media pengajaran dalam pendidikan islam

23
BAB I PENDAHULUAN Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu tejadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, majalah, rekaman video atau audio,dll) dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, radio, televisi, komputer, perpustakaan, dan lain-lain). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para pendidik dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan

Upload: liana-sari-p

Post on 28-May-2015

1.708 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

BAB I

PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap

orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu tejadi karena adanya interaksi antara

seseorang dengan lingkungannya. Oleh  karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja

dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah

adanya perubahan tingkkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan

oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh

lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan,

kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, majalah, rekaman

video atau audio,dll) dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor

overhead, radio, televisi, komputer, perpustakaan, dan lain-lain).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong

upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

belajar. Para pendidik dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat

disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut

sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Di samping itu, pendidik juga

dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran

yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu

pendidik harus memiliki pngetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pembelajaran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang

tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan

Islam. 

     

Page 2: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MEDIA PENGAJARAN Dalam PENDIDIKAN

ISLAM

a.      Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

‘tengah’, ‘perantara’ atau pengantar’. Dalam hal media banyak terdapat batasan

rumusan para ahli; Gegne, media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untu belajar. Briggs, yang

mendefinisikan segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat

merangsang siswa untuk belajar. Dari dua definisi ini tampak pengertian edia

mengacu pada penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses

penyampaian pesan.1

Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering

diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987) adalah penyebab atau alat

yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah

mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatr hubungan yang

efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar-sisiwa dan isi pelajaran.

Kemudian, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem

pelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan

paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang

menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.2

Lebih jauh Vernous, sebagaimana menyebutkan bahwa media pendidikan

adalah sumber belajar dan dapat diartikan dengan manusia dan benda atau

peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan,

keterampilan atau sikap. 3

1 Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 32 Flemming dalam : Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 33 Vernous dalam : Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 203

Page 3: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata

“teknologi” yang bersal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos

(bahasa Indonesia “ilmu).

Menurut Webster (1983), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh

lewat pengalaman, study dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih

dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat

pengalaman, studi dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan

pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian: perluasan konsep tentang

media, di mana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi

tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi da manajemen yang berhubungan

dengan penerapan ilmu.4

Erat hubungannya dengan istilah “teknologi”, kita juga mengenal kata

teknik. Teknik dalam bidang pengajaran bersifat apa yang sesungguhnya terjadi

antara guru dan murid. Ia merupakan strategi khusus (Anthony, 1963). Bahkan

Richards dan Rodgers (1982) menjelaskan pula bahwa “teknik” adalah prosedur

dan praktek yang sesungguhnya dalam kelas. Dari sini, tampak jelas bahwa

“teknologi” bukanlah hanya pembuatan kapal terbang model mutakhir dan

semisalnya saja, tetapi melipat-lipat kertas jadi kapal terbang mainan itu juga hasil

teknologi; karena itu juga merupakan suatu keterampilan dan seni (skill).

Barangkali inilah yang menyebabkan beberapa kalangan lantas membagi

pengertian teknologi menjadi dua macam; ada yang disebut teknologi tinggi

(canggih), ada pula yang disebut teknologi tradisional. Teknologi pengajaran

agama sementara masih heavy ke wawasan pengertian teknologi tradisional.

Dengan demikian, kalau ada teknologi pengajaran agama misalnya, maka

itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam

proses mengajar agama, akan membahas masalah keterampilan, sikap, perbuatan,

dan strategi mengajarkan agama.

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut

dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.

4 Webster dalam : Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 5

Page 4: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

1. Media pendidikan islam memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

sebagai hardware (perangkat keras)

2. Media pendidikan Islam memiliki pengertian nonfisik

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio

4. Media pendidikan Islam memiliki pengertian alat bantu pada proses

belajar baik di dalam maupun di luar kelas

5. Dapat digunakan dalam rangka komunkasi dan interaksi pendidik dan

siswa dalam proses pembelajaraan

6. Dapat digunakan scara massal

7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan

dengan penerapan suatu ilmu.5

Jadi, yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode, dan tehnik

yang digunakan dalam ranga lebih mengekfektifkan komunikasi dan interaksi

antara pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah.6

b. Ciri – ciri Media Pendidikan Islam

Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan

pentunjuk mengapa media di gunakan.

