pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan...

158
PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN ISLAM TERHADAP TINGKAT RASA PERCAYA DIRI NARAPIDANA WANITA KELAS II A DI LP WANITA BULU SEMARANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Oleh: NUR HIDAYAH NIM: 0711110025 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: lythuan

Post on 09-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN

MENTAL KEAGAMAAN ISLAM TERHADAP TINGKAT

RASA PERCAYA DIRI NARAPIDANA WANITA

KELAS II A DI LP WANITA BULU SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

Oleh:

NUR HIDAYAH

NIM: 0711110025

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

ABSTRAKSI

Nur Hidayah (07111025) Penelitian ini berjudul “Pengaruh Intensitas

Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya

Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang” dengan tujuan

untuk mengetahui adakah pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A

di LP Wanita Bulu Semarang (Skripsi). Semarang: Program Strata I Jurusan

Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,

2011.

Kajian pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan

pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap

tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu

Semarang. Dua dimensi dalam penelitian ini adalah intensitas melaksanakan

pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri narapidana wanita.

Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam difokuskan pada lima aspek yaitu:

frekuensi, motivasi, perhatian, spirit of change dan efek sedangkan percaya diri

narapidana wanita difokuskan pada empat aspek yaitu: keyakinan kemampuan

diri, optimis, bertanggung jawab, dan rasional dan relistis.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena data-data yang

diperoleh berupa data-data numerik dan pengolahan datanya dengan

menggunakan statistik. Penelitian ini berupaya untuk menguji hipotesis penelitian

dengan mengaitkan intensitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam yang diasumsikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap percaya diri

narapidana wanita.

Subyek penelitian sebanyak 40 responden, pengambilan sampelnya

menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan datanya menggunakan

angket dengan menggunkan skala Likert, data yang diperoleh dari angket yang

disebar pada responden, berupa angket tertutup yang berbentuk rating scale.

Penelitian ini mempergunakan metode analisis kolerasi momen tangkar

dari pearson dan analisis regresi (analisis regresi dengan menggunakan skor

kasar). Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh intensitas mengikuti pembinaan

mental keagamaan Islam terhadap percaya diri narapidana wanita ditunjukkan dari

hasil Freg = 83,91 yang dikonsultasikan dengan r tabel dengan N = 40 atau derajat

kebebasan db = 40 - 2 = 38. Harga F pada tabel taraf signifikan 1% = 7,35 dan

untuk taraf signifikan 5% = 4,10 pada tabel dapat diketahui bahwa F reg = 83,91

> Ft 5% = 4,10 = Signifikan dan hipotesis diterima, F reg = 83,91 > Ft 1% = 7,3 =

Signifikan dan hipotesis diterima.

Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan

masukan bagi semua pihak atau intansi yang terkait.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan

lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupum yang belum

atau tidak diterbitkan. Sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dari daftar pustaka.

Semarang, 04 Desember 2011

NUR HIDAYAH

NIM. 071111025

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS DAKWAH

Jl. Prof. DR. Hamka (Kampus III) Ngaliyan Telp./Fax. (024) 7606405 Semarang 50185

NOTA PEMBIMBING

Lamp. : 5 (lima) eksempelar

Hal. : Persetujuan Naskah Skripsi

Kepada

Yth. Ibu Ketua Jurusan BPI

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana

semestinya, maka kami menyatakan bahwa proposal skripsi saudara:

Nama : Nur Hidayah

NIM : 071111025

Fak./jurs : Dakwah/BPI

Judul skripsi : “Pengaruh Intensitas Mengikuti Pembinaan

Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa

Percaya Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP

Wanita Bulu Semarang”.

Dengan ini, telah saya setujui dan mohon agar segera diberi

pengarahan bimbingan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu,alaikum Wr. Wb.

Semarang, 28 November 2011

Pembimbing,

Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & TataTulis

Baidi Bukhori, S.Ag. M.Ag Komarudin, M. Ag.,

NIP. 197304271996031001 NIP : 196804132000031

Pengesahan skripsi

MOTTO

Demi masa.

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya

menetapi kesabaran.

(QS. Al - Ashr: 1-3)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis Persembahkan Untuk :

Kedua orangtua saya, bapak Ali Surahman dan ibu Karsinah, yang selalu

memberi dukungan baik moril maupun materiil dengan tulus ikhlas.

Kakak saya Amir Hamzah beserta istri, Raharyanti yang juga selalu

memberikan dukungan untuk keberhasilan kuliah saya di jenjang S1.

Pembimbing saya bapak Drs. Baidi Bukhori, S.Ag, M.Si., dan bapak

Komarudin M.Ag. yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan

ketelitian sampai akhirnya skripsi ini selesai dikerjakan

Sukmanto Dibyo yang selalu mengingatkan disaat saya lupa, dan selalu

mengarahkan disaat saya salah.

Dosen-dosen Fakultas Dakwah yang telah memberikan ilmu-ilmunya,

semoga ilmu yang saya peroleh dari bapak/ibu dosen selama ini bisa

bermanfaat bagi saya, keluarga dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Teman-teman Fakultas Dakwah khususnya BPI 2007 yang telah

memberikan suport, semangat, dorongan serta dukungan hingga akhirnya

skripsi ini selesai dikerjakan.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selalu

memberikan rahmat dan hidayahnya kepada hambanya. Shalawat dan salam

semoga selalu terucapkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang

menjadikan dunia ini penuh dengan pengetahuan dan ke ilmuan.

Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa

skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan

dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terimakasih secara khusus

peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang yang telah merestui dan memberikan izin dalam

pembahasan skripsi ini.

2. Bapak Komarudin M.Ag., wali studi saya yang selalu memberi pengarahan.

3. Bapak Baidi Bukhori, S.Ag, M.Si. dan bapak Komarudin M.Ag., selaku

dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

untuk memberi bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

4. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Wanita Kelas II A Bulu Semarang yang

telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut dan

telah bersedia memberikan data untuk kepentingan penulis skripsi ini.

5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini.

Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terimakasih disertai do’a semoga

budi baiknya diterima Allah SWT selalu menerima amal shaleh dan membalas

dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif,

evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam bidang

Bimbingan dan Penyulihan Islam (BPI).

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

ABSTRAKSI . .................................................................................................. ii

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iv

PENGESAHAN ............................................................................................... v

MOTTO ........... ................................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 11

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 1

1.4. Tinjauan Pustaka ................................................................. 12

1.5. Sistematika Penelitian .......................................................... 15

BAB II : KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK ....................... 18

2.1. Landasan Kerangka Teori ................................................... 18

2.1.1. Kajian Tentang Intensitas Pembinaan Mental

Keagamaan Islam ...................................................... 18

2.1.2. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Rasa Percaya Diri . 28

2.1.3. Hubungan Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya

Diri Narapidana ........................................................ 36

2.2. Hipotesis ............................................................................. 39

BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................ 41

3.1. Jenis dan Metode Penelitian ................................................ 41

3.2. Variabel Penelitian .............................................................. 41

3.3. Definisi Konseptual dan Operasional ................................... 41

3.4. Sumber dan Jenis Data ........................................................ 44

3.5. Populasi dan Sampel ........................................................... 45

3.6. Teknik Pengumpulan Data................................................... 46

3.7. Teknik Analisis Data ........................................................... 49

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II A WANITA SEMARANG 52

4.1. Gambaran Umum tentang Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Wanita Semarang .......................................................... 52

4.2. Pelaksanaan Pembinaan Mental Keagamaan Islam di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Semarang ...... 60

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 68

5.1. Deskripsi Data Penelitian ................................................... 68

5.2. Pengujian Hipotesis ............................................................ 75

5.2.1. Analisis Pendahuluan ............................................... 75

5.2.2. Analisis Uji Hipotesis .............................................. 79

5.2.3. Analisis Uji Hipotesis Lanjut ................................... 86

5.3. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 87

BAB VI : PENUTUP ..................................................................................... 98

6.1. Kesimpulan ....................................................................... 98

6.2. Limitasi ............................................................................. 98

6.3. Saran-saran ....................................................................... 99

6.4. Penutup ............................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Aitem Dalam Skala Untuk Masing-Masing Variabel ............... 46

Tabel 2 Blue Print Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam ........................................................................... 47

Tabel 3 Blue Print Skala Percaya Diri .......................................................... 47

Tabel 4 Rumus Analisis Regresi Sederhana ................................................. 49

Tabel 5 Pegawai Lapas Berdasarkan Pendidikan .......................................... 55

Tabel 6 Pegawai Lapas Berdasarkan Golongan Kepangkatan ...................... 56

Tabel 7 Petugas Pengamanan dan Staff Keamanan ...................................... 56

Tabel 8 Staff Pembinaan .............................................................................. 56

Tabel 9 Penghuni Lapas Kelas II A Semarang ............................................. 58

Tabel 10 Ringkasan Uji Coba Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...... 70

Tabel 11 Sebaran Item Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam ........................................................................... 71

Tabel 12 Sebaran Item Skala Percaya Diri ..................................................... 71

Tabel 13 Nilai Angket Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam ........................................................................... 72

Tabel 14 Nilai Angket Skala Percaya Diri ..................................................... 73

Tabel 15 Tabel Kerja Koefisien Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam dan Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana ......... 75

Tabel 16 Kualitas Variabel Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam ........................................................................... 78

Tabel 17 Kualitas Variabel Percaya Diri Narapidana ..................................... 79

Tabel 18 Taraf Signifikansi Hasil Koefisien Korelasi (rxy) ................................ 81

Tabel 19 Perhitungan Hasil Hipotesis ............................................................ 82

Tabel 20 Ringkasan Rumus Uji F .................................................................. 84

Tabel 21 Ringkasan Hasil Akhir Analisis Regresi .......................................... 85

Tabel 22 Taraf Signifikan Hasil Koefisien Freg ............................................. 86

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Lapas Kelas II A Semarang ................... 55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen (Skala)

Lampiran 2 Hasil Uji Koefisien Variabel yang diteliti dengan Program

SPSS12.00

Lampiran 3 Surat Izin Riset Kepada Kantor Wilayah Hukum dan HAM

Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 4 Surat Izin Riset Kepada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II

A Semarang

Lampiran 5 Surat Keterangan Riset dari Lembaga Pemasyarakatan Wanita

Kelas II A Semarang

Lampiran 6 Piagam Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Lampiran 7 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A

Semarang

Lampiran 8 Data Sampel Penelitian

Lampiran 9 Biodata Peneliti

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang

saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Interaksi dan keadaan

sosial mempengaruhi bagaimana seseorang harus bersikap. Manusia juga

membutuhkan agama sebagai nutrisi hati, pengarah dan landasan untuk

pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia. Nilai-nilai

keagamaan memainkan peranan dalam masyarakat selama nilai-nilai

tersebut dikenal dan diyakini oleh setiap anggota masyarakat (Nottingham,

1997: 44).

Agama memberikan patokan dan tuntunan berupa perintah dan

larangan kepada manusia dalam aktualisasi kehidupan. Suatu hal yang

berhubungan dengan agama menjadi penting, karena agama berperan dalam

pembentukan tingkah laku dan pengarahan penggunaan akal untuk

perbaikan hidup manusia (Susanto, 1985: 201), dan kaitannya disini adalah

keagamaan Islam.

Islam adalah agama samawi terakhir yang berfungsi sebagai rahmat

dan nikmat bagi manusia seluruhnya, maka Allah SWT mewahyukan agama

Islam dalam nilai kesempurnaan tertinggi. Kesempurnaannya meliputi segi-

segi fundamental tentang dunia dan akhirat, guna menghantarkan manusia

kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mencapai kesempurnaan

tersebut banyak cara yang dilakukan oleh manusia. Cara-cara tersebut

2

seperti, dengan cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak baik dalam

kenyataan individual maupun sosial, untuk mewujudkan kehidupan yang

islami di segala aspek (Amrullah, 1995: 19). Sehubungan dengan itu, maka

disinilah seorang pembina mental keagamaan Islam sangat dibutuhkan, tidak

hanya untuk diri sendiri namun juga untuk umat, sebagai sarana dakwah

Islam.

Dakwah Islam adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,

tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan

berencana. Dakwah Islam adalah usaha mempengaruhi orang lain baik

secara individual maupun secara kelompok, supaya timbul dalam dirinya

suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap

ajakan agama sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa adanya

unsur-unsur paksaan (Arifin, 2000: 6). Ruang geraknya pun begitu luas,

tidak sebatas di kalangan umat yang bebas di dunia luar saja, namun juga di

kalangan umat yang sulit untuk melihat dunia luar, yaitu mereka para

narapidana yang ditahan karena kesalahannya.

Salah satu individu atau kelompok yang rentan terhadap rasa putus asa

adalah narapidana. Selain harus menanggung sanksi hukum, mereka juga

harus siap menanggung sanksi moral ketika mereka keluar nanti. Perasaan

bersalah membuatnya selalu berfikir “saya tidak berguna lagi” (Kartono,

2007: 196). Keadaan seperti itu dibutuhkan seseorang untuk memberikan

motivasi kepada para narapidana, agar terbangun optimis dan rasa percaya

pada diri mereka. (Syaifullah, 2010: 51).

3

Percaya diri merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat

menangani segala sesuatu yang ada dihadapannya dengan tenang. Percaya

diri merupakan keyakinan yang kuat dalam diri yang berupa perasaan dan

anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan

individu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan (Munawaroh,

2004: 112).

Sosok pribadi yang percaya diri cenderung bisa melawan tantangan

hidup yang melintang dalam bentuk apa pun dengan berbuat sesuatu yang

bijak dan profesional. Setiap individu mempunyai hak untuk menikmati

kebahagiaan dan kepuasan atas apa yang telah diperolehnya, akan tetapi hal

itu sulit dirasakan dan tidak bisa melawan berbagai halangan-halangan

apabila individu tersebut memiliki mental percaya diri yang rendah. Bukan

hanya ketidakmampuan dalam melakukan suatu usaha memperjuangkan

keinginannya, tetapi juga ketidakmampuan dalam menikmati hidup

(Syaifullah, 2010: 49).

Orang yang melakukan aktivitas apa pun dalam kehidupannya tentu

saja membutuhkan sikap percaya diri agar sesuatu yang diperoleh bisa lebih

optimal. Percaya diri seolah-olah menjadi kunci tersendiri bagi kesuksesan

seseorang dalam melakukan sesuatu. Setiap orang memiliki kapasitas untuk

mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu melakukan

yang terbaik untuk kehidupan. Cow dalam Amrin (2009: 206) mengatakan

bahwa ketika orang tampil tidak percaya diri di hadapan orang lain, maka

dia akan merasakan betapa dirinya merasa berat dan terganggu ketika

4

melakukan aktivitas, hasil yang dicapai akan berbeda, sehingga getar yang

dirasakan orang lain pun akan berbeda.

Dijelaskan pula oleh Trenggono (2009: 122), bahwa ketika perasaan

takut dan cemas menjadi dominan dan menguasai diri maka seseorang tidak

mampu tampil dengan yakin dan tidak bisa berbuat apa-apa. Perasaan seperti

itu pula yang sering dirasakan oleh narapidana, sehingga diperlukan usaha-

usaha pembinaan, seperti: keterampilan kemandirian, peningkatan kesadaran

berbangsa dan bernegara, pembinaan hukum, dan budi pekerti.

Salah satu pembinaan yang tidak kalah penting dari pembinaan

tersebut adalah pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan secara

intensif. Agama bisa membantu mengarahkan narapidana, bagaimana

membentuk pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya. Disinilah intensitas

pembinaan mental keagamaan Islam begitu diperlukan bagi para narapidana,

agar mereka kuat dan tidak lari dari tantangan hidup. Salah satu yang

membuat orang lari dari tantangan adalah lemahnya kepercayaan, dan ketika

seseorang mengalami kepercayaan diri yang rendah dia cenderung canggung

bila berhadapan dengan orang lain dan lebih sensitif terhadap apapun,

hingga menyebabkan kemunduran terhadap dirinya (Ubaedy, 2007: 122).

Masalah yang dialami narapidana sangatlah kompleks sehingga

diperlukan pembinaan dari berbagai aspek secara intensif. Tujuan dari

pemidanaan adalah membebaskan narapidana secara mental dan spiritual.

Narapidana diharapkan bisa lebih baik, mengalami kelahiran kembali secara

5

mental dan spiritual dan akan melepaskan segala cara berpikir, kebiasaan

dan gaya hidup yang lama (Aningsih, 2007: 4).

Beragam masalah psikologi dirasakan narapidana, baik mereka yang

baru, maupun yang lama, seperti halnya Ina (nama samaran), dia merasa

malu berkumpul dengan teman-temannya yang baru, dan merasa berat dalam

menjalani hidup (wawancara Ina, 17 Januari 2011). Berbeda lagi dengan

Indah (nama samaran), yang merasa sangat bersalah. Dia cenderung menjadi

orang yang pendiam, merasa bingung, cemas, dan tidak tahu harus

bagaimana lagi (wawancara Indah, 17 Januari 2011). Ada juga seorang ibu-

ibu, yang terlihat kuat dan tegar dalam menjalani hari-harinya di LP. Dia

yakin semua sudah menjadi ketentuan-Nya dan semua adalah yang terbaik

(wawancara Ibu Asih (nama samaran), 17 Januari 2011). Banyak ekspresi

yang ditunjukkan oleh narapidana, ada yang hanya diam, cuek, menyendiri,

namun juga ada yang selalu ceria, tersenyum, dan komunikatif (wawancara

Bp. Rizak (Pembina dari Kemenag Kota Semarang), 17 Januari 2011).

Mantan narapidana sering kesulitan kembali ke tengah masyarakat.

Sebagian masyarakat menolak kedatangan para mantan narapidana di

tengah-tengah mereka. Sikap penolakan ini membuat mereka merasa

diperlakukan tidak manusiawi (Suara Merdeka/5/01/2005 dalam http://

www.suaramerdeka.com). Rahmawati dalam Shofia (2009: 3), menyatakan

bahwa pada dasarnya narapidana memiliki harga diri dan konsep diri yang

rendah. Secara garis besar hal ini disebabkan karena masyarakat cenderung

menolak kehadiran mereka dalam kehidupan yang normal. Penolakan

6

masyarakat terhadap narapidana karena dianggap sebagai trouble maker atau

pembuat kerusuhan yang harus diwaspadai.

Narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah

satu fakta dari perubahan perilaku manusia yang menyimpang dari tuntunan

agama. Mereka melakukan kejahatan yang mengakibatkan keresahan dalam

lingkungan masyarakat (Nizar, 2002: 17). Bentuk-bentuk kejahatan yang

dilakukan oleh narapidana beraneka macam, seperti: pencurian, pemerasan

dan pengancaman, penggelapan, penipuan, perampokan, dan sebagainya.

Semua itu dilakukan dengan berbagai cara pula, baik itu yang sudah

terencana ataupun yang belum direncanakan. Banyak faktor yang

menyebabkan seseorang melakukan kejahatan, antaranya seperti faktor

sosial, ekonomi, politik, agama, psikologi, dan lain- lain (Kartono, 2007:

148-157).

Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia terdiri dari Lembaga

Pemasyarakatan laki- laki dan perempuan. Masing-masing berdiri secara

terpisah dengan tujuan hukum yang sama, yaitu mendidik narapidana yang

selama ini dianggap tersesat, agar menjadi orang yang berguna bagi dirinya,

keluarga, agama, bangsa, dan negara. Untuk penelitian ini, penulis tertarik

mengadakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita yang

berada di Bulu, Semarang.

Lembaga Pemasyarakatan Wanita yang berada di Bulu, Semarang,

merupakan salah satu tempat yang menarik untuk diteliti, karena LP wanita

semarang merupakan satu-satunya LP di Indonesia yang berhasil

7

memperoleh rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai LP yang

mempunyai pentas seni dan wayang orang (WO) secara konsisten sejak

tahun 2002. Dimana kegiatan tersebut tidak hanya untuk melestarikan

budaya tradisional saja, namun kegiatan tersebut juga dapat membantu

membina mental dan kepribadian para warga binaan LP menjadi lebih baik.

(wawancara, Ibu Endah, tanggal 20 Desember 2011).

Selain prestasi yang pernah diperoleh di atas, penerapan peraturan

yang benar-benar optimal dan tingkat pembinaan mental keagamaan Islam

yang dilaksanakan di LP Wanita Kelas II A Semarang lebih tinggi dibanding

dengan LP yang lain. Jika rata-rata pembinaan Islam di LP yang lain

dilakukan selama satu jam tiap harinya, di LP Wanita Semarang berlangsung

selama satu jam setengah setiap harinya. Kemudian, selain itu pula program-

program kemandirian yang lengkap, pembinaan yang tertib dan penerapan

Rp. 0,- dalam pelayanan kunjungan, optimalisasi CB, CMB, CB, dan

penempatan kamar hunian, membuat peneliti semakin tertarik untuk

melakukan penelitian di LP Wanita Kelas II A Semarang (wawancara, Ibu

Lulu, 20 Deember 2011).

