masyarakat kota dan masyarakat desa

24
Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa A. Pendahuluan Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Melihat dari berbagai aspek kehidupan yang terjadi di masyarakat pada saat ini, masih terjadinya beberapa fenomena pergeseran nilai, norma serta adat istiadat kaitannya dengan pemahaman tentang masyarakat desa dan kota. Hal tersebut dapat ditinjau dari ilmu sosiologi, dimana yang menjadi obyek adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Bertolak pada core of the problem dan reasoning yang ada, maka perlu pemahaman yang jelas mengenai konsep masyarakat kota dan desa yang ditinjau dari segi ilmu sosiologi. Jadi diharapkan adanya pemahaman yang mendasar agar tidak terjadi suatu penyimpangan dalam nilai, norma dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat kota maupun desa. B. Pengertian Masyarakat 1

Upload: lilis-puri-sukadasih

Post on 06-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ISBD

TRANSCRIPT

Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa

A. Pendahuluan

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),

dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada

dalam kelompok tersebut. Melihat dari berbagai aspek kehidupan yang terjadi

di masyarakat pada saat ini, masih terjadinya beberapa fenomena pergeseran

nilai, norma serta adat istiadat kaitannya dengan pemahaman tentang

masyarakat desa dan kota. Hal tersebut dapat ditinjau dari ilmu sosiologi,

dimana yang menjadi obyek adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan

antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam

masyarakat.

Bertolak pada core of the problem dan reasoning yang ada, maka perlu

pemahaman yang jelas mengenai konsep masyarakat kota dan desa yang

ditinjau dari segi ilmu sosiologi. Jadi diharapkan adanya pemahaman yang

mendasar agar tidak terjadi suatu penyimpangan dalam nilai, norma dan adat

istiadat yang ada dalam masyarakat kota maupun desa.

B. Pengertian Masyarakat

Masyarakat yaitu kelompok orang atau manusia yg telah cukup lama

hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya

berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas

tertentu.

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup(atau semi terbuka),

dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada

dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang

interdependen(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah

1

masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama

dalam satu komunitas yang teratur.

Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk

menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga

dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai

individu.

Perkataan society berasal dari bahasa Latin societas, "perhubungan baik

dengan orang lain". Perkataan societas diambil dari socius yang bererti

"teman", maka makna masyarakat itu adalah berkaitan erat dengan apa yang

dikatakan sosial.

Walaupun setiap masyarakat itu berbeda, namun musnahnya suatu

masyarakat adalah selalunya sama, karena: penipuan, pencurian, keganasan,

peperangan dan juga kadangkala penghapusan etnik. Masyarakat yang baru

akan muncul dari siapa saja yang masih bersama, ataupun dari siapa saja yang

tinggal.

C. Masyarakat Kota

Kehidupan masyarakat kota,

cenderung mengarah individual dan

kurang mengenal antara warga yang satu

dengan lainnya meskipun tempat

tinggalnya berdekatan. Rasa persatuan

tolong menolong dan gotong royong mulai

pudar dan kepedulian sosial cenderung

berkurang.

Kehidupan masyarakat kota mempunyai sisi positif dan negatif. Dari

segi negatif, masyarakat kota cenderung bersifat individual & sangat jarang

untuk saling mengenal antara warga yang satu dengan lainnya meskipun

tempat tinggalnya berdekatan. Ini dikarenakan kehidupan mereka yang

2

semakin moderen. Dapat kita lihat bahwa di kota kebanyakan rumah mereka

dibatasi oleh pagar-pagar tembok yang begitu tinggi. Yang sekaligus

membatasi berlangsungnya interaksi antar tetangga. Mereka seolah-olah

hidup pada dunia mereka sendiri dan dengan cara mereka sendiri. Hal ini

membuat rasa persatuan, tolong-menolong dan gotong-oyong mulai memudar

begitupun dengan kepedulian sosial antara tiap warganya. Itu memicu

terjadinya kesenjangan sosial di kalangan masyarakat kota. Kepadatan

penduduk menjadi bagian dari kehidupan kota yang mana mereka bersifat

heterogen (berasal dari berbagai ras, adat dan suku) yang hidup saling

berjejalan dalam lingkungan yang agak kumuh, kotor dan tidak sehat dengan

berbagai pencemaran yang identik dengan kehiduopan kota. Norma yang ada

sudah tidak terlalu ketat, sehingga kehidupan keagamaannya juga semakin

menipis. Walaupun ada yang melanggar, orang yang melihatnya menganggap

hal itu adalah hal yang lumrah atau biasa sehingga tidak memperdulikan lagi.

