pengajaran agama islam bagi narapidana wanita di...
TRANSCRIPT
PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA
WANITA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN)
KELAS II A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Dian Hayati
1110011000073
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PEN GESAHAN SI(RIPS I
PENGAJARAN AGAMA ISLAN{ BAGI NARAPIDANA \YANITA DI
RUNTAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS II A PONDOK BANIBU
JAKARTA TIMUR
Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan (S.pd.l)
Oleh:
Dian Hayati
NIM: 1110011000073
Menyetujui,
Fembimbing
NIP. 1
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
2015
307 199803 tA02
LEMBAR PENGBSAHAN
Skripsi berjudul 'oPengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita DiRumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu JakartaTimur " disusun oleh Dian Hayati Nomor Induk Mahasiswa 1110011000073,diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan UIN Syarif HidayatullahJakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 26Januari 2015 di hadapan dewan pengrrji. I(arena itu, penulis berhak memperolehgelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agarra Islam.
Jakarta, 9 Februari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
I(etua Panitia (I(etua Jurusan PAI)
Dr.H.Abd@NIP. 19580707 198703 | 005
S ekretaris (S ekretarisJurusan,PAI)
Marhamah Saleh. Lc. MANiP. 197203i3 200801 2 0t0
Penguji I
Dr.H. M. Suparta. MANIP. 19540107 t98402 | 001
Penguji II
Heni Narendrani Hidayati. M. PdNIP. 19710512 t99603 2 002
Tanggal
,*r,, mt'l tl,rC/Agltlo,,U-
s 4r,,1-14f2
I
)
t4lq I eo i
NrP. 195504
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Alamat Kayu Tinggi RT 003/011 NO 110 Cakung Timur, JakartaTimur
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengajaran Agama rslam Bagi Narapidana
Wanita Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur adalah benar hasil karya
sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Bahrissalim M.Ag
NIP : 19680307 199803 I002
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 16 Januari 2015
Dian Hayati
1 1 1001 1000073
Pendidikan Agama Islam
Yang Menyatakan
i
ABSTRAK
Dian Hayati (NIM: 1110011000073). Pengajaran Agama Islam Bagi
Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A
Pondok Bambu Jakarta Timur.
Meningkatnya angka kriminalitas yang terjadi di Indonesia, maka mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengajaran agama Islam bagi orang
yang melakukan tindak kriminal. Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan
Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur untuk mengetahui
bagaimana pengajaran agama Islam yang akan diberikan untuk narapidana wanita
dan bagaimana program pengajaran agama Islam di RUTAN. Dalam penelitian ini
peneliti mengamati upaya RUTAN memberikan pengajaran agama Islam bagi
narapidana yang terdiri dari pengajar, materi dan pelaksanaannya. Dari hasil
pengamatan/ observasi dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengajaran agama
Islam bagi narapidana wanita di RUTAN diberikan oleh tim pengajar, dan segala
bentuk pelaksanaanya ditentukan oleh masing-masing tim pengajar. RUTAN
hanya memberikan sarana dan prasarana serta mengawasi selama pelaksanaannya
yaitu oleh Staf Bimker Kerohanian Islam. pelaksanaan pengajaran agama Islam
terlaksana dengan baik. Meskipun dari masing-masing tim pengajar berbeda
materi dan strategi dinilai banyak memberikan kesadaran beragama bagi
narapidana dan meningkatkan keimanannya untuk tobat. Dari hasil pelaksanaan
pengajaran agama Islam dilihat dari perubahan akhlak narapidana yang berubah,
baik melaksanakan peribadatan di RUTAN dan keseriusan untuk mengikuti
pengajaran agama Islam.selain dari observasi peneliti juga melakukan wawancara
kepada narapidana wanita tentang presepsi tim pengajar dalam melakukan proses
pengajaran agama Islam, baik dalam materinya dan pelaksanaannya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa persepsi tim pengajar dalam pelaksanaan pengajaran
agama Islam terhadap narapidana wanita adalah baik.
ii
ABSTRACT
Dian Hayati (NIM: 1110011000073). Teaching Islam For Women In Prison
Inmates State (Rutan) Class II A Pondok Bambu, East Jakarta.
Rising crime that occurred in Indonesia, it encourages researchers to conduct
research on the teaching of Islam for people who commit crimes. This research
was conducted at the State Prison (Rutan) Class II A Pondok Bambu, East
Jakarta to find out how Islamic religious instruction to be given to female inmates
and how to program the teaching of Islam in the crease. In this study, researchers
looked at the efforts crease provide Islamic religious instruction for inmates
which consists of teachers, materials and execution. From the observation /
observation can be seen that the implementation of the teaching of Islam for
women inmates at the detention center by the teaching team, and all forms of
implementation are determined by each teaching team. Rutan only provide
infrastructure and supervise over its implementation, namely by staff Bimker
Islamic Spirituality. implementation of Islamic teachings performing well.
Although from each team is different teaching materials and strategies assessed
much give religious awareness for prisoners and increase the faith to repent.
From the results of the implementation of Islamic teaching visits of inmates has
changed character change, either carry out worship in the crease and seriousness
to follow religious instruction Islam.selain of observations researchers also
conducted interviews to female inmates about the perception of the teaching team
in the process of teaching the Islamic religion, both in material and
implementation. It can be concluded that the perception of the teaching team in
the implementation of Islamic teachings against female inmates is good
iii
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan
beribu-ribu nikmat kehidupan, yang menjadi satu-satunya tempat bersandar bagi
hamba penghapus segala lara dan penyempurna kebahagiaan. Ya Allah.. hamba
bersujud kepada Mu telah menghantarkan nikmat perjalanan kuliah ini sampai
akhir kuliah ini, sungguh takkan pernah terjadi jika tanpa izin dan keridhoan yang
Engkau berikan.
Shalawat serta salam kepada sang revolusioner yang memberikan banyak
perubahan sebagai panutan untuk selalu menghidupkan kehidupan ini dengan
perjuangan yang tak kenal kata lelah yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW
tercinta beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi yang berjudul “Pengajaran Agama Islam Bagi
Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok
Bambu Jakarta Timur” peneliti sangat menyadari tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang terjadi, semua dilaksanakan harus dengan perjuangan yang selalu
dimotivasikan dengan kata-kata keep fighting by fighter dan militansi tanpa batas
dan perjalanan skripsi ini tidak akan terjadi tanpa keridhoan Allah SWT, do`a
Orang tua, orang tercinta, para sahabat, dan keikhlasan para dosen khususnya
dosen pembimbing dan obyek penelitian skripsi ini. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Drs. H. Madroji dan Dra Hj Hasnawati yang tak
pernah putus mendo`akan – siang dan malam, keridhoannya dan
keikhlasannya membesarkan putrinya dan memberikan arti kehidupan. ya
Allah berikanlah kebahagiaan dunia dan akhirat untuk keduanya,
sayangilah mereka yang menyangiku sepanjang masa.
2. Prof. Dr. Dede Rosada, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
3. Nurlena Rifa`I, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. H. Abdul Majid Khon. M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agma Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Marhamah Saleh Lc. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bahrissalim. MA. Dosen pembimbing yang penuh keikhlasan dalam
membimbing, membagi waktu, pikiran, dan tenaga. Kesabaran dalam
mengarahkan proses skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan saya sangat
berterima kasih beliau selalu tepat waktu dan komitmen
7. Sri Sulastri, Bc. I. P., S.H., M. Si. Kepala Rutan Kelas II A Jakarta Timur
yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di
RUTAN.
8. Muhammad Solihin selaku koordinator kerohanian Islam di RUTAN yang
selama proses penelitian selalu membimbing pelaksanaan penelitian ini
dan membantu proses penelitian skripsi peneliti.
9. Staf Bimker kerohanian Islam dan tim pengajar kerohanian Islam yang
sangat terbuka kepada peneliti selama proses penelitian ini.
10. Para Narapidana wanita yang memberikan banyak motivasi untuk selalu
belajar dan sabar, dan keterbukaan sebagai obyek observasi dan
wawancara.
11. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum UIN Jakarta dan Perpustakaan
Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Universitas Terbuka yang telah
memberikan fasilitas berupa kemudahan meminjam buku referensi skripsi.
12. Laki-lakiku motivator skripsi ini Rifki Arsilan yang memperjuangkan
menghalalkan wanitanya dan totalitas perjuangan judul, permohanan izin
skripsi, wawasan, dan fasilitas wawancara serta waktu yang telah
diberikan, semoga selalu diberikan kesabaran dan kebahagiaan di bahtera
keluarga kita.
13. Helena Marin, kakak kamar yang telah ikhlas memberikan sarana skripsi
peneliti, dan banyak memberikan motivasi skripsi peniliti.
v
14. Sahabat-sahabatku “WP” khususnya Serli, Winda, Ade, dan Untung
terima kasih atas kebersamaan yang telah diberikan, semangat, dan
dukungannya.
15. Keluarga KM UIN Jakarta yang memberikan banyak arti segala
perjuangan kehidupan menjadi mahasiswa “berani punya cita-cita berani
menderita”.
16. Sahabat-sahabat pejuangan PAI B, terima kasih atas kebersamaan,
dukungan, bantuan dan motivasi. Semua akan jadi kenangan indah.
17. Kahfi Motivator School yang memberikan motivasi-motivasi kehidupan
dan ilmu yang bermanfaat.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan yang sangat bermanfaat selama saya menjadi
mahasiswi dan skripsi ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazakumullah
Ahsanal Jazaa”. Semoga Allah melimpahkan pahala dan amal baiknya
diterima oleh Allah SWT.
Semoga skripsi ini dapat membawa manfaar bagi pembaca/ pengkaji dan bagi
penulis sendiri.
Amiin Ya Rabbal `Alamin.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ……….. .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 9
A. Deskripsi Teoritik .................................................................................... 9
1. Pengajaran Agama Islam ................................................................... 9
a. Pengertian Pengajaran ................................................................... 9
b. Pengertian Agama Islam ................................................................ 11
c. Tujuan Pengajaran Agama Islam ................................................... 13
d. Strategi Pengajaran ....................................................................... 14
e. Ruang Lingkup Pengajaran Agama .............................................. 15
f. Evaluasi Pengajaran ...................................................................... 20
2. Agama Bagi Manusia ........................................................................ 20
a. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ......................................... 20
b. Peran dan Fungsi Agama .............................................................. 21
c. Unsur – Unsur Keagamaan ........................................................... 22
3. Narapidana ......................................................................................... 23
a. Pengertian Narapidana .................................................................. 23
vii
b. Hukum Pidana .............................................................................. 23
c. Jenis Sanksi Pidana ...................................................................... 25
d. Pidana Menurut Agama Islam ...................................................... 27
e. Hak dan Kewajiban Narapidana ................................................... 28
f. Efektivitas Pidana Penjara ............................................................ 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan................................................................. 29
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 33
A. Latar Penelitian ...................................................................................... 33
B. Metode Penelitian .................................................................................... 33
C. Unit Analisis ............................................................................................ 34
D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 38
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 39
A. Temuan Penelitian.. ................................................................................. 39
B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ............................................... 52
BAB V KESIMPUAN, IMPLIKASI DAN SARAN .............................................. 64
A. Kesimpulan ……………......................................................................... 64
B. Implikasai ............................................................................................... 65
C. Saran ........................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lingkungan sosial pada zaman modern era globalisasi kemajuan
teknologi sangat bertumbuh pesat, kemajuan teknologi itu memberikan sisi positif
yang menjadikan kemajuan hidup lebih efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan, namun memberikan sisi negatif yang memberikan efek yang
berkepanjangan bagi masyarakat. Salah satu dampaknya adalah angka kriminalitas
meningkat dengan keberagaman aksi kekerasan di dalamnya baik dari perbuatan
individu maupun perbuatan kelompok yang mengakibatkan kerugian untuk orang
lain.
Angka kriminalitas yang meningkat, menyebabkan Lembaga Pemasyarakatan
atau Rumah Tahanan Negara sangat harus produktif dalam membina para
narapidana. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM
merubah pemaknaan narapidana sebagai warga binaan. Perubahan istilah warga
binaan tersebut dilakukan guna mensejajarkan hak setiap warga Negara Indonesia
baik yang hidup diluar lingkungan penjara maupun didalam wilayah
binaan/penjara, khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan
dengan harapan para pelaku kriminalitas itu dapat berinteraksi dengan masyarakat
serta merubah perilaku negatif setelah usai menjalani masa hukuman di Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) atau Rumah Tahanan Negara (RUTAN).
Mungkin, tidak pernah dalam benak kita terlintas mengenai hiruk pikuknya
kehidupan di suatu lembaga pemasyrakatan atau rumah tahanan, bahkan tidak
terlintas dalam benak kita untuk memikirkan dan membayangkannya. Termasuk
bukan suatu kesalahan dengan ketidaktahuan masyarakat bahwa adanya
pendidikan di dalam Penjara atau Rumah Tahanan Negara, dan bagaimana
pelaksanaan pengajarannya dalam membina narapidana. Karena banyak opini
masyarakat yang mengatakan narapidana adalah orang-orang yang jauh dari
agama yang mengakibatkan dirinya menjadi narapidana dengan kasus yang
2
diperbuatnya, seperti koruptor, pencemaran nama baik, penipuan, pelecehan
seksual dan sebagainya.
Tingginya angka kriminalitas itulah yang menyebabkan Penjara atau Rumah
Tahanan Negara diberbagai wilayah mengalami peningkatan jumlah narapidana
(napi). Seperti yang terjadi di Rumah Tahanan Pondok Bambu melebihi kapasitas
hunian 619 orang menjadi 1011 orang pada data tanggal 14/11/2014. Saat melihat
keadaan Narapidana di RUTAN dan mengetahui keadaan Narapidana dari
bincangan awal penelitian dengan Koordinator Kerohanian Islam menurut
peneliti, dari beberapa kasus kriminalitas tersebut tidak hanya diakibatkan karena
kondisi kemiskinan dari aspek struktural, namun aspek kultural mempunyai
pengaruh jauh lebih tinggi. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang
agama (aspek kultural) mempunyai andil besar dalam memicu tingginya
kriminalitas. 1
Dengan sendirinya, sebagai sebuah lembaga pembinaan yang dikonstruksi
secara sosial, penjara memiliki tanggung jawab yang tidak ringan dalam
menormalisasi kehidupan narapidana. Melalui penerapan mekanisme
pendisiplinan, Penjara atau Rumah dapat merubah narapidana menjadi manusia
(tubuh) patuh dan berguna. Sebab itu, disamping program pembinaan yang
mengarah pada pendisiplinan dan ketrampilan. Program pembinaan agama `mau
tidak mau` perlu diperhatikan, bahkan harus diutamakan. Pembinaan agama yang
dimaksud adalah program pemberian pemahaman agama yang dapat membentuk
pribadi narapidana sebagai manusia yang lebih baik dan berkualitas, serta mampu
mengimplementasikan nilai-nilai agama pada kehidupan pasca penjara.
Pembentukan agama untuk narapidana menjadi pondasi yang memberikan
mental dalam bermasyarakat agar narapidana dapat beradaptasi dengan
masyarakat setelah keluar dari penjara dengan akhlak yang lebih baik dari
sebelumnya. Bagi ajaran agama Islam masalah akhlak merupakan masalah yang
1 Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin) Jum`at 23 Agustus 2014,
pukul 09:30, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
3
penting setiap individu membutuhkan bekal pengajaran agama Islam yang
menjadikannya berakhalakul karimah.
Pengajaran agama Islam dilihat dari segi penanaman suatu pelajaran,
sebenarnya agama Islam bukan suatu mata pelajaran. Islam itu adalah suatu
agama diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang berisi ajaran
agama tentang tata hidup dan pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya (Allah SWT) dengan dirinya sendiri, dengan manusia
sesamanya, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati dan alam
semesta lainnya. Dengan demikian ruang lingkup pengajaran agama Islam itu luas
sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.2 Tidak keterbatasan ruang lingkup
termasuk di Rumah Tahanan.
Pengajaran agama Islam memberikan kontribusi yang sangat besar untuk
memberikan motivasi hidup lebih baik dengan akhlakul karimah. Karena secara
arti pada hakikinya manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna,
yang mempunyai akal pikiran untuk selalu bergerak dinamis dalam menjalani
proses setiap perjalanan hidupnya di dunia demi mencapai kebahagiaan dan
kesempurnaan hakiki di akhirat, sehingga menjadikan manusia bersifat sosial.
Manusia sosial yang baik dimiliki yaitu bermanfaat bagi manusia lainnya dengan
potensinya agar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Untuk mencapai
kebutuhan itu semua dapat diwujudkan dalam bentuk pengajaran yang
menekankan pada penguasaan wawasan agama pada penanaman jiwa atau sikap
keagamaan sehingga banyak tentang agama diketahui dan dipahami yang
mewarnai tingkah lakunya.
Pencapaian kebutuhan tersebut tidak hanya diwujudkan dengan pengajaran
tetapi juga dengan pendidikan, pendidikanpun tidak mempunyai persyaratan
tertentu dan tidak ada keterbatasan umur, usia pendidikan adalah seumur hidup
manusia. Pendidikan moral yang terpenting menjadikan manusia itu sendiri
menjadi beretika dalam hidupnya. Dalam pelaksanaan pendidikannya pun tidak
2 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Cet. 4, hlm 59.
4
mempunyai keterbatasan ruang lingkup. Seperti, pelaksanaan pendidikan
berlangsung dalam keluarga sebagai pendidikan informal, di sekolah sebagai
pendidikan formal, dan dimasyarakat sebagai pendidikan nonformal serta
berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia secara manusiawi3. Dan pendidikan juga sebagai bentuk
pengajaran di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang
mengajarkan tentang segala prilaku keagamaan, nilai kehidupan, dan mengajarkan
kematangan mental narapidana.
Oleh karena itu pendidikan di Rumah Tahanan Negara sangat tidak bisa
dipisahkan dengan masalah akhlak, kondisi tersebut menjadi Persoalan terpenting
yang harus dilihat oleh para pengajar sebagai mentransfer ilmu adalah prinsip
bahwa penggunaan metode dalam proses kependidikan Islam harus mampu
membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang
matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiaanya, sehingga tergambar dalam
dirinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam4.
Pemicu pendidikan agama Islam mempunyai tuntutan bagi narapidana di
dalamnya. Untuk efektif dan efisen dalam pelaksanaan pengajarannya dibutuhkan
pengajar yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikan yang bermoral
kearah tujuan yang di cita-citakannya. Pendidikan pengajaran agama Islam itu
tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki cara yang tepat untuk
mentransformasikannya kepada yang diajarkan. Ketidaktepatan dalam penerapan
metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan
berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma5.
Upaya pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara bagi Narapidana
untuk membina narapidan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan
dapat diterima kembali oleh masyarakat pasca penjara yaitu bukan hanya
3 Ary H. Gunawan, kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:Bina Aksara,1986),
hal 1.
4 Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafar Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005),
Cet.2, hlm 71.
5 Ibid, hlm 65.
5
pemberian hukuman, penanaman bakat dan ketrampilan, tetapi juga terdapat
pembinaan moral dan pengajaran kerohanian berupa pembinaan kesadaran
beragama guna menunjang jiwa keagamaan narapidana. Kegiatan pengajaran
agama para narapidana misalnya, kegiatan pengajian setiap harinya selalu
membaca Al-Qur`an yang dibimbing oleh pengajar yaitu beberapa ustad dan
ustadzah, serta diberikan tausiah-tausiah keagamaan yang berguna dan beberapa
program keagamaan yang berguna untuk menambah pengetahuan ilmu agama dan
memahaminya, setiap bulannya terdapat program-program keagamaan seperti,
khataman Al-Qur`an, hafalan Qur`an, pengajian kitab, dan sebagainya.
Pengajaran agama tersebut menjadi kontrol agama dalam dirinya yang
berperan dalam setiap tindakannya setelah selesai masa hukumannya, karena
upaya pengajaran agama di Rumah Tahanan sangat mengharapkan narapidana
dapat memahami berbagai teori ibadah dan tata cara pelaksanaanya. Dengan teori
tersebut narapidana secara sadar mampu melaksanakan ibadah secara baik, benar,
dan bagus, serta beretika dalam bermasyarakat. Walaupun terkadang masih ada
saja narapidana yang telah mendapatkan pengajaran agama Islam di Rumah
Tahanan Negara ketika bebas hukuman dan kembali di masyarakat, tidak
melaksanakan kewajiban agamanya seperti yang biasa dilakukan di rumah
tahanan Negara sebelumnya. Maka dari itu, pengajaran agama yang telah didapat
menjadi kontrolnya.
Seperti yang telah dipaparkan diatas, penulis menilai bahwa pengajaran
agama Islam sangat penting untuk diterapkan sebagai basis penguatan moralitas
individu setiap manusia baik dalam pendidikan formal maupun non-formal,
terlebih pada menggaris bawahi esensi dari diterapkannya hukuman bagi
masyarakat yang melanggar peraturan perundang-undangan untuk mengurangi
angka kriminalitas di Indonesia. Sebagai bentuk pengajaran agama Islam yang
dilakukan bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara adalah dengan memberikan
pengajaran keagamaan bagi narapidana. Karena walaupun narapidana adalah
pelanggar hukum, narapidana tetap mendapatkan haknya seperti yang ada di UU
No.12 Thn 1995-Pemasyarakatan Pasal (14) pada point (a), (b), dan (c) yaitu :
6
Narapidana Berhak:
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya,
b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani,
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.6
Dengan pengajaran agama tersebut, diharapkan para narapidana sadar akan
perbuatannya dan bertobat sehingga kembali pada jalan yang benar dan tegar
dalam menjalani kehidupan pasca penjara.
