masyarakat kota dan masyarakat desa
DESCRIPTION
ISBDTRANSCRIPT
Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa
A. Pendahuluan
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut. Melihat dari berbagai aspek kehidupan yang terjadi
di masyarakat pada saat ini, masih terjadinya beberapa fenomena pergeseran
nilai, norma serta adat istiadat kaitannya dengan pemahaman tentang
masyarakat desa dan kota. Hal tersebut dapat ditinjau dari ilmu sosiologi,
dimana yang menjadi obyek adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan
antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam
masyarakat.
Bertolak pada core of the problem dan reasoning yang ada, maka perlu
pemahaman yang jelas mengenai konsep masyarakat kota dan desa yang
ditinjau dari segi ilmu sosiologi. Jadi diharapkan adanya pemahaman yang
mendasar agar tidak terjadi suatu penyimpangan dalam nilai, norma dan adat
istiadat yang ada dalam masyarakat kota maupun desa.
B. Pengertian Masyarakat
Masyarakat yaitu kelompok orang atau manusia yg telah cukup lama
hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya
berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup(atau semi terbuka),
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
1
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk
menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga
dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai
individu.
Perkataan society berasal dari bahasa Latin societas, "perhubungan baik
dengan orang lain". Perkataan societas diambil dari socius yang bererti
"teman", maka makna masyarakat itu adalah berkaitan erat dengan apa yang
dikatakan sosial.
Walaupun setiap masyarakat itu berbeda, namun musnahnya suatu
masyarakat adalah selalunya sama, karena: penipuan, pencurian, keganasan,
peperangan dan juga kadangkala penghapusan etnik. Masyarakat yang baru
akan muncul dari siapa saja yang masih bersama, ataupun dari siapa saja yang
tinggal.
C. Masyarakat Kota
Kehidupan masyarakat kota,
cenderung mengarah individual dan
kurang mengenal antara warga yang satu
dengan lainnya meskipun tempat
tinggalnya berdekatan. Rasa persatuan
tolong menolong dan gotong royong mulai
pudar dan kepedulian sosial cenderung
berkurang.
Kehidupan masyarakat kota mempunyai sisi positif dan negatif. Dari
segi negatif, masyarakat kota cenderung bersifat individual & sangat jarang
untuk saling mengenal antara warga yang satu dengan lainnya meskipun
tempat tinggalnya berdekatan. Ini dikarenakan kehidupan mereka yang
2
semakin moderen. Dapat kita lihat bahwa di kota kebanyakan rumah mereka
dibatasi oleh pagar-pagar tembok yang begitu tinggi. Yang sekaligus
membatasi berlangsungnya interaksi antar tetangga. Mereka seolah-olah
hidup pada dunia mereka sendiri dan dengan cara mereka sendiri. Hal ini
membuat rasa persatuan, tolong-menolong dan gotong-oyong mulai memudar
begitupun dengan kepedulian sosial antara tiap warganya. Itu memicu
terjadinya kesenjangan sosial di kalangan masyarakat kota. Kepadatan
penduduk menjadi bagian dari kehidupan kota yang mana mereka bersifat
heterogen (berasal dari berbagai ras, adat dan suku) yang hidup saling
berjejalan dalam lingkungan yang agak kumuh, kotor dan tidak sehat dengan
berbagai pencemaran yang identik dengan kehiduopan kota. Norma yang ada
sudah tidak terlalu ketat, sehingga kehidupan keagamaannya juga semakin
menipis. Walaupun ada yang melanggar, orang yang melihatnya menganggap
hal itu adalah hal yang lumrah atau biasa sehingga tidak memperdulikan lagi.
Selain itu ada stratifikasi sosial yang memicu diskriminasi di mana masyarakat
seolah memiliki kasta atau tingkatan yang terbagi atas kalangan atas yang
hanya mau bergaul dengan sesamanya, juga ada kalangan menengah dan
kalangan bawah. Kebutuhan orang kalangan atas yang selalu didahulukan
karena dilihat memiliki materi yang lebih.
