masalah kependudukan kelurahan ujung, semampir surabaya
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Masalah Kependudukan Kelurahan Ujung, Semampir Surabaya
1/7
Faktor Penyebab Cycle of Povertydi Wilayah Kecamatan Semampir, Kelurahan Ujung
Kecamatan Semampir merupakan salah satu kecamatan di Kota Surabaya Utara yang memiliki
tingkat warga miskin atau kemiskinan yang relatif banyak, salah satunya adalah wilayah
Kelurahan Ujung. Hal ini kemudian membuat Kelurahan Ujung yang luasnya sebesar 162 Ha
mempunyai proporsi luas pemukiman kumuh sebesar 7,17 Ha, dengan 15 RW dan 117 RT.
Dimana pada Survey Masyarakat Miskin di Kecamatan Semampir Kelurahan Ujung oleh
kelompok KKN dari penulis menemukan beberapa penyebab yang borkontribusi dalam tingkat
kemiskinan di daerah tersebut. walaupun, secara data statistik pasti masih belum dipastikan
secara matematis, akan tetapi melalui observasi dan wawancara secara langsung penulis dapat
menyimpulkan beberapa penyebab dari adanya tingkat kemiskinan yang cukup tinggi tersebut.
Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa untuk mengukur kemiskinan,
BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (Badan Pusat Statistik 2012). Setelah
mendefinisikan konsep kemiskinan, akan didefinisikan pula konsep mengenai Garis Kemiskinan
(GK). Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin (Badan
Pusat Statistik 2012).
Menurut teori Cycle of Poverty dari Oscar Lewis, kemiskinan mempunyai suatu siklus dimana
orang-orang yang miskin cenderung terjebak dan sulit untuk keluar dari kemiskinan, dan akan
berada dalam kemiskinan hingga generasi selanjutnya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor
padatnya populasi baik karena pertumbuhan ataupun migrasi, faktor rendahnya pendidikan,
kurangnya aspek kesehatan dan juga rendahnya sumber dana atau tabungan sebagai modal, yang
kemudian keempat faktor ini membentuk sebuah siklus atau lingkaran setan (Vicious cycle of
poverty). Teori dari Lewis ini dapat setidaknya menggambarkan apa yang telah kelompok
penulis observasi dalam KKN 49 di Kecamatan Semampir, Kelurahan Ujung, Surabaya. Faktor-
faktor tersebut kemudian mempengaruhi kemiskina secara tidak langsung, dimana banyaknya
-
7/22/2019 Masalah Kependudukan Kelurahan Ujung, Semampir Surabaya
2/7
populasi atau masyarakat dengan latar belakang kemampuan yang hampir sama maka
meninggikan daya saing dalam pekerjaan mereka, dan menurunkan competitiveness dari
pekerjaan mereka, menyulitkan mereka untuk mendapatkakan sumber daya yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Besarnya populasi juga menyulitkan mereka dalam
memenuhi kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan secara layak, karena kurangnya sumber
daya yang ada. Kontribusi dari faktor lain yaitu kurangnya atau lemahnya tingkat pendidikan
mereka, yang dikarenakan mereka tidak mempunyai kapabilitas untuk mengakses pendidikan
ataupun pendidikan bukan merupakan concern utama yaitu bertahan hidup. Hal ini kemudian
berdampak pada adanya generasi yang kurang tersalurkan potensi sumber daya manusianya,
yang kemudian menghasilkan tenaga kerja yang mempunyai kualitas rendah atau unskilled
labour. Hal ini kemudian berdampak pada rendahnya produktifitas daerah dan tidak adanya
kemajuan dalam kesejahteraan masayarakat miskin. Yang kedua adalah rendahnya tingkat
kesehatan, yang diukur dari ketersediaan dan aksesbilitas dari sarana dan prasarana kesehatan.
Sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan membuat masyarakat miskin kesulitan untuk
mendapatkan layanan kesehatan, dan lebih cenderung rentan terhadap penyakit, gizi yang buruk,
yang akan berdampak pada motivasi bekerja, produktifitas sehingga menyebabkan kurangnya
pendapatan dan menyebabkan kemiskinan berlanjut. Yang ketiga adalah rendahnya tingkat
tabungan atau investasi masyarakat yang dapat disebabkan karena tidak cukupnya penghasilan
untuk ditabung. Rendahnya tingkat tabungan pada masyarakat kemudian juga berujung pada
rendahnya tingkat ketersediaan modal bagi industri yang kemudian juga berdampak pada
rendahnya permintaan akan tenaga kerja yang ada, sehingga menimbulkan banyaknya tenga
kerja yang tidak terserap oleh lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan kemiskinan.
Dalam observasi kelompok KKN kami, terdapat beberapa poin yang diobservasi dan ditanyakan
langsung kepada masyarakat miskin yang bersangkutan antara lain, adalaha tingkat pendidikan,
kesehatan, lingkungan, sosial, serta ekonomi, dimana hal ini cukup menggambarkan secara
umum keadaan Kelurahan Ujung ini. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi kemiskinandidaerah teresebut adalah Padatnya populasi yang ada, yang secara umum tidak didukung dengan
tingkat kelayakan huni, ataupun kebersihan yang memadai. Pemukiman di daerah Kecamatan
Semampir, Kelurahan Ujung bahkan masuk dalam salah satu wilayah kumuh di Surabaya
berdasarkan Laporan Data Dasar RP4D kota Surabaya tahun 2008-2018, walaupun tingkat
kekumuhannya masih dalam skala ringan dan sedang. Padatnya penduduk dapat dinilai dari
-
7/22/2019 Masalah Kependudukan Kelurahan Ujung, Semampir Surabaya
3/7
banyaknya rumah atau hunian yang ada, dengan ukuran yang relatif sederhana bahkan kecil,
secara umum banyak yang tidak layak huni, dan bahkan secara administratif nomor rumah, satu
nomor mewakili 2-4 rumah/hunian dengan jarak yang sangat kecil, bertempat di lahan
pemerintah dalam hal ini PT.KAI dan berdempet sehingga hanya menyisakan gang-gang kecil
untuk dilalui (Overcrowding)\. Seringkali kemudian padantanya pemukiman juga mengakibatkan
mahalnya lahan tempat tinggal seperti di Kelurahan Ujung tersebut dengan harga tempat yang
disewa atau kontrak rata-rata seharga 1.000.000 pertahunnya. Hal ini tidak hanya terjadi si satu
tempat atau RW saja akan tetapi juga terjadi di hampir seluruh tempat lainnya, dimana
menyebabkan tempat ini menjadi terlihat seperti tidak terawat (Slums). Hal ini kemudian
menimbukkan apa yang disebut oleh Ruback dan Pandley (1991) sebagai kepadatan Spasial
(Spatial Density) dan kepadatan Sosial (Social Density). Tingkat kepadatan penduduk
menggambarkan kondisi dan kemampuan daerah tersebut menampung sejumlah penduduk sesaui
dengan kapsitasnya, dimana jika tingkat kepadatan yang tinggi akan menimbulkan masalah
kependudukan. Hal ini berhubungan erat dengan daya dukung wilayah tersebut seperti
ketersediaan sumber daya alam, pangan, lapangan kerja, dan juga infrastruktur sosial.
