bab ii landasan teori 2.1 supply chain...

21
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010) supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Sedangkan menurut Masudin (2017) mendifinisikan supply chain management adalah manajemen dari sebuah aliran material dan informasi sebagai fasilitas penunjang antar rantai pasok, seperti dengan supplier (pemasok), vendor (penjual), manufacturing plants (perencanaan pembuatan produk), assembly plants (perencanaan pengabungan produk), warehouse facilities (fasilitas pergudangan), distribution center (pusat distribusi), dan retailers (pengecer). Selain itu supply chain juga mengandung arti integrasi dan koordinasi dari “kunci proses bisnis”, mulai dari supplier sampai ke pengguna terakhir melalui jaringan distribusi yang memberikan nilai tambah terhadap ketersediaan barang atau pelayanan kepada customer. Sebuah pengembangan yang penting dalam kerangka kerja supply chain management dengan menunjukan adanya komponen manajemen secara umum terhadap berjalannya proses bisnis dan bagian-bagian dari rantai pasok. Kerangka kerja manajemen rantai pasok akan menentukan bagaimana proses bisnis berjalan dan bagian-bagian dari rantai pasok yang terkelola dan terstruktur. Model dari kerangka kerja supply chain management yang ditekankan pada saling keterkaitannya SCM (supply chain management ) secara apa adanya dan membutuhkan proses atau design untuk menjadikan supply chain management yang berhasil. Dengan kerangka kerja SCM ( supply chain management ) terdiri dari tiga elemen yang saling keterkaitan yaitu Supply chain business process (rantai pasok proses bisnis), Suply chain network structure (struktur jaringan

Upload: buinhi

Post on 21-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Supply Chain Management

Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010) supply chain adalah jaringan

perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan

menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan

tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta

perusahaan – perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Sedangkan

menurut Masudin (2017) mendifinisikan supply chain management adalah

manajemen dari sebuah aliran material dan informasi sebagai fasilitas penunjang

antar rantai pasok, seperti dengan supplier (pemasok), vendor (penjual),

manufacturing plants (perencanaan pembuatan produk), assembly plants

(perencanaan pengabungan produk), warehouse facilities (fasilitas pergudangan),

distribution center (pusat distribusi), dan retailers (pengecer). Selain itu supply

chain juga mengandung arti integrasi dan koordinasi dari “kunci proses bisnis”,

mulai dari supplier sampai ke pengguna terakhir melalui jaringan distribusi yang

memberikan nilai tambah terhadap ketersediaan barang atau pelayanan kepada

customer.

Sebuah pengembangan yang penting dalam kerangka kerja supply chain

management dengan menunjukan adanya komponen manajemen secara umum

terhadap berjalannya proses bisnis dan bagian-bagian dari rantai pasok. Kerangka

kerja manajemen rantai pasok akan menentukan bagaimana proses bisnis berjalan

dan bagian-bagian dari rantai pasok yang terkelola dan terstruktur. Model dari

kerangka kerja supply chain management yang ditekankan pada saling

keterkaitannya SCM (supply chain management ) secara apa adanya dan

membutuhkan proses atau design untuk menjadikan supply chain management

yang berhasil. Dengan kerangka kerja SCM ( supply chain management ) terdiri

dari tiga elemen yang saling keterkaitan yaitu Supply chain business process

(rantai pasok proses bisnis), Suply chain network structure (struktur jaringan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

5

rantai pasok) dan Supply chain management component (komponen supply chain

management).

Dalam kerangka kerja SCM (supply chain management) memberikan

gambaran secara umum pentingnya komponen manajemen terhadap berjalannya

seluruh proses bisnis yang dapat di integrasikan dan dikelola, dengan demikian

komponen ini akan mencerminkan sebuah manajemen yang semestinya. Ada

delapan kunci proses bisnis yang akan membentuk inti dari supply chain

management yaitu Customer Relationship management (manajemen hubungan

dengan pelangan), Customer Service Management (manajemen Pelayanan

terhadap pelangan), Demand management (Manajemen kebutuhan), Order

Fulfillment (pemenuhan order), Manufacturing Flow Management (Aliran

manajemen manufaktur), Supplier Relationship Management (Manajemen

hubungan supplier), Product Development dan commercialization

(Pengembangan produk dan komersialisasi), Returns management ( manajemen

perbaikan). Selain terdapat delapan kunci proses bisnis yang menjalankan rantai

pasok mulai dari supplier sampai ke pengguna terakhir dan akan melintasi

jaringan fungsional yang ada disetiap perusahaan. Jaringan fungsional yang

terdapat di perusahaan meliputi logistics (logistik), Marketing (pemasaran),

finance (keuangan), research and development (perancangan dan

pengembanggan), production (produksi), dan purchasing (Pembelian).