Dari segi positif, orang kota dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota karena ketersediaan mata
pencahariannya di segala bidang. Sehingga banyak dari warga desa yang
pergi mengadu nasib di kota dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan dan
penghasilan yang banyak. Jalan pikiran yang mereka anut pada umumnya
bersifat rasional. Selain itu kota dianggap mewakili suatu kedinamisan dan
progresifitas(kemajuan). Masyarakat kota seolah selalu diburu oleh waktu dan
situasi yang mendorong mereka untuk bekerja lebih giat dan lebih kreatif.
Untuk sebisa mungkin mencukupi kebutuhannya. Di kota ada banyak hiburan
yang tersedia. Ada juga ketersediaan alat-alat transportasi yang beraneka
3
ragam. Toko-toko yang menjual berbagai macam kebutuhan yang dibutuhkan
maupun yang diinginkan. Gedung-gedung pencakar langit juga pusat
perbelanjaan yang modern dan mewah yang bisa jadi tempat sekedar mencuci
mata sekalipun.
Ciri-ciri Masyarakat Kota
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
a. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan
karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
berdantung pada orang lain (Individualisme).
c. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak diperoleh warga kota.
e. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor
waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat
penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
f. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
D. Masyarakat Desa
Kehidupan di desa juga memiliki sisi positif dan negatif. Dari sisi
negatif, desa dianggap menyimbolkan kediaman dan keterbelakangan serta
kemalasan. Kenapa? Karena di desa masih kurang fasilitas pendukung
aktivitas masyarakatnya. Kebanyakan lahan pekerjaan yang tersedia dari segi
pertanian yang hasilnya juga tak seberapa. Dari sisi positif, masyarakat desa
memiliki hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam antarwarganya.
4
Biasanya mereka hidup berkelompok dan
mayoritas bermata pencaharian petani.
Pekerjaan di luar pertanian hanya sekedar
sampingan, meskipun ada pula yang berstatus
PNS, TNI, POLRI, maupun karyawan swasta,
namun persentasenya relatif kecil.
Kepala desa, tokoh masyarakat dan golongan kaum tua berpengaruh
dominan dan memegang peranan penting selain juga menjadi tokoh panutan
bagi warga setempat yang tiap-tiap keputusannya sangat mengikat bahkan
telah dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari–hari dan menjadi adat
setempat, bisa dikatakan normanya masih terjaga dengan baik. Sehingga
pelanggaran dianggap tabu dan sebagai konsekuensinya bisa dikkucilkan dari
warga yang lainnya. Rasa persatuan yang sangat kuat dan rasa tolong-
menolong atau gotong-royong dalam segala hal masih terjaga dengan baik
pula. Alat komunikasi moderen yang sangat kurang membuat komunikasi
yang berkembang cenderung sangat sederhana, masih berupa desas-desus
yang menjadi kebiasaan dan sangat cepat diterima oleh masyarakat, meskipun
hal itu terkadang pula dilakukan pada hal-hal yang mengarah negatif. Dilihat
dari jumlah penduduknya, di desa tidak terlalu padat dan bersifat homogen.
Kontrol sosial masih tinggi, juga sifat kekeluargaannya masih ada.
Ciri-ciri Masyarakat Desa
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga, seorang ahli
Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai
masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta ,
kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan
tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
5
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari afektifitas, yaitu
mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak
suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya
dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu.
Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja. (lawannya Universalisme).
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)
dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.
E. Perbedaan Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat
pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai
hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat
modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari
kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada
hakekatnya bersifat gradual.
1. Dari segi agama
6
Secara agama, yaitu terletak pada akhlaknya, biasanya masyarakat
desa mayoritas tidak mengetahui permasalahan atau perkembangan zaman,
kesederhanaan yang selalu nampak pada keseharian masyarakat desa
sehingga aktivitas yang biasa mereka lakukan yaitu beribadah bersama.