Ada beberapa hal yang mendorong mengapa wanita yang diteliti dalam hal ini,
bahwa yang menarik perhatian peneliti adalah kenyataan yang tak dapat
dipungkiri yaitu terdapat perbedaan antara wanita dan kaum laki-laki yang nyata
adalah secara bentuk fisik maupun dalam hal lemah lembut(sensistif). Namun
dalam kenyataan bahwa kejahatan yang dilakukan wanita sering terjadi walaupun
lebih besar kriminalitas dilakukan oleh laki-laki.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah
Tahanan Negara ini memiliki peranan yang sama seperti lembaga – lembaga
pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara lainnya yang ada di Indonesia, yang
berkaitan dengan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah
Tahanan Negara. Maka penulis mengambil judul skripsi sebagai berikut
“Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara
(RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur”
B. Identifikasi Masalah
Sejalan dengan judul penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka penulis menyajikan permasalahan yang muncul sehingga dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Tindak kejahatan sering terjadi di masyarakat..
6 Undang – Undang Pemasyarakatan. (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9
7
2. Pelaksanaan pengajaran agama Islam pada masyarakat dipertanyakan
karena meningkatnya angka kriminalitas.
3. Kurang memahami teori keagamaan dan menanamkan nilai-nilai agama
sehingga melakukan tindak pidana yang mengakibatkan menjadi
narapidana.
4. Efektifitas Rumah Tahanan kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur
meningkatkan pengajaran agama Islam sehingga berpengaruh bagi
narapidana wanita dalam kesadaran beragama.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan untuk lebih terarahnya penelitian ini,
maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengajaran agama Islam yang dimaksud adalah materi agama Islam untuk
menanamkan nilai-nilai agama Islam bagi Narapidana Wanita yang ada di
Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
2. Pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita yang dimaksud adalah
presentase pengajaran agama Islam memberikan efek jera bagi narapidana
wanita dan menjadi controlling untuk masyarakat yang dapat mengurangi
kriminalitas, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin
tinggi efektifitasnya.
3. Narapidana wanita yang dimaksud adalah narapidana wanita yang
mengikuti pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara (RUTAN)
kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur yang berjumlah 1011 narapidana
wanita, sedang yang menjadi subyek penelitian berjumlah 3 narapidana
karena rekomendasi yang diizinkan diteliti oleh Sub.Sie Keamanan dan
narapidana yang dipilih sebagai subyek penelitian oleh Koordinator
Kerohanian Islam
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
8
1. Bagaimana materi pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta
Timur?.
2. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita
di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta
Timur?.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana program pengajaran agama Islam di Rumah
Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi
Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A
Pondok Bambu Jakarta Timur
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis, sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menambah ilmu
pengetahuan tentang program pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan
Negara (RUTAN) kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
2. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran agama
Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas
II A Pondok Bambu Jakarta Timur.
3. Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk mengembangkan ilmu
pengajaran agama Islam terutama pada kesadaran beragama untuk
masyarakat dan narapidana.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengajaran Agama Islam
a. Pengertian Pengajaran
Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik yang
mendapatkan awal pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan
dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara, dan sebagainya)
mendidik. Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan dalam bahasa
Indonesia terdapat pula kata pengajaran. Kata ini sebagaimana dijelaskan
Poerwardaminta adalah cara (perbuatan dan sebagainya) mengajar atau
mengajarkan. Kata yang lain serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar
yang berarti memberi pengatahuan atau pelajaran.
Jika pengertian secara semantik, (kebahasaan) dari kata pendidikan,
pengajaran (education atau teaching) sebagaimana disebutkan diatas diperhatikan
secara seksama nampak bahwa kata – kata tersebut menunjukan pada suatu
kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menunjukkan adanya program,
sistem, dan metode yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau
pengajaran.1
Pengertian kata pengajaran selanjutnya adalah suatu aktivitas (proses) belajar
mengajar. Yang merupakan pepaduan dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan
aktivitas belajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik.
Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks
mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu
sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah menjadi
indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran itu akan berjalan baik.2
1 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005),
h. 4-5.
2 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta, 2004), h. 1 dan
4.
10
Pengajaran sering diartikan dengan kegiatan mengajar. Dalam arti yang lain
pengajaran diartikan telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara komponen
– komponen pengajaran khususnya antara guru dengan siswa antara siswa dengan
siswa, dan antara guru dan siswa dengan komponen lainnya. Oleh karena itu
pengajaran juga sering diartikan sama dengan kegiatan pendidikan.
Suatu pengajaran akan disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia
mampu mengubah peserta didik dalam arti luas serta mampu menumbuh
kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang
diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dapat
dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangannya.3 Selain itu ukuran
keberhasilan pengajaran adalah tercapainya komunikasi yang harmonis antara
guru dengan siswa. Indikator keberhasilan pengajaran lainnya adalah terjadinya
perubahan prilaku pada diri siswa, serta tertanamnya dalam diri siswa tentang
kebutuhan akan belajar serta manfaat belajar. 4
Berdasarkan pengertian diatas, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang
yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan pengarahan.
Dalam pandangan Islam, hakikat ilmu berasal dari Allah. Sedangkan proses
memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu dari Allah,
maka membawa konsekuensi perlunya anak didik mendekatkan diri kepada Allah
atau menghiasi diri dengan akhlak yang mulia yang disukai Allah, dan sedapat
mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah. Dalam hubungan ini.
Munculah aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa bagi seseorang yang
sedang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan
anugerah Allah. Hal ini dapat dipahami dari ucapan Imam Syafi`I sebagai berikut:
3 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta, 2004), h. 4.
4 Darwyn Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan agama Islam,(Jakarta:
Gaung Pesada Press,2007), h. 19.
11
Aku mengadukan masalah kepada guruku bernama Waki`, karena kesulitan
dalam mendapatkan Ilmu (sulit menghafal). Guruku menasehatiku agar menjauhi
perbuatan maksiat. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa ilmu itu cahaya, dan
cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang maksiat.5
b. Pengertian Agama Islam
Agama Islam adalah agama yang bersifat universal dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam (Rahmatan lil`alamin). Islam tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memberikan tuntutan bagaimana manusia
behubungan dengan sesamanya, dan bagaimana kedudukan manusia di tengah –
tengah alam semesta (QS 3:112).6
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
(berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.
Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang
demikian itu karena mereka mengingkari ayat – ayat Allah dan membunuh para
Nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka
dan melampui batas. (QS. Al – Imran: 112)7
Agama Islam adalah satu – satunya agama yang diturunkan Allah kepada
umat manusia. Allah Berfirman:
5 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005),
h. 132.
6 Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 37.
7 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 64.
12
“Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang –
orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena
kedengkian diantara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat – ayat Allah,
maka sungguh, Allah sangat cepat perhintungan –Nya” (QS. Al – Imran: 19)8
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah,
padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada – Nya (baik) dengan
suka maupun terpaksa, dan hanya kepada – Nya mereka dikembalikan (83).
Katakanlah (Muhammad), “kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak,
Ya`kub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para
nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda – bedakan seorangun diantara
mereka dan hanya kepada – Nya kami berserah diri” (84). Dan barang siapa
mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk
orang yang rugi (85). (QS: Al – Imran 83 – 85)9
Secara estafet melalui para Nabi dan Rasul – Nya sehingga sampai kepada
Nabi terakhir, Muhammad SAW sebagai penyempurna ajaran Islam
sebelumnya10
. Seperti yang di dalam firman Allah:
8 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 52.
9 Ibid.,h 61.
10
Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 41.
13
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang diantara kamu, tetapi dia
adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. Dan Allah mengetahui segala
sesuatu” (QS Al – Ahzab: 40).11
Dari beberapa pengertian pengajaran dan agama Islam tersebut penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengajaran agama Islam adalah suatu kegiatan, proses, dan
interaksi yang dibekali pengetahuan atau ilmu serta pembekalan akhlak mulia
yang secara sadar diberikan oleh pendidik kepada peserta didik guna menjadi
menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia, menjadi kekuatan spiritual
keagamaan, dan bermanfaat dengan ketrampilan yang berguna bagi Nusa dan
Bangsa.
c. Tujuan Pengajaran Agama Islam
Sebenarnya tujuan cakupannya amat luas. Di dalam tujuan tercakup berbagai
masalah, yaitu mencakup keinginan, proses, ramalan, dan maksud. Dengan
terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna diharapkan dapat
melaksanakan fungsi dan pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. Quraish
Sihab berpendapat bahwa kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan Al-Qur`an
(Islam) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjelaskan fungsinya sebagai hamba dan khalifah – Nya, guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata yang
lebih singkat dan sering digunakan oleh Al – Qur`an, untuk bertaqwa kepada –
Nya.12
11 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 423.
12
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005),
h. 104.
14
Tujuan tersebut memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan
sebaik – baiknya, yaitu melaksanakan tugas – tugas memakmurkan dan
mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.
2) Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di
muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga
tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan,
3) Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehinggga ia tidak
menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya, sehingga ia
memiliki ilmu, akhlak, dan ketrampilan semua ini dapat digunakan guna
mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Ciri – ciri diatas secara umum adalah manusia yang baik. Atas dasar ini, dapat
dikatakan bahwa pada hakikatnya sependapat bahwa tujuan umumnya ialah
terbentuknya manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah kepada Allah
dalam rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di muka bumi.13
d. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran merupakan penerjamahan filsafat atau teori mengajar
menjadi rumusan tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi –
situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik. Secara teoritik, ada juga
pandangan mengenai proses belajar mengajar, yang saling bertentangan antara
yang satu dengan yang lainnya.
1) Belajar penerimaan (reception learning). Pendukung utama pandangan itu
adalah Ausabel dan beberapa penganut behavioristik lainnya.
13 Ibid., h. 106.
15
2) Belajar penemuan (discovery learning). Pendukung utama pendekatan itu
adalah Piaget dan Bruner dan para penganut psikologi kognitif dan humanistik
lainnya.14
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan
dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan dan yang
membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia adalah
merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dan
dimana saja15
, sehingga menjadi sebuah kewajiban seperti yang ada di dalam kitab
Ta`lim Muta`lim tentang kewajiban belajar yaitu:
Ketahuilah, bahwa tidak diharuskan bagi setiap muslim menuntut segala
ilmu, tetapi yang diharuskan adalah menuntut ilmu Hal, sebagaimana dinyatakan
“ilmu paling utama adalah ilmu Hal”, dan perbuatan paling utama adalah
memelihara al -Hal”16
e. Ruang Lingkup Pengajaran Agama
Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasan pengajaran agama Islam yang
umum dilaksanakan sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri,
pembahasan dan pengelompokannya menjadi bidang – bidang studi yang
mungkin semakin banyak. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan
mengalami perubahan, karena wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah
14 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), cet ke4, h. 183.
15
Ibid., h. 154.
16
Ilmul-hal (= ilmu tingkah laku, ilmu keadaan / kondisi ) yang dimaksud disini adalah ilmu
pengetahuan yang selalu diperlukan dalam melaksanakan agama, yaitu ilmu Ushuluddin dan ilmu
Fiqih. Dua macam ilmu inilah tidak dapat diabaikan oleh setiap muslim/muslimah, karena ilmu
yang pertama akan membimbing kehidupan iman dan ruhaninya, sedang yang kedua akan
membimbing perbuatan jasmani dalam menunaikan tugas amanat agamanya (syaikh Ibrahim bin
Ismail, Syarah Ta`lim Muta`allim, hal4)
16
lagi. Pengajaran agama Islam yang umum dilaksanakan terdiri dari sejumlah mata
pelajaran; dua belas diantaranya akan dikemukakan berikut ini:
1) Pengajaran Keimanan
Iman berarti peracaya. Pengajaran keimanan berarti proses belajar – mengajar
tentang berbagai aspek kepercayaan. Ilmu tentang keimanan ini disebut juga
“Tauhid” (tauhid = keesaan). Dalam ilmu ini dibicarakan aqidah Islam, maka ilmu
ini disebut juga “Ilmu Aqidah” atau “Aqaid” (aqidah, jamaknya aqaid). Karena
yang dibicarakan dalam ilmu ini ialah masalah kepercayaan, keimanan kepada
wujud dan keesaan Allah, para ulama menganggap bahwa yang dibicarakan itu
merupakan prinsip agama – agama Islam. Tanpa beriman, orang tidak dapat
dianggap beragama. Karena itu, ilmu ini disebut juga “Ilmu Ushuluddin”
(Ushuluddin = pokok agama)17
.
2) Pengajaran Akhlak
Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk seseorang yang kelihatan
pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya). Dalam pelaksanannya, pengajaran ini
berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang
diajar berakhlak baik. Artinya orang atau anak yang diajar itu memiliki bentuk
batin yang baik menurut ukuran nilai ajaran agama Islam; dan bentuk batin ini
hendaknya kelihatan dalam tindak-tanduknya sehari – hari. Dalam bentuk yang
sederhana dapat dikatakan: supaya orang atau anak berakhlak baik atau terpuji
menurut ajaran agama Islam. Dengan demikian bidang studi ini dinamai
studi“Aqidah–Akhlak”18
.
3) Pengajaran Ibadat
Dalam pengajaran ibadat, ibadat pokok yang merupakan rukun Islam Tadilah
yang harus diajarkan. Pengajaran ibadat ini termasuk salah satu bagian dari
pelajaran Fiqih. Dibicarakan berbagai aspek ibadat itu, seperti bentuknya,
macamnya, caranya, waktunya, hukumnya, fadhilah atau hukumnya, dan
sebagainya. Dalam ruang lingkup pengajaran agama merupakan inti agama dan
17 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet4, h. 64 – 65.
18
Ibid., h. 70 dan 73.
17
diantaranya yang wajib dikerjakan setiap hari. Pekerjaan harian ini merupakan
cermin dari rasa keagamaan seseorang19
.
4) Pengajaran Fiqih
Dilihat dari segi pengamalan ajaran Islam, yang jelas pengajaran Fiqih ini
adalah pengajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan
praktek. Belajar Fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus
dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Bukan
sekedar teori yang berarti ilmu untuk ilmu. Lebih ekstrim lagi dikatakan ilmu
Fiqih untul diketahui, diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan
hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamlkan sehari-hari didahulukan
dalam pelaksanaannya, mulai dari pengajaran rendah20
.
5) Pengajaran Ushul Fiqih
Ushul Fiqih itu ialah suatu ilmu yang sangat berguna dalam pengembangan
syari`at (ajaran) Islam. Dengan mempelajari Ushul Fiqih, orang mengetahui
bagaimana hukum Fiqih diformulasikan dari sumbernya. Dengan itu, orang juga
dapat memahami apa formulasi itu masih dapat dipertahankan dalam mengikuti
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang, atau apakah ada
kemungkinan untuk direformulasika. Dengan demikian orang juga dapat
merumuskan hukum atau penilaian terhadap kenyataan yang ditemuinya sehari-
hari dengan ajaran Islam yang bersifat universal itu. 21
6) Pengajaran Qiraat Qur`an
Yang paling penting dalam pengajaran Qiraat Al-Qur`an ini ialah
keterampilan membaca Al Qur`an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun
dalam Ilmu Tajwid. Untuk dapat membaca dengan baik, tentu harus dapat
memahami bermacam irama yang dibicarakan dalam Ilmu Nagham. Sebelum itu
hendaknya sudah memahami dan dapat menggunakan berbagai tanda-tanda baca,
disamping sudah dapat membunyikan simbol-simbol huruf dan kata sesuai dengan
19 Ibid., h,74 dan 77.
20
Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet4, h.85
21
Ibid., h.88.
18
bunyi yang diucapkan oleh orang Arab. Kita mencontoh bunyi yang diucapkan
oleh orang Arab karena bahasa Al Qur`an itu adalah bahasa mereka.
7) Pengajaran Tafsir
Pengajaran tafsir ini bukan bukan berarti pengajaran “bagaimana menafsir”
tetapi apa dan bagaimana tafsirnya. Karena itu pengajaran ini bahannya ialah
kitab-kitab tafsir, atau buku-buku tafsir yang ditulis oleh pengarang yang
bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan atau kurikulum suatu
sekolah. Pengajaran Tafsir ini seharusnya berisi tafsir dari keseluruhan ayat Al
Qur`an. Tetapi karaena banyaknya bahan, meliputi keseluruhan dari ayat Al
Qur`an, mulai dari surat Al Qur`an, mulai dari surat Al Fatihah sampai dengan
surat An Naas menurut urutan Mushhaf Utsmani, sulit untuk diajarkan dalam satu
tingkatan sekolah. Apalagi kalau mengikuti tafsir yang ditulis oleh para
mufassirin besar, ada yang sampai lebih dari 30 jilid, dalam bahasa Arab lagi, sulit
untuk diajarkan dalam satu tingkatan sekolah.22
8) Pengajaran Ilmu Tafsir
Pengajaran Ilmu Tafsir berarti proses kegiataan belajar-mengajar yang berisi
bahan Ilmu Tafsir. Dalam pengajaran ini dibicarakan sejumlah teori atau ilmu
yang berhubungan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan untuk menafsirkan Al
Qur`an. Dengan memahami pengetahuan ini diharapkan agar orang dapat
menafsir Al Qur`an, sekurang-kurangnya mengerti akan cara para mufassirin
menafsirkan akan Al Qur`an setelah membaca buku-buku tafsir yang ada. Bahan
atau alat apa saja yang digunakan oleh para mufassirin dalam menafsirkan Al
Qur`an, dapat difahami.23
9) Pengajaran Hadis
Ruang l;ingkup pengajaran hadis ini sebenarnya bergantung pada tujuan
pengajarannya pada suatu tingkat perguruan yang dimuat. Yang jelas, semuanya
adalah pelajaran tentang teks dan pengertiannya, baik teks itu berasal dari ucapan
Nabi, atau ucapan para sahabat tentang Nabi. Isinya tentu ucapan Nabi, kehidupan
22 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet4, h.94.
23
. Ibid., h 97.
19
Nabi Muhammad SAW. Sejauh mana teks itu dibicarakan atau dibahs, bergantung
tentang tujuan pengajaran dan tingkatan perguruannya.24
10) Pengajaran Ilmu Hadis
Ilmu Hadis ialah sekelompok teori (ilmu) yang dapat digunakan untuk
mempelajari Hadis, baik dari segi wurudnya, dari segi matan dan maknanya, dari
segi riwayat dan riyahnya, dari segi sejarah dan tokoh-tokohnya, dari segi dapat
dianggap menjadi dalil atau tidaknya, dan dari istilah-istilah yang digunakan
dalam menilainya, ataupun dari segi syarat-syarat dan berbagai ketentuan dalam
memahaminya.25
Pengajaran ilmu Hadis artinya proses belajar-mengajar yang materinya beriisi
bagaimana menilai sesuatu teks Hadis untuk dijadikan sember hukum dalam
ajaran Islam. Apakah Hadis ini kuat dan memunahi syarat syarat untuk dijadikan
hujjah, baik dari segi matannya, maknanya, wurudnya, dalalahnya, atau tidak
dapak dijadikan hujja, baik karena lemahnya atau palsunya. 26
11) Pengajaran Tarikh Islam
Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran Tarikh islam sebenarnya
pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam. Sejarah ini merupakan salah satu aspek dari agama
Islam. Islam lahir dan terus berkembang melalui garis lintas sejarah. Islam hadir
dalam kehidupan di gelanggang sejarah sejak orang pertama mulai menganut
ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dilihat dari segi
kenyataannya, setiap peristiwa yang terjadi, tidak mungkin peristiwa itu terpisah
dari lingkungan yang melatarbelakanginya, tentu saja termasuk peristiwa
sejarah.27
12) Pengajaran Tarikh Tasyri`
24 Ibid., h. 103.
25
Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet4, h.. 104.
26
Ibid., h. 107.
27
Ibid., h 109.
20
Ruang lingkup Tarikh Tasyri` itu meliputi pemunculan dan pengukuhan
berlakunya ajaran (hukum) Islam dalam masyarakat. Dengan kata lain, sejarah
membentuk, mengembangkan dan memasyarakatkan ajaran Islam. Masanya
dimulai sejak Al Qur`an pertama kali diturunkan di Gua Hira`, sampai saat ini.
Tujuannya ialah agar setelah mempelajarinya, orang mengerti, memahami asal-
usul Syaria`at Islam, bagaimana perkembangannya, sejauh mana pasang surutnya,
mengapa sampai umat Islam itu terpecah menjadi golongan-golongan politik,
aliran-aliran mazhab yang fanatik. Kapan Ilmu Agama Islam itu disusun dan
untuk apa kaidah-kaidah ilmu agama itu disusun.28
f. Evaluasi Pengajaran
Program pengajaran agama dapat dipandang sebagai suatu usaha mengubah
tingkah laku dengan menggunakan pengajaran agama. Tingkah laku yang
diharapkan itu terjadi setelah mempelajari pelajaran agama dan dinamakan hasil
belajar dalam bidang pengajaran agama. Hasil belajar atau bentuk perubahan
tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu: pertama, aspek kognitif,
meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan
perkembangan ketrampilan atau kemampuan yang diuperlukan untuk
menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua, aspek afetif, meliputi bahan
perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga,
aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk tindakan
motorik.29
Jadi dari pengajaran Agama Islam bagi Narapidana memberikan hasil
belajar yaitu perubahan tingkah laku dari sebelumnya, bertambahnya ilmu agama
sehingga memberikan mental yang baik, kesadaran agama yang baik sehingga
menjadikan Narapidana berakhlakul karimah setelah keluar dari Rumah Tahanan
Negara (RUTAN).