2.2 Evaluasi Supplier

Supplier merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan yang

sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan

oleh perusahaan. Sebuah perusahaan yang sehat dan efisien tidak akan banyak

berarti apabila supplier-supliernya tidak mampu menghasilkan bahan baku yang

berkualitas atau tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu. Oleh karena itu

perusahaan perlu menilai kinerja supplier secara cermat dan kontiyu.

Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010) kinerja supplier perlu

dimonitori secara kontinyu. Penilaian atau monitoring kinerja ini penting

dilakukan sebagai bahan evaluasi yang nantinya bisa digunakan untuk

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

6

meningkatkan kinerja mereka atau sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya

mencari supplier alternatif. Terdapat situasi dimana perusahaan memiliki lebih

dari satu supplier untuk suatu item tertentu, hasil evaluasi juga bisa dijadikan

dasar dalam mengalokasikan order di masa depan. Tentunya beralasan kalau

supplier yang kinerjannya lebih bagus akan mendapat order yang lebih banyak.

Dengan sistem yang seperti ini supplier akan terpacu untuk meningkatkan kinerja

mereka.

Menurut Zeydan et al (2011) evaluasi supplier adalah sebuah pengambilan

keputusan yang multi-objektif dan multi-kriteria dengan mengandung banyak

faktor yaitu faktor kuantitatif dan faktor kualitatif, faktor tersebut disebabkan

karena biasanya dalam evaluasi pemasok mempertimbangkan lebih dari satu

kriteria. Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005) Pembahasan

mengenai evaluasi pemasok umumnya dilakukan dengan pendekatan kuantitatif

lebih baik dari pada sekedar evaluasi kualitatif, karena lebih objektif dan lebih

dipertanggung jawabkan. Kemudian evaluasi yang akan dilakukan disini bertitik

tolak dari dua pandangan dalam mencari sumber pembelian, yaitu :

1. Sumber - banyak, yang makin lama makin ditinggalkan

2. Sumber - tunggal, yang makin lama makin popular

2.2.1 Kriteria Evaluasi Supplier

Kriteria evaluasi mungkin tangible ( terukur ) dan intangible ( tak terukur).

Menurut Chen (2011) kriteria evaluasi supplier yang digunakan oleh perusahaan

taiwan dalam memilih supplier textile yaitu kriteria kualitas, harga, produksi dan

teknologi, manajemen organisasi. Pada kriteria kualitas indikator kinerja supplier

dapat dilihat dari tingkat pengembalian barang dan tingkat diskon, kriteria harga

indikator kinerja dapat dilihat dari tingkat laba kotor dan kuantitas pemberian

diskon, kriteria produksi dan teknologi dilihat dari tingkat R&D (research and

development) dan produktivitas, dan kriteria manajemen organisasi dilihat dari

rasio perputaran persediaan barang dan tingkat beban operasional. Menurut

Sadeghian dan Karami (2010) kriteria yang digunakan dalam evaluasi supplier

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

7

yaitu kriteria kualitas, ketepatan pengiriman, harga dan pelayanan, sebuah studi

kasus dari evaluasi supplier dengan mempertimbangkan empat kriteria sebagai

hasil atas konversi nilai-nilai kuantitatif yang disesuaikan dengan aturan taguchi

loss funtion dan dapat digunakan kombinasi parameter umum berdasarkan AHP.

Kriteria untuk evaluasi dan seleksi/pemilihan supplier diusulkan oleh Dickson

(1996). Adapun kriteria yang diusulkan Dickson (1966) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi/Pemilihan Supplier Dickson

Kriteria Skor

Kualitas 3.5

Pengiriman 3.4

Riwayat Kinerja 3.0

Kebijakan Jaminan dan Klaim 2.8

Harga 2.8

Kemampuan Teknis 2.8

Posisi Finansial 2.5

Kepatuhan Prosedural 2.5

Sistem Komunikasi 2.5

Reputasi dan Posisi dalam Industri 2.4

Keinginan untuk Berbisnis 2.4

Manajemen dan Organisasi 2.3

Pengendalian Operasi 2.2

Pelayanan Perbaikan 2.2

Sikap 2.1

Kesan 2.1

Kemampuan Pengemasan 2.0

Catatan Hubungan Kerja 2.0

Lokasi Geografis 1.9

Kuantitas Bisnis di Masa Lalu 1.6

Alat Bantu Pelatihan 1.5

Perjanjian Timbal Balik 0.6

Sumber : Dickson (1996)

Jadi pada tabel 2.1 menunjukan 23 kriteria yang diidentifikasi oleh Dickson.

