang berkaitan
Cut Nurul Fahmi, Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah
84
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
dengan tujuan, sehingga tujuan dari sebuah
penelitian dapat diungkapkan secara
transparan dan akuntabel
Pengelolahan data dan analisis akan
dilanjutkan dengan menguji hipotesis dengan
menggunakan teknis analisis korelasi
sederhana, korelasi ganda, regresi sederhana
dan regresi ganda. Rumus yang digunakan
yaitu:
Rumus korelasi ganda yaitu:
Ryx1x2 =
21
2
21212
2
1
2
1
2
xxr
xrxryxryxyxryxr
r
2r
Rumus regresi yaitu: Ŷ = a + b1x1 + b2x2
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Budaya organisasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja guru
Pada penelitian ini terungkap bahwa
budaya organisasi menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja guru dengan
koefisien korelasi sebesar 0.642 dan nilai thitung
sebesar 4.953 pada taraf signifikan α = 5% maka diperoleh nilai ttabel sebesar 1.70
sehingga pengaruh kedua variabel tersebut
dinyatakan signifikan. Koefisien ini termasuk
sangat kuat. Dengan kata lain budaya
organisasi menunjukkan pengaruh yang kuat
terhadap kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari
konstribusi yang diberikan oleh variabel
budaya organisasi terhadap kinerja guru
sebesar 41.2% sedangkan sisanya 58.8%
ditentukan oleh variabel lain.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
dalam menciptakan budaya organisasi yang
kondusif pemimpin sekolah menjelaskan
tugas-tugas pegawainya dan menjelaskan
fungsi organisasi kepada seluruh personilnya
serta membuat struktur organisasi yang jelas.
Sehingga dengan adanya pembagian tugas
dan tanggung jawab masing-masing para
personil sekolah tahu dan jelas apa tujuan dari
pada organisasi.
B. Kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja guru
Pada penelitian ini terungkap bahwa
kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
guru dengan koefisien korelasi sebesar 0.675
dan nilai thitung sebesar 5.408 pada taraf
signifikan α = 5% maka diperoleh nilai ttabel
sebesar 1.70 sehingga pengaruh kedua variabel
tersebut dinyatakan signifikan. Koefisien ini
termasuk sangat kuat. Dengan kata lain
kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan
pengaruh yang kuat terhadap kinerja guru. Hal
ini dapat dilihat dari konstribusi yang
diberikan oleh kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru sebesar 45.5%
sedangkan sisanya 54.5% ditentukan oleh
variabel lain.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini
jelas bahwa kepemimpinan kepala sekolah
sangat berpengaruh terhadap kinerja guru
karena Kemampuan guru dalam
meningkatkan kinerjanya dikarenakan dengan
adanya kemampuan kepala sekolah dalam
menjalin hubungan kerjasama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang didasari oleh
adaya suatu kebijakan dari pimpinan
pendidikan yang dapat memberikan
kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan mutu kinerjanya. Karena
itulah kepala sekolah sebagai pimpinan
sekolah hendaknya mengembangkan mutu
kinerja guru secara komprehensif dan kontinu
sebagai satu keharusan dalam kegiatan
sekolah.
C. Budaya organisasi dan kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja guru
Pada pengujian hipotesis ini terungkap
bahwa secara simultan budaya organisasi dan
kepemimpinan menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja guru dengan
koefisien korelasi sebesar 0.731 dan harga
Fhitung sebesar 19.523 pada taraf signifikan α = 5% maka diperoleh harga Ftabel sebesar 3.28
sehingga pengaruh secara bersama-sama
variabel budaya organisasi dan kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru
dinyatakan signifikan. Koefisien ini termasuk
kuat. Dengan kata lain secara simultan budaya
organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah
menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap
kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari
konstribusi yang diberikan oleh kedua
variabel tersebut terhadap kinerja guru sebesar
53.43% .
budaya organisasi dan kepemimpinan
kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
85
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
kinerja guru, karena dengan adanya
kemampuan seorang kepala sekolah
menciptakan budaya organisasi yang baik
sangat berdampak terhadap kinerja yang
dihasilkan oleh guru sehingga tujuan yang
diinginkan akan tercapai.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
a. Budaya organisasi mempunyai kaitan
yang positif terhadap kinerja guru.
Dengan demikian kinerja guru akan
meningkat apabila ada budaya yang
kondusif yang berkembang. Budaya
organisasi dapat dilihat dari aturan dan
kebijakan dalam pembagian tugas, iklim
organisasi, kebiasaan dan norma yang
berlaku disekolah, perumusan visi dan
misi dalam meningkatkan komitmen dan
keterampilan yang ditampilkan oleh guru.
b. Kepemimpinan kepala sekolah
mempunyai kaitan yang positif terhadap
kinerja guru. Dengan demikian
kemampuan kepala sekolah dalam
membina personil sekolah khususnya
guru sangat berpengaruh terhadap kinerja
guru. Kemampuan guru dalam
meningkatkan kinerjanya dikarenakan
karena adanya kemampuan kepala sekolah
dalam menjalin hubungan kerjasama dan
koordinasi dengan berbagai pihak yang
didasari oleh adanya keterampilan dan
perilaku kepala sekolah yang kondusif.
c. Budaya organisasi dan kepemimpinan
kepala sekolah secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap kinerja
guru. Adanya kemampuan seorang kepala
sekolah menciptakan budaya organisasi
yang kondusif di sekolah sangat
berdampak terhadap kinerja guru. Maju
mundurnya sekolah sangat tergantung
pada kepemimpinan kepala sekolah yang
mampu dan membina para personil
sekolah.
1. Saran-Saran
1. Kepala sekolah senantiasa meningkatkan
kinerja guru dengan cara memberikan
pembinaan, koordisasi serta memberikan
kesempatan untuk mengikuti penataran
dan pelatihan atau melanjutkan
pendidikan pendidikan yang lebih tinggi,
sehingga guru dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
2. Untuk meningkatkan kinerja guru, maka
peran kepala sekolah selaku pemimpin
perlu lebih ditingkatkan lagi, karena
dengan peran kepemimpinan yang baik,
diharapkan dapat membangkitkan
semangat kerja guru menjadi lebih baik
lagi.
3. Guru dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebaiknya dilandasi
oleh kesadaran pada dirinya baik dari
dalam maupun di luar untuk
mewujudkankan pendidikan yang
bermutu. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan kebutuhan fisik dan
rohaninya. Jika motivasi kerja ini
diberikan denga baik oleh pimpinan
sekolah, maka akan menimbulkan gairah
kerja dan semangat kerja yang tinggi
sehingga akan berpengaruh terhadap
kinerja yang akan ditampilkan oleh guru.
4. Untuk dinas pendidikan, di harapkan
dapat memberikan pembinaan kepada
sekolah-sekolah dalam meningkatkan
kinerja sekolah melalui pelaksanaan
kepemimpinan kepala sekolah yang tepat
dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Indrafachruddin.(2006). Mengantar
Bagaimana Memimpin Sekolah yang
baik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rampersad, Hubert K (2006). Total
Performance Scorecard, konsep
Manajemen Baru: mencapai Kinerja
dengan integritas. Jakarta: Gramedia.
Riani, Asri Laksmi(2011), Budaya Organisasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku
Organisasi (edisi Ke-10). Bahasa
Indonesia. Jakarta : PT ideks.
Sagala, Syaiful (2008). Budaya dan
Reinventing Organisasi Pendidikan;
Pemberdayaan Organisasi Pendidikan
Kearah yang Lebih Frofesioanal, dan
Dinamis di Provinsi, Kabupaten/Kota,
dan Satuan Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Sobirin, Achmad (2009). Budaya Organisasi:
Pengertian. Makna dan Aplikasinya
Cut Nurul Fahmi, Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah
86
Cut Nurul Fahmi, M.Pd* adalah Dosen Tetap Yayasan Universitas Serambi Mekkah
dalam Kehidupan Organisasi.
Yogyakarta: UUP-STIM YKPN.
Wibowo (2010). Budaya Organisasi; Jakarta;
Rajawali Pers.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
87
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI MENGAJAR
GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS AWAL
SD NEGERI 24 BANDA ACEH
Oleh
Israwati*
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi data akurat tentang Guru
yang dituntut untuk menguasai keterampilan dan pengetahuan yang luas dan sejumlah
besar professional dalam pembelajaran PKn. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survey. Pengujian penelitian teridiri dari: Pengetahuan guru tentang
strategi pembelajaran (X1), Sikap mengajar (X2), motivasi mengajar (X3), sebagai
variabel bebas dan hasil belajar mata pelajaran pendidikan PKn(Y) sebagai variabel
terikat. Hasil Penelitian menunjukkan :Pertama, ada hubungan yang positif antara hasil
belajar dengan pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran sebesar r hitung =
0,810. Kedua, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan sikap guru
sebesar r hitung = 0, 832. Ketiga, ada hubungan yang positif antara hasil belajar dengan
motivasi guru dan sikap guru sebesar r hitung = 0,861. Keempat, ada hubungan positif
antara hasil belajar dengan pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran, Sikap
guru, dan Motivasi guru sebesar r hitung = 0.810, besar kontribusi variable
Kata kunci: Guru, Sikap, Motvasi Mengajar
Rendahnya keberhasilan siswa
dipengaruhi oleh proses pembelajaran di dalam
kelas. Jika dalam proses pembelajaran siswa
cenderung ramai dan sulit diatur maka siswa
juga akan sulit mencapai hasil belajar yang
maksimal. Oleh karena itu guru memgang
peranan yang penting dalam proses
pembelajaran. Ambarjaya (2009: 8)
menyatakan bahwa “di dalam lingkup pendidikan, guru menjadi perantara
pengetahuan. Guru menerjemahkan ilmu
pengetahuan menjadi sebuah paket informasi
yang menyenangkan sehingga siswa mudah
meyerapnya”. Djamarah dan Zain (2006: 37) menyatakan bahwa “kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna
membelajarakan anak didik”. Oleh karena itu pemerintah telah
berupaya dengan berbagai cara meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar seperti:
melalui penataran, pelatihan, seminar,
lokakarya, tugas belajar, izin belajar,
pembaharuan di bidang kurikulum. Selanjutnya
membentuk suatu wadah kerja sama antara
guru dalam mengelola pembelajaran, seperti
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
dan sertifikasi guru. Suryabrata (2012: 227)
menyatakan bahwa “masalah belajar dan
mengajar yang dapat dikatakan sebagai tindak
pelaksanaan usaha pendidikan adalah masalah
setiap orang”. Selain itu pemerintah telah
melengkapi sarana dan prasarana pendidikan,
namun keluhan tentang rendahnya kualitas
pendidikan masih dirasakan.
Dalam melaksanakan tugasnya guru
perlu bekerja sama dengan guru-guru yang lain,
baik dalam merencanakan pengajaran, maupun
evaluasi proses dan hasil belajar. Adanya kerja
sama antara guru tersebut diharapkan dapat
membantu guru memecahkan masalah yang
dihadapi dalam mengelola pengajaran serta
menimbulkan rasa tanggung jawab bersama
untuk mencapai keberhasilan pendidikan di
sekolah. Kerja sama ini akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan apabila berlangsung
dalam iklim kerjasama yang kondusif di
sekolah serta keterbukaan dalam
berkomunikasi.
Faktor sikap guru juga sangat
berpengaruh pada kemampuan mengajar guru.
Guru yang bersikap positif akan melakukan
tugas mengajar ditandai dengan sikap atau
perasaan menyenangi, menyukai dan gemar
melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pekerjaannya, yakni tugas mengajar di
kelas. Sebaliknya guru yang tidak bersikap
positif ditandai dengan perasaan yang tidak
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
88
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
menyenangi, tidak suka atau tidak gemar
melakukan pekerjaan mengajar. Guru yang
bersikap positif tentunya mempunyai motivasi
kerja yang baik, dan akan mempengaruhi
kemampuannya dalam menjalankan tugas
mengajar.
Dari uraian di atas menunjukkan
bahwa kemampuan mengajar guru belum
memenuhi harapan yang diinginkan, oleh
karena itu perlu dikaji apakah benar dugaan
bahwa faktor-faktor internal manusia seperti
pengetahuan guru tentang strategi
pembelajaran, sikap mengajar, dan motivasi
guru mempengaruhi hasil belajar khususnya
pada siswa kelas awal yaitu kelas I dan II
Sekolah Dasar Negeri 24 kotamadya Banda
Aceh.
Guru yang professional adalah guru
yang memiliki kemampuan sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Salah satu diantaranya adalah
kemampuan dalam mengajar. Peranan
mengajar di kelas amat penting, karena
kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah
mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan
nilai kepada peserta didik, sehingga hasil
transformasi tersebut memiliki makna bagi
peserta didik dalam mengembangkan diri
dalam masyarakat (Philip, 2001: 46). Dalam
proses transfer tersebut menurut Zamroni
seperti yang dikutip oleh Philip, guru
dibutuhkan peranannya dalam menggerakkan,
membangkitkan, dan menggabungkan seluruh
kemampuan yang dimiliki siswa, memotivasi
agar siswa tertantang untuk selalu bertanya dan
belajar, mendorong terbentuknya kepribadian
yang kuat, dan membekali siswa dalam
mengarungi kehidupannya dimasa kini,
maupun masa datang.
Berdasarkan uraian yang dikemukan
di atas, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: Adakah pengaruh
strategi pembelajaran dan motivasi guru
terhadap hasil belajar PKn Siswa Sekolah
Dasar Negeri 24 Banda Aceh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh strategi pembelajaran
dan motivasi guru terhadap hasil belajar PKn
Siswa Sekolah Dasar Negeri 24 Banda Aceh.
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam menggunakan strategi
pembelajaran pada kegiatan belajar
mengajar di kelas.
2. Bahan masukan dalam upaya
meningkatkan strategi pembelajaran dan
motivasi belajar guru mengajar di kelas
awal.
3. Dinas Pendidikan dalam upaya
meningkatkan kemampuan guru terhadap
strategi pembelajaran, sikap dan motivasi
mengajar.
4. Bagi Peneliti lain dapat bermanfaat untuk
dijadikan referensi dan informasi dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Hasil Belajar.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah dica oleh umat manusia
dewasa ini menunjukkan kemampuan yang
sangat tinggi. Hasil tersebut tidak dapat
dilepaskan dari adanya proses belajar yang
terus berlangsung. Dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat
dilakukan ialah dengan memahami bagaimana
anak-anak belajar.
Menurut Anni (2006: 5) hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang dilakukan
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Bloom (Suprijono 2009: 6) berpendapat bahwa
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor. Domain kognitif
meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan,
menguraikan dan menentukan hubungan,
mengorganisasikan, dan menilai. Domain
afektif meliputi sikap menerima, memberikan
respon, menilai, mengorganisasikan, dan
karakteristik. Domain psikomotor mencakup
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
manajerial, dan intelektual. Sama halnya
dengan pemikiran Gagne, hasil belajar berupa
informasi verbal, keterampilan intelektual,
strategi kognitif, keterampilan motorik, dan
sikap (Suprijono 2009: 5). Sedangkan menurut
Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya (Sanjaya 2011).Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, ternyata suatu proses
belajar mengajar pada akhirnya akan
menghasilkan kemampuan seseorang yang
mencakup: pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Perubahan kemampuan itu
merupakan indikator untuk mengetahui hasil
belajar. Teori-teori tentang pengertian belajar
dan hasil belajar yang dikemukakan di atas,
menjadi acuan untuk menentukan jenis hasil
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
89
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
belajar yang diasumsikan paling memadai
dalam penelitian ini.
B. Strategi Pembelajaran
Dalam Berdasarkan pendapat para ahli
di atas, ternyata suatu proses belajar mengajar
pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan
seseorang yang mencakup: pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Perubahan kemampuan itu
merupakan indikator untuk mengetahui hasil
belajar. Oleh karena itu penting bagi guru
memahami sebaik-baiknya tentang proses
belajar siswa, agar ia dapat memberikan
bimbingan dan meneyediakan lingkungan
belajar yang tepat dan sesuai dengan siswa.
Pengajaran adalah suatu kegiatan
belajar mengajar yang tujuannya adalah untuk
prinsip hubungan, prinsip pengulangan,
memudahkan siswa belajar. Untuk itu guru
perlu mengetahui dan memahami teori belajar
yang berhubungan dengan rancangan
pengajaran yang akan dilakukan guru, misalnya
mengetahui tentang prinsip suatu pembelajaran
yang dapat digunakannya dalam merencanakan
suatu pembelajaran, yaitu (1). Prinsip
hubungan, (2). Prinsip pengulangan, dan (3).
Prinsip penguatan (Gagne, P. 7). Pada prinsip
hubungan, menyatakan bahwa situasi stimulus
agar seseorang menanggapinya harus disajikan
pada waktu berhubungan dengan respon-respon
yang diinginkannya.
Persiapan pembelajaran, murid-murid
harus sudah cukup siap untuk mengikuti
pemeblajaran yang berikutnya dengan terlebih
dahulu mendapatkan pembelajaran
sebelumnya. Hal ini untuk memudahkan siswa
menghubungkan kepada struktur pelajaran
secara menyeluruh. Motivasi terus menerus
dilakukan oleh para guru pada saat murid
melakukan tugas-tugas pembelajaran, misalnya
memberikan penguatan kepada siswa secara
tepat tanpa menghukum siswa yang
belum/tidak dapat menyelesaikan tugas
pembelajaran.