28 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet4, h 116.
29
. Ibid., h.196-197
21
2. Agama Bagi Manusia
a. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Agama sebagai sumber nilai, sumber etika, dan pandangan hidup yang dapat
diperankan dalam kehidupan bermasyrakat dan berbangsa. Pemikiran ini
didasarkan pada alasan karena agama mengandung beberapa faktor, yaitu:
1) Faktor kreatif, yaitu ajaran agama dapat mendorong manusia melakukan kerja
produktif.
2) Faktor inovatif, yaitu ajaran agama dapat melandasi cita-cita dan amal
perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupan.
3) Faktor sublimatif, yaitu ajaran agama dapat meningkatkan dan mengkuduskan
fenomena kegiatan manusia, tidak hanya hal keagamaan, tapi juga berdimensi
keduniaan.
4) Faktor integratif, yaitu ajaran agama dapat mempersatukan sikap dan
pandangan manusia serta aktivitasnya baik secara individual maupun kolektif
dalam berbagai tantangan hidup.
Manusia butuh terhadap agama, selain karena agama menyediakan berbagai
faktor tersebut, juga karena keyakinan keagamaan menyebabkan pengaruh-
pengaruh positif yang luar biasa dipandang dari kemampuannya, mampu
menciptakan kebahagiaan atau memperbaiki hubungan-hubungan sosial atau
mengurangi, bahkan menghapuskan sama sekali kesulitan-kesulitan yang
sebelumnya tak terhindarkan di dalam sistem dunia ini. 30
b. Peran dan Fungsi Agama
Kebutuhan manusia terhadap agama semakin diperlukan dalam menjalani
kehidupan , mana kala manusia tersebut menghadapi masalah, kehilangan jati diri
dan dan arahan kehidupan, mendewakan materi yang tidak bisa sepenuhnya dapat
diatasainya seperti: kemerosotan moral, konflik sosial, stress, cemas, gelisah
gangguan keamanan, dan berbagai gejala penyakit sosial dan kejiwaan yang akan
30 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), cet 2, h, 37-38.
22
mempengaruhi pikiran dan perasaannya. Jelas tidak dapat diatasi dengan materi,
melainkan dengan kembali ke ajaran agama .
Peran dan fungsi agama, sebagaimana tersebut diatas, dijumpai pada semua
agama, baik agama yang diturunkan oleh Allah SWT. (agama samawi) maupun
agama – agama yang tergolong agama hasil renungan intiuisi manusia biasanya
disebut agama wadh`I (agama budaya). Dalam Islam, misalnya, agama berperan
sebagai hudan yakni pebimbing dan pemberi petunjuk; li yukhrijakum min al –
dzulumat ila al-nur (mengeluarkan manusia dari kegelapan jiwa kepada
pencerahan dan ketenangan jiwa) syifa (sebagai obat penawar jiwa yang tegang,
gelisah, dan cemas); rahmat (sebagai kasih sayang Tuhan atas keterbatasan
manusia); al-burhan (sebagai bukti kekuasaan Tuhan); basyiran (pemberi kabar
gembira), nadzira (sebagai pemberi peringatan), darn al-furqan (yang
memisahkan antara yang hak dan yang bathil), dan masih banyak lagi.31
Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran dan fungsi agama terkait erat
dengan peran dan fungsi memberikan landasan normatif (norma erat hubungannya
dengan akhlak, yaitu serangkaian perbuatan yang dinilai baik dan buruk oleh
Tuhan yang kemudian mempengaruhi tingkah laku manusia32
). Sehingga kita
sudah mengetahui bagaimana peran dan fungsi agama yang menjadi rambu-rambu
kehidupan manusia seperti bagaimana menjalankan perintahNya dan menjauhi
laranganNya dan itu membentuk bagaimana hubungan dengan TuhanNya, prilaku
kepada sesamanya dan kepada makhluk lainNya. Semua itu akan menjadi
tanggung jawab apa yang diperbuat dan akan dinilai oleh Tuhan yang
menciptakan manusia.
c. Unsur – Unsur Keagamaan
Dalam proses pencarian ajaran untuk dianut manusia yang berkembang
menjadi suatu kepercayaan atau agama. Ada yang timbul dan dianut oleh
sejumlah besar manusia, tetapi ada pula yang muncul dalam masa tertentu lalu
lenyap tanpa penganut.
31 Ibid., h, 39- 40.
32
Ibid., h, 41.
23
Contoh : pencarian Tuhan oleh manusia yang digambarkan pada kisah Nabi
Ibrahim As. mulanya ia melihat bintang-bintang dan mengira Tuhan adalah
bintang, kemudian bulan karena ia lihat lebih besar dan dahsyat (QS 6:74-79)
tetapi dengan kecerdasannya Ibrahim menyanggah pikirannya sendiri (QS 6:78).
Akhirnya ia berucap:
“sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang Menciptakan
langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benara, dan aku bukanlah
termasuk orang – orang yang mempersukutukan Tuhan” (QS Al – An`am :79).
Dalam proses pencarian itu kita perhatiakan segala keperacayaan itu selalu
mengandung unsur-unsur antara lain:
1) Adanya kepercayaan bahwa di luar kekuatan manusia ada kekuatan yang lebih
perkasa yaitu kekuatan ghaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada
kekuatan ghaib itu sebagai tempat memohon pertolongan. Manusia merasa
harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut dengan
mematuhi perintah – Nya dan menjauhi laranganNya.
2) Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan kebahagiaan
hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan
Ghaib tersebut. Tanpa adanya hubungan baik itu, manusia akan sengsara
hidupnya di dunia dan di akhirat.
3) Adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk
perasaan takut atau perasaan cinta. Selanjutnya respon itu mengambil bentuk
pemujaan atau penyembahan dan tatacara hidup tertentu bagi masyrakat yang
bersangkutan.
4) Paham adanya kudus (the sacred) dan suci, seperti Tuhan, Nabi, kitab suci,
tempat – tempat suci, tempat ibadah dan sebagainya. 33
33 Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h, 34-36.
24
3. Narapidana
a. Pengertian Narapidana
Istilah narapidana secara terminologi berarti orang yang sedang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan34
. Arti dari pidana itu
sendiri secara terminologi adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang
terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum
yang tetap35
. Dan pidana penjara (KUHP, 10) yaitu pidana yang berupa hilang
kemerdekaan seumur hidup atau sementara waktu yang harus dijalani narapidana
di lembaga pemasyarakatan.36
b. Hukum Pidana
Hukum pidana ialah peraturan-peraturan hukum yang berisi tentang kejahatan
dan pelanggaran yang digantungkan pada kepentingan umum . tujuan hukum
pidana ialah:
1) Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan tindak
pidana (delict) baik berupa kejahatan maupun pelanggaran. Fungsi ini disebut
fungsi preventif (pencegahan).
2) Untuk mendidik orang yang telah melakukan tindak pidana (delict) baik
berupa kejahatan maupun pelanggaran, agar setelah keluar dari lembaga
pemasyarakatan, dia menjadi orang yang baik berguna bagi masyarakat dan
Negara. Fungsi ini disebut fungsi represif (perbaikan).37
Tindak pidana pada hakikatnya adalah perbuatan yang melawan hukum, baik
secara formal maupun secara material. Untuk lebih jelas, berikut ini dikutipkan
beberapa ketentuan di dalam konsep (edisi Maret 1993)
Pasal 14: Tindak Pidana ialah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang oleh peraturan perundang – undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana.
34
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet 2, h, 107.
35
Ibid., 119.
36
Ibid., h, 121.
37
Hasanuddin AF, Pengantar Ilmu Hukum, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2003), h, 272.
25
Pasal 15: Perbuatan yang dituduhkan harus merupakan perbuatan yang dilarang
dan diancam dengan pidana oleh suatu peraturan perundangan – perundangan.
Agar perbuatan tersebut dapat dijatuhi pidana, perbuatan harus juga bertentangan
dengan hukum.
Pasal 16: Setiap tindak pidana dianggap selalu bertentangan dengan hukum,
kecuali ada alasan pembenar yang dijatuhkan oleh pembuat.
Pasal 17: Hakim harus selalu mengkaji apakah perbuatan yang dituduhkan itu
bertentangan dengan hukum dalam arti kesadaran hukum rakyat. Hasil
pengkajiannya harus dikemukakan sebagai bahan pertimbangan dalam
putusannya.
Pasal 14 s/d 17 Konsep 1993 itu, dalam konsep 2004-2008 dirangkum dalam
pasal 11 sebagai berikut:
(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang oleh peraturan perundang – undang dinyatakan sebagai perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana.
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang
dan diancam pidana oleh peraturan perundang – undangan, harus juga bersifat
melawan hukum – hukum yang hidup dalam masyarakat.
(3) Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada
alasan pembenar. 38
c. Jenis Sanksi Pidana
Jenis sanksi yang digunakan dalam konsep KUHP, terdiri dari jenis “pidana”
dan “tindakan”. Masing-masing jenis sanksi ini terdiri dari:
1) Pidana:
a) Pidana Pokok
(1) Pidana penjara.
(2) Pidana tutupan.
(3) Pidana pengawasan.
38 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 83-84.
26
(4) Pidana denda.
(5) Pidana Kerja sosial.
b) Pidana Tambahan
(1) Pencabutan hak – hak tertentu.
(2) Perampasan barang – barang tertentu dan tagihan.
(3) Pengumuman putusan hakim.
(4) Pembayaran ganti kerugian.
(5) Pemenuhan kewajiban ada.
2) Tindakan:
a) Untuk orang yang tidak atau kurang mampu bertanggung jawab (“tindakan”
dijatuhkan tanpa pidana) :
(1) Perawatan di rumah sakit jiwa.
(2) Penyerahan kepada pemerintah.
(3) Penyerahan kepada seseorang.
b) Untuk orang pada umumnya yang mampu bertanggung jawab (dijatuhkan
bersama-sama dengan pidana) :
(1) Pencabutan surat izin mengemudi.
(2) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana.
(3) Perbaikan akibat – akibat tindak pidana.
(4) Latihan kerja.
(5) Rehabilitasi.
(6) Perawatan di dalam suatu lembaga. 39
Menurut konsep hanya ada tiga kategori pengelompokan tindak pidana, yaitu:
a) Yang hanya diancam pidana denda (untuk delik yang bobotnya dinilai
kurang dari 1 tahun penjara).
b) Yang diancam pidana penjara atau denda secara alternatif (untuk delik yang
diancam dengan pidana penjara 1 – 7 tahun).
c) Yang hanya diancam dengan pidana penjara (untuk delik yang diancam
dengan pidana penjara lebih dari 7 tahun).
39 Ibid., h. 152 – 153.
27
No. BOBOT DELIK JENIS
PIDANA
KETERANGAN
1. Sangat Ringan Denda - Perumusan tunggal
- Denda ringan (kategori 1 atau 2).
2. Berat Penjaran dan
Denda
-Perumusan alternative
- Penjara berkisar 1 s/d 7 tahun
-Denda lebih berat (Kategori III – IV )
3. Sangat Serius -Penjara saja
-mati/penjara
-Perumusan tunggal atau alternatif.
-Dapat dikumulasikan dengan denda.
Namun demikian perlu dicatat, bahwa tetap dimungkinkan ada
“penyimpanan” dari pola tersebut, antara lain:
1) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang meresahkan masyrakat
ancaman pidananya akan ditingkatkan secara khusus dan sebaliknya dengan
alasan khusus dapat diturunkan ancaman pidananya.
2) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang dapat menimbulkan
keuntungan ekonomis / keuangan yang cukup tinggi, pidana penjara yang
diancamkan dapat dialternatifkan dan dikumulasikan dengan pidana denda.
3) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang dapat menimbulkan
“disparitas pidana” dan “meresahkan masyarakat” akan diancam dengan
pidana minimum khusus.40
d. Pidana Menurut Agama Islam
Pengertian pidana menurut agama Islam yaitu larangan-larangan agama yang
diancam dengan hukuman – hukuman had (yang telah ditentukan hukumannya).
40 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 155-156.
28
Adapun larangan-larangan adakalanya mengerjakan sesuatu perbuatan yang
dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan agama.
Suatu hukuman yang diancamkan kepada seorang pembuat pidana ialah agar
supaya orang banyak tidak melakukan sesuatu tindak pidana (jarimah), sebab
larangan atau perintah-perintah semata – mata tidak akan cukup. Meskipun
hukuman itu sendiri bukanlah merupakan suatu kebaikan, bahkan suatu
pengrusakan bagi sipembuat pidana itu sendiri, akan tetapi meskipun demikian
hukuman tersebut sangat diperlukan, oleh karena hal itu dapat membawa
keuntungan bagi masyarakat.
Disamping itu agama Islam menentukan pula bagi perbuatan – perbuatan
pidana suatu hukuman dunia, sehingga oleh karenanya diharapkan oleh agama
Islam kedua macam hukuman itu dapatlah hendaknya saling bekerja sama dalam
menumpas dan mencegah terjadinya suatu kejahatan atau pelanggaran ; dengan
cara menggunakan pencegahan secara agama dan kekuasaan, yakni dengan
ancaman dan hukuman.41
e. Hak dan Kewajiban Narapidana
Dalam Undang-Undang (UU) No.12 Tahun 1995 – Pemasyarakatan BAB III
(Warga Binaan Pemasyarakatan – Narapidana) Pasal 14 dan Pasal 15 , berbunyi:
Pasal 14 – Narapidana Berhak:
1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;
3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;
5) Menyampaikan keluhan;
6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya
yang tidak dilarang;
7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;
41 Badan Pembina Hukum Nasional (J.C.T Simorangkir, SH). Simposium Pengaruh
Kebudayaan / Agama Terhadap Hukum Pidana, (Bali: Binacipta, 1975), h. 60-61.
29
8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu
lainnya;
9) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);
10) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga;
11) Mendapatkan pembebasan bersyarat;
12) Mendapatkan cuti menjelang bebas;
13) Mendapatkan hak – hak lain sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
Pasal 15 – Narapidana Wajib :
(1) Narapidana wakib mengikuti secara tertib program pembinaan dan
kegiatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 42
f. Efektivitas Pidana Penjara
Efektivitas pidana penjara dilihat dari aspek perlindungan masyarakat dlihat
dari aspek perlindungan / kepentingan masyrakat, maka suatu pidana dikatakan
efektif apabila pidana itu sejauh mungkin dapat mencegah atau mengurangi
kejahatan. Jadi, kriteria efektivitas dilihat dari seberapa jauh frekuensi kejahatan
dapat ditekan. Dengan kata lain, kriterianya terletak pada seberapa jauh efek
“pencegahan umum” (general prevention) dari pidana penjara dalam mencegah
warga masyarakat pada umumnya untuk tidak melakukan kejahatan43
.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Sri Hesti Hardiyati dengan judul
“Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Di
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta”, menyimpulkan bahwa tugas
pembing dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja
yaitu memberikan contoh dan teladan kepada anak bimbing, memberikan
42 Undang – Undang Pemasyarakatan (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9 – 10.
43
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h.. 214.
30
pencerahan, pembimbing bertindak sebagai orang tua asuh yang mengawasi
anak – anak selama ada dalam panti, sebagai pendidik dan pengajr, serta menjadi
tempat bertanya dan pemberi nasihat.
Harapan masyrakat pada pembinaan akhlakul karimah ini agar bisa menjadi
orang yang berakhlakul karimah, mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam
kehidupan sehari-harinya.
Harapan masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja tentang tugas
pembimbing rohani Islam dalam membina akhlakul karimah remaja sesuai
dengan tugas pembimbing rohani yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu
Apus Jakarta menurut masyrakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja.
Persamaan dalam penelitian peneliti adalah bimbingan rohani kepada warga
binaan agar menjadi berakhlakul karimah yang membedakan adalah prosesnya
jika di penjara sebagai bentuk hukuman tindakan yang dilakukan untuk
menyadarkan warga binaan untuk kembali ke jalan yang benar dan diterima oleh
masyrakat sebagai pribadi yang berakhlak mulia.
2. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Novalian Kusumasari dengan judul
penelitian “Pengaruh Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Kesadaran
Beragama Narapidana (studi kasus di lembaga pemasyarakatan kelas II A
wanita, Tanggerang)” yaitu pelaksanaan pembinaan kerohanian Islam
Tanggerang terbentuk program pengajaran, pelatihan, dan pembinaan.
Terdapat pengaruh yang sangat signitifkan antara pembinaan kerohanian
Islam terhadap kesadaran beragama dikarenakan adanya pengaruh positif
pembinaan kerohanian Islam terhadap kesadaran beragama Narapidana,
materi sudah baik dan struktur sudah jelas. Namun yang perlu ditingkatkan
adalah penyadaran keagamaan bukan hanya sekedar pemberian materi, tetapi
demi meningkatkan kesadaran beragama Narapidana dalam melaksanakan
tugasnya sebagi hamba, maka perlu ditingkatkan dengan memberi
kesempatan Narapidana berbagi pengalaman spritualnya ataupun memberikan
kesempatan untuk memimpin sebuah pengajian.
31
Persamaan pada penelitian ini memberikan kerohanian islam untuk kesadaran
beragama narapidana dan memberi materi yang memberikan pengaruh positif
pada narapidana dengan program pengajaran, pelatihan dan pembinaan.
C. Kerangka Berfikir
Uraian diatas memberikan penjelasan bahwa pengajaran agama Islam sangat
berperan penting dalam kehidupan manusia untuk menjalani proses semasa
hidupanya, sebagai pembekalan hidup menjadi manusia yang selalu mengingat
bahwa dunia hanya sementara. Sehingga mengawasi koneksi antara hubungannya
dengan Tuhannya, hubungan sesamanya, serta kepada makhluk lainnya. Semua
itu karena agama Islam yang diberikan Allah SWT, yang didalamnya talah tertata
rapi ajaran yang beriisikan aturan – aturan dalam menjalani kehidupan.
Sehingga mengarahkan manusia yang menjalani sesuai agama akan menjadi
manusia yang berakhlak mulia dan sebaliknya, manusia yang tidak menjalani
sesuai ajaran agama Islam maka dia akan terjerat hukuman, baik di dunia dan di
akhirat. Sebagaimana hukuman yang ada di dunia yaitu hukum pidana bagi orang
– orang yang melanggar norma – norma yang berlaku di dunia dan tidak kasat
mata seperti korupsi, narkoba, menipu, dan sebagainya akan ditindak lanjuti
sebagai narapidana. Itu menunjukan adanya hukuman yang berlaku didunia,
sedangkan yang kasat mata hubungan dengan Tuhannya seperti tidak beriman,
munafik, dan tidak menjalani ibadah, maka hukuman tersebut akan didapatkan di
akhirat sesuai ganjarannya di yaumul kiyamah.
Hukuman tersebut sangat menekankan pada proses pengajaran agama Islam
yang mengarahkan selalu tertanam untuk bertaubat, kembali menjalankan
kewajiban sebagai makhluk ciptaan Tuhan, serta menjadi suri tauladan seperti
Nabi Muhammad SAW. Proses kemudian itulah menjadikan patokan pembinaan
bagi yang melanggar aturan – aturan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) atau
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Yang di dalamnya harus memberikan
pengajaran agama Islam bagi narapidananya dengan memberikan ilmu yang
positif supaya binaan menyadarkan kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya
agar selalu bertakwa, sehingga dapat meningkatkan kesadaran beragama bagi
32
narapidana, dan tak mengulangi kesalahan yang sama sehingga kembali kejalan
yang benar.
Oleh karena itu pengajaran agama Islam sangat menjadi ujung tombak untuk
kesadaran beragama, yang seharusnya menurunkan angka kriminalitas, minimnya
perbuatan buruk, serta mengkaji pedoman – pedoman kehidupan seperti Al –
Qur`an dan hadist sehingga akan menjadi pembiasaan ummat beragama dan
bertakwa. Namun masih banyak yang manusia yang terperangkap akan bujukan
syaithan, sehingga kita harus selalu membenahi diri untuk selalu menjadi pribadi
yang baik. Maka dari itu Pengajaran agama Islam bagi narapidana sangat penting
sebagai pembekalan hidupnya agar diterima masyarakat setelah dari binaannya.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat peneliti ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II
A Pondok Bambu Jakarta Timur, Jl Pondok Bambu Duri 1, Kelurahan: Pondok
Bambu, Kecamata: Duren Sawit, Kota Jakarta Timur 13430. Merupakan salah satu
fasilitas penahanan kota atau Negara bagian bagi mereka yang salah.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Juli sampai bulan Agustus 2014
melakukan penyerahan surat penelitian dari KEMENHUMHAM dan persutujuan
kepala RUTAN mahasiswa penelitian skripsi, panjajakan lapangan, serta mentor
untuk peneliti. Bulan selanjutnya merupakan waktu peneliti melakukan penelitian
lanjutan, yaitu menggali data dan mengenai program yang diangkat.
B. Metode Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif. Yaitu, penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa
yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data
yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan menurut jenis, sifat, atau
kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan.1 Penelitian ini
tentang pengajaran agama Islam bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas IIA
Pondok Bambu Jakarta Timur, oleh peneliti dipaparkan luar daerah, keadaan geografis,
banyaknya pegawai, banyaknya narapidana dan kegiatan narapidana, tim pengajar
kerohanian Islam, dan materi kerohanian Islam. Semua data dipaparkan secara lugas-apa
adanya, selanjutnya disusun laporan penelitiannya. Dari laporan tersebut, ada koordinator
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), cet15, h.3.
