mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · web viewunsur promosi dalam penelitian ini...

11

Click here to load reader

Upload: vanthu

Post on 29-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

PENDAHULUANUpaya pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan modal bagi perwujudan kesejahteraan keluarga terutama dalam perbaikan gizi, karena potensi ibu mempunyai kedudukan srategis dalam perkembangan bayi.WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi adalah yang terbaik karena pada usia tersebut, sistem imun bayi sudah lebih sempurna dan sel-sel di sekitar usus bayi sudah siap untuk menyerap kandungan atau sari-sari makanan (Kodrat, 2009).

Selama dalam kandungan, janin yaitu calon bayi tumbuh dan berkembang dengan mendapatkan makanan dari ibu lewat ari-ari (plasenta). Ketika bayi lahir, alam menyediakan makanan dalam bentuk Air Susu Ibu (ASI). ASI telah dipersiapkan ibu pada waktu hamil, sehingga pada saat bayi lahir dapat diproduksi oleh ibu dan secepatnya dapat disusukan ke bayinya. Pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan dapat membantu rahim menghentikan perdarahan dan kembali

normal. Sentuhan kulit antara ibu dan bayi, serta isapan bayi akan membantu memperlancar produksi ASI (Muchtadi, 2007).

ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit. Bayi yang diberi ASI mungkin lebih sedikit kemungkinannya untuk mengidap penyakit-penyakit seperti radang paru-paru, diare, infeksi/peradangan telinga, dan beberapa infeksi lainnya yang disebabkan oleh kuman. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan otak bayi serta dapat mengurangi timbulnya penyakit lainnya seperti asma, kanker, kencing manis dan overweight (Sjahmien, 2005). Anak-anak yang tidak diberi ASI Eksklusif mempunyai kemungkinan lebih besar menderita kekurangan gizi dan obesitas serta ketika dewasa lebih mudah terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes (Amiruddin, 2006).

Pada tahun 2010, angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia hanya 33,5%, dari target nasional 80% dan masih jauh dari

1) Alumni Jurusan PKIP FKM Undana2) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana3) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG TAHUN 2011

Henryani Lidia Inya Kaka Ndoda 1, Engelina Nabuasa2, Marni3

Abstract: Exclusive breast feeding is breast which given for infant until 6 months without other drinks and foods. There are so many mathernity that have not known the benefits of giving the breast for infant which caused the lowly of giving the exclusive of breast, and also can cause of nutrient become wichedness and can affect death of baby. The aim of this research is to find out the illustration of exclusive breast feeding for infant in government local clinic of Oesapa of Kelapa Lima Oesapa of Kupang city in the year 2011. The field research is in government local clinic of Oesapa, Kelapa Lima of Kupang City. This research is classified as Descriptive study. The populations of this study are the mothernity in government local clinic of Oesapa are 871 of mother suckle. The samples of this research are 90 of mother suckle. The sampel was taken with the proportional method. The technique of data analysis is in Descriptive and provide in to frequency distribution table and narration. The result of the research shows that: (1) 65 Mother suckle (72%) have the lowly knowledge about the exclusive breast feeding. (2) 59 mother suckle (65%) are in positive thinking about the exclusive breast feeding. (3) 67 mother suckle (73%) are graduated from SD and SMP. (4) 73 mother suckle (80%) are household. (5) 65 mother suckle (72%) never get the promotion of exclusive breast feeding.

Keywords : Healthy Life Style, Watershed Area, household

Page 2: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

MKM Vol. 06 No. 01 Des 2011

rata-rata dunia yaitu 38% (SDKI 2010). Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Kupang bahwa pada tahun 2010 dari jumlah 2.614 bayi, yang mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 1.111 bayi dengan presentase 42,50% .

Sedangkan untuk Puskesmas Oesapa, hanya 75 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif atau sebesar 14,6% dari total 513 bayi. Dari 183 bayi yang ada di Kelurahan Oesapa, yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 19 bayi dengan presentase 10,3%. Kelurahan Oesapa Barat, hanya 30 bayi yang mendapat ASI eksklusif dari 165 bayi dengan presentase 18,8%. Kelurahan Oesapa Selatan, 12 bayi diberikan Asi eksklusif dengan presentase 27,3% dari 41 bayi. Kelurahan Lasiana, hanya 14 bayi yang diberikan Asi eksklusif dengan presentase 8,9% dari 124 bayi.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang tahun 2011. Tujuan khusus yaitu untuk memberikan gambaran tingkat pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, memberikan gambaran sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayi, memberikan gambaran tingkat pendidikan ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, memberikan gambaran status pekerjaan ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, dan memberikan gambaran promosi ASI terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang tahun 2011.

METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang diarahkan untuk memperoleh gambaran mengenai pemberian ASI ekslusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang tahun 2011.

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 6- 12 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang yakni sebanyak 871 ibu menyusui pada bulan Mei 2011. Sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi yang akan diamati atau diukur peneliti (Murti, 2006). Besar sampel seluruhnya dalam penelitian ini sebanyak 90 ibu menyusui.

CARA, BAHAN DAN ALAT PENGUMPULAN DATAData primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuisioner. Data yang dibutuhkan adalah data yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.

Data sekunder merupakan data-data pendukung yang relevan dengan penelitian, yaitu data-data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari kuesioner tingkat pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan promosi ASI.

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identittas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberikan coding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data, dan kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendeskripsikan semua variabel berdasarkan hasil kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.

22

Page 3: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

HASIL DAN BAHASANHASILTingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian ASI EksklusifTabel 1. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Tahun 2011

Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui

Pemberian ASI

N (%)Eksklusif

Non Eksklusif

n % n %Baik 6 7 2 2 8 9

Cukup 1 1 16 18 17 19Kurang 0 0 65 72 65 72Jumlah 7 8 83 92 90 100

Tabel 1 Menunjukkan bahwa ibu menyusui yang berpengetahuan kurang tentang ASI eksklusif cenderung untuk tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebaliknya, ibu meyusui yang berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif cenderung untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI EksklusifTable 2. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Sikap Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Tahun 2011

Sikap

Pemberian ASI

N (%)Eksklusif Non

Eksklusifn % N %

Positif 18 20 59 65 77 86Negatif 5 6 8 9 13 14Jumlah 23 26 67 74 90 100

Tabel 2 Menunjukkan bahwa sebanyak 77 ibu menyusui (86%) memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Namun, 65% ibu yang bersikap positif tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebagian ibu menyusui yang bersikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif mampu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian ASI EksklusifTable 3 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui

Pemberian ASI

N (%)Eksklusif Non

Eksklusifn % N %

Tidak Sekolah 0 0 0 0 0 0

SD 1 1 45 50 46 51SMP 1 1 20 22 21 23SMA 2 2 11 12 13 15

Perguruan Tinggi 3 4 7 8 10 11

Jumlah 7 8 83 92 90 100

Tabel 3 Menunjukan bahwa sebagian besar ibu menyusui memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah (SD dan SMP). Hal ini berdampak pada tidak diberikannya ASI eksklusif kepada bayi mereka. Sebaliknya, ibu menyusui yang meiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Status Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI EksklusifTable 4 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Tahun 2011

Status Pekerjaan Ibu Menyusui

Pemberian ASI

N (%)Eksklusif Non

Eksklusifn % n %

Bekerja 6 7 2 2 8 9Tidak

Bekerja 1 1 81 90 82 91

Jumlah 7 8 83 92 90 100

Tabel 4 Menunjukkan bahwa dari 90 ibu menyusui, pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja sebanyak 6 ibu (7%) dan pada ibu yang tidak bekerja sebanyak 1 ibu (1%). Sedangkan pemberian ASI non eksklusif pada ibu yang bekerja sebanyak 2 ibu (2%)

23

Page 4: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

MKM Vol. 06 No. 01 Des 2011

dan pada ibu yang tidak bekerja sebanyak 81 ibu (90%). Ibu-ibu menyusui yang tidak bekerja lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka dengan alasan waktu mereka lebih banyak digunakan untuk mengerjakan tugas rumah tangga sehingga mereka memberikan makanan tambahan kepada bayi mereka agar tidak cepat merasa lapar.

Table 5 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui

Pemberian ASI

N (%)Eksklusif

Non Eksklusif

n % n %PNS 3 4 1 1 4 5

Pegawai Swasta 1 1 0 0 1 1

Wirawsasta 2 2 1 1 3 3Mahasiswi 0 0 9 10 9 10Ibu Rumah

Tangga 1 1 72 80 73 81

Jumlah 7 8 83 92 90 100

Dari tabel 5 Diketahui bahwa ada 73 ibu rumah tangga (81%), 1 ibu (1%) memberikan ASI eksklusif dan 72 ibu (80%) tidak memberikan ASI eksklusif.

