masyarakat desa dan kota

31
Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Bagian I Wawan E. Kuswandoro http://www.eKuswandoro.co.cc Tulisan ini membantu penyampaian materi kuliah “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa”, mendeskripsikan cara pandang dan bagaimana sosiologi memberikan pemahaman dan analisis tentang masyarakat kota dan desa, kehidupan sosialnya, hubungan kota dan desa dan kaitannya dengan pembangunan, gejala dan masalah-masalah kota dan desa termasuk urbanisasi dan urban bias. Pokok-pokok perkembangan kota dan pembangunan desa dimasukkan dalam lingkup bahasan yang sesuai dengan kebutuhan penelaahan studi-studi politik dan administrasi. Untuk mempermudah penyampaian, artikel ini terbagi menjadi 3 bagian. Bagian I berisi materi Mengenal Sosiologi Untuk Analisis Masyarakat (I), Konsepsi Tentang Masyarakat (II) dan Mengenal Paradigma Ilmu Sosial (III) . Bagian II berisi materi Masyarakat Kota (I), Masyarakat Desa (II), Masalah-Masalah Masyarakat Kota dan Desa (III). I Mengenal Sosiologi Untuk Analisis Masyarakat Sebagai awalan perjumpaan ini lebih baik jika saya me-refresh pemahaman dasar sosiologi, terkait pengertian, definisi dan kajian disiplin ilmu sosiologi. Termasuk juga, pengertian tentang masyarakat, interaksi social, proses sosial dan lembaga social, yang nantinya pemahaman dasar ini digunakan sebagai pijakan elaborasi dan analisis masyarakat kota dan desa. Sebagai langkah awal, mari kita pelajari dulu sosiologi dan masyarakat karena keduanya terkait erat (sosiologi kan mempelajari masyarakat, ok…)… 1. Sosiologi memiliki banyak sekali definisi dan pengertian, yang dirumuskan oleh para ilmuwan social. Dan tidak ada paradigma tunggal dalam ilmu social, artinya, cara pandang ilmu social khususnya sosiologi dapat mengikuti perspektif dan definisi ilmu yang mana saja yang diberikan oleh para 1 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Upload: habib-prastyo

Post on 12-Aug-2015

283 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

masdekot

TRANSCRIPT

Page 1: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa

Bagian I

Wawan E. Kuswandoro

http://www.eKuswandoro.co.cc

Tulisan ini membantu penyampaian materi kuliah “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa”, mendeskripsikan cara pandang dan bagaimana sosiologi memberikan pemahaman dan analisis tentang masyarakat kota dan desa, kehidupan sosialnya, hubungan kota dan desa dan kaitannya dengan pembangunan, gejala dan masalah-masalah kota dan desa termasuk urbanisasi dan urban bias. Pokok-pokok perkembangan kota dan pembangunan desa dimasukkan dalam lingkup bahasan yang sesuai dengan kebutuhan penelaahan studi-studi politik dan administrasi. Untuk mempermudah penyampaian, artikel ini terbagi menjadi 3 bagian. Bagian I berisi materi Mengenal Sosiologi Untuk Analisis Masyarakat (I), Konsepsi Tentang Masyarakat (II) dan Mengenal Paradigma Ilmu Sosial (III). Bagian II berisi materi Masyarakat Kota (I), Masyarakat Desa (II), Masalah-Masalah Masyarakat Kota dan Desa (III).

I

Mengenal Sosiologi Untuk Analisis Masyarakat

Sebagai awalan perjumpaan ini lebih baik jika saya me-refresh pemahaman dasar sosiologi, terkait pengertian, definisi dan kajian disiplin ilmu sosiologi. Termasuk juga, pengertian tentang masyarakat, interaksi social, proses sosial dan lembaga social, yang nantinya pemahaman dasar ini digunakan sebagai pijakan elaborasi dan analisis masyarakat kota dan desa. Sebagai langkah awal, mari kita pelajari dulu sosiologi dan masyarakat karena keduanya terkait erat (sosiologi kan mempelajari masyarakat, ok…)…

1. Sosiologi memiliki banyak sekali definisi dan pengertian, yang dirumuskan oleh para ilmuwan social. Dan tidak ada paradigma tunggal dalam ilmu social, artinya, cara pandang ilmu social khususnya sosiologi dapat mengikuti perspektif dan definisi ilmu yang mana saja yang diberikan oleh para pakar sosiologi. Namun dari ragam definisi tersebut, dapat ditarik suatu rumusan pengertian umum, bahwa sosiologi, atau ilmu tentang masyarakat, merupakan bagian dari ilmu social, yang mempelajari kehidupan social atau kehidupan manusia secara bersama-sama dengan manusia lainnya. Kehidupan manusia secara bersama-sama ini kemudian disebut dengan istilah ‘masyarakat’ (bahasan tentang ‘masyarakat’ akan saya berikan dalam sub bahasan tersendiri, nanti di bawah ya...). Ini bicara ‘sosiologi’ dulu ya…

1 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 2: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

2. Beberapa definisi SOSIOLOGI yang perlu diketahui:

Pitirim Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala- gejala social.

Alvin Bertrand, sosiologi adalah ilmu yang Ilmu yang mempelajari dan menjelaskan tentang hubungan antar manusia.

J.A.A Van Doorn dan C.J Lammers, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur sosial, proses sosial yang bersifat stabil.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur social dan proses-proses social termasuk perubahan social.

Hassan Shadily, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan. Sosiologi mencoba memahami sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan hidup, kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri pada cara hidup bersama tersebut.

Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang aksi social (Haralambos, Sociology, Themes and Perspectives). Sebagai studi aksi social, ia banyak berbicara mengenai hubungan social dan motivasi, yang menurut Weber banyak dipengaruhi oleh rasionalitas formal. Rasionalitas formal, meliputi proses berpikir actor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan (Ritzer,2005). Dalam konteks ini, hubungan sosial, berkaitan dengan motivasi dan rasionalitas formal mengenal 3 sifat hubungan, yakni:

- Hubungan sosial yang bersifat atau didasarkan pada tradisi. Yakni hubungan sosial yang terbangun atas dasar kebiasaan / tradisi di masyarakat.