34
kerohanian Islam, Sub.Sie bimbingan kegiatan, dan tim pengajar kerohanian Islam yang
telah membuat sesuatu dalam pengajaran agama Islam bagi Narapidana dalam rangka
meningkatkan akhlakul karimah. Penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.2
Secara teknis, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Jakarta 2013.
C. Unit Analisis
Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi sampel.3 Subyek yang diteliti adalah narapidana yang berjumlah 3 orang
narapidana, dan obyek yang diteliti kegiatan pengajaran agama Islam. Sedangkan
yang dijadikan informan dalam penelitian adalah koordinator kerohanian Islam Rumah
Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II APondok Bambu Jakarta Timur dan tim pengajar
agama Islam untuk mendapatkan informasi.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu
metode. Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan
ditanyakan sebagai catatan, serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima, ini
disebut pedoman wawancara. 4Berikut ini pedoman observasi dan pedoman wawancara
penelitian pengajaran agama Islam bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas II A
Pondok Bambu Jakarta Timur.
2 Suharisimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 4.
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Alfabeta, 2011), cet ke12, h. 120
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), cet15, h.192.
35
Pedoman Observasi
No Obyek Observasi
1. Keadaan lingkungan Rumah Tahanan Negara
2. Fasilitas Rumah Tahanan Negara
3. Struktur Organisasi
4. Keadaan para Narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara
5. Jenis – Jenis Kegiatan Narapidana
Pedoman Wawancara
NO Obyek
Wawancara
Indikator Wawancara
1. Kasubsi 1. Bagaimana sejarah RUTAN kelas II A?
2. Bagaimana struktur organisasi di RUTAN?
3. Apa saja sarana prasarana dan fasilitas yang dimiliki
RUTAN Kelas II A?
4. Bagaimana keadaan narapidana wanita di RUTAN?
5. Apa saja bentuk kegiatan yang diberikan bagi narapidana
di RUTAN?
2. Koordinator
Kerohanian
Islam
1. Mengapa RUTAN memberikan pengajaran agama Islam
bagi narapidana wanita? Apa tujuan dan manfaatnya
bagi narapida wanita?
2. Siapa saja yang berwenang memberikan pengajaran
agama Islam di RUTAN?
36
3. Apa saja sarana dan prasarana yang tersedia dalam
menunjang pengajaran agama Islam di RUTAN?
4. Apa Saja Program Pengajaran Agama Islam yang
Diberikan?
5. Apa Kesulitan dalam Pelaksanaan Program Pengajaran
Agama Islam? Bagaimana cara mengatasinya?
3. Pengajar
Agama
Islam
1. Apa saja materi yang diberikan dalam pengajaran agama
Islam di RUTAN? Mengapa materi itu diberikan?
2. Apa saja aspek yang ditekankan dalam pengajaran agama
Islam di RUTAN?
3. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam di
RUTAN?
4. Pendekatan apa yang dipakai ketika proses pengajaran
berlangsung? Mengapa pendekatan tersebut digunakan?
5. Bagaimana interaksi antara pengajar dan narapidana
selama proses belajar mengajar berlangsung?
6. Apa saja kesulitan dan dalam pengajaran agama Islam?
mengapa hal tersebut muncul?
7. Bagaimana cara yang ditempuh dalam mengatasi
kesulitan dan hambatan tersebut?
1. Narapidana 1. Mengapa anda mengikuti pengajaran agama Islam?
2. Bagaimana menurut pendapat anda terhadap pengajaran
agama Islam yang diberikan oleh pengajar?
37
3. Bagaimana pendapat anda tentang materi yang diberikan
oleh pengajar?
4. Materi apa yang paling anda mengerti (faham) dan apa
yang paling anda sukai? Mengapa materi itu yang anda
fahami dan yang anda sukai?
5. Apa saja yang anda rasakan sebelum dan sesudah
mendapatkan pengajaran Agama Islam di RUTAN?
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara dengan dua macam
pedoman wawancara yaitu:
1. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar yang ditanyakan.
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai check-list.
Peneliti menggunakan wawancara dengan bentu “semi structured” dengan mengawali
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam lebih lanjut.
Sehingga jawaban diperoleh lebih lengkap dan mendalam. 5Wawancara ini dilakukan
dengan pihak yang telah ditentukan seperti Sub.Sie Pengelolaan, Sub.Sie Kegiatan,
Koordinator kerohanian Islam, tim pengajar agama Islam, dan Narapidana
.
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), cet15, h.270.
38
F. Teknis Analisis Data
Data hasil wawancara yang peneliti peroleh akan dianalisis dengan data deskriptif,
yaitu mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel secara sistematis, actual
dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti yang bersifat eksploratif dan mengambil
kesimpulan. 6
6 Suharsimi Arikunto…, h. 282.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Obyek Penelitan
a. Sejarah Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Jakarta Timur
Rutan Jakarta Timur berlokasi di Jalan Pahlawan Revolusi No. 38. Pondok
Bambu Jakarta Timur. Rumah Tahanan ini didirikan pada tahun 1974 oleh
Pemerintah Daerah (PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah
Tahanan ini ditujukan bagi para pelanggar Peraturan Daerah (PERDA) seperti tuna
susila, tuna wisma, gelandangan, dan pengemis.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03 tahun
1985 tanggal 20 September 1985 bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai
Rumah Tahanan Negara Klas IIA yang fungsinya adalah rumah tahanan negara
yang diperuntukkan untuk tahanan yang diduga melakukan pelanggaran hukum.
Pada awal berdirinya Rutan Jakarta Timur memiliki kapasitas penghuni berkisar
kurang lebih 504 orang.
b. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara kelas II A Jakarta Timur
Struktur Organisasi
RUTAN Kelas IIA Jakarta Timur
KEP. MEN. 10.M.04.PR.07.03 Tahun 1985
1) Kepala RUTAN
Sri Susularti, Bc.I.P, SH.M.Si
NIP. 196807241991032001
2) Kesatuan Pengamanan Rutan
Yuliana. Amd.IP,SH
NIP. 197907072000122001
40
3) Sub Sie. Pelayanan Tahanan
Ari Budiningsih, Amd.IP,SH
NIP. 197501221997032001
4) Sub Sie. Bimbingan Kegiatan
Yeyen, Amd.IP,SH.MH
NIP. 197701211999022001
5) Sub.Sie Pengelolaan
Sigiyati, SH.M.Si.
NIP. 196409301991032001
PETUGAS PENGAMANAN
Regu : A
Regu : B
Regu : C
Regu : D
Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 12 Tahun 1995
tentang pemasyarakatan, Rutan Klas IIA Jakarta Timur mempunyai tugas pokok
memberikan pelayanan dibidang penahanan untuk kepentingan penyidikan dan
pemeriksaan di sidang Pengadilan.
1) Ruang Lingkup :
a) Penerimaan, Pendaftaran dan Penempatan
b) Perawatan Kesejahteraan
c) Bantuan Hukum dan Penyuluhan
d) Bimbingan Kegiatan
e) Kamtib
41
Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur dipimpin oleh seorang Kepala Rutan
yang membawahi sebagai beberapa Sub.Sie yaitu :
2) Sub.Sie Pengelolaan, terdiri dari :
a) Unit Kepegawaian
b) Unit Keuangan
c) Unit Perlengkapan
d) Unit Bangunan
3) Sub.Sie Keamanan, terdiri dari :
a) Keamanan
b) P2U
c) Regu Jaga
4) Sub.Sie Pelayanan Tahanan, terdiri dari :
a) Unit Registrasi
b) Poliklinik
c) Bantuan Hukum
d) Perawatan Makanan atau Dapur
5) Sub.Sie Bimbingan Kerja, terdiri dari :
a) Unit Bimbingan Rohani
b) Unit Bimbingan Jasmani
c) Kegiatan Keterampilan
d) Perpustakaan
KEADAAN PEGAWAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
NO PENDIDIKAN JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 S2 1 5 6
2 S1 19 29 48
3 D3 0 6 6
4 SLTA 63 83 146
5 SLTP 1 0 1
J U M L A H 84 123 207
42
Berdasarkan Golongan Ruang
NO GOLONGAN JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 IV 0 2 2
2 III 46 68 114
3 II 38 53 91
4 I 0 2 0
J U M L A H 84 125 207 Berdasarkan Pembagian Tugas Pegawai
NO BIDANG USAHA JUMLAH
11. TATA USAHA 3
22. SUB SEKSI PENGELOLAAN 28
33. SUB SEKSI BIMBINGAN KEGIATAN 25
44. SUB SEKSI PELAYANAN TAHANAN 38
55. KESATUAN PENGAMANAN RUTAN 113
J U M L A H 207
c. Sarana dan Prasarana Rumah Tahanan Negara Kelas II A Jakarta Timur
Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur memiliki sarana dan prasarana
pendukung dalam melaksanakan tugas-tugas baik tugas perkantoran maupun tugas
pelayanan dan pembinaan baik kepada masyarakat dan warga binaan
pemasyarakatan. Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur memiliki bangunan
dengan tingkat pengamanan ,Maksimum security di antaranya :
1) Bangunan Perkantoran
2) Paviliun hunian
3) Bangunan tempat ibadah
4) Bangunan poliklinik
5) Bangunan dapur
6) Pos Menara
7) Halaman parkir
43
Rutan Klas IIA Jakarta Timur berdiri di atas tanah seluas ± 14.586 m2 yang
berstatus hak pinjam pakai dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terdiri dari
Gedung perkantoran, perumahan dinas, garasi kendaraan, 5 (lima) paviliun hunian, 1
(satu) Paviliun Karantina, dan 1 (satu) paviliun isolasi.
Paviliun hunian terdiri dari :
a) Paviliun Anggrek : merupakan paviliun bagi penghuni wanita dengan kasus
pidana kriminal. Dengan luas bangunan 794 m2 (1 lantai) dengan kapasitas 18
kamar dan tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 8 (delapan) orang.
b) Paviliun Bogenvile : merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang
berusia lanjut dan warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor
Rutan ( Tamping).
c) Paviliun Cendana dan Dahlia : Paviliun Cendana, merupakan paviliun bagi
penghuni Narkotika/Psikotropika dan paviliun Dahlia merupakan paviliun bagi
penghuni kriminal umum dengan luas bangunan 508 m2 (2 lantai) dengan
kapasitas paviliun Cendana sebanyak 13 ( tiga belas ) kamar dan kapasitas
paviliun Dahlia sebanyak 15 (lima belas) kamar. Kamar 1 s/d kamar 12 tiap-tiap
kamar memiliki kapasitas 10 (sepuluh) orang dan kamar 13 s/d 15 tiap-tiap
kamar memiliki kapasitas 2 (dua) orang.
d) Paviliun Edelweis : merupakan paviliun bagi penghuni kasus pidana khusus
(Narkotika/psikotropika). luas bangunan 439 m2 (2 lantai) dengan kapasitas
kamar 27 (dua puluh tujuh) kamar, tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10
(sepuluh) orang.
e) Paviliun Kenanga, merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang dipilih
untuk membantu pekerjaan kantor Rutan (tamping) . Luas bangunan 100 m2 (1
lantai) dan memiliki 4 (empat) kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 6
(enam) orang.
f) Paviliun Isolasi, diperuntukan bagi penghuni yang melakukan pelanggaran tata
tertib dengan luas 36 m2 (1 lantai) memiliki 5 (lima) kamar. Tiap-tiap kamar
memiliki kapasitas 3 (tiga) orang.
Rutan Jakarta Timur sedang melakukakan pembangunan baik gedung
perkantoran maupun gedung hunian yang dilaksanakan dengan bekerjasama dengan
44
Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang direncanakan akan selesai pada tahun
2007/2008. Akan tetapi proyek tersebut tidak dapat dilanjutkan/dihentikan dengan
adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang.
Pemerintahan Daerah pasal 155 ayat (1) dan Ayat (2) yang menegaskan bahwa
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari
dan atas beban APBD dan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban APBN.
“Berdasarkan hasil wawancara dengan Sub. Sie Pengelolaan Pak Sugianto Sarana
Prasarana ada perkantoran dan warga binaan pidanaan. Kalau kantor meliputi
meja, kursi, komputer, ATK. Sedangkan warga binaan yaitu blok, kamar mandi,
tv, kipas angin, pembuangan air (wc), matras. Dan jika ada yang rusak RUTAN
yang menangani sendiri. Sarana semua rata tidak ada kelas-kelas kamar mandi
hanya 1 disetiap kamar, kalau yang ada diberitakan itu terlalu berlebih-lebihan
mengatakan ada yang berbeda kamarnya.
Kalau untuk sarana prasarana kantor ada barang milik Negara yang harus
dilaporkan setiap semester atau tahun. Barang habis pakai seperti persediaan
kantor, sabun, sapu itu ada di kantor dan WBP disediakan. Bahkan kalau belum
ada anggaran kita sisihkan untuk WBP yang perlu odol dan sabun, seragam yang
khusussnya dipekerjakan disini yaitu para tamping diberikan seragam dan
perlengkapan sendiri. Semua ini dibawah tugas pengelolaan.” 1
1 Wawancara dengan Unit Perlengkapan (Bapak Sugianto), Jum`at, 14 November 2014, pukul
10:13 di Kantor Sub. Sie Pengelolaan
45
d. Keadaan Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas II Jakarta
Timur
Hari / Tanggal : Jumat, 14/11/2014
Kapasitas Hunian : 619 Orang
Jumlah Isi : 1011 Orang
NARAPIDANA TAHANAN LAIN-LAIN TAHANAN/NAPI
WILAYAH
B I: 570 Orang A I: 37 Orang Anak Negara: 0
Orang
Jakarta Barat: 299
Orang
B IIA: 310 Orang A II: 94 Orang Anak Sipil: 0
Orang
Jakarta Pusat: 265
Orang
B IIB: 0 Orang A III: 254 Orang C: 0 orang Jakarta Selatan: 139
Orang
B III: 1 Orang A IV: 13 Orang Anak Bawaan:
11 Orang
Jakarta Timur: 87
Orang
Hukuman Mati : 0
Orang
A V: 8 Orang Jakarta Utara: 119
Orang
Hukuman Seumur
Hidup: 2 Orang
Tahanan Militer :
1 Orang
Lain-lain :102 Orang
Tahanan Anak:
1 Orang
Anak Didik
Pemasyarakatan:
0 Orang
Jumlah: 604 Orang Jumlah: 407
Orang
Jumlah: 11
Orang
Jumlah: 1011 Orang
46
JENIS
KEJAHATAN
NARAPIDANA TAHANANAN MUTASI
Mata Uang 3 Orang 6 Orang Tahananan /
Napi baru
0 Orang
Perjudian 4 Orang 20 Orang Pindah ke
Lapas lain
0 Orang
Pembunuhan 3 Orang 3 Orang Bebas Demi
Hukum
0 Orang
Pencurian 17 Orang 36 Orang Bebas dari
Tuntutan
0 Orang
Perampokan 1 Orang 1 Orang Bebas Biasa 0 Orang
Penipuan 31 Orang 41 Orang Cuti
Bersyarat
1 Orang
Narkotika 459 Orang 230 Orang Penetapan
Hakim
0 Orang
Korupsi 6 Orang 15 Orang Penangguhan
Penahanan
76 Orang
Kepabeanan 1 Orang 0 orang Penahanan
Rumah /
Kota
27 Orang
KUHP/ Pidana/
Kriminal
(Umum)
0 Orang 0 Orang Dipinjam dari
Instansi lain
0 Orang
Teroris 0 Orang 0 Orang RS di luar
LAPAS
4 Orang
Perlindungan
Anak
5 Orang 4 Orang Pembebasan
Bersyarat
0 Orang
Kehutanan 0 Orang 0 Orang Cuti
Menjelang
Bebas
0 Orang
47
Hak Cipta 0 Orang 0 Orang Asimilasi 1 Orang
Kekerasan
dalam Rumah
Tangga
2 Orang 1 Orang Meninggal
Dunia
0 Orang
Senjata Tajam/
Senjata Api/
Bahan Peledak
0 Orang 0 Orang Melarikan
Diri
0 Orang
Subversi 0 Orang 0 Orang
Migas 0 Orang 0 Orang
Senjata Tajam/
Senjata Api/
Bahan Peledak
0 Orang 0 Orang
Hunman
Traficking
5 Orang 6 Orang
Perlindungan
Konsumen
0 Orang 0 Orang
Dalam Jabatan 0 Orang 0 Orang
Penggelapan 49 Orang 28 Orang
Penadahan 0 Orang 2 Orang
Psikotropika 1 Orang 0 Orang
Pembalakan
Liar
1 Orang 0 Orang
Penggandaan 0 Orang 0 Orang
Keimigrasian 0 Orang 0 Orang
Pelanggaran
Lalu Lintas
0 Orang 0 Orang
Memeras /
Mengancam
0 Orang 0 Orang
Perbankan 1 Orang 0 Orang
Kenakalan 0 Orang 0 Orang
48
Kekerasan
Terhadap
Wanita dan
Anak
0 Orang 0 Orang
Perikanan 0 Orang 0 Orang
Pencucian
Uang
1 Orang 0 Orang
Kesehatan 1 Orang 0 Orang
Cukai 4 Orang 0 Orang
Lain- lain 9 Orang 14 Orang
KEWARGANEGARAAN JENIS KELAMIN JENIS UMUR
WNI 995 Orang Laki-Laki 0 Orang Anak-Anak 6 Orang
WNA 15 Orang Perempuan 1010 Dewasa 994 Orang
Lansia 10 Orang
e. Jenis Kegiatan Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Jakarta Timur
Kegiatan Narapidana wanita dibawah tanggung jawab oleh Sub. Sie Bimbingan
Kegiatan. Yaitu:
1) Pembinaan Kepribadian
Pembinaan kerohanian yang terdiri dari :
a) Agama Islam
b) Agama Kristen
c) Agama Budha
2) Pembinaan Pendidikan dan Perpustakaan
Yang terdiri dari:
a) Latihan Bahasa Inggris
b) Olah Raga
c) Senam rutin yang diadakan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat
d) Senam BL yang diadakan setiap hari Senin sampai hari Kamis
49
e) Bulu Tangkis
f) Bola Volley
g) Tenis Meja
h) Kesenian
i) Vocal Group
j) Tarian
3) Pembinaan Kemandirian
Yang terdiri dari:
a) Mote
b) Salon
c) Melukis kaca
d) Kreasi tas
“ Berdasarkan hasil wawancara dengan Sub.Sie Bimbingan Bu Yeyen,
Kegiatan Pembinaan kepribadian menyangkut mengenai pendidikan warga
binaan yang ada di RUTAN tapi di sini sangat fokus pada pembinaan
kerohanian yaitu pembinaan kepribadian. Pendidikan saat ini, dulu ada anak –
anak dirutan tapi sudah di pindahkan ke LAPAS Salemba. Jadi, sementara ini
kita isi hanya membaca buku-buku yang ada di perpustakaan jadi dialahkan
kesana, lalu ada penyuluhan, pelatihan-pelatihan dan bekerja sama dengan
pihak luar. Jadi masalah pendidikan, diarahkan ke kegiatan disana.
Pelatihan kerja yang diharapkan warga binaan saat keluar bisa mandiri tidak
kembali kemasa lalunya dan punya keahliaan sehingga saat keluara bisa
dipraktekkan dan usaha buat yang bersangkutan. Pembinaan kemandirian ini
lebih ke arah produksi Seperti: salon, mute, jahit, dan kerajinan tangan.”2
2 Wawancara dengan Ketua Sub. Sie. Bimbingan Kegiatan (Ibu Yeyen), Jum`at 14 November
2014, pukul 10:48, di Kantor Sub. Sie Bimbingan Kegiatan.
50
2. Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Dalam Memberikan Pengajaran
Agama Islam Bagi Narapidana Wanita
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Jakarta Timur memberikan
pengajaran agama Islam itu karena sudah ada program dari RUTAN. Program
pengajaran RUTAN Pondok Bambu itupun sudah diketahui dari mulai Dirjen, Dirokrat
Pemasyarakatan, dan Kantor Wilayah artinya bahwa setiap narapidana berhak
mendapatkan suatu pengajaran diantaranya adalah kerohanian Islam. dan kegiatan
Pengajaran Agama Islam di RUTAN diberikan pada setiap hari senin – jum`at yang
dimulai dari pukul 9:20- 11:30 kemudian shalat dzuhur dan dilanjutkan 13:30-15:00.
a. Tujuan dan manfaat Bagi Narapidana Wanita
Tujuan pengajaran agama Islam yaitu terbinanya seluruh potensi manusia secara
sempurna diharapkan dapat melaksanakan fungsi dan pengabdiannya sebagai
khalifah di muka bumi. RUTAN memberikan pengajaran agama Islam untuk
menumbuhkan kembali ketakwaan kepada Allah SWT, meningkatkan keimanan dan
serta menjadikan berakhlakuk karimah agar kelak dapat diterima dimasyarakat dan
bermanfaat.
“Pernyataan diatas berdasarkan hasil wawancara oleh Koordinator Kerohanian
Islam Bapak Solihin: adanya kerohanian Islam ini mereka akan segera sadar
dan tidak akan mengulangi perbuatan yang di masa lalu. Tujuan dan
manfaatnya yaitu yang tadinya mungkin diluar yang ibadahnya mungkin tidak
sepenuhnya (full) sekarang lebih konsentrasi dan mereka lebih banyak
mendekatkan diri dengan Maha Pencipta jadi diharapkan demikian mereka tidak
menimbulkan rasa suatu tekanan bathin di RUTAN. Lalu Kalau orang yang
beragama mereka akan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yaitu Allah
SWT.”3
b. Pengajar Agama Islam di RUTAN
Kegiatan pengajaran agama Islam di RUTAN diberikan oleh pengajar yang
tidak bisa diajarkan oleh pengajar yang tidak berdasarkan prosedur, sampai saat ini
3 Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin), Jum`at, 21 November
2014, 11:14, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
51
sudah ada Sembilan pengajar yang sudah terpercaya dan berpengalaman dalam
pengajaran agama Islam dan pembinaan bagi narapidana.
