supply chain management inventory 004

Upload: mr-riski-aditya

Post on 14-Oct-2015

146 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SCM

TRANSCRIPT

  • USULAN PENELITIAN S2

    SISTEM PEMANTAUAN DAN DISTRIBUSI STOK PADA RANTAI

    MANAJEMEN PEMASOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN

    CONTINUOUS REVIEW DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL

    SMOOTHING

    HUSNI ANGRIANI A

    12/336577/PPA/03828

    PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMPUTER

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • i

    HALAMAN PERSETUJUAN

    USULAN PENELITIAN S2

    SISTEM PEMANTAUAN DAN DISTRIBUSI STOK PADA RANTAI

    MANAJEMEN PEMASOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN

    CONTINUOUS REVIEW DAN METODE SINGLE EXPONENTIAL

    SMOOTHING

    Diusulkan oleh

    Husni Angriani A

    12/336577/PPA/03828

    Telah disetujui

    pada tanggal 28 November 2013

    Pembimbing

    Dr. Azhari SN., MT

    NIP. 19620920 1989 03 1 002

  • ii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... i

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

    1. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

    2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

    3. Batasan Masalah .............................................................................................. 5

    4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

    5. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 6

    6. Landasan Teori .............................................................................................. 10

    6.1 Supply chain Management ................................................................ 10

    6.2 Pendekatan Continuous review (Q,r) ................................................ 13

    6.3 Metode Single Exponential Smoothing ............................................. 15

    7. Desain Penelitian ........................................................................................... 18

    7.1 Desain Proses supply barang ke distributor dan retailer ................... 18

    7.2 Arsitektur Sistem ............................................................................... 21

    7.3 Rancangan Pengujian ........................................................................ 31

    8. Metodologi Penelitian ................................................................................... 31

    9. Jadwal Penelitian ........................................................................................... 38

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

  • 1

    1. Latar Belakang Masalah

    Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya

    untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan penjualan barang

    (Simchi-levi et al. 2008). Sebuah perusahaan dapat mengeluarkan biaya yang relatif

    tinggi jika ketersediaan produk yang kurang atau terlalu banyak, dan besarnya

    permintaan yang tidak dapat didentifikasi dengan mudah merupakan tantangan

    penting bagi supply chain management (Smros et al. 2003). Inventory merupakan

    aset perusahaan paling besar yang berkisar antara 30 % - 40 %. Biaya yang harus

    tersedia oleh suatu perusahaan berkisar antara 20 % 40 % dari nilai barang yang

    disimpan. Beberapa metode dan pendekatan telah dikembangkan untuk memantau

    jumlah persediaan barang dalam suatu tempat, sehingga biaya dapat ditekan dan

    menjamin kelancaran penyediaan barang (Parwati et al. 2009), pendekatan dalam

    inventory yaitu continuous review dan periodic review.

    Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar terhadap

    kinerja finansial suatu perusahaan. Jumlah uang yang tertanam dalam bentuk

    persediaan biasanya sangat besar sehingga persediaan adalah salah satu aset terbesar

    yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaan

    melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa biaya

    modal yang tertahan dalam bentuk persediaan disuatu perusahaan/ supply chain bisa

    sangat besar. Manajemen persediaan yang baik bisa berpengaruh besar terhadap

    kinerja finansial sebuah perusahaan (Pujawan & ER 2010).

    Menurut teori klasik mengenai manajemen persediaan agar suatu barang dapat

    dikelola atau disimpan dengan baik dalam gudang, terdapat banyak aspek yang harus

    diperhitungkan seperti item-item barang yang dapat mengalami kerusakan, misalnya

    waktu penyimpanannya melebihi batas waktu sehingga barang tersebut menjadi

    usang (Baron et al. 2010). Sebagai contoh barang yang tidak tahan lama misalnya

    makanan tertentu, produk musiman, bahan kimia, obat-obatan, minuman dan

  • 2

    sebagainya. Oleh karena itu, pengelolaan persediaan barang yang tahan lama juga

    memerlukan perhatian khusus, karena beberapa barang tersebut dapat rusak dan tidak

    dapat diselamatkan.

