menciptakan narapidana trampil dan mandiri

14
2009 Pemberdayaan Narapidana di Bidang Konstruksi Tulisan ini hanya merupakan tumpah ruahnya suatu realitas yang terjadi dan dirasakan penulis selama menjadi narapidana, apakah kemudian harapan ini akan tetap menjadi angan atau realitas perbaikan dikemudian hari…… bukan lah target dari penulis. Penulis hanya ingin menumpahkan rasa yang ada dalam hati dan jiwanya dalam corat coret ini.

Upload: errol-widiastama

Post on 14-Jun-2015

667 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

20

09

Pem

berd

ayaan

Narap

idan

a

di

Bid

an

g K

on

str

uksi

Tulisan ini hanya merupakan tumpah ruahnya

suatu realitas yang terjadi dan dirasakan penulis

selama menjadi narapidana, apakah kemudian

harapan ini akan tetap menjadi angan atau realitas

perbaikan dikemudian hari…… bukan lah target dari

penulis. Penulis hanya ingin menumpahkan rasa yang

ada dalam hati dan jiwanya dalam corat – coret ini.

Page 2: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 2

Assalamualaikum Wr.Wb

Konsep perlakuan terhadap narapidana dari waktu ke waktu terus

mengalami perubahan sebagai konsekuensi logis dari dinamika

perkembangan jaman. Perlakuan terhadap terpidana dari sistem

kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan juga mengalami perubahan

Pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan narapidana yang

memandang narapidana sesuai dengan fitrahnya baik selaku pribadi, anggota

masyarakat maupun mahluk Tuhan menempatkan narapidana bukan semata-mata

sebagai alat produksi.

Sistem pemasyarakatan dalam memberikan pembinaan terhadap narapidana

memandang pekerjaan bagi narapidana bukan semata-mata dimaksudkan untuk tujuan

komersial yang bersifat profit oriented namun lebih dimaksudkan sebagai media bagi

narapidana untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi, anggota keluarga dan

anggota masyarakat melalui kegiatan-kegiatan bimbingan kerja yang bermanfaat

sehingga baik selama maupun setelah menjalani pidana dapat berperan utuh

sebagaimana layaknya anggota masyarakat lainnya.

Sistem Pemasyarakatan sebagai bagian dari pembangunan di bidang Hukum khususnya

dan Pembangunan Nasional bangsa Indonesia pada umumnya memiliki arti yang sangat

penting, terlebih dengan perubahan lingkungan yang strategis dari waktu ke waktu

baik dalam skala Nasional, Regional maupun Internasional.

Arti penting Lembaga Pemasyarakatan tersebut belum dapat diimbangi dengan kinerja

Lembaga Pemasyarakatan secara optimal, hal itu terlihat dengan masih banyaknya

narapidana sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan yang tidak bekerja dan masih

banyak pula narapidana yang sama sekali tidak memiliki ketrampilan kerja, atau

dengan kata lain masih banyak di jumpai narapidana yang menganggur dan menjadi

pengangguran.

Sejalan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di Lembaga Pemasyarakatan

sebagai usaha rasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka

upaya peningkatan kualitas profesionalisme/ketrampilan dan kemandirian adalah

merupakan suatu media dalam rangka mewujudkan reintegrasi sosial narapidana yaitu

pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana baik

sebagai pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan. …. Wallahualam bisawab.

SEK

APU

R S

IRIH

Page 3: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 3

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA NARAPIDANA

MENJADI TRAMPIL dan MANDIRI.

Sistem Pemasyarakatan dalam Undang-Undang No.12 tahun 1995 Pasal (1) Ayat (2) adalah:

Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan

Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Dari uraian di atas maka Sistem Pemasyarakatan mempunyai tujuan akhir yaitu memulihkan kesatuan hubungan sosial ( reintegrasi sosial ) Warga Binaan dalam masyarakat, khususnya masyarakat di tempat tinggal asal mereka.