Populasi di Kelurahan Ujung didominasi oleh komunitas para pendatang dari Suku Madura, yang
pada umumnya datang untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik, sebagaian lagi
karena keluarganya banyak yang telah menetap diSurabaya. Banyak masuknya pendatang ke
Surabaya terutama kedaerah Kecamatan Semampir kemudian juga menambah satu faktor lain
yang dapat menyebabkan atau memperparah adanya kemiskinan yaitu semakin banyaknya
konpetisi atau pesaing dalam mencari pekerjaan, apalagi dengan adanya faktor pendidikan yang
tidak terlalu tinggi yang berarti persaingan tenaga kerja terjadi di pasar low-skilled labour,
sehingga selain menimbulkan pengangguran, juga menimbulkan penggaguran terselubung yang
banyak terdapat di daerah kelurahan Ujung. Kepadatan penduduk menunjukkan daerah tersebut
mempunyai nilai kekayaan atau penghasilan dan nilai harga tanah yang tinggi. Hal ini kemudian
dapat berujung pada meningkatnya kemiskinan dengan banyaknya perumahan kumuh danpemukiman liar yang muncul. Tekanan penduduk di daerah tertentu karena tidak meratanya
penyebaran penduduk menyebabkan overpopulasi, dan berdampak pada kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan, meningkatnya kriminalitas, dan tidak meratanya distribusi pendapatan
perdaerah. Hal ini sejalan dengan teori Malthus tentang hubungan antara pertumbuhan populai
dan kemiskinan yang dikarenakan adanya kelangkaan ketersediaan bahan pangan. Walaupun
-
7/22/2019 Masalah Kependudukan Kelurahan Ujung, Semampir Surabaya
4/7
secara statiski tingkat kepadatan penduduk dan penyebaran penduduk tidak mempunyai korelasi
secara langsung dengan kemiskinan, akan tetapi keduanya berdampak pada faktor-faktor yang
dapat menjadi penyebab dari kemiskinan itu sendiri.
Kepadatan rumah penduduk dan banyaknya populasi yang tinggal kemudian berdampak pada
masalah lingkungan dan kesehatan warganya, dimana semakin padat hunian dan populasinya
berarti juga semakin terbatasnya akses air bersih, udara, dan juga lingkungan bersih. Hal ini
tercermin jelas dalam kebanyakan rumah warga Kelurahan Ujung, dimana menurut hasil dari
Survey dibeberapa wilayah RW air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yaitu Masak dan
Minum berasal dari air kemasan atau beli, sedangkan untuk Mandi dan Mencuci berasal dari Air
sumur jika ada. Air PDAM dibeberapa RW masih belum bisa diakses karena adanya kendala
administratif dan belum adanya kejelasan dari pemerintah, walaupun beberapa telah dibangun
pipa salurannya. Selain sulitnya akses air, juga lingkungan sekitar karena padatnya populasi yang
ada, permasalahan sanitasi, sampah dan kebersihan merupakan mmasalah lainnya yang timbul
karena hal tersebut. pada umumnya di Kelurahan Ujung melalui observasi secara umum,
lingkungan sekitarnya menjadi kotor dan tidak tertata rapi. Walaupun demikian di Kelurahan
Ujung ini, para ibu rumah tangganya telah mengikuti program Keluarga Berencana walaupun
tidak seluruhnya, hal ini cukup dapat menjadi salah satu alat kontrol pertumbuhan penduduk
didaerah tersebut. akan tetapi bisa dilhat dari lingkungan yang ada, kebutuhan akan perawatan
kesahatan mendasar dan kepedulian masyarakat akan hall tersebut masih kurang. Hal ini akan
berdampak kepada kemiskinan dan kesejahteraan hidup, dimana dengan kurang terjaganya
kebersihan dan kesehatan dari masyarakat maka akan megurani produkstifitas dan motivasi
mereka dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Dari faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang krusial dalam tingkat kemiskinan
warga, dimana pada umumnya warga di kelurahan Ujung ini merupakan lulusan SD-SMP