    Persediaan barang dalam sebuah toko juga dapat mempengaruhi penjualan

    barang tersebut. Banyaknya persediaan barang yang tersimpan dalam suatu toko

    dapat menyebabkan keuntungan dan kerugian. Keuntungan dapat diperoleh pada saat

    permintaan meningkat, sebaliknya kerugian dapat terjadi karena kurangnya

    permintaan. Hal ini disebabkan karena faktor ketidakpastian permintaan pelanggan.

    Untuk itu diperlukan manajemen stok yang tepat pada distribusi penjualan barang.

    Saat ini, pendekatan supply chain management telah mendukung cooperative

    management dimana arus informasi antar mitra dalam supply chain mampu mencapai

    satu tujuan bersama secara lebih cepat dan mudah dibandingkan jika dilakukan secara

    individual (Sucky 2005). Disamping itu, menurut Marqus et al. (2008) terlihat pula

    bahwa kolaborasi bisnis antar banyak perusahaan yang saling terkait dalam suatu

    rantai stok barang merupakan hal yang sangat penting dan strategis untuk

    peningkatan permintaan menuntut proses bisnis untuk membuat peluang pendapatan

    baru, efisiensi dan loyalitas pelanggan.

    Sebagai contoh dalam suatu distribusi barang dari supplier hingga retailer/toko.

    Supplier mendistribusikan barang ke distributor sesuai dengan banyaknya permintaan

    distributor. Distributor mendistribusikan barang ke retailer sesuai banyaknya

    permintaan retailer. Distribusi barang tersebut memungkinkan terjadinya

    ketersediaan barang yang menjadi sangat banyak dan juga ketersediaan barang yang

    sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini dikarenakan tidak adanya informasi

    mengenai berapa banyak barang yang keluar setiap saat pada masing-masing pihak

    yang terkait dalam supply chain, sehingga sulit menentukan kapan waktu yang tepat

    untuk melakukan pemesanan serta berapa banyak jumlah barang yang dipesan. Hal

    tersebut mengakibatkan kehabisan barang yang seharusnya dapat menjadi keuntungan

    ketika permintaan pelanggan dapat dipenuhi atau kelebihan barang yang dapat

  • 3

    mengakibatkan barang menjadi rusak dan biaya pada barang yang tersimpan tidak

    dapat digunakan mengakibatkan seluruh pihak tidak dapat mempergunakan biaya

    tersebut untuk keperluan lainnya. Untuk itu dibutuhkan pemantauan terhadap stok

    pada semua pihak yang terkait dalam supply chain, agar pengelolaan stok bisa

    dilakukan dengan baik sehingga dapat diketahui kapan waktu pemesanan dan berapa

    banyak jumlah barang dipesan.

    Informasi yang tidak transparan mengakibatkan banyak pihak pada supply chain

    melakukan kegiatan atas dasar ramalan atau tebakan yang tidak akurat. Ritel atau

    toko seringkali tidak membagi informasi dengan pusat distribusi dan pabrik.

    Akibatnya pabrik hanya mengetahui pola permintaan berdasarkan order yang

    diterima dari pusat distribusi (Pujawan & ER 2010).

    Beberapa masalah tersebut dapat terjadi dikarenakan tidak adanya informasi

    mengenai jumlah stok barang yang ada pada masing-masing pihak supply chain,

    sehingga distribusi stok tidak dapat di ketahui dan juga pihak supplier tidak

    mengetahui jumlah yang tepat berapa banyak barang yang harus diproduksi untuk

    memenuhi distribusi stok tersebut. Untuk itu, ketersediaan barang sangat

    mempengaruhi seluruh pihak yang memiliki kepentingan dengan barang tersebut

    sehingga dibutuhkan informasi mengenai ketersediaan barang dalam jumlah yang

    tepat untuk kelancaran distribusi dan penjualan suatu barang pada masing-masing

    pihak. Pada Gambar 1.1 diperlihatkan alur distribusi stok barang dalam kehidupan

    sehari-hari :

  • 4

    Gambar 1.1 Alur distribusi stok barang

    Pada Gambar 1.1 merupakan contoh distribusi stok barang dalam kehidupan

    sehari-hari dimana masing-masing pihak tidak mengetahui kapan waktu pemesanan

    sebaiknya dilakukan dan berapa banyak stok yang tersedia pada masing-masing

    distributor dan toko. Akibatnya ketika seorang customer melakukan pemesanan

    melebihi stok yang dimiliki oleh toko C , maka toko C tersebut tidak dapat memenuhi

    permintaan pelanggan dengan cepat tetapi menunggu dan melakukan permintaan

    kepada distributor yang memiliki lead time selama dua hari sejak pemesanan.