Berbeda dengan masyarakat kota yang memiliki banyak kesibukan dan
keinginan ini disebabkan karena ilmu pengetahuan mereka, pola pikir yang
berbeda dengan masyarakat desa sehingga menyebabkan kesibukan yang
tiada henti. Ada sebagian dari masyarakat kota sering meninggalkan
ibadah demi keinginan mereka.
2. Dari segi sosial
Secara sosial, yaitu terletak pada perilaku individu masing-masing.
Masyarakat kota biasanya mementingkan kepentingan sendiri
dibandingkan orang lain karena masyarakat kota memiliki kepentingan-
kepentingan yang bersifat mementingkan dirinya sendiri sehinnga lupa
akan kehidupan bersosialisasi dan memilih hidup rukun tetangga, dalam
arti masyarakat desa lebih mengutamakan kebersamaan.
3. Dari segi hukum
Secara hukum, yaitu masyarakat kota biasanya menggunakan uang
untuk melindungi dirinya terhadap hukum-hukum yang berlaku, sehingga
masyarakat kota sering kali mengabaikan betapa pentingnya hukum yang
berlaku. Berbeda dengan masyarakat desa, mereka biasanya taat terhadap
hukum yang berlaku, bukan berarti mereka tidak mempunyai uang namun
mereka sadar akan hukum yang berlaku.
4. Dari segi budaya
Secara budaya, yaitu masyarakat kota biasanya lebih mementingkan
kebudayaan modern atau perkembangan zaman yang identik dengan
budaya luar. Kebudayaan dari luar yang secara bebas tanpa aturan
7
diterima dengan tangan terbuka.
Mayarakat desa memiliki kebudayaan
yang sangat kuat dari nenek moyang
mereka dan dijaga juga diwariskan secara
turun temurun. Masyarakat desa sulit
menerima budaya asing sehingga budaya
mereka tetap terjaga.
Selain perbedaan di atas, kita juga dapat membedakan antara masyarakat
desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri.
Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial,
struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-
kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem
tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut:
Masyarakat Pedesaan Masyarakat Kota
Perilaku homogen.
Perilaku yang dilandasi oleh konsep
kekeluargaan dan kebersamaan.
Perilaku yang berorientasi pada
tradisi dan status.
Isolasi sosial, sehingga statstik.
Kesatuan dan keutuhan kultural
Banyak ritual dan nila-nilai sakral
Kolektivisme
Perilaku heterogen..
Perilaku yang dilandasi oleh konsep
pengandalan diri dan kelembagaan..
Perilaku yang berorientasi pada
rasionalitas dan fungsi.
Mobilitas sosial, sehingga dinamik.
Kebauran dan diversifikasi kultural
Birokrasi fungsional dan nila-nilai
sekular
Individualisme
8
F. Hubungan Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang
terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar
diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan,
karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam
memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur
mayur, daging dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis
pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek
proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau
jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila
pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa
panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja
yang tersedia.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui
beberapa cara, seperti:
1. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan
dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua
kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
2. Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak
kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat
kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
3. Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke
desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
4. Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang
bersifat kedesaan ke kota.
9
Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai
pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh
karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada
umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah:
Urbanisasi Dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan masyarakat desa dan kota yang saling
ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah
baru yakni urbanisasi, yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke
kota, atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyarakat perkotaan. (Soekanto,1969:123 ).
Sebab-sebab Urbanisasi
1. Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah
kediamannya (Push factors).
a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan
lahan pertanian.
b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat
istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang
monoton.
d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir,
serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk
desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
2. Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah
dan menetap di kota (pull factors).
a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa di kota banyak
pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan.
10
b. Di kota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha
kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
c. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak di kota dan
lebih mudah didapat.
d. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan
merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol
sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang
rendah ( Soekanti, 1969: 124-125 ).
G. Penutup
1. Kesimpulan
Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak dapat hidup hanya
dengan mengandalkan dirinya sendiri, karena itu manusia disebut sebagai
makhluk sosial.
Kehidupan masyarakat kota dan desa berbeda. Intelektual dan ilmu
pengetahuan yang berbeda antara masyarakat kota dan desa sehinnga
kehidupan sosial, agama, budaya, dan hukum terlihat jelas perbedaannya.
2. Saran
Kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau
sumber kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik
itu kehidupan di desa maupun di perkotaan. Tentunya itulah harapan kita
bersama, tetapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali
dari harapan dan tujuan Pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan
sosial, yang kaya makin kaya dan yang miskin tambah melarat, mutu
pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh
saudaranya(dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih
banyak lagi fenomena kehidupan tersebut di atas yang kita rasakan
bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita
tinggal.
11
Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira
fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata
problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat
yang aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi
oleh kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah
urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat
desa yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi
desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif
di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan
cenderung tertinggal.
Pembangunan wilayah perkotaan seharusnya berbanding lurus
dengan pengembangan wilayah desa yang berpengaruh besar terhadap
pembangunan kota. Masalah yang terjadi di kota tidak terlepas karena
adanya problem masalah yang terjadi di desa, kurangnya sumber daya
manusia yang produktif akibat urbanisasi menjadi masalah yang pokok
untuk diselesaikan dan paradigma yang sempit bahwa dengan mengadu
nasib dikota maka kehidupan menjadi bahagia dan sejahtera menjadi
masalah serius. Problem itu tidak akan menjadi masalah serius apabila
pemerintah lebih fokus terhadap perkembangan dan pembangunan desa
tertinggal dengan membuka lapangan pekerjaan dipedesaan sekaligus
mengalirnya investasi dari kota dan juga menerapkan desentralisasi
otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada seluruh daerah
untuk mengembangkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan
desa saling mendukung dalam segala aspek kehidupan.
12
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
1. Ahmadi, Abu.2003.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta: Rineke Cipta.
2. Marwanto.2006.Jangan Bunuh Desa Kami.Jakarta:Kompas
3. _______.1994.Sosiologi 3 Smu.Jakarta: Yudistira
B. Internet
1. Wawan.2010.Perbedaan Masyarakat Desa dan Kota. http://community . gunadarma.ac.id/blog/view/id_9057/title_perbedaan-masyarakat-desa-dan-kota/. (diakses tanggal 9 Maret 2011)
2. Rudianto.2009.Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota. http://mbahrudisblog.blogspot.com/2009/01/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html. (diakses tanggal 9 Maret 2011)
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa”, yang penulis buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Atas selesainya penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Zulkifli M. selaku dosen
pengajar yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan materi
sehingga dapat disajikan dalam bentuk makalah ini. Penulis juga menghaturkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan
makalah ini. Serta tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada para
penulis yang tulisannya telah dikutip sebagai bahan rujukan dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis berharap makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai sarana pengajaran dan motivasi bagi objek dan pembaca
makalah ini, khususnya terhadap kalangan dunia pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah dibuat ini sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Atas
perkenan dari semua yang mendukung tersusunnya makalah ini penulis
mengucapkan terimakasih.
Banjarmasin, 2011
Penulis
14
MAKALAH
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
(AMBB 114)
MASYARakat kota dan masyarakat desa
Disusun Oleh:
Kelompok I
1. Heza Sridevi (A1C110006)2. Delsika Pramata Sari (A1C110010)3. Nur Oktaviyani (A1C110012)4. Norlaila (A1C110021)5. Lilis Puri Sukadasih (A1C110022)6. Hijriati Noor (A1C110037)7. Haifa Lestari (A1C110042)8. Maidatina Umi Kasum (A1C110045)
Dosen Pengasuh:
Dr. Zulkifli M.Dr. Zulkifli M.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010/2011
15