manoskrip

14
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU ANAK TERHADAP KONSUMSI JAJANAN DI SDN CAKUNG BARAT 22 PETANG TAHUN 2013 Ayu Budi Setianingrum 1 , Erwan Setiyono 2 , Atika Pustikasari 3 Program Studi S1 Keperawatan STIKes MH. Thamrin Alamat korespondensi: Prodi S1 Keperawatan STIKes MH. Thamrin, Telp: 081393999490; email: [email protected] ABSTRAK Perilaku mengkonsumsi jajanan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Adapun faktor yang mempengaruhi seorang anak untuk mengkonsumsi jajanan dipengaruhi karena pengetahuan anak yang masih rendah dan pengaruh yang ada pada teman sebayanya. Dikutip dari teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud bahwa pada masa laten anak usia 6-12 tahun cenderung untuk meniru dan mudah untuk dipengaruhi oleh teman sebayanya. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak terhadap konsumsi jajanan di SDN Cakung Barat 22 Petang, yaitu faktor pengetahuan gizi, sikap, kebiasaan jajan, besaran uang jajan (ekonomi), pengaruh teman sebaya, dan dukungan orang tua. Penelitian deskriptif analitik kuantitatif ini menggunakan desain (cross sectional). Jumlah populasi dan sampel pada penelitian ini adalah 83 orang, pengambilan sampel dengan menggunakan (stratified random sampling), instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner. Data dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,000), ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,008), tidak ada hubungan antara besaran uang jajan (ekonomi) dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,989), ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,005), dan ada hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,038). Sebaiknya disekolah menerapkan kantin sehat untuk para siswa/ siswi, selain itu untuk memberikan larangan kepada para penjajah jajanan untuk berjualan di luar sekolah. Kata Kunci : Jajanan, anak sekolah ABSTRACT Snack consumption behavior is a problem that often occurs in school- age children . The factors that predispose a child to consume snacks that kids are affected because the knowledge is still low and there

Upload: restiumaya

Post on 12-Sep-2015

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keperawatan komunitas

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

ANAK TERHADAP KONSUMSI JAJANAN DI SDN CAKUNG

BARAT 22 PETANG TAHUN 2013Ayu Budi Setianingrum1, Erwan Setiyono2, Atika Pustikasari3Program Studi S1 Keperawatan STIKes MH. ThamrinAlamat korespondensi:

Prodi S1 Keperawatan STIKes MH. Thamrin, Telp: 081393999490; email: [email protected] mengkonsumsi jajanan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Adapun faktor yang mempengaruhi seorang anak untuk mengkonsumsi jajanan dipengaruhi karena pengetahuan anak yang masih rendah dan pengaruh yang ada pada teman sebayanya. Dikutip dari teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud bahwa pada masa laten anak usia 6-12 tahun cenderung untuk meniru dan mudah untuk dipengaruhi oleh teman sebayanya. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak terhadap konsumsi jajanan di SDN Cakung Barat 22 Petang, yaitu faktor pengetahuan gizi, sikap, kebiasaan jajan, besaran uang jajan (ekonomi), pengaruh teman sebaya, dan dukungan orang tua. Penelitian deskriptif analitik kuantitatif ini menggunakan desain (cross sectional). Jumlah populasi dan sampel pada penelitian ini adalah 83 orang, pengambilan sampel dengan menggunakan (stratified random sampling), instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner. Data dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,000), ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,008), tidak ada hubungan antara besaran uang jajan (ekonomi) dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,989), ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,005), dan ada hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku konsumsi jajanan (p value 0,038). Sebaiknya disekolah menerapkan kantin sehat untuk para siswa/ siswi, selain itu untuk memberikan larangan kepada para penjajah jajanan untuk berjualan di luar sekolah.Kata Kunci : Jajanan, anak sekolah