C. Motivasi Mengajar.
Motivasi berasal dari kata motivum
(bahasa latin) yang artinya suatu alasan yang
menggerakkan, dan diterjemahkan dalam
bahasa Inggris menjadi motivation. Seseorang
yang bekerja di suatu perusahaan dengan rajin
tentu mempunyai alasan yang mendorong ia
untuk berbuat demikian. Dorongan atau motif
yang mendasari perbuatannya dapat muncul
dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar
dirinya. Keinginan untuk berprestasi kerja lebih
baik, memperoleh kepuasan kerja dan ingin
menunjukkan kemampuan kepada orang lain
merupakan motif yang berasal dari dalam diri
seseorang. Motivasi adalah kontruksi dugaan
yang dilakukan seseorang dalam bertindak atau
berperilaku yang memiliki konsep: kebutuhan
untuk berhasil, kebutuhan untuk bekerja
bersama atau afiliasi, insentif, kebiasaan,
pertentangan, dan keingintahuan, serta
digunakan untuk prakarsa, petunjuk, intensitas,
dan keteguhan perilaku yang dituju.
Mengapa seorang guru datang ke
sekolah seperti biasa dan mengerjakan tugas
sedikit terpaksa, sedangkan guru lain bekerja
dengan sepenuh hati ? tentunya ada dorongan
yang dapat menjelaskan mengapa guru bekerja
dengan rajin atau kurang rajin, rela atau
terpaksa. Keberhasilan dalam melaksanakan
suatu kegiatan pembelajaran sebagaimana yang
telah dituliskan dalam perencanaan akan
memberikan kepuasan pada guru. Penghargaan
yang diberikan kepada guru bukan hanya
dalam bentuk materi saja, tetapi dapat juga
berupa ucapan selamat atau kata-kata pujian
dari kepala sekolah. Perkembangan yang dapat
dilakukan untuk memotivasi diri dapat berupa
menambah ilmu pengetahuan atau
keterampilan melalui pelatihan, kursus,
pendidikan formal untuk meningkatkan mutu
pembelajaran akan memberikan kepuasan bagi
guru.
METODA PENELITIAN Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survey. Dalam hal
ini peneliti ingin menguji hipotesis yang teridiri
dari: Pengetahuan guru tentang strategi
pembelajaran (X1), Sikap mengajar (X2),
motivasi mengajar (X3), sebagai variabel
bebas dan hasil belajar mata pelajaran
pendidikan PKn (Y) sebagai variabel terikat.
sebagaimana konstelasi masalah penelitian
berikut ini:
A. Populasi dan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru-guru SD Negeri 24 kota Banda
Aceh yang mengajar mata pelajaran PKn
berjumlah sebanyak 25 orang. Selanjutnya
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah keseluruhan populasi yakni sebanyak 25
orang guru. Masing-masimg kelas ditetapkan 1
orang sebagai sampel, sedangkan jumlah siswa
Israwati, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Mengajar
90
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
kelas awal pada SDN 24 sebanyak 230 siswa.
Dari 230 siswa tersebut kemudian ditetapkan
10% sebagai sampel, sehingga sampel yang
representatif sebanyak 23 orang.
B. Teknik Pengumpulan Data.
1. wawancara
2 angket
3 tes Hasil Belajar
C. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
Data primer yang berasal dari
responden dalam bentuk kuesioner secara
manual dipindahkan kedalam tabel-tabel
setelah sebelumnya melalui proses editing
distribusi frekwensi. Untuk mendapatkan angka
persentase dihitung berdasarkan rumus x 100
%. Kegiatan tabulasi ini menghasilkan tabel-
tabel firekwensi ataupun tabuasi silang dengan
dua variabel yang mempunyai kaitan dengan
variabel terpengaruh maupun variabel
pengaruh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Gambaran umum mengenai data hasil
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
bantuan komputer SPSS/PC+ versi 16.00
diperoleh: Banyaknya data Hasil belajar n
+ 67; rata-rata skor X = 69,50; median
=70; modus = 70; standar deviasi s = 5,88;
varians = 34,58; range = 26; skor minimal
X min = 59; sedangkan skor maksimum X
max =85.1
2. Pengetahuan Guru tentang Strategi
Pembelajaran
Pengetahuan Guru tetang Strategi
Pembelajaran Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan bantuan komputer
SPSS/PC+ versi 16.00 diperoleh:
Banyaknya data persepsi guru n + 15; rata-
rata skor X = 71,45; median = 70; modus =
70; standar deviasi s = 5,62; varians =
31,55; range = 26; skor minimal Xmin =
60,sedangkan skor maksimum Xmax =
86.2
3. Sikap Mengajar Guru
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
bantuan komputer SPSS/PC+ versi 16.00
diperoleh: Banyaknya data persepsi guru n
+ 15; rata-rata skor X = 70,97;median =
70,00; modus = 65,00; standar deviasi s =
6,97; varians = 48,65; range = 29,00; skor
minimal Xmin = 59; sedangkan skor
maksimum Xmax = 88.3
4. Motivasi Guru
Motivasi Guru Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan bantuan komputer
SPSS/PC+ versi 16.00 diperoleh:
Banyaknya data persepsi guru n + 15; rata-
rata skor X = 71,45; median = 70; modus =
70; standar deviasi s = 5,62; varians =
31,55; range = 26; skor minimal Xmin =
60,sedangkan skor maksimum X max =
86.2.
B. Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas digunakan Test of
Normality Kolmogorov-Smirnov
a. Sebaran Data Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh signifikansi
sebesar = 0, 061 lebih besar dari harga
alpha (a = 0,05) 4. Karena hasil signifikan
(0,061) lebih besar dari harga alpha (a
=0,05), maka hipotesis nol diterima,
berarti populasi berdistribusi normal.
b. Sebaran Data Pengetahuan Guru tentang
Strategi Pembelajaran
Untuk menguji Normalitas data
pengetahuan guru tentang Strategi
pembelajaran menunjukkan bahwa
pengetahuan guru tentang strategi
pembelajaran diperoleh signifikansi
sebesar = 0,119 lebih besar dari harga
alpha (a = 0, 05).6 Karena hasil signifikan
(0,119) lebih besar dari harga alpha (a =
0,05), maka hipotesis nol diterima, berarti
populasi berdistribusi normal.
c. Sebaran Data Sikap Guru
Untuk menguji Normalitas data Sikap
guru menunjukkan bahwa sikap guru
diperoleh signifikansi sebesar = 0, 159
lebih besar dari harga alpha (a = 0,05)6
Karena hasil signifikan (0,159) lebih
besar dari harga alpha (a = 0,05), rnaka
hipotesis nol diterima, berarti populasi
berdistribusi normal.
d. Sebaran Data Motivasi Guru
Untuk menguji Normalitas data motivasi
guru menunjukkan bahwa pengetahuan
guru tentang strategi pembelajaran
diperoleh signifikansi sebesar = 0,119
lebih besar dari harga alpha (a = 0, 05).6
Karena hasil signifikan (0,119) lebih
besar dari harga alpha (a = 0,05), maka
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
91
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
hipotesis nol diterima, berarti populasi
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Persyaratan analisis data diuji melalui
uji homogenitas. Uji homogenitas data yang
digunakan adalah uji Bartlett. Dari hasil
perhitungan terlihat bahwa nilai X2 Hiung =
1,98 lebih kecil dari nilai X2 Tabel (a = 0,05) =
5,99. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
penelitian berasal dari populasi yang homogen.
3. Pengujian Linieritas
1. Pengujian linieritas hubungan variabel
bebas pengetahuan guru terhadap strategi
pembelajaran dengan variabel terikat Hasil
menunjukkan bahwa uji linieritas hubungan
variabel bebas dengan variable terikat
terlihat dari analisis di peroleh taraf
signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf
signifikansi uji a = 0,05. Hal ini
menunjukkan kelinieran terpenuhi.
2. Pengujian linieritas hubungan variabel
bebas sikap guru dengan variabel terikat
Hasil Belajar menunjukkan bahwa uji
linieritas hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat diperoleh taraf signifikan
adalah 0,000 lebih kecil dari taraf
signifikansi uji a = 0,05, ini menunjukkan
kelinieran terpenuhi.
3. Pengujian linieritas hubungan variabel
bebas Motivasi Guru dengan variabel
terikat Hasil penbelajaran menunjukkan
bahwa uji linieritas hubungan variabel
bebas dengan variable terikat terlihat dari
analisis di peroleh taraf signifikan 0,000
lebih kecil dari taraf signifikansi uji a =
0,05. Hal ini menunjukkan kelinieran
terpenuhi.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hubungan antara Pengetahuan guru
terhadap strategi pembelajaran dengan
Hasil Belajar Untuk menguji berapa besar
hubungan antara persepsi guru terhadap
pembelajaran tepadu digunakan Pearson
Cor relat ion, dengan bantuan komputer
SPSS 10.00 for window. Berdasarkan tabel
diperoleh nilai r hitung = 0,809. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif antara pengetahuan
guru terhadap strategi pembelajaran
dengan Hasil belajar . Koefisien
determinasi diperoleh r2 = 0,64811. Dengan
demikian Hasil belajar ditentukan oleh
pengetahuan guru terhadap strategi
pembelajaran sebesar 64,8 %.
2. Hubungan Antara Sikap Guru dengan
Hasil belajar.Hipotesis kedua yang diajukan
dalam penelitian ini adalah; Terdapat
hubungan positif antara Sikap guru dengan
hasil belajar. Untuk menguji berapa besar
hubungan antara sikap guru digunakan
Pearson Correlation, dengan bantuan
komputer SPSS 10.00 for window.
Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai r
hitung = 0,832. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
positif antara Sikap Guru dengan hasil
belajar. Koefisien determinasi diperoleh r2
= 0,64944. Dengan demikian hasil belajar
ditentukan oleh SIkap Guru sebesar 64,9
%.
3. Hubungan antara Motivasi Guru dengan
hasil belajar. Untuk menguji berapa besar
hubungan antara motivasi guru dengan
hasil belajar diperoleh nilai r hitung =
0,809. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang positif antara
pengetahuan guru terhadap strategi
pembelajaran dengan Hasil belajar .
Koefisien determinasi diperoleh r2 =
0,64811. Dengan demikian Hasil belajar
ditentukan oleh pengetahuan guru terhadap
strategi pembelajaran sebesar 64,8 %.
4. Hubungan antara pengetahuan guru
terhadap strategi pembelajaran dan sikap
guru dan Motivasi Guru dengan Hasil
belajar, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif antara pengetahuan
guru terhadap trategi pembelajaran dan
sikap guru dan Motivasi guru secara
bersama-sama dengan Hasil belajar . Dari
hasil analisis di atas diperoleh besarnya
koefisien determinasi = 0,741. Ini berarti
besar Hasil belajar ditentukan oleh
Pengetahuan guru. Dari hasil analisis di atas
nilai F hitung = 50.180 dengan besar
Israwati, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Mengajar
92
Dr. Israwati, M.Si adalah Staf Pengajar pada prodi PGSD FKIP Universitas Syiah Kuala
signifikansi adalah 0.00 lebih kecil dari
harga alpha (a =0.05).9 Maka hal ini berarti
terdapat pengaruh pengetahuan guru
terhadap strategi pembelajaran, sikap guru
dan Motivasi Guru terhadap Hasil belajar
terhadap strategi pembelajaran, sikap guru,
dan motivasi guru adalah 74,1%.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, ada hubungan yang positif antara
hasil belajar dengan pengetahuan guru
terhadap strategi pembelajaran sebesar r hitung
= 0,809. Kedua, ada hubungan yang positif
antara hasil belajar dengan sikap guru sebesar
r hitung = 0, 832. Ketiga, ada hubungan yang
positif antara hasil belajar dengan motivasi
guru dan sikap guru sebesar r hitung = 0,861.
Keempat, ada hubungan positif antara hasil
belajar dengan pengetahuan guru terhadap
strategi pembelajaran dan Sikap guru, dan
Motivasi guru sebesar r hitung = 0.809.
Hasil belajar ditentukan oleh
pengetahuan guru terhadap strategi
pembelajaran, sikap guru, motivasi guru
sebesar R square (koefisien diterminasi) =
0,741. ini berarti besarnya kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran terpadu
ditentukan oleh persepsi guru dan sikap guru
dalam pembelajaran terpadu adalah 74,1 %.
1. Saran-Saran
Secara umum dapat disarankan bahwa
guru-guru Sekolah Dasar agar lebih
menanggapi positif dan mempunyai sikap
positif terhadap mata pelajaran PKn dengan
meningkatkan pengetahuan guru terhadap
trategi pembelajaran, dan memiliki sikap yang
positif dan motivasi yang tinggi dalam
mendidik anak pada mata pelajaran keSDan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarjaya. 2009. Model-Model Pembelajaran
Kreatif. Badndung: Regina.
Anni, Catharina Tri. 2006. Teori Pembejaran.
Semarang: MKU UNNES.
Bloom Benjamin S. (Ed), 1973.Taxonomy of
Educational Objectives: The
Classification of Educational Goals
Handbook II : Affective Domain,
London : Longman Group Limited
Djaali H, Psikologi Pendidikan, 2000.Jakarta :
Program Pascasarjana – Universitas
Negeri Jakarta
Djamarah, S.B dan Zain, A. 2006. Strategi
Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Gagne Robert and Leslie J. Brigs,2000.
Principles of Intuctional Design,
Florida State University.
Sudjana Nana, 1998.Penelitian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Philip Suprastowo, 2001. Guru pada Era
Reformasi, Kajian dalam Meningkatkan
Profesionalissme Guru Jakarta : Pusat
Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional
Suryabrata. 2012. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sanjaya, aade. 2011. Pengertian, Definisi Hasil
Belajar Siswa. Diunduh dari
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/0
3/pengertian-definisi-hasil-belajar.html.
[diakses pada 12/07/2011].
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
93
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU
VARIABEL SISWA KELAS VII SMP N 3 INGIN JAYA ACEH BESAR
Oleh
Muhammad Isa*
Abstrak
Pertidaksamaan linear satu variabel merupakan salah satu materi yang diajarkan di
tingkat-tingkat SMP atau MTsN. Materi ini diharapkan dapat dipahami dan dikuasai
dengan baik, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum memahami
materi tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap penerapan sifat-sifat
pertidaksamaan. Adapun permasalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
kemampuan menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel siswa kelas VII
SMP N 3 Ingin Jaya, sedangkan tujuannya adalah untuk menelaah kemampuan siswa
dalammenyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya yang terdiri dari 7
kelas yang berjumlah 196 siswa, sedangkan sampel yang diambil adalah kelas VII1
yang berjumlah 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui tes yang berupa soal
berbentuk uraian sebanyak 15 butir soal, setelah seluruh data terkumpul data diolah
dengan menggunakan statistik-t dengan kriteria ujipihak kiri pada taraf signifikan α =
0,05 dan dk = 27. Hasil pengolahan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu variabel siswa SMP N 3
Ingin Jaya Aceh Besar belum mencapai standar ketuntasan.
Kata Kunci : Kemampuan Menyelesaikan Soal, Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Matematika mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia sebab
matematika sebagai ilmu adalah merupakan
bahasa atau alat untuk menyelesaikan masalah
– masalah sosial, ekonomi, fisika, kimia dan
teknik. Namun banyak siswa yang
menganggap bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit padahal matematika
sangat diperlukan didalam kehidupan.
Menurut Abdurahman (2003:250).
“Matematika merupakan ilmu yang mendasari
perkembangan teknologi modrn, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan
mengembangkan daya pikir manusia”
Menurut Depdiknas (2005:345).
“Matematika juga merupakan salah satu
pelajaran yang diajarkan di tiap – tiap tingkat
satuan pendidikan”. Pendidikan matematika
dapat membentuk kemampuan berfikir logis,
analisis, sistematis, kritis, dan kreatif agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memamfaatkan
informasi guna meningkatkan perbaikan
kehidupan.
Demikian pentingnya peranan
matematika sehingga perlu diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan misalnya: SD, SMP,
SMA dan perguruan tinggi. Memperhatikan
pentingnya peran matematika seperti
disebutkan diatas, maka dalam mempelajari
matematika siswa disiapkan melalui suatu
proses pembelajaran agar mereka dapat
mengetahui, memahami dan menguasai materi
atau bahan ajar matematika.
Namun demikian pada kenyataannya
bahwa tidak semua siswa dapat mengetahui
bagaimana belajar matematika, banyak siswa
tidak memahami dengan benar materi yang
telah diajarkan dikelas dan banyak siswa yang
tidak menguasai konsep-konsep dari materi
matematika disampaikan oleh gurunya. Oleh
karena itu siswa hanya mempelajari begitu
saja sehingga pemahaman siswa terhadap
pelajaran matematika jauh dari apa yang
diharapkan.
Salah satu materi pelajaran yang
diajarkan di SMP adalah Pertidaksamaan
Linear Satu Variabel. Diantara tujuan yang
ingin dicapai melalui pengajaran materi ini
adalah siswa diharapkan mampu
menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan
linear dengan satu variabel dalam berbagai
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
94
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
bentuk penyajian baik dalam bentuk soa yang
abstrak maupun dalam bentuk soal cerita, oleh
karena itu, guru memiliki peran yang sangat
penting untuk melatih dan menjelaskan kepada
siswa tentang bentuk – bentuk soal – soal serta
penyelesaian pertidaksamaan linear satu
variabel tersebut.
Secara umum materi pertidaksamaan
linear satu variabel bukanlah materi yang sulit
namun, namun karena kurangnya pemahaman
siswa terhadap penerapan sifat- sifat
pertidaksamaan dan juga masih ada siswa
yang kurang kreatif dan aktif dalam
mengerjakan soal latihan yang diberikan
sehingga materi tersebut menjadi sulit.
Berdasarkan uraian latar belakang
yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti
ingin melakukan penelitian dengan judul
“Kemampuan Menyelesaikan Soal
Pertidaksamaan linear satu variabel siswa
SMP Negeri 3 Ingin Jaya”.