·  Ciri Fiksatif (Fixative Property)

·  Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

·  Ciri Distributif (Distribitive Property)

c. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Islam

Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar

yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata

dan diciptakan oleh pendidik.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran

dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat

yang bar, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan

5 Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 6-76 Oemar Hamalik, Media Pendidikan. Hal 23

Page 5: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu

keefektifan proses pembelajarandan penyampaian pesan dan isi pelajaran pad

saat itu. Selain itu juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan

pemahaman, menyajkan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan

penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pebelajaran,

khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi kognitif, dan fungsi

kompensatoris.

Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses

pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

2. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik sehingga

dapat  menimbulkan motivasi belajar

3. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu

4. Dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang

peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya

interaksi langsung dengan pendidik, masyarakat, dan lingkungan.7

 

 Pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan. Setiap guru

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pendidikan. Pengetahuan itu meliputi diantaranya:

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

c. Hubungan antara metode belajar dan pendidikan

d. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran

e. Memilih dan menggunakan media pendidikan

f. Berbagai jenis alat dan tehnik media pendidikan

g. Usaha inovasi dalam media pendidikan,dll.

7 Azhar Arshad, Media Pembelajaran. Hal 24-25

Page 6: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan

kriteria-kriteria tertentu, yakni:

a. Tujuan mengajar

b. Bahan pelajaran

c. Metode mengajar

d. Tersedianya alat yang dibutuhkan

e. Jalan pelajaran

f. Penilaian hasil belajar

g. Pribadi guru

h. Minat dan kemampuan peserta didik

i. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung

Keterampilan membuat media pendidikan, berarti trampil dan menguasai

tehnik dan pross pembuata suatu media pendidikan yang berguna untuk suatu

pelajaran tertentu. Alat – alat yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat sebagi

berikut:

1. Rasionil, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita.

2. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

3. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat.

4. Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktis di sekolah an bersifat

sederhana.

5. Fungsionil, berguna dalam pelajaran, dapat digunakan oleh pendidik

dan peserta didik. 8

B. JENIS – JENIS MEDIA PENDIDIKAN ISLAM         

Para ahli telah mengklasifikasikan alat atau media pendidikan kepada dua

bagian : yaitui alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidlikan

yang bukan benda (non materil).

a. Alat Pendidikan yang Bersifat Benda

Menurut Dzakiah Daradjat, alat pendidikan yang berupa benda adalah,

Pertama : media tulis, seperti al quran, hadist, tauhid, fiqh, sejarah, kedua : benda-

8 Oemar Hamalik, Media Pendidikan. Hal 15-18

Page 7: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Ketiga:

gambar-gambar yang dirancang seperti grafik. Keempat: Gambar yang

diproyeksikan, seperti video, transparan, in-focus. Kelima : audio recording (alat

untuk didengar), seperti kaset, tape radio. Senada dengan pendapat Dzakih

Dradjat, Oemar Hamalik, menyebutkan, secara umum alat pendidikan materil

terdiri dari: pertama, bahan-bahan cetakan atau bacaan, dimana bahan-bahan ini

lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan

visual. Kedua, alat-alat audio visual. Ketiga, sumber-sumber masyarakat, seperti

objek-objek peninggalan sejarah. Keempat, kumpulan benda-benda (material

collection), Seperti dedaunan, benih, batu, dan

sebagainya.9                                                                                  

Yang termasuk alat pendidkan material menurut Arif.S.Sadiman adalah

media grafis, dengan cara menuangkan pesan pengajaran kedalam simbol-simbol

komunikasi visual.

 

Disamping media viusal dan media auditif, media audio visual merupakan

media yang berhubungan dengan indra pendengaran dan indra penglihatan

sekaligus dengan menggunakan media ini pesan pesan pengajaran dapat

disaksikan dan didengarkan langsung. Namun TV belum dapat menggantikan

eksistensi guru di depan kelas. Demikian juga halnya vidio, walaupun dapat

diputar berulang-ulang, juga tidak mungkin menggantikan keberadaan guru

dikelas.