ABSTRACTSnack consumption behavior is a problem that often occurs in school-age children . The factors that predispose a child to consume snacks that kids are affected because the knowledge is still low and there influence on their peers . Excerpted from the theory proposed by Sigmund Freud that the latency period 6-12 year old children tend to imitate and easy to be influenced by their peers . The purpose of this study was to determine the factors that influence consumer behavior towards snacks in West Cakung SDN 22 evening , the factors of nutrition knowledge , attitudes , customs allowance , the amount of pocket money ( economy ) , peer influence , and parental support . This quantitative descriptive study using the analytic design ( cross- sectional ) . Number of populations and samples in this study were 83 people , using a sample ( stratified random sampling ) , the instrument used in this study is the questionnaire . Data were analyzed with univariate and bivariate analysis . Bivariate analysis results indicate that there is a relationship between nutrition knowledge with snacks consumption behavior ( p value 0.000 ) , there is a relationship between attitudes to the consumption behavior of snacks ( p value 0.000 ) , there is a relationship between the habit of eating snacks with snacks consumption behavior ( p value 0.008 ) , not there is a relationship between the amount of pocket money ( economy ) with snack consumption behavior ( p value = 0.989 ) , there is a relationship between peer influence with street food consumption behavior ( p value 0.005 ) , and there is a relationship between parental support with behavior snack consumption ( p value 0.038 ) . Healthy school canteen should apply to the student / student , in addition to giving ban to the colonists to sell snacks outside of school.

Keywords : Snacks, school childrenPendahuluan

Makanan jajanan adalah salah satu jenis makanan yang sangat di kenal dan umum dikonsumsi oleh masyarakat, tidak terkecuali kalangan anak sekolah. Anak-anak biasanya membeli jananan dari penjaja makanan yang terdapat di kantin maupun sekitar lingkungan sekolah. Kebiasaan mengkonsumsi jajanan merupakan fenomena yang sangat mengawatirkan di kalangan anak sekolah. Di Indonesia penelitian Hermina, et al. (2000) menunjukkan bahwa sebagian anak SD yaitu sebesar 35% membeli sendiri makanan jajanan di sekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas.Kebiasaan makan merupakan cara-cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia yang dipengaruhi dari latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Anak usia sekolah mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan, kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian budaya dalam suatu keluarga. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi (Susanto, 2003).Permasalahan gizi merupakan masalah yang sangat menghawatirkan dikalangan masyarakat Indonesia khususnya anak sekolah. Menurut data WHO menyebutkan angka kejadian gizi buruk pada anak usia sekolah tahun 2007 meningkat menjadi 8,3% dan gizi kurang 27,5%. Serta pada tahun 2009 kejadian gizi buruk naik lagi menjadi 8,8% dan gizi kurang 28% (Dina, 2009).Menurut Rahayu (2006), kasus keracunan pangan yang paling sering dilaporkan dari tahun 2004-2006 di Indonesia adalah keracunan akibat pangan jajanan dan keracunan akibat pangan olahan. Pengujian yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2006 terhadap pangan jajanan diketahui bahwa pada 13.536 sampel menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%) sampel tidak memenuhi syarat. Pangan yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena menggunakan pemanis buatan bukan untuk makanan diet (31%), menggunakan benzoat melebihi batas (7,93%), menggunakan formalin (8,88%), menggunakan boraks (8,05%), menggunakan pewarna bukan untuk makanan (12,67%), dan cemaran mikroba (19,10%) (Badan POM, 2007).Hasil pemantauan BPOM tahun 2011 menunjukkan ada 35,5 % makanan jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat keamanan (Suratmono, 2011). Laporan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM menunjukkan tahun 2004 diseluruh Indonesia telah terjadi Kejadian Luar Biasa keracunan pangan sebanyak 153 kejadian di 25 provinsi yang mencakup 7.347 kasus dan 45 diantaranya meninggal dunia (Depkes, 2011.

Survei oleh BPOM tahun 2004 di sekolah dasar (seluruh Indonesia) dan sekitar 550 jenis makanan yang diambil untuk sampel pengujian menunjukkan bahwa 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar mutu dan keamanan. Disebutkan bahwa 56% sampel mengandung rhodamin B dan 33% mengandung boraks. Survei BPOM tahun 2007, sebanyak 4.500 sekolah di Indonesia membuktikan bahwa 45% jajanan anak sekolah berbahaya (Suci, 2009). Walaupun pemerintah sudah menetapkan peraturan mengenai penggunaan BTP, masih saja ada penjual makanan atau produsen yang menggunakan BTP. Penggunaan tersebut sudah dilarang karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Seperti pada hasil uji BPOM yang dilakukan di 18 propinsi pada tahun 2008 diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar, dan Padang terhadap 861 contoh makanan menunjukkan bahwa 39,95% (344) tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Dari total sampel itu, 10,45 % mengandung pewarna yang dilarang, yakni rhodamin B, methanil yellow dan amaranth (Nurdwiyanti, 2008).

