pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan...
TRANSCRIPT
PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PEMBINAAN
MENTAL KEAGAMAAN ISLAM TERHADAP TINGKAT
RASA PERCAYA DIRI NARAPIDANA WANITA
KELAS II A DI LP WANITA BULU SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Oleh:
NUR HIDAYAH
NIM: 0711110025
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAKSI
Nur Hidayah (07111025) Penelitian ini berjudul “Pengaruh Intensitas
Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya
Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang” dengan tujuan
untuk mengetahui adakah pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A
di LP Wanita Bulu Semarang (Skripsi). Semarang: Program Strata I Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,
2011.
Kajian pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan
pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap
tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu
Semarang. Dua dimensi dalam penelitian ini adalah intensitas melaksanakan
pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri narapidana wanita.
Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam difokuskan pada lima aspek yaitu:
frekuensi, motivasi, perhatian, spirit of change dan efek sedangkan percaya diri
narapidana wanita difokuskan pada empat aspek yaitu: keyakinan kemampuan
diri, optimis, bertanggung jawab, dan rasional dan relistis.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena data-data yang
diperoleh berupa data-data numerik dan pengolahan datanya dengan
menggunakan statistik. Penelitian ini berupaya untuk menguji hipotesis penelitian
dengan mengaitkan intensitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam yang diasumsikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap percaya diri
narapidana wanita.
Subyek penelitian sebanyak 40 responden, pengambilan sampelnya
menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan datanya menggunakan
angket dengan menggunkan skala Likert, data yang diperoleh dari angket yang
disebar pada responden, berupa angket tertutup yang berbentuk rating scale.
Penelitian ini mempergunakan metode analisis kolerasi momen tangkar
dari pearson dan analisis regresi (analisis regresi dengan menggunakan skor
kasar). Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh intensitas mengikuti pembinaan
mental keagamaan Islam terhadap percaya diri narapidana wanita ditunjukkan dari
hasil Freg = 83,91 yang dikonsultasikan dengan r tabel dengan N = 40 atau derajat
kebebasan db = 40 - 2 = 38. Harga F pada tabel taraf signifikan 1% = 7,35 dan
untuk taraf signifikan 5% = 4,10 pada tabel dapat diketahui bahwa F reg = 83,91
> Ft 5% = 4,10 = Signifikan dan hipotesis diterima, F reg = 83,91 > Ft 1% = 7,3 =
Signifikan dan hipotesis diterima.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan
masukan bagi semua pihak atau intansi yang terkait.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupum yang belum
atau tidak diterbitkan. Sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dari daftar pustaka.
Semarang, 04 Desember 2011
NUR HIDAYAH
NIM. 071111025
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS DAKWAH
Jl. Prof. DR. Hamka (Kampus III) Ngaliyan Telp./Fax. (024) 7606405 Semarang 50185
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 5 (lima) eksempelar
Hal. : Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada
Yth. Ibu Ketua Jurusan BPI
Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana
semestinya, maka kami menyatakan bahwa proposal skripsi saudara:
Nama : Nur Hidayah
NIM : 071111025
Fak./jurs : Dakwah/BPI
Judul skripsi : “Pengaruh Intensitas Mengikuti Pembinaan
Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa
Percaya Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP
Wanita Bulu Semarang”.
Dengan ini, telah saya setujui dan mohon agar segera diberi
pengarahan bimbingan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu,alaikum Wr. Wb.
Semarang, 28 November 2011
Pembimbing,
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & TataTulis
Baidi Bukhori, S.Ag. M.Ag Komarudin, M. Ag.,
NIP. 197304271996031001 NIP : 196804132000031
MOTTO
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.
(QS. Al - Ashr: 1-3)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis Persembahkan Untuk :
Kedua orangtua saya, bapak Ali Surahman dan ibu Karsinah, yang selalu
memberi dukungan baik moril maupun materiil dengan tulus ikhlas.
Kakak saya Amir Hamzah beserta istri, Raharyanti yang juga selalu
memberikan dukungan untuk keberhasilan kuliah saya di jenjang S1.
Pembimbing saya bapak Drs. Baidi Bukhori, S.Ag, M.Si., dan bapak
Komarudin M.Ag. yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan
ketelitian sampai akhirnya skripsi ini selesai dikerjakan
Sukmanto Dibyo yang selalu mengingatkan disaat saya lupa, dan selalu
mengarahkan disaat saya salah.
Dosen-dosen Fakultas Dakwah yang telah memberikan ilmu-ilmunya,
semoga ilmu yang saya peroleh dari bapak/ibu dosen selama ini bisa
bermanfaat bagi saya, keluarga dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Teman-teman Fakultas Dakwah khususnya BPI 2007 yang telah
memberikan suport, semangat, dorongan serta dukungan hingga akhirnya
skripsi ini selesai dikerjakan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selalu
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada hambanya. Shalawat dan salam
semoga selalu terucapkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang
menjadikan dunia ini penuh dengan pengetahuan dan ke ilmuan.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terimakasih secara khusus
peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang yang telah merestui dan memberikan izin dalam
pembahasan skripsi ini.
2. Bapak Komarudin M.Ag., wali studi saya yang selalu memberi pengarahan.
3. Bapak Baidi Bukhori, S.Ag, M.Si. dan bapak Komarudin M.Ag., selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk memberi bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.
4. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Wanita Kelas II A Bulu Semarang yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut dan
telah bersedia memberikan data untuk kepentingan penulis skripsi ini.
5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terimakasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima Allah SWT selalu menerima amal shaleh dan membalas
dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif,
evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam bidang
Bimbingan dan Penyulihan Islam (BPI).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAKSI . .................................................................................................. ii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iv
PENGESAHAN ............................................................................................... v
MOTTO ........... ................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 1
1.4. Tinjauan Pustaka ................................................................. 12
1.5. Sistematika Penelitian .......................................................... 15
BAB II : KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK ....................... 18
2.1. Landasan Kerangka Teori ................................................... 18
2.1.1. Kajian Tentang Intensitas Pembinaan Mental
Keagamaan Islam ...................................................... 18
2.1.2. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Rasa Percaya Diri . 28
2.1.3. Hubungan Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa Percaya
Diri Narapidana ........................................................ 36
2.2. Hipotesis ............................................................................. 39
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................ 41
3.1. Jenis dan Metode Penelitian ................................................ 41
3.2. Variabel Penelitian .............................................................. 41
3.3. Definisi Konseptual dan Operasional ................................... 41
3.4. Sumber dan Jenis Data ........................................................ 44
3.5. Populasi dan Sampel ........................................................... 45
3.6. Teknik Pengumpulan Data................................................... 46
3.7. Teknik Analisis Data ........................................................... 49
BAB IV : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS II A WANITA SEMARANG 52
4.1. Gambaran Umum tentang Lembaga Pemasyarakatan Kelas
II A Wanita Semarang .......................................................... 52
4.2. Pelaksanaan Pembinaan Mental Keagamaan Islam di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Semarang ...... 60
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 68
5.1. Deskripsi Data Penelitian ................................................... 68
5.2. Pengujian Hipotesis ............................................................ 75
5.2.1. Analisis Pendahuluan ............................................... 75
5.2.2. Analisis Uji Hipotesis .............................................. 79
5.2.3. Analisis Uji Hipotesis Lanjut ................................... 86
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 87
BAB VI : PENUTUP ..................................................................................... 98
6.1. Kesimpulan ....................................................................... 98
6.2. Limitasi ............................................................................. 98
6.3. Saran-saran ....................................................................... 99
6.4. Penutup ............................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skor Aitem Dalam Skala Untuk Masing-Masing Variabel ............... 46
Tabel 2 Blue Print Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam ........................................................................... 47
Tabel 3 Blue Print Skala Percaya Diri .......................................................... 47
Tabel 4 Rumus Analisis Regresi Sederhana ................................................. 49
Tabel 5 Pegawai Lapas Berdasarkan Pendidikan .......................................... 55
Tabel 6 Pegawai Lapas Berdasarkan Golongan Kepangkatan ...................... 56
Tabel 7 Petugas Pengamanan dan Staff Keamanan ...................................... 56
Tabel 8 Staff Pembinaan .............................................................................. 56
Tabel 9 Penghuni Lapas Kelas II A Semarang ............................................. 58
Tabel 10 Ringkasan Uji Coba Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...... 70
Tabel 11 Sebaran Item Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam ........................................................................... 71
Tabel 12 Sebaran Item Skala Percaya Diri ..................................................... 71
Tabel 13 Nilai Angket Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam ........................................................................... 72
Tabel 14 Nilai Angket Skala Percaya Diri ..................................................... 73
Tabel 15 Tabel Kerja Koefisien Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam dan Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana ......... 75
Tabel 16 Kualitas Variabel Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam ........................................................................... 78
Tabel 17 Kualitas Variabel Percaya Diri Narapidana ..................................... 79
Tabel 18 Taraf Signifikansi Hasil Koefisien Korelasi (rxy) ................................ 81
Tabel 19 Perhitungan Hasil Hipotesis ............................................................ 82
Tabel 20 Ringkasan Rumus Uji F .................................................................. 84
Tabel 21 Ringkasan Hasil Akhir Analisis Regresi .......................................... 85
Tabel 22 Taraf Signifikan Hasil Koefisien Freg ............................................. 86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen (Skala)
Lampiran 2 Hasil Uji Koefisien Variabel yang diteliti dengan Program
SPSS12.00
Lampiran 3 Surat Izin Riset Kepada Kantor Wilayah Hukum dan HAM
Provinsi Jawa Tengah
Lampiran 4 Surat Izin Riset Kepada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II
A Semarang
Lampiran 5 Surat Keterangan Riset dari Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Kelas II A Semarang
Lampiran 6 Piagam Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Lampiran 7 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A
Semarang
Lampiran 8 Data Sampel Penelitian
Lampiran 9 Biodata Peneliti
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang
saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Interaksi dan keadaan
sosial mempengaruhi bagaimana seseorang harus bersikap. Manusia juga
membutuhkan agama sebagai nutrisi hati, pengarah dan landasan untuk
pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia. Nilai-nilai
keagamaan memainkan peranan dalam masyarakat selama nilai-nilai
tersebut dikenal dan diyakini oleh setiap anggota masyarakat (Nottingham,
1997: 44).
Agama memberikan patokan dan tuntunan berupa perintah dan
larangan kepada manusia dalam aktualisasi kehidupan. Suatu hal yang
berhubungan dengan agama menjadi penting, karena agama berperan dalam
pembentukan tingkah laku dan pengarahan penggunaan akal untuk
perbaikan hidup manusia (Susanto, 1985: 201), dan kaitannya disini adalah
keagamaan Islam.
Islam adalah agama samawi terakhir yang berfungsi sebagai rahmat
dan nikmat bagi manusia seluruhnya, maka Allah SWT mewahyukan agama
Islam dalam nilai kesempurnaan tertinggi. Kesempurnaannya meliputi segi-
segi fundamental tentang dunia dan akhirat, guna menghantarkan manusia
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mencapai kesempurnaan
tersebut banyak cara yang dilakukan oleh manusia. Cara-cara tersebut
2
seperti, dengan cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak baik dalam
kenyataan individual maupun sosial, untuk mewujudkan kehidupan yang
islami di segala aspek (Amrullah, 1995: 19). Sehubungan dengan itu, maka
disinilah seorang pembina mental keagamaan Islam sangat dibutuhkan, tidak
hanya untuk diri sendiri namun juga untuk umat, sebagai sarana dakwah
Islam.
Dakwah Islam adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana. Dakwah Islam adalah usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun secara kelompok, supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap
ajakan agama sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa adanya
unsur-unsur paksaan (Arifin, 2000: 6). Ruang geraknya pun begitu luas,
tidak sebatas di kalangan umat yang bebas di dunia luar saja, namun juga di
kalangan umat yang sulit untuk melihat dunia luar, yaitu mereka para
narapidana yang ditahan karena kesalahannya.
Salah satu individu atau kelompok yang rentan terhadap rasa putus asa
adalah narapidana. Selain harus menanggung sanksi hukum, mereka juga
harus siap menanggung sanksi moral ketika mereka keluar nanti. Perasaan
bersalah membuatnya selalu berfikir “saya tidak berguna lagi” (Kartono,
2007: 196). Keadaan seperti itu dibutuhkan seseorang untuk memberikan
motivasi kepada para narapidana, agar terbangun optimis dan rasa percaya
pada diri mereka. (Syaifullah, 2010: 51).
3
Percaya diri merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat
menangani segala sesuatu yang ada dihadapannya dengan tenang. Percaya
diri merupakan keyakinan yang kuat dalam diri yang berupa perasaan dan
anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan
individu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan (Munawaroh,
2004: 112).
Sosok pribadi yang percaya diri cenderung bisa melawan tantangan
hidup yang melintang dalam bentuk apa pun dengan berbuat sesuatu yang
bijak dan profesional. Setiap individu mempunyai hak untuk menikmati
kebahagiaan dan kepuasan atas apa yang telah diperolehnya, akan tetapi hal
itu sulit dirasakan dan tidak bisa melawan berbagai halangan-halangan
apabila individu tersebut memiliki mental percaya diri yang rendah. Bukan
hanya ketidakmampuan dalam melakukan suatu usaha memperjuangkan
keinginannya, tetapi juga ketidakmampuan dalam menikmati hidup
(Syaifullah, 2010: 49).
Orang yang melakukan aktivitas apa pun dalam kehidupannya tentu
saja membutuhkan sikap percaya diri agar sesuatu yang diperoleh bisa lebih
optimal. Percaya diri seolah-olah menjadi kunci tersendiri bagi kesuksesan
seseorang dalam melakukan sesuatu. Setiap orang memiliki kapasitas untuk
mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu melakukan
yang terbaik untuk kehidupan. Cow dalam Amrin (2009: 206) mengatakan
bahwa ketika orang tampil tidak percaya diri di hadapan orang lain, maka
dia akan merasakan betapa dirinya merasa berat dan terganggu ketika
4
melakukan aktivitas, hasil yang dicapai akan berbeda, sehingga getar yang
dirasakan orang lain pun akan berbeda.
Dijelaskan pula oleh Trenggono (2009: 122), bahwa ketika perasaan
takut dan cemas menjadi dominan dan menguasai diri maka seseorang tidak
mampu tampil dengan yakin dan tidak bisa berbuat apa-apa. Perasaan seperti
itu pula yang sering dirasakan oleh narapidana, sehingga diperlukan usaha-
usaha pembinaan, seperti: keterampilan kemandirian, peningkatan kesadaran
berbangsa dan bernegara, pembinaan hukum, dan budi pekerti.
Salah satu pembinaan yang tidak kalah penting dari pembinaan
tersebut adalah pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan secara
intensif. Agama bisa membantu mengarahkan narapidana, bagaimana
membentuk pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya. Disinilah intensitas
pembinaan mental keagamaan Islam begitu diperlukan bagi para narapidana,
agar mereka kuat dan tidak lari dari tantangan hidup. Salah satu yang
membuat orang lari dari tantangan adalah lemahnya kepercayaan, dan ketika
seseorang mengalami kepercayaan diri yang rendah dia cenderung canggung
bila berhadapan dengan orang lain dan lebih sensitif terhadap apapun,
hingga menyebabkan kemunduran terhadap dirinya (Ubaedy, 2007: 122).
Masalah yang dialami narapidana sangatlah kompleks sehingga
diperlukan pembinaan dari berbagai aspek secara intensif. Tujuan dari
pemidanaan adalah membebaskan narapidana secara mental dan spiritual.
Narapidana diharapkan bisa lebih baik, mengalami kelahiran kembali secara
5
mental dan spiritual dan akan melepaskan segala cara berpikir, kebiasaan
dan gaya hidup yang lama (Aningsih, 2007: 4).
Beragam masalah psikologi dirasakan narapidana, baik mereka yang
baru, maupun yang lama, seperti halnya Ina (nama samaran), dia merasa
malu berkumpul dengan teman-temannya yang baru, dan merasa berat dalam
menjalani hidup (wawancara Ina, 17 Januari 2011). Berbeda lagi dengan
Indah (nama samaran), yang merasa sangat bersalah. Dia cenderung menjadi
orang yang pendiam, merasa bingung, cemas, dan tidak tahu harus
bagaimana lagi (wawancara Indah, 17 Januari 2011). Ada juga seorang ibu-
ibu, yang terlihat kuat dan tegar dalam menjalani hari-harinya di LP. Dia
yakin semua sudah menjadi ketentuan-Nya dan semua adalah yang terbaik
(wawancara Ibu Asih (nama samaran), 17 Januari 2011). Banyak ekspresi
yang ditunjukkan oleh narapidana, ada yang hanya diam, cuek, menyendiri,
namun juga ada yang selalu ceria, tersenyum, dan komunikatif (wawancara
Bp. Rizak (Pembina dari Kemenag Kota Semarang), 17 Januari 2011).
Mantan narapidana sering kesulitan kembali ke tengah masyarakat.
Sebagian masyarakat menolak kedatangan para mantan narapidana di
tengah-tengah mereka. Sikap penolakan ini membuat mereka merasa
diperlakukan tidak manusiawi (Suara Merdeka/5/01/2005 dalam http://
www.suaramerdeka.com). Rahmawati dalam Shofia (2009: 3), menyatakan
bahwa pada dasarnya narapidana memiliki harga diri dan konsep diri yang
rendah. Secara garis besar hal ini disebabkan karena masyarakat cenderung
menolak kehadiran mereka dalam kehidupan yang normal. Penolakan
6
masyarakat terhadap narapidana karena dianggap sebagai trouble maker atau
pembuat kerusuhan yang harus diwaspadai.
Narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah
satu fakta dari perubahan perilaku manusia yang menyimpang dari tuntunan
agama. Mereka melakukan kejahatan yang mengakibatkan keresahan dalam
lingkungan masyarakat (Nizar, 2002: 17). Bentuk-bentuk kejahatan yang
dilakukan oleh narapidana beraneka macam, seperti: pencurian, pemerasan
dan pengancaman, penggelapan, penipuan, perampokan, dan sebagainya.
Semua itu dilakukan dengan berbagai cara pula, baik itu yang sudah
terencana ataupun yang belum direncanakan. Banyak faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan kejahatan, antaranya seperti faktor
sosial, ekonomi, politik, agama, psikologi, dan lain- lain (Kartono, 2007:
148-157).
Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia terdiri dari Lembaga
Pemasyarakatan laki- laki dan perempuan. Masing-masing berdiri secara
terpisah dengan tujuan hukum yang sama, yaitu mendidik narapidana yang
selama ini dianggap tersesat, agar menjadi orang yang berguna bagi dirinya,
keluarga, agama, bangsa, dan negara. Untuk penelitian ini, penulis tertarik
mengadakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita yang
berada di Bulu, Semarang.
Lembaga Pemasyarakatan Wanita yang berada di Bulu, Semarang,
merupakan salah satu tempat yang menarik untuk diteliti, karena LP wanita
semarang merupakan satu-satunya LP di Indonesia yang berhasil
7
memperoleh rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai LP yang
mempunyai pentas seni dan wayang orang (WO) secara konsisten sejak
tahun 2002. Dimana kegiatan tersebut tidak hanya untuk melestarikan
budaya tradisional saja, namun kegiatan tersebut juga dapat membantu
membina mental dan kepribadian para warga binaan LP menjadi lebih baik.
(wawancara, Ibu Endah, tanggal 20 Desember 2011).
Selain prestasi yang pernah diperoleh di atas, penerapan peraturan
yang benar-benar optimal dan tingkat pembinaan mental keagamaan Islam
yang dilaksanakan di LP Wanita Kelas II A Semarang lebih tinggi dibanding
dengan LP yang lain. Jika rata-rata pembinaan Islam di LP yang lain
dilakukan selama satu jam tiap harinya, di LP Wanita Semarang berlangsung
selama satu jam setengah setiap harinya. Kemudian, selain itu pula program-
program kemandirian yang lengkap, pembinaan yang tertib dan penerapan
Rp. 0,- dalam pelayanan kunjungan, optimalisasi CB, CMB, CB, dan
penempatan kamar hunian, membuat peneliti semakin tertarik untuk
melakukan penelitian di LP Wanita Kelas II A Semarang (wawancara, Ibu
Lulu, 20 Deember 2011).
Namun dari semua itu, tidak menutup realita bahwa di dalam Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Bulu Semarang sering terjadi permasalahan
psikologis yang dialami oleh para narapidana. Sering mereka merasa takut
yang berlebihan, tertekan, rasa cemas yang berlebihan, rendah diri, dan tidak
percaya pada dirinya sendiri (wawancara Bp. Rizak, Pembina dari Kemenag
kota Semarang, 17 Januari 2011).
8
Masalah-masalah batin yang mereka hadapi kadang lebih bera t,
dibanding dengan sanksi hukum yang harus mereka tanggung. Sebutan
“narapidana” sulit terhapus dalam hati mereka. Mereka itu umumnya secara
mental dan psikologis tidak siap menghadapi realitas di dalam penjara.