Promosi ASI Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Table 6 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Promosi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Tahun 2011

Promosi ASI

Pemberian ASI

N (%)Eksklusif

Non Eksklusif

n % n %Pernah 5 6 18 20 23 26Tidak

Pernah 2 2 65 72 67 74

Jumlah 7 8 83 92 90 100

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 67 ibu (74%) tidak pernah mendapatkan promosi ASI eksklusif, 2 ibu (2%) memberika ASI eksklusif dan 65 ibu (72%) tidak memberikan ASI eksklusif. Dari 23 ibu yang

pernah mendapatkan promosi ASI eksklusif, 5 ibu (6%) memberikan ASI eksklusif dan 18 ibu (20%) tidak memberikan ASI eksklusif.

BAHASANPengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa menunjukkan bahwa sebagian besar ibu-ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 65 ibu (72%) hal ini berdampak pada tidak diberikannya ASI secara eksklusif kepada bayi mereka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvayanie dan Sumarni (2003) menunjukkan bahwa sebanyak 64 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu yang masih kurang. Karena pengetahuan ibu yang kurang atau bahkan tidak pernah mendapat informasi yang tepat mengenai cara, lama pemberian serta manfaat dari ASI secara tepat, maka masih ada ibu yang menganggap susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI.

Informasi yang minim mengenai pentingnya ASI eksklusif ternyata dapat mempengaruhi perilaku seorang ibu dalam menyusui bayinya. Apalagi kondisi atau keadaan akhir-akhir ini cukup mendukung dimana yang tampil hampir di berbagai media baik elektronik maupu cetak adalah informasi tentang kebaikan susu formula unuk pertumbuhan fisik maupun psikomotorik anak. Ada juga ibu-ibu yang sudah memberikan makanan dan minuman pendamping ASI sejak bayi berusia 2 bulan.

Ibu-ibu tersebut tidak memikirkan terlebih dahulu apakah bayinya sudah cukup usia untuk mengkonsumsi makanan pendamping ASI dan susu formula tersebut atau tidak yang pada akhirnya dapat menyebabkan bayinya bermasalah pada system

24

Page 5: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

pencernaannya atau organ-organ tuuh lainnya. Selain itu ternyata ada kesalahan persepsi pada sebagian ibu-ibu yang mengira dengan menyusui bayi secara eksklusif dapat menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan. Padahal seperti diketahui dengan menyusui dapat membantu menurunkan berat badan.

Selain pengaruh pengetahuan tentang ASI, faktor lain yang dapat berpengaruh adalah sikap ibu terhadap ASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa diketahui bahwa 18 ibu menyusui (20%) yang bersikap positif memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sedangkan 59 ibu menyusui (65%) bersikap positif tetapi tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Farrer (1999), bahwa sebagian ibu mempunyai sikap defensif karena mereka hanya diberikan penyuluhan tentang ASI ekskluisf saja dan bukan didorong serta dibiarkan untuk menggali perasaan mereka mengenai pemberian ASI kepada bayi mereka. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Permana (2006) menunjukkan bahwa sikap positif ibu terhadap praktik pemberian ASI Eksklusif tidak diikuti dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayinya. Sikap belum otomatis terwujud dalam sutau tindakan. Terwujudnya sikap agar menjadi tindakan nyata diperlukan faktor dukungan dari pihak-pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan dan orang-orang terdekat ibu.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menyatakan sikap terhadap ASI Eksklusif baik tidak memberi ASI Eksklusif dikarenakan sikap yang mereka punyai hanya karena mereka tahu saja dan bukan sadar untuk menyatakan setuju pada ASI Eksklusif sedangkan sebenarnya mereka bersikap antagonis terhadap gagasan ini.

Pengetahuan dan sikap ibu dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan sangat berperan dalam pemberian ASI eksklusif. karena dari 90 ibu

menyusui, yang mempunyai tingkat pendidikan rendah yakni SD sebanyak 45 ibu (50%) dan SMP sebanyak 20 (22%) memberikan dampak terhadap penyerapan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam menyerap dan mempraktekkan berbagai informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Sediaoetama, 2000).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat dari Rulina Suradi (1992) yang menyatakan bahwa walaupun seorang ibu memiliki pendidikan formal yang rendah, belum tentu tidak mampu menyusun menu makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikan formalnya. Tetapi perlu menjadi pertimbangan bahwa faktor pendidikan turut menentukan mudah tidaknya penyerapan dan pemahaman terhadap informasi yang diterima.