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas tahun 2007 pada 640 SD di 20 provinsi yang diteliti, sebanyak 40 % belum memiliki kantin. Sementara dari yang telah memiliki kantin 60 % sebanyak 84,3 % kantin belum memenuhi syarat kesehatan. Selain itu masih banyak ditemukan panaganan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi persyaratan mutu kebersihan, kesehatan, keamanan, sehingga dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi gizi dan kesehatan anak.Penelitian Widodo (2006) menyatakan makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian ini telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima, bakteri tersebut adalah penyebab penyakit tifus pada anak. Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, es sirop, dan cilok (Widodo, 2006).Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui apa ada hubungan antara perilaku anak terhadap konsumsi jajanan di sekolah.Metode PenelitianTujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan, mengetahui adanya hubungan pengetahuan gizi, sikap, kebiasaan jajan, besaran uang jajan (ekonomi), pengaruh teman sebaya dan dukungan orang tua dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan.Sampel yang terpilih adalah siswa dan siswi yang duduk di kelas II-VI di SDN Cakung Barat 22 Petang, Jakarta Timur tahun 2013 yang dilakukan dengan rancangan proporsi random sampling.Sedangkan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan proporsi random sampling, yaitu setiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relatif dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam sub sampel. Siswa di SDN Cakung Barat 22 Petang, Jakarta Timur yang akan menjadi sampel dipilih secara acak berdasarkan jumlah total sampel yaitu sebanyak 83 responden.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS hingga pada tahapaan analisis bivariat dengan uji Chi-square

Hasil PenelitianSebagian besar responden yang mempunyai pengetahuan baik (49,4%), sikap mendukung (63,9%), terbiasa tidak jajan (54,3%), uang jajan kecil (66,3%), terpengaruh dengan teman sebaya (57,8%), mendapat dukungan orang tua (69,9%), mempunyai perilaku baik (59,0%).Tabel 1. Analisis Univariat

NoVariabelJumlah (n=83)Persentase (%)

1Perilaku Anak1. Kurang2. Baik344941 %

59,0 %

2Pengetahuan Gizi1. Kurang2. Baik424150,6%

49,4 %

3Sikap1. Tidak Mendukung2. Mendukung305336,3 %

63,9 %

4Kebiasaan Jajan1. Tidak Terbiasa2. Terbiasa384545,8 %

54,3 %

5Besaran Uang Jajan (Ekonomi)1. Besar

2. Kecil38`4533,7 %

66,3%

6Pengaruh Teman Sebaya1. Tidak Terpengaruh2. Terpengaruh354842,2 %

57,8 %

7Dukungan Orang Tua1. Tidak mendukung2. Mendukung255830,1%

69,9%

Perilaku anak terhadap konsumsi jajanan secara signifikan bergubungan dengan pengetahuan gizi. Responden dengan pengetahuan gizi baik berpeluang sebesar 6,7 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang berpengetahuan gizi kurang. (OR 6,703 ; p value 0,000). Variabel sikap secara signifikan berhubungan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Responden dengan sikapnya mendukung berpeluang sebesar 12 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang sikapnya tidak mendukung. (OR 12,545 ; p value 0,000. Kebiasaan jajan secara signifikan bergubugan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Responden dengan terbiasa tidak jajan berpeluang sebesar 3,7 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang terbiasa jajan. (OR 3,781 ; p value 0,000)Variabel besaran uang jajan tidak berhubungan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Responden dengan uang jajan kecil berpeluang sebesar 1,1 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang memiliki uang jajan besar. (OR 1,125 ; P value 0,989). Variabel pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Responden yang terpengaruh tidak jajan berpeluang sebesar 4,3 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang terpengaruh untuk jajan. (OR 4,308 ; P value 0,005). Dan variabel dukungan orang tua berhubungan dengan perilaku konsumsi jajanan. responden yang mendapat dukungan orang tua berpeluang sebesar 3,0 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang tidak mendapat dukungan orang tua. (OR 3,079 ; P value 0,038).Tabel 2 Analisis BivariatPerilaku Seksual Pranikah