Namun dari semua itu, tidak menutup realita bahwa di dalam Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Bulu Semarang sering terjadi permasalahan

psikologis yang dialami oleh para narapidana. Sering mereka merasa takut

yang berlebihan, tertekan, rasa cemas yang berlebihan, rendah diri, dan tidak

percaya pada dirinya sendiri (wawancara Bp. Rizak, Pembina dari Kemenag

kota Semarang, 17 Januari 2011).

8

Masalah-masalah batin yang mereka hadapi kadang lebih bera t,

dibanding dengan sanksi hukum yang harus mereka tanggung. Sebutan

“narapidana” sulit terhapus dalam hati mereka. Mereka itu umumnya secara

mental dan psikologis tidak siap menghadapi realitas di dalam penjara.

Dalam batinnya, mereka sangat menyesali perbuatan dosa dan kesalahannya

(Kartono, 2007: 196). Untuk itu dibutuhkan pembinaan pada mereka yang

lebih intens, agar mereka bisa lebih terarah, bisa menjadi lebih baik dari

sebelumnya, dan bisa membangun rasa percaya pada diri mereka.

Khususnya dalam penelitian ini yaitu membahas mengenai pembinaan

mental keagamaan Islam yang kaitannya dengan masalah percaya diri

narapidana wanita.

Wanita sebenarnya memiliki peranan penting bagi proses

pembangunan suatu negara. Namun peranan wanita sebagai pembangun

kurang mendapatkan ruang di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat.

Ada anggapan bahwa laki- laki adalah makhluk Tuhan yang lebih kuat

daripada wanita. Bahkan banyak justifikasi, baik dari segi doktrin maupun

budaya, laki- laki diutamakan daripada wanita. Jika lebih kuat dalam hal fisik

pria harusnya lebih percaya diri dibanding wanita. Namun berbeda pada

penelitian Subhash Kundu dan Sunita Rani (2007-2009) di India, pada

penelitian ini terbukti wanita memiliki tingkat percaya diri yang lebih tinggi

dibanding laki- laki. Penelitian ini menggugurkan penelitian sebelumnya oleh

Rachelle dan Vincent (2005) di Inggris bahwa tidak ada perbedaan tingkat

kepercayaan diri antara wanita dan pria, baik dari segi pendidikan maupun

9

pekerjaan (http://harjasaputra.com/riset/benarkah-wanita-lebih-tidak-

pede-daripada-pria.html).

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa, tingkat

kepercayaan diri wanita bisa lebih tinggi dibanding dengan laki- laki, hal itu

berarti tidak menutup kemungkinan narapidana wanita juga berpotensi untuk

membangun rasa percaya diri pada diri mereka. Namun untuk mewujudkan

hal itu, diperlukan asumsi-asumsi dari luar yang positif, yang sifatnya bisa

memberikan semangat dan motivasi bagi para narapidana wanita. Upaya

pembinaan menjadi salah satu metode yang efektif untuk membangun rasa

percaya diri tersebut. Tidak hanya pembinaan yang bersifat untuk

kepentingan jasmaniah saja yang mereka butuhkan, namun pembinaan untuk

kebutuhan rohaniah juga memiliki peran yang sangat penting bagi

perubahan mereka ke depan, seperti halnya pembinaan agama pada narapida

wanita. Khususnya dalam penelitian ini adalah pembinaan agama Islam.

Lembaga Pemasyarakatan atau yang disebut LP merupakan lembaga

penyadaran. Di sini diperlukan intesitas pembinaan mental keagamaan Islam

yaitu melalui pembinaan-pembinaan agama Islam yang dikenalkan dan

diterapkan pada narapidana. Suatu bentuk motivasi pada narapidana agar

mereka kuat menghadapi hidup, memberikan keyakinan pada mereka,

bahwa mereka bisa menjadi lebih baik, mengenal Islam, beriman dan

bertaqwa kepada Allah. Pembinaan mental berbasis Islam mempunyai peran

penting dalam pembiasaan ajaran agamanya pada narapidana yang pada

10

dasarnya mereka membutuhkan pembinaan tersebut. Allah berfirman dalam

QS. Adzari’at: 55.

Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”

(Depag RI 1984: 472).

QS. Al-Ashr: 1-3

Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Depag RI

1984: 541).

Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya nasehat antar sesama,

sehingga setiap muslim dapat terselamatkan dari perbuatan yang di larang

Allah SWT., dan rasul-Nya. Nasehat adalah bentuk peringatan dan anjuran

kepada orang lain, seperti halnya suatu pembinaan agama Islam yang

diberikan pada seseorang. Dengan kata lain, bagaimana seseorang membina

orang lain seperti ia membina dirinya sendiri.

Dengan adanya pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan

secara intensif diharapkan narapidana dapat sadar, mau memperbaiki diri

menuju masa depan yang lebih baik. Memberikan arti positif bagi hidup dan

kehidupan, berani menghadapi kenyataan, dan tantangan hidup, sehingga

bisa menciptakan komunikasi yang baik antar sesama penghuni Lembaga

11

Pemasyarakatan. Harapan lebih lanjut pembinaan mental keagamaan Islam

bisa diikuti para narapidana secara intensif pula, dapat membentuk pribadi

yang religius dan mulia (akhlakul karimah). Membentuk manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dengan demikian secara tidak

langsung rasa syukur serta tawakal kepada sang pencipta pun akan selalu

terpupuk dalam diri para narapidana. Mereka diharapkan bisa menerima

kenyataan, semangat dan percaya diri dalam menjalani hidup.

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

mengangkat dalam sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Intensitas

Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa

Percaya Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka muncul suatu permasalahan yakni: adakah pengaruh intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya

diri narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak

dicapai dari penelitian ini adalah: untuk menguji secara empiris pengaruh

intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat

rasa percaya diri pada narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu

Semarang.

12

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis maupun praktis.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling Islam dan

rasa percaya diri.

Sedangkan secara praktis, jika pembinaan mental keagamaan Islam

berpengaruh terhadap tingkat rasa percaya diri pada narapidana, berarti

harapan narapidana untuk kembali kejalan yang benar semakin besar. Jadi

pembinaan mental keagamaan Islam disini dapat digunakan sebagai ala t

intervensi dalam meningkatkan rasa percaya diri narapidana kelas II A di

LP Wanita Bulu Semarang.

1.4. Tinjauan Pustaka

Untuk dapat mewujudkan penulisan skripsi yang procedural dan

mencapai target yang maksimal, dibutuhkan tinjauan pustaka. Dalam

tinjauan pustaka ini penulis akan memaparkan beberapa hasil penelitian

yang relevan dengan judul penelitian ini, yakni:

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan

dan Penyuluhan Islam Terhadap Tingkah Laku Keagamaan Narapidana di

LP Wanita dan LP Kelas I Semarang” (Arifin: 2002). Pembahasan dalam

penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan BPI yang dilakukan oleh pihak

LP terhadap narapidana. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa intensitas

mengikuti Bimbingan Penyuluhan Islam mempunyai pengaruh yang positif

13

terhadap tingkah laku keagamaan narapidana di LP Wanita Semarang

maupun di LP kelas I Semarang.

Adapun penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang berjudul

“Pengaruh Bimbingan Islam Terhadap Penurunan Agresivitas Narapidana

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Semarang” (Aningsih:

2007). Penelitian ini menerangkan bahwa bimbingan Islam mempunyai

pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan agresivitas narapidana.

Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif antara

bimbingan Islam terhadap penurunan agresivitas narapidana di LP Kelas II

A Wanita Semarang.

Adapun penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang berjudul “Peran

Bimbingan Islam Dalam Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Penyandang

Cacat Netra Di Panti Tuna Netra Dan Tuna Rungu Wicara “Dharma

Putra” Purworejo” (Hidayati: 2007). Penelitian ini merupakan penelitian

yang fokus kajiannya pada bagaimana peran Bimbingan Islam dalam

menumbuhkan rasa percaya diri penyandang cacat netra. Bimbingan-

bimbingan Islam yang secara intens dilakukan dipanti itu, dapat membawa

perubahan positif bagi pengembangan bimbingan Islam di panti, antara lain

dalam memberikan materi bimbingan dan metode yang diterapkan dalam

bimbingan. Mereka bisa menumbuhkan rasa percaya diri meskipun dengan

keterbatasan fisik yang mereka alami, mereka tidak mengeluh lagi dan selalu

bersyukur terhadap Allah SWT.

14

Adapun penelitian yang selanjutnya yaitu penelitian yang berjudul

“Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita di Lapas Klas II A

Wanita Semarang” (Ardi: 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pelaksanaan pembinaan terhadap Narapidana wanita di Lapas Klas II A

Wanita Semarang dan untuk mengetahui hambatan dalam pembinaan

terhadap Narapidana wanita di Lapas Klas II A Wanita Semarang. Dalam

penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pembinaan terhadap

narapidana wanita di Lapas Klas II A Wanita Semarang berupa pembinaan

mental spiritual maupun pembinaan jasmani telah diberikan dan telah sesuai

dengan ketentuan. Adapun hambatannya yaitu faktor penjamin dari pihak

keluarga narapidana sulit untuk dihubungi, sehingga pelaksanaan asimilasi

menjadi terhambat.

Perbedaannya dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian

Arifin, lebih difokuskan pada pengaruh bimbingan Islam terhadap tingkah

laku keagamaan narapidana. Pada penelitian Hidayati pada peran bimbingan

Islam dalam menumbuhkan rasa percaya diri penyandang cacat netra.

Selanjutnya Aningsih pada Agresivitas narapidana. Kemudian berbeda lagi

pada penelitian Ardi yang lebih difokuskan pada kajian pembinaan secara

umum, yaitu keseluruan pembinaan yang diadakan di Lapas, serta

hambatannya. Sedangkan, pada penelitian ini lebih menfokuskan pada

pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap

tingkat rasa percaya diri narapidana.

15

Dari beberapa penelitian di atas, sejauh ini belum ada yang

membahas pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP

Wanita Bulu Semarang. Selain sebagai penunjang, penelitian ini juga

menjadi pengetahuan baru dari penelitian-penelitian sebelumnya, karena

dalam penelitian tersebut terdapat beberapa hal yang belum dikaji oleh

peneliti lain, yaitu mengenai pengaruh intensitas mengikuti pembinaan

mental keagamaan Islam yang dikaitkan dengan tingkat percaya diri

narapidana. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berkaitan dengan hal tersebut.

1.5. Sistematika Penelitian

Skripsi ini merupakan suatu rangkaian yang utuh, dimana bab satu

dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan sehingga merupakan suatu

rangkaian yang utuh dan integral.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kerangka dasar pemikiran teoritik yang menjelaskan tentang

intensitas pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri.

Bab kedua ini dibagi menjadi empat sub bab. Sub bab pertama,

menjelaskan tentang intensitas pembinaan mental keagamaan

Islam yang meliputi: pengertian intensitas pembinaan mental

16

keagamaan Islam, aspek-aspek intensitas pembinaan mental

keagamaan Islam, dasar hukum pembinaan mental keagamaan

Islam, proses pembinaan mental keagamaan Islam, dan fungsi

dan tujuan pembinaan mental keagamaan Islam. Sub bab kedua

menjelaskan tentang definisi teoritik percaya diri yang meliputi

pengertian percaya diri, aspek-aspek percaya diri, faktor- faktor

yang mempengaruhi tingkat percaya diri, dan faktor penghambat

rasa percaya diri. Sub bab ketiga berisi definisi teoritik hubungan

intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam

terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana, dan sub bab ke

empat berisi tentang hipotesis penelitian.

BAB III : Metodologi penelitian yang meliputi: jenis dan metode penelitian,

variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber

dan jenis data, populasi, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

BAB IV : Gambaran umum tentang LP Kelas II A Wanita Semarang, yang

berisi tentang gambaran secara umum LP kelas II A wanita

Semarang, yang meliputi: sejarah berdirinya LP kelas II A wanita

Semarang, letak geografis, status dan struktur organisasi,

kepegawean, visi, misi, tujuan, dan sasaran LP kelas II A Wanita

Semarang, penghuni LP kelas II A Wanita Semarang, sarana dan

prasarana di LP kelas II A Wanita Semarang, dan proses

17

pelaksanaan pembinaan mental keagamaan Islam di LP Kelas II

A Wanita Semarang.

BAB V : Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan

yang terbagi menjadi tiga sub bab. Sub bab pertama hasil

penelitian yang berisi deskripsi data penelitian. Sub bab kedua,

berisi tentang pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis.

Dan, sub bab ketiga analisis lanjut.

BAB VI : Penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran dan penutup.

18

BAB II

KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK

2.1. Landasan Kerangka Teori

2.1.1. Kajian Tentang Intensitas Pembinaan Mental Keagamaan Islam

2.1.1.1. Pengertian Intensitas

Intensitas berasal dari kata intens yang artinya hebat, singkat, sangat

kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya), tinggi, penuh gelora,

penuh semangat, dan sangat emosional. Dilihat dari sifat intensif berarti

secara sungguh-sungguh (giat, dan sangat mendalam untuk memperoleh

efek maksimal, terutama untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam

waktu singkat atau terus menerus mengerjakan sesuatu sehingga

memperoleh hasil maksimal). Sedangkan intensitas berarti keadaan

(tingkatan atau ukuran hebat, kuat dan bergeloranya) (Tim Penyusun

Kamus PPPB, 1990: 335).

Menurut Kartono dan Gulo (1987: 233), intensitas adalah besar atau

kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang dibutuhkan untuk

merangsang salah satu indera, ukuran fisik dari energi atau data indera.

Jadi intensitas adalah tingkat kesungguhan yang dilakukan oleh seseorang

dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu.

2.1.1.2. Pengertian Pembinaan

Secara harfiah pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti

“bangun” mendapat awalan per dan akhiran an, menjadi pembinaan yang

berarti pembangunan. Menurut pengertian terminologi pembinaan adalah

19

suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, teratur dan terarah serta

bertanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian yang meliputi

membangun daya pikir, pembangunan kekuatan penalaran atas akal,

penggugah rasa, daya cipta atau imajinasi yang luas, yang memberikan

kemampuan penerawangan manusia ke cakrawala yang lebih luas

(Mursyid. 1981: 6).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan

adalah suatu usaha yang benar-benar dilakukan demi tercapainya

pembangunan suatu pribadi yang lebih berkompeten dan berwawasan

luas.

2.1.1.3. Pengertian Mental

Mental berasal dari kata Mens, Mentis yang berarti nyaman, sukma,

roh, semangat (Kartono dan Andrani. 1989: 3). Menurut kamus besar

bahasa Indonesia, mental adalah sesuatu yang menyangkut batin, watak

manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga (Poerwodarmanto, 1976:

645). Mental sering digunakan sebagai personality (kepribadian) yang

berarti semua unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan

yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku

cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan, atau

menyenangkan (Daradjat, 1982: 38-39).

2.1.1.4. Pengertian Keagamaan Islam

Sedangkan keagamaan adalah sesuatu hal yang berhungan dengan

agama (Depdiknas, 2005: 12). Islam adalah agama yang diturunkan

20

kepada nabi Muhammad SAW., yang berpedoman pada kitab suci Al-

Qur’an, dengan tujuan membawa umat manusia menuju jalan

keselamatan (Depdiknas, 2005: 444). Dari pengertian tersebut maka dapat

disimpulkan keagamaan Islam itu berarti sesuatu hal yang dilakukan

dengan memasukkan prinsip-prinsip Islam didalamnya.

2.1.1.5. Pengertian Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam

Pembinaan mental keagamaan Islam adalah suatu usaha yang

dilakukan secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi yang lebih

berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang teguh

pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan akhirat.

Berdasarkan definisi masing-masing istilah di atas dapat disimpulkan,

bahwa yang dimaksud dengan intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam yaitu tingkat kesungguhan suatu usaha yang dilakukan

secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi yang lebih

berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang teguh

pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan akhirat.

Dengan demikian, dalam pelaksanaannya baik yang berhubungan dengan

objek, subjek, metode, materi, dan media yang digunakan tidak jauh

berbeda dengan aktivitas dakwah.

2.1.1.6. Aspek-aspek Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam

Menurut Makmun (2000: 40) salah satu aspek intensitas mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam adalah frekuensi kegiatan, yaitu

seberapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu.

21

Dijelaskan pula oleh Najati (2005: 210) motivasi mempunyai

peranan penting dalam melakukan sesuatu, oleh karena itu motivasi juga

menjadi aspek dari intensitas mengikuti. Apabila ada motivasi kuat untuk

meraih tujuan tertentu dan kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang

akan mencurahkan kesungguhannya untuk mempelajari metode-metode

yang kuat untuk meraih tujuan tersebut.

Motivasi dan nilai-nilai individu akan mempengaruhi perhatian dan

persepsinya. Kenyataan ini pun telah ditunjukan Al-Qur’an pada banyak

tempat, ketika menerangkan keimanan dapat membuat kaum mukminin

siap dan penuh perhatian untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur’an yang akan

diturunkan. Mereka memahaminya dengan penuh kesadaran dan

pemahaman yang akurat. Sebaliknya ayat-ayat yang sama tidak

memberikan pengaruh yang sama kepada orang-orang musyrik.

Motivasi adalah suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya

(energy), atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state), dan

kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak

kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi muncul dari

dalam individu itu sendiri dan juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan

(Makmun, 2000: 39).

Hal lain yang menjadi aspek dari intensitas mengikuti adalah

perhatian. Perhatian ialah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi

jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada

di dalam maupun yang ada di luar diri individu. Melalui perhatian

22

seseorang lebih mudah menerima sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya

perhatian, tiap asumsi-asumsi yang masuk, baik dari dalam diri maupun

dari luar akan sulit diterima (Dakir, 1993: 114).

Aspek lain dari intensitas mengikuti adalah spirit of change yaitu

semangat untuk berubah. Pribadi yang memiliki semangat, sangat sadar

bahwa tidak akan ada satu makhluk pun di muka bumi ini yang mampu

mengubah dirinya kecuali dirinya sendiri. Betapapun hebatnya seseorang

untuk memberikan motivasi, hal itu hanyalah kesia-siaan belaka bila pada

diri orang tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi (Tasmara, 2002:

134).

Dalam kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990:

335) salah satu aspek dari intensitas adalah efek, yaitu suatu perubahan,

hasil, atau konsekuensi langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan.

Efek juga berarti resiko, ada positif dan negatif. Sesuatu yang diterima

setelah melakukan suatu hal (Ekha N dalam http://Ekha N.

com/pengertian-efek.htm).

2.1.1.7. Dasar Hukum Pembinaan Mental Keagamaan Islam

Dasar hukum dari pembinaan mental keagamaan Islam adalah acuan

bagi para pelaksana dan pendukung pembinaan mental keagamaan Islam.

Dasar hukum pembinaan mental keagaman Islam ini pada dasarnya sama

dengan dasar hukum dakwah, sebab sesungguhnya tujuan pokok dari

setiap dakwah adalah untuk membina mental seseorang ke arah yang

23

sesuai dengan ajaran agama (Daradjat, 1975: 133). Sebagaimana dalam

QS. An-Nahl: 125.

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”

(Depag RI, 1984: 421).

Dari keterangan ayat di atas maka jelaslah bahwa berdakwah itu

merupakan tanggung jawab dan tugas setiap muslim menurut kemampuan

masing-masing, dan pembinaan mental keagamaan Islam merupakan

bagian dari dakwah.

2.1.1.8. Fungsi dan Tujuan Pembinaan Mental Keagamaan Islam

2.1.1.8.1. Fungsi pembinaan mental keagamaan Islam

Fungsi pembinaan mental keagamaan Islam adalah sebagai

berikut:

a. Fungsi prefentif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi diriya.

b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi

dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi

baik (terpecahkan), dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

24

d. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik

agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak

memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya

(Faqih, 2001: 37).

Menurut Ad-Dzaky (2006: 217), fungsi pembinaan mental

keagamaan Islam adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Remedial atau rehabilitatif

Peranan remedial berfokus pada masalah: 1). Penyesuaian

diri; 2). Menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi; 3).

Mengatasi gangguan emosional.

b. Fungsi Educatif

Fungsi ini berfokus kepada masalah: 1). Membantu

meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam kehidupan; 2).

Mengidentifikasikan dan membantu memecahkan masalah-

masalah hidup; 3). Membantu meningkatkan kemampuan

menghadapi transisi dalam hidup; 4). Menjelaskan nilai-nilai

menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, dan untuk

meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi.

c. Fungsi Prefentif (pencegahan)

Fungsi ini membantu individu agar bisa berupaya aktif untuk

melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah

kejiwaan karena kurangnya perhatian.

25

2.1.1.8.2. Tujuan pembinaan mental keagamaan Islam

Dalam konteks kehidupan beragama pembinaan mental

keagamaan Islam adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan

kesadaran. Memelihara secara terus menerus terhadap tatanan nilai

agama Islam, agar perilaku hidupnya sesuai dengan norma-norma yang

ada dalam tatanan itu (Ghufron, 1986: 1).

