medula spinalis

Upload: kazuo-orimachi

Post on 19-Jul-2015

1.561 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal Cord Injury Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per 100.000 penduduk, dengan angka tetraplegia 200.000 pertahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera medula spinalis. Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya. Teknik yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan sacral sparing. Data di Amerika Serikat menunjukkan urutan frekuensi disabilitas neurologis karena cedera medula spinalis traumatika sbb : (1) tetraplegi inkomplet (29,5%), (2) paraplegi komplet (27,3%), (3) paraplegi inkomplet (21,3%), dan (4) tetraplegi komplet (18,5%). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui lebih lanjut tentang penatalaksanaan pada cedera medulla spinalis, maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan tentang pengertian Trauma medulla spinalis. 2. Menjelaskan tentang etiologi cedera medulla spinalis 3. Menjelaskan manifestasi klinik dari cedera medulla spinalis 4. menjelaskan bagaimana peatalaksanaan umum (survey primer dan sekunder) 5. Menyusun askep pada klien dengan masalah cedera medulla spinalis

1.3 Tujuan 1.4 Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP CEDERA MEDULA SPINALIS a. Anatomi Fisiologi Medula Spinalis

Spinal cord merupakan perpanjangan dari otak dalam menginervasi bagian bawah dari tubuh, karenanya komposisi spinal cord mirip otak yaitu terdiri dari grey mater dan white mater. Grey mater ada di bagian dalam dan white mater ada di bagian luar. Spinal cord dimulai dari foramen magnum di bagian atas diteruskan pada bagian bawahnya sebagai conus medullaris, kira-kira padda level T12-L1 selanjutnya dteruskan ke distal sebagai kauda equina.pada setiap level akan keluar serabut syaraf yang disebut nerve root. b. Definisi Cedera medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis vertebralis, dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen dan diskus, tulang belakang dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). c. Etiologi Trauma langsung yang mengenai tulang belakang dan melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam melindungi syaraf - syaraf yang berada didalamnya. Trauma tersebut meliputi kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon, bangunan/ ketinggian, luka tusuk, luka tembak, dan kejatuhan benda keras.

d. Patofisiologi Trauma pada leher dapat bermanifestasi pada kerusakan struktur kolumna vertebra, komprei diskus, sobeknya ligamentum servikalis, dan kompresi medula spinalis pada setiap sisinya yang dapat menekan spina dan bermanifestasi pada kompresi radiks dan distribusi syaraf sesuai segmen dari tulang belakang servikal. Trauma pada servikal bisa menyebabkan cidera spinal stabil dan tidak stabil. Cedera stanil adalah cedera yang komponen vertebralnya tidak akan tergeser dengan gerakan normal sehingga sumsum tulang yang tidak rusak dan biasanya resikonya lebih rendah. Cedera yang tak stabil adalah cedera yang dapat mengalami pergeseran lebih jauh dimana terjadi perubahan struktur dari oseoligamentosa posterior (pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang posterior, ligamen interspinosa dan supraspinosa), komponen peertengahan (sepertiga bagian posterior badan vertebral, bagian posterior dari diskus intervertebralis dan ligamen longitudinal posterior), dan kolumna anterior (dua pertiga bagian anterior korpus vertebra, bagian anterior diskus intervertebralis, dan ligamen longitudinal anterior). Pada cedera hiperekstensi servikal, pukulan pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tak ada yang menyangga oksiput hingga kepala itu membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior dan diskus dapat rusak atau arkus syaraf mungkin mengalami kerusakan. Pada cedera fleksi akan meremukkan badan vertebral menjadi baji, ini adalah cedera yang stabil dan merupakan tipe fraktur vertebral yang paling sering ditemukan. Jika ligamen posterior tersobek, cedera bersifat tak stabil dan badan vertebral bagian atas dapat miring ke depan di atas badan vertebra di bawahnya. e. Manifestasi Klinis Hipoventilasi atau gagal pernafasan terutama pada cidera setinggi servikal Edema pulmoner akibat penatalaksanaan cairan intravena yang tidak tepat Paralisis flaksid di bawah tingkat cidera Hipotensi dan bradikardi Retensi urin dan alvi Paralisis usus dan ileus Kehilangan kontrol suhu

f. Klasifikasi 1. Cedera medula spinalis komplet 2. Cedera medula spinalis inkomplet 5 sindrom utama cedera medula spinalis inkomplet menurut American Spinal Cord Injury Association: 1. Central Cord Syndrom Central Cord Syndrom (CCS) terjadi setelah cedera hiperkstensi, sering terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervikalis. Paling sering terjadi pada segmen vertebra C4-C6. Sebagian kasus ini tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medula spinalis yang paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central Cord Syndrome menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang mengindikasikan adanya edema. Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen pada ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitas neurologik permanent. Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medula spinalis C6 dengan ciri LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral. 2. Anterior Cord Syndromn 3. Brown Sequard Syndrom 4. Cauda Equina Syndrom 5. Conus Medullaris Syndrom 6. Posterior Cord Syndrom

g. Pemeriksaan Diagnostik 1. Radiologi servikal. didapatkan: - fraktur odontoid didapatkan gambaran pergeseran tengkorak ke depan - fraktur C2 didapatkan gambaran fraktur - fraktur pada badan f=vertevra - fraktur kompresi - subluksasi pada tulang belakang servikal - dislokasi pada tulang servikal 2. CT Scan Didapatkan fraktur pada tulang belakang, menggambarkan strukur spinal dan perispinal 3. MRI Digunakan untuk mengkaji jumlah kompresi medula dan jenis cidera dimana medula spinalis berlanjut 4. Pielogram intravena Untuk menentukan fungsi kandung kemih 5. Sistoskopi Pemeriksaan yang memungkinkan visualisasi langsung dari kandung kemih dan uretra, dapat mendeteksi batu, infeksi, atau rumor kandung kemih

h. Penatalaksanaan 1. Lakukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada medula spinalis. Sebagian cederaa medula spinalis diperburuk oleh penanganan yang kurang tepat, efek hipotensi atau hipoksia pada jaringan syaraf yang sudah terganggu. Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan Beri bantal pasir pada sisi pasien untuk mencegah pergeseran Selimuti pasien untuk mencegah kehilangan hawa panas badan Pindahkan pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan kasus cedera medula spinalis 2. Perawatan khusus a. Komosio medula spinalis (fraktur atau dislokasi) tidak stabil harus disiingkirkan, jika terjadi pemulihan sempurna pengobatan tidak diperlukan b. Kontusio/ transeksi/ kompresi medula spinalis

Metil prednisolon 30mg/kgBB bolus intravena selama 15 menit dilanjutkan dengan 5,4 mg/kgBB/jam selama 45 menit. Setelah bolus, selama 23 jam, hasil optimal bila pemberian dilakukan