    Akibatnya toko tersebut dapat kehilangan pelanggan karena pelanggan tersebut dapat

    berpindah ke toko yang lain. Demikian halnya dengan toko 2 yang memiliki stok

    yang sangat banyak tetapi permintaan sedikit akibatnya toko tersebut dapat

    mengalami kerugian karena barang tersebut dapat mengalami masa kadaluarsa.

  • 5

    Untuk memudahkan pemantauan terhadap persediaan barang yang

    didistribusikan dari supplier hingga ke retailer agar penjualan menjadi lancar dan stok

    selalu tersedia, maka akan dibuat sistem yang akan melakukan pemantauan dan

    mengendalikan persediaan barang oleh supplier kepada distributor dan dari

    distributor kepada retailer.

    Sistem akan menginformasikan jumlah persediaan barang setiap terjadi

    perubahan terhadap persediaan tersebut baik penambahan maupun pengurangan

    barang yang ada pada distributor atau retailer serta menginformasikan reorder poin

    dari persediaan tersebut dan menentukan maximum quantity order berdasarkan

    peramalan permintaan dengan menggunakan single exponential smoothing

    berdasarkan data historis serta batas maksimum kredit yang diberikan pada distributor

    dan retailer. Masing-masing pihak yang terkait dalam supply chain management

    tersebut akan menjalankan sistem tersebut yang saling terintegrasi satu sama lainnya.

    2. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membangun sistem

    pemantauan barang dalam distribusi stok yang saling terintegrasi dari supplier,

    distributor hingga retailer dengan pendekatan continuous review. Kemudian

    melakukan peramalan terhadap permintaan dengan menggunakan single exponential

    smoothing untuk menentukan quantity order dalam supply chain management.

    3. Batasan Masalah

    Batasan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1) Distribusi barang yang akan dipantau hanyalah distributor dan retailer yang

    menggunakan sistem komputerisasi.

  • 6

    2) Pemantauan persediaan barang dalam manajemen rantai pemasok terbatas pada

    distribusi barang jadi yang disalurkan dari supplier ke distributor dan dari

    distributor ke retailer.

    3) Lead time telah ditentukan oleh masing-masing pihak.

    4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem untuk melakukan

    pemantauan terhadap persediaan barang dalam distribusi stok barang pada supplier,

    distributor dan retailer. Sistem pemantauan barang tersebut memanfaatkan metode

    single exponential smoothing untuk melakukan peramalan quantity order dan

    pendekatan continuous review untuk menentukan reorder poin.

    Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat digunakan untuk

    melakukan pemantauan terhadap persediaan barang sehingga proses penjualan barang

    menjadi lancar dan mengantisipasi kehabisan atau kekurangan barang pada supplier,

    distributor dan retailer. Meningkatkan profit dan mencegah terjadinya kerugian

    karena besarnya biaya persediaan yang tidak tepat pada masing-masing pihak yang

    terkait dalam supply chain tersebut dan mengontrol batas kredit dari distributor dan

    retailer, serta meminimalkan biaya persediaan pada semua pihak. Sehingga

    kedepannya masyarakat tidak sulit menemukan kebutuhan mereka karena alasan

    kehabisan barang atau kelangkaan barang tersebut dan juga menjadikan keuntungan

    bagi semua pihak.

    5. Tinjauan Pustaka

    Yao et al. (2007) telah mengintegrasikan Vendor Managed Inventory (VMI)

    dengan supply chain untuk mengurangi biaya inventory, melalui pendekatan model

    analitik yang mampu menunjukkan mekanisme pendistribusian jumlah stok barang

    sekaligus antara single supplier dan single buyer menjadi lebih mudah dan efektif.