Pembinaan mental keagamaan Islam ditujukan untuk membantu

individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Individu yang

dimaksud di sini adalah orang yang dibina atau diberi bantuan, baik

orang perorangan maupun kelompok. “Mewujudkan diri sebagai

manusia seutuhnya”, berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya

sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras dengan

perkembangan unsur dirinya, dan pelaksanaan fungsi atau

kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius), makhluk

individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya (Faqih, 2001:

35).

Manakala klien atau yang dibina sudah bisa menyelesaikan

masalahnya, pembinaan mental keagamaan islami masih tetap

membantunya, yakni dengan membantu individu mengembangkan segi-

segi positif yang dimilikinya. Dengan demikian, secara singkat tujuan

pembianaan mental keagamaan Islam dapat dirumuskan sebagai

berikut:

26

1. Tujuan umum:

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Tujuan khusus

a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.

c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik, atau yang telah baik agar tetap baik, atau

menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi

dirinya dan orang lain (Musnamar. 2001: 34).

Sedangkan Adz-Dzaky (2006: 221) menyatakan bahwa, tujuan

pembinaan mental keagamaan Islam adalah:

a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, dan damai

(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan

mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya

(mardhiyah).

b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan

tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri

sendiri, lngkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun

lingkungan sosial, dan alam sekitarnya.

27

c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu

sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,

tolong menolong, dan rasa kasih sayang.

d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu,

sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat

taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya,

serta ketabahan menerima ujian-Nya.

e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi

itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan

baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai

persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan

keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

2.1.1.9. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam

Pembinaan mental keagamaan Islam merupakan bagian dari

dakwah, karena pengertian dakwah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu

segi pembinaan dan segi pengembangan (Syukir, 1983: 20), oleh karena

itu baik metode, media maupun materi pembinaan mental keagamaan

Islam tidak jauh berbeda dengan aktivitas dakwah. Metode yang

digunakan dalam pembinaan mental keagamaan Islam adalah metode

langsung. Metode langsung yaitu dengan cara komunikasi langsung

(tatap muka). Beberapa metode yang digunakan kepada narapidana

adalah:

28

1. Metode Personal Approach, yaitu suatu metode yang

pelaksanaannya secara langsung dilakukan secara pribadi yang

bersangkutan, seperti dengan memberi penjelasan maupun dengan

membantu memecahkan masalah yang dihadapi narapidana.

2. Metode Kelompok yaitu pembina melakukan komunikasi langsung

dengan narapidana dalam suatu kelompok.

3. Metode Ceramah yaitu suatu teknik atau metode dakwah dengan

bentuk pidato yang ringkas dan padat. Karenanya ceramah bisa

disampaikan dengan irama suara yang datar dan tenang.

4. Metode Konsultasi yaitu suatu cara pemberian bantuan pada

individu yang memiliki masalah-masalah khusus dan dilakukan

secara face to face (Depag RI., 2008: 58-70)

2.1.2. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Rasa Percaya Diri

2.1.2.1. Pengertian Percaya Diri

Percaya diri yaitu sikap positif seseorang individu yang

memampukan dirinya untuk mengembangkan nilai positif baik terhadap

diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya

(Kiranawati dalam http://gurupkn.wordpress.com/2007/ 12/model-

pembelajaran-arias). Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan

diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima

kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif,

memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta

mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Kepercayaan diri merupakan

29

sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya,

sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya

untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya (Ghufron

dan Risnawati, 2010: 34-35).

2.1.2.2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Lauster dalam Ghufron dan Risnawati (2010: 35-36) menjelaskan

aspek-aspek kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

1. Keyakinan pada kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang

tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang

dilakukakannya.

2. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu

berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan

kemampuannya.

3. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung

segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

4. Rasional dan realistis

Rasional dan relistis adalah analisis terhadap suatu masalah,

suatu hal dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang

dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan (Ghufron dan

Risnawati, 2010: 35-36).

30

Menurut Tasmara (2004: 89-90) aspek-aspek percaya diri meliputi:

1. Berani untuk menyatakan pendapat atau gagasan.

2. Mampu menguasai emosi, yaitu bisa tetap tenang dan berpikir jernih

walaupun dalam tekanan yang berat.

3. Memiliki independensi yang sangat kuat sehingga tidak mudah

terpengaruh.

Menurut Al-Ghifari (2004: 35-38) aspek-aspek percaya diri

meliputi:

1. Berani mengambil resiko.

2. Mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan.

3. Menetapkan tujuan yang realistis.

Dalam penelitian ini penulis mengambil aspek percaya diri dari

Lauster dalam Ghufron dan Risnawati yakni, keyakinan akan kemampuan

diri, optimis, bertanggung jawab, dan rasional dan realistis

2.1.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini

adalah faktor- faktor tersebut:

1. Konsep diri

Konsep diri berperan sebagai sikap terhadap diri sendiri dan

penyeimbang batin bagi individu. Konsep diri dibagi menjadi dua,

yaitu konsep diri yang positif dan yang negatif. Ciri konsep diri yang

positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam

mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima

31

pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa setiap orang mengalami

keberagaman perasaan, hasrat, dan perilaku, yang tidak disetujui oleh

masyarakat, serta mampu mengembangkan diri karena sanggup

mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya

untuk mengubahnya. Sementara itu, ciri konsep diri yang negatif

adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap

hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain dan pesimistis

terhadap kompetisi (Hill. 2007: 53).

Konsep diri pada setiap orang tidak mutlak dalam kondisi positif

dan negatif, tetapi karena konsep diri berperan penting sebagai

pengarah dan penentu perilaku, maka harus diupayakan dengan keras

agar individu banyak mempunyai ciri-ciri konsep diri yang positif

(Ghufron dan Risnawati. 2010: 19-20).

2. Harga diri

Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif

pula. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri.

Tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan

diri seseorang. Daradjat menyebutkan bahwa harga diri sudah

terbentuk pada masa kanak-kanak, sehingga seorang anak sangat

perlu mendapatkan penghargaan dari orang tuanya. Proses

selanjutnya, harga diri dibentuk melalui perlakuan yang diterima

individu dari orang lingkungannya (Daradjat, 1980: 25).

32

Branden mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki harga diri

tinggi, yaitu (1) mampu menanggulangi kesengsaraan dan

kemalangan hidup, lebih tabah dan ulet, lebih mampu melawan suatu

kekalahan, kegagalan dan keputusasaan; (2) cenderung lebih

berambisi; (3) memiliki kemungkinan untuk lebih kreatif; (4)

memiliki kemungkinan lebih dalam dan besar dalam membina

hubungan interpersonal (tampak) dan tampak lebih gembira dalam

menghadapi realitas (Ghufron dan Risnawati. 2010: 41-43).

Khasanah juga menegaskan orang yang memiliki harga diri

tinggi tidak harus merasa kalah, ia harus bangkit dan melihat apa yang

menyebabkan ia jatuh dan memandang bahwa hari esok adalah penuh

dengan optimisme. Orientasi atau pandangan kedepan menyebabkan

mereka tidak harus merasa kalah dan kecewa, karena adanya sebuah

keyakinan suatu saat jika waktunya telah tiba maka apa yang menjadi

keinginannya akan dapat tercapai (Khasanah, 2004: 24-25).

3. Pengalaman

Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.

Sebaliknya pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa

percaya diri seseorang. Pengalaman masa lalu adalah sebuah pelajaran

berharga sebagai cerminan suatu tindakan yang akan dilakukan

seseorang pada hari ini, atau hari esok. Anthony mengungkapkan

bahwa pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk

33

mengembangkan kepribadian seseorang (Ghufron dan Risnawati,

2010: 37).

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah

akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah

kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang

yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat

kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah

(Ghufron dan Risnawati, 2010: 38).

Tidak hanya pendidikan formal saja yang berpengaruh pada

tingkat percaya diri seseorang, namum pendidikan nonformal juga

menjadi faktor pendukung bertambahnya rasa percaya diri.

Pendidikan nonformal dapat dijadikan sebagai cara untuk mengetahui

bakat yang dimiliki oleh seseorang. Seperti halnya kursus, pelatihan-

pelatihan, dan lain sebagainya, yang bisa mengolah potensi seseorang,

karena ukuran ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal yang

dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan,

menghargai suatu pendidikan, baik itu formal maupun nonformal

(Soekanto. 2002: 238).

Pembinaan-pembinaan yang diadakan di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Semarang, merupakan salah satu pendidikan

nonformal, agar para narapidana memiliki keterampilan dan bekal

34

ketika mereka keluar nanti, khususnya pembinaan mental keagamaan

Islam.

2.1.2.4. Faktor-faktor Penghambat Kepercayaan Diri

Faktor-faktor yang bisa menghambat rasa percaya diri pada

seseorang antaranya adalah sebagai berikut:

1. Takut

Takut adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh dasar yang

terjadi sebagai respon terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa

sakit atau ancaman bahaya (wikipedia dalam http:/

/www.wikipedia.com/2011/8/pengertian-takut). Ketika seseorang

mengalami ketakutan, ia tidak bisa berbuat apa-apa, yang bisa

dilakukan hanyalah mendramatisirnya dengan berlebihan, bisa

menjadikan seseorang terpuruk dan bisa saja depresi. Setiap apapun

yang menjadi keinginan dan orientasinya kedepan sejenak terhenti,

bahkan bisa saja lama terhentinya (Syaifullah, 2010: 114-115).

2. Cemas

Groen mendefinisikan cemas adalah perasaan tidak senang yang

khas yang disebabkan oleh suatu dugaan yang berbahaya atau frustasi

yang mengancam, yang akan membahayakan rasa aman,

keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok

sosialnya (Lidya dalam http://lidyadudutz.blogspot.com/2010/06/

definisi-kecemasan.html).

35

Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu

menghadapi sesuatu yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap

kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut (Ghufron dan

Risnawati, 2010: 141). Kecemasan merupakan perasaan subjektif

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi

umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak

adanya rasa aman (Syaifullah, 2010: 131)

3. Negative Thinking

Negative Thinking adalah pikiran buruk terhadap suatu objek

yang dihadapi oleh seseorang. Berpikiran negatif dalam kehidupan

hanya akan menyebabkan seseorang menjadi gelisah dalam menjalani

kehidupannya, jika dengan cara positif seseorang bisa merancang

langkah-langkah dalam kehidupannya, maka ketika berpikir negatif ia

justru mengalami berbagai hambatan, karena konsentrasi yang

dibangunnya sudah mulai buyar (Amrin, 2009: 19-20).

4. Menutup diri

Menutup diri adalah suatu sikap yang cenderung diam terhadap

apa-apa yang dirasakannya ketika ketika itu dia akan memberatkan

dirinya sendiri, dengan menyendiri dan tidak akan membiarkan

dirinya diganggu orang lain. Orang yang selalu menyendiri atau

tertutup biasanya sayap relasinya tidak lebar, dan hal ini juga menjadi

penghambat percaya diri. Karena dia sudah tidak memiliki orang lain

36

yang bisa menyumbangkan hal-hal positif kepada dirinya, misalnya

untuk sekedar memotivasi (Syaifullah, 2010: 149-150).

2.1.3. Hubungan Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam

Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana

Seperti diketahui bersama bahwa kehidupan sosial membutuhkan

suatu bentuk interaksi yang baik antar sesama, salah satunya adalah

dengan tampil percaya diri. Banyak hal yang menyebabkan seseorang

tidak percaya diri. Sering terlihat dalam suatu lingkungan atau

perkumpulan, ada seseorang yang cenderung diam, tidak berani

menyampaikan pendapatnya, takut salah, dan merasa malu. Semua itu bisa

terjadi bukan hanya karena perasaan dari dalam dirinya saja, tapi semua itu

bisa muncul karena pengalaman masa lalu atau lingkungan yang dianggap

buruk bagi seseorang, sepertihalnya di lingkungan penjara (Lembaga

Pemasyarakatan).

Perilaku minder atau tidak percaya diri merupakan problem yang

bisa timbul di mana saja dan kapan saja, seperti halnya narapidana.

Pelanggaran terhadap norma hukum pidana akan mengakibatkan seseorang

dijatuhi pidana penjara dan melewati masa hidupnya di lembaga

pemasyarakatan sebagai narapidana. Semua gerak-geriknya diawasi, harus

mematuhi peraturan yang ada, kemerdekaan menyampaikan pendapat

dibatasi, dan harus benar-benar siap lahir maupun batin dalam melewati

hidupnya di lingkungan penjara.

37

Narapidana yang hidup di Lembaga Pemasyarakatan dalam waktu

yang cukup lama akan mengalami berbagai macam persoalan. Selalu ada

pertentangan batin antara yang menjadi keinginan-keinginannya dengan

apa yang harus dilakukan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di

Lembaga Pemasyarakatan. Mental yang kuat menjadi sangat penting,

untuk menghadapi predikat sebagai “narapidana (Napi)”, dan ketika keluar

pun juga harus siap dengan sebutan “mantan narapidana (Napi)”.

Mereka umumnya secara mental dan psikologis tidak siap

menghadapi realitas di dalam penjara, dalam batinnya mereka sangat

menyesali perbuatan dosa dan kesalahannya. Berulang kali mereka

menolak dan sangat membenci “Aku yang terpenjara” ini (Kartono, 2007:

196), namun semua sudah terjadi, dan harus tetap dihadapi dengan

optimis. Beban batin harus dilepaskan dan diringankan, disinilah orang

lain begitu dibutuhkan (Pielle, 2006: 58).

Kompleksitas permasalahan di atas merupakan tantangan bagi

pelaksanaan dakwah Islam yang perlu mendapat tanggapan dan

penyelesaian dari juru dakwah, agar dakwah Islam bisa memberi motivasi

tentang keislaman baik dari segi lahiriah maupun batiniah. Salah satu

upaya yang dapat mewujudkan ajaran Islam adalah dengan melalui

pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan secara intens.

Pembinaan mental keagamaan Islam yang diikuti secara sungguh-

sungguh, akan menjadikan seseorang bersikap dan bertindak sesuai dengan

ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya

38

dengan sesama manusia (hablumminannas) maupun dengan Allah SWT

(hablumminallah). Mereka akan berusaha mendekatkan diri pada Allah,

dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya.

Agama merupakan salah satu solusi bagi orang-orang yang sedang

terpinggirkan dari lingkungannya, dan agama juga dapat menjadi penolong

bagi orang-orang yang sedang menerima kekecewaan. Semakin dekat

seseorang dengan Tuhan, maka akan semakin tenteram jiwanya serta

semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam

hidup. Sesulit apapun jalan yang harus dilewatinya, dia akan sabar dan

tenang, karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan

bagian dari cobaan Allah SWT kepada hamba-hambanya yang beriman,

dan selalu ada kemudahan setelah kesukaran, seperti dalam QS. Al-

Insyirah: 5-6.

Artinya: 5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

6) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Depag

RI, 1984: 1073).

Pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan secara intens

merupakan salah satu cara yang mempunyai peran penting dalam

pembiasaan ajaran agama pada narapidana. Mereka membutuhkan

pembinaan tersebut, agar terbentuk kepribadian Islam dalam kehidupan

sehari-hari. Cobaan-cobaan hidup bisa mereka lewati dengan hati yang

lapang dan mereka bisa percaya pada dirinya lagi.

39

Pembinaan mental keagamaan Islam di samping sebagai upaya untuk

mencegah timbulnya masalah, memecahkan masalah yang dihadapi

individu, juga sebagai upaya pemberian motivasi, agar individu yang

tadinya menyerah, bisa bangkit, semangat dalam menghadapi kenyataan

hidup. Pembinaan mental keagamaan Islam juga sangat dibutuhkan

sebagai usaha menuntun dan mengarahkan perilaku yang menyimpang

agar sesuai dengan ajaran agama. Untuk itu, intensitas narapidana dalam

mengikuti pembinaan menjadi faktor penting untuk mewujudkan semua

itu.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat percaya diri narapidana. Mereka membutuhkan

motivasi-motivasi atau pembinaan mental keagamaan Islam, agar mereka

mampu menjadi seseorang yang lebih baik, tidak merendahkan dirinya lagi

dan bisa menjadi individu yang percaya diri.

2.2.Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu d iungkapkan

belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam

kenyataan empiris (Susanto, 2006: 73). Berdasarkan asumsi teoritik tersebut,

maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai dugaan awal adalah: ada

pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap

tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu

Semarang.

40

Mengingat hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar

atau salah, maka akan dilakukan pengkajian ulang pada analisis data untuk

dapat membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau

ditolak.

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang menekankan

analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

statistik (Azwar, 1998: 5). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan angket atau instrument yang akan disusun

berdasarkan variabel yang akan diteliti.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu obyek penelitian, atau apa yang menjadi t itik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Dalam penelitian ini terdiri

dari dua variabel yaitu variabel pengaruh (independent variable) dan

variabel terpengaruh (dependent variable).

Untuk lebih jelasnya penulis merumuskan variabel-variabel sebagai

berikut :

1). Intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam (X)

2). Tingkat percaya diri (Y)

3.3. Definisi Konseptual dan Operasional

3.3.1. Definisi Konseptual

3.3.1.1. Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam (X)

Intensitas menurut Kartono dan Gulo (1987: 233), dapat diartikan

sebagai besar atau kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang

42

dibutuhkan untuk merangsang salah satu indera, ukuran fisik dari energi

atau data indera. Intensitas berarti keadaan (tingkatan atau ukuran hebat,

kuat dan bergeloranya) (Tim Penyusun Kamus PPPB, 1990: 335).

Intensitas berasal dari kata intens yang artinya hebat, singkat, sangat

kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya), tinggi, penuh gelora,

penuh semangat, dan sangat emosional. Dilihat dari sifat intensif berarti

secara sungguh-sungguh (giat, dan sangat mendalam untuk memperoleh

efek maksimal, terutama untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam

waktu singkat atau terus menerus mengerjakan sesuatu sehingga

memperoleh hasil maksimal). Sedangkan intensitas berarti keadaan

(tingkatan atau ukuran hebat, kuat dan bergeloranya) (Tim Penyusun

Kamus PPPB, 1990: 335).

Adapun pengertian pembinaan mental keagamaan Islam adalah suatu

usaha yang dilakukan secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi

yang lebih berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang

teguh pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan

akhirat. Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam merupakan usaha

dalam mengikuti kegiatan yang positif yang didalamnya ditanamkan

bagaimana menjadi pribadi yang lebih berkompeten dan berwawasan

luas, yang senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, sehingga

dapat mencapai keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

43

3.3.1.2. Tingkat percaya diri narapidana (Y)

Percaya diri menurut Willis dalam Ghufron dan Risnawati, (2010:

34-35) adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu

masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang

menyenangkan bagi orang lain. Percaya diri berarti keyakinan untuk

melakukan sesuatu pada diri seseorang (Ghufron dan Risnawati, 2011:

35). Tingkat percaya diri narapidana berarti, tinggi rendahnya keyakinan

akan kemampuan diri seseorang. Mental yakin akan kemampuan diri

pada setiap individu tidaklah selalu sama kapasitasnya dan tidak bisa

disamaratakan (Syaifullah, 2010: 50).

3.3.2. Definisi Operasional

3.3.2.1. Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam (X)

Definisi operasional, intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam adalah tingkat kesungguhan mengikuti proses

pembinaan yang diselenggarakan di Lembaga Pemasyarakatan, yang

didalamnya terdapat frekuensi kegiatan yang dilakukan, motivasi diikuti

kegiatan tersebut, efek yang ditimbulkan dari adanya pembinaan,

perhatian, dan spirit of change (semangat ingin berubah) dari narapidana.

3.3.2.2. Tingkat percaya diri narapidana (Y)

Tingkat percaya diri narapidana berarti perilaku yakin akan

kemampuan diri, sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan

melakukan sesuatu dengan tenang. Didalam rasa percaya diri pribadi

44

terdapat, keyakinan kemampuan diri, optimis, bertanggung jawab, dan,

rasional dan realistis.

3.4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh

(Arikunto, 2006: 129). Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua

sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah sesuatu yang dijadikan rujukan untuk

memperoleh data pokok dalam suatu penelitian (Hasan. 2002: 82). Dalam

penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah narapidana yang ada

di Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas II A Semarang yang berjumlah 40

orang. Dari sumber data tersebut diperoleh data tentang intensitas mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam dan tingkat percaya diri.

Sumber data sekunder adalah sesuatu yang dijadikan sebagai

pendukung atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok

(Suryabrata, 1998: 85). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

buku-buku yang ada relevansinya dengan Intensitas mengikuti pembinaan

mental keagamaan Islam, jurnal, dan dokumen-dokumen yang ada di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas II A Semarang, Pembina, serta

kepala dan staf-stafnya yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas

II A Semarang. Dari sumber data tersebut diperoleh data monografi yaitu

gambaran tentang denah atau peta keberadaan Lembaga Pemasyarakatan

Wanita kelas II A Semarang, dan data Geografis yaitu gambaran mengenai

45

Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas II A Semarang dengan beberapa

tempat yang ada disekitarnya.