NoVariabelKategoriKurangBaikP Value0R (95 % CI)

1PengetahuanGiziKurang61,9 %38,1 %6,7030,000

Baik19,5 %80,5 %

2SikapTidak Mendukung76,7 %23,3 %12,5450,000

Mendukung20,8 %79,2 %

3Kebiasaan JajanTidak Terbiasa 45,8 %57,9 %3,7810,000

Terbiasa54,3 %26,7 %

4Besaran Uang JajanBesar33,7 %60,0 %1,1250,989

Kecil66,3 %40,0 %

5Pengaruh Teman SebayaTidak Terpengaruh42,2 %60,0 %4,3080,005

Terpengaruh57,8 %27,1 %

6Dukungan Orang TuaTidak Mendukung30,1 %60,0 %3,0790,038

Mendukung69,9 %32,8 %

*Bermakna pada < 0,05PembahasanHasil penelitian ini menunjukkan bahwa diketahui 41 % mempunyai perilaku kurang dan 59,0 % mempunyai perilaku baik. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa tiga faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pertama faktor prediposisi (Predisposing Factors) yaitu faktor pencetus timbulnya perilaku, pikiran dan motivasi untuk berperilaku. Kedua faktor pendukung (Enabling Factors)yaitu faktor yang mendukung timbulnya perilaku. Ketiga faktor pendorong (Reinforcing Factors)yaitu faktor terbentuknya perilaku yang berasal dari orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. (P value = 0,000 , OR = 6,703), Menurut penelitian Fatima dan Yuliati (2002) 88,2 % seseorang yang mempunyai pengetahuan baik terhadap konsumsi jajanan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi seseorang dalam pemilihan jajanan. Sedangkan, jika pengetahuan seseorang rendah akan merpengaruhi dalam pengkonsumsian makanan/ minuman yang dipilih, sedangkan jika pengetahuannya baik perilakunya dalam mengkonsumsi makanan/ minuman pun akan baik.Hal ini menyatakan bahwa pendidikan seseorang juga merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Seiring dengan adanya masalah gizi yang timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).Ada hubungan sikap dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan (P value = 0,000, OR = 12,545). Hal ini didukung oleh penelitian Medawati (2012), Fatiama, Laksmi, Yuliati (2002) terdapat 71,2% responden jajan lebih sedikit karena memiliki hubungan perilaku dengan sikap baik. Sikap seseorang sangat menentukan bagaimana tindakan orang tersebut. Terdapat suatu spekulasi bahwa sikap seseorang terhadap suatu hal dapat diketahui, maka dapat diduga dalam setiap bentuk tindakan apa yang akan dilakukan oleh seseorang itu. Jadi sebaiknya dari pihak sekolah memberikan larangan terhadap penjaja jajanan yang berjualan tidak memiliki standar kemanan pangan dan kesehatan di luar sekolah.Ada hubungan kebiasaan jajan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan (P value = 0,000 OR = 3,781). Hal ini didukung oleh penelitian Yuliastuti (2012), Robi (2011), Fema IPB (2011), dan penelitian oleh Novitasari (2005) menunjukkan 79% siswa/ siswi SDN Depok memiliki kebiasaan jajan mengkonsumsi jajanan tersering disekitar sekolah. Menunjukkan bahwa kebiasaan seseorang mempengaruhi perilaku seorang dalam pemilihan jajanan yang akan dikonsumsi. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka jika suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang secara berulang-ulang dalam hal yang sama, akan menjadi suatu kebiasaan. Jadi terdapat hubungan antara perilaku seorang anak dengan kebiasaan jajan yang dilakukan setiap harinya.