  • 7

    Dari hasil penelitian mereka memperlihatkan bahwa kombinasi VMI dengan supply

    chain lebih baik dari pada tanpa dikombinasikan.

    Kang dan Kim (2009) telah melakukan penelitian mengenai Penambahan

    persediaan dan rencana pengiriman dalam rantai pasokan pada dua echelon dengan

    permintaan yang bervariasi. Penelitian ini berfokus pada penambahan persediaan

    yang terintegrasi dan masalah pada rencana pengiriman dalam rantai pasokan yang

    terdiri dari pemasok dan pengecer. Masalahnya adalah bagaimana menentukan urutan

    pemasok dan pengecer dengan tujuan meminimalkan biaya rata-rata dalam jangka

    panjang pada rantai pasokan.

    Pasandideh et al (2009) juga telah mengintegrasikan vendor managed

    inventory untuk menginvestigasi applikasi VMI tersebut dalam rantai pasokan dengan

    metode EOQ dan kekurangan yang ada. Penelitian ini mempertimbangkan kemitraan

    antar retailer dan pemasok melalui VMI sistem dan mengembangkan model analitik

    untuk mengeksplorasi efek dari parameter rantai pasokan untuk penghematan biaya.

    Penelitian ini dikembangkan dalam dua echelon yaitu satu pemasok dan satu retail.

    Fahmi dan Pujawan (2010) telah melakukan penelitian mengenai

    Pengendalian persediaan material dengan pendekatan continuous review dengan studi

    kasus pada PT. PLN persero APJ gresik. Penelitian yang dilakukan tidak

    menggunakan konsep vendor managed inventory akan tetapi menggunakan

    pendekatan continuous review untuk mengendalikan persediaan pada PT.PLN APJ

    gresik. Penelitian ini menentukan reorder poin dan stok maksimum untuk

    meningkatkan layanan dengan biaya yang minimum.

    Chiang (2010) telah melakukan penelitian mengenai bagaimana mempercepat

    pemesanan dengan pendekatan continuous review dengan lead time dari pabrik.

    Penelitian ini menggunakan dua variabel lead time yaitu lead time dari pabrik dan

    lead time pengiriman hingga sampai kepada tujuan pada single echelon. Tujuan dari

    penelitian ini bagaimana meminimalkan waktu tunggu dengan mempertimbangkan

  • 8

    lead time dari pabrik dan pengiriman barang sehingga pemesanan dapat dilakukan

    dengan cepat.

    Hartini et al (2010) telah melakukan penelitian mengenai penentuan kebijakan

    pemenuhan pesanan dengan vendor managed inventory dengan memberikan

    tanggung jawab kepada supplier untuk mengatur dan menentukan kapan dan berapa

    banyak produk yang akan dikirim berdasarkan persediaan dan permintaan pada waktu

    tersebut. Dengan menganalisis suatu perusahaan farmasi yang memiliki perubahan

    terhadap permintaan oleh para distributor. Tujuannya yaitu untuk mengatasi

    keterlambatan dan pembatalan permintaan oleh distributor. Pada penelitian ini

    menggunakan tiga distributor yang memiliki permintaan yang bervariasi.

    Axster dan Viswanathan (2012) telah melakukan penelitian informasi nilai

    yang ada pada pelanggan untuk supplier dalam persediaan dengan pendekatan

    continuous review . Pada penelitian ini dibuat model dan analisis mengenai masalah

    umum yang ada dalam inventory yaitu pada level persediaan yang tepat dan pada

    siapa saja persediaan itu disimpan serta waktu delay untuk pengadaan stoknya.

    Penelitian ini membuat proposisi kemungkinan permintaan pelanggan dan

    menganalisis pada siapa inventory itu akan disimpan atau menambah level

    persediaannya. Adapun ringkasan dari penelitian diatas disajikan dalam Tabel 5.1.