sederajat, yang kemudian tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya karena adanyaketerbatasan dana, maupun karena adanya desakan kebutuhan hidup sehingga mereka harus
berhenti atau putus sekolah. Bisa dikatakan bahwa rata-rata terjadi penurunan tiap jenjang
pendidikan terutama dari tingkat SLTP ke SLTA, yang berarti banyak penduduk yang kemudian
tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya dan menghasilkan tenga kerja yang low-
skilled labour.Pendidikan secara jangka panjang seringnya bukan merupakan fokus utama
-
7/22/2019 Masalah Kependudukan Kelurahan Ujung, Semampir Surabaya
5/7
melainkan untuk bertahan hidup secara jangka pendek, belum lagi adanya tekanan dari
lingkungan atau peer pressure. tingkat pendidikan kemudian berdampak pada tingkat
kemampuan, atau skill yang dimiliki warganya untuk bersaing dipasar tenaga kerja, dan juga
penting untuk memajukan atau mengembangkan kehidupannya secara jangka panjang. sehingga
pada jangka panjang hanya akan menimbulkan pengangguran terselubung lainnya atau pekerja
miskin (working pooradalah mereka yang berada di angkatan kerja, mempunyai pekerjaan akan
tetapi pekerjaannya tidak memadai untuk keluar dari kemiskinan), jika tidak didukung dengan
adanya peningkatan dalam hal investasi, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Gove dan Hughes (1983) juga mengatakan bahwa tingkat kepadatan populasi berhubungan
dengan adanya tindak kekerasan, kriminalitas dan konflik, dikarenakan hal ini berhubungan
dengan kesehatan mental dan fisik, serta interaksi sosial karena kurangnya privasi. Hal ini juga
kemudian berdampak pada kesehatan pendidikan usia dini anak yang kurang kontrol atau
perhatian dari orang tua, dan lebih banyak dipengaruhi oleh masyarakat lingkungannya sehingga
menyebabkan anak tersebut masuk kedalam kelompok sosial atau terlibat dalam konflik.
Kombinasi dari faktor padatnya populasi, kurangnya edukasi dapat menjadi sumber utama
konflik sosial dan kriminalitas yang dapat berujung pada semakin parahnya adanya kemiskinan
didaerah tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa persoalan kemiskinan di Kecamatan
Semampir, khususnya di Kelurahan Ujung pada umumnya disebabkan karena adanya siklus
kemiskinan yang terjadi akibat faktor padatnya populasi warga, rendahnya pendidikan, dan juga
rendahnya kepedulian masalah kesehatan, yang dijelaskan melalui teori dari Oscar Lewis
mengani Cycle of Poverty.
Beberapa hal yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dan juga lembaga
masyarakat lain adalah pertama adalah menyelesaikan atau memutus rantai siklus kemiskinan
diatas, dan masuk melalui pendidikan, masalah kependudukan, dan juga kesehatan. Pemerintha
kota sebenarnya telah melakukan beberapa langkah seperti penyuluhan BPJS, P2KP PNPM dan
program pelatihan lain, akan tetapi belum menghasilkan dampak yang terlalu signifikan. Dalam
beberapa survey juga kemudian ditemukan bahwa terdapat pelatihan dan perbaikan dalam bidang
pendidikan program dari pemerintah dan antusias warga bisa dikatakan cukup kuat, akan tetapi
kemudian program tersebut beberapa terhenti tanpa ada kelanjutan yang pasti, seperti program
melek huruf bagi lansia, program pelatihan supir dll. Pemerintah perlu menindaklanjuti
-
7/22/2019 Masalah Kependudukan Kelurahan Ujung, Semampir Surabaya
6/7
keberadaan dan keberlangsungan dari program pelatihan ini, karena menurut hasil survey
antusias warga cukup besar jika pelatihan tersebut diadakan tepat waktu dan kontinuitas,
terutama pelatihan dalam skillyang berhubungan dengan berdagang, supir, dan wirausaha yang
didukung dengan ketersediaan atau kemudahan mendapatkan modal.