“Tindakan tanpa visi tidak ada artinya, visi tanpa

tindakan tidak membuahkan apa pun,tetapi bila

keduanya digabung dapat menghasilkan sesuatu

yang luar biasa”

A. U

MU

M :

Page 4: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 4

Program-Program Pembinaan yang dijalankan diLapas secara

berkesinambungan, bermuara dari Pembinaan Kepribadian s/d Pembinaan

Kemandirian haruslah berorientasi pada program,-program yang praktis,

sistematis, berdaya guna dan tepat guna, sehingga pada akhirnya dapat

menciptakan manusia-manusia ( ex. narapidana ) yang trampil

( berkemampuan keilmuan ) dan Mandiri ( berkemampuan secara financial

) dan mempunyai kepribadian yang tangguh, tidak mudah putus asa yang

menyebabkan mereka mencari jalan pintas negatip dan melanggar hukum

kembali.

BAGAIMANA MENCIPTAKAN NARAPIDANA TRAMPIL

dan MANDIRI…..?

Secara umum dapat dikatakan bahwa seseorang ( narapidana ) menjalani kehidupan

dilapas itu, mau tidak mau, harus dapat menerima terlebih dahulu vonis atas

kesalahan yang dibuat baik sengaja atau tidak sengaja dengan kesadaran dan

instrospeksi diri, dengan dasar itulah, seorang narapidana akan berbesar hati dan

tabah untuk menerima segala ujian atau musibah yang dihadapinya dengan menjalani

masa pidananya di Lapas.

Untuk itulah semua Program Pembinaan di Lapas haruslah dilakukan secara

berkesinambungan, dari :

1. Pola pendekatan petugas keamanan lapas yang

bersifat dinamis, ( memanusiakan manusia didalam melakukan kegiatan

disiplin, tata tertib yang harus diikuti oleh seorang narapidana ), kenyamanan

dan keamanan kejiwaan ini akan menjadi modal utama seorang narapidana

untuk berpartisipasi aktif mengikuti program-2 pembinaan selanjutnya,

ditambah dengan program pendekatan kerochanian yang dilakukan secara

terus-menerus di tempat-2 ibadah yang ada. Karena Aman dan Nyaman itu

adalah “ RASA”, dimana RASA itu adalah JIWA, sehingga pendekatan kejiwaan

B. S

PESIF

IK :

Page 5: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 5

hanya dapat dilakukan dengan Pengamanan yang bersifat Dinamis dan dua

arah, bukan melalui pendekatan Pengamanan Statis, yang lebih bersifat fisik,

satu arah dan indoktrinasi dan akhirnya narapidana hanya menjadi obyek

semata. Dalam hal ini perubahan perilaku petugas pemasyarakatan sebagai

Pembina narapidana harus mampu ditunjukkan dan dapat menjadikan cermin

yang baik bagi yang dibina. Gaya pembina yang kadang-kadang sok jagoan atau

sok kuasa dari beberapa oknum petugas lapas, akan menjadi kontra produktif

bagi proses perubahan perilaku dan akan menyebabkan efek dendam dan sakit

hati yang berkepanjangan.

2. Adanya Reward dan Punishment bagi Narapidana, Penghargaan atau Penghukuman bagi Narapidana harus disosialisasikan secara

transparan, sehingga Narapidana menjadi tahu hak dan kewajibannya secara

pasti, Hadiah/Penghargaan ( Remisi, Asimilasi, PB dan CMB ) diumumkan secara

transparan pada blok-2 hunian narapidana, sehingga mereka yang

mendapatkannya menjadi bangga dan dapat menjadikan narapidana lainnya

yang belum mendapat, berlomba-lomba untuk mendapatkan penghargaan

dimaksud dengan selalu mengikuti tata tertib, kedisiplinan dan program-2

pembinaan yang dilakukan oleh Lapas, demikian juga sebaliknya apabila terjadi

Penghukuman yang diumumkan, akan membuat malu siterhukum dan membuat

tidak akan mengulang lagi pelanggaran disiplin dan tata tertib, dan bagi yang

tidak berbuat, akan segan/malu dan takut untuk melanggar aturan lapas, jadi

untuk Penghukuman perlu diterapkan “ BUDAYA MALU PENGHUKUMAN ” (

Konsekwensi pemberian Penghargaan dan Penghukuman yang dilakukan secara

tranparan dan tidak tebang pilih, akan membuat narapidana hormat, disiplin

dan patuh untuk mengikuti semua program pembinaan di Lapas ).