- Hubungan sosial yang bersifat atau didasarkan pada koersif/ tekanan. Yakni hubungan sosial yang terbangun dari rekayasa social dari pihak yang memiliki otiritas (kekuasaan) terhadap yang powerless.

- Hubungan sosial yang bersifat atau didasarkan pada rasionalitas. Sedangkan ciri dari hubungan rasional adalah hubungan sosial yang bersifat asosiatif dan orientasi tindakan sosial berdasarkan pada sebuah penyesuaian kepentingan-kepentingan yang di

2 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 3: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

motivasi secara rasional atau persetujuan yang di motivasi secara sama.

Dalam hubungan sosial selalu ada pengorganisasian dan pengorganisasian tersebut dipertahankan melalui wewenang. Weber menjelaskan hubungan sosial ini berdasarkan atas rasional formal, karenanya terdapat suatu pengorganisasian. Dan pengorganisasian tersebut dipertahankan melalui wewenang (otoritas, legitimasi). Weber membagi 3 tipe otoritas / legitimasi, yaitu:

o Otoritas TradisionalBerasal dari kepercayaan dan faktor keturunan atau garis keluarga atau kesukuan. Otoritas tradisional ini berdasarkan pada penerimaan kesucian aturan-aturan karena aturan-aturan itu telah lama ada dan dalam legitimasi mereka yang telah mewariskan hak untuk memerintah dengan aturan-aturan ini. Di dalam tatanan tradisional individu merupakan loyalitas dari masa lalu dan mereka mewakili masa lalu itu, sebuah loyalitas yang seringkali berakar dalam sebuah kepercayaan akan kesakralan peristiwa-peristiwa sejarah tertentu. Misalnya seorang kyai, maka anak dan keturunan kyai akan cenderung menjadi kyai pula karena tradisi yang diterima oleh masyarakatnya. Walaupun seringkali sang kyai muda (kadang dadakan) ini tidak memiliki ilmu agama yang mumpuni. Tetapi tidak ada orang yang memprotes karena mereka (terlanjur) percaya.

o Otoritas KarismatikBerasal dari anggapan atau keyakinan bahwa seorang pemimpin (pemegang otoritas) itu memiliki kelebihan yang luar biasa (linuwih, Jawa). Contohnya, empu yang punya kesaktian (dia sekaligus memiliki otoritas karismatik), Soekarno yang dianggap (minimal oleh pemujanya) kekuatan “supra”, dsb.

o Otoritas Legal-RasionalBerasal dari peraturan (legal-rasional) yang diberlakukan secara hukum dan rasional. Dan pemimpin yang lahir dari otoritas ini berdasarkan atas kemunculan yang legal dan rasional pula.

Misalnya pemimpin organisasi modern, Ketua RT, RW, dsb yang dipilih secara langsung oleh musyawarah warga RT, RW, dsb. Mereka memperoleh otoritas tertinggi dari hukum masyarakat.

3. Ruang lingkup sosiologi lebih luas daripada ilmu-ilmu pengetahuan social lainnya, karena ia mencakup semua interaksi antara individu-

3 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 4: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Ia mengemuka-kan sifat atau kebiasaan manusia dalam kelompok dengan segala kegiatan dan kebiasaan serta lembaga-lembaga penting sehingga masyarakat dapat berkembang terus dan berguna bagi kehidupan manusia (Kata kunci: interaksi, kelompok, masyarakat, proses social, struktur social, gejala social, ikatan social).

4. Individu-individu yang berkumpul membentuk suatu masyarakat, memiliki aturan, tata nilai (value) yang diyakini dan dianut sebagai perekat hubungan antar individu tersebut. Mereka menyepakati suatu konsensus (consensus, code of ethics, ‘code of conduct’).

5. Dalam kehidupan bersama-sama di masyarakat, terdapat berbagai aspek aktivitas, misalnya: aspek social itu sendiri seperti interaksi antar individu, antar kelompok (group), konflik social; aspek ekonomi misalnya yang menyangkut produksi, distribusi, konsumsi atau penggunaan jasa/ layanan; aspek hukum misalnya yang menyangkut norma dan peraturan yang dipakai untuk mengatur kehidupan bermasyarakat; aspek politik misalnya menyangkut wewenang dan kekuasaan untuk mengatur kehidupan bersama tersebut, dsb.

6. Beberapa aspek aktivitas manusia (individu) dalam masyarakat tersebut saling berkaitan satu sama lain dan semuanya ada dalam suatu masyarakat. Hal ini yang menurut Emile Durkheim dijelaskan dalam “Division of Labor in Society” (‘pembagian kerja’ dalam masyarakat), bahwa interaksi antar individu dalam masyarakat yang kompleks didasarkan pada pembagian kerja, dan saling tergantung yakni tergantung pada perbedaan individual –perbedaan yang berkembang seiring spesialisasi bidang kerja. Spesialisasi, menurut Durkheim, merupakan syarat bagi berkembangnya perbedaan personal dan menciptakan wilayah aksi yang tidak tunduk pada control kolektif, tetapi pada saat yang sama meningkat pula ketergantungan pada masyarakat karena dengan adanya spesialisasi bidang kerja maka pertukaran pelayanan menjadi syarat bagi kelangsungan hidup.

7. Interaksi antar individu dalam masyarakat, menurut Durkheim, didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai bersama serta kontrol komunal yang ketat (disebut solidaritas mekanik) dan ketergantungan mutual antar individu yang relatif otonom yang diciptakan oleh pembagian kerja (disebut solidaritas organik).

4 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 5: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

8. Objek sosiologi adalah: masyarakat, yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

II

Konsep Tentang Masyarakat

1. Beberapa definisi MASYARAKAT menurut para pakar ilmu sosial:

Mac Iver & H. Page, masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan serta pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Dan masyarakat selalu berubah.

Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai kesatuan sosial dengan batas batas yang dirumuskan dengan jelas.

Selo Sumarjan, masyarakat adalah orang orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

MJ. Herskovits, masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup tertentu.