Pernyataan diatas berdasarkan peneliti melakukan observasi dengan mengikuti
pengajian setiap hari senin dan jum`at. Serta berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Solihin sebagai Koordinator Kerohanian Islam: Secara prosedurnya bukan
kita yang meminta walaupun ada peraturan setiap narapidana berhak mendapatkan
ketrampilan, pengajaran agama contohnya dari KEMENAG atau yayasan lain.
Mereka mempunyai program dari kesatuannya untuk memberikan pengajaran
Agama Islam. Jadi mereka datang ke RUTAN dan membawa proposal serta tujuan
dari kegiatan mereka yang akan diberikan untuk narapidana yaitu tentang
pengajaran agama Islam. sekarang sudah ada 9 (Sembilan tim) yaitu: Kementrian
Agama (KEMENAG) RI, Korps Dakwah Islam (KODI), ESQ, Masjid Al-Azhar,
Istiqlal, Dewan Muklimat Dakwah, Thoifah, Nurul Iman, dan Asiyah Jakarta.”4
c. Sarana dan Prasarana Pengajaran Agama Islam di RUTAN
Sarana dan Prasarana bisa menunjang saat berlangsung kegiatan pengajaran
agama Islam, di RUTAN ini sarana prasarana yang diberikan untuk kerohanian
agama Islam yaitu Masjid. Kegiatan yang menyangkut ajaran agama Islam selalu
diaksanakan di Masjid.
d. Program Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita
Program dalam pelaksanaan pengajaran agama Islam sangat memberikan
pelaksanaan pengajaran agama lebih efektif dan efisien. Dan meningkatkan inovasi
pengajaran agama Islam sehingga di RUTAN pun sangat memberikan manfaat
pengajaran agama Islam bagi narapidana yang sangat membutuhkan bimbingan
ajaran agama Islam untuk mengarahkan mereka ke jalan yang lebih baik. Dan ini
program-program pengajaran agama Islam berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan kordinator korihanian agama Islam Bapak Sholihin
4 Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin), Jum`at, 21 November
2014, 11:18, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN
52
1) Rutinitasnya programnya yaitu pada hari senin sampai jumat yang dimulai dari
jam 9.20 – 11.30 dan dilanjutkan 13:20 – 15:00. Setiap hari kamis malam
jum`at ada Yasinan dan Tahlil dan penceramah dari luar RUTAN.
2) Acara santunan anak yatim sudah 2x dalam 2 priode pimpinan KA RUTAN
dengan sponsor dari yayasan dan para petugas-petugas RUTAN.
3) Pada bulan Ramadhan yaitu lomba Asmaul Husna yang diselenggarakan oleh
Tim Pengajar ESQ.
4) Pesantren Kilat serta pelatihan ilmu Fiqih (tata cara mengurusi mayat) yang
diselenggarakan oleh Kementrian Agama (KEMENAG)
.- Pengajian privat masing-masing oleh pengajar. Karena tidak semua mempunyai
dasar cara baca Al-Qur`an dengan baik, pendidikan agama yang baik. Jadi
dikategorikan oleh tim pengajar mempunyai catatan sendiri, dan WBP
membaca Iqra` kepada WBP yang menjadi tamping dengan tujuan bisa
efektif.”
B. Pembahasan
Pelaksanaan Pengajaran Agama Islam bagi Narapidana Wanita
Pelaksanaan pengajaran agama Islam merupakan kewajiban yang harus
diberikan oleh Rumah Tahanan Negara atau Lembaga Pemasyarakatan kepada
narapidana yang ada di dalamnya karena itu adalah hak narapidana seperti yang ada
di pasal 14 poin C “Narapidana berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran”,
selain itu pengajaran agama Islam juga menanamkan nilai – nilai agama Islam yang
menjadi pedoman hidupnya sehingga dapat mengurangi angka kriminalitas serta
efek jera.
Pada bagian ini, peneliti menjelaskan dan menjawab apa yang sudah peneliti
temukan dengan data yang telah diperoleh baik dari wawancara, observasi dan
dokumentasi yang peneliti lakukan.
Peneliti menemukan bahwa pengajaran agama Islam di RUTAN untuk
narapidana sangat ditentukan oleh tim pengajar. Seperti materi dan tujuan materi itu
diberikan, pelaksanaan pengajaran dan pendekatan, serta program pengajaran agama
53
Islam. karena RUTAN-pun sangat terbuka dengan tim pengajar, sehingga tim
pengajar sangat berperan penting untuk tercapainya tujuan pengajaran agama Islam
di RUTAN. Tim pengajar juga berperan aktif dalam memberikan pengajarannya,
pelaksanaan pengajaran agama Islam yang dilakukan oleh tim pengajar dilakukan
atas pengabdian dan tanpa dibayar sepeserpun. seperti yang dikatakan koordinator
kerohanian Islam Bapak Solihin saat wawancara yaitu
“Kami sangat terbuka kepada tim pengajar untuk kepentingan narapidana agar
mereka keluar dari sini dapat diterima oleh masyrakat dan menjadi orang yang
baik. Mereka pengajar atas pengabdian tidak dipungut biaya sepeserpun untuk
RUTAN, bahkan mereka suka menyumbang buka bacaan keagamaan dan hal-
hal lain yang bersifat untuk membantu, mempermudah mereka mengajar
pengajaran kepada Narapidana”5
Selain itu, bentuk kontribusi tim pengajar lainnya yaitu membuat strategi program
pengajaran untuk meningkatkan ajaran agama Islam dan dapat meningkat keimanan
Narapidana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pemaparan data dibawah ini:
1. Materi Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana
Pengajaran agama Islam yang umum dilaksanakan pada setiap pembahasan dan
pengelompokkannya menjadi bidang-bidang studi yang mungkin semakin banyak.
Tetapi pada prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena
wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah lagi. Materi pengajaran agama
Islam umumnya dari sejumlah mata pelajaran terdiri dua belas, diantaranya:
a. Pengajaran Keimanan
b. Pengajaran Akhlak
c. Pengajraran Ibadat
d. Pengajaran Fiqih
e. Pengajaran Ushul Fiqih
f. Pengajaran Qiraat Qur`an
g. Pengajaran Tafsir
h. Pengajaran Ilmu Tafsir
5 Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin), Jum`at, 21 November 2014,
11:14, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN
54
i. Pengajaran Hadist
j. Pengajaran Ilmu Hadist
k. Pengajaran Tarikh Islam
l. Pengajaran Tarikh Tasyri`
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan dengan mengikuti
pengajaran agama Islam di Masjid RUTAN setiap hari senin dan hari jum`at, yaitu
masing – masing tim pengajar berbeda-beda dalam memberikan materi pengajaran,
jadi beda tim pengajar maka beda pula materinya, dan tidak menggunakan silabus
sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok materi. Biasanya pengajar
melakukan koordinasi dengan tim kesatuannya lalu memberikan materi secara
flexible. Dalam pembuatan silabus juga menjadi kesulitan atau hambatan tim
pengajar dari Kementrian Agama (KEMENAG) karena RUTAN hanya menjadi
transit para narapidana saja, bukan tempat yang bisa dibuat materi dengan silabus
dan rincikan secara level tertentu.
Penelitian obeservasi ini juga diperkuat dengan hasil wawancara pada tanggal 24
November 2014 dengan tim pengajar KEMENAG bapak Ruspendi Effendi
“Kesulitan yang kita alami yaitu karena ini RUTAN, para tahanannya sifatnya
sementara saja di RUTAN. Jadi jika dibuat materi secara utuh persemester
apalagi 1 (satu) tahun, itu peserta didiknya bisa ganti-ganti berbeda dengan
yang ada di LAPAS mereka sudah divonis dan paling minimal 1(satu) tahun
jadi membuat perencanaannya lebih leluasa diprogramkan beberapa level
kedepan jadi mendapatkan target belajarnya yang dicapai, kalau disini hanya
transit saja jadi ketika membuat perencanaan pembelajaran tidak bisa dibuat
materi dalam beberapa level pengajaran”.6
Dari yang materi yang rinci oleh tim pengajar KEMENAG yaitu:
1) Akidah dan Akhlak
2) Fiqih
3) Sejarah para nabi
6 Wawancara dengan Ketua Kelompok Kerja Penyuluhan Agama Jakarta Timur (Bapak
Ruspendi Effendi), Senin, 24 November 2014, Pukul 11:08, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
55
4) Al-Qur`an (bagi yang belum bisa membaca Iqra` dilakukan secara private
dan klasikal secara bersama-sama membaca Al-Qur`an).
Penjelasan dalam wawancara tersebut, alasannya kenapa diberikan materi
tersebut, karena Aqidah tentu masalah pokok keyakinan jadi untuk menguatkan
mereka dalam hal berkeyakinan kepada Allah SWT. Terkait dengan ketetapan
Allah salah satunya kenapa mereka ada di sini, sehingga mereka harus meyakini
bahwa itu ketentuan Allah kemudian mereka mengambil hikmahnya dari
ketetapan Allah untuk menyadarkan mereka bahwa ketentuan Allah itu
kelihatannya tidak enak tapi boleh jadi sesuatu yang tidak enak itu baik. Hanya
kadang-kadang kita tidak tahu hikmah dibalik itu.
Sehingga aspek yang sangat ditekankan bagi narapidana yang diberikan tim
pengajar KEMENAG yaitu adanya perubahan akhlak dan mental untuk selalu
meyakini adanya ketetapan Allah, sehingga menambah keimanannya. Dari hal ini
pula tim KEMENAG sangat mengharapkan setelah bebas dari RUTAN atau
dipindahkan ketempat lain, narapidana bisa selalu untuk sadar bahwa ternyata
hidup ini bukan hanya materi (Harta) saja yang dicari tapi ada sesuatu yang lebih
berharga dari pada materi. Walaupun nanti mereka keluar tetap berusaha
mendapatkan materi itu tapi dia meyakini ada sesuatu lagi yang lebih dari
padanya, yakni kepuasan hati, bathin dan itu diperoleh dari keyakinan agama,
keyakinan kepada Allah SWT. Begitulah kesimpulan pemaparan dari bapak
Rusfendi selaku tim pengajar KEMENAG.
Sedangkan tim pengajar ESQ (Emotional Spritual Quetient) dalam
memberikan materi pengajaran, ada satu materi yang sangat diutamakan yaitu
dzikir Asmaul – Husna.
Menurut Ibu Eva sebagai Tim Pengajar ESQ materi ini diberikan karena
“kembali lagi segala permasalahan hidup kita ini bertopangnya kepada
Allah SWT. Sedangkan diAsmaul Husna adalah nama-nama Allah yang
Maha Segalanya jadi dari kitapun minta tolong kepada Allah ada “
”, Maha Kasih ada “ ”, Maha Sayang ada “ ”. Semua
56
sudah tertumpu nama-nama indah Allah ada didalamnya. Jadi kita kembali
lagi untuk menenangkan hati mereka. Kita sangat menganjurkan agar selalu
berdzikir Asmaul Husna. InsyaAllah dengan menyebut nama Allah yang
Maha Segalanya, yang Maha Indah tersebut apa yang kita inginkan atau
hajat kita InsyaAllah lancar.”7
Rincian materi yang diberikan setiap minggu sebagai berikut:
Minggu pertama : tentang ESQ yang dipadukan dengan Al-Qur`an yang
dipondasikan dengan Islam, Iman dan Ihsan.
Minggu kedua : berkaitan dengan masalah kesehatan
Minggu ketiga : berkaitan dengan Fiqih, Akhlak, dan Tauhid.
Dan aspek yang ditekankan untuk pengajaran agama Islam ini bagi narapidana
adalah dzikir Asmaul Husna.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka tim pengajar sebagai badan pemberi
kerohanian Islam yang paling utama dan ujung tombak pengajaran agama Islam di
RUTAN sangat memilki arti, bahwa tim pengajar dipandang sebagai tim inti
pengajaran agama Islam yang dapat menumbuhkan kesadaran beragama sehingga
tim pengajar harus pula mengupayakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran
materi yang akan dicapai oleh narapidana, sampai dengan menetapkan cara atau
strategi yang akan ditempuh untuk mencapainya yang berupa materi, program dan
pelaksanaanya akan dirasakan manfaatnya oleh narapidana.
Pada kesempatan yang sama, peneliti mewawancarai tiga narapidana untuk
memberikan pendapat materi yang paling dimengerti (difahami) sebagai hasil
pengajaran yang diberikan oleh tim pengajar:
a) Eka Fridayanti (47 tahun) = Materi yang sangat saya fahami dan saya sukai
yaitu prinsip dasar Islam tapi yang ummnya saja yang dipakai pemerintah
seperti NU, karena bingung banyak perbedaan-perbedaan tentang Islamnya.
Menurut saya prinsip dasar Islam sangat bagus dan bermanfaat sekali, saya jadi
tahu mengapa Islam memerintahkan untuk menutup aurat bagi perempuan, saya
7 Wawancara dengan Pengajar dari ESQ KORDA JAKTIM (Ibu Eva Fachriani), Jum`at, 21
November 2014, pukul 10:52, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
57
juga sangat senang pada hari jum`at yaitu materi yang diberikan ESQ banyak
sekali motivasi-motivasi yang diberikan.
b) Puja (37 tahun) = saya mualaf baru 1 tahun sebelum masuk ke RUTAN, disini
materi yang menurut saya untuk menambah ilmu tentang Islam, saya sangat
suka belajr dari tim pengajar KEMENAG cara membaca Al-Qur`an sekarang
sudah Iqra 6. Motivasi-motivasi yang saya sangat sukai bersyukur dalam
menerima yang diberikan oleh Allah SWT. Kadang-kadang saya juga bingung
dalam pemberian materinya suka berbeda-beda mengajarkan shalat atau tata
cara Islam.
c) Ibu Imelda (48 Tahun) = Materi yang saya sangat fahami dan saya sukai adalah
tentang akidah seperti sabar dan taubat, saya senang sekali mendapatkan materi
ini karena seperti charger untuk kehidupan saya. Karena saya WNA dahulunya
jadi banyak menambah ilmu yang bermanfaat bagi saya baik disini maupun saat
saya sudah keluar nanti.8
Dalam wawancara narapidana tersebut, peneliti menemukan masalah dalam tim
pengajar yaitu ketika memberikan materi, tim pengajar memberikan faham-faham
yang dianutnya dan didalam materi tersebut diberikan, dan yang diajarkan membuat
narapidana bingung karena yang diajarkan tidak pada umumnya. Hal tersebut
peneliti mewawancari permasalahan pemberian materi kepada koordinator
kerohanian Islam RUTAN yaitu bapak Solihin, beliau memberikan keterangan
tersebut :
“Memang hal ini pernah terjadi, karena itu kami membicarakan kepada tim
pengajar bahwa kita sama-sama memberikan arahan bukan memberikan
banyak faham-faham yang membuat mereka menjadi bingung. Kita hanya
meluruskan dalam ibadahnya, lalu kita mengolah kembali jangan hal tersebut
membuat bingung. Hal ini kita lakukan agar narapidana juga tidak menyalahi
tim pengajar dan tim pengajar pun kita berikan masukan kalau disini hanya
punya tugas membina bukan membuat bingung.”
8 Wawancara dengan Narapidana, Jum`at, 21 November 2014, pukul 11:35, di Masjid Al-Ikhlas
RUTAN.
58
Jadi hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, menyatakan
keberadaan tim pengajar ini sangat berarti sekali bagi RUTAN dalam kegiatan
pengajaran agama Islam, materi-materi yang akan disampaikan oleh tim pengajar
juga harus dikonsultasikan serta dikontrol oleh koordinator kerohanian Islam,
agar dapat memberikan materi sesuai kebutuhan narapidana sehingga mereka dapat
memahami dengan baik dan mengamalkan apa yang telah dipelajarinya sehingga
dapat menumbuhkan kesadaran beragama dan keimanannya.
2. Strategi Pengajaran Agama Islam
Dalam pengajaran agama Islam ini sangat dibutuhkan strategi yaitu bagaimana
tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi-situasi khusus atau dalam
keadaan tertentu yang spesfik. Dan ini sangat dibutuhkan karena pengajaran agama
Islam di RUTAN yang dimana peserta didiknya mempunyai masalah sehingga
harus belajar didalam RUTAN, keadaan psikologisnya sangat rentan. Dan hal
tersebut situasi-situasi yang harus dilakukan banyak pendekatan dari tim pengajar
dan para narapidana agar mereka dapat menerima pengajaran tersebut. Oleh karena
itu tim pengajar kerohanian Islam banyak strategi yang dilakukan untuk
pendekatan kepada narapidana.
Pada observasi kehadiran peniliti saat pengajaran agama Islam, peneliti melihat
strategi yang digunakan kebanyakan menguunakan metode ceramah, tartil Al-
Qur`an dan shalawat bersama sebelum memulai pengajaran tersebut. Setelah itu
sebelum tutup pengajaran biasanya pengajar menggunakan untuk tanya jawab
dengan narapidana.
Dalam hasil wawancara dengan tim pengajar KEMENAG Bapak Rusfendi
menjelaskan pendekatan yang dipakai ketika proses pengajaran berlangsung yang
menjadi interaksi antara pengajar dan narapidana selama proses belajar mengajar
belangsung
“Kami lebih terbuka kepada WBP sampai ada yang kalau sedang mengaji
private ada yang sharing masalah pribadinya, sehingga kita menyampiakannya
secara private juga. Kalau dikelas kami melakukan metode ceramah kelas
(klasikal) memang pendekatannya sentuhan-sentuhan hati saja, walaupun yang
59
disampaikan adalah materi fiqih, kita kemas agar tidak hanya teori saja tetapi
betul-betul fahami dan dilaksanakan, direnungkan seperti perintah shalat
(memahami sebagai perintah syariat) syarat dan rukunnya juga meyakini
bahwa perintah Allah itu adalah Maha Agung. kita lebih melakukan
pendekatan kesana, sehingga faham shalat dengan perintah dari Maha Agung
diharapkan melakukankannya dengan niat sendiri bukan karena pakasaan.
Karena mereka sudah faham perintah shalat bukan sembarang perintah. Jadi
pendekatan hanya lebih upaya penyadaran perintah Allah bukan beban semata
tetapi itu kebutuhan rohani kita
Selama interaksinya kita melakukan forum tanya jawab tetapi lebih banyak
satu arah tapi jika masalah tertentu yang perlu dipertanyakan ada juga. Kita
memberikan tanya jawab yang terbuka, bahkan menawarkan yang diluar
bahasan jika ada yang harus disampaikan, kita beri kesempatan untuk bertanya.
Ada juga yang mereka tidak faham mereka langsung bertanya.”9
Dan yang dilakukan oleh tim pengajar ESQ tidak jauh beda yang dilakukan
dengan tim pengajar KEMENAG dalam pemaparannya saat wawancara yaitu “kami
Melakukan sharing dengan WBP, kita tidak pernah menjudge WBP orang yang
bersalah tetapi mereka sedang berusaha di dalam pesantren disini. Kita datang kesini
ini untuk memberikan ketenangan, ketentraman, serta tidak menjudge mereka. Jadi
lebih mendekatkan dengan kekeluargaan, terbuka menerima sharing dari mereka.
Kita tidak ingin membedakan mereka orang yang tidak merdeka, tidak pernah ada
perbedaan karena kita sama dengan mereka satu Iman.”
Pendekatan yang dilakukan oleh ESQ menurutnya banyak didapatkan feed back
dari narapidana, sehingga setiap hari jum`at narapidana lebih banyak mengikuti
kegiatan pengajaran agama Islam dibandingkan saat hari yang lain, Seperti
pemaparannya saat wawancara:
“Mereka lebih aktif mengikuti pengajaran agama Islam. Boleh jadi hari jum`at
mereka banyak yang mengaji dan penuh masjidnya kadang juga sampai 250
WBP, menurut saya itu adalah feed back dari mereka seperti itu. Karena
9 Wawancara dengan Ketua Kelompok Kerja Penyuluhan Agama Jakarta Timur (Bapak
Ruspendi Effendi), Senin, 24 November 2014, Pukul 11:08, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
60
mereka merasa mendapatkan sesuatu saat datang dihari jum`at, seperti
mendapatkan ketenangan karena dzikir Asmaul Husna lebih dekat lagi.”10
Peneliti melakukan wawancara kepada 3 narapidana untuk memberikan opini
bagaimana tentang pendekatan pengajaran agama yang diberikan oleh tim pengajar
a. Eka Fridayanti (47 Tahun) = Kalau dalam pemberian materi itu saya tidak pernah
bosan, walaupun ceramah, karena bermanfaat menghilangkan jenuh dari pada
diam saja di keong (sel)
b. Puja (37 Tahun) = Saya suka mengambil inti sarinya kalau lagi dijelaskan karena
ceramahnya banyak hikmahnya dan jadi banyak pengetahuan tentang Islam,
sehingga saya tidak merasa bosan.
c. Imelda (48 Tahun) = Saya paling nyaman saat mengikuti pengajian karena bagus,
tidak membuat bosan tapi kalau didalam keong saya pasti merasa bosan dan tidak
ada manfaatnya jadi saya hampir setiap hari pasti mengikuti pengajian, dalam
ceramahnya juga bagus-bagus, apalagi shalawatan itu membuat saya nyaman
berada disini11
.