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2007: 130). Berdasarkan observasi awal dari 140 narapidana yang ada di LP

Wanita kelas II A Semarang, terdapat 121 narapidana yang beragama Islam.

Dengan demikian, dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh narapidana yang beragama Islam yang ada di LP Wanita kelas II A

Semarang berjumlah 121 narapidana.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2007: 131). Penelitian ini hanya mengambil sampel dengan jumlah 40

narapidana, atau 33% dari populasi yang ada.

Pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan dan acuan umum

dari pengambilan sampel Arikunto (2002: 112), yakni apabila jumlah subyek

kurang dari 100, maka populasi diambil semua. Apabila jumlah subyek lebih

dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10%-15% atau 20%-25%

atau lebih dari populasi yang ada.

Adapun cara pengambilan sampel penulis menggunakan teknik random

sampling (acak). Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam

pengambilan sampelnya, peneliti mengacak subyek yang ada di dalam

populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian maka

peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh

kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu setiap subyek

46

sama maka penelitian terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu

atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2007: 64).

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode pengumpulan

data, yaitu sebagai berikut:

3.6.1. Metode angket

Metoda angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi responden (Arikunto, 2006: 225). Metode ini

penulis gunakan untuk menggali data tentang pelaksanaan intensitas

pembinaan mental keagamaan Islam dan pengaruhnya terhadap rasa

percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Bulu Semarang. Angke t

yang dipergunakan termasuk jenis angket tertutup berbentuk rating scale

(skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang

menunjukkan tingkatan-tingkatan, dari sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak

sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) (Arikunto, 2002: 129). Masing-

masing aitem dalam skala berbentuk favorable dan unfavorable. Aitem

favorable adalah aitem yang isinya mendukung atau menunjukkan ciri

adanya atribut yang diukur, sedangkan aitem unfavorable adalah aitem

yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang

diukur (Azwar, 2011: 73)

Skor aitem untuk opsi jawaban favorable dan unfavorable dalam

skala sebagaimana dalam tabel 1.

47

Tabel 1

Skor Aitem dalam Skala untuk Masing-masing Opsi

Jawaban Aitem Favorable Aitem unfavorable

Sangat sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak sesuai (TS) 2 3

Sangat tidak sesuai (STS) 1 4

1. Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam

Variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam diukur dengan Skala Intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam. Aitem disusun berdasarkan lima indikator yakni: a).

frekuensi (Makmun, 2000: 40). b). motivasi (Najati, 2005: 210). c).

efek (Tim Penyusun Kamus PPPB, 1990: 335). d). Perhatian (Dakir,

1993: 134). e). Spirit of change Tasmara, 2002: 134). Blue print Skala

Intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebagaimana

dalam tabel 2.

Tabel 2

Blue print Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Frekuensi 1, 17, 25, 27 16, 20 6

2. Motivasi 2, 12, 18, 19 11, 23 6

3. Efek 7, 10, 13, 15 3, 14 6

4. Perhatian 5, 6, 8, 28 22, 30 6

5. Spirit of change 9, 21, 26, 29 4, 24 6

Jumlah 20 10 30

48

2. Skala Kepercayaan Diri

Variabel percaya diri diukur dengan Skala percaya diri. Aitem

disusun berdasarkan empat indikator yang diambil dalam penelitian

(Ghufron dan Risnawati, 2010: 35-36), yakni: a). yakin akan

kemampuan diri b). optimis c). tanggung jawab d). rasional dan

realistis. Blue print Skala percaya diri sebagaimana dalam tabel 3.

Tabel 3

Blue print Skala Percaya Diri.

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Yakin akan kemampuan diri

1, 12, 21, 22, 29 2, 9, 26 8

2. Optimis 3, 4, 13, 23, 31 14, 24, 28, 8

3. Tanggung jawab 6, 10, 15, 18, 30 5, 16, 20 8

4. Rasional dan Relistis 7, 11, 19, 27, 32 8, 17, 25 8

Jumlah 20 12 32

3.6.2. Metode Observasi

Metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti (Susanto, 2006: 126). Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi umum yakni

narapidana di LP Wanita kelas II A Bulu, Semarang.

3.6.3. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan jalan

tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Maksudnya

ialah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

49

jawab, tatap muka antara pewawancara dan responden (Susanto, 2006:

128).

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang bagaimana

pelaksanaan pembinaan mental keagamaan Islam di LP Wanita Kelas II A

Semarang. Untuk memperoleh data tersebut penulis melakukan wawancara

kepada Kepala, Staff, dan Pembina-pembina yang ada di LP Wanita Kelas

II A Semarang.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Proses ini seringkali

digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah

menyederhanakan data yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang

lebih sederhana dan lebih mudah dipamahi. Analisa data pada penelitian ini

menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut :

3.7.1. Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan digunakan untuk mengetahui gambaran secara

umum data variabel pembinaan mental keagamaan Islam dan variabel

perilaku percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Semarang yang

diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap angket yang diberikan.

Dengan langkah awal yang diambil dengan mengubah data kualitatif

menjadi data kuantitatif, yaitu dengan memberi penilaian terhadap item

jawaban pertanyaan dari responden

50

3.7.2. Analisis Uji Hipotesis

Untuk menganalisa data yang berupa analisis data kuantitatif dan

khususnya untuk menguji kebenaran hipotesis, penulis menggunakan

analisis regresi satu predictor (dengan skor kasar) dengan rumus sebagai

berikut (Hadi, 2001: 18):

Tabel 4

Rumus Analisis Regresi Sederhana

Sumber

Variasi Db JK RK Freg

Regresi 1 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴 − 𝛴𝑌 2

𝑁

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠

Residu (N– 2) ΣY2 – aΣXY – K.ΣY

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠

Total (T) (N - 1) 𝛴𝑌2 − 𝛴𝑌 2

𝑁

-

Keterangan:

a : koefisien predictor

K : bilangan konstanta

N : jumlah sampel yang diteliti

∑X : nilai dari variabel X

∑Y : nilai dari variabel Y

∑X² : nilai kuadrat dari variabel X

∑Y² : nilai kuadrat dari variabel Y

∑XY : hasil kali dari variabel X dan Y

JKreg : jumlah kuadrat regresi

51

JKres : jumlah kuadrat residu

RKreg : rata kuadrat regresi

Rkres : rata-rata kuadrat residu

Db : derajat kebebasan (N-1)

Dbreg : derajat kebebasan regresi (1)

Dbres : derajat keabsahan (N-2)

3.7.3. Analisis lanjut

Merupakan analisis pengolahan lebih lanjut dari hasil analisis uji

hipotesis. Dalam analisis ini peneliti membuat lembar interpretasi dari

hasil yang telah diperoleh dengan jalan membandingkan harga F reg yang

telah diketahui dengan tabel Ft 5% atau Ft 1% dengan kemungkinan:

- Jika Freg lebih besar dari Ft 1% atau 5% maka signifikan (hipotesis

diterima); dan

- Jika Freg kurang dari Ft 1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis

ditolak).

68

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data Penelitian

Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu

dilakukan uji coba, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas soal tersebut.

Setelah diketahui keadaan sebenarnya dari soal tersebut, maka akan

diketahui mana soal yang baik dan mana soal yang sebaiknya dibuang atau

diperbaiki. Dengan pengawasan dan ketertiban yang sangat ketat di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Semarang, maka dari hasil uji

coba 40 angket yang disebar semua bisa kembali.

Langkah- langkah yang dipakai baik tidaknya soal tersebut adalah

dengan cara mengetahui validitas butir dan reliabilitas instrumen. Dari hasil

uji validitas didapatkan hanya 50 aitem yang valid dari dua variabel, yaitu

25 aitem dari variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, dan 25 aitem dari variabel percaya diri.

Kemudian dilakukan uji coba angket lagi kepada 40 responden

dengan mempergunakan teknik uji coba terpakai atau one shot teknik,

artinya hasil uji cobanya langsung dipergunakan untuk menguji hipótesis

penelitian. Teknik uji coba terpakai atau one shot teknik ini dilakukan

karena pertimbangan penghematan dan efisiensi waktu (Suryabrata, 2004:

100).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan mempergunakan

formulasi korelasi product moment, dari pearson dan penghitungannya

69

dengan menggunakan SPSS versi 12.00. Pengujian menghasilkan koefisien

validitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang

berkisar antara -0,60 sampai dengan 0,72. Uji validitas percaya diri

menghasilkan koefisien yang berkisar antara -0,50 sampai dengan 0,67.

Koefisien validitas yang kurang dari 0,312 dinyatakan gugur (Sugiono,

2007: 373). Dengan demikian dari jumlah aitem 62 setelah diseleksi, maka

tinggal 50 aitem yang dinyatakan valid.

Kemudian pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

teknik Alpha dari Croanboach, dan penghitungannya menggunakan bantuan

SPSS. Pengujian reabilitas dilakukan pada semua aitem yang valid yaitu

sejumlah 25 aitem. Hasil pengujian dengan SPSS menghasilkan koefisien

reliabilitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebesar

0,893, dan koefisien reliabilitas percaya diri sebesar 0,74 yang berarti

keduanya reliabel.

Dari uji validitas dan reliabilitas instrument diketahui bahwa dari 30

soal variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang

valid dan reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15,

16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30. Sedangkan yang tidak

valid berjumlah 5 soal, yaitu: 3, 4, 14, 17, dan 25

Sementara itu, dari 32 aitem soal variabel percaya diri yang valid dan

reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17,

18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 30, 31, dan 32. Sedangkan yang tidak valid

berjumlah 7 soal, yaitu: 8, 9, 14, 23, 24, 28, dan 29.

70

Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman hasil uji

validitas dan reliabilitas instrument intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam dan percaya diri dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10

Ringkasan Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrument Hasil Uji Coba Validitas

dan Reliabilitas Jumlah

Intensitas Mengikuti

Pembinaan Mental

Keagamaan Islam

Valid

1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,

15, 16, 18, 19, 20, 21, 22,

23, 24, 26, 27, 28, 29, 30

25

Unvalid 3, 4, 14, 17, 25 5

Jumlah 30

Percaya Diri

Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12,

13, 15, 16, 17, 18, 19, 20,

21, 22, 25, 26, 27, 30, 31,

32

25

Unvalid 8, 9, 14, 23, 24, 28, 29 7

Jumlah 32

Dari 25 aitem intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, dan 25 aitem percaya diri yang valid dan reliabel, masing-masing

aitem tersebut kemudian diurutkan kembali, setelah aitem yang gugur

dibuang. Lebih jelasnya, sebaran aitem skala sesudah uji coba yang telah

diurutkan kembali dapat dilihat pada tabel.

71

Tabel 11

Sebaran Aitem Skala Intensitas Mengikuti

Pembinaan Mental Keagamaan Islam

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Frekuensi 1, 22 13, 16 4

2. Motivasi 2, 10, 14, 15 9, 19 5

3. Efek 5, 8, 11, 12 - 5

4. Perhatian 3, 4, 6, 23 18, 25 6

5. Spirit of change 7, 17, 21, 24 20 5

Jumlah 18 7 25

Tabel 12

Sebaran Aitem Skala Percaya Diri

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Yakin akan

kemampuan diri

1, 10, 18, 19 2, 21 7

2. Optimis 3, 4, 11, 24 - 4

3. Tanggung jawab 6, 8, 12, 15, 23 5, 13, 17 7

4. Rasional dan Relistis 7, 9, 16, 22, 25 14, 20 7

Jumlah 18 7 25

Kemudian nilai angket skala yang dihasilkan dari 40 responden dapat

disajikan dalam tabel berikut:

72

Tabel 13

Nilai Angket Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam

Resp Aitem Soal

Opsi Jawaban Skor Jawaban

Jumlah Jumlah Total SS S TS STS

4 3 2 1

1 2 3 4

R-1 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-2 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 82

Unfavorabel 1 0 5 1 1 0 15 4 20

R-3 Favorabel 7 8 1 2 28 24 2 2 56 82

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-4 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 91

Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28

R-5 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-6 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-7 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88

Unfavorabel 0 1 1 5 0 2 3 20 25

R-8 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85

Unfavorabel 1 0 5 1 0 2 15 4 21

R-9 Favorabel 1 16 1 0 4 48 2 0 54 75

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-10 Favorabel 14 4 0 0 56 12 0 0 68 94

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-11 Favorabel 4 13 1 0 16 39 2 0 57 81

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-12 Favorabel 12 5 0 1 48 15 0 1 64 88 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-13 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 91 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-14 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 88 Unfavorabel 1 0 4 2 1 0 12 8 21

R-15 Favorabel 14 3 1 0 56 9 2 0 67 91

Unfavorabel 1 0 1 5 1 0 3 20 24

R-16 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 71

R-17 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-18 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99

Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28

R-19 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 98

Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27

R-20 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 90

Unfavorabel 0 1 3 3 0 2 9 12 23

R-21 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99

Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28

R-22 Favorabel 0 4 13 1 0 12 26 1 39 53

Unfavorabel 1 5 1 0 1 10 3 0 14

R-23 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-24 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86

73

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-25 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 88 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-26 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-27 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 89

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-28 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-29 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 87

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-30 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89

Unfavorabel 0 2 1 4 0 4 3 16 23

R-31 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-32 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 91

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-33 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-34 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 88

Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22

R-35 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-36 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85

Unfavorabel 0 2 3 2 0 4 9 8 21

R-37 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-38 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84 Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22

R-39 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 89 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-40 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

Jumlah Favorabel 388 307 21 4 1552 921 42 4 2519 3461

Unfavorabel 4 18 130 128 4 36 390 512 942

Tabel 14

Nilai Angket Skala Percaya Diri

Resp Aitem Soal

Opsi Jawaban Skor Jawaban

Jumlah Jumlah

Total SS S TS STS 4 3 2 1

1 2 3 4

R-1 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-2 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-3 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-4 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79

Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22

R-5 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-6 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79

Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22

R-7 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 77 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

74

R-8 Favorabel 6 9 3 0 24 27 6 0 57 77

Unfavorabel 0 1 4 2 0 0 12 8 20

R-9 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-10 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 75

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-11 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-12 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 83

Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19

R-13 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-14 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-15 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 80

Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19

R-16 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 80 Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-17 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 91

Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27

R-18 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 92

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-19 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 87

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-20 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-21 Favorabel 0 9 7 2 0 27 14 2 43 63

Unfavorabel 0 2 4 1 0 4 12 4 20

R-22 Favorabel 0 10 8 0 0 30 16 0 46 67

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-23 Favorabel 0 15 3 0 0 45 6 0 51 72

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-24 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-25 Favorabel 3 14 1 0 12 42 2 0 56 78

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-26 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-27 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-28 Favorabel 1 14 3 0 4 42 6 0 52 74

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-29 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76 Unfavorabel 1 1 2 3 1 2 6 12 21

R-30 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-31 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-32 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-33 Favorabel 7 10 1 0 28 30 2 0 60 85

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-34 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-35 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 86

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-36 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-37 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81

75

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-38 Favorabel 2 15 1 0 8 45 2 0 55 78 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-39 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-40 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

Jumlah Favorabel 217 438 61 4 868 1314 122 4 2308 3203

Unfavorabel 4 10 189 76 4 20 567 304 895

5.2. Pengujian Hipotesis

5.2.1. Analisis Pendahuluan

Dalam análisis ini, langkah-langkah yang daitempuh adalah dengan

memasukkan data-data hasil angket yang diperoleh ke dalam tabel kerja

yang melibatkan data-data tersebut.

Tabel 15

Tabel Kerja Koefisien Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam dan Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana

Resp. X Y XY X2 Y2

R-1 83 82 6806 6889 6724

R-2 82 85 6970 6724 7225

R-3 82 88 7216 6724 7744

R-4 91 79 7189 8281 6241

R-5 81 75 6075 6561 5625

R-6 76 79 6004 5776 6241

R-7 88 77 6776 7744 5929

R-8 85 77 6545 7225 5929

R-9 75 76 5700 5625 5776

R-10 94 75 7050 8836 5625

R-11 81 75 6075 6561 5625

R-12 88 83 7304 7744 6889

R-13 91 81 7371 8281 6561

R-14 88 83 7304 7744 6889

R-15 91 80 7280 8281 6400

R-16 95 80 7600 9025 6400

R-17 95 91 8645 9025 8281

R-18 99 92 9108 9801 8464

R-19 98 87 8526 9604 7569

76

R-20 90 88 7920 8100 7744

R-21 99 63 6237 9801 3969

R-22 53 67 3551 2809 4489

R-23 85 72 6120 7225 5184

R-24 86 76 6536 7396 5776

R-25 88 78 6864 7744 6084

R-26 84 76 6384 7056 5776

R-27 89 81 7209 7921 6561

R-28 86 74 6364 7396 5476

R-29 87 76 6612 7569 5776

R-30 89 81 7209 7921 6561

R-31 89 83 7387 7921 6889

R-32 91 81 7371 8281 6561

R-33 81 85 6885 6561 7225

R-34 88 85 7480 7744 7225

R-35 84 86 7224 7056 7396

R-36 85 84 7140 7225 7056

R-37 83 81 6723 6889 6561

R-38 84 78 6552 7056 6084

R-39 89 81 7209 7921 6561

R-40 88 82 7216 7744 6724

Jumlah 3461 3203 277737 301787 257815

Dari perhitungan di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan

digarisbawahi, yaitu sebagai berikut:

N = 40

ΣX = 3461

ΣY = 3203

ΣX2 = 301787

ΣY2 = 257815

ΣXY = 277737

Untuk menentukan standar kualifikasi, maka terlebih dahulu dicari

range atau jarak pengukuran dengan rumus:

77

R = H – L

R = range

H = angka tertinggi

L = angka terendah

Maka range untuk variabel intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam adalah:

R = H – L

R = 99 – 53

= 46

Setelah itu untuk mencari nilai interval terlebih dahulu dicari kelas

interval dengan rumus:

K = 1 + 3,3 log N

Keterangan:

K = kelas interval

N = jumlah responden

K = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 40

= 1 + 5,286 = 6,286 = 6

Setelah diketahui kelas interval, kemudian dicari nilai interval

dengan rumus:

I = Range Kelas

= 46 =7,66 6

78

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah interval 7,66

dibulatkan menjadi 8. Dan jumlah intervalnya adalah 8.

Untuk mencari rata-rata (mean) variabel intensitas mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri digunaka rumus:

𝑀 =𝛴𝑋

𝑁

= 3461 40

= 86,525

Kemudian hasil ini dicocokkan dengan tabel kualitas variabel

intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebagai berikut:

Tabel 16

Nilai Interval Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam

No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualitas Kriteria

1. 89-92 15 37,5% Sangat baik

Baik

2. 80-88 22 55% Baik

3. 71-79 2 5% Cukup

4. 62-70 0 0% Kurang

5. 53-61 1 2,5% Sangat kurang

Total N = 40 ΣP = 100%

Jadi, intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam di

Lembaga Pemasyarakatan “baik” yaitu pada interval 80-88.

Selanjutnya menentukan range untuk variabel percaya diri.

R = H – L

= 92 – 63

= 29

79

Setelah itu dibagi 6 untuk menentukan jumlah intervalnya diperoleh

4,83 kemudian dibulatkan menjadi 5. Maka jumlah interval percaya diri

adalah 5.

Untuk mencari rata-rata (mean) variabel percaya diri:

𝑀 =𝛴𝑌

𝑁

= 3203 40

= 80,075

Tabel 17

Nilai Interval Percaya Diri Narapidana

No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi Kriteria

1. 87-92 5 12,5% Sangat baik

Baik

2. 81-86 16 40% Baik

3. 75-80 14 35% Cukup

4. 69-74 3 7,5% Kurang

5. 63-68 2 5% Sangat kurang

Total N = 40 ΣP = 100%

Jadi, tingkat rasa percaya diri di Lembaga Pemasyarakatan “baik”

yaitu pada interval 81–86.

5.2.2. Analisis Uji Hipotesis

Analisis digunakan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun uji hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa

percaya diri narapidana wanita.

Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis regresi

dengan satu prediktor. Dengan langkah- langkah sebagai berikut:

80

a. Mencari korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dengan

menggunakan teknik korelasi moment tangkar dari pearson, dengan

rumus sebagai berikut

∑ xy

r xy =

Namun sebelum mencari rxy harus mencari ∑xy, ∑x², ∑y²

dengan rumus sebagai berikut :

∑ x² = ∑ X² - (∑ X )²

N

= 301787 – (3461)² 40

= 301787 – 299463,25

= 2323,75

∑ y² = ∑ Y² - (∑ Y)²

N

= 257815 – (3203)²

40

= 257815 – 256480,22

= 1334,78

∑ x y = ∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y )

N

= 277737 – (3461) (3203) 40

= 277737 – 277139,6 = 597,4

81

Sehingga,

∑ x y

r xy =

597,4_____

= √(2323,75).( 1334,7

597,4

=

(48,24).( 36,53)

597,4 = 17662,20

= 0,339

r2 = (0,339) = 0,114921 = 0,115

Setelah diadakan uji korelasi dengan rumus korelasi

moment tangkar dari Pearson, maka dapat diketahui bahwa rxy

(hitung) adalah 0,339, kemudian dikonsultasikan dengan harga rt

(tabel) pada taraf signifikansi 1% dan 5%. Jika rxy > rt baik pada

taraf signifikansi 5% dan 1%, maka signifikan dan hipotesis

diterima. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat diketahui dalam

tabel berikut:

Tabel 18

Taraf Signifikansi Hasil Koefisien Korelasi (rxy)

N rxy rt

Kesimpulan 5% 1%

40 0,339 0,312 0,409 Signifikan

82

Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien korelasi

(rxy) sebagaimana di atas. Maka hasil yang diperoleh

dikonsultasikan dengan rt (rtabel) diketahui bahwa rxy hitung > rt . dari

sini dapat disimpulkan bahwa rxy adalah signifikansi 5%. Sehingga

hipotesis yang diajukan diterima. Untuk mengetahui perhitungan

rxy dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 19

Perhitungan Hasil Hipotesis

Uji Hipotesis

Hitung Tabel

Kesimpulan Hipotesis 5% 1%

0,339 0,312 0,409 Signifikan Diterima

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya

pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana

wanita di LP wanita Kelas II A Bulu, Semarang signifikan dan

“diterima” pada taraf kepercayaan 5%.

b. Mencari persamaan regresi dengan rumus sebagai berikut:

Y = aX + K

Keterangan:

Y = Perkiraan harga Y

aX = Perkiraan a dalam linier Y dan X

K = Perkiraan b dalam linier pada X

Untuk mengetahui Y terlebih dahulu dicari harga X dan K

dengan menggunakan rumus:

83

𝑎 =𝑁𝛴𝑋𝑌 −𝛴𝑋. 𝛴𝑌

𝑁 𝑋2 − 𝛴𝑋 2

=40.277737 − 3461.3201

40.301787 − 3461 2

=23897

92959

= 0,25707032 dibulatkan menjadi 0,26

Jadi harga a adalah 0,26

Setelah diketahui harga a, barulah dapat menghitung K, yaitu

dengan rumus:

K = Y – aX

Keterangan:

Y = Mean dari variabel Y

X = Mean dari variabel X

Jadi, K = Y – aX

= 80,075 – 0,26.86,525

= 80,075 – 22,496

= 57,6

Kemudian harga aX dan K didistribusikan ke dalam:

Y = aX + K

= 0,26X + 57,6

c. Mencari varians regresi atau uji F dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

84

Tabel 20

Ringkasan Rumus Uji F

Sumber

Variasi Db JK RK Freg

Regresi 1 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴 −

𝛴𝑌 2

𝑁

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠

Residu (N– 2) ΣY2 – aΣXY – K.ΣY 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠

Total (T) (N - 1) 𝛴𝑌2 −

𝛴𝑌 2

𝑁

-

Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan ke dalam data

yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis

regresinya.

Y = aX + K = 0,26X + 57,6

Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus:

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 = 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴𝑌 − 𝛴𝑌 2

𝑁

= 0,26.277737 + 58,44.3203 − 3203 2

40

= 72211,62 + 187183,3313 −10259209

40

= 259406,9513 − 256480,225

= 2926,73

JKres = ΣY2 – aΣXY – K.ΣY

= 257815 – 0,25.277737 – 58,44.3203

= 1325,55

85

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠

=2926,73

1= 2926,73

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠

=1325,55

38= 34,88

𝐹𝑟𝑒𝑔 =𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒 𝑠

=2926,73

34,88= 83,91

Total = ΣY2 − ΣY 2

N

= 257815 − 3203 2

40

= 257815−10259209

40

= 287515 − 256480,22

= 31034,78

Tabel 21

Ringkasan Hasil Akhir Analisis Regresi

Sumber

Variasi Db JK RK Freg

Regresi (reg) 1 2926,73 2926,73

83,91 Residu (res) 38 1325,55 34,88

Total 39 31034,78

86

5.2.3. Analisis Uji Hipotesis Lanjut

Langkah selanjutnya dalam analisis pada penelitian ini adalah

menguji nilai hasil uji hipotesis (Freg) dengan nilai yang terdapat pada tabel

(Ftabel) baik pada taraf signifikansi 5% ataupun taraf signifikansi 1%. Jika

freg lebih besar dari ftabel berarti signifikan, dan jika lebih kecil dari Ftabel

berarti tidak signifikan

Setelah diadakan analisis uji hipotesis, dapat diketahui bahwa Freg =

83,91, kemudian dikonsultasikan dengan harga Ft pada taraf signifikan 1%

dan 5%. Jika Freg lebih besar dari Ft baik pada taraf signifikansi 5% dan

1%, maka signifikan dan hipotesis diterima.

Untuk mengetahui lebih lanjut, maka dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 22

Taraf Signifikan Hasil Koefisien Freg

N Freg Ft

Kesimpulan Hipotesis 5% 1%

40 83,91 4,10 7,35 Signifikan Diterima

Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien Freg sebagaimana di

atas, maka hasil yang diperoleh dengan Ft (tabel) diketahui bahwa Freg >

Ft. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Freg adalah signifikan pada taraf

5% dan 1%, sehingga hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa

percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Bulu, Semarang)

diterima.

87

Karena dalam analisis ini hasil yang diperoleh rxy 0,339 (lihat di tabel

uji korelasi). Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi

tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu,

Semarang dengan nilai intensitasnya sebesar 3,39%.

Keterangan di atas ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi

sebesar 3,39% yang didapat melalui rumus sebagai berikut:

R = r2 x 100%

= (0,339)2 x 100%

= 0,115x 100%

= 0,115%

Kemudian nilai tingkat rasa percaya diri narapidana dipengaruhi oleh

faktor lain sebesar 96,61%.

5.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat diketahui bahwa ada

pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam

terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II

A Bulu Semarang dengan nilai intesitasnya sebesar 3,39%. Dari hasil rata-

rata (mean) tentang intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam sebesar 86,5. Setelah hasil ini dicocokkan pada tabel distribusi

frekuensi (distribusi prosentase) intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam maka rata-rata 86,5 terletak pada interval nilai 80-88

88

yang berarti rata-rata kualifikasi intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam adalah “baik”.

Sedangkan hasil rata-rata (mean) tentang percaya diri narapidana

wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu Semarang sebesar 80,1 terletak pada

interval 81 - 86 yang berarti rata-rata kualifikasi percaya dirinya adalah

“baik”. Pada narapidana yang intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islamnya kurang maka kurang pula tingkat rasa percaya dirinya

(lihat tabel interval nilai variabel, tabel 16 dan 17).

Narapidana yang dalam hatinya belum ikhlas mengikuti pembinaan,

biasanya acuh dalam kegiatan, kurang tanggap, dan kurang berinteraksi

dengan sesama narapidana. Mereka masih belum bisa menerima kenyataan

hidup yang mereka alami, dan tertutup dengan orang lain (wawancara bpk.

Rizak, Pembina dari Kemenag Kota Semarang, 24 November 2011). Hal

itu menunjukkan bahwa, semakin tinggi intensitas mengikuti pembinaan

mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi pula tingkat rasa

percaya diri narapidana.

Pembinaan mental keagamaan Islam merupakan bentuk pemberian

motivasi dan sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan ibadah

narapidana. Dalam pembinaan tersebut narapidana diarahkan bagaimana

seorang Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah melakukan dosa,

menutup dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah,

melatih diri yang mandiri, dan lain- lain (Depag RI., 2008: 53).

89

Mengenai masalah kesehatan mental, banyak dari narapidana yang

mengalami tekanan mental atau bahkan gangguan mental akibat hukuman

yang harus dijalani. Melalui pembinaan mental keagamaan Islam tersebut

narapidana didorong untuk memperbaiki diri menuju masa depan yang

lebih baik. Memberikan arti positif bagi hidup dan kehidupan, berani

menghadapi kenyataan, dan tantangan hidup, sehingga ketika kembali ke

tengah masyarakat,mereka tidak ragu. Bisa lebih percaya diri dan tidak

menganggap dirinya sebagai pembuat kerusuhan (wawancara, Bp. Rizak,

21 November 2011).

Individu yang sadar akan pentingnya agama, secara sadar pula ia

akan melaksanakan tuntunan-tuntunan yang ada didalamnya. Agama bisa

mendorong manusia untuk berbuat positif membentuk karakter diri yang

sesuai dengan tuntunannya. Dengan kesadaran itu pula seorang individu

mampu mengembangkan fitrah yang ada pada dirinya, menjadi makhluk

yang baik dan mulia. Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-

Nya antara lain:

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki

dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan

yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami

ciptakan. (QS. Al-Isra’: 70)

90

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin: 4)

Ayat di atas menjelaskan bahwa, manusia merupakan makhluk yang

paling sempurna di antara makhluk ciptaan Allah yang lain. Namun sebaga i

makhluk yang baik dan mulia, tidak berarti bahwa manusia adalah makhluk

yang bersih dari perbuatan dosa. Dalam hal ini dapat diperhatikan firman

Allah QS. Al-ahzab: 72.

Artinya: Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.

Namun ketika manusia lalai dan melakukan dosa, hendaknya ia

segera bertaubat dan memohon ampun dengan sungguh-sungguh. Allah

berfirman QS. An-Nasr: 3.

Artinya: Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah

ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima

taubat.

Dari uraian ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, meskipun

manusia diciptakan dengan kesempurnaannya, sebagai makhluk yang baik

dan mulia, tidak berarti manusia bersih dari dosa. Untuk itu ketika manusia

melakukan dosa, hendaknya segera bertaubat dan memohon ampun, karena

sesungguhnya Allah maha penerima taubat.

91

Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan agama menjadi salah

satu faktor pendukung seseorang untuk menjadi diri yang positif, penuh

semangat, positif tinking dengan segala keputusan Allah, menghadapi

kenyataan dengan lapang, tidak senantiasa merendahkan dirinya dan selalu

optimis dengan kehidupannya. Untuk itu pembinaan mental keagamaan

Islam di kalangan narapida menjadi begitu sangat berpengaruh terhadap

rasa percaya diri narapidana.

Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa pembinaan keagamaan

Islam merupakan salah satu alternatif metode dakwah yang efektif dengan

memasukkan teori bimbingan konseling Islam didalamnya. Tujuan, dan

metode serta fungsi bimbingan konseling Islam secara tidak langsung ada

di dalam kegiatan tersebut. Dilihat dari salah satu tujuan pembinaan mental

keagamaan Islam, yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi,

fitrah kemanusiaan, dan keberagamaan. Hal itu sesuai dengan apa yang

diungkapkan oleh Faqih (2001: 36), bahwa secara garis besar, tujuan

bimbingan konseling Islam adalah untuk menbantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. “Mewujudkan diri sebagai makluk seutuhnya” berarti

mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi

manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya, dan pelaksanaan

fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius),

makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.

92

Dengan mengenal diri sendiri manusia akan dapat bertindak sesuai

dengan kemampuannya. Oleh karena itu, para insan dakwah dituntut agar

dapat menyesuaikan situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Maka tepatlah

kiranya, apabila dakwah dilakukan di lingkungan narapidana, karena

mereka pada dasarnya membutuhkan seseorang untuk memberikan

motivasi dan mengarahkan mereka ke jalan yang lurus, menuju

kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan begitu keberadaan dakwah tetap

menjadi pilihan untuk memperbaiki hidupnya, sekaligus memiliki kekuatan

untuk menyelesaikan problematika yang dihadapi para narapidana.

Sebagaimana dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa narapidana

merupakan anggota masyarakat yang untuk sementara diasingkan

berdasarkan keputusan hakim. Dengan tujuan di satu pihak untuk

melindungi masyarakat dari kejahatan, dan di lain pihak untuk mendidik

narapidana yang bersangkutan agar dapat kembali menjadi warga

masyarakat yang baik.

Dalam agama Islam terdapat satu ketentuan hukum Islam yang

disebut hudud, yaitu hukuman-hukuman tertentu yang dikenakan kepada

orang-orang yang melanggar larangan-larangan agama tertentu seperti:

berzina, membunuh, mencuri, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian

dan tujuan, serta ketentuan hukum Islam tentang hudud tersebut maka

status narapidana dalam pandangan Islam adalah positif. Karena di antara

prinsip-prinsip tujuan agama Islam adalah untuk mendidik dan melindungi

93

pribadi (individu), dan masyarakat agar senantiasa berada dalam

keselamatan, kedamaian, kemajuan, dan kesejahteraan lahir batin.

Jalaluddin (2007: 278) menjelaskan bahwa agama dalam kehidupan

individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-norma

tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan

bersikap dan bertingkah laku seseorang. Untuk itu penanaman nilai agama

menjadi hal yang sangat penting bagi siapa pun itu. Termasuk bagi mereka

yang terasingkan dari dunia luar, yaitu para narapidana. Dengan demikian

jelas bahwa dakwah memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, dan

haruslah menyentuh seluk beluk kehidupan manusia.

Fleksibilitas dan elastisitas materi dan metode dalam berdakwah,

pada prinsipnya akan melahirkan berbagai alternatif baru dalam berdakwah.

Dalam bentuk praktis metodologis Bimbingan dan Konseling Islam

merupakan metode dakwah alternatif yang menggabungkan teori- teori

bimbingan dan konseling dengan teori psikologi. Sehingga tercipta sebuah

pesan-pesan Islam ke dalam kehidupan manusia sesuai dengan perubahan

zaman.

Menurut pemahaman penulis, pembina yang dalam hal ini konselor

haruslah mampu menginterpretasikan apa yang diungkapkan klien,

sehingga mampu berempati terhadap apa yang dirasakan, dan dilakukan,

serta memberikan alternatif pemecahan yang tepat pada klien, tetapi

keputusan akhir (penyelesaian dari masalah) yang dihadapi klien

sepenuhnya tetap berada di tangan klien. Pemberian bantuan tidak hanya

94

berorientasi pada penyelesaian masalah, melainkan dapat membentengi diri

dari timbulnya permasalahan secara mandiri. Selanjutnya, untuk membantu

memberikan pembinaan kepada narapidana diperlukan konselor yang

mempunyai kharisma, dan memahami kondisi psikis dari narapidana.

Dengan optimalisasi metode pembinaan mental keagamaan Islam

dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan narapidana, maka

penulis akan mencoba melihat bagaimana hubungan antara optimalisasi

metode pembinaan mental keagamaan Islam dengan permasalahan yang

dihadapi oleh narapidana, yang dalam hal ini berkaitan dengan bimbingan

dan konseling Islam.

Menurut Faqih ada dua metode langsung dalam Bimbingan dan

Konseling Islam, yaitu metode individual dan kelompok. Dalam pembinaan

mental keagamaan Islam yang diterapkan di LP Wanita Kelas II A Bulu,

Semarang meliputi, metode personal approach, dengan cara konsultasi dan

juga teknik wawancara, sedangkan metode kelompok dilakukan dengan

cara ceramah, diskusi dan training motivation.

Metode personal approach, yaitu suatu metode yang pelaksanaannya

secara langsung dilakukan secara pribadi yang bersangkutan, seperti

dengan memberi penjelasan maupun dengan membantu memecahkan

masalah yang dihadapi narapidana. Sedangkan metode kelompok pembina

melakukan komunikasi langsung dengan narapidana dalam suatu

kelompok, dalam waktu yang sama.

95

Dalam metode personal approach, pembina melakukan dialog

langsung kepada narapidana secara pribadi atau individu. Pembina

memberikan penjelasan-penjelasan, membantu dalam pemecahan masalah

yang dihadapi narapidana dalam segi penghayatan agama. Hal yang

disampaikan dalam metode ini biasanya mengenai persepsi keagamaan.

Dalam persepsi keagamaan ini pembina menyampaikan bagaimana seorang

Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah menjalankan dosa, menutup

dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah, melatih

diri yang mandiri, dan lain- lain.

Dalam metode kelompok, yang berupa dialog, ceramah, diskusi, dan

training motivation, pembina memberikan materi dan pengarahan dalam

satu waktu secara bersama-sama. Dalam proses pembinaan tersebut

Pembina memberikan asumsi-asumsi mental yang bersifat membangun dan

relevan. Mereka yang tadinya putus asa, diharapkan bisa menjadi semangat,

ikhlas dalam menjalani hidup dan percaya akan kemampuan dirinya lagi.

(wawancara Ibu Elvi, 16 November 2011).

Dari beberapa metode di atas, metode yang dirasa lebih efektif untuk

melakukan pendekatan dan mampu menyingkap permasalahan yang paling

mendasar narapidana adalah metode personal approach. Sedangkan metode

kelompok meskipun lebih efisien, tetapi kurang begitu efektif dalam

penanganan permasalahan narapidana, karena banyak dari narapidana yang

mau mengungkapkan permasalahannya di depan narapidana yang lain

(wawancara Ibu Farida, 20 November 2011).

96

Dalam metode personal approach secara pribadi narapidana

berhadapan langsung dengan pembina, tatap muka face to face. Proses

konsultasi hanya dua orang saja, pembina dan narapidana, sehingga

narapidana lebih tenang mengeluarkan permasalahan-permasalahannya,

tanpa diketahui atau didengar oleh narapidana yang lain. Sedangkan pada

metode kelompok pembinaan dilakukan secara bersama. Dengan demikian

teknik personal approach harus lebih dimaksimalkan dalam pelaksanaan

pembinaan mental keagamaan Islam.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa fungsi

bimbingan dan konseling Islam yaitu fungsi prefentif, kuratif, preservatif

dan developmental atau educatif (Faqih, 2001: 37) sudah masuk dalam

kegiatan pembinaan mental keagamaan Islam tersebut. Fungsi prefentif

(pencegahan) fungsi ini membantu individu agar bisa berupaya aktif untuk

melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan

karena kurangnya perhatian. Dalam hal ini pembina secara continue

memberikan pengarahan-pengarahan langsung kepada narapidana, tentunya

dengan memberikan materi yang sudah disesuaikan kondisi psikologis

mereka.

Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Dalam hal ini pembina

melakukan pendekatan emosional kepada narapidana, sehingga secara suka

rela biasanya narapidana mau menceritakan masalah-masalah mereka

97

kepada pembina, pada tahap ini seorang pembina membantu narapidana

dalam penyelesaian masalahnya.

Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi

dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan), dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good). Fungsi

developmental atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara

dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik

atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab

munculnya masalah baginya. Jadi upaya seorang pembina tidak hanya

memberikan pembinaan dalam satu waktu saja, namun pembina juga

melakukan upaya secara terus menerus. Hal itu untuk menjaga agar kondisi

tetap baik dan bisa menjadi lebih baik.

Akhirnya dari uraian di atas dapat dicermati bahwa, dari hasil

penelitian tersebut tidak hanya menunjukkan pengaruh intensitas mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri

narapidana, namun juga diketahui bahwa dalam kegiatan tersebut ada unsur

bimbingan dan konseling Islam. Diketahui pula bahwa dalam kegiatan

pembinaan keagamaan Islam perlu adanya optimalisasi metode personal

approach, pendekatan emosional dari seorang pembina dan kegiatan yang

perlu dilakukan secara terus menerus. Sehingga, semakin tinggi tingkat

intensitas pembinaan mental keagamaan Islam, semakin tinggi pula tingkat

rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu

Semarang.

68

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data Penelitian

Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu

dilakukan uji coba, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas soal tersebut.

Setelah diketahui keadaan sebenarnya dari soal tersebut, maka akan

diketahui mana soal yang baik dan mana soal yang sebaiknya dibuang atau

diperbaiki. Dengan pengawasan dan ketertiban yang sangat ketat di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Semarang, maka dari hasil uji

coba 40 angket yang disebar semua bisa kembali.

Langkah- langkah yang dipakai baik tidaknya soal tersebut adalah

dengan cara mengetahui validitas butir dan reliabilitas instrumen. Dari hasil

uji validitas didapatkan hanya 50 aitem yang valid dari dua variabel, yaitu

25 aitem dari variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, dan 25 aitem dari variabel percaya diri.

Kemudian dilakukan uji coba angket lagi kepada 40 responden

dengan mempergunakan teknik uji coba terpakai atau one shot teknik,

artinya hasil uji cobanya langsung dipergunakan untuk menguji hipótesis

penelitian. Teknik uji coba terpakai atau one shot teknik ini dilakukan

karena pertimbangan penghematan dan efisiensi waktu (Suryabrata, 2004:

100).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan mempergunakan

formulasi korelasi product moment, dari pearson dan penghitungannya

69

dengan menggunakan SPSS versi 12.00. Pengujian menghasilkan koefisien

validitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang

berkisar antara -0,60 sampai dengan 0,72. Uji validitas percaya diri

menghasilkan koefisien yang berkisar antara -0,50 sampai dengan 0,67.