Sesuai dengan latar belakang yang
telah disampaikan maka rumusan
permasalahan yang di ajukan adalah
“Bagaimana Kemampuan Menyelesaikan Soal
Pertidaksamaan linear satu variabel siswa
kelas 1 SMP Negeri 3 Ingin Jaya Aceh Besar.
Setiap penelitian dilakukan pasti
memiliki tujuan. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam Menyelesaikan Soal
Pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa
Kelas 1 SMP Negeri 3 Ingin Jaya Aceh Besar.
Menurut Arikunto (2000:14):
”anggapan dasar merupakan suatu pernyataan
yang tidak perlu diteliti kebenarannya”.
Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini
adalah:
a. Pertidaksamaan linear satu variabel ada
pada kurikulum yang diajarkan di SMP
Negeri 3 Ingin Jaya Aceh Besar.
b. Semua siswa kelas V11 mendapatkan
materi pertidaksamaan linear satu
variabel.
c. Siswa dianggap berhasil terhadap materi
pertidaksamaan linear satu variabel
apabila menguasai lebih atau sama dengan
65% dari materi yang diajarkan.
Sudarato (2002:115): mengemukakan
bahwa: “Hipotesis adalah pendapat atau
kesimpulan sementara, dengan kata lain, suatu
pendapat yang kita gunakan untuk menangkap
kenyataan kebenarandari suatu hal yang belum
terbukti kebenarannya”.
Adapun hipotesisi dalam penelitian
ini adalah “kemampuan siswa SMP Negeri 3
Ingin Jaya dalam menyelesaikan soal
pertidaksamaan linear satu variabel belum
mencapai standar yang diinginkan”.
Hasil penelitian ini diharapkan akan
bermanfaat:
a. Sebagai bahan masukan bagi penulis
sendiri dan juga bagi guru matematika
dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran matematika dengan cara
mencari jalan keluar dalam mengatasi
kesulitan siswa menyelesaikan PtLSV.
b. Siswa dapat lebih terampil dalam
menyelesaikan PtLSV.
c. Sebagai informasi bagi lembaga terkait
dalam upaya meningkatkan kualitas guru
matematika dan mutu pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA
A. Tujuan Pembelajaran Matematika Di
SMP
Pada hakikatnya pendidikan
merupakan suatu usaha yang dilakukan
manusia untuk meningkatkan taraf hidup
kearah yang lebih sempurna.disamping itu
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
dinamis yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan fisik, mental, etika dan seluruh
aspek dalam kehidupan manusia.
Definisi atau ungkapan mengenai
pengertian matematika yang dikemukakan
oleh para pakar matematika sangat
beragam. Secara etimologis matematika
berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar. Herman Hudojo(2005: 103)
menyatakan,”matematika merupakan suatu
ilmu yang berhubungan atau menelaah
bentuk-bentuk atau sruktur-struktur abstrak
dan hubungan-hubungan di antara hal-hal itu”.
James dan Jemes (Erman Suherman,2001:18)
menyatakan,”matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep- konsep yang
berhubungan satu dengan yang lain dengan
jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”.
Tujuan umum diberikan matematika
kepada anak didik sejak dari sekolah dasar
sampai sekolah menengah atas adalah seperti
yang tercantum dalam kurikulum 2004
(Depdiknas) yaitu :Melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
95
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
1. Mengembangkan aktifitas kreatif yang
melibatkan imajinasi dan penemuan
dengan mengembangkan pemikiran
divergen original rasa ingin tau membuat
membuat prediksi dan dugaan serta
mencoba – coba
2. Mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah
3. Mengembangkan kemampuan
menyampaikan imformasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain
melalui, pembicaraan lisan, grafik, peta
diagram dan menjelaskan gagasan.
Adapun tujuan khusus pengajaran
matematika di SMP menurut Depdiknas
(2006:6) adalah :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, ekspolarasi,
menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan inkonsisten.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang
mengembangkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan
pemikiran yang divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan
sementaraserta mencoba- coba.
3. Mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan
menyampaikan imformasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain
melalui pembicaraan lisan, catatan,
diagram dalam menyelesaikan masalah.
Tujuan pendidikan dan pengajaran
matematika di SMP sebagai mana yang dimuat
dalam kurikulumsatuan pendidikan
(Departemen Pendidikan Nasional 2006:346)
adalah:
1. Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma
secar luwes, akurat, efisien dantepat dalam
pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti atau menjelaskan gagasan dan
penjelasan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami
masalah,merancang model matematika,
menyelesaika model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan
symbol, table, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menhargai kegunaan
matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan
minat dalam mempelajari matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Dari kutipan tadi jelaslah bahwa tujuan
diberikan matematika di SMP adalah untuk
membentuk sikap befikir logis, cermat kreatif
dan disiplin kepada siswa juga untuk
mempersiapkan siswa dalam menempuh
pendidikan yang lebih tinggi juga berguna untuk
membantu siswa mempelajari ilmu – ilmu lain.
Mengingat pentingnya matematika
dalam berbagai bidang kehidupan maka perlu
diperhatikan mutu pelajaran bidang study
matematika yang di ajarkan disetiap jenjang
dan jenis pendidikan, disini tentunya guru
memegang peranan penting dalam
mentransfer ilmu matematikanya kepada anak
didik, agar mereka mampu mengatasi semua
persoalan yang ada dalam metamatika yang
diajarkan di SMP tersebut.
B. Pengertian Kemampuan Belajar
Matematika
Dalam kehidupan sehari – hari setiap
manusia melaksanakan segala kegiatan dalam
upaya mempertahankan kelangsungan hidup.
Merupakan cara atau usaha pribadi manusia
untuk membuktikan kemampuan dalam
hidupnya. Hal ini tidak terlepas dari
kemampuan yang dimiliki individu tersebut.
Kemampuan dapat di miliki dan diperoleh
berdasarkan belajar dan pengalaman dari
berbagai peristiwa yang di alami. Menurut
Hasan Alwi dkk (2002:707) kemampuan
berasal dari kata dasar “mampu” yang artinya
kuasa (sanggup, bisa, dapat), Dari definisi
tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan
merupakan suatu kesanggupan yang dimiliki
oleh setiap manusia dalam melakukan serta
memahami suatu objek atau pekerjaan yang
sederhana yang dihadapi. Menurut Robert, M.
Gagne (2003:69): “kemampuan adalah
kacakapan untuk melakukan suatu tugas khusu
dalam kondisi yang telah ditentukan”. Apabila
dikaitkan dengan pembelajaran, kemampuan
khusus yang dimaksud adalah kemampuan
siswa dalam menyelesaikan tugas dari guru,
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
96
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
misalnya kemampuan mengerjakan latihan,
ulangan maupun tugas lainnya.
Menurut Robert (2003:70):
“kemampuan didefinisikan sebagai
perwujudan pengetahuan, ketrampilan dan
nilai dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”.
Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kopetensi mandasar yang perlu dimiliki
siswa yang mempelajari lingkup materi
tertentu dalam suatu mata pelajaran pada
jenjang tertentu.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan setiap siswa dapat
ditempuh melalui jenjang pendidikan dengan
cara belajar yang intensif untuk dapat
menghadapi dan memecahkan persoalan
belajar. Dengan demikian bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin tinggi pula tingkat kemampuan yang
di peroleh.
Maka dalam penelitian ini, untuk
melihat kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal pertidaksamaan linear
satu variabel dianggap berhasil apabila nilai
rata-rata ≥ 65.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemampuan Belajar
Pada dasarnya semua anak didik
berusaha untuk mencapai prestasi belajar
semaksimal mungkin. Dalam kenyataan tidak
semua anak didik mencapai prestasi belajar
sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang ada
pada dirinya yaitu IQ, bakal, minat dan
sebagainya, serta tidak tertutup kemungkinan
disebabkan oleh faktor yang berada di luar
dirinya seperti latar belakang tempat tinggal,
keadaan ekonomi dan dorongan orang tua.
Secara
garis besar ada dua faktor
yang mempengaruhi kemampuan belajar
siswa, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang
sumbernya berasal dari dalam diri seseorang,
faktor tersebut meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis merupakan salah satu
faktor yang berasal dari diri seseorang
yang menyangkut dengan keadaan
jasmani. Faktor fisiologis pada umumnya
sangat berpengaruh terhadap belajar
seseorang. Seseorang yang sehat
jasmaninya akan berlainan dengan orang
yang kurang sehat jasmaninya.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah salah satu faktor
yang berasal dari dalam diri seseorang
yang menyangkut jiwa dan keadaan
rohani, yang termasuk ke dalam faktor
psikologis antara lain :
a) Kecerdasan inteligensi
Inteligensi kecerdasan di definisikan
sebagai kemampuan dasar seseorang
yang dibawa sejak lahir, untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan
atau kemampuan seseorang
memecahkan suatu masalah,
b) Minat
Minat adalah keinginan seseorang
untuk menyenangi suatu objek dan
dari objek dan dari objek tersebut
dapat menimbulkan hasrat untuk terus
ingin mencapainya.
c) Bakat
Bakat merupakan salah satu potensi
yang ada pada diri seseorang yang
dapat dikembangkan melalui proses
belajar, setiap individu mempunyai
bakat, faktor bakat merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi
dalam belajar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang
berada di luar diri siswa yang meliputi
lingkungan-lingkungan sosial, seperti :
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah tempat
pertama anak mengenal dan mengecap
pendidikan dari orang tua, karena di
lingkungan inilah anak belajar segala
sesuatu yang memungkinkan ia tumbuh
dan berkembang keadaan ekonomi dart
suasana dalam keluarga atau kebiasaan-
kebiasaan yang dihadapi dalam keluarga
mempunyai pengaruh bagi kemajuan
belajarnya kelak.
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan sarana pendidikan
formal yang mempunyai peranan penting
dalam menentukan prestasi belajar siswa.
Lingkungan sekolah yang baik dapat
mendorong siswa belajar lebih giat,
sedangkan lingkungan sekolah yang
kurang baik dapat menyebabkan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
97
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
kegairahan siswa dalam belajar akan
berkurang.
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan
lembaga nonformal yang juga disebut
sebagai faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Di dalam lingkungan masyarakat
terdapat berbagai ragam dengan latar
belakang sosial budaya yang berbeda--
beda, lingkungan masyarakat yang tidak
mendukung dengan sendirinya akan
mempengaruhi perkembangan anak
dalam belajar yang juga mengakibatkan
menurunnya prestasi anak tersebut.
METODA PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Sehubungan dengan tujuan penelitian
pada bab 1 maka untuk mendapatkan hasil
tentang kemampuan siswa menyelesaikan soal
– soal pertidaksamaan linear dengan satu
variabel penulis mengadakan penelitian di
SMP Negeri 3 Ingin Jaya yang berlokasi di Jl.
Banda Aceh – Blang Bintang, desa Siron Aceh
Besar. Untuk mengetahui bagaimana
kemampuan siswa menyelesaikan soal – soal
pertidaksamaan linear satu variabel.
B. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian
dari keseluruhan yang diteliti (salasih,2002:2).
Yang menjadi populasi pada penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3
Ingin Jaya, sedangkan sampel dari populasi
tersebut adalah siswa kelas V111 untuk
menentukan besarnya populasi dalam
penelitian tersebut menurut Arikunto
(2000:107) mengemukakan bahwa “Apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diamati
semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua
alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa atau menyelidiki suatu masalah.
Menurut hasan alwi (2002:437) “instrumen
penelitian adalah suatu sasaran peneliti berupa
seperangkat tes tertentu untuk mengumpulkan
data sebagai bahan pengolahan”.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes. Tes ini digunakan
untuk menelaah kemampuan siswa
menyelesaikan soal – soal pertidaksamaan
linear satu variabel di SMP. Amir dalam
Suharsimi (2007:32) mengatakan bahwa : “tes
adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis
dan objektif untuk memperoleh data – data
atau keterangan – keterangan yang di inginkan
seseorang dengan cara boleh dikatakan tepat
dan cepat
D. Metode Pengumpulan Data
Pada tahapan pengumpulan data ini,
data akan dikumpulkan secara kuantitatif Jadi
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
ada tes. Tes berbentuk uraian sebanyak 15
soal, Saat tes diberikan kepada siswa yang
menjadi sampel penelitian dikerjakan dengan
waktu 2 x 40 menit. Skor yang diberikan untuk
setiap butir soal berbeda, disesuaikan dengan
tingkat kesulitan soal. Total skor yang
diberikan adalah 100.
E. Metode Pengolahan Data
Data yang di olah merupakan
jawaban siswa terhadap soal yang diberikan,
untuk keperluan analisis tersebut, maka
terlebih dahulu di tentukan rata – rata dan
standar deviasi S atau tafsiran simpangan baku
sampel. Rata – rata menurut Sudjana
(2002:70) dihitung dengan rumus
fi
fixix
Dengan deviasi (S2) standar menurut Sudjana
(2002:95) dihitung dengan rumus :
S2 =
Selanjutnya untuk menguji normalitas
data, digunakan statistik chi – kuadrat. Adapun
rumus chi –kuadrat yang dikemukakan sudjana
(2005:273) adalah :
Untuk pengujian digunakan dk = (k–
3) dengan kriteria penguji adalah tolak HO
jika (1- ) (k–1) dengan = taraf nyata
untuk pengujian.
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
98
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
F. Pengujian hipotesis.
Statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adistribusi student, maka rumus
yang dipakai menurut sudjana (2005:227)
yaitu :
t =
Dengan kriteria penguji hipotesis
adalah tolak HO jika thitung t(1- ) dan terima
Ho jika berharga lainnya. Dengan derajat
kebebasan untuk taraf distribusi t adalah dk =
n – 1 dengan peluang (1- ).
Perumusan hipotesis nol (Ho) dan
hipotesis alternative (Ha) dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Ho : µ ≥ µo (kemampuan dalam
menyelesaikan soal – soal
pertidaksamaan linear satu
variabel siswa SMP Negeri 3
Ingin Jaya sudah mencapai
standar ketuntasan)
Ha : µ < µo (kemampuan dalam
menyelesaikan soal – soal
pertidaksamaan linear satu
variabel siswa SMP Negeri 3
Ingin Jaya belum mencapai
standar ketuntasan)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji pihak kiri pada taraf nyata α
= 0,05 dengan dk = ( n – 1 ). Kriteria
pengujian hipotesis adalah menolak Ho jika t ≤
t (1 – α ), dengan t ( 1 - α ) didapat dari derajat
distribusi student t menggunakan peluang ( 1 -
α ) dan dk = ( n – 1 ). Untuk t > t (1 - α),
hipotesis Ho diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data
Bab ini menguraikan hasil penelitian
yang telah dilakukan pada siswa SMP N 3
Ingin Jaya Aceh Besar tahun pelajaran
2013/2014 yang telah dilaksanakan dari
tanggal 1 sampai 9 Oktober 2014. Sesuai
dengan metode pengolahan data pada bagian
III, maka data akan diolah berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan. Adapun data yang
diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
20 25 31 36 42 44 46
47 55 55 56 57 60 65
67 69 69 76 79 79 80
80 80 81 82 85 85 89
B. Pengolahan Data
1. Menghitung nilai rata – rata ( ), varians
(S2) dan simpangan baku (S)
Pengolahan data untuk tes
kemampuan siswa menyelesaikan soal
pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII
SMP N 3 Ingin Jaya tahun pelajaran
2013/2014 berdasarkan data yang telah
terkumpul dalam bentuk tabel adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Dari Nilai Tes Siswa SMP N 3 Ingin Jaya Untuk Mengetahui Nilai
Rata – Rata Dan Standar Deviasi.
Skor siswa fi xi fixi xi - (xi – )
2 fi (xi – )
2
20 – 31 3 25,5 76,5 -37,29 13905,54 41716,6
32 – 43 2 37,5 75 -25,29 639,58 1279,2
44 – 55 5 49,5 247,5 -13,29 176,62 883,1
56 – 67 5 61,5 307,5 -1,29 1,66 8,3
68 – 79 5 73,5 367,5 10,71 114,7 573,5
80 – 91 8 85,5 684 22,71 515,7 4125,6
Jumlah 28 1758 5353,8 48586,3
Berdasarkan tabel tersebut didapat nilai
rata - rata sebagai berikut:
fi
xifix
.
=
=
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
99
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Jadi, nilai rata – rata siswa kelas VII dalam
menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu
variable adalah = 62,79, selanjutnya
menghitung standar deviasi sebagai berikut:
S2 =
S2 =
S2 = 1799,5
S =
S = 42,42
Berdasarkan perhitungan diperoleh =
62,79 dan s = 42,42
Selanjutnya menentukan batas - batas
interval, untuk menghitung luas dibawah
kurva normal, bagi tiap interval batas kelas ke
satu di batasi oleh 19,5 dan 31,5 atau dalam
angka standar z score dibatasi oleh -1,02 dan -
0,74 dengan z score = .Jika dengan
perhitungan yang sama dilakukan untuk kelas
interval lainnya, maka diperoleh :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Uji Normalitas Sebaran Data Nilai Tes Siswa SMP N 3 Ingin Jaya.
Interval Batas kelas
( x )
Z score Batas
daerah
Luas
daerah
Frekuensi
harapan (Ei)
Frekuensi
diamati (Oi)
19,5 -1,02 0,3461
20 – 31 0,0757 2,12 3
31,5 -0,74 0,2704
32 – 43 0,0968 2,71 2
43,5 -0,45 0,1736
44 – 55 0,1061 2,97 5
55,5 -0,17 0,0675
56 – 67 0,0237 0,66 5
67,5 0,11 0,0438
68 – 79 0,1079 3,02 5
79,5 0,39 0,1517
80 – 91 0,1001 2,80 8
91,5 0,68 0,2518
x2 = + +
+
x2 =
x2 = 0,36 + 0,18 + 1,39 + 28,54 + 1,3 + 9,66
x2 = 41,43.