JL. Gillin dan JP. Gillin, masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan memiliki kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.

S.R. Steinmetz, masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, mempunyai hubungan yang erat dan teratur.

2. Yang dimaksud MASYARAKAT dalam istilah sosiologi adalah merujuk pada pengertian sejumlah manusia yang telah hidup bersama di suatu wilayah tertentu dengan menciptakan sejumlah aturan, system dan kaidah-kaidah pergaulan serta melahirkan kebudayaan masyarakat tersebut.

3. Kajian tentang MASYARAKAT mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Terdapat banyak sekali penjelasan dan kajian tentang masyarakat sejak zaman Plato, Aristoteles, Ibnu Khaldun hingga melampaui zaman renaissance, Thomas Hobbes (abad 17), John Locke, J.J. Rousseau (abad 18),

5 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 6: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Saint Simon, August Comte (abad 19), dan berkembang setelah Herbert Spencer (abad 20) menerbitkan buku berjudul “Principles of Sociology”. Sederet nama besar tokoh sosiologi yang pemikirannya lazim digunakan diantaranya adalah Pitirim Sorokin, Karl Marx, Max Weber, Talcott Parsons, dll.

Plato memandang masyarakat merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan sebagaimana halnya manusia yang terganggu keseimbangan jiwanya (nafsu, semangat dan intelegensi). Plato menganalisis lembaga-lembaga di dalam masyarakat dan berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan menyeluruh. Ia merumuskan teori organik tentang masyarakat.

Aristoteles, sepakat dengan Teori Organik Plato. Bukunya berjudul “Politics”, menganalisis secara mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.

Ibnu Khaldun, factor-faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku, klan, Negara, dsb, adalah rasa solidaritas.

Thomas Moore (Utopia) membahas gagasan Negara ideal.

Niccolo Machiavelli (Il Principe/ The Prince), menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan.

Thomas Hobbes (The Leviathan), dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia selalu pada keinginan yang mekanis, sehingga manusia selalu ingin berkelahi, tetapi mereka beranggapan bahwa hidup damai adalah lebih baik sehingga mereka mengadakan suatu kontrak dengan pihak yang mempunyai wewenang.

John Locke dan J.J. Rousseau berpegang pada konsep kontrak social Hobbes, berpendapat bahwa manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta benda. Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang mempunyai wewenang sifatnya atas factor pamrih. Rousseau berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan yang diperintah menyebabkan tumbuhnya kolektivitas yang memiliki keinginan umum (keinginan umum berbeda dengan keinginan individu).

Saint Simon, manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok. Masyarakat bukanlah semata-mata merupakan

6 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 7: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

kumpulan orang-orang yang tindakannya tidak mempunyai sebab. Kumpulan tersebut hidup karena didorong oleh organ-organ tertentu yang menggerakkan manusia untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu.

August Comte, memberi nama “sociology”, merupakan studi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala social.

Setelah Comte, muncul beberapa mazhab pemikiran sosiologi, seperti mazhab organik dengan tokohnya Herbert Spencer, yang dipengaruhi oleh teori biologi daalm arti luas. Ia menganalogkan masyarakat manusia dengan organisme biologi yakni suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya (evolusi).

Durkheim (Division of Labor of Society), unsur baku dalam masyarakat adalah factor solidaritas (lihat penjelasan di atas).

Karl Marx, terkenal dengan teori kapitalisme, dengan mengatakan bahwa selama masyarakat masih terbagi dalam kelas-kelas, maka pada kelas berkuasalah (the ruling class) akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan, terdapat eksploitasi terhadap kelas yang lebih lemah, karena itu selalu timbul pertentangan antar kelas. Pertikaian akan berakhir bila salah satu kelas (kelas proletar) menang sehingga terciptalah masyarakat tanpa kelas.

Max Weber, semua bentuk organisasi social harus diteliti menurut perilaku warganya. Weber terkenal dengan teori tentang proses rasionalisasi (lihat penjelasan di atas).

4. Dalam kehidupan sosial, manusia melakukan interaksi sosial dan proses sosial. Proses sosial diartikan sebagai: pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Pembahasan tentang proses-proses social merupakan studi sosiologi yang sifatnya luas. Fokus bahasan dari proses-proses social ini hanya dibatasi pada bentuk-bentuk interaksi sosial.

Pengertian Interaksi Sosial Interaksi social adalah kunci dari semua kehidupan social, oleh karena tanpa interaksi social tidak mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara fisikal belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang

7 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 8: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dsb. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi social adalah dasar dari proses-proses sosial (interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial). Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia.

H. Boner: Interaksi Sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya, atau sebaliknya.

Syarat-syarat terjadinya Interaksi SosialSuatu interaksi social tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:- Adanya kontak social (social contact)- Adanya komunikasi.

Kontak social dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: (i) Antar orang perorangan; (ii) Antara orang-perorangan dengan kelompok; dan (iii) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Suatu kontak social:- Bisa bersifat positif, yang mengarah pada bentuk kerjasama.- Bisa bersifat negatif, yang mengarah pada bentuk persaingan- Bisa bersifat primer, yang terjadi apabila yang mengadakan

hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka.- Bisa bersifat sekunder, yang terjadi apabila proses hubungan

dilakukan melalui perantara (orang lain, media, alat, dsb).

Alat terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak gerik fisikal atau sikap, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Komunikasi memungkinkan kerjasama antara orang-perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia, dan komunikasi merupakan syarat terjadinya kerjasama (cooperation). Namun komunikasi juga bisa mengakibatkan pertikaian (conflict).

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

8 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 9: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

- Kerjasama (cooperation)- Persaingan (competition), dan- Pertentangan/pertikaian (conflict).

Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto, 1986), ada dua macam proses social yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:- Proses yang asosiatif (processes of association): akomodasi,

asimilasi dan akulturasi.- Proses yang disosiatif (processes of dissociation): persaingan,

kontravensi (contravention), pertikaian/ pertentangan (conflict).