  • 9

    Tabel 5.1 Tinjauan Pustaka

    No Peneliti Pendekatan Tujuan Solusi /Hasil

    1. Yao et al

    (2005)

    VMI Mengurangi Biaya

    inventory

    Menerapkan

    konsep VMI dan

    membuat model

    analitik perbedaan

    dan keuntungan

    dari penerapan

    VMI

    2. Kang dan

    Kim (2009)

    renewal

    reward

    theorem

    Bagaimana menentukan

    urutan pemasok dan

    pengecer dengan tujuan

    meminimalkan biaya rata-

    rata dalam jangka panjang

    pada rantai pasokan

    Menggunakan

    beberapa variable

    dan nilai parameter

    kemudian

    menggunakan

    notasi untuk

    derivasi

    3. Pasandideh

    et al. (2009)

    VMI Bagaimana membangun

    model analitik dalam VMI

    dengan mengatasi ke-

    kurangan backlogged

    Membuat model

    framework dan

    membanding-

    kannya dengan

    sistem VMI dan

    non-VMI

    4. A Fahmi dan

    I Nyoman

    Pujawan

    (2010)

    continuous

    review

    (S,s)

    Bagaimana meningkatkan

    pelayanan pada pelanggan

    listrik dengan mengendali-

    kan persediaan dan

    perawatan material.

    Diperoleh nilai

    total order, total

    inventory yang

    nantinya akan

    menunjukkan nilai

    total cost.

    5. Chiang

    (2010)

    Continuous

    review

    (S,s)

    Bagaimana mempercepat

    pemesanan dengan pen-

    dekatan continuous review

    dengan lead time dari

    pabrik dan lead time

    pengiriman.

    variabel lead time

    dari pabrik se-

    hingga dibuat

    formula untuk

    mempercepat

    pemesanan dengan

    meminimalkan

    waktu tunggu.

  • 10

    Tabel 5.1 (Lanjutan)

    No Peneliti Pendekatan Tujuan Solusi / Hasil

    6. Hartini et al

    (2010)

    VMI Bagaimana mengatasi

    keterlambatan dan pem-

    batalan permintaan oleh

    distributor serta supplier

    bertanggung jawab untuk

    memberikan kapan waktu

    pemesanan dan berapa

    jumlah pemesanan kepada

    manufacture.

    Digunakan VMI

    dengan logika LRP

    sebagai alat untuk

    menentukan kapan

    dan berapa banyak

    pengiriman yang

    akan dibawa

    menuju distributor

    Dan juga ntuk

    mengurangi biaya

    persediaan

    7. Axster dan

    Viswanathan

    (2012)

    continuous

    review

    (Q,r)

    Bagaimana menentukan

    level persediaan dan pada

    siapa persediaan disimpan

    serta waktu delay dari

    persediaan terpenuhi

    dengan distribusi poisson

    demand.

    Dibuat formula

    Pada masing-

    masing echelon

    dan penentuan

    level persediaan

    dengan dasar

    continuous review.

    .

    6. Landasan Teori

    6.1 Supply chain Management

    Pada tahun 1950 dan 1960-an, beberapa produsen melakukan suatu strategi

    utama dengan menekan produksi secara massal untuk meminimalkan biaya unit

    produksi dengan fleksibilitas proses atau meminimalkan produk. Pada tahun 1970-an,

    permintaan kebutuhan bahan baku mulai dikembangkan dan beberapa manajer

    menyadari dampak dari persediaan barang yang sedang dalam proses pengerjaan

    memiliki biaya yang besar untuk produksi, kualitas, pengembangan produk, dan

    pengiriman lead time. Pada tahun 1980-an terjadi persaingan global yang cukup ketat

    dimana memaksa organisasi kelas dunia untuk menawarkan barang yang murah,

    berkualitas tinggi, dan dapat diandalkan dengan desain yang lebih baik yang memiliki

  • 11

    fleksibilitas. Produsen dan beberapa program manajemen lainnya memanfaatkan

    program Just-In-Time (JIT) untuk meningkatkan efisiensi produksi dan siklus waktu

    yang tepat. Evolusi supply chain management berlanjut sampai pada tahun 1990-an

    menjadi sebuah organisasi terdepan yang diterapkan sebagai praktek terbaik dalam

    mengelola sumber daya perusahaan untuk menyertakan strategi distributor dan fungsi

    logistik. Beberapa produsen dan pengecer menganut konsep supply chain

    management untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas di seluruh rantai pasokan

    (Shukla et al. 2011)

    Supply chain merupakan sebuah model bisnis yang diintegrasikan untuk

    manajemen logistic. Seluruh proses didalamnya mencakup alur distribusi mulai dari

    supplier ke proses produksi, dan rantai distribusi hingga ke konsumen akhir

    (Gunasekaran & Ngai 2004).