Dengan taraf signifikan α = 0,05 dan
banyak kelas 6, maka derajat kebebasan dk = (
k – 3 ) = 6 – 3 = 3 maka tabel ini di peroleh x2
(1 – α )( k – 1) = x2 (0,95)(3) = 7,81. Dari hasil
penelitian ini di peroleh x2 hitung > x
2 tabel yaitu
41,43 > 7,81 maka dapat disimpulkan bahwa
sebaran data dari kemampuan menyelesaikan
soal-soal pertidaksamaan inear satu variabel
siswa kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya menolak
Ho dan menerima Ha sehingga dapat
disimpulkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal pertidaksamaan linear
satu variabel belum mencapai standar
ketuntasan.
C. Tinjauan Terhadap Hipotesis.
Untuk pengujian hipotesis pada
penelitian ini, penelitian diuji dengan
menggunakan statistik t, pada taraf signifikan
α = 0,05. Hipotesis itu akan di uji dengan
menggunakan uji pihak kiri. Selanjutnya dari
hasil pengolahan data dengan n = 28, =
62,79 dan s = 42,42. Berdasarkan hipotesis
maka dalam penelitian ini diambil nilai µo =
65 yang merupakan nilai standar ketuntasan
yang telah ditetapkan. Pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji-t adalah sebagai
berikut:
x
t =
t = -0,28
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
100
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
Pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk
= n – 1= 6 – 1 = 5, maka di daftar distribusi t
di dapat t(0,95)(5) = 2,02. Karena thitung < ttabel
yaitu -0,28 < 2,02, maka terjadi penolakan
terhadap Ho dengan demikian Ha diterima.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini
menyatakan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal pertidaksamaan linear satu
variabel belum mencapai standar ketuntasan.
D. Pembahasan
Berdasarkan data diatas dengan taraf
signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk
= n – 1 = 28 – 1 =27 , dari daftar distribusi t
didapat t (0,95) (27) = 1,70. Karena -0,28 < 1,70
maka sesuai dengan kriteria pengujian pihak
kiri sebagai dikemukakan oleh Sudjana (
2005: 232) yaitu “Kriteria pengujian didapat
dari daftar distribusi student t dengan dk = n –
1 dan peluang = 1- α . jadi tolak H0 jika t hitung
≤ t (1- ) dan terima Ha. Dengan demikian Ha
diterima dan Ho ditolak sehingga hipotesis
yang berbunyi: “kemampuan menyelesaikan
soal pertidaksamaan linear satu variabel
siswa kelas VII SMP N 3 Ingin Jaya Aceh
Besar belum mencapai standard ketuntasan”.
Diterima.
Bila dilihat dari hasil tes yang
diperoleh, terlihat bahwa pada umumnya siswa
masih kurang mampu dalam memahami
penerapan sifat-sifat pertidaksamaan dengan
baik, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Misalkan kita ambil soal no 2c yaitu
3x + 17 < 5x + 3
3x + 17 – 17 < 5x + 3 – 17
3x < 5x – 14
3x – 5x < 5x – 5x – 14
-2x < -14
-2x x -½ < -14 x -½
X < 7
Sesuai dengan ketentuan dari sifat
pertidaksamaan apabila kedua ruas dikalikan
atau dibagi dengan bilangan bulat negative
maka terjadi perubahan tanda dari x < 7
menjadi x > 7). Sebagian siswa menjawab
dengan benar dan ada juga sebagian yang
menjawab salah.
Kemudian pada soal no 4 yaitu soal
cerita tidak ada satupun siswa mampu
mendifinisikan apa yang di jabarkan pada soal
cerita tersebut itu dikarenakan siswa belum
mampu memahami soal pertidaksamaan dalam
bentuk cerita.
Setelah pengujian hipotesis, ternyata
siswa kelas VII SMP N 3 ingin jaya belum
mampu menyelesaikan soal-soal
pertidaksamaan linear satu variabel. Hal ini
dapat dilihat dari nilai standar yang di berikan
dalam penelitian ini karena nilai 65 merupakan
penguasaan 65 % dari penguasaan materi
pertidaksamaan linear satu variabel tersebut.
Secara umum siswa kelas VII SMP N 3 ingin
jaya belum sepenuhnya menguasai materi
pertidaksamaan linear satu variabel.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa
ada beberapa siswa yang sudah menguasai
materi pertidaksamaan linear satu variabel dan
hal ini dapat dibuktikan dari 28 siswa kelas
VII1 terdapat 15 siswa yang mendapat nilai
diatas 65. Proses penelitian ini berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan prosedurnya, seperti
materi yang diberikan telah diajarkan oleh
guru yang bersangkutan. Seperti yang sudah
kita ketahui bersama bahwa dasar pelajaran ini
adalah harus sudah mengetahui tentang
pertidaksamaan itu sendiri. Tanpa pemahaman
yang memadai akan menghambat proses
penyelesaian soal-soal mengenai materi
tersebut.
Selain itu masih ada siswa yang
kurang serius dengan penelitian ini yang
mengakibatkan nilai yang mereka perolah
bukan nilai yang mutlak. Seperti, dalam
penelitian ini waktu yang diberikan adalah 2 x
45 menit atau 2 jam pelajaran. Masih ada
siswa yang hanya duduk-duduk saja bukan
langsung menjawab soal yang telah diberikan,
Sehingga waktu pengerjaan penyelesaian soal
mereka sudah berkurang dan tidak mungkin
lagi mereka meminta penambahan waktu
karena akan mengakibatkan ketidaktercapaian
hasil yang diharapkan dalam proses penelitian
ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas
dapat kita simpulkan bahwa siswa kelas VII
SMP N 3 ingin jaya belum mampu
menyelesaikan soal-soal pertidaksamaan linear
satu variabel. Hal ini dapat kita lihat dari nilai
rata-rata yang diperoleh siswa. Nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 62,79 sementara nilai
standar yang telah ditetapkan adalah 65. Masih
sedikit jauh tertinggal dari nilai yang telah
ditetapkan. Namun hal ini dapat kita jadikan
tolak ukur untuk dijadikan suatu kesimpulan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
101
Drs. Muhammad Isa, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Univeritas Serambi Mekkah
dalam sebuah penelitian sehngga dari jumlah
28 siswa kelas VII khususnya kelas VII1 hanya
15 siswa yang sudah memenuhi nilai standar
dalam penelitian ini.
1. Saran - Saran
1) Diharapkan kepada guru mata pelajaran
matematika untuk lebih memberi
pemahaman kepada siswa mengenai cara
merubah sebuah soal cerita khususnya
mengenai materi pertidaksamaan linear
satu variabel,
2) Guru hendaknya lebih sering
memberikan tugas tambahan kepada
siswa dalam bentuk latihan maupun
pekerjaan rumah Untuk lebih
memantapkan pemahaman siswa
mengenai materi pertidaksamaan linear
satu variabel ini,
3) Guru juga harus mengajarkan materi ini
dengan metode yang tepat dan disukai
siswa,
4) Guru juga harus bisa menjelaskan kepada
siswa tentang pengaplikasian materi
pertidaksamaan linear satu variabel ini
dalam kehidupan sehari-hari
5) Siswa diharapkan untuk lebih aktif dan
kreatif dalam menerima pelajaran ini.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2003 pendidikan bagi anak
berkesulitan belajar, jakarta: Rineke
Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2000). Dasar – dasar
evaluasi pendidikan. Jakarta: bumi
Aksara.
Candra Himawan, S.Pd ”Buku Sakti
Matematika (Bandung: Kaifa, 2011)
Dewi Nurhani, Triwahyuni ”Matematika
Konsep dan Aplikasi Kelas VIII SMP
dan MTsN. (Jakarta : Aneka Ilmu,
2008).
Djamarah, 1996, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta Rineka Cipta.
Hasan Alwi, 2002. Kamus besar bahasa
indonesia. balai pustaka, jakarta
Robert,M. Gagne, 2003. Pengertian
kemampuan, http:www.pengertian
kemampuan.com
Salasi, 2001. Stastistik dasar, FKIP USM.
Banda Aceh.
Simajuntak, 1993. Proses Belajar Mengajar.
Penerbit Tarsito.
Slamet Dalam Djamarah. Belajar dan Faktor-
faktor yang mempengaruhinya (Jakarta
Bina Aksara, 2003).
Sudjana, 2005. Metode Statistika. Bandung
Tarsito.
Sudarato, 2002. Metode penelitian, Bandung:
Rineka Cipta
Suharsimi, 2007. Dasar – Dasar Evaluasi
Pendidikan. Bumi aksara. jakarta
http://id.answer.yahoo.com/question/idex/03/0
5/2011).
http://id.wikibooks.org/wiki/subjek:matematik
a/materi:persamaandanpertidaksamaan
linear satu variabel.
Muhammad Isa, Kemampuan Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
102
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU KELAS MEMBUAT PERANGKAT
PEMBELAJARAN BERBASIS KTSP MELALUI PEMBERIAN MODEL PADA
KKG SD NEGERI 3 PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN
Oleh
Zainuddin*
Abstrak Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan melalui pemberian Model yang bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan guru membuat perangkat pembelajaran berbasis KTSP bagi
guru pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun
Pelajatran 2010/2011. Dengan subjek penelitian sebanyak 13 orang guru kelas. Metode
yang digunakan. Adalah Desain Penelitian Tindakan sekolah. Masing-masing melalui
tahap perencanaan, tindakan, obsevasi/evaluasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pemberian model terlebih dahulu oleh peneliti, meningkatkan ketrampilan guru
pada kelompok KKG guru kelas pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan dalam membuat
Silabus dan RPP berbasis KTSP.
Kata Kunci : Perangkat Pembelajaran dan Pemberian Model.
Salah satu indikasi terjadinya
peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat
dari adanya peningkatan prestasi
akademik/hasil belajar siswa secara
keseluruhan, mulai dari jenjang pendidikan
dasar, menengah sampai pendidikan tinggi.
Dewasa ini kualitas prestasi akademik/hasil
belajar siswa, baik dari dimensi vertikal
ataupun horizontal tampaknya masih perlu
ditingkatkan karena cenderung belum tinggi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menegaskan bahwa kedudukan guru
sangatlah strategis dalam menentukan
keberhasilan siswa untuk pencapaian standar
Kompetensi yang diharapkan. Guru merupakan
figur yang akan menentukan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran, penentuan alat
evaluasi dan sumber belajar yang akan
disajikan didepan kelas. Tugas ini dituangkan
dalam perangkat pembelajaran dalam bentuk
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
Kemampuan guru dalam
merencanaan, membuat dan melaksanakan
pembelajaran tidak terlepas dari pembinaan
Pengawas Sekolah dalam membimbing guru
khusus bidang akademik lewat supervisi kelas
yang juga merupakan kompetensi kepala
sekolah selama ini pada kegiatan KKG sekolah,
masih banyak guru menemui kesulitan dalam
membuat perangkat pembelajaran, karena
kurangnya pemahaman dalam hal merancang
strategi pembelajaran yang memadai,
menerapkan materi pokok yang sesuai dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai dan masih
cendrung menggunakan strategi atau model
konvensional yang didominasi oleh metode
ceramah.
Guru masih kurang menguasai dalam
hal menentukan strategi/model pembelajaran
yang membuat siswa belajar secara mandiri,
berdiskusi dan memecahkan masalah sendiri
(problem solving for selfhelping) selain itu, alat
penilain yang dibuat masih cenderung pada
evaluasi tertulis, belum membuat penilain
proses. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka Pengawas Sekolah/ peneliti perlu
mencari pemecahannya agar guru yang ada
pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan dapat
membuat perangkat pembelajaran yang
berbasis KTSP dan tanpa merasa terlalu banyak
digurui.
Salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah pemberian model (modeling) yaitu
dengan cara peneliti/ Pengawas Sekolah
memberi model perangkat pembelajaran yang
terdiri atas Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang berbasais KTSP
terlebih dahulu. Kemudian mendiskusikannya
sebelum guru pada kelompok KKG di SD
Negeri 3 Peusangan Selatan membuat
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
model tersebut dan kemudian Pengawas
Sekolah memperagakan langkah-langkah
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
103
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
penggunaan RPP tersebut didepan guru-guru
SD Negeri 3 Peusangan Selatan, karena
pengawas sekolah juga instruktur di gugus
KKG Kecamatan Peusangan.
Alasan pemberian model dijadikan
sebagai cara pemecahan masalah adalah karena
adanya kesan pada guru bahwa kepala Sekolah
hanya bisa menanda tangani RPP, PSP, PS saja
tanpa dapat mengeritik atau memberi
pembianaan kepada guru-guru di sekolah yang
dia pimpin dan sekaligus memberi contoh
bagaimana RPP yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah yang dituntut oleh Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan( KTSP). Sosial
Bandura (2002): Sebagaian besar yang dialami
manusia tidak dibentuk konsekwensi-
konsekwensi, malainkan manusia manusia
tersebut belajar dari suatu model tertentu.
Kemudian, Nukman Sumantri (1998)
menyatakan pula bahwa : pelajaran yang
diberikan di sekolah-sekolah sangat
menjemukan, membosankan. Hal ini
disebabkan penyajiannya bersifat monoton dan
ekpositoris. Sehingga siswa kurang antusias
yang dapat mengakibatkan pelajaran kurang
menarik. Salah satu kewajiban guru dalam
mengajar adalah menarik minat siswa, agar
pelajaran yang diberikan bisa dikuasai oleh
siswa dengan baik, guru wajib berusaha secara
optimal merebut minat anak didik terhadap
pelajaran yang mereka ajar, karena minat anak
didik merupakan modal dasar mencapai
keberhasilan pendidikan.
Adapun yang menjadi rumusan masalah
pada penelitian tindakan sekolah ini adalah:
Bagaimana pemberian model perangkat
pembelajaran oleh Pengawas Sekolah/peneliti
dapat meningkatkan ketrampilan guru kelas
pada KKG SD Negeri 3 Peusangan Selatan
dalam membuat Silabus dan RPP berbasis
KTSP.
KAJIAN PUSTAKA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-
masing satuan pendidikan. Pemahamanya
adalah bahwa pada tingkat satuan pendidikan
yaitu sekolah, harus mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi sekolah masing-masing. Berdasarkan
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2006,
Tentang Standar Nasional Pedidikan,
penyusunan kurikulum pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah
berpedoman pada panduan yang disusun oleh
BSNP. Kurikulum satuan pendidikan
dikembangkan sesuai dengan (1) satuan
pendidikan (2) potensi daerah /karateristik
daerah. (3) sosial budaya masyarakat setempat
dan (4) peserta didik. Sementara itu silabus
dikembangkan berdasarkan : (1) kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulumnya
dan (2) Standar Kompetensi Lulusan .
Disamping itu, pada peraturan
pemerintah No.19 Tahun 2006 Standar
Nasional Pendidikan terdapat pasal lain yang
walaupun tidak berkaitan dengan KTSP, tetapi
juga merupakan aturan yang mengikat dalam
pengembangan kurikulum satuan pendidikan.
Terdapat aturan sebagai berikut, pada standar
proses : Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran dan pengawasan proses
pembelajaran. Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang memuat
sekurang-kurangnya :tujuan pelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, sumber Belajar dan
penilain hasil belajar. Pelaksanaan proses
pembelajaran harus : 1) memperhatikan jumlah
maksimal peserta didik perkelas, beban
mengajar maksimal pendidik dan rasio
maksimal buku teks peserta didik, 2)
mengembangkan budaya membaca dan
menulis.
Penilaian hasil pembelajaran
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai,
seperti tes tertulis, observasi, tes praktek,
penugasan perseorangan atau kelompok.
Penilaian observasi secara individual untuk
mata pelajaran IPTEK sekurang-kurangnya
satu kali dalkam satu semester.
A. Tujuan Kelompok Kerja Guru
Adapun tujuan kelompok kerja guru
pada SD Negeri 3 Peusangan Selatan adalah:
1) Memperluas wawasan dan pengetahuan
guru kelas dalam berbagai hal,
khususnya penguasaan subtansi materi
pelajaran, penyusunan sillabus,
penyusunan bahan-bahan pembelajaran,
strategi/metoda pembelajaran,
memaksimalakan penggunaan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei September 2014 Volume 19 Nomor 2
104
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
sarana/prasarana belajar, memanfaatkan
sumber belajar dan sebagainya.
2) Mengembangkan mutu profesionalisme
guru –guru kelas sebagai pilar utama
dalam menejmen kelas sehingga merasa
bangga terhadap profesinya.
3) Mewujudkan pembelajaran yang efektif
sehingga siswa dapat menguasai materi
pelajaran dengan antuintas ( mastery
learning).
4) Menumbuh kembangkan budaya mutu
melalui berbagai macam cara seperti
diskusi, seminar, simposium dan
kegiatan keilmuan lainnya.
5) Menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dengan berprinsip pada
pembelajaran PAKEM.
6) Membahas konsep inovasi
pembelajaran, diantara quantum
learning contextual learning, brain
baset learning, collaborative learning
contruvtiveisme learning,revolution
learning, accelerative learning,sciense
technology sociaty approach, problem
solvingapproach, peer teaching dll.
7) Classroom reform dilakukan dengan
manajmen kelas yang efektif.
Prinsip Kerja Kelompok
1) Merupakan lembaga yang mandiri dan
tidak mempunyai struktur organisasi
yang hirakis, birokratis dan saling
bergantungan tetapi merupakan wadah
perkumpulan guru –guru kelas.