Angka pada kolom kedua menunjukan tingkat kepentingan dari masing-masing

kriteria berdasarkan kumpulan jawaban dari survey yang direspon oleh 170

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

8

manajer pembelian di Amerika Serikat. Responden diminta untuk memilih angka

0-4 pada skala likert dimana 4 berarti sangat penting. Jadi pada tabel tersebut

menunjukan bahwa rata-rata responden melihat kualitas sebagai aspek terpenting

dalam memilih supplier. Sedangkan harga hanya menempati urutan no.5 dan

memiliki skor yang signifikan lebih rendah daripada kualitas dan aspek

pengiriman.

2.2.2 Metode Evaluasi Supplier

Banyak metode yang sudah dikembangkan dan digunakan untuk membantu

perusahaan dalam memilih maupun mengevaluasi pemasok. Berikut adalah

beberapa metode yang sudah dikembangkan (Ordoobadi dan Wang, 2011):

1. Penilaian vendor dengan AHP (Analythical hierarchy process) dan ANP

(Analytic Network Process). Metode ini membantu pengambil keputusan

dalam memberikan bobot pada masing-masing kriteria melalui cara yang

sistemastis. AHP mengansumsikan masing-masing kriteria independen satu

sama lain, sementara ANP mengakomodasikan adanya dependensi antar

kriteria.

2. Data envelopment analysis (DEA). Tiap pemasok dihitung efisiensinya

berupa rasio jumlah output terbobot terhadap jumlah input terbobot.

3. Analisis klaster. Metode ini menggunkan algoritma klasifikasi untuk

mengelompokan pemasok ke dalam klaster berdasrkan nilai atributnya.

4. Model pemograman matematis. Masalah pemilihan pemasok diformulasikan

dalam fungsi objektif.

5. Metode taguchi loss function. Metode ini mempertimbangkan resiko dan

manfaat outsourching. Pemasok dengan nilai quality loss terkecil dapat

dianggap sebagai pemasok tebaik.

Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu metode

yang paling banyak digunakan dalam pengambilan keputusan adalah metode yang

berbasis AHP. Metode ini digunakan sebagai tool keputusan manajerial di

berbagai industri untuk mengevaluasi strategi, penilaian performansi, desain

produk dan proses, evaluasi resiko, pemilihan sistem, analisis cost/benefit,

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

9

evaluasi mutu, dan pengkururan objektif. Pada penelitian ini mengusulkan metode

AHP dan Taguchi loss function. Bobot kriteria-kriteria kepentingan ditentukan

dari perbandingan berpasangan pada metode AHP sedangkan kinerja supplier

sehubungan dengan kriteria-kriteria kepentingan diukur menggunakan taguchi

loss function. Dengan menggabungkan kedua metode tersebut perusahaan akan

dapat mengetahui supplier yang potensial.

2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytichal Hierarchy Process (AHP) adalah metode pendukung keputusan

yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. AHP

menguraikan masalah multi faktor atau multi kritteria yang kompleks menjadi

suatu hierarki. Hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah

permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level pertama adalah

tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub krtiteria dan seterusnya kebawah

hingga level terakhir dari alternatif. Dengan adanya hierarki ini suatu masalah

yang kompleks dapat diuraikan ke dalam masing-masing kelompoknya yang

kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan

tampak lebih struktur dan sistematis. Menurut Cho (2008); Soner (2008) aspek

penting dari MCDM (multi ctriteria decision making) adalah memilih bentuk

alternatif terbaik dari satu set alternatif lainnya, yang disebut dengan seperangkat

kriteria. AHP sebagai metode MCDM memberikan kerangka komprehensif untuk

memecahkan masalah pengambilan keputusan dengan mengkuantifikasi penilaian

subjektif dan bertujuan mengintegrasikan langkah-langkah yang berbeda ke dalam

satu penilaian secara keseluruhan untuk menentukan keputusan terbaik. Metode

AHP dapat mencerminkan bobot kriteria kualitatif dan mengintegrasikan berbagai

harapan yang bersumber dari evaluator yang berbeda kedalam pengevaluasian

supplier.