Secara umum tidak terdapat perbedaaan  yang berarti tentang alat

pendidikan yang  berbentuk benda, perbedaannya hanya terletak pada pemakaian

istilah dalam memformulasikan. Namun yang jelas, alat pendidikan dalam bentuk

benda perlu digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara bervariasi

sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam konteks Ilmu Pendidikan

Islam, M.Arifin menuturkan, alat pendidkan harus mengandung nilai-nilai

operasional yang mampu mengantarkan kepada tujuan pendidikan islam yang

sarat dengan nilai-nilai.

9 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 204-205

Page 8: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

b.  Alat Pendidikan Yang Bukan Benda

Selain alat/media berupa benda, terdapat pula alat/media yang bukan

berupa benda. Diantara alat/media pengajaran yang bukan berupa benda itu

adalah: (1) keteladanan, (2)perintah/larangan, (3)ganjaran dan hukuman, yang

akan dijelaskan berikut ini:

1)  Keteladanan

Pada umumnya manusia memerlukan figur indetifikasi (uswah al-

hasanah) yang dapat membimbing manusia ke arah kebenaran, untuk

memenuhi keinginan tersebut itu Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan

bagi manusia. Kemmudian kita diperintahkan untuk mengikuti rasul,

diantaranya memberikan tauladan yang baik. Dalam hal ini Rasulullah juga

memberikan teladan yang baik kepada umatnya. Firman Allah:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan

hari kiamat dan banyak menyebut (mengingat) Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Pendidikan dalam konteks Ilmu Pendidikan Islam, berfungsi sebagai

warasalu al anbiya yang pada hakikatnya mengemban misi sebagai rahmatan li

al’amin, yakni suatu misi  yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada

hukum-hukum Allah. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukkan

kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh serta bermoral tinggi.

Sebagai warasah alanbiya seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat yang

terpuji (mahmudah).

Menurut Al-Ghazali, seperti yang disitir oleh Fathiyah Hasan Sulaiman,

terdapat beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai orang

yang diteladani, yaitu

(1) amanah dan tekun bekerja

(2) bersifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid

(3) dapat memahami dan berlapang dada dalam ilmu serta orang-orang

yang mengerjakannya

(4) tidak rakus pada materi

Page 9: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

(5) berpengetahuan luas, serta

6) istiqomah dan memegang teguh prinsip. 10

Al-Ghazali juga menambahkan bahwa terdapat beberapa sifat penting

yang harus terinternalisasi dalam diri murid, yaitu rendah hati, mensucikan diri

dari segala keburukan, serta taat dan istiqomah. Karena beberapa sifat terakhir

perlu dimiliki murid, maka guru hendaknya menjadi teladan dari sifat-sifat

tersebut.

2)  Perintah dan Larangan

Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melakukan sesuatu.

Dalam hal ini perintah itu bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang 

yang harus dikerjakan oleh orang lain, tetapi termasuk pula anjuran,

pembiasaan dan peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh peserta

didik. Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-

norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan kearah

perbuatan susila. . Contoh ayat Al-Qur’an yang berupa perintah/anjuran

adalah:                                               

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan…” (QS.

Al-Maidah: 2)

Suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri

menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu, atau jika apa yang harus

dilakukan oleh anak-anak itu sudah dimiliki dan menjadi pedormui pula bagi

hidup si pendidik.

Dalam memberikan perintah terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu (1) jangan memberikan perintah kecuali karena di perlukan,

(2) hendaknya perintah itu dengan ketetapan hati dan niat yang baik, (3) jangan

memerintahkan kedua kalinya jika perintah pertama belum dilaksanakan, (4)

perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan akan akibatnya, (5) perintah

hendaknya bersifat umum, bukan bersifat khusus.

10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 207

Page 10: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

Disamping memberi perintah, sering kali pula pendidik harus melarang

perbuatan anak-anak. Larangan itu biasanya dikeluarkan jika anak melakukan

sesuatu yang tidak baik, yang mungkin dapat membahayakan dirinya. Larangan

sebenarnya sama saja sepeti perintah. Kalau perintah merupakan suatu keharusan

untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan merupakan keharusan

untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan.