2) Dinamikanya berlangsung secara
alamiah sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan.
3) Mempunyai fisi dan misi yang
strategis yaitu mengembangkan
profesionalisme guru–guru, wawasan
dan penngetahuan serta memberikan
pelayanan pendidikan yang
diharapkan oleh masyarakat.
4) Inovatif terhadap upaya
pengembangan mutu pendidikan.
B. Pemberian Model (Modeling)
Menurut Bandura dalam Corebima
(2002) ”Belajar akan sangat menghabiskan
waktu dan tenaga, bahkan berbahaya jika
manusia harus menggantungkan diri
sepenuhnya pada hasil kegiatannya sendiri.
untungnya sebagian besar tingkah laku manusia
dipelajarai secara observasi melalui pemodelan
dari observasi tingkah laku orang lain.
Seseoarang membentuk pengertian bagaimana
melakukan tingkah laku baru dan pada
kesempatan inmformasi yang telah dimodelkan
tersebut berfungsi sebagai suatu pemandu
untuk tindakan. Manusia dapat belajar dari
contoh (Model) setidaknya dalam bentuk yang
mendekati aslinya, sebelum melakukan
kegiatan (tingkah laku) tertentu sehingga dapat
terhindar dari kesalahan –kesalahan yang tidak
perlu.
Ada empat fase belajar dari model,
yaitu : (1) fase perhatian (atention), pengamat
(siswa) dapat memperhatikan tingkah laku
tersebut dengan jelas dan tidak terlampau
komleks ; (2) fase retensi, perhatian dari suatu
prilaku yang diamati dapat dimantapkan jika
pengamat dapat dapat menghubungkan
obsevasi yang dilakukan dengan pengalaman-
pengalaman sebelumnya yang bermakna
baginya dan terlibat dalam pengulangan
kognitif atas kegiatan itu ; 3) fase produksi,
ditandai dengan seseorang diminta untuk
melakukan kegiatan seperti yang telah diamati
pada model. Hal ini penting karena kekurangan
dari prilaku yang dirtiru seseorang hanya dapat
dilakukan bila ia diminta menampilkan prilaku
tersebut. (4) fase motivasi, penguatan
memegang peranan dalam pembelajaran
melalui pengamatan. Apabila seseorang
mengantisipasi akan memperoleh penguatan
pada saat meniru tindakan suatu model, maka
ia akan lebih termotivasi untuk menaruh
perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu.
Guru/pembimbing harus melakukan
beberapa syarat dalam memodelkan seseorang
untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan
antara lain : (1) guru dapat mengekpresikan
objek yang dimodelkan (harus menguasainya)
(2) pesan yang disampaikan harus jelas, dan (3)
situasinya harus cocok dengan tahap
perkembangan intlektual siswa.
Pentingnya
pembelajaran/pembimbingan dengan
pemodelan juga dapat dijelaskan dengan teori
kognitif, terutama bagaimana mengemas suatu
imformasi menjadi bermakna. Menurut Gledler
dalam Indana (2002) : Proses pemindahan
imformasi baru dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang memiliki dua cara:
yaitu : gladi pelihara dan gladi elaborasi. Gladi
untuk diingant-ingat, sedangkan gladi elobrasi
merupakan pengubahan imformasi baru
menjadi informasi bermakna, artinya informasi
Zainuddin, Meningkatkan Keterampilan Guru Kelas Membuat Perangkat Pembelajaran Berbasis KTSP
105
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
tersebut dihubungkan dengan informasi yang
telah disimpan, dan atau informasi tersebut
dilengkapi dengan informasi tambahan untuk
memudahkan mengingatnya.
C. Hakekat Prestasi Belajar
Pengertian belajar sebagaimana yang
dikemukakan oleh Nasution (1982:39) adalah :
Belajar itu membawa suatu perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan itu tidak
hanya mengenai jumlah pengetahuan
melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan, pengertian, penghargaan, minat,
penyesuaian diri, pendeknya semua bentuk
aspek organisme atau pribadi seseorang. Syah
(2003:65) menyatakan: Belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Arsyad (2003:1) menyatakan:
Salah satu pertanda bahwa seorang itu telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
pada diri orang itu yang mungkin disebabkan
oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Berdasarkan beberapa pengertian
belajar diatas, maka dapatlah dinyatakan bahwa
belajar adalah terjadinya perubahan kelakuan
melalui sesuatu kegiatan tertentu. Seseorang
dilakukan telah melakukan kegiatan belajar
apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tak
dapat dilakukannya sebelum ia belajar, atau
bila kelakuannya berubah sehingga lain
caranya menghadapi suatu situasi dari pada
sebelum itu. Kelakuan atau tingkah laku yang
dimaksud dalam kegiatan belajar adalah dalam
arti yang luas dan melingkupi pengamatan,
pengenalan, pengertian, perbuatan,
keterampilan, perasaan, minat, penghargaan,
dan sikap. Jadi belajar tidak hanya mengenai
bidang intelektual, tetapi mengenai seluruh
pribadi anak. Sedangkan perubahan kelakuan
disebabkan karena mabuk atau keletihan
bukanlah hal belajar karena tidak diakibatkan
oleh latihan. Demikian pula kemampuan
burung yang pandai membuat sarang bukan
hasil belajar karena merupakan perbuatan
insting.
Djaali (2000:128-129) menyatakan:
kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya dipengaruhi oleh faktor yang
dari dalam diri (Kesehatan, integensi, minat
dan motivasi dan cara belajar) dan faktor yang
berada diluar diri siswa (keluarga, sekolah,
masyarakat, dan lingkungan sekitar). Faktor
yang berasal dari dalam diri itu sering disebut
dengan faktor internal, sedangkan faktor yang
berasal dari luar dirinya disebut dengan faktor
eksternal.
D. Peran Supervisi
Istilah supervisi berasal dari dua kata,
yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s
New World Dictionary istilah super berarti
“higher in rank or position than, superior to
(superintendent), a greater or better than
others” (1991:1343) sedangkan kata vision
berarti “the ability to perceive something not
actually visible, as through mental acuteness
or keen foresight (1991:1992).
Supervisor adalah seorang yang
profesional. Dalam menjalankan tugasnya, ia
bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah
untuk meningkat- kan mutu pendidikan. Untuk
melakukan supervise diperlukan kelebihan
yang dapat melihat dengan tajam terhadap
permasalahan peningkatan mutu pendidikan,
menggunakan kepekaan untuk memahaminya
dan tidak hanya sekedar menggunakan
penglihatan mata biasa. Ia membina pening-
katan mutu akademik melalui penciptaan
situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal
fisik maupun lingkungan non fisik.
Perumusan atau pengertian supervisi
dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik
menurut asal-usul (etimologi), bentuk
perkataannya, maupun isi yang terkandung di
dalam perkataanya itu (semantic). Secara
etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito
dan W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh
Ametembun (1993:1) : “Supervisi dialih
bahasakan dari perkataan inggris “Supervision”
artinya pengawasan.
Pengertian supervisi secara etimologis
masih menurut Ametembun (1993:2),
menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk
perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah
kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision
= lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung
dari pengertian tersebut, bahwa seorang
supervisor mempunyai kedudukan atau posisi
lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya
adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-
orang yang disupervisi.
Para ahli dalam bidang administrasi
pendidikan memberikan kese-pakatan bahwa
supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu
yang memfokuskan diri pada pengkajian
peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
106
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
yang diungkapkan oleh (Gregorio, 1966,
Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan
Gregg Miller, 2003). Hal ini diungkapkan pula
dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan
Pengembangan Kurikulum di Amerika
(Association for Supervision and Curriculum
Development, 1987:129) yang menyebutkan
sebagai berikut:
Almost all writers agree that the
primary focus in educational supervision is-
and should be-the improvement of teaching and
learning. The term instructional supervision is
widely used in the literature of embody all
effort to those ends. Some writers use the term
instructional supervision synonymously with
general supervision.
Supervisi yang lakukan oleh
pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki
misi yang berbeda dengan supervisi oleh
kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih
ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada
kepala sekolah dan guru dalam melakukan
pengelolaan kelembagaan dan pembelajaran
secara efektif dan efisien serta
mengembangkan mutu kelembagaan
pendidikan.
Dalam konteks pengawasan mutu
pendidikan, maka supervisi oleh pengawas
satuan pendidikan antara lain kegiatannya
berupa pengamatan secara intensif terhadap
proses pembelajaran pada lembaga pendidikan,
kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian
feed back. (Razik, 1995: 559). Hal ini sejalan
pula dengan pandangan L Drake (1980: 278)
yang menyebutkan bahwa supervisi adalah
suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini
memiliki arti yang luas, yakni identik dengan
proses mana-jemen, administrasi, evaluasi dan
akuntabilitas atau berbagai aktivi- tas serta
kreatifitas yang berhubungan dengan
pengelolaan kelembagaan pada lingkungan
kelembagaan setingkat sekolah.
Rifa’i (1992: 20) merumuskan istilah
supervisi merupakan penga- wasan profesional,
sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik
juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan
akademik yang mendasarkan pada kemampuan
ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi
pengawasan manajemen biasa, tetapi lebih
bersifat menuntut kemampuan profesional yang
demokratis dan humanistik oleh para pengawas
pendidikan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan
pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan
supervisi manajerial. Supervisi akademis
menitikberatkan pada pengamatan supervisor
terhadap kegiatan akademis, berupa
pembelajaran baik di dalam maupun di luar
kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan
pada pengamatan pada aspek-aspek
pengelolaan dan administrasi sekolah yang
berfungsi sebagai pendukung (supporting)
terlaksananya pembelajaran.
Oliva (1984: 19-20) menjelaskan ada
empat macam peran seorang pengawas atau
supervisor pendidikan, yaitu sebagai:
coordinator, consultant, group leader dan
evaluator. Supervisor harus mampu
mengkoordinasikan programs, goups,
materials, and reports yang berkaitan dengan
sekolah dan para guru. Supervisor juga harus
mampu berperan sebagai konsultan dalam
manajemen sekolah, pengembangan kurikulum,
teknologi pembelajaran, dan pengembangan
staf. Ia harus melayani kepala sekolah dan
guru, baik secara kelompok maupun indivi-
dual. Ada kalanya supervisor harus berperan
sebagai pemimpin kelompok, dalam
pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan
pengem- bangan kurikulum, pembelajaran atau
manajemen sekolah secara umum.
Gregorio (1966) mengemukakan
bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu:
sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan,
bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi
antara lain berperan dalam mempelajari
keadaan dan kondisi sekolah, dan pada
lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor
antara lain berperan dalam melakukan
penelitian mengenai keadaan sekolah secara
keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum
tujuan belajar maupun metode mengajar, dan
sasaran inspeksi adalah menemukan
permasalahan dengan cara melakukan
observasi, interview, angket, pertemuan-
pertemuan dan daftar isian.
E. Pemecahan Masalah
Masih kurangnya pemahaman guru
dalam menjabarkan kompetensi dasar kedalam
indikator, merancang metode /strategi dan alat
penilaian pembelajaran berbasis KTSP yang
dikelola oleh guru-guru di KKG SD Negeri 3
Peusangan Selatan, merupakan masalah yang
perlu segera dipecahkan melalui pemberian
model oleh peneliti/Pengawas sekolah.
Langkah-langkah yang ditempuh
dalam pemecahan masalah sebagai berikut :
Zainuddin, Meningkatkan Keterampilan Guru Kelas Membuat Perangkat Pembelajaran Berbasis KTSP
107
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
peneliti menyiapkan suatu model Silabus dan
RPP berbasis KTSP alat dan bahan, serta
lembar obsevasi/penilaian dan keriterianya
yang akan dipakai mengevaluasi Silabus dan
RPP yang dibuat guru, baik sebelum maupun
sesudah memberi tindakan. Selanjutnya peneliti
memberi tindakan melalui pemberian suatu
model Silabus dan RPP berbasis KTSP yang
telah disiapkan dan selanjutnya didiskusikan.
Masing-masing guru diberi tugas membuat
Silabus dan RPP pada kompetensi dasar yang
berbeda kemudian diobservasi dan dievaluasi
kembali sampai indikator keberhasilan tercapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil supervisi awal menunjukan
bahwa nilai perolehan guru pada pembuatan
silabus dan Rencana Kegiatan Pembelajaran
(RPP) secara perorangan berada pada katagori
kurang dan sangat kurang bahkan tidak ada
silabus dan RPP yang siap digunakan di kelas,
hal ini disebabkan oleh ketidakpahaman guru
dalam membuat silabus dan RPP yang berbasis
KTSP baik secara individu dan kelompok,
cenderung menggunakan Silabus dan RPP
yang diproduk oleh peserta penataran tingkat
nasional maupun tingkat daerah dengan tidak
menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah.
Setelah diadakan pembinaan dan
supervise kelas dengan pemberian model pada
kelompok (KKG) guru kelas berdampak
signifikan terhadap kemampuan guru dalam
pembuatan Silabus dan RPP yang berbasis
KTSP. Berdasarkan hasil dan pembahasan
diatas, ada beberapa kesimpulan yang dapat
disimpulkan dalam penelitian ini : 1)
Kemampuan awal pemahaman guru tentang
Silabus dan RPP yang berbasis KTSP
sebelum diberi perlakuan hanya rata-rata
mencapai 13,88 atau pada kategori D (sangat
kurang), 2) Setelah diberi tindakan selama
siklus I dalam beberapa pertemuan, maka rata-
rata kemampuan guru meningkat hingga
mencapai 23,8 atau pada katagori C dan berada
pada level cukup dan hal ini belum mencapai
target yang diharapkan sesuai dengan indikator
kerja walaupun ada peningkatan secara
signifikat. 3) Setelah siklus II berakhir yang
juga merupakan akhir dari penelitian ini, maka
ada peningkatan yang sangat signifikan
mengenai kemampuan guru menyusun Silabus
dan RPP yang berbasis KTSP. Mencapai
angka 38,75 atau pada katagori A dan berada
pada level sangat baik dan nilai sudah
mencapai indikator penelitian yang diharapkan
oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Cronbach. J. & Snow (1977). Aptitude and
Intructional Methods; a Handbook for
research on instruction. New York:
irvington.
Depdikbud RI. (1993). Pedoman Kegiatan
Belajar Mengajar SD . Mata Pelajaran
Matematika Jakarta.
Depdikbud RI. (1994). Metodik Khusus
Pengajaran Matematika di SD . Jakarta.
Depdikbud RI. (1995-1996). Kurikulum
Pendidikan Dasar GBPP SD. Jakarta
De Porter. & Hernacki. (1999). Quantum
Learning: Membisakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit
kaifa.
Direktorat Tenaga Kependidikan , Dirjen
PMPTK Depdiknas ,(2007),Petunjuk
Teknis Penelitian Tindakan Sekolah
,Peningkatan Kompetensi Kepala
Sekolah SD,Jakarta.
______(2007) Pedoman Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah Pada Kegiatan
Pengembangan Propesi Guru.
.Direktorat Tenaga Kependidikan.
Gagne. (1977). Condition of Learning. New
York: Holt renheart and Winston.
Jarolimek, J. (1986). Social Studies in
Elementry Education. New York: Mac
Millan Publisher Co.
Luthan, Yusmarni. (2000). Studi Pembelajaran
Mata Pelajaran Matematika dengan
Menerapkan Model Mengajar Advance
Organizer di SD. Tesis tidak
dipublikasikan. Padang: PPS UNP
Padang.
Munandar, utami. (1999). Kreativitas dan
Keberkatan: Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sumatmadja, Nursid. (1996). Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial. Edisi Kedua, IKIP
Bandung.
Sunal, & Has. (1993). Social Studies and the
elementary/middle school student.
Toronto. Harcourt Brace Jovanovich
College Publishers.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
108
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Suryadi, Ace & H.A.R. Tilar (1992) Analisis
Kebijakan: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suryasubrata, Sumadi, (1987). Psikologi
Pendidikan. CV. Rajawali, Jakarta.
Suwarno Al-Muchtar. (1991). Pengembangan
Kemampuan Berfikir dan Nilai dalam
Pendidikan IPS (Suatu Studi Budaya
Pendidikan). Disertasi tidak
dipublikasikan. Bandung: PPs IKIP
Bandung.
Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pengajaran,
PT. Gramedia Jakarta.
Zainuddin, Meningkatkan Keterampilan Guru Kelas Membuat Perangkat Pembelajaran Berbasis KTSP
109
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
PENGARUH PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS ICT TERHADAP HASIL
PEMBELAJARAN FISIKA SMA/MA DI PROVINSI ACEH
Oleh
Roslina* dan Agus Wahyuni**
Abstrak
Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji Kelaikan hasil pengembangan
Teknologi Sebagai Media Ajar Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam
Pembelajaran Fisika SMA/MA Di Provinsi Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian
lanjutan tahun ke 2 dari 2 tahun yang direncanakan. Pada penelitian ini menggunakan
desain one group pretest-posttest design sebagai grant design dengan metode
eksperimen. Responden pada penelitian adalah siswa SMA/MA kelas XI di Provinsi
Aceh melalui sampel, pengambilan sampel ditetapkan dengan teknik stratified random
sampling. Untuk mengumpulkan data terkait dengan variabel-variabel yang diteliti,
digunakan soal tes dan dokumentasi. Sebelum digunakan dalam penelitian, semua
instrumen divalidasi terlebih dahulu. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan uji yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa Ada pengaruh antara penerapan media berbasis ICT terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Media ajar, ICT, profesionalisme guru, Fisika.