Tidak ada hubungan besaran uang jajan (ekonomi) dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan (P value = 0,989, OR = 1,125). Hal ini didukung oleh penelitian Bondika (2011), sebanyak 70 subjek menghabiskan uang saku untuk membeli jajan di sekolah dikarena uang yang diberikan orang tua lebih besar, hanya 1 subjek di antaranya menyatakan tidak pernah jajan di sekolah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor dukungan (support) dari pihak lain dapat mendukung perwujudan suatu tindakan dalam hal pemilihan makanan jajanan.Ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan ( P value = 0,005, OR = 4,308). Dari teori perkembangan yang dikemukakan oleh Sigmund Freud pada masa 6-12 tahun seorang anak sangat mudah dipengaruhi oleh aktivitas sekolah dan teman-teman sebayanya. Jadi kesimpulannya seorang anak yang terpengaruh terhadap teman sebaya untuk mengkonsumsi jajanan atau mempengaruhi untuk membawa tau tidak membawa bekal dari rumah hanya karena ingin di anggap dalam kelompok bermainnya. Atau bisa disebut dengan fase dimana seorang anak mudah untuk meniru hal yang dilakukan oleh temannya untuk terus dijalankan.

Ada hubungan dukungan orang tua dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan ( P value = 0,038, OR = 3,079). Hal ini dapat didukung oleh penelitian Cahyaningsih (2011) bahwa, keluarga merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh dalam keputusan dan perilaku terkait dengan kebiasaan makan dan interaksi anak dengan orang tua.Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis merasa mengalami hambatan dimana ketika dilakukan pengambilan data atau pembagian kuesioner sudah sangat mendekati dengan libur lebaran. Pengumpulan data perilaku anak terhadap konsumsi jajanan, pengetahuan gizi, sikap, kebiasaan jajan, besaran uang jajan (ekonomi), pengaruh teman sebaya, dan dukungan orang tua menggunakan kuesioner dengan pertanyaan subjektif, sehingga kebenaran data sangat tergantung dengan kejujuran responden juga ketidaktepatan dalam menjawab dapat terjadi karna faktor pemahaman yang berbeda-beda. Selain itu peneliti harus membimbing satu per satu anak pada kelas 2 dan 3 untuk membacakan pertanyaan kuesioner dan bagaimana cara pengisian untuk kuesioner.Impikasi Keperawatan1.Pendidikan KeperawatanHasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu keperawatan yang saat ini sedang dikembangkan melalui pendidikan dan penelitian. Konsumsi jajanan pada anak yang selama ini terdapat dalam buku-buku ilmu gizi dengan adanya penelitian ini, dapat membantu mahasiswa/ mahasiswi tentang pengetahuan gizi yang lebih baik lagi.2.Pelayanan Keperawatan

Implikasi hasil penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan adalah memberikan informasi atau masukkan kepada praktisi keperawatan tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Hal ini dapat dijadikan acuan atau panduan bagi para perawat dalam pengetahuan gizi khususnya pada anak sekolah dasar, terutama dalam hal :

a. Meningkatkan pengetahuan orang tua dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan melalui pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara terkait.

b. Meningkatkan pengetahuan pihak sekolah untuk melarang siswa/ siswi dalam mengkonsumsi jajanan diluar sekolah.