3. Penelusuran Minat dan Bakat yang Berdaya Guna dan

Tepat Guna, Penelusuran minat dan bakat harus dicatat sejak dari para

terpidana masuk dalam lapas, sehingga akan mempermudah pihak lapas apabila

akan melakukan pengelompokan didalam melakukan pembinaan-pembinaan

awal, sehingga sejak awal narapidana tidak merasa hanya di jadikan obyek

saja, tetapi mereka juga dijadikan subyek, yaitu dapat memilih secara langsung

program pembinaan minat dan bakat apa saja yang dapat diikutinya.

Sebagai subyek, narapidana akan merasa diperlakukan sebagai manusia, dan

akan dengan sepenuh hati mengikuti program-program pembinaan yang

diadakan oleh Lapas, Sentuhan hati yang merasa diperlakukan sebagai manusia

Page 6: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 6

dan tidak merasa hanya dijadikan obyek, akan membuat seorang narapidana

menjadi pribadi yang tangguh dan merasa dibutuhkan untuk menciptakan suatu

karya-karya yang nyata.

Rasa bersalah seorang narapidana akan menjadikan suatu dorongan mental

kejiwaan yang kuat sekali untuk dapat berbuat yang lebih baik dan tidak ingin

mengulangi kesalahan yang ada. Dengan kekuatan mental, kejiwaan seperti ini

akan lebih menampakkan hasil apabila Lapas mengembangkan Pembinaannya

secara praktis, sistematis, berkesinambungan, berdaya guna dan tepat

guna, tidak mustahil didalam Lapas akan menjadi pendidikan manusia-2 yang

unggul dan mampu menciptakan karya-2 inovatif, kreatif bahkan mendatangkan

keuntungan ( profit ) yang secara langsung akan mengurangi beban pemerintah

didalam penyediaan anggaran yang selama ini dirasakan terlalu minim.

4. Pemberian Kesempatan dan Kepercayaan, Hal ini harus

dimulai dari Insan Pemasyarakatan terlebih dahulu baru kemudian pihak luar

akan menjadi yakin dan percaya, bahwa para narapidana yang dibina didalam

Lapas sambil menjalankan pidananya, dapat berubah menjadi pribadi/manusia

yang unggul, kreatif, inovatif, trampil dan mandiri, Dengan adanya program

monitoring terhadap perilaku para narapidana secara rutin dan

berkesinambungan didalam melakukan pembinaan awal sampai dengan

pembinaan lanjutan, secara nyata para narapidana akan merasakan sebagai

subyek, sehingga mereka akan mengikuti semua program tanpa harus disuruh,

mereka akan berpartisipasi aktif secara sukarela, karena menganggap

Kesempatan yang diberikan dalam Program Pembinaan ini adalah bentuk

Kepercayaan Lapas ( insan Pemasyarakatan ) untuk dapat menjadikan

narapidana sebagai manusia seutuhnya.

Kepercayaan untuk seorang narapidana itu adalah mutlak, karena dengan

statusnya sebagai narapidana itu, merasa bahwa kalau mereka sudah tidak

dipercaya lagi adalah sama dengan mereka itu adalah binatang. Kepekaan

perasaan terhadap kepercayaan yang diberikan oleh Lapas sangat berpengaruh

besar terhadap perubahan perilaku narapidana menjadi lebih baik.

Kepercayaan Lapas untuk memberikan mereka kesempatan menjadi Tamping

pekerja atau Pemuka Kerja dan kemudian mereka dipersilahkan untuk

membuat program-program dan juga melaksanakan program sesuai jabatan

yang telah dipilihnya, akan menyebabkan pemikiran mereka menjadi terbuka (

kreatif dan inovatif ) dan berperilaku positip, mereka tahu setiap pelaksanaan

program yang baik akan mendapatkan Reward/Penghargaan, minimal berupa

Page 7: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 7

ucapan terima kasih, berupa remisi tambahan, asimilasi dan lain-lain

sebagainya. Ucapan terima kasih saja, bagi narapidana sangatlah besar artinya,

karena dengan itu mereka merasa dipercaya, sehingga perasaan sebagai

manusia menjadi timbul dan dapat menjadikan kekuatan positip diri sendiri

untuk menjadi pribadi yang berubah baik dan unggul.