Jadi observasi dan wawancara peneliti lakukan, strategi pengajaran sangat
menentukan penyampaian materi pengajar kepada narapidana, sehingga itu jadi
membuat para narapidana juga rajin untuk mengikuti pengajaran agama Islam,
karena menurut peneliti barisan narapidana tidak selalu sama, ada saatnya para
narapidana itu banyak sekali yang datang tetapi juga hanya 2 barisan saja.
Alasannya ada yang lebih nyaman dengan pengajar nya atau sedang tidak shalat
jadi tidak kemasjid.
3. Evaluasi Pengajaran Agama Islam
Pengajaran agama Islam dipandang sebagai suatu usaha mengubah tingkah
laku, yang diharapkan setelah mempelajari pelajaran agama Islam adanya
perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Begitu pula yang pengajaran agama Islam sangat
berharap sekali pengajaran agama Islam memberikan perubahan yang lebih baik
10 Wawancara dengan Pengajar dari ESQ KORDA JAKTIM (Ibu Eva Fachriani), Jum`at, 21
November 2014, pukul 10:52, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
11
Wawancara dengan Narapidana, Jum`at, 21 November 2014, pukul 11:35, di Masjid Al-
Ikhlas RUTAN.
61
kepada narapidana, yang dapat dilihat bagaimana sikap narapidana saat pertama
kali mempunyai masalah tersebut dan jauh dari agama sampai bisa mengikuti
pengajaran agama Islam di RUTAN sehingga menumbuhkan kembali nilai-nilai
Islam didalam dirinya dan terus mengikuti pengajaran agama Islam untuk
memotivasi agar selalu lebih baik dan bermanfaat, sehingga saat keluar dari
RUTAN bisa kembali diterima dimasyarakat dan mengamalkan apa yang sudah
diajarkan ajaran Islam di RUTAN.
Data untuk mengetahui bahwa ada perubahan dari naripadana peneliti melihat
narapidana ada yang sudah bisa membaca Al-Qur`an yang awalnya narapidana
tersebut tidak mengaji, lalu ada narapidana yang sharing saat pertama kali masuk
RUTAN selalu menangis dan tidak bisa menerima keputusan untuk mendapatkan
hukuman didalam RUTAN sampai akhirnya sudah bisa menerima keadaannya
sekarang dan itu merupakan motivasi-motivasi yang dilakukan. Data ini peneliti
dapatkan dengan saksi teman sejawat peneliti yaitu Serli widya wati.
Lalu peneliti melakukan wawancara ke 3 narapidana mengenai perubahan sebelum
dan sesudah mendapatkan pengajaran agama Islam sebagai berikut:
a. Eka Fridiyanti (47 Tahun) = Dahulu saya adalah pecandu narkoba dari umur 28
tahun yang sama sekali tidak tahu bagaimana ajaran agama Islam dan jauh dari
agama, ini adalah teguran dari Alhamdulillah ini hukuman ada di Dunia dan
membuat saya tobat, banyak yang saya dapatkan dimasjid ini sehingga banyak
perubahan yang saya rasakan seperti saya sudah termotivasi untuk puasa
sunnah, selalu shalat lima waktu, mengaji huruf hijaiyah dan Alhamdulillah
saya sudah mengaji Al-Qur`an pada awalnya saya tidak bisa dan belajar Iqra
saya sangat bersyukur.
b. Puja (37 Tahun) = Saya merasakan sekarang ini sudah lebih tenang di sini
karena sebelumnya saya tidak terima karena saya disini terjebak dibisnis karena
katanya saya ini banyak hutang saham dan saya tidak mengerti, kenapa tidak
bos saya yang terkena kasus ini. Tapi mungkin ini adalah rencana Allah, saya
mendapatkan motivasi untuk lebih sabar atas kasus saya, dan menganggap
disini adalah Pondok Pesantrenjadi saya berfikir seperti itu saja sehingga lebih
tenang keadaan saya dan menerima semuanya. Saya juga sudah Iqra 6 yang tadi
62
nya saya non muslim, saya bersyukur sekarang bisa mengaji. Nanti saat keluar
bisa saya ajarkan ke anak-anak saya. Rencana Allah Itu lebih Indah.
c. Imelda (48 Tahun) = Saat pertama kali masuk ke RUTAN ini saya selalu
mengamuk dan sangat tidak terima karena kasus yang saya alami adalah hutang
bisnis dengan orang luar Negara 20milyar,saya sudah membayar 17milyar sisa
3 milyar, tapi orang tersebut tetap memasukan saya kesini. Saya diberikan
pengarahan oleh jaksa untuk menerima saja. Akhirnya saya menangis-nangis
selalu disini dan rasanya ingin kabur dari sini, tapi setelah sering mengikuti
pengajian di Masjid saya merasa lebih tenang, saya rutinitas setiap hari selalu
mengaji ibaratnya masjid dan ajara-ajaran agama Islam seperti bengkel hati
saya, saya rusak harus dibetulkan didalam sini, saya harus lebih sabar dan sadar
ini adalah ketetapan Allah SWT. 12
4. Kesulitan dalam Pengajaran Agama Islam di RUTAN
Setiap proses pengajaran agama Islam tidak pernah terlepas dari kesulitan baik
itu materi, strategi atau pelaksanaannya. Berikut ini adalah pemaparan hasil
wawancara dengan tim pengajar mengenai kesulitan dan bagaimana cara mengatasi
hal tersebut pengajar dari KEMENAG bapak Rusfendi:
“Kesulitan yang kita alami yaitu karena ini RUTAN, para tahanannya sifatnya
sementara saja di RUTAN. Jadi jika dibuat materi secara utuh persemester
apalagi 1 (satu) tahun, itu peserta didiknya bisa ganti-ganti berbeda dengan
yang ada di Lapas mereka sudah divonis dan paling minimal 1(satu) tahun jadi
membuat perencanaannya lebih leluasa diprogramkan beberapa level kedepan
jadi mendapatkan target belajarnya yang dicapai, kalau disini hanya transit saja
jadi ketika membuat perencanaan pembelajaran tidak bisa yang dalam materi
tidak bisa dibuat bebera level pengajaran sehingga kita melakukan pengajaran
secara flexible atau model instant.
Dalam mengatasi maslah tersebut akhirnya kita membuat materi yang
lebih bersifat memberikan motivasi saja selama disini supaya memanfaatkan
12 Wawancara dengan Narapidana, Jum`at, 21 November 2014, pukul 11:35, di Masjid Al-
Ikhlas RUTAN.
63
waktu luang mereka sehingga bersifat motivasi ini walaupun ada materi yang
disampat tapi kita usahakan pada saat pindah dari sini kalau sudah termotivasi
pasti akan mencari karena sudah termotivasi untuk belajar jadi lebih banyak
motivasi untuk mereka ibadah, belajar. Tidak hanya disini apa nanti akan
dipindah ke Lapas Tanggerang ata bebas dari sini mereka tetap mau belajar.” 13
Berbeda lagi dengan tim pengajar dari ESQ, berikut ini pemaparan dari Ibu Eva
selaku pengajar dari ESQ
“Kesulitan atau hambatan muncul karena disini kita sosial, kadang-kadang kita
ingin memberikan ilmu dengan bungkus yang beda tapi terbentur dengan
masalah dana karena kita selama ini berjalan sendiri. Tidak ada sepeser dari
RUTAN atau pun ESQnya, kita kesini karena Lilahi Ta`ala, seperti foto copy
itu dari uang sendiri. karena ini bidang sosial pengajarnya pun yang datang itu
Lillahi Taala banyak upah dari Allah, Agar ilmu kita bermanfaat. Masalah
dana saat kita ingin mengadakan lomba kita juga mengumpulkan dana sosial
sendiri.
Kalau masalah pemberian materi kita harus sering melakukan review materi
yang minggu lalu agar WBP yang baru masuk mendapatkan ilmunya. Jadi itu
bisa teratasi. Inovasi ini agar mereka bisa menghafal dzikir-dzikir, do`a dan
shalawat, jadi kita mengatasi hal ini dengan berlapang dada dan ikhlas langkah
kita kesini hanya bisa berbagi. Karena ini titipan Allah SWT. Semoga ilmu ini
menjadi bermanfaat dan memberikan inovasi”14
Jadi dari hasil wawancara, peneliti menyimpulkan setiap permasalahan
pengajaran ini harus lebih diperhatikan untuk menimalisir kesulitan pengajaran
agama Islam. Dan harus diberikan dukungan untuk tim pengajar sebagai inti
pemberi materi pengajaran agama Islam.
13 Wawancara dengan Ketua Kelompok Kerja Penyuluhan Agama Jakarta Timur (Bapak
Ruspendi Effendi), Senin, 24 November 2014, Pukul 11:08, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
14
Wawancara dengan Pengajar dari ESQ KORDA JAKTIM (Ibu Eva Fachriani), Jum`at, 21
November 2014, pukul 10:52, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.
64
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Program pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Pondok Bambu Kelas II A Jakarta Timur
mendapatakan pengajaran agama Islam dalam kegiatan kerohanian Islam selama
menjalani masa hukuman. Tim pengajar sangat berperan penting adanya program
pengajaran agama Islam di RUTAN yang memberikan kebutuhan pribadi
narapidana, sehingga secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian dan kecerdasan
akhlak mulia yang akan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Jadi, narapidana
yang tinggal di balik jeruji besi tak hanya diam dan sekedar menghitung hari-
harinya disana. Tetapi, narapidana diberi bekal untuk mempersiapkan kehidupan
selepas keluar dari rumah tahanan Negara. Mereka dididik dan diberi kesempatan
untuk menyalurkan kemampuan dan bakat masing-masing, serta narapidana
dibekali pengajaran agama Islam guna menumbuhkan kesadaran beragama dan
motivasi-motivasi untuk selalu hidup yang bermanfaat. Pengajaran agama Islam
juga membuat narapidana bersyukur dan menerima ketetapan dari Allah SWT atas
yang mereka alami untuk didalamnya.
2. Pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah
Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur yaitu
diberikan setiap hari senin-jumat dimulai pukul 09:20 – 11:30 kemudian shalat
dzuhur berjamaah dan dilanjutkan 13:30 – 15:00. Semua kegiatan yang di
RUTAN sudah diatur oleh struktur organisasi dalam RUTAN termasuk
pengajaran agama Islam diatur oleh Sub. Sie Bimbingan Kegiatan, dan selama
kegiatan berlangsung selalu diawasi oleh Koordinator kerohanian Islam, serta
pemberi materi didalamnya adalah tim pengajar yang sudah berpengalaman dan
profesional. Pelaksanaan pengajaran agama Islam dilakukan di Masjid. Semua
kegiatan agama Islam tergantung tim pengajar. Sehingga tim pengajar yang paling
utama dalam pelaksanaan pengajaran agama Islam di RUTAN.
65
B. Implikasi
Seperti dalam kesimpulan peneliti menyingung masalah kegiatan kerohanian
Islam bagi narapidana, yang sangat berpengaruh dari tim pengajar yang akan
memberikan materi tersebut, sangat disayangkan jika ada tim pengajar yang tidak
memberikan sesuai kebutuhan beragama. Karena bagi narapidana pengajaran
agama Islam di dalam RUTAN memberikan manfaat yang banyak untuknya, baik
itu menambah kegiatan di dalam RUTAN mereka juga menambah pengetahuan
agama Islam dan menanamkan nilai-nilai agama pada dirinya sehingga perlu
adanya sistematik pengajaran agama Islam misalnya rapat antar tim pengajar
supaya tidak ada faham-faham agama Islam yang berbeda-beda, dan memberikan
materi yang sesuai ruang lingkup pengajaran agama Islam secara umumnya.
Tim pengajar juga harus banyak memberikan inovasi dalam strategi
pengajaran agama Islam. menjadikan narapidana tidak hanya selalu dengan
ceramah tapi bisa dengan diskusi kelompok, dan dalam BTQ (Baca Tulis Al-
Qur`an) narapidana tidak hanya bisa membaca Al-Qur`an tapi juga diberikan
pengetahuan menulis bahasa Arab, meningkatkan cara membaca Al-Qur`an
dengan tajwid cara membaca Al-Quran yang baik dan benar.
Maka implikasinya harus ditanamkan pengajaran agama Islam bagi
narapidana dengan baik dan benar sesuai kebutuhan beragama mereka dan
tersistematik dalam memberikan materi pengajaran agama Islam. Perlu adanya
kordinasi antar tim pengajar untuk mengatur strategi pengajaran agama Islam dan
materi yang diberikan untuk narapidana.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka peneliti memberikan saran
antara lain:
1. Kepada Koordinator kerohanian Islam dan Unit kegiatan narapidana sudah sangat
bagus untuk memberikan pengajaran agama Islam sebagai membentuk
keperibadian narapidana yang perlu ditekankan adalah pengawasan saat
memberikan materi yang diberikan, dan narapidana yang tidak mengikuti
66
pengajian. Tidak hanya ramai dihari tertentu saja tapi diusahakan setiap hari bisa
mengikuti pengajaran agama Islam
2. Kepada tim Pengajar bagi narapidana di RUTAN sudah baik yang perlu
tingkatkan kembali adalah materi yang diberikan dan strategi yang digunakan.
Perlunya kordinasi antar tim pengajar agar sistematik dalam memberikan
pengajaran agama Islam serta bisa menambah program agama Islam untuk
narapidana.
3. Kepada narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara kelas II Jakarta Timur
agar senantiasa meningkatkan keaktifan mengikuti pengajaran agama Islam yang
telah dijadwalkan. Karena dengan kegiatan pengajaran agama Islam dalam
memberikan banyak manfaat dan membantu untuk kesadaran agama sehingga
menjadikan kita manusia yang berakhlakul karimah.
4. Kepada Masyarakat pada umumnya, tidak menganggap penghuni RUTAN
atau LAPAS adalah orang yang pasti jahat dan tidak akan berubah. Jangan pernah
menjauhi orang yang menjadi narapidana. Mereka hanya kehilangan kemerdekaan
di dalam RUTAN dan sudah diberikan kegiatan kerohanian Islam untuk
menanamkan nilai – nilai agama. Setelah pasca dari RUTAN terimalah dengan
baik dan tidak memandang sebelah mata.
67
DAFTAR PUSTAKA
Af, Hasanudin. Pengantar Ilmu Hukum. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2003.
Al-Rasyidin. dan Syamsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press. Cet. 2, 2005.
Arif, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Penyusunan
Konsep KUHP Baru). Jakarta: Kencana. Cet. 3., 2011.
Badan Pembina Hukum Nasional (JT Simorangkir S.H). Simposium Pengaruh
Kebudayaan Agama Terhadap Hukum Pidana. Bali: Bina Cipta, 1975.
Darajat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agma Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. Cet. 4, 2008.
Departemen Agama RI. Mushaf Al-Qur`an Tarjamah. Jakarta: Pena, 2008
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN JKT. Pedoman Penulisan Skripsi.
Jakarta, 2013.
Gunawan, Ary H. Kebijakan –Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara, 1986.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 4, 2005.
Hamzah, Andy. Terminologi Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Cet. 2, 2009.
HD, Kaelany. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru. Jakarta: Gaya Medika
Pratama, 2005.
. Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multi Displiner.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet. 2, 2010.
Noo, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kenacana Prenada Media
Group. Cet. 1, 2011.
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Reneka Cipta Jakarta,
2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Alfabeta. Cet.12, 2011.
68
Syah, Darwyn. Perencanaan Sistem Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Gedung
Persada Press, 2007.
Undang-Undang Pemasyarakatan. Bandung: Fokusinda Mandiri, 2014.
Nama
NIN{
Jurusan
Judul Skripsi
NO.
Lembar Ujian Referensi
: Dian Hayati
:1110011000073
: Pendidikan Agama Islam
: Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana wanita Di Rurnah
Tahanan Negara (RUTAN) Kelas Ii A Pondok Bambu Jakana
Timur
Judul Buku / Referensi Paraf Pembirnbing
BAB I
Ary H.
Halaman
Gunalan, Kebil akan-Kebij akan
1.
2.
Pendidikan Di Indonesia, (lakarta: Bina
Aksara, 1986), h. 1.
7^k y
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Aksala, 2008). Cet.4, h. 59.
P endidikan Is I am, (Jaka.rta: Ciputat
2005). Cet2,h.7l.
Bumi
___lI
Press,
Undang-Undang P emasYrakatan.
(Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h.
BAB II
9.
5.
@aidikanlslamEdisi Baru, (Jakarta: GaYa Medika
Pratama, 2005), h, 4-5.
9
6.
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengaj aran,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h' 1 dan
4.
9
'7. Ibid., h. 4. 10 I
8.
Danvyn Syah, dkk., Perencanaan Sistem
P engaj aran P endi dikan agama
Is I am,(J akarta: pGaung Pesada
Press,2007), h. 19.
10
9.Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan IslamEdisi Baru, (Jakarta: Gaya MedikaPratama, 2005), h.132.
11
10.Kaelany HD, Islam Agama Universal,(Jakarta: Ivlidada Rahmah Press, 2006), h.
37.
ll
11.Departemen A gama Rl, llus h af Al - Qur anTerjemah, (jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h.
64.
lt
t2. Ibid., h. 52. l2
t3 Ibid.,h 61. 12
14.Kaelany HD, Islam Agama Universal,(Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h.
41.
12
i
15.
Departemen Agatna P.I, Mushaf Al-QuranTerjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h.
423.t3
16.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan IslamEdisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2005), h. 104.l3
17. ibid., h. 106. 14
18.Oemar Hamalik, Perencanaan Pengaj aranBerdasarkan Pendekntan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), cet ke4. h. 183"
15
19. Ibid., h. 154 15
20.
Zakiyah Darajat, D\<k, l[etodik KhususPengajaran Agama Islam, (Jakarta: BumiAksara, 2008), cet4, h. 64 - 65.
l6
21. Ibid., h. 70 dan73. 16
22. Ibid., h,74 dan7l. 16
23. Ibid., h.85 t7
24. ibid., h.88. t7
25 Ibid., h. 94 -103. 18
26. Ibid., h. 104-109. 19/
21. Ibid., h. 116.20
28. Ibid., h. 196-197. 20
29.
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan IslamDengan Pendekatan Multidisipliner,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010),
cet 2. h. 37-38.
21
30. Ibid., h, 39-41 22
31.Kaelany HD, Islam Agama Universal,(Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h,
34-36.
23
32.Ancii Hamzah, Terminologi HukwnPiduru, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet
2.h.101-tzl
23\lIII
33. Hasanuddin AF, Pengantar llmu Hukum
lCiputat: UIN Jakarta Ptess,2003), h,272..AL+
34.
Barda Nawawi Arief, Bunga RamPai
Kebij akan Hukutr, Pidana (P erkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Bart),(Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 83-84
25
I
I
35 Ibid., h. 152 - 153 26
36 Ibid., h. 155-156. 27
3t.
Badan Pembina Hukum Nasional (J.C.T
Simorangkir, SH). Simposium PenganitKebudayaan i Agama TerhadaP Hukum
Pidana, (Bali: Binaeipta, l9l5), h.60-61.
28
39.
Undang Undang PemasYarakatan
(Bandung: Fokusindo Mandiri, 2011), h- I- 10.
29!
I
I
!
40.
Barda Nawawi Arief, Bunga RamPai
Kebij akan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUI{P Bant),(Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3. h..214.
29I
BAB III I
4r.Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), cet1, h.34.
]J
42. Ibtd, tr:3J4 34
43.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Alfabeta, 2011), cet ke12, h. 308-
30934
44.Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINJKT, Pedoman Perutlisan Skripsi. (Jakarta,
2013). h. 67 .
34
45.Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Alfabeta, 2011), cet ke12, h. 134. 35
46. Ibid., h.317 35
47. Ibid., h. 22,24, dan 28. 36
.18. Ibid., h. 329.33A, dan 368.
49. Ibid., h. 396,370-3'71, dan 373. J6
50. Ibid., h, 373 - 374 39 I5i.
Fakultas llmu Tarbiyah dan KeguruanUIN JKT, Pedoman Penulisan Skriltsi.Jakarta.2013.
39
52 Ibid., h. 377,374 -378,337 dan 338. 40
53. Ibid., h. 341 dan345. 41 l(>
Transkip Wawancara
Obyek wawancara:
Nama : Pak Sugianto
Bagian : Unit Perlengkapan
1. Bagaimana sejarah RUTAN Kelas II A?
Sejarah singkatnya Dahulu disini adalah tempat penampungan tuna susila. Karena ini
bangunan punya Pemerintahan Daerah (PEMDA) DKI, beberapa tahun kemudian
diserahkan ke KEMENHUMHAM di Pondok Bambu pada tahun 1974 maka jadilah
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Pondok Bambu. Sudah lama sekali sampai
sekarangpun tanah gedung punya PEMDA DKI. Untuk Rutan Sendiri bernama RUTAN
kelas II A Jakarta Timur.
2. Bagaimana struktur organisasi di RUTAN Kelas II A?
Strukturnya Kepala RUTAN selon IV membawahi 3 Ka. Sub. Sie. Satu diantaranya
adalah Ka. Sub. Sie Pengelolaan. Sementara ini dijabat oleh Ibu Sigiyati. Bagian
pengelolaan menmbawahi unit perlengkapan, keuangan, dan kepegawaian kemudian
dari Sub. Sie pengelolaan yaitu
1. Sub. Sie bimbingan kegiatan yang diketuai oleh Ibu Yeyen. Bimbingan kegiatan
terbagi beberapa unit yaitu, unit kerohanian, unit kependidikan, unit perpustakaan
dan laporan, ketrampilan (menyalon, menjahit, mute, olahraga, dan kesehatan).