Dalam batinnya, mereka sangat menyesali perbuatan dosa dan kesalahannya
(Kartono, 2007: 196). Untuk itu dibutuhkan pembinaan pada mereka yang
lebih intens, agar mereka bisa lebih terarah, bisa menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dan bisa membangun rasa percaya pada diri mereka.
Khususnya dalam penelitian ini yaitu membahas mengenai pembinaan
mental keagamaan Islam yang kaitannya dengan masalah percaya diri
narapidana wanita.
Wanita sebenarnya memiliki peranan penting bagi proses
pembangunan suatu negara. Namun peranan wanita sebagai pembangun
kurang mendapatkan ruang di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat.
Ada anggapan bahwa laki- laki adalah makhluk Tuhan yang lebih kuat
daripada wanita. Bahkan banyak justifikasi, baik dari segi doktrin maupun
budaya, laki- laki diutamakan daripada wanita. Jika lebih kuat dalam hal fisik
pria harusnya lebih percaya diri dibanding wanita. Namun berbeda pada
penelitian Subhash Kundu dan Sunita Rani (2007-2009) di India, pada
penelitian ini terbukti wanita memiliki tingkat percaya diri yang lebih tinggi
dibanding laki- laki. Penelitian ini menggugurkan penelitian sebelumnya oleh
Rachelle dan Vincent (2005) di Inggris bahwa tidak ada perbedaan tingkat
kepercayaan diri antara wanita dan pria, baik dari segi pendidikan maupun
9
pekerjaan (http://harjasaputra.com/riset/benarkah-wanita-lebih-tidak-
pede-daripada-pria.html).
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa, tingkat
kepercayaan diri wanita bisa lebih tinggi dibanding dengan laki- laki, hal itu
berarti tidak menutup kemungkinan narapidana wanita juga berpotensi untuk
membangun rasa percaya diri pada diri mereka. Namun untuk mewujudkan
hal itu, diperlukan asumsi-asumsi dari luar yang positif, yang sifatnya bisa
memberikan semangat dan motivasi bagi para narapidana wanita. Upaya
pembinaan menjadi salah satu metode yang efektif untuk membangun rasa
percaya diri tersebut. Tidak hanya pembinaan yang bersifat untuk
kepentingan jasmaniah saja yang mereka butuhkan, namun pembinaan untuk
kebutuhan rohaniah juga memiliki peran yang sangat penting bagi
perubahan mereka ke depan, seperti halnya pembinaan agama pada narapida
wanita. Khususnya dalam penelitian ini adalah pembinaan agama Islam.
Lembaga Pemasyarakatan atau yang disebut LP merupakan lembaga
penyadaran. Di sini diperlukan intesitas pembinaan mental keagamaan Islam
yaitu melalui pembinaan-pembinaan agama Islam yang dikenalkan dan
diterapkan pada narapidana. Suatu bentuk motivasi pada narapidana agar
mereka kuat menghadapi hidup, memberikan keyakinan pada mereka,
bahwa mereka bisa menjadi lebih baik, mengenal Islam, beriman dan
bertaqwa kepada Allah. Pembinaan mental berbasis Islam mempunyai peran
penting dalam pembiasaan ajaran agamanya pada narapidana yang pada
10
dasarnya mereka membutuhkan pembinaan tersebut. Allah berfirman dalam
QS. Adzari’at: 55.
Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”
(Depag RI 1984: 472).
QS. Al-Ashr: 1-3
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Depag RI
1984: 541).
Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya nasehat antar sesama,
sehingga setiap muslim dapat terselamatkan dari perbuatan yang di larang
Allah SWT., dan rasul-Nya. Nasehat adalah bentuk peringatan dan anjuran
kepada orang lain, seperti halnya suatu pembinaan agama Islam yang
diberikan pada seseorang. Dengan kata lain, bagaimana seseorang membina
orang lain seperti ia membina dirinya sendiri.
Dengan adanya pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan
secara intensif diharapkan narapidana dapat sadar, mau memperbaiki diri
menuju masa depan yang lebih baik. Memberikan arti positif bagi hidup dan
kehidupan, berani menghadapi kenyataan, dan tantangan hidup, sehingga
bisa menciptakan komunikasi yang baik antar sesama penghuni Lembaga
11
Pemasyarakatan. Harapan lebih lanjut pembinaan mental keagamaan Islam
bisa diikuti para narapidana secara intensif pula, dapat membentuk pribadi
yang religius dan mulia (akhlakul karimah). Membentuk manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dengan demikian secara tidak
langsung rasa syukur serta tawakal kepada sang pencipta pun akan selalu
terpupuk dalam diri para narapidana. Mereka diharapkan bisa menerima
kenyataan, semangat dan percaya diri dalam menjalani hidup.
Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengangkat dalam sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Intensitas
Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa
Percaya Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka muncul suatu permasalahan yakni: adakah pengaruh intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya
diri narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu Semarang?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak
dicapai dari penelitian ini adalah: untuk menguji secara empiris pengaruh
intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat
rasa percaya diri pada narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu
Semarang.
12
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis maupun praktis.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling Islam dan
rasa percaya diri.
Sedangkan secara praktis, jika pembinaan mental keagamaan Islam
berpengaruh terhadap tingkat rasa percaya diri pada narapidana, berarti
harapan narapidana untuk kembali kejalan yang benar semakin besar. Jadi
pembinaan mental keagamaan Islam disini dapat digunakan sebagai ala t
intervensi dalam meningkatkan rasa percaya diri narapidana kelas II A di
LP Wanita Bulu Semarang.
1.4. Tinjauan Pustaka
Untuk dapat mewujudkan penulisan skripsi yang procedural dan
mencapai target yang maksimal, dibutuhkan tinjauan pustaka. Dalam
tinjauan pustaka ini penulis akan memaparkan beberapa hasil penelitian
yang relevan dengan judul penelitian ini, yakni:
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan
dan Penyuluhan Islam Terhadap Tingkah Laku Keagamaan Narapidana di
LP Wanita dan LP Kelas I Semarang” (Arifin: 2002). Pembahasan dalam
penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan BPI yang dilakukan oleh pihak
LP terhadap narapidana. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa intensitas
mengikuti Bimbingan Penyuluhan Islam mempunyai pengaruh yang positif
13
terhadap tingkah laku keagamaan narapidana di LP Wanita Semarang
maupun di LP kelas I Semarang.
Adapun penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang berjudul
“Pengaruh Bimbingan Islam Terhadap Penurunan Agresivitas Narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Semarang” (Aningsih:
2007). Penelitian ini menerangkan bahwa bimbingan Islam mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan agresivitas narapidana.
Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif antara
bimbingan Islam terhadap penurunan agresivitas narapidana di LP Kelas II
A Wanita Semarang.
Adapun penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang berjudul “Peran
Bimbingan Islam Dalam Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Penyandang
Cacat Netra Di Panti Tuna Netra Dan Tuna Rungu Wicara “Dharma
Putra” Purworejo” (Hidayati: 2007). Penelitian ini merupakan penelitian
yang fokus kajiannya pada bagaimana peran Bimbingan Islam dalam
menumbuhkan rasa percaya diri penyandang cacat netra. Bimbingan-
bimbingan Islam yang secara intens dilakukan dipanti itu, dapat membawa
perubahan positif bagi pengembangan bimbingan Islam di panti, antara lain
dalam memberikan materi bimbingan dan metode yang diterapkan dalam
bimbingan. Mereka bisa menumbuhkan rasa percaya diri meskipun dengan
keterbatasan fisik yang mereka alami, mereka tidak mengeluh lagi dan selalu
bersyukur terhadap Allah SWT.
14
Adapun penelitian yang selanjutnya yaitu penelitian yang berjudul
“Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita di Lapas Klas II A
Wanita Semarang” (Ardi: 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan pembinaan terhadap Narapidana wanita di Lapas Klas II A
Wanita Semarang dan untuk mengetahui hambatan dalam pembinaan
terhadap Narapidana wanita di Lapas Klas II A Wanita Semarang. Dalam
penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pembinaan terhadap
narapidana wanita di Lapas Klas II A Wanita Semarang berupa pembinaan
mental spiritual maupun pembinaan jasmani telah diberikan dan telah sesuai
dengan ketentuan. Adapun hambatannya yaitu faktor penjamin dari pihak
keluarga narapidana sulit untuk dihubungi, sehingga pelaksanaan asimilasi
menjadi terhambat.
Perbedaannya dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian
Arifin, lebih difokuskan pada pengaruh bimbingan Islam terhadap tingkah
laku keagamaan narapidana. Pada penelitian Hidayati pada peran bimbingan
Islam dalam menumbuhkan rasa percaya diri penyandang cacat netra.
Selanjutnya Aningsih pada Agresivitas narapidana. Kemudian berbeda lagi
pada penelitian Ardi yang lebih difokuskan pada kajian pembinaan secara
umum, yaitu keseluruan pembinaan yang diadakan di Lapas, serta
hambatannya. Sedangkan, pada penelitian ini lebih menfokuskan pada
pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap
tingkat rasa percaya diri narapidana.
15
Dari beberapa penelitian di atas, sejauh ini belum ada yang
membahas pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP
Wanita Bulu Semarang. Selain sebagai penunjang, penelitian ini juga
menjadi pengetahuan baru dari penelitian-penelitian sebelumnya, karena
dalam penelitian tersebut terdapat beberapa hal yang belum dikaji oleh
peneliti lain, yaitu mengenai pengaruh intensitas mengikuti pembinaan
mental keagamaan Islam yang dikaitkan dengan tingkat percaya diri
narapidana. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berkaitan dengan hal tersebut.
1.5. Sistematika Penelitian
Skripsi ini merupakan suatu rangkaian yang utuh, dimana bab satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan sehingga merupakan suatu
rangkaian yang utuh dan integral.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kerangka dasar pemikiran teoritik yang menjelaskan tentang
intensitas pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri.
Bab kedua ini dibagi menjadi empat sub bab. Sub bab pertama,
menjelaskan tentang intensitas pembinaan mental keagamaan
Islam yang meliputi: pengertian intensitas pembinaan mental
16
keagamaan Islam, aspek-aspek intensitas pembinaan mental
keagamaan Islam, dasar hukum pembinaan mental keagamaan
Islam, proses pembinaan mental keagamaan Islam, dan fungsi
dan tujuan pembinaan mental keagamaan Islam. Sub bab kedua
menjelaskan tentang definisi teoritik percaya diri yang meliputi
pengertian percaya diri, aspek-aspek percaya diri, faktor- faktor
yang mempengaruhi tingkat percaya diri, dan faktor penghambat
rasa percaya diri. Sub bab ketiga berisi definisi teoritik hubungan
intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam
terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana, dan sub bab ke
empat berisi tentang hipotesis penelitian.
BAB III : Metodologi penelitian yang meliputi: jenis dan metode penelitian,
variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber
dan jenis data, populasi, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV : Gambaran umum tentang LP Kelas II A Wanita Semarang, yang
berisi tentang gambaran secara umum LP kelas II A wanita
Semarang, yang meliputi: sejarah berdirinya LP kelas II A wanita
Semarang, letak geografis, status dan struktur organisasi,
kepegawean, visi, misi, tujuan, dan sasaran LP kelas II A Wanita
Semarang, penghuni LP kelas II A Wanita Semarang, sarana dan
prasarana di LP kelas II A Wanita Semarang, dan proses
17
pelaksanaan pembinaan mental keagamaan Islam di LP Kelas II
A Wanita Semarang.
BAB V : Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan
yang terbagi menjadi tiga sub bab. Sub bab pertama hasil
penelitian yang berisi deskripsi data penelitian. Sub bab kedua,
berisi tentang pembahasan penelitian dan pengujian hipotesis.
Dan, sub bab ketiga analisis lanjut.
BAB VI : Penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran dan penutup.
18
BAB II
KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK
2.1. Landasan Kerangka Teori
2.1.1. Kajian Tentang Intensitas Pembinaan Mental Keagamaan Islam
2.1.1.1. Pengertian Intensitas
Intensitas berasal dari kata intens yang artinya hebat, singkat, sangat
kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya), tinggi, penuh gelora,
penuh semangat, dan sangat emosional. Dilihat dari sifat intensif berarti
secara sungguh-sungguh (giat, dan sangat mendalam untuk memperoleh
efek maksimal, terutama untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
waktu singkat atau terus menerus mengerjakan sesuatu sehingga
memperoleh hasil maksimal). Sedangkan intensitas berarti keadaan
(tingkatan atau ukuran hebat, kuat dan bergeloranya) (Tim Penyusun
Kamus PPPB, 1990: 335).
Menurut Kartono dan Gulo (1987: 233), intensitas adalah besar atau
kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang dibutuhkan untuk
merangsang salah satu indera, ukuran fisik dari energi atau data indera.
Jadi intensitas adalah tingkat kesungguhan yang dilakukan oleh seseorang
dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu.
2.1.1.2. Pengertian Pembinaan
Secara harfiah pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti
“bangun” mendapat awalan per dan akhiran an, menjadi pembinaan yang
berarti pembangunan. Menurut pengertian terminologi pembinaan adalah
19
suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, teratur dan terarah serta
bertanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian yang meliputi
membangun daya pikir, pembangunan kekuatan penalaran atas akal,
penggugah rasa, daya cipta atau imajinasi yang luas, yang memberikan
kemampuan penerawangan manusia ke cakrawala yang lebih luas
(Mursyid. 1981: 6).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan
adalah suatu usaha yang benar-benar dilakukan demi tercapainya
pembangunan suatu pribadi yang lebih berkompeten dan berwawasan
luas.
2.1.1.3. Pengertian Mental
Mental berasal dari kata Mens, Mentis yang berarti nyaman, sukma,
roh, semangat (Kartono dan Andrani. 1989: 3). Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, mental adalah sesuatu yang menyangkut batin, watak
manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga (Poerwodarmanto, 1976:
645). Mental sering digunakan sebagai personality (kepribadian) yang
berarti semua unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan
yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku
cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan, atau
menyenangkan (Daradjat, 1982: 38-39).
2.1.1.4. Pengertian Keagamaan Islam
Sedangkan keagamaan adalah sesuatu hal yang berhungan dengan
agama (Depdiknas, 2005: 12). Islam adalah agama yang diturunkan
20
kepada nabi Muhammad SAW., yang berpedoman pada kitab suci Al-
Qur’an, dengan tujuan membawa umat manusia menuju jalan
keselamatan (Depdiknas, 2005: 444). Dari pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan keagamaan Islam itu berarti sesuatu hal yang dilakukan
dengan memasukkan prinsip-prinsip Islam didalamnya.
2.1.1.5. Pengertian Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam
Pembinaan mental keagamaan Islam adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi yang lebih
berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang teguh
pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan akhirat.
Berdasarkan definisi masing-masing istilah di atas dapat disimpulkan,
bahwa yang dimaksud dengan intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam yaitu tingkat kesungguhan suatu usaha yang dilakukan
secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi yang lebih
berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang teguh
pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan akhirat.
Dengan demikian, dalam pelaksanaannya baik yang berhubungan dengan
objek, subjek, metode, materi, dan media yang digunakan tidak jauh
berbeda dengan aktivitas dakwah.
2.1.1.6. Aspek-aspek Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam
Menurut Makmun (2000: 40) salah satu aspek intensitas mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam adalah frekuensi kegiatan, yaitu
seberapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu.
21
Dijelaskan pula oleh Najati (2005: 210) motivasi mempunyai
peranan penting dalam melakukan sesuatu, oleh karena itu motivasi juga
menjadi aspek dari intensitas mengikuti. Apabila ada motivasi kuat untuk
meraih tujuan tertentu dan kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang
akan mencurahkan kesungguhannya untuk mempelajari metode-metode
yang kuat untuk meraih tujuan tersebut.
Motivasi dan nilai-nilai individu akan mempengaruhi perhatian dan
persepsinya. Kenyataan ini pun telah ditunjukan Al-Qur’an pada banyak
tempat, ketika menerangkan keimanan dapat membuat kaum mukminin
siap dan penuh perhatian untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur’an yang akan
diturunkan. Mereka memahaminya dengan penuh kesadaran dan
pemahaman yang akurat. Sebaliknya ayat-ayat yang sama tidak
memberikan pengaruh yang sama kepada orang-orang musyrik.
Motivasi adalah suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya
(energy), atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state), dan
kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak
kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi muncul dari
dalam individu itu sendiri dan juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan
(Makmun, 2000: 39).
Hal lain yang menjadi aspek dari intensitas mengikuti adalah
perhatian. Perhatian ialah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi
jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada
di dalam maupun yang ada di luar diri individu. Melalui perhatian
22
seseorang lebih mudah menerima sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya
perhatian, tiap asumsi-asumsi yang masuk, baik dari dalam diri maupun
dari luar akan sulit diterima (Dakir, 1993: 114).
Aspek lain dari intensitas mengikuti adalah spirit of change yaitu
semangat untuk berubah. Pribadi yang memiliki semangat, sangat sadar
bahwa tidak akan ada satu makhluk pun di muka bumi ini yang mampu
mengubah dirinya kecuali dirinya sendiri. Betapapun hebatnya seseorang
untuk memberikan motivasi, hal itu hanyalah kesia-siaan belaka bila pada
diri orang tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi (Tasmara, 2002:
134).
Dalam kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990:
335) salah satu aspek dari intensitas adalah efek, yaitu suatu perubahan,
hasil, atau konsekuensi langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan.
Efek juga berarti resiko, ada positif dan negatif. Sesuatu yang diterima
setelah melakukan suatu hal (Ekha N dalam http://Ekha N.
com/pengertian-efek.htm).
2.1.1.7. Dasar Hukum Pembinaan Mental Keagamaan Islam
Dasar hukum dari pembinaan mental keagamaan Islam adalah acuan
bagi para pelaksana dan pendukung pembinaan mental keagamaan Islam.
Dasar hukum pembinaan mental keagaman Islam ini pada dasarnya sama
dengan dasar hukum dakwah, sebab sesungguhnya tujuan pokok dari
setiap dakwah adalah untuk membina mental seseorang ke arah yang
23
sesuai dengan ajaran agama (Daradjat, 1975: 133). Sebagaimana dalam
QS. An-Nahl: 125.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
(Depag RI, 1984: 421).
Dari keterangan ayat di atas maka jelaslah bahwa berdakwah itu
merupakan tanggung jawab dan tugas setiap muslim menurut kemampuan
masing-masing, dan pembinaan mental keagamaan Islam merupakan
bagian dari dakwah.
2.1.1.8. Fungsi dan Tujuan Pembinaan Mental Keagamaan Islam
2.1.1.8.1. Fungsi pembinaan mental keagamaan Islam
Fungsi pembinaan mental keagamaan Islam adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi prefentif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi diriya.
b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi
dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan), dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).
24
d. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya
(Faqih, 2001: 37).
Menurut Ad-Dzaky (2006: 217), fungsi pembinaan mental
keagamaan Islam adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Remedial atau rehabilitatif
Peranan remedial berfokus pada masalah: 1). Penyesuaian
diri; 2). Menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi; 3).
Mengatasi gangguan emosional.
b. Fungsi Educatif
Fungsi ini berfokus kepada masalah: 1). Membantu
meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam kehidupan; 2).
Mengidentifikasikan dan membantu memecahkan masalah-
masalah hidup; 3). Membantu meningkatkan kemampuan
menghadapi transisi dalam hidup; 4). Menjelaskan nilai-nilai
menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, dan untuk
meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi.
c. Fungsi Prefentif (pencegahan)
Fungsi ini membantu individu agar bisa berupaya aktif untuk
melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah
kejiwaan karena kurangnya perhatian.
25
2.1.1.8.2. Tujuan pembinaan mental keagamaan Islam
Dalam konteks kehidupan beragama pembinaan mental
keagamaan Islam adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan
kesadaran. Memelihara secara terus menerus terhadap tatanan nilai
agama Islam, agar perilaku hidupnya sesuai dengan norma-norma yang
ada dalam tatanan itu (Ghufron, 1986: 1).
Pembinaan mental keagamaan Islam ditujukan untuk membantu
individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Individu yang
dimaksud di sini adalah orang yang dibina atau diberi bantuan, baik
orang perorangan maupun kelompok. “Mewujudkan diri sebagai
manusia seutuhnya”, berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya
sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras dengan
perkembangan unsur dirinya, dan pelaksanaan fungsi atau
kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius), makhluk
individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya (Faqih, 2001:
35).
Manakala klien atau yang dibina sudah bisa menyelesaikan
masalahnya, pembinaan mental keagamaan islami masih tetap
membantunya, yakni dengan membantu individu mengembangkan segi-
segi positif yang dimilikinya. Dengan demikian, secara singkat tujuan
pembianaan mental keagamaan Islam dapat dirumuskan sebagai
berikut:
26
1. Tujuan umum:
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Tujuan khusus
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik, atau yang telah baik agar tetap baik, atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain (Musnamar. 2001: 34).