5. Kemudahan dan Transparansi Pengurusan Hak-Hak

Narapidana, motto lama insan pemasyarakatan “ Kalau Bisa Dipersulit,

Kenapa mesti Dipermudah “ harus dikikis habis dengan adanya reformasi

birokrasi dilingkungan Pemasyarakatan, karena motto lama itu sangatlah kontra

produktif didalam melakukan pembinaan bagi narapidana, yang akhirnya secara

tidak langsung akan membebani anggaran Pemerintah, narapidana menjadi

takut mengurus hak-haknya, sehingga apabila tidak diurus, narapidana menjadi

makin lama menjalani masa pidananya dan akhirnya narapidana bukanlah

menjadi sumber daya manusia yang produktif, karena mereka lebih memilih

menjalani apa adanya masa pidana tanpa memperdulikan hak-haknya.

Narapidana jugalah manusia, kalau sudah merasa melaksanakan kewajibannya,

tetapi hak-haknya tidak diperhatikan, bahkan cenderung dipersulit, akhirnya

mereka menjadi manusia yang apatis, tidak produktif dan pada akhirnya makin

merasakan ketidak adilan yang mendalam dalam kehidupannya, sehingga

mereka berbuat semaunya didalam lapas, bahkan ada kecenderungan

menjadikan Lapas sekolah kejahatan dan akhirnya pembinaan menjadi gagal,

mereka menjadi orang jahat, yang mana setelah selesai menjalani masa

pidananya, tidak ragu-ragu lagi mengulangi perbuatan pidananya, karena

mereka merasa menjadi manusia yang terbuang.

6. Merubah Paradigma dan Membuat Profil Keunggulan

Lapas dalam Pemberdayaan Narapidana, yang mengatakan

bahwa Narapidana adalah manusia yang gagal mengatasi masalah kehidupan,

dirubah menjadi Narapidana adalah manusia yang menyadari kegagalannya

untuk kemudian mampu menjadi manusia yang unggul mengatasi semua

permasalahan kehidupannya, setelah menjalani pembinaan didalam Lapas.

Perubahan paradigma diatas, secara langsung berdampak besar pada

pembentukan kepribadian narapidana selama menjalani masa pidananya.

Optimisme yang besar menjadikan semangat untuk merubah dirinya menjadi

manusia seutuhnya, tertib hukum dan tidak ingin mengulangi kesalahannya

untuk ke dua kalinya.

Page 8: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 8

Dan yag dimaksud dengan Profil Keunggulan Lapas Dalam

Pemberdayaan Narapidana, tak ubahnya seperti membuat company

profil perusahaan didalam dunia bisnis, dimana lapas dapat membuat suatu

leafet, brosur ataupun Company Profile lengkap dengan referensi kemampuan

dan keahlian para Narapidana yanag telah bersertifikat, sarana dan prasarana

yang dimiliki didalam melakukan produksi dan foto-2 hasil produksi yang telah

dihasilkan, Hal ini akan membuat masyarakat / dunia usaha tahu

kemampuan/keahlian dari narapidana pada khususnya dan Program pembinaan

yang berhasil dari Lapas pada umumnya, yang mana pada akhirnya masyarakat

atau dunia usaha menjadi tertarik dan mau menerima/memperkerjakan

narapidana didalam aktivitas usaha mereka.

7. Sosialisasi Program-program Pembinaan seperti

Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat dan

Cuti Menjelang Bebas kepada Masyarakat diluar

tembok Penjara, Program-program diatas sangatlah berdampak besar

kepada perubahan perilaku narapidana, apabila hak-hak diatas diberikan

dengan makna yang dalam dari suatu penghargaan terhadap perubahan perilaku

narapidana yang tertib dan disiplin didalam mengikuti program-2 pembinaan

yang dijalankan di Lapas dan bukanlah hanya menjadi program rutin dilapas

dikarenakan memang hukumannya telah memasuki 1/2 atau 2/3 masa pidana.