2. Sub Sie Pelayanan Tahanan yang diketuai oleh Ibu Ari. Yang meliputi unit
perawatan, bantuan hukum, pelayanan register, pelayanan admin, dan klinik.
3. Kesatuan Pengamanan RUTAN yang diketuai oleh Ibu Yuli. Ada penjagaan 4 regu
(A,B,C,D) . keamanan 2 regu. Masing-masiang ada keamanan dan tandanya. P2U
(Portir) tali kurnya merah (petugas pintu)
4. Pengelolaan yang diketuai oleh Ibu Sigiyati. Yaitu unit perlengkapan rumah tangga
RUTAN, melayani sarana dan prasaran (SAPRAS), keuangan mengurusi keuangan
pegawai seperti gaji, tunjangan, dsb, dan Urusan Pegawaian (UP) seperta
mengurusi kantor, karyawan baik naik pangkat, cuti, dsb.
3. Apa saja sarana prasaran dan fasilitas yang dimiliki RUTAN kelas II A?
Sarana Prasarana ada perkantoran dan warga binaan pidanaan. Kalau kantor
meliputi meja, kursi, komputer, ATK. Sedangkan warga binaan yaitu blok, kamar
mandi, tv, kipas angin, pembuangan air (wc), matras. Dan jika ada yang rusak
RUTAN yang menangani sendiri. Sarana semua rata tidak ada kelas-kelas kamar
mandi 1, kalau yang ada diberitakan itu terlalu berlebih-lebihan mengatakan ada
yang berbeda kamarnya.
Kalau untuk sarana prasarana kantor ada barang milik Negara yang harus dilaporkan
setiap semester atau tahun. Barang habis pakai seperti persediaan kantor, sabun,
sapu itu ada di kantor dan WBP disediakan. Bahkan kalau belum ada anggaran kita
sisihkan untuk WBP yang perlu odol dan sabun, seragam yang khusussnya
dipekerjakan disini yaitu para tamping diberikan seragam dan perlengkapan sendiri.
Semua ini dibawah tugas pengelolaan.
Dan sarana prasarana lainnya adalah:
- Bangunan Perkantoran
- Paviliun hunian
- Bangunan tempat ibadah
- Bangunan poliklinik
- Bangunan dapur
- Pos Menara
- Halaman parkir.
Transkip Wawancara
Obyek wawancara:
Nama : Ibu Eva Fachriani
Bagian : Pengajar dari ESQ KORDA JAK-TIM
1. Apa Saja Materi yang diberikan Dalam pengajaran Agama Islam
Bagi Narapidana? Mengapa Materi itu diberikan?
Materi yang paling diutamakan adalah dzikir, yaitu dzikir Asmaul Husna yang
paling ditekankan. Materi ini diberikan karena kembali lagi segala permasalahan
hidup kita ini bertopangnya kepada Allah SWT. Sedangkan diAsmaul Husna
adalah nama-nama Allah yang Maha Segalanya jadi dari kitapun minta tolongpun
ada “Allahu Shomad”, Maha Kasih ada “ARRohman”, Maha Sayang ada
“ARRahiim”. Semua sudah tertumpu nama-nama indah Allah ada didalamnya.
Jadi kita kembali lagi untuk menenangkan hati mereka. Kita sangat menganjurkan
agar selalu berdzikir Asmaul Husna. InsyaAllah dengan menyebut nama Allah
yang Maha Segalanya, yang Maha Indah tersebut apa yang kita inginkan atau
hajat kita InsyaAllah lancar.
Ada juga materi bidang kesehatan, materi tersebut yang berkaitan dengan Al -
Qur`an. Misalnya penciptaan manusia, dalam tubuh kita mengalir darah kemudian
jantung kita semua itu ada kaitannya didalam AlQur`an jadi selalu memberikan
materi segala hal yang berhubungan dengan kesehatan yang ada kaitannya dengan
Al-Qur`an.
Ada juga materi fiqih seperti tatacara shalat, tentang ibadah dan lain-lain. Hari ini
juga ada penjelasan tentang Tauhid. Jadi kita masing-masing setiap minggunya
materi diberikan tergantung pengajar (penceramah).
Rincian materinya:
Minggu pertama : tentang ESQ yang dipadukan dengan Al-Qur`an dan tidak akan
keluar dari jalur Islam, Iman dan Ihsan. Ini adalah pondasinya.
Minggu kedua : berkaitan dengan masalah kesehatan
Minggu ketiga : berkaitan dengan Fiqih, Akhlak, dan Tauhid.
Tapi semua materi ini menekankan dzikir Asmaul Husna. Jadi itulah pokok
materinya.
2. Apa Saja Aspek yang ditekankan dalam Pengajaran Agama Islam
bagi Narapidana di RUTAN?
Aspek yang kami tekankan adalah Dzikir Asmaul Husna yang telah kami
paparkan pada pertanyaan awal.
3. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam di RUTAN?
Selain dalam setiap minggu kami mengajar dengan metode ceramah, kami
mengadakan pelaksanaan Training ESQ, yaitu training motivasi dan ini salah satu
program ESQ yang dinamakan peduli RUTAN. Kami laksanakan ini dengan
gratis tidak dipungut biaya dan mendapatkan membernya.
4. Pendekatan apa yang dipakai ketika proses pengajaran agama Islam
berlangsung? Mengapa pendekatan tersebut digunakan?
Melakukan sharing dengan WBP, kita tidak pernah menjudge WBP orang yang
bersalah tetapi mereka sedang berusaha di dalam pesantren disini. Kita datang
kesini ini untuk memberikan ketenangan, ketentraman, serta tidak menjudge
mereka. Jadi lebih mendekatkan dengan kekeluargaan, terbuka menerima sharing
dari mereka. Kita tidak ingin membedakan mereka orang yang tidak merdeka,
tidak pernah ada perbedaan karena kita sama dengan mereka satu Iman.
5. Bagaimana interaksi antara pengajar dan narapidana selama proses
belajar mengajar berlangsung?
Mereka lebih aktif. Boleh jadi hari jum`at mereka banyak yang mengaji dan penuh
masjidnya kadang juga sampai 250 WBP, menurut saya itu adalah feed back dari
mereka seperti itu. Karena mereka merasa mendapatkan sesuatu saat datang dihari
jum`at, seperti mendapatkan ketenangan karena dzikir Asmaul Husna lebih dekat
lagi.
6. Apa saja kesulitan dalam pengajaran agama Islam? Mengapa hal
tersebut muncul?
Kesulitan atau hambatan muncul karena disini kita sosial, kadang-kadang kita
ingin memberikan ilmu dengan bungkus yang beda tapi terbentur dengan masalah
dana karena kita selama ini berjalan sendiri. Tidak ada sepeser dari RUTAN atau
pun ESQnya kita kesini karena Lilahi Ta`ala, seperti foto copy itu dari uang
sendiri. karena ini bidang sosial pengajarnya pun yang datang itu Lillahi Taala
banyak upah dari Allah, Agar ilmu kita bermanfaat. Masalah dana saat kita ingin
mengadakan lomba kita juga mengumpulkan dana sosial sendiri.
Kalau masalah pemberian materi kita harus sering melakukan review materi yang
minggu lalu agar WBP yang baru masuk mendapatkan ilmunya. Jadi itu bisa
teratasi.
7. Bagaimana cara yang ditempuh dalam mengatasi kesulitan dan
hambatan tersebut?
Inovasi ini agar mereka bisa menghafal dzikir-dzikir, do`a dan shalawat, jadi kita
berlapang dada dan ikhlas langkah kita kesini hanya bisa berbagi. Karena ini
titipan Allah SWT. Semoga ilmu ini menjadi bermanfaat dan memberikan inovasi.
Transkip Wawancara
Obyek wawancara:
Nama : Bapak Rusfendi Effendi
Bagian : Ketua Kelompok Kerja Penyuluh Agama Jakarta Timur
1. Apa saja materi yang diberikan dalam pengajaran agama Islam bagi
Narapidana di RUTAN? Mengapa materi itu diberikan?
Beberapa materi yang diberikan yaitu:
- Akidah dan Akhlak
- Fiqih
- Sejarah para nabi
- Al-Qur`an (bagi yang belum bisa membaca Iqra` dilakukan secara private
dan klasikal secara bersama-sama membaca Al-Qur`an)
Alasannya kenapa diberikan materi tersebut, karena Aqidah tentu masalah pokok
keyakinan jadi untuk menguatkan mereka dalam hal berkeyakinan kepada Allah
SWT. Terkait dengan ketetapan Allah salah satunya kenapa mereka ada di sini,
sehingga mereka harus meyakini bahwa itu ketentuan Allah kemudian mereka
mengambil hikmahnya dari ketetapan Allah untuk menyadarkan mereka bahwa
ketentuan Allah itu kelihatannya tidak enak tapi boleh jadi sesuatu yang tidak
enak itu baik. Hanya kadang-kadang kita tidak tahu hikmah dibalik itu.
2. Apa saja aspek yang ditekankan dalam pengajaran agama Islam bagi
narapidana di RUTAN?
Adanya perubahan mental atau akhlak dari sesuatu mereka dulunya nge-blank
terhadap agama karena banyak diluar sebelum masuk RUTAN mereka masa
bodoh dengan agama, jadi kita sangat menekankan adanya perubahan akhlak.
Minimal selesai dari sini ada kesadaran bahwa ternyata hidup ini bukan hanya
materi saja yang dicari tapi ada sesuatu yang lebih berharga dari pada materi, itu
yang kita tekankan. Walaupun nanti mereka keluar tetap berusaha mendapatkan
materi itu tapi dia meyakini ada sesuatu lagi yang lebih dari padanya, yakni
kepuasan hati, bathinm dan itu diperoleh dari keyakinan agama, keyakinan kepada
Allah SWT. Jadi sehingga lebih banyak konseling para WBP-nya dalam hal ini.
3. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam di RUTAN?
Jadwal yang diberikan pada hari senin sampai kamis, kami ada tim kerja penyuluh
jadi masing-masing dihari tugas dalam hari dan materi walaupun belum ada
bakunya dan tertata rapi materinya dari manajemen pengajaran sangat kurang,
sehingga masih banyak yang harus diperbaiki kedepannya. Apa lagi latar
belakangnya banyak dari dakwah untuk pembekalan pengajaran banyak yang
harus diperbaiki.
4. Pendekatan apa yang dipakai ketika proses pengajaran agama Islam
berlangsung? Mengapa pendekatan tersebut digunakan?
Kami lebih terbuka kepada WBP sampai ada yang kalau sedang mengaji private
ada yang sharing masalah pribadinya, sehingga kita menyampiakannya secara
private juga. Kalau dikelas kami melakukan metode ceramah kelas (klasikal)
memang pendekatannya sentuhan-sentuhan hati saja, walaupun yang disampaikan
adalah materi fiqih, kita kemas agar tidak hanya teori saja tetapi betul-betul
fahami dan dilaksanakan, direnungkan seperti perintah shalat (memahami sebagai
perintah syariat) syarat dan rukunnya juga meyakini bahwa perintah Allah itu
adalah Maha Agung. kita lebih melakukan pendekatan kesana, sehingga faham
shalat dengan perintah dari Maha Agung diharapkan melakukankannya dengan
niat sendiri bukan karena pakasaan. Karena mereka sudah faham perintah shalat
bukan sembarang perintah. Jadi pendekatan hanya lebih upaya penyadaran
perintah Allah bukan beban semata tetapi itu kebutuhan rohani kita.
5. Bagaimana interaksi perintah antara pengajar dan narapidana
selama proses belajar mengajar berlangsung?
Selama interaksinya kita melakukan forum tanya jawab tetapi lebih banyak satu
arah tapi jika masalah tertentu yang perlu dipertanyakan ada juga. Kita
memberikan tanya jawab yang terbuka, bahkan menawarkan yang diluar bahasan
jika ada yang harus disampaikan, kita beri kesempatan untuk bertanya. Ada juga
yang mereka tidak faham mereka langsung bertanya.
6. Apa saja kesulitan dalam pengajaran agama Islam? mengapa hal
tersebut muncul?
Kesulitan yang kita alami yaitu karena ini RUTAN, para tahanannya sifatnya
sementara saja di RUTAN. Jadi jika dibuat materi secara utuh persemester apalagi
1 (satu) tahun, itu peserta didiknya bisa ganti-ganti berbeda dengan yang ada di
Lapas mereka sudah divonis dan paling minimal 1(satu) tahun jadi membuat
perencanaannya lebih leluasa diprogramkan beberapa level kedepan jadi
mendapatkan target belajarnya yang dicapai, kalau disini hanya transit saja jadi
ketika membuat perencanaan pembelajaran tidak bisa yang dalam materi tidak
bisa dibuat bebera level pengajaran sehingga kita melakukan pengajaran secara
flexible atau model instant.
7. Bagaimana cara yang ditempuh dalam mengatasi kesulitan dan
hambatan tersebut?
Dalam mengatasi maslah tersebut akhirnya kita membuat materi yang lebih
bersifat memberikan motivasi saja selama disini supaya memanfaatkan waktu
luang mereka sehingga bersifat motivasi ini walaupun ada materi yang disampat
tapi kita usahakan pada saat pindah dari sini kalau sudah termotivasi pasti akan
mencari karena sudah termotivasi untuk belajar jadi lebih banyak motivasi untuk
mereka ibadah, belajar. Tidak hanya disini apa nanti akan dipindah ke Lapas
Tanggerang ata bebas dari sini mereka tetap mau belajar.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA
RUTAN KELAS II A JAKARTA TIMUR JL. PAHLAWAN REVOLUSI PONDOK BAMBU JAK-TIM 13430
Telp (021) 8612004 Fax (021) 8615061
Hari/Tanggal : Jumat, 14/11/2014
Kapasitas Hunian: 619 orang Jumlah Isi : 1011 orang
NARAPIDANA
TAHANAN
LAIN-LAIN
TAHANAN/NAPI WILAYAH
B I : 570
orang A I :
37 orang
Anak Negara
: 0 orang
Jakarta Barat : 299 orang
B II A : 31
orang A II :
94 orang
Anak Sipil
: 0 orang
Jakarta Pusat : 265 orang
B II B : 0 orang
A III : 254
orang C : 0 orang
Jakarta Selatan
: 139 orang
B III : 1 orang
A IV : 13
orang Anak Bawaan
: 11
orang Jakarta Timur : 87 orang
Hukuman Mati : 0 orang
A V : 8 orang
Jakarta Utara : 119 orang
Hukuman Seumur Hidup
: 2 orang
Tahanan Militer
: 1 orang
Lain-lain : 102 orang
Tahanan Anak
: 0 orang
Anak Didik Pemasyarakatan
: 0 orang
Jumlah : 604
orang Jumlah :
407 orang
Jumlah : 11
orang Jumlah :
1011 orang
JENIS KEJAHATAN Narapidana Tahanan MUTASI
Mata Uang
: 3 Orang : 6 Orang Tahanan / napi baru : 0 orang
Perjudian
: 4 Orang : 20 Orang Pindah ke Lapas lain : 0 orang
Pembunuhan
: 3 Orang : 3 Orang Bebas Demi Hukum : 0 orang
Pencurian
: 17 Orang : 36 Orang Bebas dari tuntutan : 0 orang
Perampokan
: 1 Orang : 1 Orang Bebas Biasa : 0 orang
Penipuan
: 31 Orang : 41 Orang Cuti Bersyarat : 1 orang
Narkotika
: 459 Orang : 230 Orang Penetapan Hakim : 0 orang
Korupsi
: 6 Orang : 15 Orang Penangguhan Penahanan : 76 orang
Kepabeanan
: 1 Orang : 0 Orang Penahanan Rumah/Kota : 27 orang
KUHP/ Pidana/ Kriminal (umum)
: 0 Orang : 0 Orang Dipinjam dari Instansi lain : 0 orang
Teroris
: 0 Orang : 0 Orang RS di luar LAPAS : 4 orang
Perlindungan Anak
: 5 Orang : 4 Orang Pembebasan Bersyarat : 0 orang
Kehutanan
: 0 Orang : 0 Orang Cuti Menjelang Bebas : 0 orang
Hak Cipta
: 0 Orang : 0 Orang Asimilasi : 1 orang
Kekerasan dalam Rumah Tangga
: 2 Orang : 1 Orang Meninggal Dunia : 0 orang
Senjata Tajam/ Senjata Api/ Bahan Peledak
: 0 Orang : 0 Orang Melarikan Diri : 0 orang
Subversi
: 0 Orang : 0 Orang
Migas
: 0 Orang : 0 Orang
Senjata Tajam/ Senjata Api/ Bahan Peledak
: 0 Orang : 0 Orang
Human Traficking
: 5 Orang : 6 Orang
Perlindungan Konsumen
: 0 Orang : 0 Orang
Dalam Jabatan
: 0 Orang : 0 Orang
Penggelapan
: 49 Orang : 28 Orang
Penadahan
: 0 Orang : 2 Orang
Psikotropika
: 1 Orang : 0 Orang
Pembalakan Liar
: 1 Orang : 0 Orang
Penggandaan
: 0 Orang : 0 Orang
Keimigrasian
: 0 Orang : 0 Orang
Pelanggaran Lalu Lintas
: 0 Orang : 0 Orang
Memeras / Mengancam
: 0 Orang : 0 Orang
Perbankan
: 1 Orang : 0 Orang
Kenakalan
: 0 Orang : 0 Orang
Kekerasan terhadap Wanita & Anak
: 0 Orang : 0 Orang
Perikanan
: 0 Orang : 0 Orang
Pencucian Uang
: 1 Orang : 0 Orang
Kesehatan
: 1 Orang : 0 Orang
Cukai
: 4 Orang : 0 Orang
KUHP/ Pidana/ Kriminal (umum)
: 0 Orang : 0 Orang
Lain-lain
: 9 Orang : 14 Orang
KEWARGANEGARAAN
JENIS KELAMIN
JENIS UMUR
WNI : 995 orang
LAKI-LAKI : 0 orang
ANAK-ANAK
: 6 orang
WNA : 15 orang
PEREMPUAN : 1010
orang DEWASA : 994 orang
LANSIA : 10 orang
(SRI SUSILARTI, Bc. IP, SH, M.Si) NIP. 196807241991032001
SELAYANG PANDANG RUTAN KLAS IIA JAKARTA TIMUR
A. B.
Sejarah Singkat Rutan Jakarta Timur berlokasi di Jalan Pahlawan Revolusi No. 38. Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah Tahanan ini didirikan pada tahun 1974 oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah Tahanan ini ditujukan bagi para pelanggar Peraturan Daerah (PERDA) seperti tuna susila, tuna wisma, gelandangan, dan pengemis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03 tahun 1985 tanggal 20 September 1985 bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIA yang fungsinya adalah rumah tahanan negara yang diperuntukkan untuk tahanan yang diduga melakukan pelanggaran hukum. Pada awal berdirinya Rutan Jakarta Timur memiliki kapasitas penghuni berkisar kurang lebih 504 orang Gambaran Keadaan Sekarang Rutan Klas IIA Jakarta Timur berdiri di atas tanah seluas ± 14.586 m2 yang berstatus hak pinjam pakai dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terdiri dari Gedung perkantoran, perumahan dinas, garasi kendaraan, 5 (lima) paviliun hunian, 1 (satu) Paviliun Karantina, dan 1 (satu) paviliun isolasi. Paviliun hunian terdiri dari :
•Paviliun Anggrek : merupakan paviliun bagi penghuni wanita dengan kasus pidana kriminal. Dengan luas bangunan 794 m2 (1 lantai) dengan kapasitas 18 kamar dan tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 8 (delapan) orang.
• Paviliun Bogenvile : merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang berusia lanjut dan warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan ( Tamping).
• Paviliun Cendana dan Dahlia : Paviliun Cendana, merupakan paviliun bagi penghuni Narkotika/Psikotropika dan paviliun Dahlia merupakan paviliun bagi penghuni kriminal umum dengan luas bangunan 508 m2 (2 lantai) dengan kapasitas paviliun Cendana sebanyak 13 ( tiga belas ) kamar dan kapasitas paviliun Dahlia sebanyak 15 (lima belas) kamar. Kamar 1 s/d kamar 12 tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 (sepuluh) orang dan kamar 13 s/d 15 tiap-tiap kamar memiliki
kapasitas 2 (dua) orang. • Paviliun Edelweis : merupakan paviliun bagi penghuni kasus pidana khusus (Narkotika/psikotropika). luas bangunan 439 m2 (2 lantai) dengan kapasitas kamar 27 (dua puluh tujuh) kamar, tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 10 (sepuluh) orang.
• Paviliun Kenanga, merupakan paviliun bagi penghuni warga binaan yang dipilih untuk membantu pekerjaan kantor Rutan (tamping) . Luas bangunan 100 m2 (1 lantai) dan memiliki 4 (empat) kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 6 (enam) orang.
• Paviliun Isolasi, diperuntukan bagi penghuni yang melakukan pelanggaran tata tertib dengan luas 36 m2 (1 lantai) memiliki 5 (lima) kamar. Tiap-tiap kamar memiliki kapasitas 3 (tiga) orang.
Rutan Jakarta Timur sedang melakukakan pembangunan baik gedung perkantoran maupun gedung hunian yang dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang direncanakan akan selesai pada tahun 2007/2008. Akan tetapi proyek tersebut tidak dapat dilanjutkan/dihentikan dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah pasal 155 ayat (1) dan Ayat (2) yang menegaskan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD dan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban APBN.