Sedangkan Adz-Dzaky (2006: 221) menyatakan bahwa, tujuan
pembinaan mental keagamaan Islam adalah:
a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan
mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya
(mardhiyah).
b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri
sendiri, lngkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun
lingkungan sosial, dan alam sekitarnya.
27
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,
tolong menolong, dan rasa kasih sayang.
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu,
sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat
taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya,
serta ketabahan menerima ujian-Nya.
e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi
itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan
baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan
keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
2.1.1.9. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Islam
Pembinaan mental keagamaan Islam merupakan bagian dari
dakwah, karena pengertian dakwah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu
segi pembinaan dan segi pengembangan (Syukir, 1983: 20), oleh karena
itu baik metode, media maupun materi pembinaan mental keagamaan
Islam tidak jauh berbeda dengan aktivitas dakwah. Metode yang
digunakan dalam pembinaan mental keagamaan Islam adalah metode
langsung. Metode langsung yaitu dengan cara komunikasi langsung
(tatap muka). Beberapa metode yang digunakan kepada narapidana
adalah:
28
1. Metode Personal Approach, yaitu suatu metode yang
pelaksanaannya secara langsung dilakukan secara pribadi yang
bersangkutan, seperti dengan memberi penjelasan maupun dengan
membantu memecahkan masalah yang dihadapi narapidana.
2. Metode Kelompok yaitu pembina melakukan komunikasi langsung
dengan narapidana dalam suatu kelompok.
3. Metode Ceramah yaitu suatu teknik atau metode dakwah dengan
bentuk pidato yang ringkas dan padat. Karenanya ceramah bisa
disampaikan dengan irama suara yang datar dan tenang.
4. Metode Konsultasi yaitu suatu cara pemberian bantuan pada
individu yang memiliki masalah-masalah khusus dan dilakukan
secara face to face (Depag RI., 2008: 58-70)
2.1.2. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Rasa Percaya Diri
2.1.2.1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri yaitu sikap positif seseorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan nilai positif baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya
(Kiranawati dalam http://gurupkn.wordpress.com/2007/ 12/model-
pembelajaran-arias). Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan
diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima
kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif,
memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta
mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Kepercayaan diri merupakan
29
sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya,
sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya
untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya (Ghufron
dan Risnawati, 2010: 34-35).
2.1.2.2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Lauster dalam Ghufron dan Risnawati (2010: 35-36) menjelaskan
aspek-aspek kepercayaan diri adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan pada kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang
tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukakannya.
2. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
3. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
4. Rasional dan realistis
Rasional dan relistis adalah analisis terhadap suatu masalah,
suatu hal dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang
dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan (Ghufron dan
Risnawati, 2010: 35-36).
30
Menurut Tasmara (2004: 89-90) aspek-aspek percaya diri meliputi:
1. Berani untuk menyatakan pendapat atau gagasan.
2. Mampu menguasai emosi, yaitu bisa tetap tenang dan berpikir jernih
walaupun dalam tekanan yang berat.
3. Memiliki independensi yang sangat kuat sehingga tidak mudah
terpengaruh.
Menurut Al-Ghifari (2004: 35-38) aspek-aspek percaya diri
meliputi:
1. Berani mengambil resiko.
2. Mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan.
3. Menetapkan tujuan yang realistis.
Dalam penelitian ini penulis mengambil aspek percaya diri dari
Lauster dalam Ghufron dan Risnawati yakni, keyakinan akan kemampuan
diri, optimis, bertanggung jawab, dan rasional dan realistis
2.1.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini
adalah faktor- faktor tersebut:
1. Konsep diri
Konsep diri berperan sebagai sikap terhadap diri sendiri dan
penyeimbang batin bagi individu. Konsep diri dibagi menjadi dua,
yaitu konsep diri yang positif dan yang negatif. Ciri konsep diri yang
positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam
mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima
31
pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa setiap orang mengalami
keberagaman perasaan, hasrat, dan perilaku, yang tidak disetujui oleh
masyarakat, serta mampu mengembangkan diri karena sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya
untuk mengubahnya. Sementara itu, ciri konsep diri yang negatif
adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap
hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain dan pesimistis
terhadap kompetisi (Hill. 2007: 53).
Konsep diri pada setiap orang tidak mutlak dalam kondisi positif
dan negatif, tetapi karena konsep diri berperan penting sebagai
pengarah dan penentu perilaku, maka harus diupayakan dengan keras
agar individu banyak mempunyai ciri-ciri konsep diri yang positif
(Ghufron dan Risnawati. 2010: 19-20).
2. Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif
pula. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri.
Tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan
diri seseorang. Daradjat menyebutkan bahwa harga diri sudah
terbentuk pada masa kanak-kanak, sehingga seorang anak sangat
perlu mendapatkan penghargaan dari orang tuanya. Proses
selanjutnya, harga diri dibentuk melalui perlakuan yang diterima
individu dari orang lingkungannya (Daradjat, 1980: 25).
32
Branden mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki harga diri
tinggi, yaitu (1) mampu menanggulangi kesengsaraan dan
kemalangan hidup, lebih tabah dan ulet, lebih mampu melawan suatu
kekalahan, kegagalan dan keputusasaan; (2) cenderung lebih
berambisi; (3) memiliki kemungkinan untuk lebih kreatif; (4)
memiliki kemungkinan lebih dalam dan besar dalam membina
hubungan interpersonal (tampak) dan tampak lebih gembira dalam
menghadapi realitas (Ghufron dan Risnawati. 2010: 41-43).
Khasanah juga menegaskan orang yang memiliki harga diri
tinggi tidak harus merasa kalah, ia harus bangkit dan melihat apa yang
menyebabkan ia jatuh dan memandang bahwa hari esok adalah penuh
dengan optimisme. Orientasi atau pandangan kedepan menyebabkan
mereka tidak harus merasa kalah dan kecewa, karena adanya sebuah
keyakinan suatu saat jika waktunya telah tiba maka apa yang menjadi
keinginannya akan dapat tercapai (Khasanah, 2004: 24-25).
3. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.
Sebaliknya pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa
percaya diri seseorang. Pengalaman masa lalu adalah sebuah pelajaran
berharga sebagai cerminan suatu tindakan yang akan dilakukan
seseorang pada hari ini, atau hari esok. Anthony mengungkapkan
bahwa pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk
33
mengembangkan kepribadian seseorang (Ghufron dan Risnawati,
2010: 37).
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah
akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah
kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang
yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat
kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah
(Ghufron dan Risnawati, 2010: 38).
Tidak hanya pendidikan formal saja yang berpengaruh pada
tingkat percaya diri seseorang, namum pendidikan nonformal juga
menjadi faktor pendukung bertambahnya rasa percaya diri.
Pendidikan nonformal dapat dijadikan sebagai cara untuk mengetahui
bakat yang dimiliki oleh seseorang. Seperti halnya kursus, pelatihan-
pelatihan, dan lain sebagainya, yang bisa mengolah potensi seseorang,
karena ukuran ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal yang
dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan,
menghargai suatu pendidikan, baik itu formal maupun nonformal
(Soekanto. 2002: 238).
Pembinaan-pembinaan yang diadakan di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Semarang, merupakan salah satu pendidikan
nonformal, agar para narapidana memiliki keterampilan dan bekal
34
ketika mereka keluar nanti, khususnya pembinaan mental keagamaan
Islam.
2.1.2.4. Faktor-faktor Penghambat Kepercayaan Diri
Faktor-faktor yang bisa menghambat rasa percaya diri pada
seseorang antaranya adalah sebagai berikut:
1. Takut
Takut adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh dasar yang
terjadi sebagai respon terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa
sakit atau ancaman bahaya (wikipedia dalam http:/
/www.wikipedia.com/2011/8/pengertian-takut). Ketika seseorang
mengalami ketakutan, ia tidak bisa berbuat apa-apa, yang bisa
dilakukan hanyalah mendramatisirnya dengan berlebihan, bisa
menjadikan seseorang terpuruk dan bisa saja depresi. Setiap apapun
yang menjadi keinginan dan orientasinya kedepan sejenak terhenti,
bahkan bisa saja lama terhentinya (Syaifullah, 2010: 114-115).
2. Cemas
Groen mendefinisikan cemas adalah perasaan tidak senang yang
khas yang disebabkan oleh suatu dugaan yang berbahaya atau frustasi
yang mengancam, yang akan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok
sosialnya (Lidya dalam http://lidyadudutz.blogspot.com/2010/06/
definisi-kecemasan.html).
35
Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu
menghadapi sesuatu yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut (Ghufron dan
Risnawati, 2010: 141). Kecemasan merupakan perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi
umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak
adanya rasa aman (Syaifullah, 2010: 131)
3. Negative Thinking
Negative Thinking adalah pikiran buruk terhadap suatu objek
yang dihadapi oleh seseorang. Berpikiran negatif dalam kehidupan
hanya akan menyebabkan seseorang menjadi gelisah dalam menjalani
kehidupannya, jika dengan cara positif seseorang bisa merancang
langkah-langkah dalam kehidupannya, maka ketika berpikir negatif ia
justru mengalami berbagai hambatan, karena konsentrasi yang
dibangunnya sudah mulai buyar (Amrin, 2009: 19-20).
4. Menutup diri
Menutup diri adalah suatu sikap yang cenderung diam terhadap
apa-apa yang dirasakannya ketika ketika itu dia akan memberatkan
dirinya sendiri, dengan menyendiri dan tidak akan membiarkan
dirinya diganggu orang lain. Orang yang selalu menyendiri atau
tertutup biasanya sayap relasinya tidak lebar, dan hal ini juga menjadi
penghambat percaya diri. Karena dia sudah tidak memiliki orang lain
36
yang bisa menyumbangkan hal-hal positif kepada dirinya, misalnya
untuk sekedar memotivasi (Syaifullah, 2010: 149-150).
2.1.3. Hubungan Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam
Terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana
Seperti diketahui bersama bahwa kehidupan sosial membutuhkan
suatu bentuk interaksi yang baik antar sesama, salah satunya adalah
dengan tampil percaya diri. Banyak hal yang menyebabkan seseorang
tidak percaya diri. Sering terlihat dalam suatu lingkungan atau
perkumpulan, ada seseorang yang cenderung diam, tidak berani
menyampaikan pendapatnya, takut salah, dan merasa malu. Semua itu bisa
terjadi bukan hanya karena perasaan dari dalam dirinya saja, tapi semua itu
bisa muncul karena pengalaman masa lalu atau lingkungan yang dianggap
buruk bagi seseorang, sepertihalnya di lingkungan penjara (Lembaga
Pemasyarakatan).
Perilaku minder atau tidak percaya diri merupakan problem yang
bisa timbul di mana saja dan kapan saja, seperti halnya narapidana.
Pelanggaran terhadap norma hukum pidana akan mengakibatkan seseorang
dijatuhi pidana penjara dan melewati masa hidupnya di lembaga
pemasyarakatan sebagai narapidana. Semua gerak-geriknya diawasi, harus
mematuhi peraturan yang ada, kemerdekaan menyampaikan pendapat
dibatasi, dan harus benar-benar siap lahir maupun batin dalam melewati
hidupnya di lingkungan penjara.
37
Narapidana yang hidup di Lembaga Pemasyarakatan dalam waktu
yang cukup lama akan mengalami berbagai macam persoalan. Selalu ada
pertentangan batin antara yang menjadi keinginan-keinginannya dengan
apa yang harus dilakukan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
Lembaga Pemasyarakatan. Mental yang kuat menjadi sangat penting,
untuk menghadapi predikat sebagai “narapidana (Napi)”, dan ketika keluar
pun juga harus siap dengan sebutan “mantan narapidana (Napi)”.
Mereka umumnya secara mental dan psikologis tidak siap
menghadapi realitas di dalam penjara, dalam batinnya mereka sangat
menyesali perbuatan dosa dan kesalahannya. Berulang kali mereka
menolak dan sangat membenci “Aku yang terpenjara” ini (Kartono, 2007:
196), namun semua sudah terjadi, dan harus tetap dihadapi dengan
optimis. Beban batin harus dilepaskan dan diringankan, disinilah orang
lain begitu dibutuhkan (Pielle, 2006: 58).
Kompleksitas permasalahan di atas merupakan tantangan bagi
pelaksanaan dakwah Islam yang perlu mendapat tanggapan dan
penyelesaian dari juru dakwah, agar dakwah Islam bisa memberi motivasi
tentang keislaman baik dari segi lahiriah maupun batiniah. Salah satu
upaya yang dapat mewujudkan ajaran Islam adalah dengan melalui
pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan secara intens.
Pembinaan mental keagamaan Islam yang diikuti secara sungguh-
sungguh, akan menjadikan seseorang bersikap dan bertindak sesuai dengan
ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya
38
dengan sesama manusia (hablumminannas) maupun dengan Allah SWT
(hablumminallah). Mereka akan berusaha mendekatkan diri pada Allah,
dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Agama merupakan salah satu solusi bagi orang-orang yang sedang
terpinggirkan dari lingkungannya, dan agama juga dapat menjadi penolong
bagi orang-orang yang sedang menerima kekecewaan. Semakin dekat
seseorang dengan Tuhan, maka akan semakin tenteram jiwanya serta
semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam
hidup. Sesulit apapun jalan yang harus dilewatinya, dia akan sabar dan
tenang, karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan
bagian dari cobaan Allah SWT kepada hamba-hambanya yang beriman,
dan selalu ada kemudahan setelah kesukaran, seperti dalam QS. Al-
Insyirah: 5-6.
Artinya: 5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
6) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Depag
RI, 1984: 1073).
Pembinaan mental keagamaan Islam yang dilakukan secara intens
merupakan salah satu cara yang mempunyai peran penting dalam
pembiasaan ajaran agama pada narapidana. Mereka membutuhkan
pembinaan tersebut, agar terbentuk kepribadian Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Cobaan-cobaan hidup bisa mereka lewati dengan hati yang
lapang dan mereka bisa percaya pada dirinya lagi.
39
Pembinaan mental keagamaan Islam di samping sebagai upaya untuk
mencegah timbulnya masalah, memecahkan masalah yang dihadapi
individu, juga sebagai upaya pemberian motivasi, agar individu yang
tadinya menyerah, bisa bangkit, semangat dalam menghadapi kenyataan
hidup. Pembinaan mental keagamaan Islam juga sangat dibutuhkan
sebagai usaha menuntun dan mengarahkan perilaku yang menyimpang
agar sesuai dengan ajaran agama. Untuk itu, intensitas narapidana dalam
mengikuti pembinaan menjadi faktor penting untuk mewujudkan semua
itu.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam mempunyai kaitan yang
erat dengan tingkat percaya diri narapidana. Mereka membutuhkan
motivasi-motivasi atau pembinaan mental keagamaan Islam, agar mereka
mampu menjadi seseorang yang lebih baik, tidak merendahkan dirinya lagi
dan bisa menjadi individu yang percaya diri.
2.2.Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu d iungkapkan
belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam
kenyataan empiris (Susanto, 2006: 73). Berdasarkan asumsi teoritik tersebut,
maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai dugaan awal adalah: ada
pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap
tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP Wanita Bulu
Semarang.
40
Mengingat hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar
atau salah, maka akan dilakukan pengkajian ulang pada analisis data untuk
dapat membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau
ditolak.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang menekankan
analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode
statistik (Azwar, 1998: 5). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan angket atau instrument yang akan disusun
berdasarkan variabel yang akan diteliti.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu obyek penelitian, atau apa yang menjadi t itik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Dalam penelitian ini terdiri
dari dua variabel yaitu variabel pengaruh (independent variable) dan
variabel terpengaruh (dependent variable).
Untuk lebih jelasnya penulis merumuskan variabel-variabel sebagai
berikut :
1). Intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam (X)
2). Tingkat percaya diri (Y)
3.3. Definisi Konseptual dan Operasional
3.3.1. Definisi Konseptual
3.3.1.1. Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam (X)
Intensitas menurut Kartono dan Gulo (1987: 233), dapat diartikan
sebagai besar atau kekuatan suatu tingkah laku, jumlah energi fisik yang
42
dibutuhkan untuk merangsang salah satu indera, ukuran fisik dari energi
atau data indera. Intensitas berarti keadaan (tingkatan atau ukuran hebat,
kuat dan bergeloranya) (Tim Penyusun Kamus PPPB, 1990: 335).
Intensitas berasal dari kata intens yang artinya hebat, singkat, sangat
kuat (tentang kekuatan, efek, dan sebagainya), tinggi, penuh gelora,
penuh semangat, dan sangat emosional. Dilihat dari sifat intensif berarti
secara sungguh-sungguh (giat, dan sangat mendalam untuk memperoleh
efek maksimal, terutama untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
waktu singkat atau terus menerus mengerjakan sesuatu sehingga
memperoleh hasil maksimal). Sedangkan intensitas berarti keadaan
(tingkatan atau ukuran hebat, kuat dan bergeloranya) (Tim Penyusun
Kamus PPPB, 1990: 335).
Adapun pengertian pembinaan mental keagamaan Islam adalah suatu
usaha yang dilakukan secara sadar dan terarah, demi tercapainya pribadi
yang lebih berkompeten dan berwawasan luas, yang senantiasa berpegang
teguh pada nilai-nilai Islam, demi tercapainya keselamatan dunia dan
akhirat. Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam merupakan usaha
dalam mengikuti kegiatan yang positif yang didalamnya ditanamkan
bagaimana menjadi pribadi yang lebih berkompeten dan berwawasan
luas, yang senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, sehingga
dapat mencapai keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
43
3.3.1.2. Tingkat percaya diri narapidana (Y)
Percaya diri menurut Willis dalam Ghufron dan Risnawati, (2010:
34-35) adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu
masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang
menyenangkan bagi orang lain. Percaya diri berarti keyakinan untuk
melakukan sesuatu pada diri seseorang (Ghufron dan Risnawati, 2011:
35). Tingkat percaya diri narapidana berarti, tinggi rendahnya keyakinan
akan kemampuan diri seseorang. Mental yakin akan kemampuan diri
pada setiap individu tidaklah selalu sama kapasitasnya dan tidak bisa
disamaratakan (Syaifullah, 2010: 50).
3.3.2. Definisi Operasional
3.3.2.1. Intensitas pembinaan mental keagamaan Islam (X)
Definisi operasional, intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam adalah tingkat kesungguhan mengikuti proses
pembinaan yang diselenggarakan di Lembaga Pemasyarakatan, yang
didalamnya terdapat frekuensi kegiatan yang dilakukan, motivasi diikuti
kegiatan tersebut, efek yang ditimbulkan dari adanya pembinaan,
perhatian, dan spirit of change (semangat ingin berubah) dari narapidana.
3.3.2.2. Tingkat percaya diri narapidana (Y)
Tingkat percaya diri narapidana berarti perilaku yakin akan
kemampuan diri, sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan
melakukan sesuatu dengan tenang. Didalam rasa percaya diri pribadi
44
terdapat, keyakinan kemampuan diri, optimis, bertanggung jawab, dan,
rasional dan realistis.
3.4. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh
(Arikunto, 2006: 129). Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah sesuatu yang dijadikan rujukan untuk
memperoleh data pokok dalam suatu penelitian (Hasan. 2002: 82). Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah narapidana yang ada
di Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas II A Semarang yang berjumlah 40
orang. Dari sumber data tersebut diperoleh data tentang intensitas mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam dan tingkat percaya diri.
Sumber data sekunder adalah sesuatu yang dijadikan sebagai
pendukung atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok
(Suryabrata, 1998: 85). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
buku-buku yang ada relevansinya dengan Intensitas mengikuti pembinaan
mental keagamaan Islam, jurnal, dan dokumen-dokumen yang ada di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas II A Semarang, Pembina, serta
kepala dan staf-stafnya yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas
II A Semarang. Dari sumber data tersebut diperoleh data monografi yaitu
gambaran tentang denah atau peta keberadaan Lembaga Pemasyarakatan
Wanita kelas II A Semarang, dan data Geografis yaitu gambaran mengenai
45
Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas II A Semarang dengan beberapa
tempat yang ada disekitarnya.
3.5. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
2007: 130). Berdasarkan observasi awal dari 140 narapidana yang ada di LP
Wanita kelas II A Semarang, terdapat 121 narapidana yang beragama Islam.
Dengan demikian, dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh narapidana yang beragama Islam yang ada di LP Wanita kelas II A
Semarang berjumlah 121 narapidana.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2007: 131). Penelitian ini hanya mengambil sampel dengan jumlah 40
narapidana, atau 33% dari populasi yang ada.
Pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan dan acuan umum
dari pengambilan sampel Arikunto (2002: 112), yakni apabila jumlah subyek
kurang dari 100, maka populasi diambil semua. Apabila jumlah subyek lebih
dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10%-15% atau 20%-25%
atau lebih dari populasi yang ada.
Adapun cara pengambilan sampel penulis menggunakan teknik random
sampling (acak). Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam
pengambilan sampelnya, peneliti mengacak subyek yang ada di dalam
populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian maka
peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh
kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu setiap subyek
46
sama maka penelitian terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu
atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2007: 64).