Kimball Young, membagi bentuk-bentuk proses sosial sbb:- Oposisi (opposition), yang mencakup persaingan (competition)

dan pertentangan/ pertikaian (conflict).- Kerjasama (cooperation), yang menghasilkan akomodasi

(accommodation).- Diferensiasi (differentiation), yang merupakan suatu proses di

mana orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain atas dasar perbedaan usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Diferensiasi menghasilkan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

5. Kerjasama – Akomodasi – Asimilasi – Persaingan – Kontravensi – Pertikaian

Kerjasama, menurut beberapa sosiolog, merupakan bentuk utama dari interaksi sosial.

Charles H. Cooley: kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang sama; dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.

Ada 3 bentuk kerjasama (Soekanto, 1986):

- Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang/ jasa antara dua organisasi/ lebih.

- Co-optation, suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi ybs.

- Coalition, adalah kombinasi antara dua organisasi/ lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Coalition dapat menghasilkan

9 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 10: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu oleh karena dua organisasi/ lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya; tetapi karena memiliki tujuan yang sama, maka dapat bersifat kooperatif.

Akomodasi (accommodation), merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan/ menghilangkan kepribadian pihak lawan.

Akomodasi digunakan dalam arti:

- Merujuk pada suatu keadaan adanya suatu kesetimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu dan kelompok-kelompok manusia, sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

- Merujuk pada suatu proses merujuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan usaha untuk mencapai kestabilan.

Gillin & Gillin: akomodasi adalah suatu pengertian yang dipergunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli biologi untuk menunjuk suatu proses di mana makhluk hidup menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.

Akomodasi bertujuan untuk:

- Mengurangi pertentangan menghasilkan sintesa antara pendapat-pendapat yang berbeda untuk menghasilkan pola baru.

- Mencegah meledaknya pertentangan temporer.

- Mendorong terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang karena factor-faktor sosial psikologis/ kebudayaan hidupnya terpisah.

- Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui asimilasi/ pembauran.

Bentuk-bentuk accommodation:

- Coercion dilaksanakan dengan cara paksaan (fisik, psikologis), salah satu pihak berada pada posisi yang lemah (missal: perbudakan).

- Compromise, pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan yang ada; salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan mengerti keadaan pihak lain, dan sebaliknya.

10 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 11: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

- Arbitration, cara untuk mencapai compromise bila pihak-pihak yang berhadaoan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri diselesaikan oleh pihak ketiga atas kesepakatan keduabelah pihak yang berselisih.

- Mediation, hampir menyerupai arbitration, tapi pihak ketiga hanya sebatas penasehat saja.

- Conciliation, usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih untuk tercapainya tujuan bersama. Conciliation lebih lunak daripada coercion.

- Toleration (tolerant-participation), suatu bentuk accommodation tanpa persetujuan formal.

- Stalemate [eit awas.. bukan ‘soulmate’ lho ya…], suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang.

- Adjudication, penyelesaian perkara/ sengketa melalui proses pengadilan.

Asimilasi (assimilation), merupakan proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara individu/ kelompok-kelompok manusia yang juga meliputi usaha mempertinggi kesatuan-kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental, dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Proses asimilasi timbul bila terdapat:

- Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaan.

- Individu sebagai anggota kelompok saling bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama.

- Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi:

- Toleransi.

- Kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.

- Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.

- Sikap terbuka dari golongan berkuasa dalam masyarakat.

- Persamaan unsur kebudayaan.

- Perkawinan campuran (amalgamation).

11 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 12: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

- Adanya musuh bersama (common enemy) dari luar.

Persaingan (competition), suatu proses sosial di mana individu/ kelompok yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian publik, dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa menggunakan ancaman/ kekerasan.

Kontravensi (contravention), suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan/ pertikaian, dinatdai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang/ suatu rencana dan perasaan tidak suka yag disembunyikan, kebencian/ keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Contravention merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap kebudayaan/ golongan tertentu. Sikap tersembunyi tadi bisa berubah menjadi kebencian tetapi tidak sampai menjadi pertentangan/ konflik.

Pertentangan/ pertikaian (conflict), suatu proses sosial di mana individu/ kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman dan kekerasan.

Bentuk-bentuk pertentangan (conflict):

- Pertentangan pribadi.

- Pertentangan rasial.

- Pertentangan antar kelas sosial disebabkan oleh perbedaan kepentingan.

- Pertentangan politik.

- Pertentangan yang bersifat internasional.

6. Pembicaraan tentang hubungan sosial, interaksi sosial dan proses sosial, tak lepas dari pembicaraan tentang lembaga sosial/ kemasyarakatan. Lembaga sosial, terjemahan dari “social institution”, juga diartikan sebagai pranata sosial atau bangunan sosial.

Pengertian lembaga sosial/ kemasyarakatan:

Soerjono Soekanto: himpunan norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkretnya adalah association.

12 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 13: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Robert Mac Iver & Charles H. Page: tatacara/ prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu association.

Fungsi lembaga sosial:

Menurut Soerjono Soekanto (1988):

- Memberi pedoman kepada anggota-anggota masyarakat bagaimana harus berperilaku dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama menyangkut kebutuhan pokoknya.

- Menjaga keutuhan dari masyarakat ybs.

- Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku para anggotanya.

Ciri lembaga sosial:

JL. Gillin dan JP. Gillin (dalam Sugiyanto, 2002) memberikan ciri/ karakteristik umum lembaga sosial:

- Punya tradisi tertulis/ tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata tertib, dll.

- Merupakan suatu organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.

- Merupakan tingkat kekekalan, umumnya lama dan melalui proses yang panjang.

- Mempunyai satu/ beberapa tujuan.

- Mempunyai alat/ perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan.

- Mempunyai lambang/ symbol yang menggambarkan tujuan/ fungsi.

Menurut J.B.A.F Mayor Polak (dalam Sugiyanto, 2002):

- Lembaga sosial merupakan symbol kebudayaan.

- Lembaga sosial sebagai tatakrama atau perilaku.

13 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 14: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

- Lembaga sosial sebagai ideologi.