    Supply chain management adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk

    mengefisienkan dan mengintegrasikan pemasok, produsen, gudang, dan toko,

    sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, untuk

    lokasi yang tepat, dan pada waktu yang tepat, sehingga dapat meminimalkan biaya

    dengan layanan yang memuaskan. Suatu Supply chain adalah suatu jaringan yang

    kompleks terdiri dari beberapa organisasi dengan tujuan yang berbeda untuk

    memproduksi dan mendistribusikan produk sesuai dengan permintaan pelanggan.

    Khususnya, supply chain management (SCM) yang berkaitan dengan mencari strategi

    yang terbaik untuk seluruh supply chain (SC) dengan koordinasi yang berbeda antar

    perusahaan sepanjang jaringan logistik atau dengan membangun mitra bisnis yang

    dapat dilihat pada Gambar 6.1 (Simchi-levi et al. 2008).

  • 12

    Gambar 6.1 Logistik network dalam jaringan supply chain management

    (Simchi-Levi et al, 2008)

    Supply chain yaitu sebuah sistem dinamis yang mencakup seluruh kegiatan

    yang terlibat dalam pembuatan produk mulai dari menyediakan bahan baku untuk

    pelanggan. Kegiatan ini meliputi manufaktur, inventory control, distribusi,

    pergudangan, dan layanan kepada pelanggan. Seluruh kegiatan tersebut

    dikoordinasikan dan dintegrasikan serta diproses dengan baik Supply chain

    management (Pasandideh et al. 2009).

    Pada dasarnya supply chain management diasumsikan bahwa perusahaan

    mendirikan aliansi dengan anggota dari rantai yang sama untuk meningkatkan

    keunggulan kompetitif yang diungkapkan oleh kinerja operasional yang unggul dari

    seluruh anggota rantai. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai bidang seperti

    pembelian dan logistik, konsep supply chain management berkembang dari sebuah

    proses integrasi yang perspektif menjadi suatu pandangan baru yang sistemik dan

    strategis (Laczynski et al. 2011).

    Dalam supply chain tradisional setiap pihak bertanggung jawab untuk

    mengontrol persediaan dan distribusi pemesanannya masing-masing. Salah satu

  • 13

    karkteristik fundamental yang menjadi masalah dalam supply chain yaitu bagaimana

    seluruh pihak (distributor, supplier, retailer) dapat memenuhi permintaan pelanggan

    secara tepat. Hal tersebut merupakan masalah dalam mengontrol inventory dan

    produksi barang (Disney dan Towill 2003).

    6.2 Pendekatan Continuous review (Q,r)

    Untuk mengelola inventory secara efektif, distributor harus memutuskan

    kapan dan berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan. Salah satu pendekatan

    yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan tersebut dengan menggunakan

    pendekatan continuous review . Pendekatan continuous review, di mana persediaan

    ditinjau secara terus menerus dalam hal ini ketika terjadi perubahan terhadap jumlah

    barang seperti barang berkurang atau bertambah maka persediaan itu akan ditinjau,

    dan pemesanan kembali (reorder poin) dilakukan saat persediaan mencapai titik

    tertentu. Hal tersebut merupakan suatu jenis kebijakan yang paling tepat ketika

    persediaan secara terus menerus ditinjau sehingga tidak mengalami kehabisan stok.

    Sebagai contoh, hal tersebut dapat diterapkan dalam mengawasi persedian dengan

    sistem terkomputerisasi (Simchi-levi et al. 2008). Pada Continous Review (Q,R)

    Policy, sisa persediaan diperiksa terus-menerus, setiap ada bahan yang masuk atau

    keluar, dilakukan pencatatan. Order akan dilakukan setiap kali jumlah persediaan

    mencapai reorder poin.

    Beberapa kondisi yang menyebabkan dimana antara quantity to order dan

    waktu untuk memesan dibatasi. Supplier memiliki hak untuk menentukan jumlah

    pesanan yang berjumlah sedikit atau banyak, bahkan memaksakan batas bawah dan

    atas dalam menentukan jumlah pesanan tersebut untuk menangani skala ekonomis.