2.3.1 Prinsip Dasar AHP

Menurut Mulyono (1996) dalam menyelesaikan persoalan dengan metode

AHP, ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami yakni :

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

10

a. Decomposition (prinsip menyusun hierarki)

Decomposition yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-

unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap

unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang

akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin

dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan

dari persoalan yang hendak dipecahkan.

b. Comparative Judgement

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen

pada satu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat atasnya. Penilaian

ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas

elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan disajiakan dalam bentuk

matriks yang dinamakan matriks pairwise comparation yaitu matriks

perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif

untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1

menunjukan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan

skala 9 yang menunjukan tingkatan paling tinggi (extreme importance).

c. Synthesis of Priority

Dari setiap matriks pairwise comparation kemudian dicari eigen vectornya

untuk mendapatkan local priority. Karena matriks-matriks pairwise

comparation terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global

priority harus dilakukan sintesa diantara local priority.

d. Logical Consistency

Prinsip ini merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan

mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan

hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vector composite tertimbang yang

menghasilkan urutan pengambilan keputusan.

2.3.2 Tahapan AHP

Pada umumya metode AHP membagi permasalahan menjadi tiga level yaitu

pertama menetapkan tujuan untuk memecahkan masalah, kedua menetapkan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

11

sasaran untuk mencapai tujuan dan yang ketiga menentukan kriteria untuk

mencapai tujuan. (Saaty, 1993).

Pada dasarnya, prosedur atau langkah – langkah dalam metode AHP meliputi :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu

menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi.

2. Menentukan prioritas elemen.

a. Langkah pertama adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu

menbandingkan elemen secara berpasangan sesuai dengan kriteria yang

diberikan.

b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk

mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen

lainnya.

Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan

…..

…..

…..

….. ….. ….. ….. …..

…..

Adapun tabel yang digunakan dalam menilai perbandingan pasangan adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.3 Skala Perbandingan Berpasangan

Intensitas

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen menyumbangnya

sama besar pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting ketimbang elemen

yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan

sedikit menyongkong satu

elemen atas yang lainnya.

5 Elemen yang satu esensial atau

sangat penting ketimbang

elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan

dengan kuat menyongkong

satu elemen atas elemen yang

lainnya

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

12

Lanjutan Tabel 2.3 Skala Perbandingan Berpasangan

7 Satu elemen jelas lebih penting

dari elemen yang lainnya

Satu elemen kuat di sokong,

dan dominannya telah terlihat

dalam praktik

9 Satu elemen mutlak lebih

penting ketimbang elemen

yang lainnya

Bukti yang menyongkong

elemen yang satu atas yang

lain memiliki tingkat

penegasan tertinggi yang

mungkin menguatkan

2,4,5,6,8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara

dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat

satu angka bila dibandingkan

dengan aktivtas j, maka j

mempunyai nilai kebalikannya

bila dibandingkan dengan i

Sebuah asumsi yang masuk

akal

Sumber : (Saaty, 1990)

3. Sintesis

Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

……………………… (1)

b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang

bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

∑ …………………………………………………(2)

c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan

jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata atau priority vector.

………………………………………………..(3)

Keterangan :

= nilai matriks pada kolom ke 1 dengan baris ke 1

∑ = jumlah nilai pada matriks setiap kolomnya

= jumlah elemen matriks

∑ = jumlah nilai pada matriks setiap barisnya.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

13

4. Mengukur konsistensi

Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa

baik konsistensi yang ada karena kita tidak mengiginkan keputusan

berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang

dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relative

elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relative

elemen kedua, dan seterusnya.

b. Menjumlahkan setiap baris

c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relative

yang bersangkutan.

d. Menjumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada

hasilnya disebut ƛ maks.

5. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus :

CI =

……………………………………………..(4)

Sedangkan untuk menghitung nilai CR menggunakan rumus :

CR =

…………………………………………………..(5)

Nilai RI didapat dari tabel di bawah ini :

Tabel 2.4 Nilai Random Index (RI)

Urutan

Matriks

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(RI) 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

6. Menguji konsistensi

Memeriksa konsistensi hieraki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka

penilaian dari data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio

konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 10%, maka hasilnya

dinyatakan benar.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

14

Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010) berdasarkan hasil beberapa kali

pertemuan internal antara dengan bagian produksi, pembelian, teknik pemasaran,

dan keuangan, beberapa kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi calon-

calon supplier yang ada sebagai berikut :

1. Inovasi, kemampuan untuk mengembangkan rancangan lampu yang baru.

Yang akan dinilai adalah teknologi yang ada saat ini dan kemampuan

R&D.