7. Untuk mewujudkan hubungan antar individu/ manusia dalam masyarakat, maka dirumuskanlah norma-norma dalam masyarakat, yang mempunyai kekuatan mengikat. Kekuatan daya ikat dari norma-norma itu (ada yang daya ikatnya lemah dan ada yang kuat), secara sosiologis dikenal adanya 4 terms:

- Cara (Usage), merujuk pada perbuatan yang mempunyai kekuatan mengikat paling lemah. Individu yang melakukan penyimpangan tidak mendapat sanksi yang tegas. Misal, pada masyarakat yang menganggap cara makan dengan tangan kanan itu yang diterima/ benar, maka orang yang makan dengan tangan kiri dianggap menyimpang tetapi tidak di-sanksi, tetapi hanya ditegur saja atau bahkan hanya dibatin atau “dirasani”.

- Kebiasaan (Folk Ways), merujuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Kekuatan mengikat lebih tinggi daripada usage. Menurut Mac Iver & Charles H. Page, kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat. Kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku saja tetapi diterima sebagai norma pengatur.

- Tata Kelakuan (Mores), merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat sebagai norma pengatur yang bersumber dari kebiasaan. Cirinya adalah, tata kelakuan mencerminkan sikap hidup kelompok, sebagai alat pengawas, memaksa suatu perbuatan, melarang perbuatan dan menuntut anggota masyarakat untuk beradaptasi.

- Adat Istiadat (Custom), tata kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya (menyatu) dengan pola-pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi yang tegas dan keras.

8. Supaya anggota masyarakat/ individu dapat menaati norma-norma yang berlaku dalam suatu kelompok, masyarakat atau sebuah lembaga, maka perlu diciptakan pengendalian sosial (social control). Pengendalian sosial, adalah proses yang dijalankan oleh masyarakat yang selalu disesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan. Kontrol sosial bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, atau untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan.

14 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 15: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh: individu terhadap individu, individu terhadap kelompok, dan kelompok terhadap kelompok.

Pengendalian sosial mempunyai 2 sifat: preventif (mencegah), dan represif (mengembalikan keserasian).

Pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan 2 cara:

- Persuasif, dengan cara membujuk/ merayu agar masyarakat sadar dan mau melaksanakan norma-norma masyarakat sehingga akan tercipta suasana yang tenteram.

- Koersif, dengan cara paksaan terhadap anggota masyarakat yang menyimpang agar patuh terhadap norma-norma yang berlaku.

Pengendalian sosial dapat berwujud:

- Kompensasi, bersifat damai. Misal: ganti rugi akibat penggusuran.

- Pemidanaan, dengan cara memidanakan anggota masyarakat yang melanggar norma-norma masyarakat.

- Terapi, dengan cara menyembuhkan pelaku dari anggota masyarakat.

- Konsiliasi, dengan cara mengembalikan pelakunya pada situasi semula.

Pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan menggunakan alat:

- Pendidikan.

- Hukuman (sanksi, punishment).

- Buah bibir (gunjingan, di-rumpiin, pakai media “pacapa”) sebagai sanksi sosial.

- Publikasi, penayangan kasus-kasus penyimpangan.

III

Mengenal Model/ Paradigma Ilmu Sosial

15 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 16: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Setelah mengenal dasar-dasar ilmu sosiologi –sebagaimana telah saya paparkan di atas- beserta pemahaman dasar tentang masyarakat, interaksi sosial, proses sosial, sekarang mari kita tingkatkan pemahaman sosiologi kita dengan mengenali paradigma utama ilmu sosial (terutama disiplin ilmu sosiologi) yang sering digunakan untuk mempelajari dan menganalisis masyarakat. Perlu diingat: tidak ada paradigma tunggal dalam ilmu sosial (sosiologi). Para pakar mencatat bahwa sosiologi menggunakan paradigma ganda. Artinya kita bisa menggunakan beberapa paradigma ilmu social (sosiologi) untuk mempelajari, menjelaskan dan memahami suatu fakta social di antara sekian banyak paradigma yang diajarkan para pakar sosiologi. Dalam artikel ini kita coba pelajari 3 paradigma sosiologi yang lazim digunakan untuk menganalisa persoalan sosial/ masyarakat, untuk membantu penjelasan pembahasan mata kuliah Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa (nanti akan kita lanjutkan pembahasannya di Bagian II dan III sekuel artikel saya ini).

1. Paradigma Organik – Struktural Fungsional

Paradigma organic, melihat masyarakat sebagai bagian sistem dari hubungan fungsional, mengibaratkan sebagai sebuah organisme hidup (organic) dengan meminjam teori hukum alam. Seperti dijelaskan oleh Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies, yang berpendapat bahwa masyarakat adalah organisme yang tidak berdiri sendiri, tetapi bergabung dengan kelompoknya dalam sistem pembagian tugas (ingat konsepsi Durkheim tentang pembagian tugas, di atas ya…), yang dalam kenyataannya berkaitan dengan jenis-jenis norma/ peraturan sosial yang mengikat individu pada keadaan sosialnya.

Durkheim mengonseptualisasikan masyarakat dalam hal norma-norma atau jenis-jenis integrasi sosial yakni cara individu secara sosiologis berhubungan dengan struktur sosial melalui fakta-fakta sosial (social facts). Salah satu kajian utamanya adalah sifat-sifat solidaritas sosial dari suatu masyarakat. Durkheim menekankan kajiannya terutama dalam hal memahami gejala sosial (norma-norma sosial) dan pengaruhnya dala masalah-masalah sosial yang berlawanan dengan penjelasan-penjelasan yang bersifat psikologis. Dia memandang sosiologi sebagai kajian yang memfokuskan gejala psikis kolektif dan kewajiban-kewajiban moral terutama dalam hal memasukkan perilaku individu dalam konteks kelompok.

Dalam mengonseptualisasikan kajiannya tersebut, Durkheim menggunakan asumsi-asumsi:

16 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 17: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

- Masyarakat sebagai kesadaran kolektif, mempunyai keberadaan yang independen suatu kesatuan yang utuh, terkondisikan melaksanakan dan mempengaruhi struktur normatifnya.