Contoh ayat Al-Qur’an yang berupa larangan adalah:  

                                          

Artinya: “Dan janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan”

(QS. Al-Maidah: 2)

Misalnya larangan untuk bercakap-cakap dengan suara besar, larangan

melakukan perbuatan yang tidak baik, larangan untuk bergaul denagn orang-orang

asusila, dan sebagainya. 

3)  Ganjaran dan Hukuman

Ganjaran adalah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai

hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap perilaku. Yang

terpenting dalam ganjaran hanya hasil yang dicapai seorang anak, dengan hasil

tersebut pendidikan dapat membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan

lebih keras pada anak itu.

Ganjaran itu dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacam-

macam, antara lain: (1)guru mengangguk-anggukan kepala tanda senang dan

membiarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak, (2)guru

memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian), (3)guru memberikan

benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak, dan sebagainya.

 

 Dengan demikian dipahami bahwa hukuman diberikan karena ada pelanggaran

sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran

secara berulang.

Di dalam bidang pendidikan, hukuman itu dilaksanakan karena dua hal, yaitu :

Page 11: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

1) Hukuman diadakan karena ada pelanggaran, adanya kesalahan yang

diperbuat (punitur, quina peccatum est).

2) Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran

(punitur, nepeccatur)

Asma Hasan Fahmi, menjelaskan tentang ciri-ciri hukuman dalam perspektif

pendidikan islam yakni, (1) hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan

pengarahan, (2) memberiakan kesempatan kepada anak memperbaiki

kesalahannya sebelum dipikul. Anak yang belum berusia sepuluh tahun tidak

boleh dipikul, kalaupun tidak boleh dari tiga kali, (3) pendidik harus tegas dalam

melaksanakan hukuman, artinya apabila sikap keras pendidik telah dianggap perlu

maka harus dilaksanakan dari sikap lunak dan kasih sayang.

Pengaruh Alat/Media Dalam Pendidikan Islam

                Di dalam pendidikan islam, alat/media itu jelas diperlukan. Sebab

alat/mediapengajaran itu mempunyai peranan yang besar yang berpengaruh

terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.

Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manfaat atau

kegunaan dari alat/media ini dalam pendidikan atau dalam proses belajar

mengajar Yusuf Hadi Miarso dkk. Menyatakan alat/media  itu mempunyai nilai-

nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain : (1) membuat konkrit konsep

yang abstrak, (2) membawa objek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar

siswa, (3) menampilkan objek yang terlalu besar, (4) menampilkan objek yang tak

dapat diamati oleh mata telanjang, (5) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (6)

memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar

siswa, (7) membangkitkan motivasi belajar, dan (8) menyajikan informasi belajar

secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan .

Selain alat/media yang bukan berupa benda pun perlu juga mendapatkan

perhatian yang serius, sebab pada umunya alat/media yang bukan berupa benda

lebih banyak tujuannya untuk pembentukan pribadi yang baik atau sempurna, dan

pendidikan islam sangat berperan sekali untuk tugas itu. Sehingga murid-murid

Page 12: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

akan memiliki akhlak, moral yang luhur. Itulah yang membedakan pendidikan

islam dengan pendidikan lainnya.

Dengan demikian, apabila pendidikan islam memanfaatkan dan

mengembangkan alat/media pengajaran tersebut didalam pelaksanaan

pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang

materi yang didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak yang tinggi.11

C. STRATEGI PEMILIHAN MEDIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Strategi pengajaran merupakan pola umum untuk mewujudkan proses

belajar mengajar, dimana siswa dan guru terlibat didalamnya secara aktif. Pola

umum dapat juga disebut “model”. Model adalah “barang tiruan” dari gejala atau

hidup yang nyata. Pola umu atau model tidak mengandung semua aspek secara

lengkap dalam arti sebenarnya, akan tetapi hanya dalam garis besarnya saja,

sehingga memudahkan kita untuk mempelajari, meneliti dan menganalisasinya.