2. Ketepatan waktu kirim, kemampuan supplier mengirim tepat waktu

dengan lot pengiriman kecil. Ini akan dinilai dari jarak antara supplier

dengan perusahaan, kapasitas produksi, dan kemampuan historis mereka

dalam mengirim tepat waktu.

3. Kualitas, kemampuan menciptakan komponen yang berkualitas. Penilaian

akan berdasarkan pada sertifikasi kualitas yang dimiliki, praktek

manajemen kualitas dilapangan, dan kesan dari perusahaan pembeli

(pelangan mereka) yang lain.

4. Kemampuan berkomunikasi, ini akan dilihat dari infrastruktur IS/IT yang

dimiliki serta kemampuan para manajer mereka dalam berkomunikasi

secara umum.

5. Aspek finansial, Akan dievaluasi berdasarkan harga penawaran saat ini

serta kemungkinan atau potensi mereka melakukan penghematan-

penghematan di masa depan.

Dari penjelasan di atas bisa didapatkan penyusun hirarki problem

keputusan sebagai berikut :

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

15

Pemilihan Supplier

Inovasi Waktu kirim Kualitas Komunikasi Finansial

Teknologi

Tim R&D

Jarak

Kapasitas

Histori

Sertifikasi

Praktek

Kesan Pelangan

Infastruktur

Manajer

Penawaran

Potensi

Supplier 1 Supplier 2 Supplier 3

Gambar 2.1 Struktur hirarki pemilihan supplier

Setelah penyusunan hierarki dibuat, maka selanjutnya adalah membuat

perbandingan berpasangan untuk masing-masing kriteria. Masing-masing kriteria

memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Proses pemberian bobot untuk

masing-masing kriteria akan dilanjutkan oleh expert yang di tuju. Untuk

menentukan tingkat kepentingan pada masing-masing kriteria, pembuat keputusan

perlu untuk menyatakan tentang seberapa pentingnya masing-masing kriteria

relative dengan kriteria yang lain ketika kedua kriteria tersebut dibandingkan

dalam satu waktu. Pada model AHP, pemberian bobot ini dilakukan dengan

sistem perbandingan berpasangan dengan cara mengambil dua buah kriteria lalu

dibandingkan.

Pada penelitian ini metode AHP hanya dilakukan sebagai pembobotan

kriteria kepentingan saja, pembobotan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menentukan prioritas kriteria-krietria evaluasi dan pemilihan supplier sesuai

dengan kepentingan perusahaan.

2.3.3 Kelebihan AHP

Secara khusus, keuntungan utama dari AHP dibandingkan dengan metode

lain adalah metode ini memungkinkan bahwa keputusan evaluator digunakan

untuk memilih kepentingan yang relatif dari beberapa kriteria serta interaksi dari

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

16

evaluator yang diperlukan dalam proses seleksi supplier. Metode AHP mampu

membuat peringkat kriteria berdasarkan kebutuhan penilai. Metode ini lebih

mudah untuk diterapkan selain itu metode ini juga mudah untuk digabungkan

dengan teknik kuantitatif lainnya. Beberapa kelebihan dari AHP sebagai berikut :

1. Kesatuan, AHP memberikan model tunggal yang mudah dimengerti, serta

luwes digunakan untuk ragam persoalan yang tidak terstruktur.

2. Kompleksitas, AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan

berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan yang kompleks.

3. Saling ketergantungan, AHP dapat menangani saling ketergantungan antar

elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan hierarki, AHP mencerminkan kencenderungan alami pikiran

untuk memilah-milah elemen.

5. Pengukuran, AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud

suatu metode untuk menetapkan prioritas.

6. Konsistensi, AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan

yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.

7. Sintesis, AHP menentukan ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan

seluruh alternatif.

8. Tawar-menawar, AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relative dari

berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif

terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

9. Penilaian dan konsesus, AHP tidak memaksakan konsesus, tetapi

mensintesiskan suatu hal yang representatif dari berbagai penilaian yang

berbeda.

