mekanisme pertahanan nonspesifik

6
MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK Garis pertahanan pertama Kulit dan Membran mukosa Barier protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas air liur pada permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal, dan komponen seluler serta humoral yang berasal dari pembuluh darah. Komposisi jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang mengakibatkan epitel mukosa mulut sangat efisien sebagai barier. 1 Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral dan agregasi limfoid intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar mulut. Palatum, pipi, bibir mirip yang berasal dari gusi dan pilpa gigi. Kapiler-kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian di dalam otot lidah dan struktur lainnya. Antigen mikrobial yang dapat menembus epitel masuk ke lamina propria. Akan difagositosis oleh sel- sel Langerhans yang banyak ditemukan pada mukosa mulut. Saliva Saliva disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris, dan beberapa kelenjar ludah kecil pada

Upload: iness-fluida

Post on 14-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK

MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK

Garis pertahanan pertama

         Kulit dan Membran mukosa

Barier protektif mukosa mulut terlihat berlapis-lapis terdiri atas air liur pada

permukaannya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal, dan komponen seluler

serta humoral yang berasal dari pembuluh darah. Komposisi jaringan lunak mulut merupakan

mukosa yang terdiri dari skuamosa yang karena bentuknya, berguna sebagai barier mekanik

terhadap infeksi. Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasinya yang konstan

sehingga bakteri sulit melekat pada sel-sel epitel dan derajat keratinisasinya yang

mengakibatkan epitel mukosa mulut sangat efisien sebagai barier.1

Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstraoral dan agregasi

limfoid intraoral. Suatu jaringan halus kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa

lidah, dasar mulut. Palatum, pipi, bibir mirip yang berasal dari gusi dan pilpa gigi. Kapiler-

kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh

limfatik yang berasal dari bagian di dalam otot lidah dan struktur lainnya. Antigen mikrobial

yang dapat menembus epitel masuk ke lamina propria. Akan difagositosis oleh sel-sel

Langerhans yang banyak ditemukan pada mukosa mulut.

         Saliva

Saliva disekresikan oleh kelenjar parotis, submandibularis, submaksilaris, dan beberapa

kelenjar ludah kecil pada permukaan mukosa. Aliran air liur sangat berperan dalam

membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme dan pelumas aksi otot lidah, bibir, dan

pipi.1

Kelenjar saliva yang mengandung sel plasma dan limfosit, terdiri atas 6 kelenjar saliva

utama dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah mukosa mulut. Kelenjar

saliva ini memproduksi IgA yang akan disekresikan ke dalam rongga mulut dalam bentuk

sIgA. Sekresi ini juga mengandung protein antimikroba lisozim.5

Page 2: MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK

          Celah gusi

Komponen selular dan humoral dari darah akan melewati epitel junctional yang terletak

pada celah gusi dalam bentuk cairan celah gusi. Cairan celah gusi ini mengandung leukosit

dan komponen komplemen selular dan humoral yang terlibat dalam respon imun.

Garis pertahanan kedua

Mikroba yang menembus garis pertahanan pertama, misalnya mikroba yang masuk lewat

luka pada kulit akan menghadapi garis pertahanan kedua. Mekanisme ini bergantung pada

fagositosis, yaitu proses penelanan organisme yang menyerang tubuh oleh jenis sel darah

putih tertentu. Fungsi fagosit ini akan sangat terjait dengan proses peradangan dan protein

antimikroba.

         Sel fagositik dan sel natural killer

Sel fagosistik yang disebut neutrofil meliputi 60%dari leukosit. Sel-sel yang dirusak oleh

mikroba akan membebaskan sinyal kimiawi secara kemotaksis yang menarik neutrofil untuk

datang, neutrofil akan memasuki jaringan yang terinfeksi, lalu menelan dan merusak

mikroba.

Makrofag jaringan merupakan bentuk dewasa dari monosit. Sel ini menjulurkan

pseudopodianya dan memakan mikroba yang akan dirusak dengan enzim lisosom makrofaga.