PEMAKNAAN PROGRAM INI sebagai SUATU PENGHARGAAN akan sangat lebih

bermanfaat daripada dijadikan RUTINITAS PROGRAM TANPA MAKNA. Dan

sosialisasi yang terus menerus dari pihak Lapas kepada Masyarakat diluar

Penjara, baik dalam pemberitaan maupun dalam pelaksanaan asimilasi dengan

pihak ke III, hal tersebut akan membuat masyarakat diluar penjara atau dunia

usaha dalam hal ini menjadi tahu bahwa narapidana yang menjalani program-2

diatas adalah narapidana-2 pilihan/tangguh dan telah selesai menjalani

program-2 pembinaan awal dengan baik dan siap untuk melakukan re-integrasi

social dengan masyarakat kembali atau dengan dunia usaha tempat mereka

bekerja dahulu.

Pemahaman dari masyarakat di luar tembok penjara, dunia usaha pada

khususnya akan mengurangi sedikit demi sedikit stigma negatip narapidana,

karena mereka yang di asimilasi adalah benar-2 narapidana yang telah berubah

perilakunya, tangguh, produktif, kreatif, trampil.

Page 9: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 9

8. Jangan jadikan dalih suatu pembenaran, bahwa

Kekurangan Anggaran atau Kesejahteraan dalam

Lapas untuk kemudian tidak melakukan pembinaan

yang optimal, Manusia itu tidak peduli dia narapidana atau

petugas/Pembina, pada umumnya didalam menghadapi suatu tekanan atau

keterbatasan akan menjadi 2 type manusia yang berbeda, dapat menjadi

manusia apatis dan masa bodoh, atau menjadi manusia kreatif dan cerdas,

untuk itulah Program-2 Pendekatan kemanusian yang Dinamis seperti salah

satunya menjadikan petugas sebagai Wali Pemasyarakatan, dapat terjadi

komunikasi dua arah yang saling menguntungkan kedua belah pihak secara

positip.

Komunikasi/berbicara adalah kebutuhan manusia hidup untuk berbagi atau

mengeluarkan suatu tekanan kejiwaan yang dirasakannya, apabila tekanan-

tekanan ini mendapatkan saluran yang tepat dan positip akan terjadi kekuatan

positip untuk dapat mengatasi segala kekurangan yang ada, baik ditinjau dari

sudut petugas maupun narapidananya itu sendiri.

Petugas menjadi visioner, narapidana menjadi kreatif dan cerdas yang mana

apabila kedua unsur ini disinergikan secara positip dan bertanggung jawab akan

dapat menjawab tantangan kedepan bagaimana sistim pemasyarakatan dapat

berjalan dengan baik seperti yang dicita-citakan bersama, Kekurangan

kesejahteraan, kekurangan anggaran, over kapasitas bukanlah dijadikan suatu

alasan pembenaran diri bahwa kehidupan didalam lapas tidak dapat berjalan

optimal sebagaimana visi dan misi pemasyarakatan itu sendiri.

Peluang kerja dapat diciptakan dalam situasi dan kondisi seperti ini,

narapidana dapat menciptakan kreatifitasnya, membuka hubungan relasi

usahanya, meciptakan produksi dalam lapas yang bernilai jual ekonomis,

Petugaspun dapat menfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang ada, maka

terdapatnya unit produksi didalam lapas yang dapat menutup kekurangan

anggaran didalam melakukan pembinaan dan juga menambah kesejahteraan

bagi petugas secara proporsionil dan professional.

9. LAPAS harus memberanikan diri mencari kesempatan

/ lapangan pekerjaan secara masal, bukan lapangan

pekerjaan yg individual, saat ini Lapas mengartikan Asimilasi Pihak

Ke III, atau pemberian kesempatan narapidana berintegrasi keluar/bekerja

kepada pihak ke III, adalah secara individual/per orangan ( napi mencari sendiri

Page 10: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 10

pihak ke III yang dimaksud dan kemudian lapas hanya sebagai fasilitator pasif

kecuali hanya menjaga dalam hal pengamanan saja dan kontrak hanya berlaku

bagi seorang napi ).