Kemudian untuk mengatasi padatnya penduduk dan kurangnya kelayakan huniannya, pemerintah
dapat merelokasi penduduk yang telah terdaftar asli sebagai warga surabaya untuk pindah
kerumah yang lebih layak, seperti rumah susun, atau jenis hunian lain dengan cicilan murah.
Atau untuk menekan angka migrasi ke Surabaya, pemerintah kota Surabaya dapat bekerja sama
dengan pemerintah daerah lainnya yang mempunyai banyak warga yang urbanisasi ke Surabaya,
untuk mengadakan program peningkatan fasilitas transportasi di kedua atau lebih Kota, sehingga
mereka yang bekerja di Surabaya tidak perlu menetap dan dapat kembali pulang kedaerah
asalnya. Urbanisasi yang terjadi kemudian menjadi temporer, dan dapat mengurangi jumlah
penduduk pendatang yang bertujuan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak, tanpa harus
menambah jumalh penduduk dan tanggungan infrastruktur bagi kota Surabaya sendiri. Hal ini
juga kemudian berlaku bagi daerah sekitar Kota Surabaya yang mempunyai banyak warga yang
berurbanisasi ke Surabaya, yaitu melakukan program yang dapat mengatasi disparitas regional,
sehingga hal ini tidak menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Surabya saja, akan tetapi juga
daerah regional sekitarnya.
Yang terakhir adalah perlunya kerjasama yang lebih baik lagi dari lemabga-lembaga pemerintah
lain yang terkait, dimana dalam mendeskripsikan tentang kemiskinan sendiri, harus ada standart
yang jelas yang mana dikatakan warga miskin, dan harus benar-benar sesuai dengan kenyataan,
sehingga bantuan dan program pemerintah yang ada menjadi tepat sasaran, tidak seperti yang
telah ada saat ini yang banyak ditemukan saat Survey, dimana beberapa warga yang sangat
membutuhkan tidak mendapat bantuan sedangkan yang bisa dikatakan tidak masuk dalam
kategori miskin terdaftar dalam program tersebut. perlu diadakan survey kelapangan, dan jika
memang keluarga tersebut memang layak untuk mendapatkan karena alasan tertentu, alasan
tersebut perlu dilampirkan secaratransparan. Bisa dikatakan dalam rencana mengurangi angka
kemiskinan di Kelurahan Ujung ini, perlu kerjasama dari banyak pihak yang bersangkutan.
-
7/22/2019 Masalah Kependudukan Kelurahan Ujung, Semampir Surabaya
7/7
Referensi:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo, 2013. [online]. dalam
http://ponorogokab.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=5 (diakses pada 9 Februari
2014).
Thinkquest.org, 2009. poverty cycle [online] diakses dalam
(http://library.thinkquest.org/25009/causes/causes.cycle.html) pada 9 Februari
2014
Bryant, Lee. 2011. Oscar Lewis [online] diakses pada
(http://www.historylearningsite.co.uk/oscar_lewis.htm) pada 9 Februari
2014
Gove, Walter R. & Hughes, Michael .1983. Overcrowding in the Household: An Analysis of
Determinants and Effects[online] diakses dalam
(http://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htm)pada 9 februari 2014
Ruback, R.B. and Pandey, J. 1991. "Crowding, perceived control, and relative power: an
analysis of households in India," [online] diakses dalam
(http://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htm)pada 9 februari 2014
http://library.thinkquest.org/25009/causes/causes.cycle.htmlhttp://library.thinkquest.org/25009/causes/causes.cycle.htmlhttp://library.thinkquest.org/25009/causes/causes.cycle.htmlhttp://www.historylearningsite.co.uk/oscar_lewis.htmhttp://www.historylearningsite.co.uk/oscar_lewis.htmhttp://www.historylearningsite.co.uk/oscar_lewis.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://prrn.mcgill.ca/research/papers/marshy.htmhttp://www.historylearningsite.co.uk/oscar_lewis.htmhttp://library.thinkquest.org/25009/causes/causes.cycle.html