Koefisien validitas yang kurang dari 0,312 dinyatakan gugur (Sugiono,

2007: 373). Dengan demikian dari jumlah aitem 62 setelah diseleksi, maka

tinggal 50 aitem yang dinyatakan valid.

Kemudian pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

teknik Alpha dari Croanboach, dan penghitungannya menggunakan bantuan

SPSS. Pengujian reabilitas dilakukan pada semua aitem yang valid yaitu

sejumlah 25 aitem. Hasil pengujian dengan SPSS menghasilkan koefisien

reliabilitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebesar

0,893, dan koefisien reliabilitas percaya diri sebesar 0,74 yang berarti

keduanya reliabel.

Dari uji validitas dan reliabilitas instrument diketahui bahwa dari 30

soal variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang

valid dan reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15,

16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30. Sedangkan yang tidak

valid berjumlah 5 soal, yaitu: 3, 4, 14, 17, dan 25

Sementara itu, dari 32 aitem soal variabel percaya diri yang valid dan

reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17,

18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 30, 31, dan 32. Sedangkan yang tidak valid

berjumlah 7 soal, yaitu: 8, 9, 14, 23, 24, 28, dan 29.

70

Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman hasil uji

validitas dan reliabilitas instrument intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam dan percaya diri dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10

Ringkasan Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrument Hasil Uji Coba Validitas

dan Reliabilitas Jumlah

Intensitas Mengikuti

Pembinaan Mental

Keagamaan Islam

Valid

1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,

15, 16, 18, 19, 20, 21, 22,

23, 24, 26, 27, 28, 29, 30

25

Unvalid 3, 4, 14, 17, 25 5

Jumlah 30

Percaya Diri

Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12,

13, 15, 16, 17, 18, 19, 20,

21, 22, 25, 26, 27, 30, 31,

32

25

Unvalid 8, 9, 14, 23, 24, 28, 29 7

Jumlah 32

Dari 25 aitem intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, dan 25 aitem percaya diri yang valid dan reliabel, masing-masing

aitem tersebut kemudian diurutkan kembali, setelah aitem yang gugur

dibuang. Lebih jelasnya, sebaran aitem skala sesudah uji coba yang telah

diurutkan kembali dapat dilihat pada tabel.

71

Tabel 11

Sebaran Aitem Skala Intensitas Mengikuti

Pembinaan Mental Keagamaan Islam

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Frekuensi 1, 22 13, 16 4

2. Motivasi 2, 10, 14, 15 9, 19 5

3. Efek 5, 8, 11, 12 - 5

4. Perhatian 3, 4, 6, 23 18, 25 6

5. Spirit of change 7, 17, 21, 24 20 5

Jumlah 18 7 25

Tabel 12

Sebaran Aitem Skala Percaya Diri

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Yakin akan

kemampuan diri

1, 10, 18, 19 2, 21 7

2. Optimis 3, 4, 11, 24 - 4

3. Tanggung jawab 6, 8, 12, 15, 23 5, 13, 17 7

4. Rasional dan Relistis 7, 9, 16, 22, 25 14, 20 7

Jumlah 18 7 25

Kemudian nilai angket skala yang dihasilkan dari 40 responden dapat

disajikan dalam tabel berikut:

72

Tabel 13

Nilai Angket Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam

Resp Aitem Soal

Opsi Jawaban Skor Jawaban

Jumlah Jumlah Total SS S TS STS

4 3 2 1

1 2 3 4

R-1 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-2 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 82

Unfavorabel 1 0 5 1 1 0 15 4 20

R-3 Favorabel 7 8 1 2 28 24 2 2 56 82

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-4 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 91

Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28

R-5 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-6 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-7 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88

Unfavorabel 0 1 1 5 0 2 3 20 25

R-8 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85

Unfavorabel 1 0 5 1 0 2 15 4 21

R-9 Favorabel 1 16 1 0 4 48 2 0 54 75

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-10 Favorabel 14 4 0 0 56 12 0 0 68 94

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-11 Favorabel 4 13 1 0 16 39 2 0 57 81

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-12 Favorabel 12 5 0 1 48 15 0 1 64 88 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-13 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 91 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-14 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 88 Unfavorabel 1 0 4 2 1 0 12 8 21

R-15 Favorabel 14 3 1 0 56 9 2 0 67 91

Unfavorabel 1 0 1 5 1 0 3 20 24

R-16 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 71

R-17 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-18 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99

Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28

R-19 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 98

Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27

R-20 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 90

Unfavorabel 0 1 3 3 0 2 9 12 23

R-21 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99

Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28

R-22 Favorabel 0 4 13 1 0 12 26 1 39 53

Unfavorabel 1 5 1 0 1 10 3 0 14

R-23 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-24 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86

73

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-25 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 88 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-26 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-27 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 89

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-28 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-29 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 87

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-30 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89

Unfavorabel 0 2 1 4 0 4 3 16 23

R-31 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-32 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 91

Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26

R-33 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-34 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 88

Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22

R-35 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-36 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85

Unfavorabel 0 2 3 2 0 4 9 8 21

R-37 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-38 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84 Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22

R-39 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 89 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-40 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

Jumlah Favorabel 388 307 21 4 1552 921 42 4 2519 3461

Unfavorabel 4 18 130 128 4 36 390 512 942

Tabel 14

Nilai Angket Skala Percaya Diri

Resp Aitem Soal

Opsi Jawaban Skor Jawaban

Jumlah Jumlah

Total SS S TS STS 4 3 2 1

1 2 3 4

R-1 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-2 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-3 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-4 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79

Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22

R-5 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-6 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79

Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22

R-7 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 77 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

74

R-8 Favorabel 6 9 3 0 24 27 6 0 57 77

Unfavorabel 0 1 4 2 0 0 12 8 20

R-9 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-10 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 75

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-11 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-12 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 83

Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19

R-13 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-14 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-15 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 80

Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19

R-16 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 80 Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-17 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 91

Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27

R-18 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 92

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-19 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 87

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-20 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88

Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24

R-21 Favorabel 0 9 7 2 0 27 14 2 43 63

Unfavorabel 0 2 4 1 0 4 12 4 20

R-22 Favorabel 0 10 8 0 0 30 16 0 46 67

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-23 Favorabel 0 15 3 0 0 45 6 0 51 72

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-24 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-25 Favorabel 3 14 1 0 12 42 2 0 56 78

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-26 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76

Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21

R-27 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-28 Favorabel 1 14 3 0 4 42 6 0 52 74

Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22

R-29 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76 Unfavorabel 1 1 2 3 1 2 6 12 21

R-30 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-31 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-32 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-33 Favorabel 7 10 1 0 28 30 2 0 60 85

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-34 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-35 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 86

Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25

R-36 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-37 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81

75

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-38 Favorabel 2 15 1 0 8 45 2 0 55 78 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

R-39 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81

Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22

R-40 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82

Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23

Jumlah Favorabel 217 438 61 4 868 1314 122 4 2308 3203

Unfavorabel 4 10 189 76 4 20 567 304 895

5.2. Pengujian Hipotesis

5.2.1. Analisis Pendahuluan

Dalam análisis ini, langkah-langkah yang daitempuh adalah dengan

memasukkan data-data hasil angket yang diperoleh ke dalam tabel kerja

yang melibatkan data-data tersebut.

Tabel 15

Tabel Kerja Koefisien Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam dan Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana

Resp. X Y XY X2 Y2

R-1 83 82 6806 6889 6724

R-2 82 85 6970 6724 7225

R-3 82 88 7216 6724 7744

R-4 91 79 7189 8281 6241

R-5 81 75 6075 6561 5625

R-6 76 79 6004 5776 6241

R-7 88 77 6776 7744 5929

R-8 85 77 6545 7225 5929

R-9 75 76 5700 5625 5776

R-10 94 75 7050 8836 5625

R-11 81 75 6075 6561 5625

R-12 88 83 7304 7744 6889

R-13 91 81 7371 8281 6561

R-14 88 83 7304 7744 6889

R-15 91 80 7280 8281 6400

R-16 95 80 7600 9025 6400

R-17 95 91 8645 9025 8281

R-18 99 92 9108 9801 8464

R-19 98 87 8526 9604 7569

76

R-20 90 88 7920 8100 7744

R-21 99 63 6237 9801 3969

R-22 53 67 3551 2809 4489

R-23 85 72 6120 7225 5184

R-24 86 76 6536 7396 5776

R-25 88 78 6864 7744 6084

R-26 84 76 6384 7056 5776

R-27 89 81 7209 7921 6561

R-28 86 74 6364 7396 5476

R-29 87 76 6612 7569 5776

R-30 89 81 7209 7921 6561

R-31 89 83 7387 7921 6889

R-32 91 81 7371 8281 6561

R-33 81 85 6885 6561 7225

R-34 88 85 7480 7744 7225

R-35 84 86 7224 7056 7396

R-36 85 84 7140 7225 7056

R-37 83 81 6723 6889 6561

R-38 84 78 6552 7056 6084

R-39 89 81 7209 7921 6561

R-40 88 82 7216 7744 6724

Jumlah 3461 3203 277737 301787 257815

Dari perhitungan di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan

digarisbawahi, yaitu sebagai berikut:

N = 40

ΣX = 3461

ΣY = 3203

ΣX2 = 301787

ΣY2 = 257815

ΣXY = 277737

Untuk menentukan standar kualifikasi, maka terlebih dahulu dicari

range atau jarak pengukuran dengan rumus:

77

R = H – L

R = range

H = angka tertinggi

L = angka terendah

Maka range untuk variabel intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam adalah:

R = H – L

R = 99 – 53

= 46

Setelah itu untuk mencari nilai interval terlebih dahulu dicari kelas

interval dengan rumus:

K = 1 + 3,3 log N

Keterangan:

K = kelas interval

N = jumlah responden

K = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 40

= 1 + 5,286 = 6,286 = 6

Setelah diketahui kelas interval, kemudian dicari nilai interval

dengan rumus:

I = Range Kelas

= 46 =7,66 6

78

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah interval 7,66

dibulatkan menjadi 8. Dan jumlah intervalnya adalah 8.

Untuk mencari rata-rata (mean) variabel intensitas mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri digunaka rumus:

𝑀 =𝛴𝑋

𝑁

= 3461 40

= 86,525

Kemudian hasil ini dicocokkan dengan tabel kualitas variabel

intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebagai berikut:

Tabel 16

Nilai Interval Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental

Keagamaan Islam

No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualitas Kriteria

1. 89-92 15 37,5% Sangat baik

Baik

2. 80-88 22 55% Baik

3. 71-79 2 5% Cukup

4. 62-70 0 0% Kurang

5. 53-61 1 2,5% Sangat kurang

Total N = 40 ΣP = 100%

Jadi, intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam di

Lembaga Pemasyarakatan “baik” yaitu pada interval 80-88.

Selanjutnya menentukan range untuk variabel percaya diri.

R = H – L

= 92 – 63

= 29

79

Setelah itu dibagi 6 untuk menentukan jumlah intervalnya diperoleh

4,83 kemudian dibulatkan menjadi 5. Maka jumlah interval percaya diri

adalah 5.

Untuk mencari rata-rata (mean) variabel percaya diri:

𝑀 =𝛴𝑌

𝑁

= 3203 40

= 80,075

Tabel 17

Nilai Interval Percaya Diri Narapidana

No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi Kriteria

1. 87-92 5 12,5% Sangat baik

Baik

2. 81-86 16 40% Baik

3. 75-80 14 35% Cukup

4. 69-74 3 7,5% Kurang

5. 63-68 2 5% Sangat kurang

Total N = 40 ΣP = 100%

Jadi, tingkat rasa percaya diri di Lembaga Pemasyarakatan “baik”

yaitu pada interval 81–86.

5.2.2. Analisis Uji Hipotesis

Analisis digunakan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun uji hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa

percaya diri narapidana wanita.

Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis regresi

dengan satu prediktor. Dengan langkah- langkah sebagai berikut:

80

a. Mencari korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dengan

menggunakan teknik korelasi moment tangkar dari pearson, dengan

rumus sebagai berikut

∑ xy

r xy =

Namun sebelum mencari rxy harus mencari ∑xy, ∑x², ∑y²

dengan rumus sebagai berikut :

∑ x² = ∑ X² - (∑ X )²

N

= 301787 – (3461)² 40

= 301787 – 299463,25

= 2323,75

∑ y² = ∑ Y² - (∑ Y)²

N

= 257815 – (3203)²

40

= 257815 – 256480,22

= 1334,78

∑ x y = ∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y )

N

= 277737 – (3461) (3203) 40

= 277737 – 277139,6 = 597,4

81

Sehingga,

∑ x y

r xy =

597,4_____

= √(2323,75).( 1334,7

597,4

=

(48,24).( 36,53)

597,4 = 17662,20

= 0,339

r2 = (0,339) = 0,114921 = 0,115

Setelah diadakan uji korelasi dengan rumus korelasi

moment tangkar dari Pearson, maka dapat diketahui bahwa rxy

(hitung) adalah 0,339, kemudian dikonsultasikan dengan harga rt

(tabel) pada taraf signifikansi 1% dan 5%. Jika rxy > rt baik pada

taraf signifikansi 5% dan 1%, maka signifikan dan hipotesis

diterima. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat diketahui dalam

tabel berikut:

Tabel 18

Taraf Signifikansi Hasil Koefisien Korelasi (rxy)

N rxy rt

Kesimpulan 5% 1%

40 0,339 0,312 0,409 Signifikan

82

Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien korelasi

(rxy) sebagaimana di atas. Maka hasil yang diperoleh

dikonsultasikan dengan rt (rtabel) diketahui bahwa rxy hitung > rt . dari

sini dapat disimpulkan bahwa rxy adalah signifikansi 5%. Sehingga

hipotesis yang diajukan diterima. Untuk mengetahui perhitungan

rxy dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 19

Perhitungan Hasil Hipotesis

Uji Hipotesis

Hitung Tabel

Kesimpulan Hipotesis 5% 1%

0,339 0,312 0,409 Signifikan Diterima

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya

pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana

wanita di LP wanita Kelas II A Bulu, Semarang signifikan dan

“diterima” pada taraf kepercayaan 5%.

b. Mencari persamaan regresi dengan rumus sebagai berikut:

Y = aX + K

Keterangan:

Y = Perkiraan harga Y

aX = Perkiraan a dalam linier Y dan X

K = Perkiraan b dalam linier pada X

Untuk mengetahui Y terlebih dahulu dicari harga X dan K

dengan menggunakan rumus:

83

𝑎 =𝑁𝛴𝑋𝑌 −𝛴𝑋. 𝛴𝑌

𝑁 𝑋2 − 𝛴𝑋 2

=40.277737 − 3461.3201

40.301787 − 3461 2

=23897

92959

= 0,25707032 dibulatkan menjadi 0,26

Jadi harga a adalah 0,26

Setelah diketahui harga a, barulah dapat menghitung K, yaitu

dengan rumus:

K = Y – aX

Keterangan:

Y = Mean dari variabel Y

X = Mean dari variabel X

Jadi, K = Y – aX

= 80,075 – 0,26.86,525

= 80,075 – 22,496

= 57,6

Kemudian harga aX dan K didistribusikan ke dalam:

Y = aX + K

= 0,26X + 57,6

c. Mencari varians regresi atau uji F dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

84

Tabel 20

Ringkasan Rumus Uji F

Sumber

Variasi Db JK RK Freg

Regresi 1 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴 −

𝛴𝑌 2

𝑁

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠

Residu (N– 2) ΣY2 – aΣXY – K.ΣY 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠

Total (T) (N - 1) 𝛴𝑌2 −

𝛴𝑌 2

𝑁

-

Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan ke dalam data

yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis

regresinya.

Y = aX + K = 0,26X + 57,6

Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus:

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 = 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴𝑌 − 𝛴𝑌 2

𝑁

= 0,26.277737 + 58,44.3203 − 3203 2

40

= 72211,62 + 187183,3313 −10259209

40

= 259406,9513 − 256480,225

= 2926,73

JKres = ΣY2 – aΣXY – K.ΣY

= 257815 – 0,25.277737 – 58,44.3203

= 1325,55

85

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠

=2926,73

1= 2926,73

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠

𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠

=1325,55

38= 34,88

𝐹𝑟𝑒𝑔 =𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔

𝑅𝐾𝑟𝑒 𝑠

=2926,73

34,88= 83,91

Total = ΣY2 − ΣY 2

N

= 257815 − 3203 2

40

= 257815−10259209

40

= 287515 − 256480,22

= 31034,78

Tabel 21

Ringkasan Hasil Akhir Analisis Regresi

Sumber

Variasi Db JK RK Freg

Regresi (reg) 1 2926,73 2926,73

83,91 Residu (res) 38 1325,55 34,88

Total 39 31034,78

86

5.2.3. Analisis Uji Hipotesis Lanjut

Langkah selanjutnya dalam analisis pada penelitian ini adalah

menguji nilai hasil uji hipotesis (Freg) dengan nilai yang terdapat pada tabel

(Ftabel) baik pada taraf signifikansi 5% ataupun taraf signifikansi 1%. Jika

freg lebih besar dari ftabel berarti signifikan, dan jika lebih kecil dari Ftabel

berarti tidak signifikan

Setelah diadakan analisis uji hipotesis, dapat diketahui bahwa Freg =

83,91, kemudian dikonsultasikan dengan harga Ft pada taraf signifikan 1%

dan 5%. Jika Freg lebih besar dari Ft baik pada taraf signifikansi 5% dan

1%, maka signifikan dan hipotesis diterima.

Untuk mengetahui lebih lanjut, maka dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 22

Taraf Signifikan Hasil Koefisien Freg

N Freg Ft

Kesimpulan Hipotesis 5% 1%

40 83,91 4,10 7,35 Signifikan Diterima

Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien Freg sebagaimana di

atas, maka hasil yang diperoleh dengan Ft (tabel) diketahui bahwa Freg >

Ft. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Freg adalah signifikan pada taraf

5% dan 1%, sehingga hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa

percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Bulu, Semarang)

diterima.

87

Karena dalam analisis ini hasil yang diperoleh rxy 0,339 (lihat di tabel

uji korelasi). Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas

mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi

tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu,

Semarang dengan nilai intensitasnya sebesar 3,39%.

Keterangan di atas ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi

sebesar 3,39% yang didapat melalui rumus sebagai berikut:

R = r2 x 100%

= (0,339)2 x 100%

= 0,115x 100%

= 0,115%

Kemudian nilai tingkat rasa percaya diri narapidana dipengaruhi oleh

faktor lain sebesar 96,61%.

5.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat diketahui bahwa ada

pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam

terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II

A Bulu Semarang dengan nilai intesitasnya sebesar 3,39%. Dari hasil rata-

rata (mean) tentang intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam sebesar 86,5. Setelah hasil ini dicocokkan pada tabel distribusi

frekuensi (distribusi prosentase) intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam maka rata-rata 86,5 terletak pada interval nilai 80-88

88

yang berarti rata-rata kualifikasi intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam adalah “baik”.

Sedangkan hasil rata-rata (mean) tentang percaya diri narapidana

wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu Semarang sebesar 80,1 terletak pada

interval 81 - 86 yang berarti rata-rata kualifikasi percaya dirinya adalah

“baik”. Pada narapidana yang intensitas mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islamnya kurang maka kurang pula tingkat rasa percaya dirinya

(lihat tabel interval nilai variabel, tabel 16 dan 17).

Narapidana yang dalam hatinya belum ikhlas mengikuti pembinaan,

biasanya acuh dalam kegiatan, kurang tanggap, dan kurang berinteraksi

dengan sesama narapidana. Mereka masih belum bisa menerima kenyataan

hidup yang mereka alami, dan tertutup dengan orang lain (wawancara bpk.

Rizak, Pembina dari Kemenag Kota Semarang, 24 November 2011). Hal

itu menunjukkan bahwa, semakin tinggi intensitas mengikuti pembinaan

mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi pula tingkat rasa

percaya diri narapidana.

Pembinaan mental keagamaan Islam merupakan bentuk pemberian

motivasi dan sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan ibadah

narapidana. Dalam pembinaan tersebut narapidana diarahkan bagaimana

seorang Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah melakukan dosa,

menutup dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah,

melatih diri yang mandiri, dan lain- lain (Depag RI., 2008: 53).