- Fakta-fakta sosial (norma-norma kolektif) adalah kenyataan, sebagai bukti keberadaan kekuatan norma-norma dan struktur-struktur lembaga yang saling berhubungan.

- Kekuatan sosial didasarkan pada pandangan kolektif, yaitu berbagai bentuk kekuasaan yang bersandar pada struktur normatif dari kelompok tertentu selama kontrol itu diterapkan pada anggota kelompok melalui norma-norma tersebut.

- Evolusi fakta atau norma sosial didasarkan pada kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini, gejala sosial menggambarkan kebutuhan sosial sebuah korelasi dari teori Durkheim yang mendorong para sosiolog untuk mengkaji secara lebih mendalam struktural fungsional.

- Integrasi sosial ditemukan dalam pembagian kerja dalam masyarakat semakin sama pembagian kerja dalam masyarakat, maka semakin tinggi tingkat integrasi sosialnya. Memperluas asumsi ini, Durkheim menghubungkan ukuran populasi dengan kepadatan penduduknya, pembagian kerja dan integritas sosial semakin tinggi ukuran populasi, semakin besar tingkat kepadatan penduduknya, maka berakibat peningkatan dalam hal pembagian kerja dan penurunan dalam hal solidaritas sosial.

- Solidaritas sosial, Durkheim membaginya menjadi 2: solidaritas mekanis dan solidaritas organis (tengok lagi di bagian depan ya…). Pada masyarakat dengan pembagian kerja yang rendah, budaya tradisional yang homogen, dan bekerjanya norma-norma secara represif (mengikat) para anggotanya, memiliki kesatuan sosial dalam tingkat yang tinggi, bekerjalah solidaritas mekanis. Sedangkan solidaritas organis (bersifat lebih maju) bekerja pada masyarakat dengan pembagian kerja yang kompleks (tidak sama), meningkatnya hubungan kontrak (diikat dengan perjanjian) dan memiliki tingkat integrasi sosial yang lebih rendah. Dalam hal ini, upaya kontrol individu menjadi lemah menuju suatu keadaan berkurangnya norma-norma (normless) yang lebih tinggi dalam masyarakat. Pada tahapan inilah penyimpangan-penyimpangan sosial tingkat tinggi kerap terjadi, seperti bunuh diri, terjadi karena renggangnya atau melemahnya ikatan-ikatan / perekat antar individu dan struktur sosial.

17 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 18: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

- Kejahatan dan bentuk penyimpangan lain mempunyai fungsi mendorong perubahan dan perkembangan norma-norma dalam masyarakat.

Pendekatan organik yang kemudian berkembang menjadi struktural-fungsional, berfokus pada cara yang diberikan oleh sistem sosial dengan menekankan pada masalah-masalah fungsi/ sistem. Pendekatan organic-struktural fungsional ini menjelaskan konsep masyarakat sebagai satu kesatuan. Selanjutnya, paradigma structural-fungsionalisme sebagai landasan teori kontemporer, menggambarkan penerapan lanjutan paradigma organik, memandang masyarakat sebagai bentuk yang sistemik saling berhubungan, saling bergantung, berubah, menggambarkan kebutuhan-kebutuhan sistem atau fungsi yang mendasarinya pijakan pengembangan teori umum yang didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat itu eksis dan memiliki realitas independen atau memiliki eksistensi sebagai sistem sosial dengan sifat serupa dengan sistem-sistem lain di alam ini (sistem alam/ sistem biologi/ fisika).

Struktural fungsionalisme bergerak merespons kebutuhan-kebutuhan, politik, ekonomi dan sosial.

Structural fungsionalisme dipopulerkan oleh Talcott Parsons, dengan menggunakan analogi organik (organ biologis) dalam memandang masyarakat. Menurutnya, teori fungsional organisasi masyarakat berdasarkan pada manusia sebagai actor pembuat keputusan (fungsionalisme) yang dibatasi oleh factor normatif dan situasional (strukturalisme), dan factor-faktor situasiona inilah yang memperkenalkan kebutuhan-kebutuhan atau fungsi sistem ke dalam pemahaman perilaku sosial. Karenanya, menurut paham ini, masyarakat memiliki karakteristik universal, yang memungkinkan dikembangkannya teori yang bisa diterapkan pada semua masyarakat.

Parsons menggunakan asumsi-asumsi:

- Sistem sosial diasumsikan untuk memunculkan sui generis, yaitu masyarakat memiliki suatu realitas independen untuk melintasi eksistensi individu sebagai suatu sistem interaksi.

- Struktur sosial atau sub sistem masyarakat menggambarkan sejumlah fungsi utama yang mendasarinya (struktur mewakili fungsi). Fungsi-fungsi ini terdiri atas integrasi (sistem sosial didasarkan pada norma-norma yang mengikat individu dengan

18 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 19: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

masyarakatnya melalui integrasi normatif), pola pertahanan (sistem budaya, nilai-nilai), pencapaian tujuan (sistem kepribadian, basis pembedaan), dan adaptasi (organisasi perilaku, basis peran dan sistem ekonomi).

- Sistem sosial, baiknya terdiri atas 4 sub-sistem, yaitu komunitas masyarakat (norma-norma integratif), pola pertahanan (nilai-nilai integratif), bentuk atau proses pemerintahan (diterapkan untuk perolehan tujuan), dan ekonomi (diterapkan untuk adaptif).

- Lebih jauh, terkait dengan analogi biologi, Parsons berasumsi bahwa focus atau landasan sentral masyarakat adalah kecenderungan terhadap equilibrium dan homeostatic (keadaan stabil, setimbang). Proses-proses sentral dalam kecenderungan ini adalah antar hubungan dari ke-4 sub-sistem aksi: interpenetrasi, internalisasi masyarakat, fenomena budaya ke dalam kepribadian, dan institusionalisasi komponen-komponen normatif sebagai struktur konstitutif. Sistem sosial ini kemudian dipandang sebagai sistem yang berorientasi integrasi dan equilibrium yang kuat.