Salah satu kebijakan yang dituangkan
dalam propenas 1999-2004 adalah peningkatan
mutu pendidikan nasional. Berbagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan akan dan
telah dilakukan, diantaranya dengan
melengkapi sekolah-sekolah dengan berbagai
sarana dan sumber belajar. Hal ini seiring
dengan UU No.20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS yang mensyaratkan agar setiap
satuan pendidikan jalur sekolah menyediakan
sarana belajar yang memadai sebagai
pendukung pelaksanaan pendidikan. Selain itu,
peningkatan mutu pendidikan tidak pernah
lepas dari peran aktif guru sebagai pengajar
dan pendidik untuk menciptakan siswa yang
memiliki kreativitas dan hasil belajar yang
tinggi dengan membuat pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa.
Penggunaan media secara kreatif
dapat memungkinkan siswa belajar lebih
banyak, menerapkan apa yang dipelajari
dengan lebih baik, dan meningkatkan
kemampuan mereka sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Untuk dapat menggunakan
media sebagai alat bantu pengajaran sehingga
memperoleh hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan, seorang guru harus dapat memilih
media yang tepat untuk menyampaikan materi
yang akan diajarkan.
Perkembangan media pembelajaran
saat ini sangat pesat. Oleh karena itu, untuk
mendungkung pengembangan media
pembelajaran interaktif adalah penguasaan
teknologi pengembangan media interaktif oleh
guru. Sebagai alternatif dalam pembuatan
media pembelajaran ini akan menggunakan
software presentasi Microsoft Powerpoint dan
camtasia. Microsoft Powerpoint merupakan
sebuah software yang memberikan banyak
sekali manfaat dalam pembuatan media. Dua
keuntungan pokok dari software ini adalah:
(a) tersedia di semua komputer berprogram
Microsoft Office;
(b) dapat dikembangkan oleh orang yang buta
program komputer.
Quiz creator merupakan software
untuk membuat soal berbasis ICT, kegiatan
yang ditampilkan komputer melalui monitor
dengan menyisipkan suara, langkah ini
memudahkan guru dalam menyampaikan
pembelajaran melalui media yang digunakan.
Melalui software ini dapat menampilkan teks,
gambar, suara, dan menyisipkan video. Dengan
demikian, software ini bisa mengakomodasi
semua kegiatan pembelajaran interaktif seperti
mendengarkan, membaca, dan juga melakukan
pemberian tes secara langsung. Tampilan yang
dihasilkan dari software ini bisa semenarik
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
110
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
program yang dibangun dengan software yang
canggih.
Salah satu komponen interaksi
edukatif adalah media belajar. Media belajar
dapat menunjang untuk mencapai tujuan
kegiatan belajar mengajar, proses komunikasi
dan interaksi harus terjadi secara efektif, oleh
karena itu perlu diupayakan adanya suatu
pembelajaran yang mampu menghubungkan
antara komponen kegiatan belajar mengajar.
Dengan kata lain untuk
mengefektifkan suatu komunikasi dan interaksi
dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan
adanya suatu media mengajar sebagai perantara
media belajar meliputi alat dan metode. Namun
dalam hal ini titik tekan media belajar adalah
pada fungsinya sebagai alat peraga atau alat
bantu.
Sudjana (2005:1) mengatakan bahwa,
“Media pengajaran sebagai alat bantu mengajar
ada dalam komponen metodologi sebagai salah
satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.”
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
media sebagai alat bantu yang diatur
pemakaiannya oleh guru dan merupakan sarana
untuk memudahkan siswa dalam memahami
suatu materi pelajaran.
Kemajuan teknologi juga telah
memungkinkan format sajian dapat bermacam-
macam, mulai dari kaset, CD (compact disc),
dan DVD (Digital Versatile Disc). Hal ini
dapat mempermudah kita dalam mengajar bisa
lewat video player, VCD, DVD juga bisa
didistribusikan melalui pengembangan media
melalui software-software menjadi suatu
aplikasi sebagai media pembelajaran. Oleh
karena itulah suatu materi yang telah dibuat
melalui microsoft powerpoint kemudian
direkam menggunakan camtasia dan
selanjutnya dijadikan suatu aplikasi
pembelajaran yang dapat digunakan baik untuk
proses pembelajaran tatap muka (langsung)
maupun jarak jauh.
Komputer dengan perangkat lunak
(software) yang direncanakan merupakan
sarana yang baik untuk membantu guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah. Menurut
Supriyanto (2005:3), “Komputer merupakan
perangkat elektronik yang dapat menerima
masukan (input), dan selanjutnya melakukan
pengolahan (process) untuk menghasilkan
keluaran (output) berupa informasi”. Komputer
memiliki kelebihan dalam hal: kecepatan, dan
ketepatan yang meyakinkan, mensimulasikan
proses dan percobaan, memberikan pemecahan
masalah grafik, program interaktif, interaksi
dan pengukuran langsung dalam mengolah
data, menyimpan data yang dapat dengan
mudah digunakan kembali. Hal ini dikarenakan
komputer mempunyai berbagai kemampuan
sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dkk
(2011:110), yaitu “komputer mampu
menyampaikan informasi dan pengetahuan
dengan tingkat realism yang tinggi. Hal ini
menyebabkan program komputer sering
dijadikan sebagai sarana untuk melakukan
kegiatan belajar yang bersifat simulasi”.
Keunggulan dalam penerapan ICT
dalam pembelajaran yaitu tersedianya
informasi secara luas, cepat, dan tepat, adanya
kemudahan dalam proses pembelajaran dan
dukungan teknologi untuk memudahkan proses
belajar mengajar dan diharapkan dapat
memotivasi, menarik minat belajar siswa.
Penerapan ICT juga membantu guru dalam
memanajemen waktu, meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan kualitas pendidikan serta
manajemen pendidikan dengan implementasi
ICT.
UNESCO merumuskan tujuan dari
pengintegrasian ICT dalam kelas untuk;
1. Membangun “Knowledge-Based Society
Habits”, seperti kemampuan
mengkomunikasikan dan mengolah
informasi itu sendiri menjadi pengetahuan
baru.
2. Untuk mengembangkan ketrampilan
menggunakan ICT dan
3. untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi proses pembelajaran.
METODA PENELITIAN
Untuk melihat pengaruh setelah
penerapan pengembangan media pembelajaran
berbasis ICT, tes dilaksanakan dua kali, yaitu
sebelum dan setelah treatment. Untuk itu,
desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah one group pretest-posttest design, yaitu
perlakuan yang yang diberikan pada suatu
kelompok eksperimen, dan kemudian diamati
pengaruh dari perlakuan tersebut, (Arifin,
2011:77). Perbedaan antara pengamatan awal
dengan pengamatan akhir dianggap sebagai
pengaruh perlakuan. Dengan demikan, hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena
dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum
diberi perlakuaan, (Sugiyono 2011:111).
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
111
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Skema model one group pre-test and post-test
21 OXO 2OX
keterangan
O1 : Pre-test untuk melihat konsepsi awal
siswa sebelum menerapkan pembelajaran
menggunakan media
X : Perlakuan, yaitu menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan media.
O2 : Post-test untuk melihat konsepsi siswa
sesudah belajar dengan menggunakan media.
A. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah
(MA) di 23 daerah kabupaten/kota di Provinsi
Aceh. Mengingat waktu dan dana yang ada,
selanjutnya dipilih 2 (dua) sekolah secara purposif
dari 5 kabupaten/kota. Purposive dilakukan agar
SMA/MA yang dipilih merupakan sekolah
yang “relatif homogen” terutama dari segi
kemampuan terhadap penggunaan teknologi yang
terbagi dalam tiga wilayah yaitu mewakili Pantai
timur (Kabupaten Aceh Tamiang, Pidie Jaya),
Pantai Barat-selatan (Aceh Barat Daya) dan bagian
tengah (Aceh Tengah dan Bener Meriah).
B. Pengolahan data tes
Karena sampel dalam desain
penelitian One Group pretest and posttest
desain adalah sama, uji t yang digunakan
adalah uji t berpasangan (paired sampel t-test).
Menurut Guiford (dalam Johar, 1997:46)
mengatakan bahwa untuk sampel yang
berkolerasi (berpasangan) tidak dilakukan uji F
(homogenitas varians). sedangkan, Arifin
(2011:281) mengatakan bahwa untuk kedua
sampel yang berdistribusi normal jika ukuran
sampel (≥ 30), maka tidak perlu dilakukan uji
normalitas data. Berdasarkan kedua pendapat
ini, peneliti tidak melakukan uji normalitas
maupun uji homogenitas varian.
Uji t berpasangan (paired sampel t-
test) dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan secara
signifikan untuk sebuah sampel dengan subjek
yang sama, tetapi mendapat dua perlakuan
yang berbeda (Najmah, 2011:130). Uji ini
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas Tes
Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui tingkat valid instrument tes. Uji
validitas dengan N: 225 dan rtabel = 0.13,
ketentuan jika rtabel lebih besar dari rhitung maka
tes tersebut tidak valid. Dengan hasil penelitian
sebagai berikut:
Tabel Uji Validitas Tes
Soal
Tes
Nilai
rhitung
Nilai
rtabel Keterangan
1 0.355 0.13 Valid
2 0.163 0.13 Valid
3 0.173 0.13 Valid
4 0.325 0.13 Valid
5 0.300 0.13 Valid
6 0.489 0.13 Valid
7 0.361 0.13 Valid
8 0.087 0.13 Tidak Valid
9 -0.040 0.13 Tidak Valid
10 0.178 0.13 Valid
11 0.480 0.13 Valid
12 0.254 0.13 Valid
13 0.495 0.13 Valid
14 0.181 0.13 Valid
15 0.455 0.13 Valid
Sumber data: Hasil Penelitian 2014
Berdasarkan tabel di atas, dari 15 butir
soal yang diujikan kepada siswa yang
berjumlah 225 orang. Jumlah soal yang valid
adalah 13 dan 2 tidak valid. Soal yang
digunakan pada tes formatif berjumlah 13 soal
berupa pretes dan postes.
B. Uji Reliabilitas
Reliabitas tes adalah untuk
mengetahui tingkat reliable tes yang
dilaksanakan dengan ketentuan apabila
didapatkan nilai Croanbach’s Alpha kurang
dari 0,600 berarti buruk, sekitar 0,700 diterima
dan lebih dari atau sama dengan 0,800 adalah
baik.
Roslina dan Agus Wahyuni, Pengaruh Pengembangan Media Berbasis ICT
112
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Tabel 5.2 Reabilitas Tes
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.379 13
Sumber data: Olah SPPS 2014
Dengan menggunakan tabel reliabiltas
Cronbach's Alpha pada tabel tergambarkan
bahwa tes tidak reliable yaitu sebaran nilai
siswa yang tidak satu arah.
C. Hasil Belajar Siswa
Dari hasil postes siswa, bahwa sebaran nilai
siswa pada postes sangat bervariasi disetiap
SMA kabupaten kota tempat pelaksanaan
penelitian tetapi hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Ketuntasan siswa
mencapai 91.11% atau 205 siswa dan hanya
8.89% atau 20 siswa tidak mencapai
ketuntasan. Selanjutnya rata-rata nilai siswa
77.5, nilai tertinggi siswa 100 dan nilai
terendah siswa 47. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan memiliki
tingkat keberhasilan 91.11% berdasarkan
KKM.
Sumber data: Pengolahan data dengan SPSS
D. Uji t-test
Uji t dilakukan terhadap nilai pretes
dan postes yang telah dianalisis dengan
menggunakan SPSS. Berdasarkan tabel Paired
Samples Test dibawah ini terlihat bahwa nilai t
adalah 14,07 dengan probabilitas signifikasi
0,000 < 0,05, Ttabel diperoleh dengan df = 224,
sig 5% (2-tailed) = 1.971. Karena t tabel < dari
t hitung (1.971 < 14.807), maka Tolak Ho dan
Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh penggunaan media
pembelajaran berbasis ICT terhadap hasil
belajar siswa.
Paired Samples Statistics
Mean N Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
Pair
1
Postes 77.5407 225 9.88470 .65898
pretes 61.0640 225 12.89489 .85966
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair
1
Postes
& pretes
225 -.057 .392
Dari hasil analisis Uji Hipotesis dengan
menggunakan Paired Samples T-Test didapat
kesimpulan bahwa:
1. Melihat table Paired samples statistic nilai
mean untuk pretest (sebelum perlakuan)
adalah 61,06, dan untuk postest (sesudah
perlakuan) nilai mean adalah 77,54,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
nilai rata-rata pretes dan postes lebih besar
postes. Dapat diartikan bahwa penggunaan
media berbasis ICT berpengaruh terhadap
hasil belajar.
2. Melihat table Paired Samples Test dan
Paired samples correlations nilai sig (2-
tailed) 0.000 < 0,05 berarti sangat
signifikan. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan setelah
pemberian perlakuan (postest) dan
sebelum perlakuan (pretest) sehingga
terdapat pengaruh penggunaan media
berbasis ICT terhadap hasil belajar.
Paired Samples Test
Paired Differences t Df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Postes
-
pretes
16.476
67
16.69142 1.11276 14.2838
5
18.66949 14.807 224 .000
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
113
Dra. Roslina, M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Agus Wahyuni, ST., M.Pd** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Maka dalam hal ini dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu:
1. RPP yang dibuat sudah sesuai dengan
kurikulum 2013. Berdasarkan hasil
validasi soal sebanyak 15 butir soal. 13
soal dinyatakan valid.
2. Terdapat pengaruh penggunaan media
pembelajaran berbasis ICT terhadap
hasil belajar siswa di Provinsi Aceh.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya disampaikan kepada pimpinan bidang
penelitian Kementerian Pendidikan Nasional
Dikti yang telah memberi kesempatan pada
kami untuk melakukan penelitian melalui
SKIM penelitian Hibah Bersaing, Pimpinan
dan staf Lembaga Penelitian Universitas
Serambi Mekkah atas proses serta kepercayaan
kepada kami untuk meneliti, Bapak Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Serambi Mekkah yang telah
menyetujui penelitian ini, dan Kepala Sekolah
beserta guru fisika SMA di provinsi Aceh
tempat peneliti melakukan penelitian yang
telah mengizinkan dan membantu kami untuk
meneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode
dan Paragdima Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. 2008 a. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Renika Cipta.
Arikunto, S. 2008 b, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara
Najmah. 2011. Managemen dan Analisa Data
Kesehatan; Kombinasi Teori dan
Aplikasi SPSS. Yogyakarta:Nuha
Medika
Johar, R. 1997. Penerapan Model
Pembelajaran Perubahan Konseptual
dengan CLS pada Topik
Perbandingan di Kelas II SMP
Khadijah Surabaya. Tesis Tidak
Diterbitkan. Surabaya: Program
Pendidikan Matematika IKIP
Surabaya
Rusman dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana. (2005). Strategi Pembelajaran.
Bandung : Falah production
Suprianto, A (2005). Pengantar Teknologi
Informasi. Jakarta : Salemba Infotek
Roslina dan Agus Wahyuni, Pengaruh Pengembangan Media Berbasis ICT
114
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN PENDALAMAN MATERI UNTUK
MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU FISIKA SMA DI KOTA BANDA ACEH
Oleh
Badaruddin* dan Soewarno. S**
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji model pelatihan pendalaman materi berbasis
konsep yang komprehensif bagi guru-guru Fisika SMA yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru. Objek penelitian adalah guru-guru Fisika SMA di Kota Banda Aceh,
pengambilan sampel ditetapkan dengan teknik stratified randoom sampling. Variabel yang
menjadi objek penelitian adalah: model pelatihan sebagai variable bebas dan hasil belajar
sebgai variable terikat yang terdiri dari pretes dan postes. Penelitian ini menggunakan pre
eksperimen dengan pre-post one group design. Untuk mengumpulkan data terkait dengan
variabel-variabel yang diteliti, digunakan tes. Sebelum digunakan dalam penelitian,
semua instrumen divalidasi terlebih dahulu. Hipotesis yang diajukan adalah : terdapat
peningkatan penguasaan materi yang signifikan setelah diterapkannya pelatihan berbasis
konsep. Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis uji-t. Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa .
Temuan ini mengindikasikan bahwa model pelatihan pendalaman materi berbasis
konsep yang komprehensif dapat meningkatkan kompetensi professional.
Kata kunci: model, konsep, komprehensif, profesionalisme
Abstract
This study aimed to test the model-based training materials deepening comprehensive
concept for high school physics teachers who can improve the professionalism of
teachers. The object of research is a high school physics teachers in Banda Aceh, set
sampling with stratified sampling randoom. Variable which is the object of research are:
the training model as independent variables and the dependent variables learning
outcomes as composed of pretest and posttest. This study used a pre-experiment with
one-group pre-post design. To collect data related to the variables studied, the test used.
Before being used in the study, all first validated instruments. The hypothesis is: there is
a significant increase in mastery of the material after the implementation of the concept
based training. Techniques used to analyze the data t-test analysis. Based on the results
of research and analysis of the data showed that t_hitung> t_tabel (2.36> 1.67). These
findings indicate that the training model deepening comprehensive concept-based
materials can improve professional competence.
Keywords: models, concepts, comprehensive, professionalisme
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
hasil UN tahun 2011 yang dilakukan di SMA
Kota Banda Aceh, ternyata Kompetensi Dasar
(KD) yang tidak dikuasai paling banyak terjadi
pada pelajaran fisika yang mencapai 17 KD.
Berdasarkan hasil penelusuran penyebabnya
adalah KD tersebut tidak diajarkan, hal ini
disebabkan guru tidak menguasai KD
dimaksud (Muhammad Harun, dkk; 2011).