2.4 Metode Taguchi

Metode Taguchi dikemukakan oleh Genichi Taguchi tahun 1949, dengan

memiliki filosofi terdiri dari dua konsep yaitu taguchi mereduksi variasi (tingkat

kualitas) dari sebuah produk atau proses dengan rendahnya kerugian yang

diterima oleh masyarakat dan sebagai strategi pengembangan yang kuat terhadap

mengurangi variasi (tingkat kualitas), Taguchi digunakan untuk membantu

meningkatkan pelaksaan total quality control (Ross, 1996).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

17

Metode Taguchi merupakan suatu metodologi baru dalam bidang teknik yang

bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses dalam waktu yang

bersamaaan menekan biaya dan sumber seminimal mungkin. Metode taguchi

berupaya mencapai sasaran itu dengan menjadikan produk atau proses “tidak

sensitif” terhadap berbagai faktor seperti material, perlengkapan, manufaktur,

tenaga kerja manusia, dan kondisi-kondisi operasional. Metode taguchi

menjadikan produk atau proses bersifat kokoh (robust) terhadap faktor gangguan

(noise), karenanya metode ini disebut juga sebagai perancangan kokoh (robust

design).

Metode taguchi ada 2 segi umum kualitas yaitu kualitas rancangan dan

kualitas kecocokan. Kualitas rancangan adalah variasi tingkat kualitas yang ada

pada suatu produk yang memang disengaja. Kualitas kecocokan adalah seberapa

baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang diisyaratkan oleh

rancangan. Karakteristik kualitas (variabel respon) adalah objek yang menarik

dari produk atau proses. Sebagai contoh persentase kecacatan, kekasaran

permukaan, keauasan alat, kekuatan tekan, kuat tarik, kekuatan las, temperature

ruangan, bahan bakar ekonomis, daya mesin dan sebagainya. Karakteristik

kualitas dapat dikelompokkan menurut nilai targetnya sebagai berikut : Nominal

the best, Smaller the better, Larger the better (Soejanto, 2009).

2.4.1 Taguchi Loss Function

Taguchi loss function didefinisikan sebagai nilai estimasi kerugian yang

disebabkan oleh penyimpangan karakteristik kinerja yang berkaitan dengan nilai

harapan perusahaan. Loss merupakan kerugian yang berpotensi terjadi saat suatu

karakteristik kualitas fungsional produk menyimpang dari nominalnya yang

ditargetkan, meskipun sekecil apapun penyimpangan yang terjadi. Taguchi loss

function merupakan metode untuk menghitung fungsi kerugian yang ditanggung

oleh masyarakat akibat kualitas yang dihasilkan. Bagi produsen yaitu timbulnya

biaya kualitas sedangkan bagi konsumen adalah adanya ketidakpuasan atau

kecewa atas produk yang dibeli atau dikonsumsi karena kualitas yang jelek (Ross,

1996).

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

18

Taguchi loss function mengetahui kebutuhan tentang apa yang diinginkan

perusahaan dan adanya fakta penyimpangan dari target yang ditetapkan akan

dimaksimalkan. Penyimpangan ini bukan hanya terjadi pada produk akhir saja,

namun dari bahan baku dan material. Taguchi menganggap setiap produk yang

dihasilkan yang menyimpang dari nilai targetnya walaupun berada dalam batas

spesifikasi produk yang ditetapkan perusahaan tetap akan menimbulkan kerugian.

Kerugian tersebut akan berdampak bagi perusahaan terutama dalam jangka

panjang, dimana perusahaan akan kehilangan pansa pasar karena produk yang

dihasilkan tidak memenuhi kepuasan konsumen. Untuk mewakili ketidakpuasan

pelanggan terhadap kinerja produk maka disarankan untuk menggunakan kurva

kuadratik. Pada kurva ini berpusat di target nilai yang memberikan kinerja terbaik

dalam mata pelangan.

Customer tolerance

target

y

t + dt - d

Loss

M

L (y)

Gambar 2.2 Kurva Taguchi Loss Function

Untuk menghitung besarnya loss bagi perusahaan taguchi menggunakan

Quadratic Loss Fuction (QLF). QLF adalah model matematis yang

menghubungkan quality loss dalam nilai uang karena kualitas menyimpang

dari spesifikasi target yang diinginkan. Tujuan dari quality loss function

adalah mengevaluasi kerugian kualitas secara kuantitatif yang disebabkan

adanya variansi. Dalam quality loss function juga dijelaskan perlunya

perbaikan kualitas secara kuantitatif dalam unit uang sehingga perbandingan

yang objektif dapat dilakukan. Ukuran yang diusulkan taguchi untuk

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

19

menghitung kerugian secara kuantitatif adalah dengan perhitungan quality loss

function (Marlina et.al., 2003). Rumusnya adalah sebagai berikut :

k =

…………………………………………………………….. (6)