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode pengumpulan
data, yaitu sebagai berikut:
3.6.1. Metode angket
Metoda angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi responden (Arikunto, 2006: 225). Metode ini
penulis gunakan untuk menggali data tentang pelaksanaan intensitas
pembinaan mental keagamaan Islam dan pengaruhnya terhadap rasa
percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Bulu Semarang. Angke t
yang dipergunakan termasuk jenis angket tertutup berbentuk rating scale
(skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, dari sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) (Arikunto, 2002: 129). Masing-
masing aitem dalam skala berbentuk favorable dan unfavorable. Aitem
favorable adalah aitem yang isinya mendukung atau menunjukkan ciri
adanya atribut yang diukur, sedangkan aitem unfavorable adalah aitem
yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang
diukur (Azwar, 2011: 73)
Skor aitem untuk opsi jawaban favorable dan unfavorable dalam
skala sebagaimana dalam tabel 1.
47
Tabel 1
Skor Aitem dalam Skala untuk Masing-masing Opsi
Jawaban Aitem Favorable Aitem unfavorable
Sangat sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak sesuai (TS) 2 3
Sangat tidak sesuai (STS) 1 4
1. Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam
Variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam diukur dengan Skala Intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam. Aitem disusun berdasarkan lima indikator yakni: a).
frekuensi (Makmun, 2000: 40). b). motivasi (Najati, 2005: 210). c).
efek (Tim Penyusun Kamus PPPB, 1990: 335). d). Perhatian (Dakir,
1993: 134). e). Spirit of change Tasmara, 2002: 134). Blue print Skala
Intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebagaimana
dalam tabel 2.
Tabel 2
Blue print Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam
No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Frekuensi 1, 17, 25, 27 16, 20 6
2. Motivasi 2, 12, 18, 19 11, 23 6
3. Efek 7, 10, 13, 15 3, 14 6
4. Perhatian 5, 6, 8, 28 22, 30 6
5. Spirit of change 9, 21, 26, 29 4, 24 6
Jumlah 20 10 30
48
2. Skala Kepercayaan Diri
Variabel percaya diri diukur dengan Skala percaya diri. Aitem
disusun berdasarkan empat indikator yang diambil dalam penelitian
(Ghufron dan Risnawati, 2010: 35-36), yakni: a). yakin akan
kemampuan diri b). optimis c). tanggung jawab d). rasional dan
realistis. Blue print Skala percaya diri sebagaimana dalam tabel 3.
Tabel 3
Blue print Skala Percaya Diri.
No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Yakin akan kemampuan diri
1, 12, 21, 22, 29 2, 9, 26 8
2. Optimis 3, 4, 13, 23, 31 14, 24, 28, 8
3. Tanggung jawab 6, 10, 15, 18, 30 5, 16, 20 8
4. Rasional dan Relistis 7, 11, 19, 27, 32 8, 17, 25 8
Jumlah 20 12 32
3.6.2. Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti (Susanto, 2006: 126). Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi umum yakni
narapidana di LP Wanita kelas II A Bulu, Semarang.
3.6.3. Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Maksudnya
ialah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
49
jawab, tatap muka antara pewawancara dan responden (Susanto, 2006:
128).
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang bagaimana
pelaksanaan pembinaan mental keagamaan Islam di LP Wanita Kelas II A
Semarang. Untuk memperoleh data tersebut penulis melakukan wawancara
kepada Kepala, Staff, dan Pembina-pembina yang ada di LP Wanita Kelas
II A Semarang.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Proses ini seringkali
digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah
menyederhanakan data yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang
lebih sederhana dan lebih mudah dipamahi. Analisa data pada penelitian ini
menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut :
3.7.1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan digunakan untuk mengetahui gambaran secara
umum data variabel pembinaan mental keagamaan Islam dan variabel
perilaku percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Semarang yang
diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap angket yang diberikan.
Dengan langkah awal yang diambil dengan mengubah data kualitatif
menjadi data kuantitatif, yaitu dengan memberi penilaian terhadap item
jawaban pertanyaan dari responden
50
3.7.2. Analisis Uji Hipotesis
Untuk menganalisa data yang berupa analisis data kuantitatif dan
khususnya untuk menguji kebenaran hipotesis, penulis menggunakan
analisis regresi satu predictor (dengan skor kasar) dengan rumus sebagai
berikut (Hadi, 2001: 18):
Tabel 4
Rumus Analisis Regresi Sederhana
Sumber
Variasi Db JK RK Freg
Regresi 1 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴 − 𝛴𝑌 2
𝑁
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠
Residu (N– 2) ΣY2 – aΣXY – K.ΣY
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠
Total (T) (N - 1) 𝛴𝑌2 − 𝛴𝑌 2
𝑁
-
Keterangan:
a : koefisien predictor
K : bilangan konstanta
N : jumlah sampel yang diteliti
∑X : nilai dari variabel X
∑Y : nilai dari variabel Y
∑X² : nilai kuadrat dari variabel X
∑Y² : nilai kuadrat dari variabel Y
∑XY : hasil kali dari variabel X dan Y
JKreg : jumlah kuadrat regresi
51
JKres : jumlah kuadrat residu
RKreg : rata kuadrat regresi
Rkres : rata-rata kuadrat residu
Db : derajat kebebasan (N-1)
Dbreg : derajat kebebasan regresi (1)
Dbres : derajat keabsahan (N-2)
3.7.3. Analisis lanjut
Merupakan analisis pengolahan lebih lanjut dari hasil analisis uji
hipotesis. Dalam analisis ini peneliti membuat lembar interpretasi dari
hasil yang telah diperoleh dengan jalan membandingkan harga F reg yang
telah diketahui dengan tabel Ft 5% atau Ft 1% dengan kemungkinan:
- Jika Freg lebih besar dari Ft 1% atau 5% maka signifikan (hipotesis
diterima); dan
- Jika Freg kurang dari Ft 1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis
ditolak).
68
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data Penelitian
Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu
dilakukan uji coba, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas soal tersebut.
Setelah diketahui keadaan sebenarnya dari soal tersebut, maka akan
diketahui mana soal yang baik dan mana soal yang sebaiknya dibuang atau
diperbaiki. Dengan pengawasan dan ketertiban yang sangat ketat di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Semarang, maka dari hasil uji
coba 40 angket yang disebar semua bisa kembali.
Langkah- langkah yang dipakai baik tidaknya soal tersebut adalah
dengan cara mengetahui validitas butir dan reliabilitas instrumen. Dari hasil
uji validitas didapatkan hanya 50 aitem yang valid dari dua variabel, yaitu
25 aitem dari variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, dan 25 aitem dari variabel percaya diri.
Kemudian dilakukan uji coba angket lagi kepada 40 responden
dengan mempergunakan teknik uji coba terpakai atau one shot teknik,
artinya hasil uji cobanya langsung dipergunakan untuk menguji hipótesis
penelitian. Teknik uji coba terpakai atau one shot teknik ini dilakukan
karena pertimbangan penghematan dan efisiensi waktu (Suryabrata, 2004:
100).
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan mempergunakan
formulasi korelasi product moment, dari pearson dan penghitungannya
69
dengan menggunakan SPSS versi 12.00. Pengujian menghasilkan koefisien
validitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang
berkisar antara -0,60 sampai dengan 0,72. Uji validitas percaya diri
menghasilkan koefisien yang berkisar antara -0,50 sampai dengan 0,67.
Koefisien validitas yang kurang dari 0,312 dinyatakan gugur (Sugiono,
2007: 373). Dengan demikian dari jumlah aitem 62 setelah diseleksi, maka
tinggal 50 aitem yang dinyatakan valid.
Kemudian pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
teknik Alpha dari Croanboach, dan penghitungannya menggunakan bantuan
SPSS. Pengujian reabilitas dilakukan pada semua aitem yang valid yaitu
sejumlah 25 aitem. Hasil pengujian dengan SPSS menghasilkan koefisien
reliabilitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebesar
0,893, dan koefisien reliabilitas percaya diri sebesar 0,74 yang berarti
keduanya reliabel.
Dari uji validitas dan reliabilitas instrument diketahui bahwa dari 30
soal variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang
valid dan reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15,
16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30. Sedangkan yang tidak
valid berjumlah 5 soal, yaitu: 3, 4, 14, 17, dan 25
Sementara itu, dari 32 aitem soal variabel percaya diri yang valid dan
reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 30, 31, dan 32. Sedangkan yang tidak valid
berjumlah 7 soal, yaitu: 8, 9, 14, 23, 24, 28, dan 29.
70
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman hasil uji
validitas dan reliabilitas instrument intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam dan percaya diri dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 10
Ringkasan Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrument Hasil Uji Coba Validitas
dan Reliabilitas Jumlah
Intensitas Mengikuti
Pembinaan Mental
Keagamaan Islam
Valid
1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,
15, 16, 18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 26, 27, 28, 29, 30
25
Unvalid 3, 4, 14, 17, 25 5
Jumlah 30
Percaya Diri
Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12,
13, 15, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 22, 25, 26, 27, 30, 31,
32
25
Unvalid 8, 9, 14, 23, 24, 28, 29 7
Jumlah 32
Dari 25 aitem intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, dan 25 aitem percaya diri yang valid dan reliabel, masing-masing
aitem tersebut kemudian diurutkan kembali, setelah aitem yang gugur
dibuang. Lebih jelasnya, sebaran aitem skala sesudah uji coba yang telah
diurutkan kembali dapat dilihat pada tabel.
71
Tabel 11
Sebaran Aitem Skala Intensitas Mengikuti
Pembinaan Mental Keagamaan Islam
No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Frekuensi 1, 22 13, 16 4
2. Motivasi 2, 10, 14, 15 9, 19 5
3. Efek 5, 8, 11, 12 - 5
4. Perhatian 3, 4, 6, 23 18, 25 6
5. Spirit of change 7, 17, 21, 24 20 5
Jumlah 18 7 25
Tabel 12
Sebaran Aitem Skala Percaya Diri
No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Yakin akan
kemampuan diri
1, 10, 18, 19 2, 21 7
2. Optimis 3, 4, 11, 24 - 4
3. Tanggung jawab 6, 8, 12, 15, 23 5, 13, 17 7
4. Rasional dan Relistis 7, 9, 16, 22, 25 14, 20 7
Jumlah 18 7 25
Kemudian nilai angket skala yang dihasilkan dari 40 responden dapat
disajikan dalam tabel berikut:
72
Tabel 13
Nilai Angket Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam
Resp Aitem Soal
Opsi Jawaban Skor Jawaban
Jumlah Jumlah Total SS S TS STS
4 3 2 1
1 2 3 4
R-1 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-2 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 82
Unfavorabel 1 0 5 1 1 0 15 4 20
R-3 Favorabel 7 8 1 2 28 24 2 2 56 82
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-4 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 91
Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28
R-5 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-6 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-7 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88
Unfavorabel 0 1 1 5 0 2 3 20 25
R-8 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85
Unfavorabel 1 0 5 1 0 2 15 4 21
R-9 Favorabel 1 16 1 0 4 48 2 0 54 75
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-10 Favorabel 14 4 0 0 56 12 0 0 68 94
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-11 Favorabel 4 13 1 0 16 39 2 0 57 81
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-12 Favorabel 12 5 0 1 48 15 0 1 64 88 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-13 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 91 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-14 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 88 Unfavorabel 1 0 4 2 1 0 12 8 21
R-15 Favorabel 14 3 1 0 56 9 2 0 67 91
Unfavorabel 1 0 1 5 1 0 3 20 24
R-16 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 71
R-17 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-18 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99
Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28
R-19 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 98
Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27
R-20 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 90
Unfavorabel 0 1 3 3 0 2 9 12 23
R-21 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99
Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28
R-22 Favorabel 0 4 13 1 0 12 26 1 39 53
Unfavorabel 1 5 1 0 1 10 3 0 14
R-23 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-24 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86
73
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-25 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 88 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-26 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-27 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 89
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-28 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-29 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 87
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-30 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89
Unfavorabel 0 2 1 4 0 4 3 16 23
R-31 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-32 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 91
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-33 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-34 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 88
Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22
R-35 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-36 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85
Unfavorabel 0 2 3 2 0 4 9 8 21
R-37 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-38 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84 Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22
R-39 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 89 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-40 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
Jumlah Favorabel 388 307 21 4 1552 921 42 4 2519 3461
Unfavorabel 4 18 130 128 4 36 390 512 942
Tabel 14
Nilai Angket Skala Percaya Diri
Resp Aitem Soal
Opsi Jawaban Skor Jawaban
Jumlah Jumlah
Total SS S TS STS 4 3 2 1
1 2 3 4
R-1 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-2 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-3 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-4 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79
Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22
R-5 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-6 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79
Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22
R-7 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 77 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
74
R-8 Favorabel 6 9 3 0 24 27 6 0 57 77
Unfavorabel 0 1 4 2 0 0 12 8 20
R-9 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-10 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 75
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-11 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-12 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 83
Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19
R-13 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-14 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-15 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 80
Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19
R-16 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 80 Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-17 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 91
Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27
R-18 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 92
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-19 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 87
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-20 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-21 Favorabel 0 9 7 2 0 27 14 2 43 63
Unfavorabel 0 2 4 1 0 4 12 4 20
R-22 Favorabel 0 10 8 0 0 30 16 0 46 67
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-23 Favorabel 0 15 3 0 0 45 6 0 51 72
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-24 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-25 Favorabel 3 14 1 0 12 42 2 0 56 78
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-26 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-27 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-28 Favorabel 1 14 3 0 4 42 6 0 52 74
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-29 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76 Unfavorabel 1 1 2 3 1 2 6 12 21
R-30 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-31 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-32 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-33 Favorabel 7 10 1 0 28 30 2 0 60 85
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-34 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-35 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 86
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-36 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-37 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81
75
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-38 Favorabel 2 15 1 0 8 45 2 0 55 78 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-39 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-40 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
Jumlah Favorabel 217 438 61 4 868 1314 122 4 2308 3203
Unfavorabel 4 10 189 76 4 20 567 304 895
5.2. Pengujian Hipotesis
5.2.1. Analisis Pendahuluan
Dalam análisis ini, langkah-langkah yang daitempuh adalah dengan
memasukkan data-data hasil angket yang diperoleh ke dalam tabel kerja
yang melibatkan data-data tersebut.
Tabel 15
Tabel Kerja Koefisien Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam dan Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana
Resp. X Y XY X2 Y2
R-1 83 82 6806 6889 6724
R-2 82 85 6970 6724 7225
R-3 82 88 7216 6724 7744
R-4 91 79 7189 8281 6241
R-5 81 75 6075 6561 5625
R-6 76 79 6004 5776 6241
R-7 88 77 6776 7744 5929
R-8 85 77 6545 7225 5929
R-9 75 76 5700 5625 5776
R-10 94 75 7050 8836 5625
R-11 81 75 6075 6561 5625
R-12 88 83 7304 7744 6889
R-13 91 81 7371 8281 6561
R-14 88 83 7304 7744 6889
R-15 91 80 7280 8281 6400
R-16 95 80 7600 9025 6400
R-17 95 91 8645 9025 8281
R-18 99 92 9108 9801 8464
R-19 98 87 8526 9604 7569
76
R-20 90 88 7920 8100 7744
R-21 99 63 6237 9801 3969
R-22 53 67 3551 2809 4489
R-23 85 72 6120 7225 5184
R-24 86 76 6536 7396 5776
R-25 88 78 6864 7744 6084
R-26 84 76 6384 7056 5776
R-27 89 81 7209 7921 6561
R-28 86 74 6364 7396 5476
R-29 87 76 6612 7569 5776
R-30 89 81 7209 7921 6561
R-31 89 83 7387 7921 6889
R-32 91 81 7371 8281 6561
R-33 81 85 6885 6561 7225
R-34 88 85 7480 7744 7225
R-35 84 86 7224 7056 7396
R-36 85 84 7140 7225 7056
R-37 83 81 6723 6889 6561
R-38 84 78 6552 7056 6084
R-39 89 81 7209 7921 6561
R-40 88 82 7216 7744 6724
Jumlah 3461 3203 277737 301787 257815
Dari perhitungan di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan
digarisbawahi, yaitu sebagai berikut:
N = 40
ΣX = 3461
ΣY = 3203
ΣX2 = 301787
ΣY2 = 257815
ΣXY = 277737
Untuk menentukan standar kualifikasi, maka terlebih dahulu dicari
range atau jarak pengukuran dengan rumus:
77
R = H – L
R = range
H = angka tertinggi
L = angka terendah
Maka range untuk variabel intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam adalah:
R = H – L
R = 99 – 53
= 46
Setelah itu untuk mencari nilai interval terlebih dahulu dicari kelas
interval dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log N
Keterangan:
K = kelas interval
N = jumlah responden
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 5,286 = 6,286 = 6
Setelah diketahui kelas interval, kemudian dicari nilai interval
dengan rumus:
I = Range Kelas
= 46 =7,66 6
78
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah interval 7,66
dibulatkan menjadi 8. Dan jumlah intervalnya adalah 8.
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel intensitas mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri digunaka rumus:
𝑀 =𝛴𝑋
𝑁
= 3461 40
= 86,525
Kemudian hasil ini dicocokkan dengan tabel kualitas variabel
intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebagai berikut:
Tabel 16
Nilai Interval Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualitas Kriteria
1. 89-92 15 37,5% Sangat baik
Baik
2. 80-88 22 55% Baik
3. 71-79 2 5% Cukup
4. 62-70 0 0% Kurang
5. 53-61 1 2,5% Sangat kurang
Total N = 40 ΣP = 100%
Jadi, intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam di
Lembaga Pemasyarakatan “baik” yaitu pada interval 80-88.
Selanjutnya menentukan range untuk variabel percaya diri.
R = H – L
= 92 – 63
= 29
79
Setelah itu dibagi 6 untuk menentukan jumlah intervalnya diperoleh
4,83 kemudian dibulatkan menjadi 5. Maka jumlah interval percaya diri
adalah 5.
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel percaya diri:
𝑀 =𝛴𝑌
𝑁
= 3203 40
= 80,075
Tabel 17
Nilai Interval Percaya Diri Narapidana
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi Kriteria
1. 87-92 5 12,5% Sangat baik
Baik
2. 81-86 16 40% Baik
3. 75-80 14 35% Cukup
4. 69-74 3 7,5% Kurang
5. 63-68 2 5% Sangat kurang
Total N = 40 ΣP = 100%
Jadi, tingkat rasa percaya diri di Lembaga Pemasyarakatan “baik”
yaitu pada interval 81–86.
5.2.2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis digunakan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun uji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa
percaya diri narapidana wanita.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis regresi
dengan satu prediktor. Dengan langkah- langkah sebagai berikut:
80
a. Mencari korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dengan
menggunakan teknik korelasi moment tangkar dari pearson, dengan
rumus sebagai berikut
∑ xy
r xy =
Namun sebelum mencari rxy harus mencari ∑xy, ∑x², ∑y²
dengan rumus sebagai berikut :
∑ x² = ∑ X² - (∑ X )²
N
= 301787 – (3461)² 40
= 301787 – 299463,25
= 2323,75
∑ y² = ∑ Y² - (∑ Y)²
N
= 257815 – (3203)²
40
= 257815 – 256480,22
= 1334,78
∑ x y = ∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y )
N
= 277737 – (3461) (3203) 40
= 277737 – 277139,6 = 597,4
81
Sehingga,
∑ x y
r xy =
597,4_____
= √(2323,75).( 1334,7
597,4
=
(48,24).( 36,53)
597,4 = 17662,20
= 0,339
r2 = (0,339) = 0,114921 = 0,115
Setelah diadakan uji korelasi dengan rumus korelasi
moment tangkar dari Pearson, maka dapat diketahui bahwa rxy
(hitung) adalah 0,339, kemudian dikonsultasikan dengan harga rt
(tabel) pada taraf signifikansi 1% dan 5%. Jika rxy > rt baik pada
taraf signifikansi 5% dan 1%, maka signifikan dan hipotesis
diterima. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat diketahui dalam
tabel berikut:
Tabel 18
Taraf Signifikansi Hasil Koefisien Korelasi (rxy)
N rxy rt
Kesimpulan 5% 1%
40 0,339 0,312 0,409 Signifikan
82
Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien korelasi
(rxy) sebagaimana di atas. Maka hasil yang diperoleh
dikonsultasikan dengan rt (rtabel) diketahui bahwa rxy hitung > rt . dari
sini dapat disimpulkan bahwa rxy adalah signifikansi 5%. Sehingga
hipotesis yang diajukan diterima. Untuk mengetahui perhitungan
rxy dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 19
Perhitungan Hasil Hipotesis
Uji Hipotesis
Hitung Tabel
Kesimpulan Hipotesis 5% 1%
0,339 0,312 0,409 Signifikan Diterima
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya
pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana
wanita di LP wanita Kelas II A Bulu, Semarang signifikan dan
“diterima” pada taraf kepercayaan 5%.
b. Mencari persamaan regresi dengan rumus sebagai berikut:
Y = aX + K
Keterangan:
Y = Perkiraan harga Y
aX = Perkiraan a dalam linier Y dan X
K = Perkiraan b dalam linier pada X
Untuk mengetahui Y terlebih dahulu dicari harga X dan K
dengan menggunakan rumus:
83
𝑎 =𝑁𝛴𝑋𝑌 −𝛴𝑋. 𝛴𝑌
𝑁 𝑋2 − 𝛴𝑋 2
=40.277737 − 3461.3201
40.301787 − 3461 2
=23897
92959
= 0,25707032 dibulatkan menjadi 0,26
Jadi harga a adalah 0,26
Setelah diketahui harga a, barulah dapat menghitung K, yaitu
dengan rumus:
K = Y – aX
Keterangan:
Y = Mean dari variabel Y
X = Mean dari variabel X
Jadi, K = Y – aX
= 80,075 – 0,26.86,525
= 80,075 – 22,496
= 57,6
Kemudian harga aX dan K didistribusikan ke dalam:
Y = aX + K
= 0,26X + 57,6
c. Mencari varians regresi atau uji F dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
84
Tabel 20
Ringkasan Rumus Uji F
Sumber
Variasi Db JK RK Freg
Regresi 1 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴 −
𝛴𝑌 2
𝑁
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠
Residu (N– 2) ΣY2 – aΣXY – K.ΣY 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠
Total (T) (N - 1) 𝛴𝑌2 −
𝛴𝑌 2
𝑁
-
Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan ke dalam data
yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis
regresinya.