Dari 46 guru fisika SMA di Kota
Banda Aceh yang mengikuti UKG tahun 2012
memperoleh nilai rata-rata 41,63 dengan nilai
tertinggi 63 (hanya 1 orang) dan nilai terendah
14 ( LPMP; 2012). Kenyataan tersebut
mengindikasikan bahwa kompetensi
profesional guru fisika SMA di Kota Banda
Aceh dapat digolongkan masih rendah.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
115
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Untuk itu diperlukan suatu desain
model pelatihan pendalaman materi bagi guru-
guru Fisika SMA yang operasional dan praktis
yang dapat meningkatkan kompetensi
profesional. Untuk dapat mendisain model
pelatihan dimaksud, maka diperlukan data
tentang kondisi dan kinerja riel guru Fisika
SMA selama ini serta model pelatihan yang
bagaimana yang dibutuhkan guru sesuai
dengan kondisi yang ada (need assessment).
Berdasarkan hasil penelitian tahun
pertama, ditemukan bahwa rata-rata guru fisika
tidak menguasai konsep secara kompleks.
Artinya kebanyakan dari mereka memahami
konsep-konsep fisika secara hafalan terlebih
konsep yang banyak menggunakan rumus
matematika. Sebagai contoh rumus
penjumlahan vector :
, mereka tidak
mengetahui mengapa rumusnya seperti itu dan
dari mana rumus itu. Mereka hanya tahu bahwa
rumus jumlah vector adalah seperti itu. Lebih
lanjut mereka menginginkan adanya pelatihan
tentang pendalaman materi yang berbasis
konsep, artinya setiap konsep dibahas mulai
dari konsep fisika disertai penurunan konsep
matematik (Asmarol Hidayat; 2013).
Secara umum ada empat bidang
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
untuk menyelenggarakan pembelajaran yang
efektif. Salah satu bidang yang sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran adalah
memahami materi subjek yang akan diajarkan
pada siswa (Cooper:1990).
Pengembangan program pelatihan
merupakan desain utama dari aktivitas
pelatihan. Pengembangan program merupakan
proses dalam menentukan materi apa yang
harus diberikan dalam pelatihan, harapan yang
akan dicapai oleh para peserta pelatihan,
prosedur pemberian isi pelatihan, metode yang
digunakan dalam pemberian materi pelatihan,
mengembangkan materi pendukung dan
penilaian untuk peserta pelatihan serta
meletakkan semua aspek-aspek tersebut dalam
periode waktu yang telah dipilih atau
ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengembangan program pelatihan merupakan
proses dan berorientasi kepada aksi dan
tindakan (Wenting : 1993).
Praktik-praktik pembelajaran hanya
dapat diubah melalui pengujian terhadap cara-
cara guru mengemas dan melaksanakan
pembelajaran. Untuk itu, diperlukan program-
program pembinaan profesi guru. Program-
program tersebut membutuhkan fasilitas yang
dapat memberi peluang kepada mereka
learning how to learn dan to learn about
teaching. Fasilitas yang dimaksud, antara lain
dalam bentuk pelatihan pembelajaran untuk
meningkatkan profesi guru (Santyasa, I.W,
2009).
Isu mengenai program pembinaan
profesi guru melalui pelatihan telah
diungkapkan oleh Suastra (2006), salah satunya
program peningkatan kualitas pembelajaran
melalui pelatihan dan pelaksanaan
pembelajaran dan asesmen inovatif atau
pelatihan dan pelaksanaan lesson study.
Untuk meningkatan kompetensi guru,
perlu dilakukan pembinaan profesi mereka,
yang mana peningkatan tersebut akan
berdampak positif pada peningkatan kualitas
proses pembelajaran dan pada gilirannya akan
berdapak pada hasil belajar siswa. Oleh karena
itu perlu memberikan pelayanan secara kontinu
kepada para guru melalui pembinaan profesi.
Pelayanan yang baik kepada para guru akan
berdampak pada pelayanan yang baik oleh guru
kepada siswa. Pelayanan tersebut dapat
dilaksanakan dalam bentuk pembinaan melalui
aktivitas pelatihan-pelatihan (Santyasa, I.W,
2009).
Tujuan khusus penelitian adalah untuk
menguji kelaikan model yang dikembangkan
pada tahun I melalui eksperimen yaitu : model
pelatihan pendalaman materi berbasis konsep
kepada guru Fisika SMA di Kota Banda Aceh.
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sehubungan dengan tujuan utama
penelitian ini, maka penelitian ini dapat
dikategorikan sebagai salah satu jenis penelitian
eksperimen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah guru
Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota
Banda Aceh yang jumlahnya 10 sekolah. Sebagai
sampel sekolah akan diambil seluruh sekolah
(total sampling) . Sebagai sampel guru diambil
satu guru dari setiap kelas (X, XI, dan XII) secara
purposive sampling. Sehingga jumlah sampel
keseluruhan sebanyak 30 orang.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
116
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
C. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel
Variabel utama yang akan diselidiki
dalam penelitian ini adalah kelaikan
pengembangan model. Definisi operasional
masing-masing variabel tersebut adalah:
(1) Kelaikan adalah sejauh mana model yang
dikembangkan dapat meningkatkan
kompetensi professional guru Fisika SMA di
Kota Banda Aceh.
(2) Model adalah model pelatihan
pendalaman materi berbasis konsep yang
komprehensif.
(3) Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap
materi dan pembelajaran Fisika, adalah
kondisi pengetahuan konseptual guru
tentang materi dan pembelajaran Fisika.
Kondisi pengetahuan yang dimiliki guru
akan diperoleh melalui uji kompetensi.
D. Pengumpulan dan Analisis Data
1) Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian ini, sesuai dengan variabel
penelitian, mempergunakan instrumen tes, yaitu
pretes dan postes.
2) Teknik Analisis Data dan Cara Penafsiran
Hasil Penelitian
Analisis didahului dengan uji
prasyarat yang meliputi: uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji t-matching. Hipotesis
diuji dengan uji t-pihak kanan. Adapun kriteria
pengujian t pihak kanan yaitu :
Perumusan hipotesis untuk uji satu pihak kanan
adalah H0 :μ ≤ μo melawan Ha : μ > μo
a) Untuk menguji hipotesis ini, jika σ
diketahui maka digunakan statistik t
Kriteria Pengujian;
Tolak Ho, Jika harga t hitung ≥ to .5-α
Nilai to.5-α diperoleh dari distribusi
normal baku dengan peluang (0,5-α) dan
dalam hal lainya Ho diterima.
b) Jika σ tidak diketahui, maka untuk
menguji hipotesis diatas digunakan
statistik t
Kriteria pengujian:
Tolak Ho jika harga t hitung ≥ t1-α dalam
hal ini, t1-α diperoleh dari daftar
distribusi student t dengan peluang (1-α)
dan dk =(n-1). Dan dalam hal lainya Ho
diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Hasil analisis data, data
berdistribusi normal dan homogen dari jumlah
soal tes pemahaman konsep sebanyak 35
setelah di validitasi oleh pakar dan diuji coba
soal bisa digunakan sebanyak 30 soal, 50 %
kategori soal sedang 30 % kategori mudah dan
30% kategori sukar, dengan reliabiltas sebesar
0.72 Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data menunjukkan bahwa
. Temuan ini
mengindikasikan bahwa model pelatihan
pendalaman materi berbasis konsep dapat
meningkatkan kompetensi professional.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa : pelatihan pendalaman
materi berbasis konsep dapat meningkatkan
kompetensi professional guru Fisika.
1. Saran-Saran
1) Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
agar dapat menguji kelaikan model
pelatihan pendalaman materi berbasis
konsep sebagai sebuah model yang dapat
meningkatkan profesionalisme guru
Fisika SMA.
2) Diharapkan kepada guru Fisika SMA di
Kota Banda Aceh agar dapat terus
mengingkatkan pemahamannya tentang
materi agar pembelajaran Fisika dapat
dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, James, M. (1990). Classroom
Teaching Skills, Fourth Edition.
Toronto: D.C. Heath And Company
Hidayat, Asmarol, dkk., 2013. Pengembangan
Model Pelatihan Pendalaman Materi
Untuk Meningkatkan Profesionalisme
Guru Fisika SMA Di Kota Banda Aceh.
Laporan Penelitian.
Muhammad Harun, dkk., 2011. Pemetaan dan
Peningkatan Mutu pendidikan Siswa
SMA di Kabupaten Aceh Besar dan
Kota Banda Aceh. Laporan Penelitian.
Penelitian Pemetaan dan pengembangan
Mutu Pendidikan Tahun Anggaran
2011. Ditlitabmas Ditjen Dikti
Kemendiknas.
Badaruddin dan Soewarno. S, Pengembangan Model Pelatihan Pendalaman Materi
117
Drs. Badaruddin,MDM* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah
Drs. Soewarno. S, M.Si** adalah Dosen Pend. Fisika FKIP Unsyiah, Aceh
Santyasa, I W., 2009. Keberadaan Dan
Kepentingan Pengembangan Model
Pelatihan Untuk Pembinaan Profesi
Guru, Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha
Suastra, I W. 2006. Strategi dalam menyikapi
berlakunya Undang-Undang Guru dan
Dosen. Makalah. Disajikan pada
workshop peningkatan profesionalisme
pengawas sekolah se kabupaten
Buleleng, tanggal 24-26 Agustus 2006,
di Singaraja.
Wenting, Tim. (1993). Planning For Effective
Training: A guide to Curriculum
Development. Roma: Food and
Agriculture Organization of The United
Nations.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
118
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
PORTOFOLIO ASSESSMENT PADA GEOMETRI BIDANG PGSD:
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
Oleh
Burhanuddin AG* dan Murni*
Abstrak
Dalam memahami kosep-konsep, geometri bidang dianggap mata kuliah salah satu mata
kuliah yang sukar. Hal ini di sebabkan karena geometri bidang dianggap mempunyai
tingkat kesukaran yang tinggi dan sulitnya penyesuaian mahasiswa dengan pembelajaran
yang ada di dunia barunya yaitu universitas. Selain itu, penilaian dosen juga dianggap
lebih menitikberatkan pada aspek kognitif saja. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian
yang dapat mengembangkan kesuluruhan aspek (kognitif, afektif, psikomotorik, dan
emosional) yaitu authentic assessment dengan portofolio.Target khusus dalam penelitian
ini adalah: (1) dapat menghasilkan instrumen Portopolio Asessment pada Pembelajaran
Giometri Bidang yang dilengkapi dengan kontrak perkuliahan (SAP); (2) Buku Panduan
Mahasiswa; (3) Lembar Kerja Mahasiswa; (4) Buku Pegangan Guru SD dalam
pembelajaran Giometri Bidang SD; (5) Jurnal Internasional; (6) Jurnal Nasional; (7)
Workshop Guru SD Aceh Besar. Penelitian ini dilakukan dengan sampelnya yaitu
mahasiswa PGSD di Universitas Serambi Mekkah, karena diharapkan nantinya mereka
dapat mempraktekannya langsung untuk siswa-siswa di SD yang merupakan level awal
khususnya dalam mempelajari geometri (Tujuan Jangka Panjang). Pengembangan
penelitian ini dilakukan mengikuti 5 (lima) tahapan pengembangan Plomp yang
dimodifikasi dengan memandu tahapan pengembangan material (produk) oleh Nieveen
dengan memperhatikan 3 aspek kualitas, yakni aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan
aspek keefektifan (Metode). Sehingga diharapkan mendapat suatu penilaian geometri
yang menilai keseluruhan aspek. Untuk menyadarkan mahasiswa semakin mengetahui
dan menyadari pentingnya selalu meningkatkan Kualitas Kemampuan Berfikir Kritis
dalam Melaksanakan Pembelajaran Giometri di SD. Bertujuan agar mahasiswa PGSD
semakin mengetahui dan menyadari bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif,
melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif untuk dapat meningkatkan kreativitas
mahasiswa PGSD dalam pembelajaran Giometri Bidang. Bagi Mahasiswa PGSD, dapat
dijadikan sebagai tahap awal pelatihan dalam mengaplikasikan kurikulum 2013 pada
mata kuliah Pembelajaran Giometri Bidang
Keyword: assessment, portofolio, geometri bidang, PGSD, Pembelajaran Matematika.
Geometri bidang adalah salah satu
mata kuliah yang sangat penting dan
fundamental untuk di pelajari oleh mahasiswa
S-1 PGSD. Sangat penting, karena konsep
geometri bidang dan beberapa prinsip
teraplikasi secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam beberapa ilmu
lainnya. Fundamental, karena pada mata kuliah
selanjutnya hampir semua menggunakan
geometri bidang.
Dalam pembelajaran Mata Kuliah
Geometri di S-1 PGSD, mahasiswa atau calon
guru harus mampu mengenali dan memahami
konsep-konsep dalam geometri bidang, mulai
bentuknya, pengertiannya, ciri-cirinya,
membuktikan dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa pada umumnya mahasiswa merasa
sukar dalam mengenali dan memahami
konsep-konsep geometri bidang. Hal ini
terbukti dengan nilai rata-rata mahasiswa
kurang dari 3. Dugaan sementara, (1) konsep
dalam geometri bidang memiliki kesukaran
agak tinggi, (2) pembelajaran di SMA berbeda
dengan PT sehingga kabanyakan mahasiswa
kaget dengan sistem pembelajarannya dan (3)
penilaain dosen lebih cenderung pada
pemahaman konsep secara kognitif, dan
kurang memperhatikan aspek afektif dan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
119
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
psikomotorik. Khusus point (3), di perlukan
suatu penerapan penilaian (assessment) yang
lebih mengukur kemampuan mahasiswa secara
keseluruhan yang disebut dengan authentic
assessment yang dalam pelaksanaannya
menggunakan portofolio. Penerapan authentic
assessment ini bertujuan untuk
mengembangkan keseluruhan aspek penilaian
baik langsung maupun tidak langsung(kognitif,
afektif, psikomotor, dan emosional
mahasiswa). Authentic assessment di terapkan
untuk lebih menggiatkan para mahasiswa agar
mampu mengenali dan memahami konsep
geometri bidang dan mendemonstrasikan
pengalaman belajar serta dapat
mengaplikasikannya di sekolah dasar. Gagasan
utama penerapan model assessment ini adalah
supaya mahasiswa S-1 PGSD meninggalkan
assessment konvensional yang biasa digunakan
oleh pendidik, karena dipandang kurang
relevan dan kreatif dengan kondisi riil peserta
didik. Oleh karena itu, para pendidik ditantang
untuk mampu mengidentifikasi bagaimana
cara mahasiswa dalam mendemonstrasikan
pengalaman belajarnya secara baik dan tepat,
serta mereka harus mampu memilih standar
penilaian yang cocok (adekuat) dalam
mengakses performance mahasiswa (Savage
and Amstrong, 1996), seperti yang
diamanatkan oleh Kurikulum 2013.
Urgensi (keutamaan) Penelitian
Kebijakan penilaian (assessment)
merupakan bagian dari reformasi Sistem
Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang
dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003, yang dalam
pelaksanaannya diatur melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Penilaian
(assessment) adalah istilah umum yang
mencakup semua metode yang biasa
digunakan untuk menilai dan mengumpulkan
informasi baik sera individu maupun peserta
didik. Proses penilaian mencakup
pengumpulan bukti secara langsung yang
menunjukkan pencapaian belajar peserta didik.
Penilaian merupakan suatu pernyataan
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu (Angari,
2005). Penilaian juga diartikan sebagai
kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
atau kegiatan untuk memperoleh data dan
informasi tentang pencapaian kemajuan belajar
peserta didik.
Portofolio adalah kumpulan dokumen
atau jurnal dan karya-karya peserta didik
dalam bidang tertentu yang diorganisasikan
untuk mengetahui minat, perkembangan
prestasi, dan kreativitas peserta didik. Bentuk
ini cocok untuk mengetahui perkembangan
unjuk kerja peserta didik dengan menilai
bersama karya-karya atau tugas-tugas yang
dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik
perlu melakukan diskusi untuk menentukan
skor penilaian. Perkembangan kemampuan
peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian
portofolio. Sistem penilaian meliputi kegiatan
perancangan dan pelaksanaan penilaian,
analisis dan tindak lanjut hasil penilaian, serta
pelaporan penilaian. Mekanisme penilaian
hasil belajar peserta didik digambarkan
pada bagan berikut:
Bagan 1. Mekanisme Penilaian
Hasil pengembangan dari penelitian
ini diutamakan untuk kepentingan teoritis dan
praktis, yaitu:
1) diharapkan dapat memberikan sumbangsih
dalam pembelajaran matematika terutama
terkait dengan pembelajaran mata kuliah
Geometri bidang.
Perencanaan
Pelaksanaan
Analisis hasil
Tindak lanjut
hasil
Pelaporan hasil
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
120
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
2) diharapkan dapat meningkatkan keaktifan
dan kreativitas dalam mempelajari
geometri bidang PGSD
3) diharapkan dapat menjadikan model
assessment alternatif yang dapat
membantu dosen dalam memacu minat
dan motivasi mahasiswa S-1 PGSD dalam
belajar Geometri bidang.
Inovasi yang ditargetkan dalam penelitian
ini adalah:
a) Bagi dosen, sebagai bahan pertimbangan
dalam perkuliahan untuk pemilihan
strategi pembelajaran dan model
assessment sehingga dapat
menumbuhkan minat, motivasi dan
semangat belajar bagi mahasiswa PGSD
untuk memperoleh hasil belajar yang
lebih baik dan berkualitas
b) Bagi guru Calon Guru SD dan Guru SD,
dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan
dalam mengajar materi Geometri bidang
c) Bagi lembaga, sebagai bahan informasi
yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
menetapkan Kurikulum 2013 di Program
Studi Pendidikan Matematika FKIP,
d) Bagi mahasiswa PGSD, semakin
mengetahui dan menyadari bahwa aspek
penilaian tidak hanya unsur kognitif,
melainkan juga unsur lainnya yaitu aspek
psikomotorik dan afektif.
