masterplan ekonomi - ftp.unpad.ac.id · dalam realisasinya, mp3ei yang ... transportasi nasional...

1
JUMAT, 27 MEI 2011 HALAMAN 7 IRANA SHALINDRA SIA merupakan kekuatan perekonomian global baru. Dengan segala kekurangannya saat ini, Asia menjadi tambang harapan. Penuh peluang, penuh potensi. Indonesia boleh jadi merupakan replika konkret gambaran Asia. Sebagai perekonomian terbesar di Asia Tenggara, tidak ada yang meragukan potensi negeri zamrud khatulistiwa ini untuk menjadi yang terdepan dalam kancah perekonomian dunia. Hal itu nyaris terwujud lebih dari satu dekade silam, saat dunia menyanjung Indonesia sebagai macan perekonomian Asia. Sayangnya, kondisi itu ternyata keropos. Dalam sekejap, krisis moneter 1997-1998 membalikkan kejayaan nasional. Kini Indonesia dapat dikatakan telah bangkit dari keterpurukan dan siap menyalip negara-negara Asia lain. Dengan segala potensi yang ada, baik dari sisi sumber daya alam maupun sumber daya manusia, Indonesia punya peluang menjadi salah satu negara besar utama di dunia pada 2025. Masterplan Akan tetapi, ibarat atlet yang harus menyiapkan stamina sebelum bertanding, Indonesia pun perlu menyiapkan berbagai hal untuk merealisasikan target tersebut. Untuk itu, pemerintahan Yudhoyono- Boediono telah menyiapkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Dalam retreat di Istana Bogor, bulan lalu, Presiden mengatakan MP3EI merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju. Targetnya, masuk 12 negara terbesar di dunia pada 2025 dengan pendapatan per kapita naik ke kisaran US$13 ribu-US$16 ribu dari saat ini sekitar US$3 ribu. Pemerintah mengklaim MP3EI merupakan tema baru dalam pembangunan ekonomi wilayah yang tidak lagi mengarah pada eksploitasi dan ekspor komoditas mentah. Namun, lebih pada penciptaan nilai tambah. Dalam realisasinya, MP3EI yang diluncurkan pada hari ini akan dijabarkan melalui enam koridor ekonomi yang berperan sebagai sentra- sentra pertumbuhan (lihat grak). Secara sektoral, ada enam sektor yang jadi prioritas. Sektor pertama adalah pangan. Masalah pangan yang dihadapi Indonesia tidak hanya berkutat pada suplai, tetapi juga pengayaan komoditas pertanian, peternakan, distribusi, diversikasi pangan, perdagangan, produktivitas, serta inovasi pertanian. Kedua, sektor energi. Populasi penduduk yang membesar tentunya mendorong kenaikan kebutuhan energi. Sebab itu, pengolahan sumber daya energi mesti dilakukan. Sektor ketiga adalah infrastruktur sebagai urat-urat perekonomian. Percepatan pembangunan infrastruktur adalah keharusan. Khususnya, untuk meningkatkan konektivitas antardaerah demi memudahkan pergerakan arus barang, jasa, dan manusia. Melengkapi konektivitas, sektor transportasi penghubung antarpulau juga perlu digarap baik. Belum memadainya sarana transportasi nasional berimbas pada membengkaknya biaya logistik di Indonesia, yang lebih tinggi ketimbang negara tetangga. Berikutnya adalah sektor pembiayaan dan perbankan. Aktivitas perekonomian tidak akan berjalan baik tanpa jasa perbankan. Dan terakhir, sektor UMKM. Kerap dianggap jadi jalur cepat untuk mengurangi pengangguran, perlu ada perlakuan tersendiri bagi UMKM tidak harus berhadapan langsung dengan pengusaha besar. Pepesan kosong Dunia usaha swasta nasional maupun BUMN mengaku siap mendukung masterplan itu. Namun, terlebih dulu pemerintah harus memperbaiki regulasi untuk menarik investasi sebagai sumber dana pembangunan. Ketua Umum Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Malkan Amin mengatakan, suntikan investasi sudah siap. Namun, tidak akan ada artinya tanpa perbaikan regulasi. Ia pun mengingatkan, masih ada masalah klasik seperti pembebasan lahan yang masih menjadi momok pembangunan. Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi berpesan, MP3EI yang lahir dari rembuk bersama pemerintah, BUMN, dan pengusaha, jangan mentok di tataran komitmen. Dunia usaha, ujarnya, menantikan bagaimana pemerintah akan mewujudkan program tersebut melalui kerja nyata. Menjawab hal itu, Presiden pun meminta agar komitmen dunia usaha untuk MP3EI, khususnya via investasi, jangan cuma pepesan kosong. Meski begitu, ia mengakui ada faktor internal pemerintah yang membuat komitmen investasi batal atau tertunda. Bisa karena ingkar janji, birokrasi yang bertele-tele di daerah, atau konik kepentingan. “Jangan rencananya muluk-muluk, indah, dan ruwet. Tapi, sederhana dan bisa dijalankan. Jangan beri rakyat cek kosong, tapi cek isi,” ujarnya. (Nav/ Mad/*/X-10) [email protected] Membuat rencana tidak perlu muluk-muluk. Boleh sederhana, asalkan bisa dijalankan. Jangan cuma Mentok di Komitmen A Hindari Tumpang Tindih Aturan Harry Azhar Aziz Wakil Ketua Umum Komisi XI DPR BERBAGAI program percepatan pembangunan selama ini sudah banyak dicanangkan pemerintah. Nah, semua itu jangan sekadar jadi program tanpa realisasi yang terukur. Harus ada keterpaduan konsep, dengan realitas dan target yang dikejar. Jangan cuma mencanangkan tanpa melakukan pem- benahan mendasar. Masalah koordinasi antarinstansi serta antara kewenangan pusat dan daerah harus terlebih dulu diselesaikan supaya tidak ada tumpang tindih aturan. Realisasi anggaran yang akan dipakai untuk berbagai proyek MP3EI juga harus memperhitungkan dampak untung ruginya. Apalagi bila memakai modal BUMN, harus jelas pertanggungjawaban apabila ada kerugian dari proyek tersebut. Apalagi bila melihat kelayakan dari ber- bagai proyek-proyek itu belum sepenuhnya menjamin investasi tersebut aman. (Jaz/E-3) Dunia Usaha Komit US$150 Miliar Suryo B Sulisto Ketua Umum Kadin KOMITMEN Kadin, mewakili dunia usaha, tetap dan mungkin bahkan bisa melebihi, yakni US$150 miliar untuk 15 tahun. Namun, pemerintah perlu memper- hatikan usulan Kadin menyangkut kebijakan yang menunjang percepatan pembangunan infrastruktur. Seperti main bola, yang kita butuhkan itu total football. Jadi, seluruh kebijakan yang memberi rangsangan, stimulus untuk perbaikan iklim investasi itu, harus diperhatikan. Kadin mengusulkan pembentukan lembaga pembiayaan infrastruktur jangka panjang, instrumen-instrumennya apa saja yang bisa diberikan, misalnya menerbitkan infrastructure bond. Pasti akan laku, luar negeri pasti banyak yang berminat. Selain lembaga tadi, kami juga minta regulasi seperti UU Pertanahan untuk segera dituntaskan. Untuk MP3EI, swasta siap bergerak, tapi mustahil kalau tidak didukung iklim yang dibuat pemerintah. (*/E-3) Jika tidak Sekarang, Indonesia Bisa Tertinggal Lagi Aviliani Sekretaris Komite Ekonomi Nasional SAYA optimistis masterplan ini akan membawa Indo- nesia menjadi negara maju. Apalagi, kondisi ekonomi global kini menempatkan Indonesia dalam iklim in- vestasi yang bagus ketimbang negara-negara maju yang sedang krisis. Contoh, dengan menguatnya nilai rupiah saat ini, percepatan diperlukan untuk memaksimalkan momentum itu. Jika tidak sekarang, pembangunan di Indonesia dapat tertinggal kembali. Khusus mengenai sektor prioritas MP3EI, sepertinya sektor transportasi dan infrastruktur perlu perhatian lebih, terutama pelabuhan dan bandara. Kasus-kasus yang terjadi memperlihatkan minimnya fasilitas pelabuhan sering menambah biaya pengiriman barang. Misalnya, antrean truk yang panjang, bahkan bisa berhari-hari, jelas dapat merusak barang bawaan truk dan menambah ongkos pengangkutan. Bandara juga, dari tahun ke tahun, lalu lintasnya meningkat tapi tidak didukung perbaikan berarti. (*/E-3) D K st ja m ba se ik J I In d K se p d la Masterplan Ekonomi MI/ M IRFAN MI/ PANCA SYURKANI MI/ SUSANTO