Y = aX + K = 0,26X + 57,6
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus:
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 = 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴𝑌 − 𝛴𝑌 2
𝑁
= 0,26.277737 + 58,44.3203 − 3203 2
40
= 72211,62 + 187183,3313 −10259209
40
= 259406,9513 − 256480,225
= 2926,73
JKres = ΣY2 – aΣXY – K.ΣY
= 257815 – 0,25.277737 – 58,44.3203
= 1325,55
85
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠
=2926,73
1= 2926,73
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠
=1325,55
38= 34,88
𝐹𝑟𝑒𝑔 =𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒 𝑠
=2926,73
34,88= 83,91
Total = ΣY2 − ΣY 2
N
= 257815 − 3203 2
40
= 257815−10259209
40
= 287515 − 256480,22
= 31034,78
Tabel 21
Ringkasan Hasil Akhir Analisis Regresi
Sumber
Variasi Db JK RK Freg
Regresi (reg) 1 2926,73 2926,73
83,91 Residu (res) 38 1325,55 34,88
Total 39 31034,78
86
5.2.3. Analisis Uji Hipotesis Lanjut
Langkah selanjutnya dalam analisis pada penelitian ini adalah
menguji nilai hasil uji hipotesis (Freg) dengan nilai yang terdapat pada tabel
(Ftabel) baik pada taraf signifikansi 5% ataupun taraf signifikansi 1%. Jika
freg lebih besar dari ftabel berarti signifikan, dan jika lebih kecil dari Ftabel
berarti tidak signifikan
Setelah diadakan analisis uji hipotesis, dapat diketahui bahwa Freg =
83,91, kemudian dikonsultasikan dengan harga Ft pada taraf signifikan 1%
dan 5%. Jika Freg lebih besar dari Ft baik pada taraf signifikansi 5% dan
1%, maka signifikan dan hipotesis diterima.
Untuk mengetahui lebih lanjut, maka dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 22
Taraf Signifikan Hasil Koefisien Freg
N Freg Ft
Kesimpulan Hipotesis 5% 1%
40 83,91 4,10 7,35 Signifikan Diterima
Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien Freg sebagaimana di
atas, maka hasil yang diperoleh dengan Ft (tabel) diketahui bahwa Freg >
Ft. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Freg adalah signifikan pada taraf
5% dan 1%, sehingga hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa
percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Bulu, Semarang)
diterima.
87
Karena dalam analisis ini hasil yang diperoleh rxy 0,339 (lihat di tabel
uji korelasi). Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi
tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu,
Semarang dengan nilai intensitasnya sebesar 3,39%.
Keterangan di atas ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi
sebesar 3,39% yang didapat melalui rumus sebagai berikut:
R = r2 x 100%
= (0,339)2 x 100%
= 0,115x 100%
= 0,115%
Kemudian nilai tingkat rasa percaya diri narapidana dipengaruhi oleh
faktor lain sebesar 96,61%.
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat diketahui bahwa ada
pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam
terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II
A Bulu Semarang dengan nilai intesitasnya sebesar 3,39%. Dari hasil rata-
rata (mean) tentang intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam sebesar 86,5. Setelah hasil ini dicocokkan pada tabel distribusi
frekuensi (distribusi prosentase) intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam maka rata-rata 86,5 terletak pada interval nilai 80-88
88
yang berarti rata-rata kualifikasi intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam adalah “baik”.
Sedangkan hasil rata-rata (mean) tentang percaya diri narapidana
wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu Semarang sebesar 80,1 terletak pada
interval 81 - 86 yang berarti rata-rata kualifikasi percaya dirinya adalah
“baik”. Pada narapidana yang intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islamnya kurang maka kurang pula tingkat rasa percaya dirinya
(lihat tabel interval nilai variabel, tabel 16 dan 17).
Narapidana yang dalam hatinya belum ikhlas mengikuti pembinaan,
biasanya acuh dalam kegiatan, kurang tanggap, dan kurang berinteraksi
dengan sesama narapidana. Mereka masih belum bisa menerima kenyataan
hidup yang mereka alami, dan tertutup dengan orang lain (wawancara bpk.
Rizak, Pembina dari Kemenag Kota Semarang, 24 November 2011). Hal
itu menunjukkan bahwa, semakin tinggi intensitas mengikuti pembinaan
mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi pula tingkat rasa
percaya diri narapidana.
Pembinaan mental keagamaan Islam merupakan bentuk pemberian
motivasi dan sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan ibadah
narapidana. Dalam pembinaan tersebut narapidana diarahkan bagaimana
seorang Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah melakukan dosa,
menutup dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah,
melatih diri yang mandiri, dan lain- lain (Depag RI., 2008: 53).
89
Mengenai masalah kesehatan mental, banyak dari narapidana yang
mengalami tekanan mental atau bahkan gangguan mental akibat hukuman
yang harus dijalani. Melalui pembinaan mental keagamaan Islam tersebut
narapidana didorong untuk memperbaiki diri menuju masa depan yang
lebih baik. Memberikan arti positif bagi hidup dan kehidupan, berani
menghadapi kenyataan, dan tantangan hidup, sehingga ketika kembali ke
tengah masyarakat,mereka tidak ragu. Bisa lebih percaya diri dan tidak
menganggap dirinya sebagai pembuat kerusuhan (wawancara, Bp. Rizak,
21 November 2011).
Individu yang sadar akan pentingnya agama, secara sadar pula ia
akan melaksanakan tuntunan-tuntunan yang ada didalamnya. Agama bisa
mendorong manusia untuk berbuat positif membentuk karakter diri yang
sesuai dengan tuntunannya. Dengan kesadaran itu pula seorang individu
mampu mengembangkan fitrah yang ada pada dirinya, menjadi makhluk
yang baik dan mulia. Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-
Nya antara lain:
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (QS. Al-Isra’: 70)
90
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin: 4)
Ayat di atas menjelaskan bahwa, manusia merupakan makhluk yang
paling sempurna di antara makhluk ciptaan Allah yang lain. Namun sebaga i
makhluk yang baik dan mulia, tidak berarti bahwa manusia adalah makhluk
yang bersih dari perbuatan dosa. Dalam hal ini dapat diperhatikan firman
Allah QS. Al-ahzab: 72.
Artinya: Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.
Namun ketika manusia lalai dan melakukan dosa, hendaknya ia
segera bertaubat dan memohon ampun dengan sungguh-sungguh. Allah
berfirman QS. An-Nasr: 3.
Artinya: Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima
taubat.
Dari uraian ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, meskipun
manusia diciptakan dengan kesempurnaannya, sebagai makhluk yang baik
dan mulia, tidak berarti manusia bersih dari dosa. Untuk itu ketika manusia
melakukan dosa, hendaknya segera bertaubat dan memohon ampun, karena
sesungguhnya Allah maha penerima taubat.
91
Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan agama menjadi salah
satu faktor pendukung seseorang untuk menjadi diri yang positif, penuh
semangat, positif tinking dengan segala keputusan Allah, menghadapi
kenyataan dengan lapang, tidak senantiasa merendahkan dirinya dan selalu
optimis dengan kehidupannya. Untuk itu pembinaan mental keagamaan
Islam di kalangan narapida menjadi begitu sangat berpengaruh terhadap
rasa percaya diri narapidana.
Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa pembinaan keagamaan
Islam merupakan salah satu alternatif metode dakwah yang efektif dengan
memasukkan teori bimbingan konseling Islam didalamnya. Tujuan, dan
metode serta fungsi bimbingan konseling Islam secara tidak langsung ada
di dalam kegiatan tersebut. Dilihat dari salah satu tujuan pembinaan mental
keagamaan Islam, yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi,
fitrah kemanusiaan, dan keberagamaan. Hal itu sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Faqih (2001: 36), bahwa secara garis besar, tujuan
bimbingan konseling Islam adalah untuk menbantu individu mewujudkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. “Mewujudkan diri sebagai makluk seutuhnya” berarti
mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi
manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya, dan pelaksanaan
fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius),
makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.
92
Dengan mengenal diri sendiri manusia akan dapat bertindak sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, para insan dakwah dituntut agar
dapat menyesuaikan situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Maka tepatlah
kiranya, apabila dakwah dilakukan di lingkungan narapidana, karena
mereka pada dasarnya membutuhkan seseorang untuk memberikan
motivasi dan mengarahkan mereka ke jalan yang lurus, menuju
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan begitu keberadaan dakwah tetap
menjadi pilihan untuk memperbaiki hidupnya, sekaligus memiliki kekuatan
untuk menyelesaikan problematika yang dihadapi para narapidana.
Sebagaimana dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa narapidana
merupakan anggota masyarakat yang untuk sementara diasingkan
berdasarkan keputusan hakim. Dengan tujuan di satu pihak untuk
melindungi masyarakat dari kejahatan, dan di lain pihak untuk mendidik
narapidana yang bersangkutan agar dapat kembali menjadi warga
masyarakat yang baik.
Dalam agama Islam terdapat satu ketentuan hukum Islam yang
disebut hudud, yaitu hukuman-hukuman tertentu yang dikenakan kepada
orang-orang yang melanggar larangan-larangan agama tertentu seperti:
berzina, membunuh, mencuri, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian
dan tujuan, serta ketentuan hukum Islam tentang hudud tersebut maka
status narapidana dalam pandangan Islam adalah positif. Karena di antara
prinsip-prinsip tujuan agama Islam adalah untuk mendidik dan melindungi
93
pribadi (individu), dan masyarakat agar senantiasa berada dalam
keselamatan, kedamaian, kemajuan, dan kesejahteraan lahir batin.
Jalaluddin (2007: 278) menjelaskan bahwa agama dalam kehidupan
individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-norma
tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan
bersikap dan bertingkah laku seseorang. Untuk itu penanaman nilai agama
menjadi hal yang sangat penting bagi siapa pun itu. Termasuk bagi mereka
yang terasingkan dari dunia luar, yaitu para narapidana. Dengan demikian
jelas bahwa dakwah memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, dan
haruslah menyentuh seluk beluk kehidupan manusia.
Fleksibilitas dan elastisitas materi dan metode dalam berdakwah,
pada prinsipnya akan melahirkan berbagai alternatif baru dalam berdakwah.
Dalam bentuk praktis metodologis Bimbingan dan Konseling Islam
merupakan metode dakwah alternatif yang menggabungkan teori- teori
bimbingan dan konseling dengan teori psikologi. Sehingga tercipta sebuah
pesan-pesan Islam ke dalam kehidupan manusia sesuai dengan perubahan
zaman.
Menurut pemahaman penulis, pembina yang dalam hal ini konselor
haruslah mampu menginterpretasikan apa yang diungkapkan klien,
sehingga mampu berempati terhadap apa yang dirasakan, dan dilakukan,
serta memberikan alternatif pemecahan yang tepat pada klien, tetapi
keputusan akhir (penyelesaian dari masalah) yang dihadapi klien
sepenuhnya tetap berada di tangan klien. Pemberian bantuan tidak hanya
94
berorientasi pada penyelesaian masalah, melainkan dapat membentengi diri
dari timbulnya permasalahan secara mandiri. Selanjutnya, untuk membantu
memberikan pembinaan kepada narapidana diperlukan konselor yang
mempunyai kharisma, dan memahami kondisi psikis dari narapidana.
Dengan optimalisasi metode pembinaan mental keagamaan Islam
dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan narapidana, maka
penulis akan mencoba melihat bagaimana hubungan antara optimalisasi
metode pembinaan mental keagamaan Islam dengan permasalahan yang
dihadapi oleh narapidana, yang dalam hal ini berkaitan dengan bimbingan
dan konseling Islam.
Menurut Faqih ada dua metode langsung dalam Bimbingan dan
Konseling Islam, yaitu metode individual dan kelompok. Dalam pembinaan
mental keagamaan Islam yang diterapkan di LP Wanita Kelas II A Bulu,
Semarang meliputi, metode personal approach, dengan cara konsultasi dan
juga teknik wawancara, sedangkan metode kelompok dilakukan dengan
cara ceramah, diskusi dan training motivation.
Metode personal approach, yaitu suatu metode yang pelaksanaannya
secara langsung dilakukan secara pribadi yang bersangkutan, seperti
dengan memberi penjelasan maupun dengan membantu memecahkan
masalah yang dihadapi narapidana. Sedangkan metode kelompok pembina
melakukan komunikasi langsung dengan narapidana dalam suatu
kelompok, dalam waktu yang sama.
95
Dalam metode personal approach, pembina melakukan dialog
langsung kepada narapidana secara pribadi atau individu. Pembina
memberikan penjelasan-penjelasan, membantu dalam pemecahan masalah
yang dihadapi narapidana dalam segi penghayatan agama. Hal yang
disampaikan dalam metode ini biasanya mengenai persepsi keagamaan.
Dalam persepsi keagamaan ini pembina menyampaikan bagaimana seorang
Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah menjalankan dosa, menutup
dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah, melatih
diri yang mandiri, dan lain- lain.
Dalam metode kelompok, yang berupa dialog, ceramah, diskusi, dan
training motivation, pembina memberikan materi dan pengarahan dalam
satu waktu secara bersama-sama. Dalam proses pembinaan tersebut
Pembina memberikan asumsi-asumsi mental yang bersifat membangun dan
relevan. Mereka yang tadinya putus asa, diharapkan bisa menjadi semangat,
ikhlas dalam menjalani hidup dan percaya akan kemampuan dirinya lagi.
(wawancara Ibu Elvi, 16 November 2011).
Dari beberapa metode di atas, metode yang dirasa lebih efektif untuk
melakukan pendekatan dan mampu menyingkap permasalahan yang paling
mendasar narapidana adalah metode personal approach. Sedangkan metode
kelompok meskipun lebih efisien, tetapi kurang begitu efektif dalam
penanganan permasalahan narapidana, karena banyak dari narapidana yang
mau mengungkapkan permasalahannya di depan narapidana yang lain
(wawancara Ibu Farida, 20 November 2011).
96
Dalam metode personal approach secara pribadi narapidana
berhadapan langsung dengan pembina, tatap muka face to face. Proses
konsultasi hanya dua orang saja, pembina dan narapidana, sehingga
narapidana lebih tenang mengeluarkan permasalahan-permasalahannya,
tanpa diketahui atau didengar oleh narapidana yang lain. Sedangkan pada
metode kelompok pembinaan dilakukan secara bersama. Dengan demikian
teknik personal approach harus lebih dimaksimalkan dalam pelaksanaan
pembinaan mental keagamaan Islam.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa fungsi
bimbingan dan konseling Islam yaitu fungsi prefentif, kuratif, preservatif
dan developmental atau educatif (Faqih, 2001: 37) sudah masuk dalam
kegiatan pembinaan mental keagamaan Islam tersebut. Fungsi prefentif
(pencegahan) fungsi ini membantu individu agar bisa berupaya aktif untuk
melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan
karena kurangnya perhatian. Dalam hal ini pembina secara continue
memberikan pengarahan-pengarahan langsung kepada narapidana, tentunya
dengan memberikan materi yang sudah disesuaikan kondisi psikologis
mereka.
Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Dalam hal ini pembina
melakukan pendekatan emosional kepada narapidana, sehingga secara suka
rela biasanya narapidana mau menceritakan masalah-masalah mereka
97
kepada pembina, pada tahap ini seorang pembina membantu narapidana
dalam penyelesaian masalahnya.
Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi
dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan), dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good). Fungsi
developmental atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara
dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik
atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya. Jadi upaya seorang pembina tidak hanya
memberikan pembinaan dalam satu waktu saja, namun pembina juga
melakukan upaya secara terus menerus. Hal itu untuk menjaga agar kondisi
tetap baik dan bisa menjadi lebih baik.
Akhirnya dari uraian di atas dapat dicermati bahwa, dari hasil
penelitian tersebut tidak hanya menunjukkan pengaruh intensitas mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri
narapidana, namun juga diketahui bahwa dalam kegiatan tersebut ada unsur
bimbingan dan konseling Islam. Diketahui pula bahwa dalam kegiatan
pembinaan keagamaan Islam perlu adanya optimalisasi metode personal
approach, pendekatan emosional dari seorang pembina dan kegiatan yang
perlu dilakukan secara terus menerus. Sehingga, semakin tinggi tingkat
intensitas pembinaan mental keagamaan Islam, semakin tinggi pula tingkat
rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu
Semarang.
68
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data Penelitian
Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu
dilakukan uji coba, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas soal tersebut.
Setelah diketahui keadaan sebenarnya dari soal tersebut, maka akan
diketahui mana soal yang baik dan mana soal yang sebaiknya dibuang atau
diperbaiki. Dengan pengawasan dan ketertiban yang sangat ketat di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Semarang, maka dari hasil uji
coba 40 angket yang disebar semua bisa kembali.
Langkah- langkah yang dipakai baik tidaknya soal tersebut adalah
dengan cara mengetahui validitas butir dan reliabilitas instrumen. Dari hasil
uji validitas didapatkan hanya 50 aitem yang valid dari dua variabel, yaitu
25 aitem dari variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, dan 25 aitem dari variabel percaya diri.
Kemudian dilakukan uji coba angket lagi kepada 40 responden
dengan mempergunakan teknik uji coba terpakai atau one shot teknik,
artinya hasil uji cobanya langsung dipergunakan untuk menguji hipótesis
penelitian. Teknik uji coba terpakai atau one shot teknik ini dilakukan
karena pertimbangan penghematan dan efisiensi waktu (Suryabrata, 2004:
100).
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan mempergunakan
formulasi korelasi product moment, dari pearson dan penghitungannya
69
dengan menggunakan SPSS versi 12.00. Pengujian menghasilkan koefisien
validitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang
berkisar antara -0,60 sampai dengan 0,72. Uji validitas percaya diri
menghasilkan koefisien yang berkisar antara -0,50 sampai dengan 0,67.
Koefisien validitas yang kurang dari 0,312 dinyatakan gugur (Sugiono,
2007: 373). Dengan demikian dari jumlah aitem 62 setelah diseleksi, maka
tinggal 50 aitem yang dinyatakan valid.
Kemudian pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
teknik Alpha dari Croanboach, dan penghitungannya menggunakan bantuan
SPSS. Pengujian reabilitas dilakukan pada semua aitem yang valid yaitu
sejumlah 25 aitem. Hasil pengujian dengan SPSS menghasilkan koefisien
reliabilitas intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebesar
0,893, dan koefisien reliabilitas percaya diri sebesar 0,74 yang berarti
keduanya reliabel.
Dari uji validitas dan reliabilitas instrument diketahui bahwa dari 30
soal variabel intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam yang
valid dan reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15,
16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30. Sedangkan yang tidak
valid berjumlah 5 soal, yaitu: 3, 4, 14, 17, dan 25
Sementara itu, dari 32 aitem soal variabel percaya diri yang valid dan
reliabel berjumlah 25 soal, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 30, 31, dan 32. Sedangkan yang tidak valid
berjumlah 7 soal, yaitu: 8, 9, 14, 23, 24, 28, dan 29.
70
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman hasil uji
validitas dan reliabilitas instrument intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam dan percaya diri dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 10
Ringkasan Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrument Hasil Uji Coba Validitas
dan Reliabilitas Jumlah
Intensitas Mengikuti
Pembinaan Mental
Keagamaan Islam
Valid
1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,
15, 16, 18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 26, 27, 28, 29, 30
25
Unvalid 3, 4, 14, 17, 25 5
Jumlah 30
Percaya Diri
Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12,
13, 15, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 22, 25, 26, 27, 30, 31,
32
25
Unvalid 8, 9, 14, 23, 24, 28, 29 7
Jumlah 32
Dari 25 aitem intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, dan 25 aitem percaya diri yang valid dan reliabel, masing-masing
aitem tersebut kemudian diurutkan kembali, setelah aitem yang gugur
dibuang. Lebih jelasnya, sebaran aitem skala sesudah uji coba yang telah
diurutkan kembali dapat dilihat pada tabel.