3.Penelitian Keperawatan

Implikasi lain yang dapat diterapkan dalam dunia keperawatan adalah berkaitan dengan penelitian. Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar yang dapat dipergunakan oleh peneliti lain dalam mengungkapkan fenomena yang lebih luas terkait perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. KesimpulanResponden yang memiliki perilaku baik lebih tinggi dari pada yang mempunyai perilaku kurang. Dapat disimpulkan bahwa siswa/ siswi jajan dikarenakan adanya sarana dan prasarana yang ada.Responden dengan pengetahuan gizi baik berpeluang sebesar 6,7 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang berpengetahuan gizi kurang. Dari hasil data statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku terhadap konsumsi jajanan. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan gizi kurang diakibatkan ketidaktahuan siswa/ siswi atau ketidaktelitian terhadap jajanan.Responden dengan sikapnya mendukung berpeluang sebesar 12 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang sikapnya tidak mendukung. Dari hasil data statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku konsumsi jajanan. Dapat disimpulkan bahwa dukungan yang tinggi berakibat ketidakadanya larangan yang diberikan dari faktor internal maupun eksternal itu sendiri.Responden dengan terbiasa tidak jajan berpeluang sebesar 3,7 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang terbiasa jajan. Dari hasil uji statistik bahwa ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan perilaku terhadap konsumsi jajanan. Dapat disimpulkan bahwa kebiasaan siswa/ siswi akan terus terulang jika sarana dan prasarana yang ada terus di fasilitasi.Responden dengan uang jajan kecil berpeluang sebesar 1,1 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang memiliki uang jajan besar. Dari hasil data statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antrara besaran uang jajan dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Kesimpulannya jika uang jajan besar anak lebih sering untuk jajan dibandingkan uang jajan kecil.Responden yang terpengaruh tidak jajan berpeluang sebesar 4,3 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang terpengaruh untuk jajan. Dari hasil data statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Responden yang mendapat dukungan orang tua berpeluang sebesar 3,0 kali untuk memiliki perilaku baik (tidak mengkonsumsi jajanan) dibandingkan dengan yang tidak mendapat dukungan orang tua. Dari hasil data statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan orang tua dengan perilaku anak terhadap konsumsi jajanan. Kesimpulannya untuk mengurangi angka anak untuk jajan diluar agar orang tua selalu menyiapkan sarapan sebelum berangkat sekolah, membawakan bekal dari rumah, dan meminimalisirkan pemberian uang jajan.Saran 1. Bagi institusi pendidikan Untuk selalu memberikan pembelajaran khusus dalam mata ajar gizi yang membahas tentang penggolongan gizi seseorang dalam ketentuan umur dan zat-zat apa yang terdapat dalam panganan jajanan. Selain itu institusi dapat menindak lanjuti penelitian-penelitian untuk diteruskan menjadi penelitian yang lebih baik.2. Bagi keperawatanUntuk bekerja sama dengan pengurus UKS di SDN Cakung Barat 22 Petang dan pemberian penyuluhan tentang gizi yang terkandung dalam jajanan ataupun bahaya apa yang ada didalam kandungan jajanan. Merekomendasikan perawat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan khusus yang ada kaitannya tentang konsumsi jajanan atau pendeteksian dini yang timbul akibat bahan-bahan tambahan pangan yang tidak baik untuk kesehatan.

3. Bagi sekolah

a. Pihak Sekolah SDN Cakung Barat 22 Petang

Untuk untuk memberikan aturan kepada penjual jajanan di sekitar sekolah, agar menjual jajanannya dengan standar kesehatan dan kebersihan yang ada. Dan diharapkan dari pihak sekolah menyediakan kantin sehat yang sesuai dengan standar kesehatan.

b. Kepala Sekolah SDN Cakung Barat 22 Petang

Untuk bekerja sama dengan puskesmas sekitar dan melarang siswa/ siswi di SDN Cakung Barat 22 Petang untuk tidak jajan diluar sekolah jika sudah adanya kantin sehat di sekolah tersebut.

c. Bagi orang tua

Agar selalu menyediakan sarapan sehat sebelum anak berangkat ke sekolah, membawakan bekal sehat untuk anak ke sekolah, memberikan informasi penting tentang bahaya jajan di luar, dan meminimalisirkan pemberian uang jajan untuk anak.

Referensi

Achmad Djaeni dan Sedioetoma. 1985. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian RakyatAli Khomsan. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali Sport

Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu : Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan. Diakses pada 15 Maret 2013 http://www.pom.go.id/surv/events/FW2ndedition.pdf .2008. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) serta Upaya Penanggulangannya. Info POM 2008 : Vol. 9, No. 6. Diakses pada Maret 2013.

.2007. Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu : Jajanan Anak Sekolah. Diakses pada 15 Maret 2013 http://www.pom.go.id/surv/events/jas2007Vol2.pdf

Baliwati, Y. F., Khomsan A. dan Dwiriani, C. M. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar SwadayaCahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara

Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja Jakarta: Trans Info Media.

Cahyaningfitri. 2012. Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Rawamangun 01 Pagi Jakarta Timur. Karya Tulis Ilmiah Program Studi Kesehatan Masyarakat Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia.