STRUKTUR ORGANISASI
RUTAN KLAS IIA JAKARTA TIMUR KEP. MEN. 10.M.04.PR.07.03 Tahun 1985
KEPALA RUTAN Sri Susularti, Bc.I.P, SH.M.Si NIP. 196807241991032001
Kesatuan Pengamanan Rutan Yuliana. Amd.IP,SH
NIP. 197907072000122001
Sub Sie. Pelayanan Tahanan Ari Budiningsih, Amd.IP,SH NIP. 197501221997032001
Sub Sie. Bimbingan Kegiatan
Yeyen, Amd.IP,SH.MH
NIP. 197701211999022001
PETUGAS PENGAMANAN
Regu : A Regu : B Regu : C Regu : D
Sub.Sie Pengelolaan
Sigiyati, SH.M.Si. NIP.
196409301991032001 Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehakoman RI Nomor : 12
Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Rutan Klas IIA Jakarta Tomur
mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan dibidang penahanan
untuk kepentingan penyidikan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan.
Ruang Lingkup :
• Penerimaan, Pendaftaran dam Penempatan
• Perawatan Kesejahteraan
• Bantuan Hukum dan Pemyuluhan
• Bimbingan Kegiatan
• Kamtib
Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur dipimpin oleh seorang Kepala
Rutan yang membawahi sebagai beberapa Sub.Sie yaitu :
• Sub.Sie Pengelolaan, terdiri dari :
• Unit Kepegawaian
• Unit Keuangan
• Unit Perlengkapan
• Unit Bangunan
• Sub.Sie Keamanan, terdiri dari :
• Keamanan
• P2U
• Regu Jaga
• Sub.Sie Pelayanan Tahanan, terdiri dari :
• Unit Registrasi
• Poliklinik
• Bantuan Hukum
• Perawatan Makanan atau Dapur
• Sub.Sie Bimbingan Kerja, terdiri dari :
• Unit Bimbingan Rohani
• Unit Bimbingan Jasmani
• Kegiatan Keterampilan
• Perpustakaan
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam
struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
• Kepala Rutan
• Tugas :
Mengkoordinasikan pembinaan kegiatan kerja, administrasi
keamanan dan tata tertib serta pengelolaan meliputi urusan
kepegawaian, keuangan dan rumah tangga Rutan sesuai
peraturan yang berlaku.
• Fungsi ;
• Pembinaan warga binaan
• Pemberian bimbingan perawatan kesehatan bagi warga
binaan
• Pembinaan bimbingan kegiatan kerja pengelolaan hasil
kerja dan sarana kerja bagi warga binaan
• Pemeliharaan keamanan dan ketertiban Rutan Klas IIA
Jakarta Timur
• Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Rutan Klas IIA
Jakarta Timur
• Uraian Tugas :
• Menyusun rencana kerja Rutan
• Melakukan pembinaan bagi warga binaan dengan
mengkoordinasikan tugas bimbingan kegiatan kerja dan
administrasi keamanan dan tata tertib Rutan Klas IIA
Jakarta Timur.
• Melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan Rutan
Klas IIA Jakarta Timur.
• Menilai dan mengesahkan DP3 seluruh pegawai Rutan
Klas IIA Jakarta Timur
• Melakukan pengawasan melekat (Waskat) gedung pada
Rutan sesuai dengan peraturan yang berlaku
• Menetapkan administrasi pembebasan WBP
• Menetapkan usulan mutasi WBP
• Mengkoordinasikan pengelolaan anggaran perawatan
gedung pada Rutan sesuai dengan peraturan yang berlaku
• Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kantor
Wilayah
• Membantu pembentukan Pokja dengan Instansi terkait
• Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Kantor
Wilayah
• Menerima, meneliti dan menempatkan calon pegawai
sesuai dengan pormasi pegawai
• Menyiapkan, Mengkoordinasikan dan menyampaikan
laporan bulanan dan laporan triwulan Rutan Klas IIA
Jakarta Timur.
• Kepala Sub.Sie. Pengelolaan
• Mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengurus
masalah kepegawaian, keuangan,perlengkapan dan
pemeliharaan gedung dan kantor, administrasi Rutan Klas IIA
Jakarta Timur.
• Uraian Tugas :
• Menyusun rencana kegiatan tahunan Rutan Klas IIA
Jakarta Timur
• Melaksanakan, mengkoordinasikan dengan para sub.Sie di
lingkungan Rutan Klas IIA Jakarta Timur.
• Menindaklanjuti disposisi surat dari Kepala Rutan Klas IIA
Jakarta Timur
• Menyiapkan kebutuhan ATK untuk keperluan administrasi
dan rumah tangga Rutan Klas iIIA Jakarta Timur.
• Membuat laporan dan melaksanakan tugas bulanan,
Triwulan dan Tahunan Rutan Klas IIA Jakarta Timur.
• Menetapkan usulan RKKL
• Melaksanakan konsultasi dengan Kepala Rutan Klas IIA
Jakarta Timur
• Melaksanakan teknis pendistribusian tunjangan kerja
pegawai Rutan Klas IIA Jakarta Timur
• Melaksanakan penertiban absensi pegawai Rutan Klas IIA
Jakarta Timur
• Kepala Sub.Sie Keamanan
• Tugas :
Mengatur keamanan dan ketertiban Rutan Klas IIA Jakarta
Timur.
• Mengatur rencana Sub.Sek.Sie Keamanan
• Mengatur pelayanan kunjungan di ruatan Klas IIA Jakarta
Timur
• Mengatur Jadwal Tugas Penjagaan
• Melakukan pengawasan dan pengurusan surat
perlengkapan keamanan
• Meminta instruksi dari Kepala Rutan tentang ada atau tidak
perubahan tugas penjagaan
• Menyusun laporan meliputi laporan bulanan persediaan
senjata api dan alat-alat keamanan Ritan
• Mengawasi penerimaan, penempatan, dan pengeluaran
warga binaan
• Mengkoordinasikan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
di rutan
• Mengawasi penggeledahan barang-barang bawaan warga
binaan Rutan
• Melakukan pemeriksaan pelanggaran keamanan dan
ketertiban Rutan
• Mengajukan berita acara pemeriksaan kepada kepala
Rutan untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut
• Melaksanakan tindak lanjut pelanggaran keamanan dan
ketertiban warga binaan sesuai petunjuk kepala Rutan
• Melakukan pembinaan pegawai bawahan
• Menyusun laporan kesatuan pengamanan dan
menyampaikan laporan kepada atasan.
Selain pejabat struktural, pelaksanaan tugas kepala keamanan di
bantuoleh :
• Petugas pintu gerbang portir (P2U)
• Petugas pos penjaga menara
• Petugas regu jaga
• Petugas pelayanan kunjungan
• Petugas satgas kamtib keamanan
• Kepala Sub.Sie Pelayanan Tahanan
Tugas :
Melakukan pendataan, menyusun dan membuat statistic dan
dokumentasi dan dokumentasi warga binaan pemasyarakatan
Rumah Tahanan Negara Klas iIA Jakarta Timur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam rangga kelancaran pelaksanaan
tugas.
• Uraian Tugas :
• Menyusun rencana kerja Sub.Sie Pelayanan tahanann
• Menjelaskan rencana kerja Sub.Sie pelayanan tahanan kepad
aKepala Rutan
• Meneliti dan mencocokan sah tidaknya surat
perintah/penetapan penahanan (dari penyidik, penuntut umum
atau hakim ) tentang :
• Nomor dan tanggal penahanan
• Nama dan tanda tangan pihak yang menahan
• Cap instansi yang menahan.
• Menyerahkan tahanan baru kepada Bagian Poliklinik untuk
dilakukan pemeriksaan secara fisik sebagai salah satu syarat
pemerimaan tahanan baru.
• Semua hasil penelitian dan pencocokan dituangkan dalam
berita acara penerimaan tahanan, dan setelah ditanda tangani
oleh petugas penerimaan tahanan baru atas nama Kepala
Rutan serta pengawal , selanjutnya lembar pertma diserahkan
kepada pengawal dan diberitahukan bahwa pengawal dapat
meninggalkan Rutan
• Memerintahkan kepada anggota staff pendaftaran registrasi
untuk :
• Mencatat data surat perintah/penetapan penahanan pada
daftar (buku pendaftaran) sesuai dengan golongan tahanan
yang bersangkutan
• Mengolah data tahanan berbasis system database
pemasyarakatan (SDP), meliputi :
• Pencatatan surat perintah/penetapan penahanan
• Pengambilan 10 (sepulu) sidik jari tangan
• Pengambilan foto
• Membuat usulan remisi,PB,CB, CMB bagi narapidana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
• Mengoreksi dan memparaf surat lepas rangkap 2 (dua) untuk
diberikan kepada narapidana yang bebas dan sebagai arsip
registrasi
• Melaksanakan pencatatan narapidana dan tahanan yang akan
dibebaskan, mencata ke dalam registraasi D dalam hal
pengeluaran uang, barang berharga, dan perhiasana milik
tahanan maupun tahanan dengan tanda bukti penerimaan
titipan.
• Memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan.
• Menyusun laporan kerja Sub.Sie yang dilaporkan kepada
Kepala Rutan.
LAYANAN PERAWATAN KESEHATAN
• Pelayanan kesehatan terhadap penghuni yang dilaksanakan oleh
pelayanan kesehatan (Yankes) Rutan Klas IIA Jakarta Timur.
• Memberikan pelayanan pengobatan setiap hari bagi WBP
• Tim Yankes secara periodic melaksanakan pemeriksaan
kesehatan ke kamar hunian (blok), untuk menghindari adanya
wwarga binaan yang sakit dan enggan berobat karena alasan
tertentu.
• Memberikan penyuluhan kesehatan dasar, penyuluhan HIV dan
AIDS, TB, IMS, bahaya penyalahgunaan narkoba, serta universal
precaution (Kewaspadaan universal) bagi warga binaan.
• Memberikan pelayanan kesehatan yang lebih insentif terhadap
penyakit yang berkaitan dengan HIV/AIDS dan TB serta IMS.
• Melaksanakan program dukungan sebaya bagi ODHA
• Melaksanakan konseling dan terapi psikologis bagi warga binaan
yang terkait kasus narkoba.
• Melaksanakan program PTRM bagi pengguna Narkoba jenis
opiate.
• Melaksanakan program rehabilitasi berupa TC, konseling adiksi
bagi warga binaan berlatar belakang narkoba.
• Meningkatkan pemenuhan fasilitas kesehatan dan
mempertahankan kebersihan dan kenyamanan poliklinik sebagai
ruang pengobatan.
• Meningkatkan pelayanan dengan menjalin kerjasama dengan
Kemenkes, Sudinkes Jakarta Timur, Dinas Kesehatan. RS
Pemerintah (RSKO, RS. POLRI, RSCM, RS. Pengayoman),
Yayasan KELIMA, Yayasan PARTISAN, KPA, Yayasan
KHARISMA)
• Melaksanakan pelayanan kesehatan 1 x 24 jam
• Menyediakan obat-abatan di klinik
• Memberikan jadwal berobat setiap harinya bagi WBP
• Melaksanakan pelayanan VCT, PITC, dan PMTCT bagi WBP yang
terindikasi HIV/AIDS.
LAYANAN BANTUAN HUKUM
Kegiatan penyuluhan hukum meliputi :
• Mengadakan kerjasama dengan lembaga hukum yang
mengadakan penyuluhan hukum antara lain dengan pihak :
• L B H
• Mawar Saron
• B N N
• Davidson
• Mendata WBP yang akan mengikuti penyuluhan hukun
• Mengadakan penyuluhan hukum secara berkala untuk WBP
• Membuat daftar hadir peserta penyuluhan
• Menerima WBP yang akan konsultasi tentang hukum, baik hukum
yang sedang dijalani maupun meminta untuk ganti/dicarikan
pengacara
• Membuat pledoi, pembelaan kasasi bagi WBP yang membutuhkan
• Menerima pengacara/penyidik/jaksa/pihak Bapas yang akan
menemui kliennya
• Menerima uang hasil sidakan dari pelayanan tahanan (letter D)
• Untuk dimasukkan ke dalam buku kas tabungan
• Mengeluarkan uang tidak sesuai tagihan pembelanjaan WBP di
kantin kepada pengurus kantin
• Membukukan setiap WBP yang uangnya tersidak ke dalam buku
kas tabungan
• Membuat jadwal kegiatan/penyuluhan
• Membuat rencana anggaran penyuluhan dan membuat laporan
penggunaan anggaran
• Kepala Sub.Sie. Bimbingan Kegiatan
• Tugas
Memberikan bimbingan latihan kerja dan mengelola hasil kerja
sesuai prosedur yang berlaku dalam rangka pembinaan
keterampilan narapidana/tahanan dalam lingkungan Rumah
Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur.
• Uraian Tugas
• Menyusun rencana kerja sub seksi bimbingan kegiatan dan
pengelolaan hasil kerja warga binaan pemasyarakatan dan
mengajukan kepada atasan.
• Melaksanakan instruksi atasan dan memberikan bimbingan
kerja kepada warga binaan pemasyarakatan rumah
tahanan nr\egara Klas IIA Jakarta Timur.
• Melaksanakan bimbingan kegiatan sesuai dengan tugas
pokok yaitu : Pembinaan kepribadian yang terdiri dari
pembinaan rohani dan mental, pendidikan dan perpustakan
juga olah raga /kesenian. Pembinaan kemandirian yang
terdiri dari keterampilan hasil karya dari mote, salon,
melukis kaca, pembuatan tas dan sandal.
• Menugaskan kepada petugas untuk menyiapkan peralatan
dan bahan produksi untuk hasil karya warga binaan
pemasyarakatan
• Mengawasi pelaksanaan bimbingan kegiatan warga binaan
pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIA
Jakarta Timur.
• Menampung dan menginvetarisir hasil kerja karya warga
binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas
IIA Jakarta Timur.
• Memasarkan hasil kerja karya warga binaan
pemasyarakatan dan menerima pesanan.
• Membuat penjualan dengan pembelian barang hasil karya
warga binaan
• Menyetorkan hasil penjualan karya warga binaan
pemasyarakatan kepada bendaharawan dengan menerima
tanda bukti setoran.
• Memberikan upah hasil kerja warga binaan
pemasyarakatan sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang ada, serta mencatatnya dalam buku daftar upah hasil
karya warga binaan pemasyarakatan .
• Mengawasi dan mengevaluasi seluruh bimbingan kegiantan
dalam hal pembuatan hasil karya warga binaan
permasyarakatan.
• Menyeleksi dengan cermat bagi warga binaan
pemasyarakatan yang memiliki bakat serta minat
keterampilan untuk dijadikan sebagai instruksi atau pelatih
buat warga binaan lainnya dalam hal pembuatan hasil
karya di Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur.
• Memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaan jabatan
fungsional umum atau staff bimbingan kegiatan berupa DP3
dan menandatanganinya.
• Memberikan tanggapan keberatan yang diajukan oleh
fungsional umum atau staf bimbingan kegiatan terhadap
penilaian DP3.
• Menyampaikan DP3 kepada atasan untuk mendapatkan
pengesahan
• Memberikan petunjuk dan arahan yang sesuai dengan
tugas pokok dari sub seksi bimbingan kegiatan terhadap
pekerjaan jabatan fungsional umum atau staff bimbingan
kegiatan.
• Menegakkan disiplin dalam lingkungan sub seksi bi,bingan
kegiatan
• Mengusulkan punishment dan reward bagi jabatan
fungsional umum atau staf bimbingan kegiatan
• Mengusulkan promosi jabatan dalam rangka
pengembangan karier jabatan fungsional umum atau staff
bimbingan kegiatan agar lebih maju lagi
• Memberikan semangat untuk meningkatkan mutu
pengetahuan, keterampilan dalam rangka kelancaran tugas
• Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar, serta
mengarsipkan segala surat dan dokumentasi yang terkait
dengan sub seksi bi,bingan kegiatan
• Membuat konsep surat sesuai dengan arahan dari atasan
yaitu kepala Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur
• Menyampaikan laporan mengenai hasil kegiatan pada sub
seksi bimbingan kegiatan kepada atasan yaitu kepala
Rumah Tahanana Klas IIA Jakarta Timur
• KEGIATAN PADA SUB SIE BIMBINGAN KEGIATAN
• Pembinaan kepribadian
• Pembinaan kerohanian yang terdiri dari :
• Agama Islam
• Agama Kristen
• Agama Budha
• Pembinaan Pendidikan dan Perpustakaan
•Latihan Bahasa Inggris
• Olah Raga
• Senam rutin yang diadakan setiap hari Senin, Rabu
dan Jumat
• Senam BL yang diadakan setiap hari Senin sampai
hari Kamis
• Bulu Tangkis
• Bola Volley
• Tenis Meja
• Kesenian
• Vocal Group
• Tarian
• Pembinaan kemandirian
• Mote
• Salon
• Melukis kaca
• Kreasi tas
KEADAAN PEGAWAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin NO PENDIDIKAN JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 S2 1 5 6
2 S1 19 29 48
3 D3 0 6 6
4 SLTA 63 83 146
5 SLTP 1 0 1
J U M L A H 84 123 207
Berdasarkan Golongan Ruang NO GOLONGAN JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 IV 0 2 2
2 III 46 68 114
3 II 38 53 91
4 I 0 2 0
J U M L A H 84 123 207
Berdasarkan Pembagian Tugas Pegawai NO BIDANG USAHA JUMLAH
1 TATA USAHA 3
2 SUB SEKSI PENGELOLAAN 28
3 SUB SEKSI BIMBINGAN KEGIATAN 25
4 SUB SEKSI PELAYANAN TAHANAN 38
5 KESATUAN PENGAMANAN RUTAN 113
207
SARANA DAN PRASARANA
Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur memiliki sarana dan prasarana
pendukung dalam melaksanakan tugas-tugas baik tugas perkantoran maupun tugas
pelayanan dan pembinaan baik kepada masyarakat dan warga binaan
pemasyarakatan. Dengan luar lahan kurang lebih 2.077 m2 Rumah Tahanan Klas IIA
Jakarta Timur memiliki bangunan dengan tingkat pengamanan ,Maksimum security di
antaranya :
• Bangunan Perkantoran
• Paviliun hunian
• Bangunan tempat ibadah
• Bangunan poliklinik
• Bangunan dapur
• Pos Menara
• Halaman parkir
Rencana perbaikan/Renovasi Pihak Rutan berencana akan mengadakan renovasi di semua blok hunian yang ada, karena beberapa bagian dari blok hunian, sarana dan prasarana telah mengalami kerusakan yang cukup parah, karena keterbatasan dana yang ada di Rutan Klas IIA Jakarta Timur, maka dana untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan tersebut didapat
atau berasal dari bantuan Yayasan yang ingin menyumbang dalam bentuk hibah, yaitu berbentuk material.
KENDALA YANG DIHADAPI
Rumah Tahanan Negara Klas IIA Jakarta Timur dalam melaksanakan program baik
dalam perkantoran maupun pembinaan WBP mengalami kendala-kendala yang
dihadapi diantaranya adalah :
• Over kapasitas
• Kekurangan pegawai/Sumber daya manusia (SDM)
• Minimnya Anggaran
• Masih belum memilik lahan sendiri (lahan Pemda)
• Listrik selalu naik turun dikarenakan daya listrik yang tidak memadai
• Akibat dari arus listrik yang tidak stabil, pompa – pompa yang berada di
semua blok hunian dan perkantoran selalu mengalami kerusakan
• Kondisi air di dalam blok hunian dan perkantoran yang tidak sehat (tidak
layak untuk keperluan mandi)
• Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai
• Belum adanya tempat penyimpanan barang – barang Milik Negara yang
sudah rusak /tidak layak pakai
LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN DAN USULAN UNTUK
MENGOPTIMALKAN KINERJA YANG AKAN DATANG
• Penanggulangan over kapasitas, melalui mutasi narapidana ke Lapas wanita
di luar Jakarta sesuai dengan persetujuan Direktorat Jenderal
• Peningkatan pemberian program remisi dan program pembinaan CMB, PB
dan CB
• Penanggulangan pegawai pada tahun 2013 melalui koordinasi Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Rumah Tahanan
Negara Klas IIA mendapatkan bantuan Pegawai sebanyak 12 (dua belas)
orang, untuk menambah kekuatan di bidang keamanan.
• Penanggulangan anggaran pihak Rutan telah melakukan revisi anggaran
yang ada dalam rangka melakukan kegiatan yang ada dapat berjalan
dengan baik.
• Mengusulkan kepemilikan tanah dan gedung kepada Pimpinan Pusat untuk
menjadi hak milik Rutan Klas IIA Jakarta Timur
• Mengusulkan anggaran untuk menambah daya listrik
• Mengusulkan pengadaan stabilizer listrik
• Mengusulkan pengadaan filter air
• Menambah atau memperbaiki sarana dan prasarana yang ada
• Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang Milik Negara yang sudah
rusak/tidak layak pakai.
Foto di depan gerbang RUTAN saat observasi
Foto saat kegiatan pengajaran Agama Islam di Masjid Al-Ikhlas RUTAN
Foto Saat Kegiata Program Pemberdayaan Warga Binaan Narapidana
Wanita
Training of Trainer “Batik
Girl”
Narapidana sedang
berkreatifitas
Hasil Karya Narapidana
Foto Observasi dan Wawancara
Saat Observasi dengan Sub Sie Pelayanan Tahanan (Ibu Ari Budiningsih,
Amd. IP, SH
Saat Observasi dan Wawancara dengan Pak Aginto (Unit Pengelolaan)
Observasi dan Wawancara dengan Sub. Sie Bimbingan Kegiatan (Ibu
Yeyen, Amd. IP, SH.MH)
Sa
Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin)
Wawancara dengan Tim Pengajar ESQ (Ibu Eva)
Wawancara dengan Tim Pengajar Kementrian Agama (Bapak Rusfendi)