71
Tabel 11
Sebaran Aitem Skala Intensitas Mengikuti
Pembinaan Mental Keagamaan Islam
No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Frekuensi 1, 22 13, 16 4
2. Motivasi 2, 10, 14, 15 9, 19 5
3. Efek 5, 8, 11, 12 - 5
4. Perhatian 3, 4, 6, 23 18, 25 6
5. Spirit of change 7, 17, 21, 24 20 5
Jumlah 18 7 25
Tabel 12
Sebaran Aitem Skala Percaya Diri
No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Yakin akan
kemampuan diri
1, 10, 18, 19 2, 21 7
2. Optimis 3, 4, 11, 24 - 4
3. Tanggung jawab 6, 8, 12, 15, 23 5, 13, 17 7
4. Rasional dan Relistis 7, 9, 16, 22, 25 14, 20 7
Jumlah 18 7 25
Kemudian nilai angket skala yang dihasilkan dari 40 responden dapat
disajikan dalam tabel berikut:
72
Tabel 13
Nilai Angket Skala Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam
Resp Aitem Soal
Opsi Jawaban Skor Jawaban
Jumlah Jumlah Total SS S TS STS
4 3 2 1
1 2 3 4
R-1 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-2 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 82
Unfavorabel 1 0 5 1 1 0 15 4 20
R-3 Favorabel 7 8 1 2 28 24 2 2 56 82
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-4 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 91
Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28
R-5 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-6 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-7 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88
Unfavorabel 0 1 1 5 0 2 3 20 25
R-8 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85
Unfavorabel 1 0 5 1 0 2 15 4 21
R-9 Favorabel 1 16 1 0 4 48 2 0 54 75
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-10 Favorabel 14 4 0 0 56 12 0 0 68 94
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-11 Favorabel 4 13 1 0 16 39 2 0 57 81
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-12 Favorabel 12 5 0 1 48 15 0 1 64 88 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-13 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 91 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-14 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 88 Unfavorabel 1 0 4 2 1 0 12 8 21
R-15 Favorabel 14 3 1 0 56 9 2 0 67 91
Unfavorabel 1 0 1 5 1 0 3 20 24
R-16 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 71
R-17 Favorabel 15 3 0 0 60 9 0 0 69 95
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-18 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99
Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28
R-19 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 98
Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27
R-20 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 90
Unfavorabel 0 1 3 3 0 2 9 12 23
R-21 Favorabel 17 1 0 0 68 3 0 0 71 99
Unfavorabel 0 0 0 7 0 0 0 28 28
R-22 Favorabel 0 4 13 1 0 12 26 1 39 53
Unfavorabel 1 5 1 0 1 10 3 0 14
R-23 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-24 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86
73
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-25 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 88 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-26 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-27 Favorabel 9 9 0 0 36 27 0 0 63 89
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-28 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 86
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-29 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 87
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-30 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89
Unfavorabel 0 2 1 4 0 4 3 16 23
R-31 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 89
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-32 Favorabel 11 7 0 0 44 21 0 0 65 91
Unfavorabel 0 0 2 5 0 0 6 20 26
R-33 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-34 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 88
Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22
R-35 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-36 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85
Unfavorabel 0 2 3 2 0 4 9 8 21
R-37 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 83
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-38 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84 Unfavorabel 0 2 2 3 0 4 6 12 22
R-39 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 89 Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-40 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
Jumlah Favorabel 388 307 21 4 1552 921 42 4 2519 3461
Unfavorabel 4 18 130 128 4 36 390 512 942
Tabel 14
Nilai Angket Skala Percaya Diri
Resp Aitem Soal
Opsi Jawaban Skor Jawaban
Jumlah Jumlah
Total SS S TS STS 4 3 2 1
1 2 3 4
R-1 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-2 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 85
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-3 Favorabel 10 7 1 0 40 21 2 0 63 88
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-4 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79
Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22
R-5 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-6 Favorabel 8 5 5 0 32 15 10 0 57 79
Unfavorabel 1 1 1 4 1 2 3 16 22
R-7 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 77 Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
74
R-8 Favorabel 6 9 3 0 24 27 6 0 57 77
Unfavorabel 0 1 4 2 0 0 12 8 20
R-9 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-10 Favorabel 2 13 3 0 8 39 6 0 53 75
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-11 Favorabel 4 11 2 1 16 33 4 1 54 75
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-12 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 83
Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19
R-13 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-14 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-15 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 80
Unfavorabel 0 1 5 1 0 0 15 4 19
R-16 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 80 Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-17 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 91
Unfavorabel 0 0 1 6 0 0 3 24 27
R-18 Favorabel 13 5 0 0 52 15 0 0 67 92
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-19 Favorabel 12 6 0 0 48 18 0 0 66 87
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-20 Favorabel 10 8 0 0 40 24 0 0 64 88
Unfavorabel 0 0 4 3 0 0 12 12 24
R-21 Favorabel 0 9 7 2 0 27 14 2 43 63
Unfavorabel 0 2 4 1 0 4 12 4 20
R-22 Favorabel 0 10 8 0 0 30 16 0 46 67
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-23 Favorabel 0 15 3 0 0 45 6 0 51 72
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-24 Favorabel 0 18 0 0 0 54 0 0 54 76
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-25 Favorabel 3 14 1 0 12 42 2 0 56 78
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-26 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76
Unfavorabel 0 0 7 0 0 0 21 0 21
R-27 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-28 Favorabel 1 14 3 0 4 42 6 0 52 74
Unfavorabel 0 1 4 2 0 2 12 8 22
R-29 Favorabel 3 13 2 0 12 39 4 0 55 76 Unfavorabel 1 1 2 3 1 2 6 12 21
R-30 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-31 Favorabel 9 6 3 0 36 18 6 0 60 83
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-32 Favorabel 4 14 0 0 16 42 0 0 58 81
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-33 Favorabel 7 10 1 0 28 30 2 0 60 85
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-34 Favorabel 6 12 0 0 24 36 0 0 60 85
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-35 Favorabel 7 11 0 0 28 33 0 0 61 86
Unfavorabel 0 0 3 4 0 0 9 16 25
R-36 Favorabel 8 10 0 0 32 30 0 0 62 84
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-37 Favorabel 5 12 1 0 20 36 2 0 58 81
75
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-38 Favorabel 2 15 1 0 8 45 2 0 55 78 Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
R-39 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 81
Unfavorabel 0 0 6 1 0 0 18 4 22
R-40 Favorabel 5 13 0 0 20 39 0 0 59 82
Unfavorabel 0 0 5 2 0 0 15 8 23
Jumlah Favorabel 217 438 61 4 868 1314 122 4 2308 3203
Unfavorabel 4 10 189 76 4 20 567 304 895
5.2. Pengujian Hipotesis
5.2.1. Analisis Pendahuluan
Dalam análisis ini, langkah-langkah yang daitempuh adalah dengan
memasukkan data-data hasil angket yang diperoleh ke dalam tabel kerja
yang melibatkan data-data tersebut.
Tabel 15
Tabel Kerja Koefisien Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam dan Tingkat Rasa Percaya Diri Narapidana
Resp. X Y XY X2 Y2
R-1 83 82 6806 6889 6724
R-2 82 85 6970 6724 7225
R-3 82 88 7216 6724 7744
R-4 91 79 7189 8281 6241
R-5 81 75 6075 6561 5625
R-6 76 79 6004 5776 6241
R-7 88 77 6776 7744 5929
R-8 85 77 6545 7225 5929
R-9 75 76 5700 5625 5776
R-10 94 75 7050 8836 5625
R-11 81 75 6075 6561 5625
R-12 88 83 7304 7744 6889
R-13 91 81 7371 8281 6561
R-14 88 83 7304 7744 6889
R-15 91 80 7280 8281 6400
R-16 95 80 7600 9025 6400
R-17 95 91 8645 9025 8281
R-18 99 92 9108 9801 8464
R-19 98 87 8526 9604 7569
76
R-20 90 88 7920 8100 7744
R-21 99 63 6237 9801 3969
R-22 53 67 3551 2809 4489
R-23 85 72 6120 7225 5184
R-24 86 76 6536 7396 5776
R-25 88 78 6864 7744 6084
R-26 84 76 6384 7056 5776
R-27 89 81 7209 7921 6561
R-28 86 74 6364 7396 5476
R-29 87 76 6612 7569 5776
R-30 89 81 7209 7921 6561
R-31 89 83 7387 7921 6889
R-32 91 81 7371 8281 6561
R-33 81 85 6885 6561 7225
R-34 88 85 7480 7744 7225
R-35 84 86 7224 7056 7396
R-36 85 84 7140 7225 7056
R-37 83 81 6723 6889 6561
R-38 84 78 6552 7056 6084
R-39 89 81 7209 7921 6561
R-40 88 82 7216 7744 6724
Jumlah 3461 3203 277737 301787 257815
Dari perhitungan di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan
digarisbawahi, yaitu sebagai berikut:
N = 40
ΣX = 3461
ΣY = 3203
ΣX2 = 301787
ΣY2 = 257815
ΣXY = 277737
Untuk menentukan standar kualifikasi, maka terlebih dahulu dicari
range atau jarak pengukuran dengan rumus:
77
R = H – L
R = range
H = angka tertinggi
L = angka terendah
Maka range untuk variabel intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam adalah:
R = H – L
R = 99 – 53
= 46
Setelah itu untuk mencari nilai interval terlebih dahulu dicari kelas
interval dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log N
Keterangan:
K = kelas interval
N = jumlah responden
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 5,286 = 6,286 = 6
Setelah diketahui kelas interval, kemudian dicari nilai interval
dengan rumus:
I = Range Kelas
= 46 =7,66 6
78
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah interval 7,66
dibulatkan menjadi 8. Dan jumlah intervalnya adalah 8.
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel intensitas mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam dan percaya diri digunaka rumus:
𝑀 =𝛴𝑋
𝑁
= 3461 40
= 86,525
Kemudian hasil ini dicocokkan dengan tabel kualitas variabel
intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam sebagai berikut:
Tabel 16
Nilai Interval Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental
Keagamaan Islam
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualitas Kriteria
1. 89-92 15 37,5% Sangat baik
Baik
2. 80-88 22 55% Baik
3. 71-79 2 5% Cukup
4. 62-70 0 0% Kurang
5. 53-61 1 2,5% Sangat kurang
Total N = 40 ΣP = 100%
Jadi, intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam di
Lembaga Pemasyarakatan “baik” yaitu pada interval 80-88.
Selanjutnya menentukan range untuk variabel percaya diri.
R = H – L
= 92 – 63
= 29
79
Setelah itu dibagi 6 untuk menentukan jumlah intervalnya diperoleh
4,83 kemudian dibulatkan menjadi 5. Maka jumlah interval percaya diri
adalah 5.
Untuk mencari rata-rata (mean) variabel percaya diri:
𝑀 =𝛴𝑌
𝑁
= 3203 40
= 80,075
Tabel 17
Nilai Interval Percaya Diri Narapidana
No. Interval Nilai Frekuensi Prosentase Kualifikasi Kriteria
1. 87-92 5 12,5% Sangat baik
Baik
2. 81-86 16 40% Baik
3. 75-80 14 35% Cukup
4. 69-74 3 7,5% Kurang
5. 63-68 2 5% Sangat kurang
Total N = 40 ΣP = 100%
Jadi, tingkat rasa percaya diri di Lembaga Pemasyarakatan “baik”
yaitu pada interval 81–86.
5.2.2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis digunakan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun uji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa
percaya diri narapidana wanita.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis regresi
dengan satu prediktor. Dengan langkah- langkah sebagai berikut:
80
a. Mencari korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dengan
menggunakan teknik korelasi moment tangkar dari pearson, dengan
rumus sebagai berikut
∑ xy
r xy =
Namun sebelum mencari rxy harus mencari ∑xy, ∑x², ∑y²
dengan rumus sebagai berikut :
∑ x² = ∑ X² - (∑ X )²
N
= 301787 – (3461)² 40
= 301787 – 299463,25
= 2323,75
∑ y² = ∑ Y² - (∑ Y)²
N
= 257815 – (3203)²
40
= 257815 – 256480,22
= 1334,78
∑ x y = ∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y )
N
= 277737 – (3461) (3203) 40
= 277737 – 277139,6 = 597,4
81
Sehingga,
∑ x y
r xy =
597,4_____
= √(2323,75).( 1334,7
597,4
=
(48,24).( 36,53)
597,4 = 17662,20
= 0,339
r2 = (0,339) = 0,114921 = 0,115
Setelah diadakan uji korelasi dengan rumus korelasi
moment tangkar dari Pearson, maka dapat diketahui bahwa rxy
(hitung) adalah 0,339, kemudian dikonsultasikan dengan harga rt
(tabel) pada taraf signifikansi 1% dan 5%. Jika rxy > rt baik pada
taraf signifikansi 5% dan 1%, maka signifikan dan hipotesis
diterima. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat diketahui dalam
tabel berikut:
Tabel 18
Taraf Signifikansi Hasil Koefisien Korelasi (rxy)
N rxy rt
Kesimpulan 5% 1%
40 0,339 0,312 0,409 Signifikan
82
Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien korelasi
(rxy) sebagaimana di atas. Maka hasil yang diperoleh
dikonsultasikan dengan rt (rtabel) diketahui bahwa rxy hitung > rt . dari
sini dapat disimpulkan bahwa rxy adalah signifikansi 5%. Sehingga
hipotesis yang diajukan diterima. Untuk mengetahui perhitungan
rxy dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 19
Perhitungan Hasil Hipotesis
Uji Hipotesis
Hitung Tabel
Kesimpulan Hipotesis 5% 1%
0,339 0,312 0,409 Signifikan Diterima
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya
pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana
wanita di LP wanita Kelas II A Bulu, Semarang signifikan dan
“diterima” pada taraf kepercayaan 5%.
b. Mencari persamaan regresi dengan rumus sebagai berikut:
Y = aX + K
Keterangan:
Y = Perkiraan harga Y
aX = Perkiraan a dalam linier Y dan X
K = Perkiraan b dalam linier pada X
Untuk mengetahui Y terlebih dahulu dicari harga X dan K
dengan menggunakan rumus:
83
𝑎 =𝑁𝛴𝑋𝑌 −𝛴𝑋. 𝛴𝑌
𝑁 𝑋2 − 𝛴𝑋 2
=40.277737 − 3461.3201
40.301787 − 3461 2
=23897
92959
= 0,25707032 dibulatkan menjadi 0,26
Jadi harga a adalah 0,26
Setelah diketahui harga a, barulah dapat menghitung K, yaitu
dengan rumus:
K = Y – aX
Keterangan:
Y = Mean dari variabel Y
X = Mean dari variabel X
Jadi, K = Y – aX
= 80,075 – 0,26.86,525
= 80,075 – 22,496
= 57,6
Kemudian harga aX dan K didistribusikan ke dalam:
Y = aX + K
= 0,26X + 57,6
c. Mencari varians regresi atau uji F dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
84
Tabel 20
Ringkasan Rumus Uji F
Sumber
Variasi Db JK RK Freg
Regresi 1 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴 −
𝛴𝑌 2
𝑁
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠
Residu (N– 2) ΣY2 – aΣXY – K.ΣY 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠
Total (T) (N - 1) 𝛴𝑌2 −
𝛴𝑌 2
𝑁
-
Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan ke dalam data
yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis
regresinya.
Y = aX + K = 0,26X + 57,6
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus:
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 = 𝑎𝛴𝑋𝑌 + 𝐾𝛴𝑌 − 𝛴𝑌 2
𝑁
= 0,26.277737 + 58,44.3203 − 3203 2
40
= 72211,62 + 187183,3313 −10259209
40
= 259406,9513 − 256480,225
= 2926,73
JKres = ΣY2 – aΣXY – K.ΣY
= 257815 – 0,25.277737 – 58,44.3203
= 1325,55
85
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠
=2926,73
1= 2926,73
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝐷𝑏𝑟𝑒𝑠
=1325,55
38= 34,88
𝐹𝑟𝑒𝑔 =𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔
𝑅𝐾𝑟𝑒 𝑠
=2926,73
34,88= 83,91
Total = ΣY2 − ΣY 2
N
= 257815 − 3203 2
40
= 257815−10259209
40
= 287515 − 256480,22
= 31034,78
Tabel 21
Ringkasan Hasil Akhir Analisis Regresi
Sumber
Variasi Db JK RK Freg
Regresi (reg) 1 2926,73 2926,73
83,91 Residu (res) 38 1325,55 34,88
Total 39 31034,78
86
5.2.3. Analisis Uji Hipotesis Lanjut
Langkah selanjutnya dalam analisis pada penelitian ini adalah
menguji nilai hasil uji hipotesis (Freg) dengan nilai yang terdapat pada tabel
(Ftabel) baik pada taraf signifikansi 5% ataupun taraf signifikansi 1%. Jika
freg lebih besar dari ftabel berarti signifikan, dan jika lebih kecil dari Ftabel
berarti tidak signifikan
Setelah diadakan analisis uji hipotesis, dapat diketahui bahwa Freg =
83,91, kemudian dikonsultasikan dengan harga Ft pada taraf signifikan 1%
dan 5%. Jika Freg lebih besar dari Ft baik pada taraf signifikansi 5% dan
1%, maka signifikan dan hipotesis diterima.
Untuk mengetahui lebih lanjut, maka dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 22
Taraf Signifikan Hasil Koefisien Freg
N Freg Ft
Kesimpulan Hipotesis 5% 1%
40 83,91 4,10 7,35 Signifikan Diterima
Setelah diadakan uji hipotesis melalui koefisien Freg sebagaimana di
atas, maka hasil yang diperoleh dengan Ft (tabel) diketahui bahwa Freg >
Ft. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Freg adalah signifikan pada taraf
5% dan 1%, sehingga hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa
percaya diri narapidana di LP Wanita Kelas II A Bulu, Semarang)
diterima.
87
Karena dalam analisis ini hasil yang diperoleh rxy 0,339 (lihat di tabel
uji korelasi). Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas
mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi
tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu,
Semarang dengan nilai intensitasnya sebesar 3,39%.
Keterangan di atas ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi
sebesar 3,39% yang didapat melalui rumus sebagai berikut:
R = r2 x 100%
= (0,339)2 x 100%
= 0,115x 100%
= 0,115%
Kemudian nilai tingkat rasa percaya diri narapidana dipengaruhi oleh
faktor lain sebesar 96,61%.
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat diketahui bahwa ada
pengaruh antara intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam
terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II
A Bulu Semarang dengan nilai intesitasnya sebesar 3,39%. Dari hasil rata-
rata (mean) tentang intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam sebesar 86,5. Setelah hasil ini dicocokkan pada tabel distribusi
frekuensi (distribusi prosentase) intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam maka rata-rata 86,5 terletak pada interval nilai 80-88
88
yang berarti rata-rata kualifikasi intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam adalah “baik”.
Sedangkan hasil rata-rata (mean) tentang percaya diri narapidana
wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu Semarang sebesar 80,1 terletak pada
interval 81 - 86 yang berarti rata-rata kualifikasi percaya dirinya adalah
“baik”. Pada narapidana yang intensitas mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islamnya kurang maka kurang pula tingkat rasa percaya dirinya
(lihat tabel interval nilai variabel, tabel 16 dan 17).
Narapidana yang dalam hatinya belum ikhlas mengikuti pembinaan,
biasanya acuh dalam kegiatan, kurang tanggap, dan kurang berinteraksi
dengan sesama narapidana. Mereka masih belum bisa menerima kenyataan
hidup yang mereka alami, dan tertutup dengan orang lain (wawancara bpk.
Rizak, Pembina dari Kemenag Kota Semarang, 24 November 2011). Hal
itu menunjukkan bahwa, semakin tinggi intensitas mengikuti pembinaan
mental keagamaan Islam, maka akan semakin tinggi pula tingkat rasa
percaya diri narapidana.
Pembinaan mental keagamaan Islam merupakan bentuk pemberian
motivasi dan sarana untuk meningkatkan kualitas iman dan ibadah
narapidana. Dalam pembinaan tersebut narapidana diarahkan bagaimana
seorang Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah melakukan dosa,
menutup dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah,
melatih diri yang mandiri, dan lain- lain (Depag RI., 2008: 53).