( ) ( ) ……………………………………………….. (7)

Sumber : (Ross, 1996)

Dimana :

L = nilai kerugian kualitas taguchi loss function

y = nilai aktual dari karakteristik kualitas

m = nilai yang ditargetkan dari karakteristik kualitas

k = konsekuensi biaya

= rata-rata biaya kerugian pada penyimpangan

= toleransi spesifikasi nilai

2.4.2 Signal to Noise Ratio (S/N Ratio)

Menurut Puspita Sari dan Kusumo (2011) Signal to noise ratio (S/N Ratio)

adalah logaritma dari suatu fungsi kerugian kuadratik. Dalam hal ini S/N Ratio

bertindak sebagai indikator mutu selama perancangan untuk mengevaluasi akibat

perubahan suatu perancangan parameter tertentu terhadap unjuk kerja produk.

Maksimasi ukuran performansi ditunjukkan dengan tingginya nilai signal dan

rendahnya noise, karena itu karakteristik kualitas perlu dikelompokkan terlebih

dahulu agar diperoleh konsistensi dalam mengambil keputusan terhadap hasil

eksperimen. Penerapan S/N Ratio dalam memperbaiki dan merancang mutu suatu

produk atau proses lebih menekankan pada reduksi derau daripada peningkatan

signalnya.peningkatan signal menekankan sumber daya tambahan, inspeksi

pengendalian produk dan penggunaan bahan mentah yang lebih mahal sehingga

biaya yang dikeluarkan lebih besar. Reduksi derau menekankan pada kendali

proses statistik untuk mendeteksi adanya variasi dan kemudian dihilangkan

penyebabnya (menekankan pada perancangan parameter). Dalam perancangan

kualitas taguchi merekomendasikan karakteristik signal to noise ratio sebagai

berikut :

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

20

1. Smaller the better

Smaller the better sebagai karakteristik kualitas adalah kontiyu, tidak

negatif, dan nilai yang diinginkan adalah 0. Pencapaian nilai mendekati

nol maka kualitas akan semakin baik. Berikut ini gambar karakteristik

kualitas smaller the better :

0 USL

Target = 0

kerugian

Gambar 2.3 Smaller the better

2. Larger the Better

Memiliki karakteristik kualitas yang kontinyu dan tidak negatif yang

mempunyai nilai 0 sampai ~ dimana nilai target yang diharapkan adalah

selain 0 atau dengan kata lain mempunyai nilai sebesar mungkin. Berikut

ini gambar karakteristik kualitas larger the better.

Kerugian

LSL

0

Target : ~

Gambar 2.4 Larger the better

3. Nominal the best

Memiliki karakteristik kualitas yang continue dan non-negatif yang

mempunyai nilai dari 0 sampai ~ dimana nilai target yang diharapkan

adalah selain 0 dan merupakan bilangan yang terbatas. Berikut ini adalah

gambar dari karakteristik kualitas nominal the best :

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

21

Kerugian

Ao

0

Gambar 2.5 Nominal the best

Marlina et al., (2003)

Menurut Ross (1996) Tipe Loss Function memiliki 3 tipe karakteristik,

berikut karakteristik tersebut beserta rumus :

1. Smaller the better

Loss for an individual part : ( ) .............................................. (8)

Average loss part in a distribution ( ) : ( ) ….… (9)

2. Larger the better

Loss for an individual part : L = (

)………………………………... (10)

Average loss part in a distribution ( ) : *

+ (

) ...(11)

3. Nominal the best

Loss for an individual part : L = ( ) ………………….……. (12)

Average loss part in a distribution ( ) : ( ) ...(13)

Dimana :

L = Loss atau kerugian

k = Konsekuensi biaya

= Nilai yang terukur

= Varians distribusi

m = Nilai target

2.4.3 Weighted Taguchi Loss

Menurut Sadeghian dan Karami (2010) setelah seluruh quality losses dan

kriteria kritis pada setiap supplier dihitung dengan taguchi loss function dan bobot

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

22

untuk semua kriteria yang telah didapatkan dari perhitungan AHP. Pemilihan

supplier terbaik adalah supplier memiliki nilai loss terkecil. Maka total loss untuk

setiap supplier selanjutnya dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

Loss (j) = ∑ ………………………………………………………(14)

Dimana :

Loss (j) = Total kerugian supplier (j) untuk semua kriteria

j = Supplier 1, Supplier 2, sampai Supplier n

= Bobot kriteria dari AHP

= Nilai dari loss function

2.4.4 Tahapan Taguchi Loss Function (TLF)

Ada beberapa hal yang dilakukan pada metode ini yaitu :

1. Pengelompokan kriteria berdasarkan karakteristik toleransinya atau tipe

loss function.