Sel natural killer tidak akan langsung merusak mikroba, namun akan merusak sel yang

diserang virus dan sel abnormal yang dapat membentuk tumor.

         Respon peradangan

Respon peradangan dimulai dengan adanya sinyal kimiawi. Sel basofil dan sel mast akan

mengeluarkan histamin yang memicu pembesaran dan peningkatan permeabilitas kapiler di

dekatnya. Leukosit dan sel-sel yang rusak akan mengeluarkan prostaglandin yang

meningkatkan aliran darah ke tempat yang luka. Peningkatan aliran ini meningkatkan migrasi

sel fagositik yang juga diperantarai oleh faktor kemotaksis (kemokin).

         Sistem komplemen

Page 3: MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK

Protein antimikroba yang paling penting dalam darah adalah protein sistem komplemen

serta interferon. Disekresi oleh sel-sel yang terinfeksi virus, interferon menghambat produksi

virus di sekitas daerah terinfeksi.

MEKANISME PERTAHANAN SPESIFIK

Garis pertahanan ketiga

         Respon kekebalan humoral dan respon yang diperantarai sel

Pada garis pertahanan ketiga terdapat respon kekebalan. Sistem kekebalan dapat

menghasilkan dua jenis respon terhadap antigen: respon humoral dan respon yang

diperantarai oleh sel ( cell mediated immunity). Kekebalan humoral melibatkan aktifasi dari

sel B dan diikuti oleh produksi antibodi yang beredar di dalam plasma darah dan limfa.

Kekebalan terhadap beberapa infeksi dapat diteruskan jika limfosit T dipindahkan. Jenis

kekebalan ini, yang bergantung pada limfosit T dikenal dengan kekebalan yang diperantarai

sel. Dalm interaksi limfosit terdapat pensinyalan. Yang terpenting dari pensinyalan ini adalah

limfosit T helper, yang merespon terhadap antigen yang disajikan oleh makrofaga dan

merangsang sel B maupun sel T lain.

Kekebalan humoral atau kekebalan sel B, yang didasarkan pada sirkulasi antibodi dalam

darah dan limfa berperan dalam melawan virus, bakteri dan semua ancaman ekstraselluler

lainnya yang bebas. Kekebalan yang diperantarai sel atau kekebalan sel T, bertugas melawan

patogen intraselluler dengan cara merusak sel-sel yang terinfeksi. Sel T helper yang

mengandung CD4 diaktifkan ketika reseptornya berikatan secara spesifik dengan suatu

kompleks MHC kelas II dan antigen permukaan sel penyaji antigen (APC), sel T tersebut

akan mensekresi interleukin-2 dan sitokin lain yang mengaktifkan sel-sel B dan sel-sel T

sitotoksik.10

Sebagian besar sel T sitotoksik diaktifkan oleh sitokin dan pemgikatan pada kompleks

MHC kelas I (antigen pada sel target). Sel T kemudian akan mensekresikan perforin yang

akan membentuk lubang yang akan melisikan sel tersebut.

Sel-sel B diaktifkan oleh sitokin dan pengikatan secara spesifik antibodi membran sel

tersebut ke antigen ekstraselluler. Sebagian besar dari antigen ini adalah protein atau

polisakarida besar yang masing-masing memiliki lebih dari satu epitop. Antibodi yang juga

disebut immunoglobulin(Ig) adalah protein serum. Ada lima jenis immunogobulin

Page 4: MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK

berdasarkan epitopnya tersebut, yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD, Dan IgE.antibodi menetralkan

antigen dengan opsonisasi, aglutinasi, prespitasi dan fiksasi komplemen.2,4

MEKANISME PERTAHANAN NONSPESIFIK MEKANISME PERTAHANAN

SPESIFIK

Garis pertahanan

pertama

Garis pertahanan kedua

       Kulit

       Membran mukosa

       Sekresi dari kulit dan

membran mukosa

       Sel darah putih fagositik

       Protein antimikroba

       Respons peradangan

       Limfosit T

       Antibodi