Upload: vananh

Post on 16-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masterplan Ekonomi - ftp.unpad.ac.id · Dalam realisasinya, MP3EI yang ... transportasi nasional berimbas pada membengkaknya biaya logistik di Indonesia, yang lebih …

JUMAT, 27 MEI 2011 ◆ HALAMAN 7 ◆

IRANA SHALINDRA

SIA merupakan kekuatan perekonomian global baru. Dengan segala kekurangannya saat ini, Asia menjadi tambang harapan. Penuh peluang, penuh potensi.

Indonesia boleh jadi merupakan replika konkret gambaran Asia. Sebagai perekonomian terbesar di Asia Tenggara, tidak ada yang meragukan potensi negeri zamrud khatulistiwa ini untuk menjadi yang terdepan dalam kancah perekonomian dunia.

Hal itu nyaris terwujud lebih dari satu dekade silam, saat dunia menyanjung Indonesia sebagai macan perekonomian Asia. Sayangnya, kondisi itu ternyata keropos. Dalam sekejap, krisis moneter 1997-1998 membalikkan kejayaan nasional.

Kini Indonesia dapat dikatakan telah bangkit dari keterpurukan dan siap menyalip negara-negara Asia lain. Dengan segala potensi yang ada, baik dari sisi sumber daya alam maupun sumber daya manusia, Indonesia punya peluang menjadi salah satu negara besar utama di dunia pada 2025.

MasterplanAkan tetapi, ibarat atlet yang

harus menyiapkan stamina sebelum bertanding, Indonesia pun perlu menyiapkan berbagai hal untuk merealisasikan target tersebut. Untuk itu, pemerintahan Yudhoyono-Boediono telah menyiapkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.

Dalam retreat di Istana Bogor, bulan lalu, Presiden mengatakan MP3EI merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju. Targetnya, masuk 12 negara terbesar di dunia pada 2025 dengan pendapatan per kapita naik ke kisaran US$13 ribu-US$16 ribu dari saat ini sekitar US$3 ribu.

Pemerintah mengklaim MP3EI merupakan tema baru dalam pembangunan ekonomi wilayah yang tidak lagi mengarah pada eksploitasi dan ekspor komoditas mentah. Namun, lebih pada penciptaan nilai tambah.

Dalam realisasinya, MP3EI yang diluncurkan pada hari ini akan dijabarkan melalui enam koridor ekonomi yang berperan sebagai sentra-sentra pertumbuhan (lihat grafi k).

Secara sektoral, ada enam sektor yang jadi prioritas. Sektor pertama adalah pangan. Masalah pangan yang dihadapi Indonesia tidak hanya berkutat pada suplai, tetapi juga pengayaan komoditas pertanian, peternakan, distribusi, diversifi kasi pangan, perdagangan, produktivitas, serta inovasi pertanian.

Kedua, sektor energi. Populasi

penduduk yang membesar tentunya mendorong kenaikan kebutuhan energi. Sebab itu, pengolahan sumber daya energi mesti dilakukan.

Sektor ketiga adalah infrastruktur sebagai urat-urat perekonomian. Percepatan pembangunan infrastruktur adalah keharusan. Khususnya, untuk meningkatkan konektivitas antardaerah demi memudahkan pergerakan arus barang, jasa, dan manusia.

Melengkapi konektivitas, sektor transportasi penghubung antarpulau juga perlu digarap baik. Belum memadainya sarana transportasi nasional berimbas pada membengkaknya biaya logistik di Indonesia, yang lebih tinggi ketimbang negara tetangga.

Berikutnya adalah sektor pembiayaan dan perbankan. Aktivitas perekonomian tidak akan berjalan baik tanpa jasa perbankan. Dan terakhir, sektor UMKM. Kerap dianggap jadi jalur cepat untuk mengurangi pengangguran, perlu ada perlakuan tersendiri bagi UMKM tidak harus berhadapan langsung dengan pengusaha besar.

Pepesan kosongDunia usaha swasta nasional

maupun BUMN mengaku siap mendukung masterplan itu. Namun, terlebih dulu pemerintah harus memperbaiki regulasi untuk menarik investasi sebagai sumber dana pembangunan.

Ketua Umum Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Malkan Amin mengatakan, suntikan investasi sudah siap. Namun, tidak akan ada artinya tanpa perbaikan regulasi.

Ia pun mengingatkan, masih ada masalah klasik seperti pembebasan lahan yang masih menjadi momok pembangunan.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi berpesan, MP3EI yang lahir dari rembuk bersama pemerintah, BUMN, dan pengusaha, jangan mentok di tataran komitmen. Dunia usaha, ujarnya, menantikan bagaimana pemerintah akan mewujudkan program tersebut melalui kerja nyata.