2. Setelah dikelompokan ke dalam masing-masing kategori maka dilakukan

perhitungan nilai k (konsekuensi biaya)

3. Langkah selanjutnya adalah perhitungan nilai bobot kerugian dengan

menggunakan loss function berdasarkan kategori dari masing-masing

kriteria.

4. Bobot dari loss function dan bobot dari AHP akan diolah dengan

persamaan 14.

2.5 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan

dengan evaluasi supplier. Penelitian yang dilakukan Chen (2011) adalah

melakukan penelitian tentang struktur metodologi evaluasi dan seleksi supplier,

pada penelitian ini dijelaskan mengenai beberapa metode yang bisa dipakai dalam

evaluasi dan seleksi supplier. Selain itu pada penelitian ini menggunakan studi

kasus evaluasi supplier yang di ambil dari perusahaan textile Taiwan dengan

memakai kriteria kualitas, biaya, teknologi dan produksi, manajemen organiasasi.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

23

Penelitan selanjutnya, Sadeghian dan Karami (2010) melakukan riset tentang

evaluasi supplier dengan menggunakan metode loss function dan AHP. Dalam

penelitiannya, mereka melakukan evaluasi supplier berdasarkan kriteria seperti

kualitas, ketepatan waktu pengiriman, harga, dan pelayanan. Setiap kinerja dari

tiap-tiap supplier dikonversi dalam quantitive loss dengan menggunakan loss

function. Sedangkan AHP digunakan sebagai kerangka formulasi sistem evaluasi

yang seimbang dengan kriteria berbeda. Penelitian evaluasi supplier juga

dilakukan oleh Khoiro (2015) dengan melakukan penelitian “Evaluasi Supplier

bahan Plat Besi dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process dan

Taguchi Loss Function”. Dalam penelitian ini menggunakan kriteria kuantitatif

yaitu harga, kualitas, pengiriman, ketepatan berat barang, ketersediaan barang dan

kriteria kualitatif yaitu sistem pembayaran, kebijakan jaminan, pelayanan

perbaikan. Penelitian evaluasi supplier lainnya juga dilakukan oleh Ginting et al.,

(2014) penelitian ini dilakukan pada perusahaan pembuatan tiang pancang. Dalam

penelitiannya mengaplikasikan metode AHP dan loss function sebagai proses

evaluasi supplier, kriteria dalam evaluasi supplier yang digunakan berdasarkan

beberapa kriteria seperti kriteria kualitas, harga, kuantitas, waktu pengiriman,

kapasitas, pengalaman bermitra, dan respon terhadap klaim. Dari ketiga penelitian

diatas ada persamaan pada penelitian tersebut yaitu sama-sama mengaplikasikan

metode AHP dan Taguchi Loss Function sebagai proses evaluasi supplier, Namun

perbedaannya terletak pada objek penelitiannya.

Penelitian yang lainnya yaitu Penelitian yang dilakukan Indrapriyatna et al.,

(2011) sedikit berbeda dengan yang sebelumnya dengan mengintegrasikan metode

fuzzy AHP dengan Taguchi Loss Function untuk pemilihan pemasok terbaik,

dalam metode fuzzy AHP bertujuan untuk mengakomodasi kekaburan informasi

dalam permasalahan kriteria pemilihan supplier dengan kriteria yang tidak presisi.

Pada penelitian ini yang dilakukan di PT. CCBICS menggunakan kriteria

kelengkapan jumlah barang, kualitas, pengiriman. Penelitian Murtadlo (2011)

yaitu Analisa Pemilihan Supplier Berbasis Green Procurement Menggunakan

Metode Analytical Network Process, Taguchi Loss Function dan Multi-Choice

Goal Programming. Penelitiannya berkaitan dengan metode Taguchi Loss

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Managementeprints.umm.ac.id/37563/4/jiptummpp-gdl-muhammadya-50696-3-babii.pdf · LANDASAN TEORI . 2.1 Supply Chain ... manajemen dari sebuah

24

Function dengan mengkombinasi beberapa metode lainnya yang biasanya dipakai

dalam evaluasi pemilihan supplier. Pada penelitian ini dilakukan di perusahaan

PT. Petrokimia Gresik dengan mempertimbangkan faktor lingkungan dalam

menganalisa supplier.