Devi, Nirmala. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.Effendy, HMS. 2006. Waspadailah Penggunaan Bahan Tambahan Makanan. Diakases 10 Februari 2013 http://www.pikiran-rakyat.com Enoch, Muhammad. 1980. Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. BogorFEMA IPB. 2011. Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar. Diakses Maret 2013 http://fema.ipb.ac/index.php/kebiasaan-jajan-siswa-sekolah-dasar

Green, Lawrence W., dkk. 2005. Health Educational Planning Approach Mayfield Publishing Company, California.Hastono, S. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Penerbit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Hastono, S, Luknis, Sabri. 2011. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hermina, et al. 2000. Perilaku Makan Murid Sekolah Dasar Penerimaan PMT-AS di Desa Ciheuleyt dan Pasir Gaok Kabupaten Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan 2000, 23: 72-79.Judarwanto, W, Perilaku Makan Anak Sekolah. Diakses dari www.gizi.depkes.go.id pada tanggal 19 Mei 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Makanan Sehat Anak Sekolah. Jejaring Informasi Pangan dan Gizi Vol. XVII, No. 2, Tahun 2011. Maret 2013.http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/LEMBAR-INFORMASI-NO-2-2011.pdf

I Nyoman Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGCIrawati, et al. 1992. Pengetahuan Gizi Murid Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan I di Kodya Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 15.

. 1998. Penelitian Pemberian Tambahan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan pada Murid Sekolah Dasar. Penelitian Gizi Makanan 1998, 21 : 78 - 91.Iswaranti., Widjajarta M.,dan Februhartanty J. Tanpa tahun. Jajanan di Indonesia Berkualitas Buruk. Diakses : 08 Februari 20013. http://www.republika.co.id.Judarwanto, Widodo. 2004. Perilaku Makan Anak Sekolah. http//www.gizi.net/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%20sekolah.pdf (Accessed on June 8, 2013). Picky Eaters Clinic. . 2006. Antisipasi Perilaku Makan Anak Sekolah. http://www.pdpersi.co.id/pdpersi/artikel.php3?id=956. (Diakses 05 Februari 2013).

Khosman, dkk. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi dan Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB Bogor

Khosman, Ali. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Nofitasari, Ari. 2005. Gambaran Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Tradisional serta Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Anak Sekolah Dasar di SDN Anyelir I Depok. Skripsi. Depok : FKM UI.

Notoadmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : PT. Rineka Cipta

. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nuraini, Henny. 2007. Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal. Jakarta : Qultum Media.

Nurdwiyanti, Ani. 2008. Waspadai Jajanan Anak di Sekolah. http://www.swaberita.com/2008/07/29/news/waspadai-jajanan-anak-disekolah.html (Diakses 11 Februari 2013).

Murniawan, Heny Herdiyati. 2006. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Jajanan dan Status Gizi pada Remaja di SMA Negeri 3 Kota Bogor Tahun 2006. Skripsi. Jakarta: FKM UI.

Purtiantini, 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenal Pemilihan Makanan Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura Suirakarta. Karya Tulis Ilmiah Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Rina, Yuliastuti, 2012. Analisa Karakteristik Siswa, Karakteristik Orang Tua dan Perilaku Konsumsi Jajanan pada Siswa-Siswi SDN Rambutan 04 Pagi Jakarta Timur. Karya Tulis Ilmiah Program Studi Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Safriana, 2012. Perilaku Memilih Jajanan Pada SiswaSekolah Dasar di SDN Garut Kecamatan Darul Imarah Kab Aceh Besar. Karya Tulis Ilmiah Program Studi Kesehatan Masyarakat Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.Solihin, P. 2005. Ilmu Gizi Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Suharjo. 2003. Berbagai Cara pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph diunduh pada tanggal 7 Februari 2013.Yuliarti, Nurheti. 2007. Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Andri. Yogjakarta. http://smartstat.wordpress.com/2010/03/29/distribusi frekuensi/

HYPERLINK "http://www.kapanlagi.com/h/jajanan-sekolah-potensi-sebabkan-keracunan.html" http://www.kapanlagi.com/h/jajanan-sekolah-potensi-sebabkan-keracunan.html