89

Mengenai masalah kesehatan mental, banyak dari narapidana yang

mengalami tekanan mental atau bahkan gangguan mental akibat hukuman

yang harus dijalani. Melalui pembinaan mental keagamaan Islam tersebut

narapidana didorong untuk memperbaiki diri menuju masa depan yang

lebih baik. Memberikan arti positif bagi hidup dan kehidupan, berani

menghadapi kenyataan, dan tantangan hidup, sehingga ketika kembali ke

tengah masyarakat,mereka tidak ragu. Bisa lebih percaya diri dan tidak

menganggap dirinya sebagai pembuat kerusuhan (wawancara, Bp. Rizak,

21 November 2011).

Individu yang sadar akan pentingnya agama, secara sadar pula ia

akan melaksanakan tuntunan-tuntunan yang ada didalamnya. Agama bisa

mendorong manusia untuk berbuat positif membentuk karakter diri yang

sesuai dengan tuntunannya. Dengan kesadaran itu pula seorang individu

mampu mengembangkan fitrah yang ada pada dirinya, menjadi makhluk

yang baik dan mulia. Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-

Nya antara lain:

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki

dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan

yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami

ciptakan. (QS. Al-Isra’: 70)

90

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin: 4)

Ayat di atas menjelaskan bahwa, manusia merupakan makhluk yang

paling sempurna di antara makhluk ciptaan Allah yang lain. Namun sebaga i

makhluk yang baik dan mulia, tidak berarti bahwa manusia adalah makhluk

yang bersih dari perbuatan dosa. Dalam hal ini dapat diperhatikan firman

Allah QS. Al-ahzab: 72.

Artinya: Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.

Namun ketika manusia lalai dan melakukan dosa, hendaknya ia

segera bertaubat dan memohon ampun dengan sungguh-sungguh. Allah

berfirman QS. An-Nasr: 3.

Artinya: Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah

ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima

taubat.

Dari uraian ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, meskipun

manusia diciptakan dengan kesempurnaannya, sebagai makhluk yang baik

dan mulia, tidak berarti manusia bersih dari dosa. Untuk itu ketika manusia

melakukan dosa, hendaknya segera bertaubat dan memohon ampun, karena

sesungguhnya Allah maha penerima taubat.

91

Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan agama menjadi salah

satu faktor pendukung seseorang untuk menjadi diri yang positif, penuh

semangat, positif tinking dengan segala keputusan Allah, menghadapi

kenyataan dengan lapang, tidak senantiasa merendahkan dirinya dan selalu

optimis dengan kehidupannya. Untuk itu pembinaan mental keagamaan

Islam di kalangan narapida menjadi begitu sangat berpengaruh terhadap

rasa percaya diri narapidana.

Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa pembinaan keagamaan

Islam merupakan salah satu alternatif metode dakwah yang efektif dengan

memasukkan teori bimbingan konseling Islam didalamnya. Tujuan, dan

metode serta fungsi bimbingan konseling Islam secara tidak langsung ada

di dalam kegiatan tersebut. Dilihat dari salah satu tujuan pembinaan mental

keagamaan Islam, yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi,

fitrah kemanusiaan, dan keberagamaan. Hal itu sesuai dengan apa yang

diungkapkan oleh Faqih (2001: 36), bahwa secara garis besar, tujuan

bimbingan konseling Islam adalah untuk menbantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. “Mewujudkan diri sebagai makluk seutuhnya” berarti

mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi

manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya, dan pelaksanaan

fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius),

makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.

92

Dengan mengenal diri sendiri manusia akan dapat bertindak sesuai

dengan kemampuannya. Oleh karena itu, para insan dakwah dituntut agar

dapat menyesuaikan situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Maka tepatlah

kiranya, apabila dakwah dilakukan di lingkungan narapidana, karena

mereka pada dasarnya membutuhkan seseorang untuk memberikan

motivasi dan mengarahkan mereka ke jalan yang lurus, menuju

kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan begitu keberadaan dakwah tetap

menjadi pilihan untuk memperbaiki hidupnya, sekaligus memiliki kekuatan

untuk menyelesaikan problematika yang dihadapi para narapidana.

Sebagaimana dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa narapidana

merupakan anggota masyarakat yang untuk sementara diasingkan

berdasarkan keputusan hakim. Dengan tujuan di satu pihak untuk

melindungi masyarakat dari kejahatan, dan di lain pihak untuk mendidik

narapidana yang bersangkutan agar dapat kembali menjadi warga

masyarakat yang baik.

Dalam agama Islam terdapat satu ketentuan hukum Islam yang

disebut hudud, yaitu hukuman-hukuman tertentu yang dikenakan kepada

orang-orang yang melanggar larangan-larangan agama tertentu seperti:

berzina, membunuh, mencuri, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian

dan tujuan, serta ketentuan hukum Islam tentang hudud tersebut maka

status narapidana dalam pandangan Islam adalah positif. Karena di antara

prinsip-prinsip tujuan agama Islam adalah untuk mendidik dan melindungi

93

pribadi (individu), dan masyarakat agar senantiasa berada dalam

keselamatan, kedamaian, kemajuan, dan kesejahteraan lahir batin.

Jalaluddin (2007: 278) menjelaskan bahwa agama dalam kehidupan

individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-norma

tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan

bersikap dan bertingkah laku seseorang. Untuk itu penanaman nilai agama

menjadi hal yang sangat penting bagi siapa pun itu. Termasuk bagi mereka

yang terasingkan dari dunia luar, yaitu para narapidana. Dengan demikian

jelas bahwa dakwah memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, dan

haruslah menyentuh seluk beluk kehidupan manusia.

Fleksibilitas dan elastisitas materi dan metode dalam berdakwah,

pada prinsipnya akan melahirkan berbagai alternatif baru dalam berdakwah.

Dalam bentuk praktis metodologis Bimbingan dan Konseling Islam

merupakan metode dakwah alternatif yang menggabungkan teori- teori

bimbingan dan konseling dengan teori psikologi. Sehingga tercipta sebuah

pesan-pesan Islam ke dalam kehidupan manusia sesuai dengan perubahan

zaman.

Menurut pemahaman penulis, pembina yang dalam hal ini konselor

haruslah mampu menginterpretasikan apa yang diungkapkan klien,

sehingga mampu berempati terhadap apa yang dirasakan, dan dilakukan,

serta memberikan alternatif pemecahan yang tepat pada klien, tetapi

keputusan akhir (penyelesaian dari masalah) yang dihadapi klien

sepenuhnya tetap berada di tangan klien. Pemberian bantuan tidak hanya

94

berorientasi pada penyelesaian masalah, melainkan dapat membentengi diri

dari timbulnya permasalahan secara mandiri. Selanjutnya, untuk membantu

memberikan pembinaan kepada narapidana diperlukan konselor yang

mempunyai kharisma, dan memahami kondisi psikis dari narapidana.

Dengan optimalisasi metode pembinaan mental keagamaan Islam

dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan narapidana, maka

penulis akan mencoba melihat bagaimana hubungan antara optimalisasi

metode pembinaan mental keagamaan Islam dengan permasalahan yang

dihadapi oleh narapidana, yang dalam hal ini berkaitan dengan bimbingan

dan konseling Islam.

Menurut Faqih ada dua metode langsung dalam Bimbingan dan

Konseling Islam, yaitu metode individual dan kelompok. Dalam pembinaan

mental keagamaan Islam yang diterapkan di LP Wanita Kelas II A Bulu,

Semarang meliputi, metode personal approach, dengan cara konsultasi dan

juga teknik wawancara, sedangkan metode kelompok dilakukan dengan

cara ceramah, diskusi dan training motivation.

Metode personal approach, yaitu suatu metode yang pelaksanaannya

secara langsung dilakukan secara pribadi yang bersangkutan, seperti

dengan memberi penjelasan maupun dengan membantu memecahkan

masalah yang dihadapi narapidana. Sedangkan metode kelompok pembina

melakukan komunikasi langsung dengan narapidana dalam suatu

kelompok, dalam waktu yang sama.

95

Dalam metode personal approach, pembina melakukan dialog

langsung kepada narapidana secara pribadi atau individu. Pembina

memberikan penjelasan-penjelasan, membantu dalam pemecahan masalah

yang dihadapi narapidana dalam segi penghayatan agama. Hal yang

disampaikan dalam metode ini biasanya mengenai persepsi keagamaan.

Dalam persepsi keagamaan ini pembina menyampaikan bagaimana seorang

Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah menjalankan dosa, menutup

dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah, melatih

diri yang mandiri, dan lain- lain.

Dalam metode kelompok, yang berupa dialog, ceramah, diskusi, dan

training motivation, pembina memberikan materi dan pengarahan dalam

satu waktu secara bersama-sama. Dalam proses pembinaan tersebut

Pembina memberikan asumsi-asumsi mental yang bersifat membangun dan

relevan. Mereka yang tadinya putus asa, diharapkan bisa menjadi semangat,

ikhlas dalam menjalani hidup dan percaya akan kemampuan dirinya lagi.

(wawancara Ibu Elvi, 16 November 2011).

Dari beberapa metode di atas, metode yang dirasa lebih efektif untuk

melakukan pendekatan dan mampu menyingkap permasalahan yang paling

mendasar narapidana adalah metode personal approach. Sedangkan metode

kelompok meskipun lebih efisien, tetapi kurang begitu efektif dalam

penanganan permasalahan narapidana, karena banyak dari narapidana yang

mau mengungkapkan permasalahannya di depan narapidana yang lain

(wawancara Ibu Farida, 20 November 2011).

96

Dalam metode personal approach secara pribadi narapidana

berhadapan langsung dengan pembina, tatap muka face to face. Proses

konsultasi hanya dua orang saja, pembina dan narapidana, sehingga

narapidana lebih tenang mengeluarkan permasalahan-permasalahannya,

tanpa diketahui atau didengar oleh narapidana yang lain. Sedangkan pada

metode kelompok pembinaan dilakukan secara bersama. Dengan demikian

teknik personal approach harus lebih dimaksimalkan dalam pelaksanaan

pembinaan mental keagamaan Islam.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa fungsi

bimbingan dan konseling Islam yaitu fungsi prefentif, kuratif, preservatif

dan developmental atau educatif (Faqih, 2001: 37) sudah masuk dalam

kegiatan pembinaan mental keagamaan Islam tersebut. Fungsi prefentif

(pencegahan) fungsi ini membantu individu agar bisa berupaya aktif untuk

melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan

karena kurangnya perhatian. Dalam hal ini pembina secara continue

memberikan pengarahan-pengarahan langsung kepada narapidana, tentunya

dengan memberikan materi yang sudah disesuaikan kondisi psikologis

mereka.

Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Dalam hal ini pembina

melakukan pendekatan emosional kepada narapidana, sehingga secara suka

rela biasanya narapidana mau menceritakan masalah-masalah mereka

97

kepada pembina, pada tahap ini seorang pembina membantu narapidana

dalam penyelesaian masalahnya.

Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi

dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan), dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good). Fungsi

developmental atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara

dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik

atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab

munculnya masalah baginya. Jadi upaya seorang pembina tidak hanya

memberikan pembinaan dalam satu waktu saja, namun pembina juga

melakukan upaya secara terus menerus. Hal itu untuk menjaga agar kondisi

tetap baik dan bisa menjadi lebih baik.

Akhirnya dari uraian di atas dapat dicermati bahwa, dari hasil

penelitian tersebut tidak hanya menunjukkan pengaruh intensitas mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri

narapidana, namun juga diketahui bahwa dalam kegiatan tersebut ada unsur

bimbingan dan konseling Islam. Diketahui pula bahwa dalam kegiatan

pembinaan keagamaan Islam perlu adanya optimalisasi metode personal

approach, pendekatan emosional dari seorang pembina dan kegiatan yang

perlu dilakukan secara terus menerus. Sehingga, semakin tinggi tingkat

intensitas pembinaan mental keagamaan Islam, semakin tinggi pula tingkat

rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu

Semarang.

98

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis peneliti di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan, bahwa intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat rasa percaya diri

narapidana di LP wanita kelas II A Bulu, Semarang. Intensitas pembinaan

mental keagamaan Islam bisa dijadikan prediktor untuk meningkatkan rasa

percaya diri narapidana. Jadi, semakin sering pembinaan agama dilakukan,

maka semakin meningkat pula rasa percaya diri narapidana.

6.2. Limitasi

Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti terjadi banyak

kendala dan hambatan. Faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam

penelitian ini adalah faktor penerjemahan hasil penelitian. Diakui bahwa

dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan-kelemahan yang disadari

oleh penulis khususnya, dalam penerjemahan hasil penelitian berupa angka-

angka ke dalam bentuk penjabaran secara deskriptif. Namun demikian

penulis berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadikan hasil analisis

yang berupa angka-angka keistimewaan pada bidang metodologi, yakni

pengolahan analisis data dengan menggunakan program SPSS 12.0 for

Windows yang memberikan ketepatan hasil yang diperoleh.

99

6.3. Saran-saran

Atas dasar hasil penelitian dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran

yang patut dipertimbangkan bagi banyak pihak yang berkepentingan,

antaranya sebagai berikut:

6.3.1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dengan adanya pembinaan mental

keagamaan Islam, rasa percaya diri narapidana bisa mengalami

peningkatan. Maka proses pembinaan idealnya dilakukan secara intensif

oleh para pembina agama Islam di LP Wanita Kelas II A Semarang.

6.3.2. Bagi narapidana yang mengikuti kegiatan pembinaan mental keagamaan

Islam, sebaiknya pembinaan diikuti secara sadar, rutin dan

berkesinambungan, sehingga semakin teratur mengikuti pembinaan

hasilnya akan semakin positif.

6.3.3. Bagi pembina, diharapkan pembina bisa menciptakan kedekatan

emosional kepada narapidana, sehingga narapida secara sadar mau

mengikuti pembinaan, dan bisa menyampaikan apa yang menjad i masalah

yang sedang mereka hadapi, tentunya masalah yang berkaitan dengan

mental mereka.

6.3.4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih khusus dan mendalam

lagi dalam meneliti tentang tingkat percaya diri narapidana.

6.3.5. Kepada peneliti-peneliti selanjutnya, agar lebih berhati-hati dalam

menggunakan metodologi penelitian serta dalam proses analisis datanya

harus sangat teliti sehingga hasil yang diperoleh akan tepat dan maksimal.

100

6.4. 6.4. Penutup

Penulis bersyukur kehadhirat Allah SWT., karena atas limpahan

rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya lah, penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu baik materiil maupun spirituil dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis manyadari, bahwa skripsi yang penulis susun ini masih jauh

dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang konstruktif sangatlah penulis

harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Amit. 2005. Personality Development. terj. Anindito Aditomo. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2006. Konseling dan Psikoterapi Islam. Jogjakarta: Fajar Pustaka Baru.

Al-Ghifari, Abu. 2004. Percaya Diri Sepanjang Hari. Bandung: Mujahid.

Amrin, Achmad Muchlis. 2009. The 10 Mistaken Identities. Jogjakarta: Garailmu

Amalia, Lia. 2008. Efektifitas Bimbingan Rohani Terhadap Pembinaan Mental

Pasien (Studi Kasus di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan). (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN Walisongo Semarang.

Aningsih, Puji. 2007. Pengaruh bimbingan Penyuluhan Islam Terhadap Penurunan Agresivitas Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A. (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN Walisongo Semarang.

Ardi, Widyo. 2008. Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita Di Lapas Klas II A Wanita Semarang. (Tidak dipublikasikan). Skripsi,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Arifin, M. 2000. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, M. Zainal. 2002. Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Tingkah Laku Keagamaan Narapidana di LP Wanita dan LP Kelas I Semarang. (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN

Walisongo Semarang.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Syaifuddin. 1998. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Az-Zahrani. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.

Bahreisj, Hussein. 1997. Studi Hadis Nabi. Surabaya: CV. Amin.

Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daradjat, Zakiyat. 1982. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

1980. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Jembatan Tiga.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depag RI. 2008. Materi Penyuluhan Agama Islam. Semarang: Penamas Jateng.

Depag RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Penerbit YPPA.

Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Jogjakarta:

UII Press.

Ghufron, M. Nur, dan Risnawati S., Rini. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Hadi, Sutrisno. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.

Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hidayati, Nur. 2007. Peran Bimbingan Islam Dalamenumbuhkan Rasa Percaya

Diri Penyandang Cacat Netra Dip Anti Tuna Netra Dan Tuna Rungu Wicara “Dharma Putra” Purworej. (Tidak dipublikasikan). Skripsi,

IAIN Walisongo Semarang.

Hill, Napoleon. 2007. Law of Success. terj. Teguh Wahyu Utomo. Yogyakarta: Baca.

Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.

2007. Patologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

2005. Teori Kepribadian. Bandung: Mandar maju.

Kartono dan Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pioner Jaya

Khasanah, Uswatun. 2004. Etos Kerja Sarana Menuju Puncak Prestasi.

Yogyakarta: Harum Group.

Kiranawati “Model Pembelajaran ARIAS” dalam http://gurupkn.wordpress.com

/2007/12/model-pembelajaran-arias diakses 25 Juni 2011.

Lidya“Definisi Kecemasan” dalam http://lidyadudutz.blogspot.com/2010/06/definisi-kecemasan.html diakses

04 Agustus 2011.

Makmun, Syamsudin Abin. 2000, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Munawaroh. 2004. Keys to Succes. Yogyakarta: Enigma Publishing.

Musnamar. 2001. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami.

Jogjakarta: UII Press.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan HIstoris, Teoritis,

dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.

Nottingham. Elizabeth K. 1997. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama, Terj. Abdul Muis Naharong, Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Pealle, Norman Vincent. 2006. The Power Of Confident Life. Terj. Narulita

Yusron. Yogyakarta: Baca.

Rifa’i, Muh. 2005. Peranan Kyai Dalam Pembinaan Mental Agama pada Remaja di Kec. Gubug. Kab. Grobogan. (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN

Walisongo Semarang.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Susanto. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Syafullah, Ach. 2010. Tips Bisa Percaya Diri. Jogjakarta: Garailmu.

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: al- Ikhlas.

Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.

Tim penyusun kamus PPPB. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tylor, Ros. dkk. 2003. Confidence In Just Seven Days. terj. Imam Khiri. Jogjakarta: Diva Press.

Trenggono, Heppy. 2009. Menjadi Bangsa Pintar. Jakarta: Republika.

Ubaedy, An. 2007. Baca Dirimu Temukan Takdirmu. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

Wawancara Ina (nama samaran narapidana). 17 Januari 2011. LP Wanita Bulu Semarang.

Wawancara Indah (nama samaran narapidana). 17 Januari 2011. LP Wanita Bulu Semarang.

Wawancara Ibu Asih (nama samaran narapidana). 17 Januari 2011. LP Wanita

Bulu Semarang.

Wawancara Ibu Asti (Pegawai LP). 14 November 2011 LP Wanita Bulu

Semarang.

Wawancara Ibu Lulu (Pegawai LP). 22 November 2011 LP Wanita Bulu Semarang.

Wawancara Bp. Rizak (Pembina Kemenag). 17 Januari 2011. LP Wanita Bulu Semarang.

Wawancara Ibu Elvi (Pembina Kemenag). 8 November 2011

Wikipedia “Pengertian Takut” dalam http://www.wikipedia.com/2011/8/pengertian-takut diakses 04 Agustus

2011.

Wikipedia “Efek” dalam http: //id.wikipedia /wiki/efek diakses 26 September

2011.

SKALA PENELITIAN SEBELUM DI UJI COBA

Identitas Diri

1. Nama : ……………………………………………………………

2. No. Urut : ………………………………………………………........

3. Umur : ……………………………………………………………

4. Jenis Kelamin : ……………………………………………………………

5. Alamat : ……………………………………………………………

Petunjuk Pengisian Angket

1. Pilihlah jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan Anda, beri tanda (X)

pada pilihan yang disediakan, yaitu:

SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pernyataan

S : Bila Anda sesuai dengan pernyataan

TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pernyataan

STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan

2. Diharapakan dalam menjawab angket ini subyektif mungkin, sebagai

sumbangan berharga bagi penelitian ini

3. Jawaban Anda sangat terjamin kerahasiaannya

4. Atas partisipasinya dalam mengisi angket kami ucapkan banyak terima kasih.

Skala I (Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam)

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam setiap hari.

2. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam untuk memperkuat iman

3. Ada atau tidak adanya pembinaan mental

keagamaan Islam bagi saya sama saja

4. Kemajuan diri saya, tergantung pada pembina

mental keagamaan Islam di LP

5. Saya selalu bertanya, ketika saya belum paham

tentang materi yang disampaikan oleh pembina

mental keagamaan Islam di LP

6. Saya mendengarkan materi yang disampaikan

oleh pembina mental keagamaan Islam yang

diadakan di LP

7. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam, saya bisa lebih sabar dalam

menjalani cobaan hidup

8. Saya tidak bicara sendiri, ketika ada pembinaan

mental keagamaan Islam di LP

9. Saya tidak akan bermalas-malasan dalam

menjalani hidup ini

10. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam, saya selalu menjalankan shalat

fardhu lima waktu

11. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam ketika ada masalah saja

12. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, karena ingin memahami Islam secara

mendalam

13. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam di LP, saya selalu berusaha

untuk bermanfaat bagi orang lain

14. Setelah saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam, saya mendapatkan banyak

teman

15. Setelah saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam, saya bisa belajar bersyukur

16. Saya sering absent/izin saat ada pembinaan

mental keagamaan Islam

17. Saya selalu mengikutui pembinaan mental

keagamaan Islam, meskipun saya sakit

18. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, karena ingin lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT

19. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, agar bisa menjadi orang yang lebih baik

20. Saya merasa bosan, jika harus mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam setiap hari

21. Saya berkumpul dengan orang-orang yang baik,

agar saya bisa belajar dari mereka

22. Saya sering melamun ketika ada pembinaan

mental keagamaan Islam di LP

23. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, karena takut jika mendapat teguran dari

petugas Lapas

24. Saya tidak pernah berusaha, ketika ingin meraih

sesuatu

25. Saya merasa bersalah, ketika tidak mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam di LP

26. Saya selalu mempertimbangkan terlebih dahulu,

sebelum saya memilih sesuatu

27. Saya mengikuti pembinaan mental keagaamaan

Islam yang diadakan LP dengan penuh semangat

28. Saya mencatat materi-materi yang diberikan

dalam pembinaan

29. Saya akan mengubah diri saya, menjadi orang

yang lebih baik

30. Saya tidak mau tahu tentang apa yang

disampaikan Pembina

Skala II (Percaya Diri)

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya yakin pada kemampuan diri sendiri

2. Saya tidak bisa berbicara di depan umum

3. Saya biasanya tidak menyerah pada tekanan

kelompok hanya demi kekompakan

4. Saya fokus pada kesuksesan yang ingin saya

raih, daripada sebuah kegagalan

5. Saya tidak mau mengerjakan tugas/piket yang

ada di LP

6. Saya tidak suka menyalahkan orang lain

7. Saya bisa menerima dengan lapang dada

pujian atau kritikan dari orang lain

8. Saya sering mengkhawatirkan sesuatu yang

mustahil terjadi

9. Tak banyak hal baik tentang diri saya yang

bisa saya ceritakan

10. Saya bersedia menerima sanksi dari petugas,

ketika saya melanggar aturan

11. Saya menetapkan tujuan yang tidak terlalu

tinggi, sehingga saya bisa meraihnya

12. Saya berani menjadi ketua dalam suatu tim

13. Saya selalu semangat di manapun saya berada

14. Ketika mengalami kegagalan, saya selalu

mengeluh

15. Saya mau minta maaf, ketika saya berbuat

salah

16. Saya selalu menunda-nunda pekerjaan yang

diberikan pada saya

17. Saya selalu curiga pada teman-teman saya

18. Saya tidak mau jika orang lain susah, karena

perbuatan saya

19. Saya cenderung berfikir positif tentang masa

depan

20. Saya sering mencari alasan, agar bisa

meninggalkan tugas

21. Saya berani menyampaikan ide- ide saya

22. Saya mempunyai keberanian untuk mencapai

apa yang saya inginkan

23. Saya mempunyai sikap tak kenal susah

24. Saya mudah menyerah, ketika ada masalah

25. Saya selalu berfikir, bahwa semua ini tidak

nyata

26. Saya selalu merasa kemampuan orang lain

lebih baik dibanding dengan kemampuan yang

saya miliki

27. Saya siap menghadapi kenyataan hidup yang

saya alami, karena semua itu pasti ada

hikmahnya

28. Saya sering merasa tegang tanpa sebab yang

jelas

29. Saya berfikir bahwa saya memiliki sikap

positif tentang diri sendiri

30. saya selalu berusaha tepat waktu dalam

mengikuti semua kegiatan di LP

31. Saya yakin bisa meraih keberhasilan, sesuai

dengan keinginan yang saya rencanakan

32. Saya memiliki kesadaran adanya

kemungkinan gagal dalam mencapai tujuan

SKALA PENELITIAN SESUDAH DI UJI COBA

Identitas Diri

1. Nama : ……………………………………………………………

2. No. Urut : ………………………………………………………........

3. Umur : ……………………………………………………………

4. Jenis Kelamin : ……………………………………………………………

5. Alamat : ……………………………………………………………

Petunjuk Pengisian Angket

1. Pilihlah jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan Anda, beri tanda (X)

pada pilihan yang disediakan, yaitu:

SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pernyataan

S : Bila Anda sesuai dengan pernyataan

TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pernyataan

STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan

2. Diharapakan dalam menjawab angket ini subyektif mungkin, sebagai

sumbangan berharga bagi penelitian ini

3. Jawaban Anda sangat terjamin kerahasiaannya

4. Atas partisipasinya dalam mengisi angket kami ucapkan banyak terima kasih.

Skala I (Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam)

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam setiap hari.

2. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam untuk memperkuat iman

3. Saya selalu bertanya, ketika saya belum paham

tentang materi yang disampaikan oleh pembina

mental keagamaan Islam di LP

4. Saya mendengarkan materi yang disampaikan

oleh pembina mental keagamaan Islam yang

diadakan di LP

5. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam, saya bisa lebih sabar dalam

menjalani cobaan hidup

6. Saya tidak bicara sendiri, ketika ada pembinaan

mental keagamaan Islam di LP

7. Saya tidak akan bermalas-malasan dalam

menjalani hidup ini

8. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam, saya selalu menjalankan shalat

fardhu lima waktu

9. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam ketika ada masalah saja

10. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, karena ingin memahami Islam secara

mendalam

11. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam di LP, saya selalu berusaha

untuk bermanfaat bagi orang lain

12. Setelah saya mengikuti pembinaan mental

keagamaan Islam, saya bisa belajar bersyukur

13. Saya sering absent/izin saat ada pembinaan

mental keagamaan Islam

14. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, karena ingin lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT

15. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, agar bisa menjadi orang yang lebih baik

16. Saya merasa bosan, jika harus mengikuti

pembinaan mental keagamaan Islam setiap hari

17. Saya berkumpul dengan orang-orang yang baik,

agar saya bisa belajar dari mereka

18. Saya sering melamun ketika ada pembinaan

mental keagamaan Islam di LP

19. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan

Islam, karena takut jika mendapat teguran dari

petugas Lapas

20. Saya tidak pernah berusaha, ketika ingin meraih

sesuatu

21. Saya selalu mempertimbangkan terlebih dahulu,

sebelum saya memilih sesuatu

22. Saya mengikuti pembinaan mental keagaamaan

Islam yang diadakan LP dengan penuh semangat

23. Saya mencatat materi-materi yang diberikan

dalam pembinaan

24. Saya akan mengubah diri saya, menjadi orang

yang lebih baik

25. Saya tidak mau tahu tentang apa yang

disampaikan Pembina

Skala II (Percaya Diri)

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya yakin pada kemampuan diri sendiri

2. Saya tidak bisa berbicara di depan umum

3. Saya biasanya tidak menyerah pada tekanan

kelompok hanya demi kekompakan

4. Saya fokus pada kesuksesan yang ingin saya

raih, daripada sebuah kegagalan

5. Saya tidak mau mengerjakan tugas/piket yang

ada di LP

6. Saya tidak suka menyalahkan orang lain

7. Saya bisa menerima dengan lapang dada

pujian atau kritikan dari orang lain

8. Saya bersedia menerima sanksi dari petugas,

ketika saya melanggar aturan

9. Saya menetapkan tujuan yang tidak terlalu

tinggi, sehingga saya bisa meraihnya

10. Saya berani menjadi ketua dalam suatu tim

11. Saya selalu semangat di manapun saya berada

12. Saya mau minta maaf, ketika saya berbuat

salah

13. Saya selalu menunda-nunda pekerjaan yang

diberikan pada saya

14. Saya selalu curiga pada teman-teman saya

15. Saya tidak mau jika orang lain susah, karena

perbuatan saya

16. Saya cenderung berfikir positif tentang masa

depan

17. Saya sering mencari alasan, agar bisa

meninggalkan tugas

18. Saya berani menyampaikan ide- ide saya

19. Saya mempunyai keberanian untuk mencapai

apa yang saya inginkan

20. Saya selalu berfikir, bahwa semua ini tidak

nyata

21. Saya selalu merasa kemampuan orang lain

lebih baik dibanding dengan kemampuan yang

saya miliki

22. Saya siap menghadapi kenyataan hidup yang

saya alami, karena semua itu pasti ada

hikmahnya

23. saya selalu berusaha tepat waktu dalam

mengikuti semua kegiatan di LP

24. Saya yakin bisa meraih keberhasilan, sesuai

dengan keinginan yang saya rencanakan

25. Saya memiliki kesadaran adanya

kemungkinan gagal dalam mencapai tujuan

BIODATA PENELITI

Nama : Nur Hidayah

Nim : 071111025

Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 04 Desember 1989

Alamat : Nampu, Karang Rayung, Grobogan

Pendidikan

SD/MI : SD Negeri Nampu 02 Karang Rayung, lulus tahun 2001

SMP/MTS : SMP Negeri 02 Karang Rayung Grobogan, lulus tahun

2004

SMA/MA : MA. Muhammadiyah Batang, lulus tahun 2007

PT : Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

Data Nama-nama Sampel

No. Nama Alamat Umur 1. Murni Bt. Maksudi Kudus 36 tahun

2. Marnita Solo 26 tahun 3. Irma N. Brebes 22 tahun

4. Darwati Purwodadi 33 tahun 5. Farah Nunik Temanggung 22 tahun

6. Dian Kusuma Surakarta 29 tahun 7. Chairani Kusuma Semarang 35 tahun

8. Ria Komaria Tangerang 43 tahun 9. Aulia Fitri Banjarnegara 30tahun

10. Sodikoh Brebes 38 tahun

11. Lin Pungki Semarang 34 tahun 12. Muzamil Sulasiah Semarang 44 tahun

13. Eroh Ciamis 29 tahun 14. Listyowati Pekalongan 38 tahun

15. Hanik Atul Jepara 33 tahun 16. Septi Semarang 24 tahun

17. Rita Dewi Kalteng 32 tahun 18. Irma N. Brebes 22 tahun

19. Vani O. Jawa Barat 22 tahun 20. Marliana Citra Sari Semarang 29 tahun

21. Marnita Karang anyar 26 tahun 22. Suriyah Batang 24 tahun

23. Marsini Dimas Sragen 33 tahun 24. Murni K. Kudus 35 tahun

25. Martini Blora 28 tahun 26. Vicky M. Jakarta 29 tahun

27. Yuli Marantika Tegal 22 tahun

28. Umi Laela Banjarnegara 34 tahun 29. Intan Triyani Cilacap 27 tahun

30. Vani Jawa Barat 22 tahun 31. Surtinah Kudus 37 tahun

32. Sripurwati Sukoharjo 25 tahun 33. Siti Mulyani Klaten 34 tahun

34. Ning Rahayu Kebumen 39 tahun 35. Sri Mulyati Kendal 32 tahun

36. Suneri Jakarta 39 tahun 37. Karyanti Jakarta 39 tahun

38. Nur Faiqoh Magelang 38 tahun 39. Arsiti Temanggung 23 tahun

40. Khikmatun Pekalongan 22 tahun

Reliability X Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.893 .895 25

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pertanyaan 1 3.40 .632 40

pertanyaan 2 3.60 .545 40

pertanyaan 3 3.20 .464 40

pertanyaan 4 3.30 .564 40

pertanyaan 5 3.55 .552 40

pertanyaan 6 3.55 .552 40

pertanyaan 7 3.45 .552 40

pertanyaan 8 3.65 .483 40

pertanyaan 9 3.43 .636 40

pertanyaan 10 3.55 .639 40

pertanyaan 11 3.25 .630 40

pertanyaan 12 3.70 .464 40

pertanyaan 13 3.13 .463 40

pertanyaan 14 3.70 .516 40

pertanyaan 15 3.70 .516 40

pertanyaan 16 3.55 .677 40

pertanyaan 17 3.48 .554 40

pertanyaan 18 3.35 .580 40

pertanyaan 19 3.45 .783 40

pertanyaan 20 3.20 .608 40

pertanyaan 21 3.53 .599 40

pertanyaan 22 3.38 .540 40

pertanyaan 23 3.25 .630 40

pertanyaan 24 3.85 .362 40

pertanyaan 25 3.68 .474 40

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 3.474 3.125 3.850 .725 1.232 .035 25

The covariance matrix is calculated and used in the analysis.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

pertanyaan 1 83.45 52.100 .426 .890

pertanyaan 2 83.25 50.500 .721 .883

pertanyaan 3 83.65 53.772 .353 .892

pertanyaan 4 83.55 52.869 .390 .891

pertanyaan 5 83.30 51.292 .605 .886

pertanyaan 6 83.30 51.754 .545 .888

pertanyaan 7 83.40 51.374 .595 .886

pertanyaan 8 83.20 52.779 .481 .889

pertanyaan 9 83.43 52.251 .406 .891

pertanyaan 10 83.30 49.497 .721 .883

pertanyaan 11 83.60 51.579 .487 .889

pertanyaan 12 83.15 53.105 .453 .890

pertanyaan 13 83.73 54.820 .197 .895

pertanyaan 14 83.15 51.362 .643 .886

pertanyaan 15 83.15 52.079 .542 .888

pertanyaan 16 83.30 52.215 .379 .892

pertanyaan 17 83.38 53.369 .335 .892

pertanyaan 18 83.50 51.487 .549 .887

pertanyaan 19 83.40 50.656 .459 .890

pertanyaan 20 83.65 51.772 .486 .889

pertanyaan 21 83.33 51.763 .495 .889

pertanyaan 22 83.48 52.769 .424 .890

pertanyaan 23 83.60 52.246 .411 .891

pertanyaan 24 83.00 54.051 .415 .891

pertanyaan 25 83.18 53.481 .386 .891

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

86.85 56.387 7.509 25

ANOVA(a)

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between People 87.964 39 2.255

Within People Between Items 33.774 24 1.407 5.839 .000

Residual 225.586 936 .241

Total 259.360 960 .270

Total 347.324 999 .348

Grand Mean = 3.47 a The covariance matrix is calculated and used in the analysis.

Reliability Y Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excluded(a)

0 .0

Total 40 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.743 .730 25

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pertanyaan 1 3.30 .564 40

pertanyaan 2 3.15 .483 40

pertanyaan 3 3.15 .427 40

pertanyaan 4 3.48 .640 40

pertanyaan 5 3.60 .545 40

pertanyaan 6 3.30 .464 40

pertanyaan 7 3.23 .423 40

pertanyaan 8 3.23 .423 40

pertanyaan 9 3.33 .474 40

pertanyaan 10 3.15 .580 40

pertanyaan 11 3.15 .700 40

pertanyaan 12 3.50 .506 40

pertanyaan 13 3.28 .506 40

pertanyaan 14 3.23 .423 40

pertanyaan 15 3.33 .474 40

pertanyaan 16 3.38 .705 40

pertanyaan 17 3.23 .480 40

pertanyaan 18 3.15 .533 40

pertanyaan 19 3.13 .757 40

pertanyaan 20 3.15 .427 40

pertanyaan 21 3.15 .533 40

pertanyaan 22 3.30 .464 40

pertanyaan 23 3.18 .501 40

pertanyaan 24 3.13 .648 40

pertanyaan 25 3.15 .427 40

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 3.252 3.125 3.600 .475 1.152 .016 25

The covariance matrix is calculated and used in the analysis. Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

pertanyaan 1 78.00 22.000 .465 . .722

pertanyaan 2 78.15 23.874 .142 . .743

pertanyaan 3 78.15 24.028 .136 . .743

pertanyaan 4 77.83 22.046 .387 . .727

pertanyaan 5 77.70 25.138 -.120 . .761

pertanyaan 6 78.00 23.077 .334 . .732

pertanyaan 7 78.08 24.276 .078 . .746

pertanyaan 8 78.08 23.712 .216 . .739

pertanyaan 9 77.98 23.769 .170 . .742

pertanyaan 10 78.15 22.951 .269 . .736

pertanyaan 11 78.15 21.515 .427 . .723

pertanyaan 12 77.80 22.677 .383 . .729

pertanyaan 13 78.03 22.640 .391 . .728

pertanyaan 14 78.08 23.866 .178 . .741

pertanyaan 15 77.98 23.461 .238 . .738

pertanyaan 16 77.93 22.225 .310 . .733

pertanyaan 17 78.08 23.302 .269 . .736

pertanyaan 18 78.15 23.874 .119 . .746

pertanyaan 19 78.18 20.404 .556 . .710

pertanyaan 20 78.15 24.285 .074 . .746

pertanyaan 21 78.15 24.182 .060 . .749

pertanyaan 22 78.00 23.179 .310 . .734

pertanyaan 23 78.13 22.010 .536 . .719

pertanyaan 24 78.18 21.020 .562 . .712

pertanyaan 25 78.15 23.515 .261 . .736

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

81.30 24.779 4.978 25

ANOVA(a)

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between People 38.656 39 .991

Within People Between Items 15.596 24 .650 2.553 .000

Residual 238.244 936 .255

Total 253.840 960 .264

Total 292.496 999 .293

Grand Mean = 3.25 a The covariance matrix is calculated and used in the analysis.

Regression xy Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .339(a) .115 .092 5.575

a Predictors: (Constant), Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam b Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression

153.580 1 153.580 4.941 .032(a)

Residual 1181.195 38 31.084

Total 1334.775 39

a Predictors: (Constant), Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam b Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 57.832 10.046 5.757 .000

Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam

.257 .116 .339 2.223 .032

a Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 71.46 83.28 80.08 1.984 40

Residual -20.282 9.088 .000 5.503 40

Std. Predicted Value -4.343 1.616 .000 1.000 40

Std. Residual -3.638 1.630 .000 .987 40

a Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri

70 80 90 100 110 120

Intensitas pembinaan

0

3

6

9

12

15

Fre

qu

en

cy

Mean = 101.9Std. Dev. = 8.13N = 40

intensitas

80 90 100 110

Tk. percaya diri

0

5

10

15

20

Fre

qu

en

cy

Mean = 99.1Std. Dev. = 7.07N = 40

tkpd

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

bNormal P-P Plot of Intensitas pembinaan

Frequencies Statistics

Intensitas

pembinaan Tk. percaya

diri

N Valid 40 40

Missing 0 0

Mean 101.90 99.10

Std. Error of Mean 1.285 1.118

Median 103.00 100.50

Mode 103 94(a)

Std. Deviation 8.130 7.070

Variance 66.092 49.990

Skewness -2.202 -.613

Std. Error of Skewness .374 .374

Kurtosis 9.187 1.135

Std. Error of Kurtosis .733 .733

Range 50 35

Minimum 66 78

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

bNormal P-P Plot of Tk. percaya diri

Maximum 116 113

Sum 4076 3964

a Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table Intensitas pembinaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 66 1 2.5 2.5 2.5

88 1 2.5 2.5 5.0

90 1 2.5 2.5 7.5

95 1 2.5 2.5 10.0

96 1 2.5 2.5 12.5

97 3 7.5 7.5 20.0

98 1 2.5 2.5 22.5

99 2 5.0 5.0 27.5

101 3 7.5 7.5 35.0

102 3 7.5 7.5 42.5

103 7 17.5 17.5 60.0

104 2 5.0 5.0 65.0

105 2 5.0 5.0 70.0

106 5 12.5 12.5 82.5

107 1 2.5 2.5 85.0

108 2 5.0 5.0 90.0

109 1 2.5 2.5 92.5

113 1 2.5 2.5 95.0

115 1 2.5 2.5 97.5

116 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Tk. percaya diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 78 1 2.5 2.5 2.5

84 1 2.5 2.5 5.0

89 1 2.5 2.5 7.5

91 2 5.0 5.0 12.5

92 1 2.5 2.5 15.0

94 5 12.5 12.5 27.5

95 1 2.5 2.5 30.0

96 2 5.0 5.0 35.0

97 1 2.5 2.5 37.5

98 1 2.5 2.5 40.0

99 1 2.5 2.5 42.5

100 3 7.5 7.5 50.0

101 5 12.5 12.5 62.5

102 3 7.5 7.5 70.0

103 3 7.5 7.5 77.5

104 2 5.0 5.0 82.5

105 1 2.5 2.5 85.0

106 1 2.5 2.5 87.5

107 1 2.5 2.5 90.0

108 1 2.5 2.5 92.5

109 1 2.5 2.5 95.0

112 1 2.5 2.5 97.5

113 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

NPar Tests Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Percentiles

25th 50th (Median) 75th

Intensitas pembinaan 40 101.90 8.130 66 116 99.00 103.00 106.00

Tk. percaya diri 40 99.10 7.070 78 113 94.00 100.50 103.00

Descriptives

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Intensitas

pembinaan Tk. percaya

diri

N 40 40

Normal Parameters(a,b) Mean 101.90 99.10

Std. Deviation 8.130 7.070

Most Extreme Differences

Absolute .181 .126

Positive .132 .069

Negative -.181 -.126

Kolmogorov-Smirnov Z 1.144 .795

Asymp. Sig. (2-tailed) .146 .553

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Descriptives Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Intensitas pembinaan 40 66 116 101.90 8.130

Tk. percaya diri 40 78 113 99.10 7.070

Valid N (listwise) 40

Correlations Correlations

Intensitas

pembinaan Tk. percaya

diri

Intensitas pembinaan Pearson Correlation 1 .289

Sig. (2-tailed) . .070

N 40 40

Tk. percaya diri Pearson Correlation .289 1

Sig. (2-tailed) .070 .

N 40 40