Hal ini hanya dinikmati oleh beberapa orang narapidana saja dan kalaupun itu

dilakukan, hanya bersifat proforma yang tidak mendapatkan output balik bagi

Lapas ataupun narapidana lainnya yang tidak mempunyai kesempatan untuk

mendapatkan sendiri pihak ke III/dunia usaha yang dimaksud. Lapas seharusnya

dapat berperan aktif memanfaatkan pihak ke III/perusahaan didalam kontrak

individual dimaksud dengan meminta agar dapatnya menerima lebih dari satu

orang atau bersifat masal dan kemudian berani merubah kontrak, yang semula

antara Narapidana dengan Pihak Ke III dirubah menjadi antara Lapas dan Pihak

Ke III sebagai payung hukum selama periode tertentu, sehingga keluarnya

seorang narapidana karena habis masa pidananya, tidak akan mengakhiri masa

kontrak antara Lapas dengan Pihak Ke III tersebut dan dapat diisi oleh

Narapidana lainnya yang telah memenuhi persyaratan untuk Asimilasi dengan

Pihak III, sehingga program asmiliasi pihak ke III dapat berjalan dengan

berkesinambungan dan dapat menciptakan output balik untuk Lapas sendiri,

didalam mengatasi kekurangan anggaran didalam melakukan pembinaan yang

berkesinambungan.

1. Kepedulian Keluarga, Masyarakat dan Dunia Usaha, Setelah Lapas ( Insan Pemasyarakatan ) membuka diri dengan sosialisasi

program-2 pembinaan internal, maka masyarakat diluar tembok penjara

perlu berpartisipasi aktif dengan melihat bukti-2 program pembinaan yang

dilakukan di dalam Lapas seperti melakukan Kunjungan Keluarga, melihat-2

hasil karya narapidana dan mendukung program-2 pembinaan yang

berdampak simbiosis mutualisme baik bagi lapas, narapidana maupun dunia

usaha ( karena secara faktual Pemerintah kekurangan anggaran didalam

melakukan program-2 pembinaan yang dinamis, sistematis dan

berkesinambungan ).

2. Hilangkan Pemberitaan yang berat Sebelah dari

Media Cetak & Elektronik, Sangatlah penting sekali pemberitaan

yang obyektif dan terukur oleh media cetak dan elektronik, dimana selama

ini pemberitaan yang terjadi selalu berat sebelah dan hanya menyoroti

Page 11: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 11

adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Lapas maupun

Narapidana. Hal ini akan membuat masyarakat menjadi antipati kepada

Narapidana dan Lapas, yang berakhir dengan kuatnya stigma negatip

terhadap narapidana dan kegagalan Lapas sebagai lembaga Pembinaan.

Media harus menjadi corong atau suara yang obyektif tentang kehidupan

didalam penjara dan Lapaspun harus bersifat terbuka kepada Media dan

pro-aktif terhadap perkembangan IT, Aktifitas pemberitaan ( seperti

menggunakan website, sarana pameran dll )

3. Jangan Jadikan Lapas/Rutan sebagai ajang Balas

Dendam Politis yang menyebabkan terjadinya

diskriminasi hukum, UU. No.12 Tahun 1995, tentang

Pemasyarakatan, adalah Undang-2 yang dapat dijadikan panutan/tolok ukur

proses pemidanaan, undang-2 ini sangatlah lengkap baik secara filosofi

maupun aplikasi pelaksanaan, yang intinya adalah bagaimana seorang

manusia yang melanggar hukum, kemudian menjadi narapidana, dihukum

dengan proses penjeraan dan kemudian dilakukan pembinaan yang

berwawasan pendekatan kemanusiaan, sehingga narapidana tersebut

menjadi sadar, taat hukum dan siap terjun kembali kelingkungan

masyarakat, bangsa dan negara sebagai manusia seutuhnya.

Yang mana saat ini peraturan perundang-undangan yang dibuat dan dibawah

UU. No.12 tahun 1995, banyak sekali yang bertentangan, multi tafsir,

bersifat abu-abu dan selalu berdasarkan kepentingan politis dengan

mengatas namakan “ Menyakiti Rasa Keadilan Masyarakat “, padahal secara

fakta masyarakat mana yang disakiti kecuali masyarakat politis,

pertentangan dan perubahan peraturan perundangan-2 inipun sudah sering

disuarakan, tetapi selalu kandas secara politis, ganti presiden ganti aturan,

ganti menteri ganti aturan, sehingga Insan Pemasyarakatanpun sering

dibingungkan dan kadang-2 tidak setuju, tetapi tidak mampu berbuat

apapun, sehingga timbul wacana terbaru, agar Ditjenpas merupakan

organisasi yang berdiri sendiri tidak dibawah dari Depkumham…..

Wallahualam.