- Sistem ini tidak dipandang statis kapasitas yang dimilikinya untuk evolusi yang adaptif. Proses sentral perubahan evolusi mengandung pembedaan (differentiation) dan pembagian lebih jauh/ spesialisasi struktur fungsional.

2. Paradigma Konflik – Radikal

Paradigma konflik radikal, lebih memandang konflik (bukan integrasi) sebagai poros sistem sosial. Mengapa demikian? Argumentasinya adalah, bahwa masyarakat terdiri atas individu-individu (ingat?) yang secara alamiah berjuang untuk mendapatkan kebutuhan mereka. Artinya, terdapat gerak dinamis dari sistem masyarakat ini seperti gerak/ proses evolusi dan pertentangan secara terus-menerus. Proses pertentangan secara terus-menerus (bergerak, dinamis) inilah yang “membesarkan” suatu masyarakat, mengikuti hukum dialektika materialisme sebagaimana diperkenalkan oleh Karl Marx. Kemudian, untuk menjelaskan masyarakat industry modern, pendekatan Marxisme ini melahirkan Teori Konflik Modern. Di sini kita mengenal teori pertentangan kelompok dan teori konflik elit milik Ralph Dahrendorf.

Teori konflik Karl Marx tersebut, setidaknya memiliki peluang untuk merevisi apa yang dikemukakan Emile Durkheim dalam

19 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 20: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Teori Struktural Fungsional-nya (tengok Durkheim di atas ya...). Marx, untuk telaah makroskopik1 memandang bahwa masyarakat cenderung membutuhkan pertentangan agar tercipta harmoni baru. Berbeda dengan Durkheim yang lebih melihat masyarakat sebagai media terciptanya keseimbangan, pendekatan konflik dapat dibagi dua, pertama, sebagaimana dikemukakan Karl Marx, bahwa masyarakat terbelah menjadi dua kelas dilihat dari kepemilikan alat produksi (property), yakni kelas kapitalis/ pemilik modal dan kelas buruh/ pekerja. Menurut Marx, masyarakat kemudian terintegrasi lantaran adanya struktur kelas yang dominan yang menggunakan Negara dan hukum sebagai alatnya. Sementara itu, yang kedua, sebagaimana yang dikemukakan Ralf Dahrendorf, yang melihat masyarakat terdiri atas dua kelas berdasarkan kepemilikan wewenang (authority) ialah kelas penguasa (dominasi) dan kelas yang dikuasai (subjeksi). Bagi Dahrendorf, masyarakat terintegrasi karena adanya kelompok kepentingan dominan yang menguasai masyarakat2. Menyusul atas apa yang telah dipahami sepeninggal Marx, banyak teori turunan konflik yang berupaya untuk mengembangkannya dalam arti memberikan tambahan penjelasan atas fenomena konflik. Salah satu tokohnya adalah Randall Collins3, yang mencoba lebih integratif di antara pendekatan makro dan mikro. Lebih detail, Collins menegaskan bahwa teori konflik mengindikasikan adanya pengorganisasian kelompok masyarakat (society), perilaku orang-orang dan kelompoknya4. Collins menawarkan pemahaman betapa konflik sangat mungkin didekati pada level interaksionisme simbolik mikro dan etnometodologi. Tidaklah mengherankan kemudian muncul tokoh lain seperti Goffman, Garfinkel, Sacks dan Scelgloff. Bagi mereka, atas sumbangan Collins, konflik tidak harus menjadi ideologis, bukan masalah baik buruk, tetapi konflik dipandang sebagai pusat dari kehidupan sosial. Pendekatan Collins terkait konflik lebih difokuskan pada individu, salah satunya karena akar kajian Collins adalah fenomenologi dan etnometodologi. Teori konflik, lebih jauh menurutnya, tidak akan bekerja tanpa analisis sosial. Dalam term ini, teori konflik harus menerima penemuan riset empiris. Intinya, teori konflik Collins dekat pada stratifikasi sosial, yang dalam

1Istilah makroskopik pertama dikenalkan oleh George Ritzer dalam pendekatan terpadunya. Hal ini sangat membantu pemerhati masalah social dalam memandang dunia social. Ritzer memang berupaya untuk menengahi perdebatan kaum fungsionalis melawan non fungsionalis yang belakangan lebih jamak digolongkan sebagai kaum Marxis.

2 Dahrendorf, Ralf, Class and Class Conflict in Industrial City (Stanford University Press, 1959).3 Lihat Ritzer, George, Modern Sociological Theory, The McGraw-Hill Companies, Inc, 1996, p. 139.4 Collins, Randall, Conflict Theory and The Advance of Macro-Historical Sociology, dalam Ritzer,

George, (Editor), 1990, Frontiers of Social Theory: The New Syntheses, Columbia University Press, New York, hal. 70.

20 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 21: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

telaahnya hendak memadukan gagasan Marxian dengan teori struktural fungsional.

Ringkasnya, paradigma konflik radikal ini melihat bahwa masyarakat merupakan sistem kompetisi kekuatan yang menyusun perjuangan individu-individu dalam memenuhi kebutuhan fisiknya, yaitu dengan menggunakan pandangan alamiah sebagai penjelasan sistemnya. Pendekatan ini sama dengan structural-fungsional dalam hal konsep kemasyarakatannya sebagai sistem makro, namun menekankan pada konflik sebagai titik tekan proses sosial.

3. Paradigma Perilaku dan Psikologi Sosial

Paradigma ini melihat masyarakat sebagai “surat perintah” yang besar secara individual daripada sebuah sistem yang menggarisbawahi problem-problem fungsional. Tradisi perilaku sosial juga mencakup penjelasan secara alamiah dan sosial. Max Weber dan George Herbert Mead, contohnya, mempelajari individu sebagai produk sosial yang menitikberatkan pengertian dan proses perialku sosial dan interaksi sosial. Di sisi lain, Georg Simmel dan William Sumner menggunakan asumsi insting atau harapan untuk menjelaskan kumpulan evolusi dan struktur sosial.