Selain itu ada stratifikasi sosial yang memicu diskriminasi di mana masyarakat

seolah memiliki kasta atau tingkatan yang terbagi atas kalangan atas yang

hanya mau bergaul dengan sesamanya, juga ada kalangan menengah dan

kalangan bawah. Kebutuhan orang kalangan atas yang selalu didahulukan

karena dilihat memiliki materi yang lebih.

Dari segi positif, orang kota dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus

bergantung pada orang lain. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan

pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota karena ketersediaan mata

pencahariannya di segala bidang. Sehingga banyak dari warga desa yang

pergi mengadu nasib di kota dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan dan

penghasilan yang banyak. Jalan pikiran yang mereka anut pada umumnya

bersifat rasional. Selain itu kota dianggap mewakili suatu kedinamisan dan

progresifitas(kemajuan). Masyarakat kota seolah selalu diburu oleh waktu dan

situasi yang mendorong mereka untuk bekerja lebih giat dan lebih kreatif.

Untuk sebisa mungkin mencukupi kebutuhannya. Di kota ada banyak hiburan

yang tersedia. Ada juga ketersediaan alat-alat transportasi yang beraneka

3

ragam. Toko-toko yang menjual berbagai macam kebutuhan yang dibutuhkan

maupun yang diinginkan. Gedung-gedung pencakar langit juga pusat

perbelanjaan yang modern dan mewah yang bisa jadi tempat sekedar mencuci

mata sekalipun.

Ciri-ciri Masyarakat Kota

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :

a. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan

karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.

b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus

berdantung pada orang lain (Individualisme).

c. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan

mempunyai batas-batas yang nyata.

d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih

banyak diperoleh warga kota.

e. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor

waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat

penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

f. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya

terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

D. Masyarakat Desa

Kehidupan di desa juga memiliki sisi positif dan negatif. Dari sisi

negatif, desa dianggap menyimbolkan kediaman dan keterbelakangan serta

kemalasan. Kenapa? Karena di desa masih kurang fasilitas pendukung

aktivitas masyarakatnya. Kebanyakan lahan pekerjaan yang tersedia dari segi

pertanian yang hasilnya juga tak seberapa. Dari sisi positif, masyarakat desa

memiliki hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam antarwarganya.

4

Biasanya mereka hidup berkelompok dan

mayoritas bermata pencaharian petani.

Pekerjaan di luar pertanian hanya sekedar

sampingan, meskipun ada pula yang berstatus

PNS, TNI, POLRI, maupun karyawan swasta,

namun persentasenya relatif kecil.

Kepala desa, tokoh masyarakat dan golongan kaum tua berpengaruh

dominan dan memegang peranan penting selain juga menjadi tokoh panutan

bagi warga setempat yang tiap-tiap keputusannya sangat mengikat bahkan

telah dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari–hari dan menjadi adat

setempat, bisa dikatakan normanya masih terjaga dengan baik. Sehingga

pelanggaran dianggap tabu dan sebagai konsekuensinya bisa dikkucilkan dari

warga yang lainnya. Rasa persatuan yang sangat kuat dan rasa tolong-

menolong atau gotong-royong dalam segala hal masih terjaga dengan baik

pula. Alat komunikasi moderen yang sangat kurang membuat komunikasi

yang berkembang cenderung sangat sederhana, masih berupa desas-desus

yang menjadi kebiasaan dan sangat cepat diterima oleh masyarakat, meskipun

hal itu terkadang pula dilakukan pada hal-hal yang mengarah negatif. Dilihat

dari jumlah penduduknya, di desa tidak terlalu padat dan bersifat homogen.

Kontrol sosial masih tinggi, juga sifat kekeluargaannya masih ada.

Ciri-ciri Masyarakat Desa

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga, seorang ahli

Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai

masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta ,

kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan

tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita

orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

5

b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari afektifitas, yaitu

mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak

suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus

memperlihatkan keseragaman persamaan.

c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya

dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu.

Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya

berlaku untuk kelompok tertentu saja. (lawannya Universalisme).

d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak

diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan

suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya

prestasi).

e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam

hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.

Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk

menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)

dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa

pengaruh dari luar.

E. Perbedaan Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat

pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).

Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai

hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat

modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari

kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada

hakekatnya bersifat gradual.

1. Dari segi agama

6

Secara agama, yaitu terletak pada akhlaknya, biasanya masyarakat

desa mayoritas tidak mengetahui permasalahan atau perkembangan zaman,

kesederhanaan yang selalu nampak pada keseharian masyarakat desa

sehingga aktivitas yang biasa mereka lakukan yaitu beribadah bersama.

Berbeda dengan masyarakat kota yang memiliki banyak kesibukan dan

keinginan ini disebabkan karena ilmu pengetahuan mereka, pola pikir yang

berbeda dengan masyarakat desa sehingga menyebabkan kesibukan yang

tiada henti. Ada sebagian dari masyarakat kota sering meninggalkan

ibadah demi keinginan mereka.

2. Dari segi sosial

Secara sosial, yaitu terletak pada perilaku individu masing-masing.

Masyarakat kota biasanya mementingkan kepentingan sendiri

dibandingkan orang lain karena masyarakat kota memiliki kepentingan-

kepentingan yang bersifat mementingkan dirinya sendiri sehinnga lupa

akan kehidupan bersosialisasi dan memilih hidup rukun tetangga, dalam

arti masyarakat desa lebih mengutamakan kebersamaan.

3. Dari segi hukum

Secara hukum, yaitu masyarakat kota biasanya menggunakan uang

untuk melindungi dirinya terhadap hukum-hukum yang berlaku, sehingga

masyarakat kota sering kali mengabaikan betapa pentingnya hukum yang

berlaku. Berbeda dengan masyarakat desa, mereka biasanya taat terhadap

hukum yang berlaku, bukan berarti mereka tidak mempunyai uang namun

mereka sadar akan hukum yang berlaku.

4. Dari segi budaya

Secara budaya, yaitu masyarakat kota biasanya lebih mementingkan

kebudayaan modern atau perkembangan zaman yang identik dengan

budaya luar. Kebudayaan dari luar yang secara bebas tanpa aturan

7

diterima dengan tangan terbuka.

Mayarakat desa memiliki kebudayaan

yang sangat kuat dari nenek moyang

mereka dan dijaga juga diwariskan secara

turun temurun. Masyarakat desa sulit

menerima budaya asing sehingga budaya

mereka tetap terjaga.

Selain perbedaan di atas, kita juga dapat membedakan antara masyarakat

desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri.

Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial,

struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-

kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem

tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai

berikut:

Masyarakat Pedesaan Masyarakat Kota

Perilaku homogen.

Perilaku yang dilandasi oleh konsep

kekeluargaan dan kebersamaan.

Perilaku yang berorientasi pada

tradisi dan status.

Isolasi sosial, sehingga statstik.

Kesatuan dan keutuhan kultural

Banyak ritual dan nila-nilai sakral

Kolektivisme

Perilaku heterogen..

Perilaku yang dilandasi oleh konsep

pengandalan diri dan kelembagaan..

Perilaku yang berorientasi pada

rasionalitas dan fungsi.

Mobilitas sosial, sehingga dinamik.

Kebauran dan diversifikasi kultural

Birokrasi fungsional dan nila-nilai

sekular

Individualisme

8

F. Hubungan Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang

terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar

diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan,

karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam

memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur

mayur, daging dan ikan.

Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis

pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek

proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau

jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja

musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila

pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa

panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja

yang tersedia.

Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui

beberapa cara, seperti:

1. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan

dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua

kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;

2. Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak

kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat

kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;

3. Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke

desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;

4. Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang

bersifat kedesaan ke kota.

9

Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai

pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh

karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada

umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.

Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah:

Urbanisasi Dan Urbanisme

Dengan adanya hubungan masyarakat desa dan kota yang saling

ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah

baru yakni urbanisasi, yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke

kota, atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya

masyarakat perkotaan. (Soekanto,1969:123 ).

Sebab-sebab Urbanisasi

1. Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah

kediamannya (Push factors).

a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan

lahan pertanian.

b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.

c. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat

istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang

monoton.

d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.

e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir,

serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk

desa untuk mencari penghidupan lain dikota.

2. Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah

dan menetap di kota (pull factors).

a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa di kota banyak

pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan.

10

b. Di kota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha

kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.

c. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak di kota dan

lebih mudah didapat.

d. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan

merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.

e. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol

sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang

rendah ( Soekanti, 1969: 124-125 ).

G. Penutup

1. Kesimpulan

Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak dapat hidup hanya

dengan mengandalkan dirinya sendiri, karena itu manusia disebut sebagai

makhluk sosial.

Kehidupan masyarakat kota dan desa berbeda. Intelektual dan ilmu

pengetahuan yang berbeda antara masyarakat kota dan desa sehinnga

kehidupan sosial, agama, budaya, dan hukum terlihat jelas perbedaannya.

2. Saran

Kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau

sumber kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik

itu kehidupan di desa maupun di perkotaan. Tentunya itulah harapan kita

bersama, tetapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali

dari harapan dan tujuan Pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan

sosial, yang kaya makin kaya dan yang miskin tambah melarat, mutu

pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh

saudaranya(dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih

banyak lagi fenomena kehidupan tersebut di atas yang kita rasakan

bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita

tinggal.

11

Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira

fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata

problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat

yang aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi

oleh kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah

urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat

desa yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi

desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif

di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan

cenderung tertinggal.

Pembangunan wilayah perkotaan seharusnya berbanding lurus

dengan pengembangan wilayah desa yang berpengaruh besar terhadap

pembangunan kota. Masalah yang terjadi di kota tidak terlepas karena

adanya problem masalah yang terjadi di desa, kurangnya sumber daya

manusia yang produktif akibat urbanisasi menjadi masalah yang pokok

untuk diselesaikan dan paradigma yang sempit bahwa dengan mengadu

nasib dikota maka kehidupan menjadi bahagia dan sejahtera menjadi

masalah serius. Problem itu tidak akan menjadi masalah serius apabila

pemerintah lebih fokus terhadap perkembangan dan pembangunan desa

tertinggal dengan membuka lapangan pekerjaan dipedesaan sekaligus

mengalirnya investasi dari kota dan juga menerapkan desentralisasi

otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada seluruh daerah

untuk mengembangkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan

desa saling mendukung dalam segala aspek kehidupan.

12

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

1. Ahmadi, Abu.2003.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta: Rineke Cipta.

2. Marwanto.2006.Jangan Bunuh Desa Kami.Jakarta:Kompas

3. _______.1994.Sosiologi 3 Smu.Jakarta: Yudistira

B. Internet

1. Wawan.2010.Perbedaan Masyarakat Desa dan Kota. http://community . gunadarma.ac.id/blog/view/id_9057/title_perbedaan-masyarakat-desa-dan-kota/. (diakses tanggal 9 Maret 2011)

2. Rudianto.2009.Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota. http://mbahrudisblog.blogspot.com/2009/01/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html. (diakses tanggal 9 Maret 2011)

13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan

karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa”, yang penulis buat untuk memenuhi

tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Atas selesainya penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Zulkifli M. selaku dosen

pengajar yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan materi

sehingga dapat disajikan dalam bentuk makalah ini. Penulis juga menghaturkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan

makalah ini. Serta tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada para

penulis yang tulisannya telah dikutip sebagai bahan rujukan dalam pembuatan

makalah ini.

Penulis berharap makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat

dijadikan sebagai sarana pengajaran dan motivasi bagi objek dan pembaca

makalah ini, khususnya terhadap kalangan dunia pendidikan.

Penulis menyadari bahwa makalah yang telah dibuat ini sangat jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Atas

perkenan dari semua yang mendukung tersusunnya makalah ini penulis

mengucapkan terimakasih.

Banjarmasin, 2011

Penulis

14

MAKALAH

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

(AMBB 114)

MASYARakat kota dan masyarakat desa

Disusun Oleh:

Kelompok I

1. Heza Sridevi (A1C110006)2. Delsika Pramata Sari (A1C110010)3. Nur Oktaviyani (A1C110012)4. Norlaila (A1C110021)5. Lilis Puri Sukadasih (A1C110022)6. Hijriati Noor (A1C110037)7. Haifa Lestari (A1C110042)8. Maidatina Umi Kasum (A1C110045)

Dosen Pengasuh:

Dr. Zulkifli M.Dr. Zulkifli M.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2010/2011

15