Beberapa model (pola umum) pengajaran dan penerapannya dalam bidang ilmu

pendidikan perlu dilihat dari komponen-komponen yang dimiliki oleh suatu

strategi, yakni dari segi :

a. Tujuan, yakni khusus dalam bidang ilmu pendidikan, baik dalm

bentuk instructional effect.

b. Siswa, yang melakukan kegiatan belajar terdiri dari siswa calon

guru, yang sedang dipersiapkan untuk menjadi tenaga profesional.

c. Materi pelajaran, bersumber dari ilmu pendidikan yang telah

dirancang dalam GBPP dan sumber masyarakat.

d. Logistik, sesuai dengan kebutuhan pendidikan dalam bidang

pengajaran, yang meliputi waktu, biaya, alat, kemampuan guru

yang relevan dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan bidang

ilmu pendidikan.

Model – model Pengajaran

11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Hal 212-213

Page 13: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

Berdasarkan pendekatan tujuan dan cara penyampaiannya, model pengajaran

dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yakni:

1. Model Interaksi Sosial (Sosial Interaction Model)

Model ini menitik beratkan pad ahubungan antara individu dengan

masyarakat atau dengan orang lain. Tekanannya pada proses realita sosial.

Konsekuensinya, model ini berorientasi pada priorias terhadap perbaikan

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain, perbaikan

proses-proses demokratis, dan perbaikan masyarakat.

Dalam model ini tercakup beberapa jenis strategi pengajaran:

a. Kerja Kelompok (Herbert Thel dan J. Dewey)

b. Pertemuan Kelas ( William Glaser)

c. Pemecahan masalah sosial (Byron Masilas)

d. Model Laboratorium (Methel Maine)

e. Model Pengajaran Jurisprudensi (Donald Oliver)

f. Bermain Peranan ( fannie Shaftel & George Shaftel)

g. Simulasi Sosial (Sarene Boocock)

2. Model Proses Informasi (Information Prossesing Models)

Model ini berorientasi pada kemampuan siswa memproses

informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan

tersebut. Beberapa model berkenaan dengan kemampuan siswa

memecahkan masalah, yang menitik beratkan pada kemampuan berpikir

produktif; tetapi ada pula yang berkenaan dengan kemampuan intelektual

umum.

Model proses informasi dilaksanakan dengan berbagai strategi pengajaran

sebagai berikut:

a. Mengajar Induktif (Hilda Taba)

b. Latihan inkuiri (Richard Suchman)

c. Inkuiri Keilmuan ( J. J. Schwab)

d. Pembentukan Konsep ( Jerome Bruner)

e. Developmental model (Edmund Sullivan)

Page 14: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

f. Advanced organizer model (David Ausubel)

3. Model Personal (Personal Models)

Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri

(selfhood). Diharapkan membantu individu –individu untuk

mengembangkan suatu hubungan produktif dengan lingkungannya dan

menjadikannya sebagai person yang mampu membentuk relasi-relasi

interpersonal yang lebih luas dan mampu memproses informasi secara

efektif.

Dalam kelompok ini terdapat beberapa strategi pengajaran, yaitu:

a. Pengajaran non directive (Carl Rogers)

b. Latihan kesadaran

c. Synectics

d. Sistem konseptual

4. Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavior Modification Models)

Model ini bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien

untuk memperurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku

dengan memanipulasi reinforcement.12

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pada dasarnya alat pendidikan itu adalah segala sesuatu yang digunakan

untuk membantu kelancaran proses pendidikan, baik alat sebagai metode

maupun alat sebagai sarana. Media pendidikan adalah alat, metode, dan tehnik

yang digunakan dalam ranga lebih mengekfektifkan komunikasi dan interaksi

antara pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah.

Karena bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan

ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka bidang ini telah

12 Hamalik Oemar, Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Hal

Page 15: Media Pengajaran dalam Pendidikan islam

ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta

memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah.

Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar

yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan

diciptakan oleh pendidik.

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis. 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia

Hamalik Oemar. 1998, Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan, Jakarta: Mandar Maju

Hamalik Oemar. 1980, Media Pendidikan, Bandung: Penerbit Alumni

Arshad Azhar. 2004 ,Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada