manajemen supply

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) Di era yang kompetitif ini, perusahaan atau organisasi dituntut agar lebih kompetitif lagi agar bisa survive di pasar. Salah satu faktor yang berperan penting untuk mengungguli pesaing-pesaing lain ialah dengan cara menerapkan manajemen rantai pasok atau biasa disebut Supply Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien. Penerapan Supply Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien akan membuat perusahaan secara tidak langsung menekan cost nya, serta meningkatkan produktivitas atau outputnya. Supply Chain Management mencakup semua kegiatan yang terintegrasi untuk membawa produk ke pasar dan menciptakan kepuasan pelanggan. Kegiatan dalam Supply Chain Management antara lain adalah operasi dalam manufaktur, pembelian, transportasi, dan distribusi fisik yang saling terintegrasi dalam sebuah proses. Proses ini menghubungkan semua mitra dalam sebuah rantai. Selain departemen dalam organisasi, mitra ini 1

Upload: pnadiyatiwi

Post on 13-Apr-2017

242 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen supply

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan)

Di era yang kompetitif ini, perusahaan atau organisasi dituntut agar

lebih kompetitif lagi agar bisa survive di pasar. Salah satu faktor yang

berperan penting untuk mengungguli pesaing-pesaing lain ialah

dengan cara menerapkan manajemen rantai pasok atau biasa disebut

Supply Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien. Penerapan

Supply Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien akan

membuat perusahaan secara tidak langsung menekan cost nya, serta

meningkatkan produktivitas atau outputnya.

Supply Chain Management mencakup semua kegiatan yang

terintegrasi untuk membawa produk ke pasar dan menciptakan

kepuasan pelanggan. Kegiatan dalam Supply Chain Management

antara lain adalah operasi dalam manufaktur, pembelian, transportasi,

dan distribusi fisik yang saling terintegrasi dalam sebuah proses.

Proses ini menghubungkan semua mitra dalam sebuah rantai. Selain

departemen dalam organisasi, mitra ini meliputi vendor, operator,

perusahaan ketiga, dan sistem penyedia informasi. Dalam organisasi,

rantai pasokan mengacu pada berbagai bidang fungsional, meliputi

inbound dan outbound transportasi, pergudangan, pengadaan barang,

dan penyediaan barang. Peramalan, perencanaan produksi dan

penjadwalan, pemrosesan order, dan layanan pelanggan semua adalah

bagian dari proses ini juga. Yang penting juga adalah mewujudkan

sistem informasi yang sangat diperlukan untuk memerantai semua

kegiatan ini. Setiap usaha bisnis selalu membutuhkan pihak lain agar

usahanya dapat berjalan dengan baik. Kemitraan dengan pihak lain

umumnya terjadi dalam hal penyediaan bahan baku atau pasokan

material atau barang untuk diolah atau dijual kepada konsumen akhir.

1

Page 2: Manajemen supply

Manajemen Rantai Pasok atau yang dikenal dengan istilah Supply

Chain Management (SCM) sangat penting dalam kaitannya dengan

kemudahan pelanggan. Pelanggan memperlukan produk atau barang

tersebut secara cepat. Oleh karena itu, penting untuk mengolah rantai

pasokan agar pelanggan tidak kesulitan dan selalu memperoleh

barang.

1.1.2. Konsep Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Rumah Sakit

Kebutuhan akan bentuk layanan publik yang bermutu, berkualitas

makin meningkat. Kepedulian, kesadaran masyarakat akan kesehatan

makin dirasakan penting artinya, disamping kebutuhan masyarakat

akan makan, sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan akan

layanan kesehatan bersinergi terhadap sarana kesehatan yang ada,

masyarakat makin kritis terhadap layanan mutu yang diterimanya.

Pemerintahpun menangapi kebutuhan masyarakat tersebut dengan

menempatkan prioritas kesehatan sebagai program pokok nasional

yang kedua setelah bidang pendidikan. Pemerintah juga melindungi

masyarakat terhadap bentuk layanan publik yang diterimanya dengan

membentuk, mengesahkan undang-undang perlindungan konsumen

dan perlindungan hak asasi.

Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu atau kualitas

yang dihasilkannya, terlebih organisasi yang bergerak dibidang jasa,

pelayanan maupun gabungan jasa-barang, seperti halnya organisasi

Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang utama

masyarakat untuk upaya kesehatn, maka sudah sewajarnya jika suatu

Rumah Sakit tiada hentinya selalu berbrnah diri meningkatkan,

memperbaiki mutu, kualitas bentuk layanannya. Instansi-instansi yang

ada di rumah sakit dan profesi–profesi kesehatan yang ada di Rumah

Sakit hendaknya selalu ditingkatkan, dioptimalkan fungsi dan

perannya untuk pencapaian mutu layanan yang optimal, terukur bagi

masyarakat.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupan bagian dari organisasi

Rumah Sakit, Penunjang Medik yang juga harus berbenah diri untuk

2

Page 3: Manajemen supply

mendukung output layananya. Kesadaran, profesionalisme masing-

masing profesi kesehatan, terutama apoteker di Rumah Sakit

sanggatlah diperlukan untuk mencapai hasil keluaran yang optimal

tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit hendaknya juga dapat

merubah paradigma yang melekat padanya selama ini. IFRS selama

ini hanya terjebak di pelayanan stock, harus segera berbenah diri ke

bentuk pelayanan pasien dan bangsal dengan tanpa mengurangi

perannya sebelumnya. Pemerintah mendukung paradigma farmasis ini

dengan menetapkan KepMenKes Standar Pelayanan Rumah Sakit dan

KepMenKes Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit.

Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan

utama di rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari sistem pelayanan di rumah sakit yang berorientasi kepada

pelayanan pasien. Di banyak Rumah Sakit pelayanan farmasi atau di

Instalasi Faramasi Rumah Sakit menyumbangkan profit di urutan ke-3

bahkan ada yang menduduki urutan ke-2 bagi managerial Rumah

Sakit. Salah satu bentuk pendekatan, peningkatan bentuk layanan yang

galak dikembangkan oleh farmasi atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit

adalah Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pada

dasarnya Pelayanan Informasi Obat merupankan salah satu bagian,

cabang dari Pelayanan Farmasi Klinis. Pelayanan informasi obat dan

pelayanan farmasi klinis menanggapi keprihatinan terhadap

masyarakat akan mortalitas dan morbiditas yang terkait dengan

pengunaan obat, kerasionalan pengunaan obat, semakin meningkatnya

biaya perawatan pasien dikarenakan makin meningkatnya biaya obat

dan makin tingginya harapan masyarakat, ledakan medis serta ilmiah.

Pelayan farmasi klinis merupan kerja tim, apoteker dengan profesi

kesehatan lain untuk memecahkan kasus perawatan pasien untuk

menghasilkan outcome, hasil yang maksimal untuk pasien. Pelayanan

Farmasi Klinis memerlukan pengetahuan terapi tinggi bagi

apotekernya, kemampuan komonikasi, monitoring respon obat ke

pasien, pelayanan informasi obat. Pelayanan Farmasi Klinis lebih

3

Page 4: Manajemen supply

ditekankan dipelayanan rawat inap rumah sakit dan berorientasi lebih

ke pasien dari pada produk. Berbagai manfaat dapat dihasilkan dari

pelayan informasi obat dan praktek Pelayanan Farmasi Klinis tersebut,

baik untuk rumah sakit, farmasis, maupun masyarakat. Pelayanan

Farmasi Klinis untuk memulainya juga tidaklah ringan, diperlukan

komitmen yang cukup tinggi dari berbagai profesi yang ada terlebih

apoteker, disampint tantangan lainnya yang cukup beragam dari

masyarakat dan managerial rumah sakit. Disamping itu faktor-faktor

keberhasilan pelayanan faramsi klinis lainnya, seperti komite farmasi

klinis, software, sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit juga

perlu disiapkan baik kualitas dan kuantitasnya. Metode evaluasi

bagaimana yang akan diterapkan bagi komite farmasi klinis,

managerial Rumah Sakit juga perlu ditetapkan.

Suatu mutu layanan yang optimal, terukur niscaya tidak akan

tercapai, terwujud jika kesadaran masing-masing profesi kesehatan

untuk mengembangkan diri, profesional yang ada terlalu minim. Suatu

tujuan bersama mustahil tercapai jika masing-masing profesi

kesehatan yang ada hanya berdiri sendiri-sendiri, minim kesadarannya

untuk bekerjasama. Suatu tujuan tidak akan terwujut tanpa dimulai,

dirintis dari proses yang sedini mungkin.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan

yang akan dibahas yaitu:

1. Apa definisi umum dari supply chain management?

2. Bagaimana kinerja yang diterapkan pada sistem Supply Chain

Management?

3. Apa saja aktivitas pada sistem Supply Chain Management?

4. Apa manfaat dari Supply Chain Management?

5. Apa saja standar pelayanan kefarmasian di apotek?

6. Bagaimana pelayanan kefarmasian di rumah sakit?

4

Page 5: Manajemen supply

1.3. Tujuan

Dengan dibuatnya makalah ini bertujuan untuk:

1. Menegetahui secara umum tentang supply chain management yang dapat

diterapkan dalam industri kefarmasian dsb.

2. Menjadikan pedoman praktek calon apoteker dalam menjalankan profesi.

3. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.

4. Melindungi profesi dalam menjalankan praktek kefarmasian.

5

Page 6: Manajemen supply

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pemasok)

Manajemen rantai pasokan (supply-chain management) adalah

pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan

menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke

pelanggan. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang

memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Kunci

bagi manajemen rantai pasokan yang efektif adalah menjadikan para pemasok

sebagai “mitra” dalam strategi perusahaan untuk memenui pasar yang selalu

berubah.

Supply chain management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai

ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling

berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin

menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain

meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah

menjadi barang jadi. Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas-

aktivitas yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku

menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barang-

barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien. Dalam

definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan mengandung

makna terjadinya aliran material dari awal sampai ke konsumen dengan

memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya.

Dalam definisi operasional pengertian rantai pasok terdapat tiga aspek

yang perlu diperhatikan yaitu berikut ini.

1. Manajemen Rantai Pasok adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk

mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer,

distributor, retailer, dan customer.

2. Manajemen Rantai Pasok mempunyai dampak terhadap pengendalian

biaya.

6

Page 7: Manajemen supply

3. Manajemen Rantai Pasok mempunyai peranan penting dalam

meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan.

Untuk mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, pertama-tama

yang harus diketahui adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai

seluruh mata rantai yang ada, mulai dari yang pertama sampai yang terakhir.

Misalnya, rantai pasok dari pabrik kertas adalah dimulai dari hutan kayu

sebagai penghasil bahan baku, bahan penolong, peralatan, dan pemasok lain

yang terlibat. Di samping itu, perlu juga diketahui berbagai sifat pergerakan

rantai pasok untuk berbagai persediaan. Maksud dari persediaan adalah

beberapa jenis barang yang disimpan di gudang yang mempunyai sifat

pergerakan yang agak berbeda satu sama lain sehingga panjang-pendeknya

rantai pasok juga berbeda tergantung dari metode pemenuhan bahan baku

maupun metode inventory yang dipilih oleh pelaku bisnisnya. Terdapat

beberapa jenis persediaan, yaitu sebagai berikut.

1. Bahan baku (raw materials).

2. Barang setengah jadi (work in process product).

3. Barang komoditas (commodity).

4. Barang proyek.

Keberhasilan manajemen rantai pasok memerlukan:

1. Dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan komitmen untuk

berubah;

2. Memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan;

3. Menyetujui visi dan proses inti manajemen rantai pasok;

4. Komitmen pada perlunya sumber daya dan kekuasaan atau wewenang

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Proses-proses bisnis inti manajemen rantai pasok meliputi berikut ini:

1. Customer Relationship Management (CRM).

2. Customer Service Management (CSM).

3. Demand Management.

4. Customer Demand Fulfillment.

5. Manufacturing Flow Management.

6. Procurement.

7

Page 8: Manajemen supply

7. Pengembangan Produk dan Komersialisasi.

8. Retur.

2.2. Kinerja Supply Chain Management

Mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, yang harus diketahui

pertama-tama adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh

mata rantai yang ada. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam

pengelolaan rantai pasok adalah sebagai berikut.

1. Sasaran Lingkup Pasar (Market Coverage Objectives).

2. Perilaku Pembelian Pelanggan (Customer Buying Behavior).

3. Tipe Distribusi.

Distribusi intensif.

Distribusi selektif.

Distribusi eksklusif.

Perancangan aliran rantai pasok akan semakin kompleks saat pelaku

masing-masing tahap rantai pasok mempunyai pelaku tambahan, misalnya

distributor mempunyai sub distributor untuk daerah tertentu. Dengan

demikian, pola pikir perancangan aliran rantai pasok juga harus

mempertimbangkan kompleksitasnya, terutama dalam melakukan kontrol

secara efektif sehingga akan didapatkan suatu alir produk yang dapat

dimonitor dengan baik dari pengadaan bahan baku sampai pada penyerahan

produk ke pelanggan. Untuk itulah, terkait dengan karakteristik produk

terdapat sembilan karakteristik produk yang seharusnya dianalisis oleh

perancang:

1. Nilai Produk (The Product’s Value).

2. Dasar-dasar Teknis Produk (The Techicality of the product).

3. Tingkat Dukungan Pasar (The Degree of Market Acceptance).

4. Tingkat Kemampuan Substitusi (The Degree of Substitutability).

5. Bulk Produk (The Product’s Bulk).

6. Kemampuan jangka panjang produk (The Product’s Perishability).

7. Tingkat Konsentrasi pasar (The Degree of Market Concentration).

8. Musiman (Seasonality).

8

Page 9: Manajemen supply

9. Batas Kedalaman dan Kelebaran Lini Produk (The Width and Depth of The

Product Line).

Kinerja manajemen rantai pasok adalah semua aktivitas pemenuhan

permintaan konsumen yang dinyatakan secara kuantitatif. Hasil akhirnya

adalah angka atau persentase dari aktivitas pemenuhan permintaan pelanggan

oleh perusahaan. Tujuan dari pengukuran kinerja adalah:

1. Untuk menciptakan proses penyampaian (delivery) secara fisik (barang

mengalir dengan lancar dan persediaan tidak terlalu tinggi).

2. Melakukan stream lining information flow (adanya aliran informasi di

antara tiap-tiap channel).

3. Cash flow yang baik pada setiap channel dalam rantai pasok.

Aliran material dalam rantai pasok juga sering kali dikaitkan dengan

berbagai macam pengukuran keuangan perusahaan. Namun, pengukuran

persediaan dapat dibagi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu nilai agregat rata-rata

persediaan, minggu pasokan, dan perputaran persediaan. Nilai agregat rata-

rata persediaan adalah nilai total seluruh item yang tersimpan dalam

persediaan. Minggu pasokan adalah penilaian persediaan yang diperoleh

dengan cara membagi rata-rata nilai agregat persediaan berdasarkan

penjualan per minggu berdasar biaya. Perputaran persediaan adalah

penghitungan persediaan yang diperoleh dengan membagi penjualan tahunan

(berdasar biaya) dengan nilai agregat rata-rata persediaan selama satu tahun.

2.3. Aktivitas Supply Chain Management

Tingkat strategis:

Optimalisasi jaringan strategis, meliputi jumlah, lokasi, dan ukuran

gudang, pusat distribusi dan fasilitas.

Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan,

membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan

operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang

ketiga.

Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru bisa

diintregasikan secara optimal ke rantai suplai, manajemen muatan.

Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli.

9

Page 10: Manajemen supply

Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan

strategi pasokan/suplai.

Tingkat taktis:

Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya

Pengambilan keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan

kualitas dari inventori

Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan,

dan definisi proses perencanaan.

Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan

Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan

kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan

Tingkat operasional :

Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai

suplai

Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas di rantai suplai (menit ke

menit)

Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi

permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua

pemasok

Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan

prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok

Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang

diterima

Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi

(finished goods)

Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi

ke pelanggan

Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan

rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas, pusat distribusi, dan

pelanggan lain

10

Page 11: Manajemen supply

2.4. Manfaat Supply Chain Management

a. Kepuasaan pelanggan

Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas

proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Untuk

menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas

dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.

b. Meningkatkan profit

Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan

berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga

produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma

karena diminati konsumen.

c. Menurunkan cost

Pengintegrasian aliran produk dari perusahaan kepada konsumen akhir

berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.

2.5. Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam

membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

secara sendirisendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

atau masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan

praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan.

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai

pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi

masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi

dalam menjalankan praktik kefarmasian. Perkembangan apotek ini sangat

ditentukan oleh pengelolaan sumber daya dan pelayanan di apotek tersebut.

Oleh sebab itu, standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam

menjalankan suatu apotek. Jika suatu apotek tidak menggunakan standar

pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek maka tidak akan tercapai

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena pelayanan farmasi

11

Page 12: Manajemen supply

adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker

dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien/masyarakat.

2.5.1.Standar Pelayanan Farmasi di Apotek

1. Pelayanan Obat Resep Dokter 

Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab APA. Apoteker tidak

diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam resep dengan

obat lain. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis

dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk

pemilihan obat yang lebih terjangkau.

Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi

pemeriksaan kelengkapan resep, keabsahan dan tinjauan

kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan

nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R/ pada

bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya,

kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito)

yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau

paraf dokter.

Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi

pemberian, adanya medikasi rangkap, interaksi obat, karakteristik

penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien menjadi

kontra indikasi dengan obat yang diberikan.

2. Pelayanan Obat Non Resep

Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien

yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan

swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang

dapat digunakan tanpa resep yang meliputi :  

obat wajib apotek (OWA) 

obat bebas terbatas dan  

obat bebas 

Obat wajib apotek terdiri dari Kelas terapi oral kontrasepsi, obat

saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat

12

Page 13: Manajemen supply

yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat

kulit topikal .

3. Komunikasi-Informasi-Edukasi

Berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk kepada

dokter. Termasuk memberi informasi tentang obat baru atau tentang

produk obat yang sudah ditarik. Hendaknya aktif mencari masukan

tentang keluhan pasien terhadap obat-obat yang dikonsumsi.

(Apoteker mencatat reaksi atau keluhan pasien untuk dilaporkan ke

dokter, dengan cara demikian ikut berpartisipasi dalam pelaporan

efek samping obat). Kriteria pasien yang memerlukan pelayanan

konseling diantaranyapenderita penyakit kronis seperti asma,

diabetes, kardiovaskular, pasien lanjut usia, anak-anak, penderita

yang sering mengalami reaksi alergi pada penggunaan obat dan

penderita yang tidak patuh dalam meminum obat.

Konseling hendaknya dilakukan di ruangan tersendiri yang dapat

terhindar dari macam interupsi. Pelayanan konseling dapat

dipermudah dengan menyediakan leaflet atau booklet yang isinya

meliputi patofisiologi penyakit dan mekanisme kerja obat.

4. Pengelolaan Obat

Dalam bidang pengelolaan obat meliputi kemampuan merancang,

membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan

efesien. Penjabarannya adalah dengan melakukan seleksi,

perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan,

pengamanan persediaan, perancangan dan melakukan dispensing

serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada

pasien.

2.6. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit

yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien penyediaan obat yang

bermutu,termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua

13

Page 14: Manajemen supply

lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua

barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.

Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan

farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar

pelayanan keprofesian yang universal Adanya bagan organisasi yang

menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta

hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang

ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit

Adapun tujuan dan fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit menurut

keputusan menteri kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit,yaitu:

Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan

biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan

pasien maupun fasilitas yang tersedia.

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai

obat.

Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan.

Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan

evaliasi pelayanan.

Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode

b. Fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit, yaitu :

Pengelolaan perbekalan farmasi:

- Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah

sakit.

- Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

- Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

14

Page 15: Manajemen supply

- Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

- Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku.

- Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

- Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

- Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

- Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan.

- Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan.

- Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

- Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.

- Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

- Melakukan pencampuran obat suntik.

- Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

- Melakukan penanganan obat kanker.

- Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

- Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

- Melaporkan setiap kegiatan.

15

Page 16: Manajemen supply

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Supply chain management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya.

2. Mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, yang harus diketahui

pertama-tama adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai

seluruh mata rantai yang ada.

3. Cakupan aktivitas Supply Chain Management antara lain kegiatan

merancang produk baru (product development), kegiatan mendapatkan

bahan baku (procurement), kegiatan merencanakan produksi dan

persediaan (planning and control), kegiatan melakukan produksi

(production), dan kegiatan melakukan pengiriman (distribution).

4. Manfaat Supply Chain Management antara lain Kepuasaan pelanggan,

Meningkatkan profit, Menurunkan cost.

5. Dengan adanya konsep Supply Chain Manajement ( SCM ).Para pelaku-

pelaku bisnis lebih mudah untuk menciptakan produk-produk handal,

berkualitas dan cepat.

6. Penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat

yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan,

menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan

laba, dan perusahaan semakin besar.

7. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai

pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi

masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi

dalam menjalankan praktik kefarmasian.

8. Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit

adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien

16

Page 17: Manajemen supply

penyediaan obat yang bermutu,termasuk pelayanan fa rmasi klinik yang

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

3.2. Saran

Untuk para pembaca terutama kepada mahasiswa jurusan farmasi yang

kelak akan terjun ke dunia pekerjaan entah itu di industri ataupun klinis,

setidaknya ada pengetahuan tentang bagaimana mengelola rantai pasokan

pada industri dan bagaimana standar pelayanan di apotek ataupun di rumah

sakit.

17

Page 18: Manajemen supply

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek, Jakarta.

Anonim. 2011. SCM. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai

(Diakses pada tanggal 15 Juni 2015 22:15)

Anonim. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit.

http://www.hukor.depkes.go.id (Diakses pada tanggal 14 Juni 2015 18:30)

18