Perbedaannya dengan teori psikologi sosial modern, adalah bahwa paradigma perilaku ini memfokuskan lingkungan sosial dan hubungan antara individu dan lingkungannya melalui sosialisasi ekspresi perannya, saling berinteraksi dan ungkapan realitas pribadinya.

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat perbandingan ketiga model/ paradigma tersebut pada tabel di bawah ini:

ParadigmaOrganik – Struktural-

FungsionalKonflik - Radikal

Perilaku dan Psikologi Sosial

Tujuan Mengembangkan teori umum tentang masyarakat menggunakan pendekatan sistemik

Mengembangkan teori umum tentang masyarakat menggunakan pendekatan sistemik

Memahami individu adalah hasil dari masyarakat.

Pandangan 1. Masyarakat adalah sebuah sistem fungsional yang bagian-bagiannya selalu berhubungan.

2. Perlunya aturan

1. Masyarakat adalah bagian dari sistem persaingan & pertentangan.

2. Perlunya aturan-

1. Masyarakat adalah sebuah “surat perintah” individu yang besar.

2. Perlunya nilai dan

21 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 22: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

sosial.

3. Perlunya pembagian kerja.

4. Perlunya dasar-dasar masalah sosial.

aturan sosial.

3. Perlunya industrialiasi & birokratisasi.

4. Perlunya dasar kebutuhan fisik.

harapan.

3. Individu adalah produk sosial.

4. Perlunya sosialisasi sebagai proses dasar.

Pendekatan 1. Menerapkan hukum-hukum alamiah pada masyarakat.

2. Menerapkan pembagian kerja pada masyarakat.

3. Menerapkan masalah-masalah sosial pada masyarakat.

4. Menggunakan alasan alamiah/ sistemik sebagai pembuktian.

1. Menerapkan pertentangan alami dalam masyarakat.

2. Menerapkan industrialiasi & birokratisasi dalam masyarakat.

3. Menerapkan kebutuhan-kebutuhan fisik pada masyarakat.

4. Menggunakan alasan alamiah maupun sistemik dalam pembuktian.

1. Menerapkan naluri & harapam dalam masyarakat.

2. Menerapkan manusia sosial yang alami dalam masyarakat.

3. Menerapkan proses sosialiasi pada masyarakat.

4. Menggunakan alasan alamiah maupun sistemik dalam pembuktian.

Walaupun terdapat perbedaan pada ketiga paradigma tersebut, setidaknya ada 2 point penting yang umum: konseptualisasi tatanan dan perubahan sosial; dan mencakup jenis penjelasan secara naturalistik dan sistemik.

Untuk pendalaman sosiologi kita masih bisa mempelajari lebih lanjut paradigma ilmu sosial ini dengan mengikuti klasifikasi sistemik paradigma ilmu sosial yang diramu dari para teoretisi ilmu sosial. Ketiga pendekatan/ paradigma di atas sebenarnya dipertajam pada perspektif teoritis/ paradigma positivis/ post-positivist, konstruksionisme (interpretative) dan critical theory. Tetapi untuk keperluan mata kuliah ini, kita gunakan structural-fungsional atau konflik radikal atau perilaku pada klasifikasi di atas. Klasifikasi dan penjelasan paradigma positivis/ post-positivist, konstruksionisme (interpretative) dan critical theory lazim dipergunakan pada jenjang yang lebih tinggi.[]

…bersambung ke Bagian II

22 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 23: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Bahan Bacaan

1. Beilharz, Peter, 2003, Teori Teori Sosial, Pustaka Pelajar Yogyakarta.2. Coser, Lewis A., 1982, Sociological Theory: A Book of Readings, MacMillan

Publishing, Co., Inc., USA.3. Daldjoeni, N., 1997, Seluk Beluk Masyarakat Kota, Alumni Bandung.4. Fatchan, A., 2004, Teori-teori Perubahan Sosial, Yayasan Kampusina

Surabaya.5. Giddens, Anthony, 2004, Sociology: Introductory Readings, Polity, UK.6. Haralambos, Michael dan Martin Holborn, 2000, Sociology, Themes and

Perspectives, Fifth Edition, Collins Educational, London.7. Kaldor, Mary, 2004, Global Society, Polity, UK.8. Kinloch, Graham C., 2005, Perkembangan dan Paradigma Utama Teori

Sosiologi, Pustaka Setia Bandung.9. Leibo, Jefta, 1995, Sosiologi Pedesaan, Andi Offset Yogyakarta.10.Ritzer, George, 1996, Modern Sociological Theory, The McGraw-Hill

Companies, Inc.11.Sanderson, Stephen K., 1993, Sosiologi Makro, Rajawali Press Jakarta.12.Sukmana, Oman, 2005, Sosiologi dan Politik Ekonomi, UMM Press Malang.13.Sztompka, Piötr, 2005, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Jakarta.14.Zaltman, Gerald, 1972, Processes and Phenomena of Social Change, John

Willey & Sons, Inc., New York.

Memperbaiki Komputer Yang Tidak Bisa Shut Down

Komputer yang tidak dapat di shut down memang merepotkan, jika kita langsung mencabut kabel nya, komputer bisa rusak, tapi kalo di shutdown secara normal, komputer tidak mau mati --"a. Tapi tidak usah bingung, jika gejala ini melanda kalian, ikuti saja langkah2 yang saya berikan ^^

1. Klik Start Menu -> Run -> ketik regedit

2. Buka HKEY_CURRENT_USER -> Control Panel -> Desktop

3. Klik 2x pada PowerOffActive dan ubah nilai nya menjadi 1

Cara lainnya adalah sebagai berikut :p

1. Klik Start Menu -> Run -> ketik regedit

2. Buka HKEY_USERS -> Default -> Control Panel -> Desktop

3. Klik 2x PowerOffActive, terus ubah nilai nya menjadi 1

23 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com

Page 24: Masyarakat Desa Dan Kota

Sosiologi Masyarakat Kota & Desa Seri Sosiologi

Gampang kan, tapi jangan lupa untuk ninggalin komentar nya ya :D

24 Wawan E. Kuswandoro| www.wkuswandoro.com