Menjawab hal itu, Presiden pun meminta agar komitmen dunia usaha untuk MP3EI, khususnya via investasi, jangan cuma pepesan kosong. Meski begitu, ia mengakui ada faktor internal pemerintah yang membuat komitmen investasi batal atau tertunda.

Bisa karena ingkar janji, birokrasi yang bertele-tele di daerah, atau konfl ik kepentingan.

“Jangan rencananya muluk-muluk, indah, dan ruwet. Tapi, sederhana dan bisa dijalankan. Jangan beri rakyat cek kosong, tapi cek isi,” ujarnya. (Nav/Mad/*/X-10)

[email protected]

Membuat rencana tidak perlu muluk-muluk. Boleh sederhana, asalkan bisa dijalankan.

Jangan cuma Mentok di Komitmen

A

Hindari Tumpang Tindih Aturan

Harry Azhar AzizWakil Ketua Umum Komisi XI DPR

BERBAGAI program percepatan pembangunan selama ini sudah banyak dicanangkan pemerintah. Nah, semua itu jangan sekadar jadi program tanpa realisasi yang terukur. Harus ada keterpaduan konsep, dengan realitas dan target yang dikejar.

Jangan cuma mencanangkan tanpa melakukan pem-benahan mendasar. Masalah koordinasi antarinstansi

serta antara kewenangan pusat dan daerah harus terlebih dulu diselesaikan supaya tidak ada tumpang tindih aturan.

Realisasi anggaran yang akan dipakai untuk berbagai proyek MP3EI juga harus memperhitungkan dampak untung ruginya. Apalagi bila memakai modal BUMN, harus jelas pertanggungjawaban apabila ada kerugian dari proyek tersebut. Apalagi bila melihat kelayakan dari ber-bagai proyek-proyek itu belum sepenuhnya menjamin investasi tersebut aman. (Jaz/E-3)

Dunia Usaha Komit US$150 Miliar

Suryo B SulistoKetua Umum Kadin

KOMITMEN Kadin, mewakili dunia usaha, tetap dan mungkin bahkan bisa melebihi, yakni US$150 miliar untuk 15 tahun. Namun, pemerintah perlu memper-hatikan usulan Kadin menyangkut kebijakan yang menunjang percepatan pembangunan infrastruktur.

Seperti main bola, yang kita butuhkan itu total football. Jadi, seluruh kebijakan yang memberi rangsangan,

stimulus untuk perbaikan iklim investasi itu, harus diperhatikan. Kadin mengusulkan pembentukan lembaga pembiayaan infrastruktur

jangka panjang, instrumen-instrumennya apa saja yang bisa diberikan, misalnya menerbitkan infrastructure bond. Pasti akan laku, luar negeri pasti banyak yang berminat. Selain lembaga tadi, kami juga minta regulasi seperti UU Pertanahan untuk segera dituntaskan.

Untuk MP3EI, swasta siap bergerak, tapi mustahil kalau tidak didukung iklim yang dibuat pemerintah. (*/E-3)

Jika tidak Sekarang, Indonesia Bisa Tertinggal Lagi

AvilianiSekretaris Komite Ekonomi Nasional

SAYA optimistis masterplan ini akan membawa Indo-nesia menjadi negara maju. Apalagi, kondisi ekonomi global kini menempatkan Indonesia dalam iklim in-vestasi yang bagus ketimbang negara-negara maju yang sedang krisis. Contoh, dengan menguatnya nilai rupiah saat ini, percepatan diperlukan untuk memaksimalkan momentum itu. Jika tidak sekarang, pembangunan di

Indonesia dapat tertinggal kembali.Khusus mengenai sektor prioritas MP3EI, sepertinya sektor transportasi

dan infrastruktur perlu perhatian lebih, terutama pelabuhan dan bandara. Kasus-kasus yang terjadi memperlihatkan minimnya fasilitas pelabuhan sering menambah biaya pengiriman barang. Misalnya, antrean truk yang panjang, bahkan bisa berhari-hari, jelas dapat merusak barang bawaan truk dan menambah ongkos pengangkutan. Bandara juga, dari tahun ke tahun, lalu lintasnya meningkat tapi tidak didukung perbaikan berarti. (*/E-3)

DK

st

jambase

ik

JI

In

dKsepdla

Masterplan Ekonomi

MI/ M IRFAN MI/ PANCA SYURKANI MI/ SUSANTO