89
Mengenai masalah kesehatan mental, banyak dari narapidana yang
mengalami tekanan mental atau bahkan gangguan mental akibat hukuman
yang harus dijalani. Melalui pembinaan mental keagamaan Islam tersebut
narapidana didorong untuk memperbaiki diri menuju masa depan yang
lebih baik. Memberikan arti positif bagi hidup dan kehidupan, berani
menghadapi kenyataan, dan tantangan hidup, sehingga ketika kembali ke
tengah masyarakat,mereka tidak ragu. Bisa lebih percaya diri dan tidak
menganggap dirinya sebagai pembuat kerusuhan (wawancara, Bp. Rizak,
21 November 2011).
Individu yang sadar akan pentingnya agama, secara sadar pula ia
akan melaksanakan tuntunan-tuntunan yang ada didalamnya. Agama bisa
mendorong manusia untuk berbuat positif membentuk karakter diri yang
sesuai dengan tuntunannya. Dengan kesadaran itu pula seorang individu
mampu mengembangkan fitrah yang ada pada dirinya, menjadi makhluk
yang baik dan mulia. Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-
Nya antara lain:
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (QS. Al-Isra’: 70)
90
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin: 4)
Ayat di atas menjelaskan bahwa, manusia merupakan makhluk yang
paling sempurna di antara makhluk ciptaan Allah yang lain. Namun sebaga i
makhluk yang baik dan mulia, tidak berarti bahwa manusia adalah makhluk
yang bersih dari perbuatan dosa. Dalam hal ini dapat diperhatikan firman
Allah QS. Al-ahzab: 72.
Artinya: Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.
Namun ketika manusia lalai dan melakukan dosa, hendaknya ia
segera bertaubat dan memohon ampun dengan sungguh-sungguh. Allah
berfirman QS. An-Nasr: 3.
Artinya: Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima
taubat.
Dari uraian ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, meskipun
manusia diciptakan dengan kesempurnaannya, sebagai makhluk yang baik
dan mulia, tidak berarti manusia bersih dari dosa. Untuk itu ketika manusia
melakukan dosa, hendaknya segera bertaubat dan memohon ampun, karena
sesungguhnya Allah maha penerima taubat.
91
Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan agama menjadi salah
satu faktor pendukung seseorang untuk menjadi diri yang positif, penuh
semangat, positif tinking dengan segala keputusan Allah, menghadapi
kenyataan dengan lapang, tidak senantiasa merendahkan dirinya dan selalu
optimis dengan kehidupannya. Untuk itu pembinaan mental keagamaan
Islam di kalangan narapida menjadi begitu sangat berpengaruh terhadap
rasa percaya diri narapidana.
Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa pembinaan keagamaan
Islam merupakan salah satu alternatif metode dakwah yang efektif dengan
memasukkan teori bimbingan konseling Islam didalamnya. Tujuan, dan
metode serta fungsi bimbingan konseling Islam secara tidak langsung ada
di dalam kegiatan tersebut. Dilihat dari salah satu tujuan pembinaan mental
keagamaan Islam, yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi,
fitrah kemanusiaan, dan keberagamaan. Hal itu sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Faqih (2001: 36), bahwa secara garis besar, tujuan
bimbingan konseling Islam adalah untuk menbantu individu mewujudkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. “Mewujudkan diri sebagai makluk seutuhnya” berarti
mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi
manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya, dan pelaksanaan
fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius),
makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.
92
Dengan mengenal diri sendiri manusia akan dapat bertindak sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, para insan dakwah dituntut agar
dapat menyesuaikan situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Maka tepatlah
kiranya, apabila dakwah dilakukan di lingkungan narapidana, karena
mereka pada dasarnya membutuhkan seseorang untuk memberikan
motivasi dan mengarahkan mereka ke jalan yang lurus, menuju
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan begitu keberadaan dakwah tetap
menjadi pilihan untuk memperbaiki hidupnya, sekaligus memiliki kekuatan
untuk menyelesaikan problematika yang dihadapi para narapidana.
Sebagaimana dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa narapidana
merupakan anggota masyarakat yang untuk sementara diasingkan
berdasarkan keputusan hakim. Dengan tujuan di satu pihak untuk
melindungi masyarakat dari kejahatan, dan di lain pihak untuk mendidik
narapidana yang bersangkutan agar dapat kembali menjadi warga
masyarakat yang baik.
Dalam agama Islam terdapat satu ketentuan hukum Islam yang
disebut hudud, yaitu hukuman-hukuman tertentu yang dikenakan kepada
orang-orang yang melanggar larangan-larangan agama tertentu seperti:
berzina, membunuh, mencuri, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian
dan tujuan, serta ketentuan hukum Islam tentang hudud tersebut maka
status narapidana dalam pandangan Islam adalah positif. Karena di antara
prinsip-prinsip tujuan agama Islam adalah untuk mendidik dan melindungi
93
pribadi (individu), dan masyarakat agar senantiasa berada dalam
keselamatan, kedamaian, kemajuan, dan kesejahteraan lahir batin.
Jalaluddin (2007: 278) menjelaskan bahwa agama dalam kehidupan
individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-norma
tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan
bersikap dan bertingkah laku seseorang. Untuk itu penanaman nilai agama
menjadi hal yang sangat penting bagi siapa pun itu. Termasuk bagi mereka
yang terasingkan dari dunia luar, yaitu para narapidana. Dengan demikian
jelas bahwa dakwah memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, dan
haruslah menyentuh seluk beluk kehidupan manusia.
Fleksibilitas dan elastisitas materi dan metode dalam berdakwah,
pada prinsipnya akan melahirkan berbagai alternatif baru dalam berdakwah.
Dalam bentuk praktis metodologis Bimbingan dan Konseling Islam
merupakan metode dakwah alternatif yang menggabungkan teori- teori
bimbingan dan konseling dengan teori psikologi. Sehingga tercipta sebuah
pesan-pesan Islam ke dalam kehidupan manusia sesuai dengan perubahan
zaman.
Menurut pemahaman penulis, pembina yang dalam hal ini konselor
haruslah mampu menginterpretasikan apa yang diungkapkan klien,
sehingga mampu berempati terhadap apa yang dirasakan, dan dilakukan,
serta memberikan alternatif pemecahan yang tepat pada klien, tetapi
keputusan akhir (penyelesaian dari masalah) yang dihadapi klien
sepenuhnya tetap berada di tangan klien. Pemberian bantuan tidak hanya
94
berorientasi pada penyelesaian masalah, melainkan dapat membentengi diri
dari timbulnya permasalahan secara mandiri. Selanjutnya, untuk membantu
memberikan pembinaan kepada narapidana diperlukan konselor yang
mempunyai kharisma, dan memahami kondisi psikis dari narapidana.
Dengan optimalisasi metode pembinaan mental keagamaan Islam
dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan narapidana, maka
penulis akan mencoba melihat bagaimana hubungan antara optimalisasi
metode pembinaan mental keagamaan Islam dengan permasalahan yang
dihadapi oleh narapidana, yang dalam hal ini berkaitan dengan bimbingan
dan konseling Islam.
Menurut Faqih ada dua metode langsung dalam Bimbingan dan
Konseling Islam, yaitu metode individual dan kelompok. Dalam pembinaan
mental keagamaan Islam yang diterapkan di LP Wanita Kelas II A Bulu,
Semarang meliputi, metode personal approach, dengan cara konsultasi dan
juga teknik wawancara, sedangkan metode kelompok dilakukan dengan
cara ceramah, diskusi dan training motivation.
Metode personal approach, yaitu suatu metode yang pelaksanaannya
secara langsung dilakukan secara pribadi yang bersangkutan, seperti
dengan memberi penjelasan maupun dengan membantu memecahkan
masalah yang dihadapi narapidana. Sedangkan metode kelompok pembina
melakukan komunikasi langsung dengan narapidana dalam suatu
kelompok, dalam waktu yang sama.
95
Dalam metode personal approach, pembina melakukan dialog
langsung kepada narapidana secara pribadi atau individu. Pembina
memberikan penjelasan-penjelasan, membantu dalam pemecahan masalah
yang dihadapi narapidana dalam segi penghayatan agama. Hal yang
disampaikan dalam metode ini biasanya mengenai persepsi keagamaan.
Dalam persepsi keagamaan ini pembina menyampaikan bagaimana seorang
Islam menghadapi celaan, bertaubat setelah menjalankan dosa, menutup
dengan amal shaleh. Tidak putus asa dalam menghadapi musibah, melatih
diri yang mandiri, dan lain- lain.
Dalam metode kelompok, yang berupa dialog, ceramah, diskusi, dan
training motivation, pembina memberikan materi dan pengarahan dalam
satu waktu secara bersama-sama. Dalam proses pembinaan tersebut
Pembina memberikan asumsi-asumsi mental yang bersifat membangun dan
relevan. Mereka yang tadinya putus asa, diharapkan bisa menjadi semangat,
ikhlas dalam menjalani hidup dan percaya akan kemampuan dirinya lagi.
(wawancara Ibu Elvi, 16 November 2011).
Dari beberapa metode di atas, metode yang dirasa lebih efektif untuk
melakukan pendekatan dan mampu menyingkap permasalahan yang paling
mendasar narapidana adalah metode personal approach. Sedangkan metode
kelompok meskipun lebih efisien, tetapi kurang begitu efektif dalam
penanganan permasalahan narapidana, karena banyak dari narapidana yang
mau mengungkapkan permasalahannya di depan narapidana yang lain
(wawancara Ibu Farida, 20 November 2011).
96
Dalam metode personal approach secara pribadi narapidana
berhadapan langsung dengan pembina, tatap muka face to face. Proses
konsultasi hanya dua orang saja, pembina dan narapidana, sehingga
narapidana lebih tenang mengeluarkan permasalahan-permasalahannya,
tanpa diketahui atau didengar oleh narapidana yang lain. Sedangkan pada
metode kelompok pembinaan dilakukan secara bersama. Dengan demikian
teknik personal approach harus lebih dimaksimalkan dalam pelaksanaan
pembinaan mental keagamaan Islam.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa fungsi
bimbingan dan konseling Islam yaitu fungsi prefentif, kuratif, preservatif
dan developmental atau educatif (Faqih, 2001: 37) sudah masuk dalam
kegiatan pembinaan mental keagamaan Islam tersebut. Fungsi prefentif
(pencegahan) fungsi ini membantu individu agar bisa berupaya aktif untuk
melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan
karena kurangnya perhatian. Dalam hal ini pembina secara continue
memberikan pengarahan-pengarahan langsung kepada narapidana, tentunya
dengan memberikan materi yang sudah disesuaikan kondisi psikologis
mereka.
Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Dalam hal ini pembina
melakukan pendekatan emosional kepada narapidana, sehingga secara suka
rela biasanya narapidana mau menceritakan masalah-masalah mereka
97
kepada pembina, pada tahap ini seorang pembina membantu narapidana
dalam penyelesaian masalahnya.
Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi
dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan), dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good). Fungsi
developmental atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara
dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik
atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya. Jadi upaya seorang pembina tidak hanya
memberikan pembinaan dalam satu waktu saja, namun pembina juga
melakukan upaya secara terus menerus. Hal itu untuk menjaga agar kondisi
tetap baik dan bisa menjadi lebih baik.
Akhirnya dari uraian di atas dapat dicermati bahwa, dari hasil
penelitian tersebut tidak hanya menunjukkan pengaruh intensitas mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam terhadap tingkat rasa percaya diri
narapidana, namun juga diketahui bahwa dalam kegiatan tersebut ada unsur
bimbingan dan konseling Islam. Diketahui pula bahwa dalam kegiatan
pembinaan keagamaan Islam perlu adanya optimalisasi metode personal
approach, pendekatan emosional dari seorang pembina dan kegiatan yang
perlu dilakukan secara terus menerus. Sehingga, semakin tinggi tingkat
intensitas pembinaan mental keagamaan Islam, semakin tinggi pula tingkat
rasa percaya diri narapidana wanita di LP Wanita Kelas II A Bulu
Semarang.
98
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis peneliti di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat rasa percaya diri
narapidana di LP wanita kelas II A Bulu, Semarang. Intensitas pembinaan
mental keagamaan Islam bisa dijadikan prediktor untuk meningkatkan rasa
percaya diri narapidana. Jadi, semakin sering pembinaan agama dilakukan,
maka semakin meningkat pula rasa percaya diri narapidana.
6.2. Limitasi
Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti terjadi banyak
kendala dan hambatan. Faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam
penelitian ini adalah faktor penerjemahan hasil penelitian. Diakui bahwa
dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan-kelemahan yang disadari
oleh penulis khususnya, dalam penerjemahan hasil penelitian berupa angka-
angka ke dalam bentuk penjabaran secara deskriptif. Namun demikian
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadikan hasil analisis
yang berupa angka-angka keistimewaan pada bidang metodologi, yakni
pengolahan analisis data dengan menggunakan program SPSS 12.0 for
Windows yang memberikan ketepatan hasil yang diperoleh.
99
6.3. Saran-saran
Atas dasar hasil penelitian dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran
yang patut dipertimbangkan bagi banyak pihak yang berkepentingan,
antaranya sebagai berikut:
6.3.1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dengan adanya pembinaan mental
keagamaan Islam, rasa percaya diri narapidana bisa mengalami
peningkatan. Maka proses pembinaan idealnya dilakukan secara intensif
oleh para pembina agama Islam di LP Wanita Kelas II A Semarang.
6.3.2. Bagi narapidana yang mengikuti kegiatan pembinaan mental keagamaan
Islam, sebaiknya pembinaan diikuti secara sadar, rutin dan
berkesinambungan, sehingga semakin teratur mengikuti pembinaan
hasilnya akan semakin positif.
6.3.3. Bagi pembina, diharapkan pembina bisa menciptakan kedekatan
emosional kepada narapidana, sehingga narapida secara sadar mau
mengikuti pembinaan, dan bisa menyampaikan apa yang menjad i masalah
yang sedang mereka hadapi, tentunya masalah yang berkaitan dengan
mental mereka.
6.3.4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih khusus dan mendalam
lagi dalam meneliti tentang tingkat percaya diri narapidana.
6.3.5. Kepada peneliti-peneliti selanjutnya, agar lebih berhati-hati dalam
menggunakan metodologi penelitian serta dalam proses analisis datanya
harus sangat teliti sehingga hasil yang diperoleh akan tepat dan maksimal.
100
6.4. 6.4. Penutup
Penulis bersyukur kehadhirat Allah SWT., karena atas limpahan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya lah, penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik materiil maupun spirituil dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis manyadari, bahwa skripsi yang penulis susun ini masih jauh
dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang konstruktif sangatlah penulis
harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Amit. 2005. Personality Development. terj. Anindito Aditomo. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2006. Konseling dan Psikoterapi Islam. Jogjakarta: Fajar Pustaka Baru.
Al-Ghifari, Abu. 2004. Percaya Diri Sepanjang Hari. Bandung: Mujahid.
Amrin, Achmad Muchlis. 2009. The 10 Mistaken Identities. Jogjakarta: Garailmu
Amalia, Lia. 2008. Efektifitas Bimbingan Rohani Terhadap Pembinaan Mental
Pasien (Studi Kasus di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan). (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN Walisongo Semarang.
Aningsih, Puji. 2007. Pengaruh bimbingan Penyuluhan Islam Terhadap Penurunan Agresivitas Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A. (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN Walisongo Semarang.
Ardi, Widyo. 2008. Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Narapidana Wanita Di Lapas Klas II A Wanita Semarang. (Tidak dipublikasikan). Skripsi,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Arifin, M. 2000. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, M. Zainal. 2002. Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Tingkah Laku Keagamaan Narapidana di LP Wanita dan LP Kelas I Semarang. (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN
Walisongo Semarang.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Syaifuddin. 1998. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Az-Zahrani. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Bahreisj, Hussein. 1997. Studi Hadis Nabi. Surabaya: CV. Amin.
Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daradjat, Zakiyat. 1982. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
1980. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Jembatan Tiga.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depag RI. 2008. Materi Penyuluhan Agama Islam. Semarang: Penamas Jateng.
Depag RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Penerbit YPPA.
Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Jogjakarta:
UII Press.
Ghufron, M. Nur, dan Risnawati S., Rini. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Hadi, Sutrisno. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hidayati, Nur. 2007. Peran Bimbingan Islam Dalamenumbuhkan Rasa Percaya
Diri Penyandang Cacat Netra Dip Anti Tuna Netra Dan Tuna Rungu Wicara “Dharma Putra” Purworej. (Tidak dipublikasikan). Skripsi,
IAIN Walisongo Semarang.
Hill, Napoleon. 2007. Law of Success. terj. Teguh Wahyu Utomo. Yogyakarta: Baca.
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.
2007. Patologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
2005. Teori Kepribadian. Bandung: Mandar maju.
Kartono dan Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pioner Jaya
Khasanah, Uswatun. 2004. Etos Kerja Sarana Menuju Puncak Prestasi.
Yogyakarta: Harum Group.
Kiranawati “Model Pembelajaran ARIAS” dalam http://gurupkn.wordpress.com
/2007/12/model-pembelajaran-arias diakses 25 Juni 2011.
Lidya“Definisi Kecemasan” dalam http://lidyadudutz.blogspot.com/2010/06/definisi-kecemasan.html diakses
04 Agustus 2011.
Makmun, Syamsudin Abin. 2000, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Munawaroh. 2004. Keys to Succes. Yogyakarta: Enigma Publishing.
Musnamar. 2001. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami.
Jogjakarta: UII Press.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan HIstoris, Teoritis,
dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Nottingham. Elizabeth K. 1997. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama, Terj. Abdul Muis Naharong, Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Pealle, Norman Vincent. 2006. The Power Of Confident Life. Terj. Narulita
Yusron. Yogyakarta: Baca.
Rifa’i, Muh. 2005. Peranan Kyai Dalam Pembinaan Mental Agama pada Remaja di Kec. Gubug. Kab. Grobogan. (Tidak dipublikasikan). Skripsi, IAIN
Walisongo Semarang.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susanto. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.
Syafullah, Ach. 2010. Tips Bisa Percaya Diri. Jogjakarta: Garailmu.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: al- Ikhlas.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
Tim penyusun kamus PPPB. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tylor, Ros. dkk. 2003. Confidence In Just Seven Days. terj. Imam Khiri. Jogjakarta: Diva Press.
Trenggono, Heppy. 2009. Menjadi Bangsa Pintar. Jakarta: Republika.
Ubaedy, An. 2007. Baca Dirimu Temukan Takdirmu. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.
Wawancara Ina (nama samaran narapidana). 17 Januari 2011. LP Wanita Bulu Semarang.
Wawancara Indah (nama samaran narapidana). 17 Januari 2011. LP Wanita Bulu Semarang.
Wawancara Ibu Asih (nama samaran narapidana). 17 Januari 2011. LP Wanita
Bulu Semarang.
Wawancara Ibu Asti (Pegawai LP). 14 November 2011 LP Wanita Bulu
Semarang.
Wawancara Ibu Lulu (Pegawai LP). 22 November 2011 LP Wanita Bulu Semarang.
Wawancara Bp. Rizak (Pembina Kemenag). 17 Januari 2011. LP Wanita Bulu Semarang.
Wawancara Ibu Elvi (Pembina Kemenag). 8 November 2011
Wikipedia “Pengertian Takut” dalam http://www.wikipedia.com/2011/8/pengertian-takut diakses 04 Agustus
2011.
Wikipedia “Efek” dalam http: //id.wikipedia /wiki/efek diakses 26 September
2011.
SKALA PENELITIAN SEBELUM DI UJI COBA
Identitas Diri
1. Nama : ……………………………………………………………
2. No. Urut : ………………………………………………………........
3. Umur : ……………………………………………………………
4. Jenis Kelamin : ……………………………………………………………
5. Alamat : ……………………………………………………………
Petunjuk Pengisian Angket
1. Pilihlah jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan Anda, beri tanda (X)
pada pilihan yang disediakan, yaitu:
SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pernyataan
S : Bila Anda sesuai dengan pernyataan
TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pernyataan
STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan
2. Diharapakan dalam menjawab angket ini subyektif mungkin, sebagai
sumbangan berharga bagi penelitian ini
3. Jawaban Anda sangat terjamin kerahasiaannya
4. Atas partisipasinya dalam mengisi angket kami ucapkan banyak terima kasih.
Skala I (Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam)
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam setiap hari.
2. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam untuk memperkuat iman
3. Ada atau tidak adanya pembinaan mental
keagamaan Islam bagi saya sama saja
4. Kemajuan diri saya, tergantung pada pembina
mental keagamaan Islam di LP
5. Saya selalu bertanya, ketika saya belum paham
tentang materi yang disampaikan oleh pembina
mental keagamaan Islam di LP
6. Saya mendengarkan materi yang disampaikan
oleh pembina mental keagamaan Islam yang
diadakan di LP
7. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam, saya bisa lebih sabar dalam
menjalani cobaan hidup
8. Saya tidak bicara sendiri, ketika ada pembinaan
mental keagamaan Islam di LP
9. Saya tidak akan bermalas-malasan dalam
menjalani hidup ini
10. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam, saya selalu menjalankan shalat
fardhu lima waktu
11. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam ketika ada masalah saja
12. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, karena ingin memahami Islam secara
mendalam
13. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam di LP, saya selalu berusaha
untuk bermanfaat bagi orang lain
14. Setelah saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam, saya mendapatkan banyak
teman
15. Setelah saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam, saya bisa belajar bersyukur
16. Saya sering absent/izin saat ada pembinaan
mental keagamaan Islam
17. Saya selalu mengikutui pembinaan mental
keagamaan Islam, meskipun saya sakit
18. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, karena ingin lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT
19. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, agar bisa menjadi orang yang lebih baik
20. Saya merasa bosan, jika harus mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam setiap hari
21. Saya berkumpul dengan orang-orang yang baik,
agar saya bisa belajar dari mereka
22. Saya sering melamun ketika ada pembinaan
mental keagamaan Islam di LP
23. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, karena takut jika mendapat teguran dari
petugas Lapas
24. Saya tidak pernah berusaha, ketika ingin meraih
sesuatu
25. Saya merasa bersalah, ketika tidak mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam di LP
26. Saya selalu mempertimbangkan terlebih dahulu,
sebelum saya memilih sesuatu
27. Saya mengikuti pembinaan mental keagaamaan
Islam yang diadakan LP dengan penuh semangat
28. Saya mencatat materi-materi yang diberikan
dalam pembinaan
29. Saya akan mengubah diri saya, menjadi orang
yang lebih baik
30. Saya tidak mau tahu tentang apa yang
disampaikan Pembina
Skala II (Percaya Diri)
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya yakin pada kemampuan diri sendiri
2. Saya tidak bisa berbicara di depan umum
3. Saya biasanya tidak menyerah pada tekanan
kelompok hanya demi kekompakan
4. Saya fokus pada kesuksesan yang ingin saya
raih, daripada sebuah kegagalan
5. Saya tidak mau mengerjakan tugas/piket yang
ada di LP
6. Saya tidak suka menyalahkan orang lain
7. Saya bisa menerima dengan lapang dada
pujian atau kritikan dari orang lain
8. Saya sering mengkhawatirkan sesuatu yang
mustahil terjadi
9. Tak banyak hal baik tentang diri saya yang
bisa saya ceritakan
10. Saya bersedia menerima sanksi dari petugas,
ketika saya melanggar aturan
11. Saya menetapkan tujuan yang tidak terlalu
tinggi, sehingga saya bisa meraihnya
12. Saya berani menjadi ketua dalam suatu tim
13. Saya selalu semangat di manapun saya berada
14. Ketika mengalami kegagalan, saya selalu
mengeluh
15. Saya mau minta maaf, ketika saya berbuat
salah
16. Saya selalu menunda-nunda pekerjaan yang
diberikan pada saya
17. Saya selalu curiga pada teman-teman saya
18. Saya tidak mau jika orang lain susah, karena
perbuatan saya
19. Saya cenderung berfikir positif tentang masa
depan
20. Saya sering mencari alasan, agar bisa
meninggalkan tugas
21. Saya berani menyampaikan ide- ide saya
22. Saya mempunyai keberanian untuk mencapai
apa yang saya inginkan
23. Saya mempunyai sikap tak kenal susah
24. Saya mudah menyerah, ketika ada masalah
25. Saya selalu berfikir, bahwa semua ini tidak
nyata
26. Saya selalu merasa kemampuan orang lain
lebih baik dibanding dengan kemampuan yang
saya miliki
27. Saya siap menghadapi kenyataan hidup yang
saya alami, karena semua itu pasti ada
hikmahnya
28. Saya sering merasa tegang tanpa sebab yang
jelas
29. Saya berfikir bahwa saya memiliki sikap
positif tentang diri sendiri
30. saya selalu berusaha tepat waktu dalam
mengikuti semua kegiatan di LP
31. Saya yakin bisa meraih keberhasilan, sesuai
dengan keinginan yang saya rencanakan
32. Saya memiliki kesadaran adanya
kemungkinan gagal dalam mencapai tujuan
SKALA PENELITIAN SESUDAH DI UJI COBA
Identitas Diri
1. Nama : ……………………………………………………………
2. No. Urut : ………………………………………………………........
3. Umur : ……………………………………………………………
4. Jenis Kelamin : ……………………………………………………………
5. Alamat : ……………………………………………………………
Petunjuk Pengisian Angket
1. Pilihlah jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan Anda, beri tanda (X)
pada pilihan yang disediakan, yaitu:
SS : Bila Anda sangat sesuai dengan pernyataan
S : Bila Anda sesuai dengan pernyataan
TS : Bila Anda tidak sesuai dengan pernyataan
STS : Bila Anda sangat tidak sesuai dengan pernyataan
2. Diharapakan dalam menjawab angket ini subyektif mungkin, sebagai
sumbangan berharga bagi penelitian ini
3. Jawaban Anda sangat terjamin kerahasiaannya
4. Atas partisipasinya dalam mengisi angket kami ucapkan banyak terima kasih.
Skala I (Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam)
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam setiap hari.
2. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam untuk memperkuat iman
3. Saya selalu bertanya, ketika saya belum paham
tentang materi yang disampaikan oleh pembina
mental keagamaan Islam di LP
4. Saya mendengarkan materi yang disampaikan
oleh pembina mental keagamaan Islam yang
diadakan di LP
5. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam, saya bisa lebih sabar dalam
menjalani cobaan hidup
6. Saya tidak bicara sendiri, ketika ada pembinaan
mental keagamaan Islam di LP
7. Saya tidak akan bermalas-malasan dalam
menjalani hidup ini
8. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam, saya selalu menjalankan shalat
fardhu lima waktu
9. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam ketika ada masalah saja
10. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, karena ingin memahami Islam secara
mendalam
11. Semenjak saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam di LP, saya selalu berusaha
untuk bermanfaat bagi orang lain
12. Setelah saya mengikuti pembinaan mental
keagamaan Islam, saya bisa belajar bersyukur
13. Saya sering absent/izin saat ada pembinaan
mental keagamaan Islam
14. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, karena ingin lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT
15. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, agar bisa menjadi orang yang lebih baik
16. Saya merasa bosan, jika harus mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam setiap hari
17. Saya berkumpul dengan orang-orang yang baik,
agar saya bisa belajar dari mereka
18. Saya sering melamun ketika ada pembinaan
mental keagamaan Islam di LP
19. Saya mengikuti pembinaan mental keagamaan
Islam, karena takut jika mendapat teguran dari
petugas Lapas
20. Saya tidak pernah berusaha, ketika ingin meraih
sesuatu
21. Saya selalu mempertimbangkan terlebih dahulu,
sebelum saya memilih sesuatu
22. Saya mengikuti pembinaan mental keagaamaan
Islam yang diadakan LP dengan penuh semangat
23. Saya mencatat materi-materi yang diberikan
dalam pembinaan
24. Saya akan mengubah diri saya, menjadi orang
yang lebih baik
25. Saya tidak mau tahu tentang apa yang
disampaikan Pembina
Skala II (Percaya Diri)
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya yakin pada kemampuan diri sendiri
2. Saya tidak bisa berbicara di depan umum
3. Saya biasanya tidak menyerah pada tekanan
kelompok hanya demi kekompakan
4. Saya fokus pada kesuksesan yang ingin saya
raih, daripada sebuah kegagalan
5. Saya tidak mau mengerjakan tugas/piket yang
ada di LP
6. Saya tidak suka menyalahkan orang lain
7. Saya bisa menerima dengan lapang dada
pujian atau kritikan dari orang lain
8. Saya bersedia menerima sanksi dari petugas,
ketika saya melanggar aturan
9. Saya menetapkan tujuan yang tidak terlalu
tinggi, sehingga saya bisa meraihnya
10. Saya berani menjadi ketua dalam suatu tim
11. Saya selalu semangat di manapun saya berada
12. Saya mau minta maaf, ketika saya berbuat
salah
13. Saya selalu menunda-nunda pekerjaan yang
diberikan pada saya
14. Saya selalu curiga pada teman-teman saya
15. Saya tidak mau jika orang lain susah, karena
perbuatan saya
16. Saya cenderung berfikir positif tentang masa
depan
17. Saya sering mencari alasan, agar bisa
meninggalkan tugas
18. Saya berani menyampaikan ide- ide saya
19. Saya mempunyai keberanian untuk mencapai
apa yang saya inginkan
20. Saya selalu berfikir, bahwa semua ini tidak
nyata
21. Saya selalu merasa kemampuan orang lain
lebih baik dibanding dengan kemampuan yang
saya miliki
22. Saya siap menghadapi kenyataan hidup yang
saya alami, karena semua itu pasti ada
hikmahnya
23. saya selalu berusaha tepat waktu dalam
mengikuti semua kegiatan di LP
24. Saya yakin bisa meraih keberhasilan, sesuai
dengan keinginan yang saya rencanakan
25. Saya memiliki kesadaran adanya
kemungkinan gagal dalam mencapai tujuan
BIODATA PENELITI
Nama : Nur Hidayah
Nim : 071111025
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 04 Desember 1989
Alamat : Nampu, Karang Rayung, Grobogan
Pendidikan
SD/MI : SD Negeri Nampu 02 Karang Rayung, lulus tahun 2001
SMP/MTS : SMP Negeri 02 Karang Rayung Grobogan, lulus tahun
2004
SMA/MA : MA. Muhammadiyah Batang, lulus tahun 2007
PT : Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
Data Nama-nama Sampel
No. Nama Alamat Umur 1. Murni Bt. Maksudi Kudus 36 tahun
2. Marnita Solo 26 tahun 3. Irma N. Brebes 22 tahun
4. Darwati Purwodadi 33 tahun 5. Farah Nunik Temanggung 22 tahun
6. Dian Kusuma Surakarta 29 tahun 7. Chairani Kusuma Semarang 35 tahun
8. Ria Komaria Tangerang 43 tahun 9. Aulia Fitri Banjarnegara 30tahun
10. Sodikoh Brebes 38 tahun
11. Lin Pungki Semarang 34 tahun 12. Muzamil Sulasiah Semarang 44 tahun
13. Eroh Ciamis 29 tahun 14. Listyowati Pekalongan 38 tahun
15. Hanik Atul Jepara 33 tahun 16. Septi Semarang 24 tahun
17. Rita Dewi Kalteng 32 tahun 18. Irma N. Brebes 22 tahun
19. Vani O. Jawa Barat 22 tahun 20. Marliana Citra Sari Semarang 29 tahun
21. Marnita Karang anyar 26 tahun 22. Suriyah Batang 24 tahun
23. Marsini Dimas Sragen 33 tahun 24. Murni K. Kudus 35 tahun
25. Martini Blora 28 tahun 26. Vicky M. Jakarta 29 tahun
27. Yuli Marantika Tegal 22 tahun
28. Umi Laela Banjarnegara 34 tahun 29. Intan Triyani Cilacap 27 tahun
30. Vani Jawa Barat 22 tahun 31. Surtinah Kudus 37 tahun
32. Sripurwati Sukoharjo 25 tahun 33. Siti Mulyani Klaten 34 tahun
34. Ning Rahayu Kebumen 39 tahun 35. Sri Mulyati Kendal 32 tahun
36. Suneri Jakarta 39 tahun 37. Karyanti Jakarta 39 tahun
38. Nur Faiqoh Magelang 38 tahun 39. Arsiti Temanggung 23 tahun
40. Khikmatun Pekalongan 22 tahun
Reliability X Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.893 .895 25
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pertanyaan 1 3.40 .632 40
pertanyaan 2 3.60 .545 40
pertanyaan 3 3.20 .464 40
pertanyaan 4 3.30 .564 40
pertanyaan 5 3.55 .552 40
pertanyaan 6 3.55 .552 40
pertanyaan 7 3.45 .552 40
pertanyaan 8 3.65 .483 40
pertanyaan 9 3.43 .636 40
pertanyaan 10 3.55 .639 40
pertanyaan 11 3.25 .630 40
pertanyaan 12 3.70 .464 40
pertanyaan 13 3.13 .463 40
pertanyaan 14 3.70 .516 40
pertanyaan 15 3.70 .516 40
pertanyaan 16 3.55 .677 40
pertanyaan 17 3.48 .554 40
pertanyaan 18 3.35 .580 40
pertanyaan 19 3.45 .783 40
pertanyaan 20 3.20 .608 40
pertanyaan 21 3.53 .599 40
pertanyaan 22 3.38 .540 40
pertanyaan 23 3.25 .630 40
pertanyaan 24 3.85 .362 40
pertanyaan 25 3.68 .474 40
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items
Item Means 3.474 3.125 3.850 .725 1.232 .035 25
The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
pertanyaan 1 83.45 52.100 .426 .890
pertanyaan 2 83.25 50.500 .721 .883
pertanyaan 3 83.65 53.772 .353 .892
pertanyaan 4 83.55 52.869 .390 .891
pertanyaan 5 83.30 51.292 .605 .886
pertanyaan 6 83.30 51.754 .545 .888
pertanyaan 7 83.40 51.374 .595 .886
pertanyaan 8 83.20 52.779 .481 .889
pertanyaan 9 83.43 52.251 .406 .891
pertanyaan 10 83.30 49.497 .721 .883
pertanyaan 11 83.60 51.579 .487 .889
pertanyaan 12 83.15 53.105 .453 .890
pertanyaan 13 83.73 54.820 .197 .895
pertanyaan 14 83.15 51.362 .643 .886
pertanyaan 15 83.15 52.079 .542 .888
pertanyaan 16 83.30 52.215 .379 .892
pertanyaan 17 83.38 53.369 .335 .892
pertanyaan 18 83.50 51.487 .549 .887
pertanyaan 19 83.40 50.656 .459 .890
pertanyaan 20 83.65 51.772 .486 .889
pertanyaan 21 83.33 51.763 .495 .889
pertanyaan 22 83.48 52.769 .424 .890
pertanyaan 23 83.60 52.246 .411 .891
pertanyaan 24 83.00 54.051 .415 .891
pertanyaan 25 83.18 53.481 .386 .891
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
86.85 56.387 7.509 25
ANOVA(a)
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between People 87.964 39 2.255
Within People Between Items 33.774 24 1.407 5.839 .000
Residual 225.586 936 .241
Total 259.360 960 .270
Total 347.324 999 .348
Grand Mean = 3.47 a The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Reliability Y Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 40 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.743 .730 25
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
pertanyaan 1 3.30 .564 40
pertanyaan 2 3.15 .483 40
pertanyaan 3 3.15 .427 40
pertanyaan 4 3.48 .640 40
pertanyaan 5 3.60 .545 40
pertanyaan 6 3.30 .464 40
pertanyaan 7 3.23 .423 40
pertanyaan 8 3.23 .423 40
pertanyaan 9 3.33 .474 40
pertanyaan 10 3.15 .580 40
pertanyaan 11 3.15 .700 40
pertanyaan 12 3.50 .506 40
pertanyaan 13 3.28 .506 40
pertanyaan 14 3.23 .423 40
pertanyaan 15 3.33 .474 40
pertanyaan 16 3.38 .705 40
pertanyaan 17 3.23 .480 40
pertanyaan 18 3.15 .533 40
pertanyaan 19 3.13 .757 40
pertanyaan 20 3.15 .427 40
pertanyaan 21 3.15 .533 40
pertanyaan 22 3.30 .464 40
pertanyaan 23 3.18 .501 40
pertanyaan 24 3.13 .648 40
pertanyaan 25 3.15 .427 40
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items
Item Means 3.252 3.125 3.600 .475 1.152 .016 25
The covariance matrix is calculated and used in the analysis. Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
pertanyaan 1 78.00 22.000 .465 . .722
pertanyaan 2 78.15 23.874 .142 . .743
pertanyaan 3 78.15 24.028 .136 . .743
pertanyaan 4 77.83 22.046 .387 . .727
pertanyaan 5 77.70 25.138 -.120 . .761
pertanyaan 6 78.00 23.077 .334 . .732
pertanyaan 7 78.08 24.276 .078 . .746
pertanyaan 8 78.08 23.712 .216 . .739
pertanyaan 9 77.98 23.769 .170 . .742
pertanyaan 10 78.15 22.951 .269 . .736
pertanyaan 11 78.15 21.515 .427 . .723
pertanyaan 12 77.80 22.677 .383 . .729
pertanyaan 13 78.03 22.640 .391 . .728
pertanyaan 14 78.08 23.866 .178 . .741
pertanyaan 15 77.98 23.461 .238 . .738
pertanyaan 16 77.93 22.225 .310 . .733
pertanyaan 17 78.08 23.302 .269 . .736
pertanyaan 18 78.15 23.874 .119 . .746
pertanyaan 19 78.18 20.404 .556 . .710
pertanyaan 20 78.15 24.285 .074 . .746
pertanyaan 21 78.15 24.182 .060 . .749
pertanyaan 22 78.00 23.179 .310 . .734
pertanyaan 23 78.13 22.010 .536 . .719
pertanyaan 24 78.18 21.020 .562 . .712
pertanyaan 25 78.15 23.515 .261 . .736
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
81.30 24.779 4.978 25
ANOVA(a)
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between People 38.656 39 .991
Within People Between Items 15.596 24 .650 2.553 .000
Residual 238.244 936 .255
Total 253.840 960 .264
Total 292.496 999 .293
Grand Mean = 3.25 a The covariance matrix is calculated and used in the analysis.
Regression xy Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .339(a) .115 .092 5.575
a Predictors: (Constant), Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam b Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression
153.580 1 153.580 4.941 .032(a)
Residual 1181.195 38 31.084
Total 1334.775 39
a Predictors: (Constant), Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam b Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 57.832 10.046 5.757 .000
Intensitas Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam
.257 .116 .339 2.223 .032
a Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 71.46 83.28 80.08 1.984 40
Residual -20.282 9.088 .000 5.503 40
Std. Predicted Value -4.343 1.616 .000 1.000 40
Std. Residual -3.638 1.630 .000 .987 40
a Dependent Variable: Tingkat Rasa Percaya Diri
70 80 90 100 110 120
Intensitas pembinaan
0
3
6
9
12
15
Fre
qu
en
cy
Mean = 101.9Std. Dev. = 8.13N = 40
intensitas
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
bNormal P-P Plot of Intensitas pembinaan
Frequencies Statistics
Intensitas
pembinaan Tk. percaya
diri
N Valid 40 40
Missing 0 0
Mean 101.90 99.10
Std. Error of Mean 1.285 1.118
Median 103.00 100.50
Mode 103 94(a)
Std. Deviation 8.130 7.070
Variance 66.092 49.990
Skewness -2.202 -.613
Std. Error of Skewness .374 .374
Kurtosis 9.187 1.135
Std. Error of Kurtosis .733 .733
Range 50 35
Minimum 66 78
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
bNormal P-P Plot of Tk. percaya diri
Maximum 116 113
Sum 4076 3964
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency Table Intensitas pembinaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 66 1 2.5 2.5 2.5
88 1 2.5 2.5 5.0
90 1 2.5 2.5 7.5
95 1 2.5 2.5 10.0
96 1 2.5 2.5 12.5
97 3 7.5 7.5 20.0
98 1 2.5 2.5 22.5
99 2 5.0 5.0 27.5
101 3 7.5 7.5 35.0
102 3 7.5 7.5 42.5
103 7 17.5 17.5 60.0
104 2 5.0 5.0 65.0
105 2 5.0 5.0 70.0
106 5 12.5 12.5 82.5
107 1 2.5 2.5 85.0
108 2 5.0 5.0 90.0
109 1 2.5 2.5 92.5
113 1 2.5 2.5 95.0
115 1 2.5 2.5 97.5
116 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Tk. percaya diri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 78 1 2.5 2.5 2.5
84 1 2.5 2.5 5.0
89 1 2.5 2.5 7.5
91 2 5.0 5.0 12.5
92 1 2.5 2.5 15.0
94 5 12.5 12.5 27.5
95 1 2.5 2.5 30.0
96 2 5.0 5.0 35.0
97 1 2.5 2.5 37.5
98 1 2.5 2.5 40.0
99 1 2.5 2.5 42.5
100 3 7.5 7.5 50.0
101 5 12.5 12.5 62.5
102 3 7.5 7.5 70.0
103 3 7.5 7.5 77.5
104 2 5.0 5.0 82.5
105 1 2.5 2.5 85.0
106 1 2.5 2.5 87.5
107 1 2.5 2.5 90.0
108 1 2.5 2.5 92.5
109 1 2.5 2.5 95.0
112 1 2.5 2.5 97.5
113 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
NPar Tests Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Percentiles
25th 50th (Median) 75th
Intensitas pembinaan 40 101.90 8.130 66 116 99.00 103.00 106.00
Tk. percaya diri 40 99.10 7.070 78 113 94.00 100.50 103.00
Descriptives
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Intensitas
pembinaan Tk. percaya
diri
N 40 40
Normal Parameters(a,b) Mean 101.90 99.10
Std. Deviation 8.130 7.070
Most Extreme Differences
Absolute .181 .126
Positive .132 .069
Negative -.181 -.126
Kolmogorov-Smirnov Z 1.144 .795
Asymp. Sig. (2-tailed) .146 .553
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Descriptives Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Intensitas pembinaan 40 66 116 101.90 8.130
Tk. percaya diri 40 78 113 99.10 7.070
Valid N (listwise) 40
Correlations Correlations
Intensitas
pembinaan Tk. percaya
diri
Intensitas pembinaan Pearson Correlation 1 .289
Sig. (2-tailed) . .070
N 40 40
Tk. percaya diri Pearson Correlation .289 1
Sig. (2-tailed) .070 .
N 40 40