METODA PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah dan
tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka
jenis penelitian ini termasuk penelitian
pengembangan (developmental research).
Menurut Seels & Richey (dalam Richey &
Nelson, 1996), penelitian pengembangan
berorientasi pada pengembangan produk
dimana proses pengembangannya
dideskripsikan seteliti mungkin dan produk
akhirnya dievaluasi. Dalam penelitian ini yang
dikembangkan berupa model pembelajaran,
perangkat pembelajaran, dan instrumen-
instrumen yang diperlukan. Proses
pengembangan berkaitan dengan kegiatan pada
setiap tahap-tahap pengembangan. Produk
akhir dievaluasi berdasarkan aspek kualitas
produk yang ditetapkan. Pengembangan model
dilakukan mengikuti 5 (lima) tahapan
pengembangan model perancangan pendidikan
dari Plomp. Model perancangan pendidikan
tersebut masih terlalu umum, sehingga
dipandang perlu melakukan modifikasi dengan
memadu tahapan pengembangan material
(produk) oleh Nieveen dengan memperhatikan
3 aspek kualitas, yakni aspek kevalitan, aspek
kepraktisan, dan aspek keefektifan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kegiatan yang Dilaksanakan dan yang
akan Dilaksanakan
Kegiatan penelitian yang telah
dilakukan adalah pada tahapan pembuatan
Prodak yang dihasilkan pada tahun pertama
adalah : (1) Naskah SAP (Satuan Acara
Perkuliahan); (2) Naskah Buku Panduan
Mahasiswa (BPM); (3) Lembar Kerja
Mahasiswa (LKM); (4) Buku Authentik
Asessment Mahasiswa (B2AM); (5) Drap
Buku Pegangan Guru (BPG) dan pelaksanaan
penelitian akan dilaksanakan pada tahun
kedua. Pada Tahun ke dua dianalisis kembali
dan disempurnakan kemudian diuji cobakan.
Hasil ujicoba pada tahun kedua Semua Prodak
direvisi jika perlu ini diputuskan oleh para ahli
dan disempurnakan. Pada tahun ketiga
konsentrasi prodak akhir yaitu menghasilkan
Buku Pegangan Guru dan Sekaligus dapat
digunakan oleh Calon Guru SD (Mahasiswa
PGSD) dan Guru SD, Geometri Bidang
kopetensi “Bangun Datar”. Sedangkan
tahapan penyusunan Naskah dan Drap Prodak
laporan penelitian (untuk tahun pertama).
B. Hasil pada Fase lnvestigasi Awal
Investigasi Awal dilakukan kajian
terhadap (1) permasalahan pembelajaran
matematika di PGSD, (2) teori-teori yang
relevan dengan model pembelajaran yang
dikembangkan, (3) teori tentang
pengembangan model pembelajaran, (4)
analisis kondisi Mahasiswa, dan (5) analisis
kurikulum. Dari investigasi awal
pengembangan pembelajaran Portofolio
Asessment Geometri Bidang kopetensi
“Bangun Datar”. Masalah-masalah
pembelajaran dalam giometri Kopetensi
“Bangun Datar untuk meningkatkan
kemampuan hasil belajar mahasiswa
mengggunakan Authentik Asessment melalui
Portofolio. Mahasiswa belum sepenuhnya
mengetahui dan menyadari bahwa aspek
penilaian tidak hanya unsur kognitif,
melainkan juga aspek lainnya yaitu
psikomotorik dan afektif. (1) rendahnya minat
Burhanuddin AG. dan Murni, Portofolio Assessment pada Geometri Bidang PGSD
121
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
dan motivasi mahasiswa untuk mempelajari
giometri (bangun datar dan bangun ruang), (2)
strategi pembelajaran giometri yang
dilaksanakan dosen belum seluruhnya
menggambarkan penataan ke arah pentingnya
mahasiswa mengetahui dan menyadari bahwa
aspek penilaian tidak hanya unsur kognitif,
melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif
(3) aspek psikomororik dan motorik sangat
sungkan dilakukan, dan (4) strategi dosen
dalam mengajarkan bangun datar lebih
dominan kepada kognitif dalam upaya
meningkatkan hasil belajar.
Hasil investigasi awal menunjukkan
bahwa perlu adanya penataan pembelajaran
bangun datar hal ini untuk membentuk dan
mengembangkan kemampuan Calon Guru
Sekolah Dasar mengetahui dan menyadari
bahwa aspek penilaian tidak hanya unsur
kognitif saja melainkan juga aspek
psikomotorik dan afektif. Sehingga nantinya
pembelajaran bangun datar di SD diharapkan
mengalami beberapa perubahan antara lain :
(1) perubahan prilaku belajar mengajar, (2)
reorientasi tujuan pembelajaran bangun datar
dan bangun ruang dan strategi pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakteristik bangun
datar dan bangun ruang dan kaitannya dengan
penyadaran mahasiswa Calon Guru SD bahwa
aspek penilaian itu tidak hanya unsur kognitif
melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif
yang menilai kemampuan siswa/muridnya
nanti secara komperhensip yang dalam
pelaksanaannya menggunakan portofolio, dan
(3) metode penilaian hasil belajar mahasiswa
yang berterusan/komprehensif.
Melalui perubahan pembelajaran di
atas, mengakibatkan perlu adanya skenario
baru dalam pembelajaran bangun datar dan
bangun ruang untuk mengembangkan
kemampuan mahasiswa Calon Guru Sekolah
Dasar mengetahui dan menyadari aspek
penilaian itu tidak hanya unsur kognitif saja
melainkan juga aspek psikomotorik dan afektif
melalui portofolio asessment, yaitu dengan
pemberian soal yang berkenaan (ada) dalam
kehidupan sehari-harinya atau yang paling
sering dilakukan dan dilihat mahasiswa.
Pengembangan porofolio asessment berupa
catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran
khususnya selama berlangsung proses
pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas
yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar
rekaman kejadiannya, yang meliputi kognitif,
afektif, dan psikomotor. Catatan anekdotal
dalam assessment portofolio terdiri dari jurnal
belajar harian, lembar kerja mahasiswa dan
buku panduan mahasiswa, rangkuman materi
yang sudah dijelaskan, pekerjaan rumah,
proyek, latihan soal, kuis, ulangan harian, dan
refleksi akhir pembelajaran dan aktivitas
mahasiswa: (1) Jurnal Belajar Harian; (2)
Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dan Buku
Panduan Mahasiswa (BPM); (3) Rangkuman
Materi: (4) Pekerjaan Rumah (PR); (5) Proyek
(6) Latihan Soal; (7) Kuis; (8) Ulangan
Harian; (9) Refleksi Akhir Pembelajaran.
C. Hasil pada Fase Desain
Rencana pembelajaran yang disusun
berdasarkan pada komponen komponen
pembelajaran, analisis kurikulum, analisis
topik dan analisis tugas yang dijabarkan
berdasarkan materi pembelajaran untuk
mencapai kompotensi yang ditetapkan.
Berdasarkan analisis kurikulum, dipilih satu
kompetensi, yaitu: "Bangun Datar".
Kompetensi dasar dan kriteria kinerja
dirumuskan kembali agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Berdasar analisis topik
ditetapkan banyak waktu yang tersedia untuk
mengajarkan kompetensi tersebut adalah 5
Satuan Acara Perkuliahan (14 s/d 16 kali
pertemuan).
Lembar kegiatan siswa disusun
berdasarkan pada unsur-unsur Portofolio
Asessment, baik jawaban dan cara mahasiswa
dalam menjawab. Lembar kerja mahasiswa
disusun dengan sistematika, persepsi, tujuan,
materi, dan kesimpulan, dan soal
Pengembangan pembelajaran Portofolio
Asessment kemudian ditutup dengan latihan.
Jawaban latihan pada lembar kerja mahasiswa
diberikan untuk pegangan dosen dalam
membimbing mahasiswa. Dalam pelitian ini
kegiatan yang dilakukan adalah memilih
format dan jenis instrumen yang dibutuhkan,
menetapkan aspek dan indikator pengukuran
kevalidan, keterlaksanaan, dan keefektifan
model untuk masing-masing jenis instrumen,
merancang aturan dan kriteria penentuan
validitas dan reliabilitas masing-masing jenis
instrumen.
D. Hasil pada Fase Realisasi
1. Hasil Realisasi Satuan Acara Perkuliahan
(SAP)
Satuan Acara Perkuliahan (SAP),
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Buku Panduan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
122
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Mahasiswa (BPM) adalah perangkat
pembelajaran yang dihasilkan. Secara
operasional komponen-komponen model
dijabarkan dalam satuan acara perkuliahan.
Kegiatan perkuliahan berisikan lembaran
kegiatan mahasiswa dan dosen menuruti
langkah-langkah pembelajaran beserta alokasi
waktu yang direncanakan.
2. Hasil Realisasi Lembar Kegiatan
Mahasiswa (LKM)
Dalam Lembar Kerja Mahasiswa,
dibuat langkah-langkah penyelesaian masalah
Bangun datar dan kegiatan yang menimbulkan
minat mahasiswa untuk mengkomunikasikan
ide mereka dalam bentuk tulisan. Dari proses
penyelesaian masalah, mahasiswa dituntut
membangun konsep dan menuliskannya
dengan kalimat sendiri/kata-katanya sendiri
pada kotak yang disediakan pada Lembar
Kerja Mahasiswa tersebut. Kegiatan akhir pada
Lembar Kerja Siswa disajikan soal-soal
aplikasi kemampuan kreatifitas.
3. Hasil Realisasi Buku Panduan Mahasiswa
(BPM)
Dalam Buku Panduan Mahasiswa,
dibuat langkah-langkah penyelesaian masalah
dan kegiatan yang bertujuan
mahasiswa dapat mengaplikasikan dan
menimbulkan minat mahasiswa untuk
mengkomunikasikan ide mereka dalam bentuk
tulisan. Dari proses penyelesaian masalah,
Dosen dituntut membimbing mahasiswa
sehingga Dosen dapat menuntut mahasiswa
membangun konsep dan menuliskannya
dengan kalimat sendiri/kata-katanya sendiri
pada kotak yang disediakan pada Buku
Panduan Mahasiswa. Kegiatan akhir pada
Buku Panduan Mahasiswa disajikan soal-soal
aplikasi kemampuan kreatifitas untuk
kopetensi berikutnya. Untuk menunjang
aktifitas pembelajaran digunakan Buku
Panduan Mahasiswa BPM. BPM juga
digunakan dosen untuk Projek yang dilakukan
mahasiswa yang dipandu oleh dosen dengan
menerapkan materi bangun datar bangun ruang
dengan mengambil contoh-contoh atau benda-
benda yang ada dalam dikehidupannya serta
menyelesaikan masalah bangun datar dan
bangun ruang secara bertahap. BPM juga
digunakan dosen menugaskan mahasiswa
merangkum materi yang telah dipelajari dari
pada pertemuan tersebut, kemudian dosen juga
meminta mahasiswa untuk mencari
imformasi/bahan dari internat dan dari dua
sumber itu membuat rangkuman materi
tersebit. Pada pertemuan selajunya
dikumpulkan.
SIMPULAN Berdasarkan temuan-temuan dan hasil
analisis data, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut.
1.Pengalaman pakar dan data persepsi dapat
disimpulkan bahwa Pengembangan
portofolio Asessment pembelajaran
Geometri bidang, yang dikembangkan
dapat diterapkan secara praktis dan efektif
dalam pelaksanaan pembelajaran Geometri
Bidang Kompetensi “Bangun Datar” untuk
mahasiswa PGSD USM menggunakan
perangkat pembelajaran yang disediakan.
2. Menghasilkan perangkat pembelajaran
pendukung Portofolio Asessment dalam
pelaksanaan pembelajaran giometri
Authentik Asessment melalui Portofolio
kompetensi "bangun datar” yang akan
memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan,
dan keefektifan. Perangkat pembelajaran
terdiri dari Satuan Acara Perkuliahan
(SAP); (BPM); (B2AM); (BPG) dan
Instrument lainnya.
3 Pengalaman pakar dan data persepsi .
Pembelajaran Geometri Kompetensi
“Bangun Datar” dapat di uji cobakan pada
Mahasiswa PGSD, Bertujuan agar
mahasiswa PGSD semakin mengetahui dan
menyadari bahwa aspek penilaian tidak
hanya unsur kognitif, melainkan juga aspek
psikomotorik dan afektif untuk dapat
meningkatkan kreativitas mahasiswa PGSD
dalam pembelajaran Giometri Bidang.
4. Untuk Mahasiswa, dapat dijadikan sebagai
tahap awal pelatihan dalam
mengaplikasikan kurikulum 2013 pada
mata kuliah Pembelajaran Giometri
Bidang Untuk menyadarkan mahasiswa
semakin mengetahui dan menyadari
pentingnya selalu meningkatkan Kualitas
Kemampuan Berfikir Kritis dan kreatif
dalam Melaksanakan Pembelajaran
Geometri Bidang di SD.
Burhanuddin AG. dan Murni, Portofolio Assessment pada Geometri Bidang PGSD
123
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
DAFTAR PUSTAKA
Akker, d. v. J., Branch, M.R., Gustafson, K.,
Nieveen, N., and Plompt, T. 1999.
Design Approaches and Tools in
Education and Training.
Dordrecht/Boston/London: Kluwer
Academic Publishers.
Angari, Angie Siti. 2005. Rubrik sebagai salah
satu alat assessment. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional
Pendidikan Matematika, himpunan
Matematika indonesia Bekerjasama
dengan SBI MADANIA Parung,
Bogor, 9-11 April.
Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Borich D, G. 1992. Effective Teaching Method.
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Borich, G.D. 1994. Observation Skills for
Effective Teaching. New York:
Macmillan Publishing Company.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinnggi Fepdiknas. 2005.
Pengembangan Sistem Assessment
Berbasis Kompetensi, Buku I Pedoman
Umum. Jakarta: Dirjen Dikti.
Doolittle, P.E. & Camp, G.W. 1999.
Constructivism : The Career and
Technical Education Perspective.
Journal of Vocational and Technical
Education. Volume 16, Number 1,
Fall 1999. (http://scholar.lib.vt.edu/
ejournals/ JVTE/v16n1/doolitle.pdf,
diakses 4 Januari 2006)
Grinnell, Jr, R.M. 1988. Social Work Research
and Evaluation (Third Edition)
Illionis: F.E. Peacock Publisher Inc.
Grounlund, N.E. 1982. Constructing
Achievement Test, (Third Edition).
Englewood Cliff: Printice-Hall.
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and
Learning, what it is and why it’s here
stay. California: Corwin Press, Inc.
Hudojo, Herman. 2001. Mengembangkan
Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Jurusan Pendidikan
Matematika: FMIPA UM Malang
Kahfi, Muhammad, Shohibul. 2005. Panduan
Belajar Mengembangkan Perangkat
Pembelajaran Maetematika dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Malang. FMIPA UM.
Karim, Muchtar Abdul. 2004. Assessment
Authentic dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah. Makalah
Disajikan dalam Seminar Dan
Worksop Calon Fasilitator Kolaborasi
FMIPA UM-MGMP kota Malang.
Malang, 19-20 Maret 2004.
Linn, R.L & Gronlund, N.E. 1995.
Measurement and assessment in
Teaching. New Jersey: Prentice Hall
Regent.
McCallum et.al. 1996. Teacher’s Own
Assessment: ed. Craft, A “Primary
Education Assessing and Planning
Learning”. Routledge.
Plomp, T. 1997. Educational and Training
System Design. Enschede,
Netherlands: Twente University.
Reigeluth, C.M. 1996. “What is instructional
Design Theory and How is It
Changing?”. In Reigeluth, C.M. (Ed).
Instructional design Theories and
Models : A New Paradigm of
Instructional.
Richey, R. and Nelson. 1996. “Developmental
Research”. In Jonassen (Ed)
Handbook of Research for
Educational Communications and
Technology. New York: Macmillan
Simon & Schuster.
Robinson. 1998. Student Portofolio in
Mathematics. The Mathematic
Theacher.
Rusoni, Elin. 2002. Portofolio dan Pradikma
Baru dalam Penilaian Matematika.
(http://www.depdiknas.go.id, diakses
05 April 2008)
Savage V. TOM and Amstrong G. David.
1996. Effective Teaching in Elementary
Social Studies. New Jersey: Prentice
Hall, Inc.
Setyono, B. 2004. Penilaian Authentic dalam
KBK. Dalamjurnal Pengembangan
Pendidikan Vol. 2, No. 4 tahun 2005.
Slavin E, R. 1997. Educational Psychology
Theory and Practice. A Viacom
Company.
Surapranata, S.& Hatta, M. 2006. Penilaian
Portofolio. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2014 Volume 19 Nomor 2
124
Drs. Burhanuddin AG., M.Pd* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Murni, M.Pd., Ph.D* adalah Dosen dpk pada Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Susilo & Subaidah. 2004. Assessment
Portofolio dalam Pembelajaran
Matematika dan Sain. Makalah
disajikan dalam Seminar dan
Workshop Calon Fasilitator
Kolaborasi FMIPA UM-MGMP Kota
Malang, Malang, 19-20 Maret 2004.
Yasin, Anas. 2002. Penerapan Model
Assessment Portofolio pada
Pengajaran Bahasa Inggris.
Gentengkali. Vol, 4, (3 dan 4) : hlm.
64.
Zainul, A dan Nasoetion, N. 1997. Penilaian
Hasil Belajar. Jakarta: PAU untuk
Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas Instruksional Ditjen Dikti
Depdiknas.
Burhanuddin AG. dan Murni, Portofolio Assessment pada Geometri Bidang PGSD