Sedangkan faktor status pekerjaan tidak menjadi faktor determinan karena dari 90 ibu menyusui yang tidak bekerja sebanyak 81 (90%) dan tidak memberikan ASI secara eksklusif pad bayi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil studi dari Irawati (1997) yang menunjukkan bahwa status pekerjaan tidak memiliki peranan yang besar dalam pemberian ASI ekskusif. Hasil penelitian serupa juga ditunjukkan oleh Martyanti (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI secara eksklusif yakni kelompok ibu-ibu yang bekerja dan harus meninggalkan rumah dapat memberikan ASI secara Eksklusif sebesar 52,3%.

Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa menunjukkan bahwa meskipun ibu-ibu tersebut bekerja tetapi dapat memberikan ASI secara eksklusif. Selain itu, ditemukan ibu-ibu yang tidak bekerja atau berprofesi sebagai ibu rumah tangga tetapi tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan ibu-ibu yang bekerja, tidak memberikan ASI eksklusif. Ibu-ibu yang bekerja memilih memerah ASI kemudian disimpan untuk diberikan kepada

25

Page 6: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

MKM Vol. 06 No. 01 Des 2011

bayi mereka jika dibutuhkan. Dengan demikian ibu-ibu yang bekerja tersebut akan tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi mereka walaupun mereka sibuk bekerja.

Promosi ASI eksklusif memiliki peranan yang sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif karena dari jumlah 90 ibu menyusui yang tidak mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif sebanyak 65 ibu menyusui (72%) sehingga mereka tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini menggambarkan bahwa ibu menyusui yang tidak bekerja mempunyai waktu yang banyak untuk memberikan ASI eksklusif.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Elvayanie dan Sumarni (2003) yang menunjukkan sebanyak 51,4% responden yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi berhubungan dengan informasi atau promosi ASI yang tidak diterima oleh responden. Peneltian serupa juga oleh Martyanti Tiala (2006) bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui yang mendapat promosi sebanyak 16% dibandingkan dengan ibu menyusui yang tidak pernah mendengarkan promosi ASI eksklusif tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif selama enam (6) bulan kepada bayinya sebesar 70% responden.

Unsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Oesapa tersebut, media yang dipakai untuk mempromosikan ASI eksklusif berupa media cetak seperti poster atau leaflet, sedangkan waktu penyampaian promosi dilakukan pada waktu ibu-ibu yang datang memeriksakan kehamilannya, waktu bersalin, dan saat Posyandu. Proses pemberian informasi atau promosi ASI eksklusif perlu adanya kerjasama antara instansi kesehatan dan pihak-pihak terkait sehingga dapat memberikan informasi tentang ASI eksklusif di tempat bersalin atau Puskesmas dan mengingatkan para Petugas kesehatan agar selalu memberikan informasi kepada ibu hamil pada saat pemeriksaan kehamilan agar dapat memberikan ASI kepada bayinya selama enam (6) bulan

pertama kehidupan bayi tanpa makanan/minuman pendamping lainnya (Oetami, 2001).

SIMPULANDari hasil penelitian dapat yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Sebagian besar ibu menyusui yang berada di wilayah kerja Puskesmas Oesapa miliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang pemberian ASI eksklusif, sehingga ibu menyusui tersebut tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka; (2) Sebagian besar ibu menyusui yang berada di wilayah kerja Puskesamas Oesapa memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI eksklusif, tetapi mereka tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka; (3) Sebagian besar ibu menyusui yang berada di wilayah kerja Puskesmas Oesapa memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, hal ini yang diduga menyebabkan mereka tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka; (4) Sebagian besar ibu menyusui yang berada di wilayah kerja Puskesmas Oesapa hanya sebagai ibu rumah tangga namun mereka tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka; (5) Sebagian besar ibu menyusui (72%) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Oesapa tidak pernah mendapat promosi tentang ASI eksklusif sehingga mereka tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka.

SARANBerdasarkan hasil penelitian, dapat diberikan saran sebagi berikut: (1) Bagi Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan memotivasi ibu dengan memberikan promosi tentang ASI eksklusif melalui penyuluhan, leafled dan poster yang berisi informasi tentang ASI eksklusif untuk meningkatkan pengetahuan dengan memperhatikan tingkat pendidikan ibu menyusui; (2) Diharapkan agar ibu-ibu menyusui bersikap positif terhadap informasi tentang pemberian ASI eksklusif yang diberikan oleh pihak terkait seperti Puskesmas, Kader Posyandu, dan organisasi masyarakat yang lain; (3) Diharapkan agar penelitian lain dapat meneliti faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.