4. Berikan Kesempatan, Kepercayaan dan Ruang

Pembuktian Diri bagi Narapidana, banyak faktor yang

menyebabkan seseorang manusia menjadi narapidana seperti, faktor

tekanan ekonomi, factor politis, factor mental dan kejiwaan, factor kurang

Page 12: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 12

beruntung, factor lingkungan yang tidak kondusif dan banyak lagi factor-2

lainnya, maka tidaklah benar kalau kemudian masyarakat diluar/dunia

usaha menganalogikan semua narapidana adalah penjahat, yang benar

bahwa seorang narapidana adalah manusia yang telah salah jalan,

melanggar hukum atau bernasib kurang baik, maka dengan itu, seorang

narapidana pada umumnya dapat berubah perilakunya apabila masyarakat,

keluarga, dunia usaha memberikan kesempatan, kepercayaan dan ruang

pembuktian diri agar narapidana tersebut menjadi manusia yang seutuhnya,

dapat berperan serta secara aktif mengisi pembangunan disegala bidang

dengan segala ilmu dan keterampilannya. Telah banyak terbukti bagaimana

seorang narapidana atau ex. Narapidana dapat menjadi manusia yang baik,

bahkan menjadi ustad, menjadi pengusaha, selama diberikan kesempatan

dan kepercayaan untuk membuktikannya.

5. Dunia Usaha dengan CSR nya (community social

responsibility) harus berani berperan aktif

mendukung program pembinaan yang bersifat

produktif dan memberikan dampak simbiosis

mutualisme bagi kedua belah pihak. Dunia usaha sudah

seharusnya memberikan kesempatan yang luas kepada narapidana atau ex.

Narapidana untuk ikut berpartisipasi kembali dalam ikut memutar roda

ekonomi pembangunan, memberikan stigma negatip bukanlah jalan keluar

yang bijaksana, saling menyalahkan atau menyudutkan jugalah bukanlah

tindakan yang positip, jelas sekali banyak factor seseorang untuk menjadi

narapidana, dapat dari kehilangan pekerjaan, himpitan perekonomian dan

lain-2 sebagainya, yang mana sebenarnya salah satu penyebabnya adalah

juga karena dunia usaha yang lesu dan roda pekenomian yang tidak berputar

stabil.

Untuk itulah bagi Dunia Usaha besar dan telah mempunyai CSR dapat

menggunakan CSRnya membantu pemerintah atau Lapas pada khususnya,

untuk melakukan pemberdayaan narapidana atau ex. Narapidana secara

saling menguntungkan dan mempunyai sifat social yang tinggi, sesuai

dengan tujuan penggunaan dari CSR tersebut. Jelas sekali keunggulan-

keuanggulan pola perilaku seorang narapidana atau ex.narapidana, yang

mana dengan kehilangan kebebasannya, masih harus bertanggung jawab

kepada keluarganya, harus menjalani tertib berdisiplin hidup didalam lapas

apabila ingin mendapatkan hak-haknya seperti Remisi, Pembebasan

Bersayarat, dan hak-hak lainnya, hal-hal tersebut merubah seorang

Page 13: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 13

narapidana atau ex.narapidana menjadi pribadi yang tangguh, tidak ingin

mengulangi kesalahannya kembali. Disinilah Dunia usaha harus berani

mecoba dan membuktikan bahwa stigma negatip itu tidaklah benar.

Untuk itulah apabila SISTIM PEMASYARAKATAN dijalankan secara konsisten dan 3 Pilar

Utama Pemasyarakatan berperan secara aktif dan proporsionil, maka pembinaan

narapidana dapat berjalan dengan baik dan dengan tindakan lanjut dalam hal

Pemberdayaan Narapidana sebagai sumber daya manusia yang Produktif. Maka

Pemerintah, Narapidana dan Masyarakat akan mendapatkan manfaat masing-2 secara

maksimal, seperti digambarkan dalam contoh dibawah ini :

Tulisan masih akan bersambung, tergantung hati, pikiran dan lapangan orientasi

penulis. Pada tulisan yang akan datang, penulis akan memperbandingkan secara

normatif dengan undang-2 dan peraturan tertulis yang berlaku dilingkungan

Pemasyarakatan

Page 14: Menciptakan Narapidana Trampil Dan Mandiri

Page 14