26

Page 7: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa

DAFTAR PUSTAKAAdiningsih, Utami Neni. Gerakan Kembali ke

ASI. Bogor: Kanisius.Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Kesehatan.

Rineka Cipta: Jakarta.Alkatiri, Saleh. 2002. Penuntun Hidup Sehat

Menurut Kesehatan Moderen. Surabaya: Airlangga Univercity Press.

Amiruddin. 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Aritonang, Irianto. 1996. Pemantauan Pertumbuhan Balita Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi & Kesehatan. Jakarta: Kanisius.

Azwar, Asrul. 2009. Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. 2003. Indicator Sosial Wanita NTT. Kupang.

Dally, Dedy. 1994. Kamus Populer Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Danuatmadja, B, M. Meiliasari. 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Cetakan I. Jakarta: Puspaswara.

Muchtadi, Deddy. 2007. Gizi Untuk Bayi:air Susu Ibu, Susu Formula, Dan Makanan Tambahan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Depkes RI. 2003. Buletin Penelitian Kesehatan. Jakarta: Ditjenbinkesmas.

. 2003. Ibu Bekerja Tetap Memberikan ASI. Jakarta: Ditjenbinkesmas.

. 2003. Sistem Kesehatan Nasional(Naskah Untuk Sosialisasi dalam Rangka Mendapatkan Masukan Guna Penyempurnaan SKN). Jakarta: Ditjenbinkesmas.

. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Edisi No. 6. Jakarta: Ditjenbinkesmas.

. 2001. Pedoman Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat. Jakarta: Ditjenbinkesmas.

Ebrahim, G.J. 1994. Air Susu Ibu. Surabaya: Airlangga University Prass.

Elvayanie, Nur. S, Sumarni. 2003. Faktor-faktor Yang Berhungan dengan Pola Inisiasi ASI. BuletinPenelitian Kesehatan.

Esterrik. 1990. Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Kawan Pustaka. Jakarta.

Farrer. 1999. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. EGC. Jakarta.

Irawati, R. 1990. Faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Padangsari Kabupaten Ungaran. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.

Kodrat, Laksono. 2010. Dasyatnya ASI & Laktasi. Untuk Kecerdasan Buah Hati Anda. Yogyakarta. Media Baca.

Khomsan, Ali. 2004. Pengantar Pangan & Gizi. Jakarta: Swadaya.

Kusuma, K, Hadi, Masri. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Liliweri, Alo. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi Mandar Maju. Bandung http://www.digilib.ui.edu/opac/thems/libri2/detail. c om . (Akses 20 Mei 2010). 20.30 wita.

Mar’at. 1982. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukuran. Bandung: Ghalia Indonesia.

Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Niven, Neil. 2002. Psikologi kesehatan : Pengantar untuk perawat & profesional kesehatan lain. (2nd ed). Alih Bahasa: Agung Waluyo & Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2005a. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2005b. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2003. Pendidikan & Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

27

Page 8: mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com  · Web viewUnsur promosi dalam penelitian ini terdiri dari sumber yang menyampaikan promosi ASI eksklusif yaitu petugas kesehatan yang

MKM Vol. 06 No. 01 Des 2011

Permana, F.D. 2006. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu tidak Bekerja (Studi Kualitatif di Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2006). Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip, Semarang.

Pudjiadi, S. 2000. Sifat-sifat dan Kegunaan Berbagai Jenis Formula Bayi dan Makanan Padat yang Beredar di Indonesia, Jakarta, FKUI.

Pujiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Jakarta.

Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Roesli, Oetami, 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi Lengkap. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Tubulus Agriwidya.

Rulina, S,S. Suraatmadja. 1992. ASI Tinjuauan Dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.

Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.

Sjahmien, Moehji. 2005. Pemeliharaan Gizi Bayi Dan Balita. Jakarta: Bharata Karya Aksara.

Soetjiningsih.1997. Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suhardjo. 1995. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Bogor: Kanisius.

Sukadji, S. 2004. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sujudi, Ahmad. 2005. Dorong ASI Eksklusif. Jakarta: Media Indonesia.

Sunoto. 2001. Dibalik Kontravensi ASI, Susu Formula, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Surinah. 2009. Gizi Yang Tepat Mulai Dari Dalam Kandungan Sampai Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Bunda.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi Offset.

Suyatno. 2000. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Tradisional terhadap kejadian ISPA, Diare, dan Status Gizi Bayi pada 4 (empat) bulan Pertama Kehidupannya. Jakarta: Pustaka Bunda.

Taufik. 2007. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang Keperawatam Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Info Medika.

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi.

28