    Jika quantity to order merupakan batasan yang diberikan kepada pembeli dalam

    proses pengisian inventory, continuous review dapat digunakan untuk mengelola

    keputusan pembeli dalam mengatur persediaan (akici dan Groenevelt 2011).

    Pendekatan continuous review menggunakan perhitungan untuk mengetahui

    inventory dan reorder time dari pelanggan dan distributor. Untuk mengetahui rata-

  • 14

    rata permintaan selama lead time dapat diketahui melalui L x AVG dimana L adalah

    replenishment lead time dari supplier ke distributor dalam hitungan hari. AVG adalah

    rata-rata permintaan harian yang dilihat dari distributor.

    Untuk mengetahui safety stok distributor / retailer dapat diketahui menggunakan

    persamaan (1).

    SS = (1)

    Untuk mengetahui reorder point (ROP), digunakan persamaan (2)

    (2)

    Untuk mengetahui Order Quantity , digunakan persamaan (3)

    (3)

    Dimana :

    z = service level dipilih dari Tabel 6.1 untuk memastikan bahwa probabilitas

    kehabisan stok selama lead time adalah 1 -

    STD = Standar Deviasi dari permintaan harian dari distributor

    L = replenishment lead time dari supplier ke distributor dalam hitungan hari

    h = biaya pasti/tetap yang dimiliki oleh sebuah produk dalam sehari yang

    tersimpan pada distributor/pelanggan

    K = total biaya pemesanan yang tetap.

    SS = Safety Stok

    Service level merupakan toleransi terjadinya kekurangan pada satu siklus. Misalnya

    diberikan toleransi sebanyak lima kali terjadi kekurangan setiap seratus siklus maka

    service level yang diinginkan adalah 95%. Nilai z yang berkorelasi dengan nilai

    servie level diambil dari Tabel 6.1

    LSTDz

    h

    AVGKQ

    2

  • 15

    Tabel 6.1 Nilai z pada service level (Simchi-Levi et al, 2008)

    Service Level z

    90% 1.29

    91% 1.34

    92% 1.41

    93% 1.48

    94% 1.56

    95% 1.65

    96% 1.75

    97% 1.88

    98% 2.05

    99% 2.33

    Untuk menentukan standar deviasi (STD) digunakan persamaan (4)

    (4)

    Dimana :

    X = Masing-masing nilai dari data set

    n = jumlah data

    STD = standar deviasi

    Masing-masing barang memiliki lead time yang berbeda-beda, yang dihitung dalam

    satuan waktu / hari (Simchi-levi et al. 2008).

    6.3 Metode Single Exponential Smoothing

    Metode exponential smoothing merupakan pengembangan dari metode

    moving averages. Dalam metode ini peramalan dilakukan dengan mengulang

    perhitungan dengan menggunakan data terbaru. Dua metode dalan exponential

  • 16

    smoothing diantaranya single exponential smoothing dan double exponential

    smoothing.

    Menurut Gaspersz (2004), aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis

    yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-

    produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Dengan demikian peramalan

    merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada

    beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis. Beberapa

    metode dalam peramalan antara lain Weight Moving Average (WMA), exponential

    smoothing (ES) dan regresi linear.

    Metode peramalan dengan exponential smoothing biasanya digunakan untuk

    pola data yang tidak stabil atau perubahannya besar dan bergejolak. Metode permalan

    ini bekerja hampir serupa dengan alat thermostat. Apabila galat ramalan (forecast

    error) adalah positif, yang berarti nilai aktual permintaan lebih tinggi daripada nilai

    ramalan (AF>0), maka model pemulusan eksponensial akan secara otomatis

    meningkatkan nilai ramalannya. Sebaliknya, apabila galat ramalan (forecast error)

    adalah negatif, yang berarti nilai aktual permintaan lebih rendah daripada nilai

    ramalan (A F < 0), maka metode pemulusan eksponensial akan secara otomatis

    menurunkan nilai ramalan (Gaspersz, 2004).

    Untuk mengetahui nilai ramalan untuk setiap periode (Ft) digunakan persamaan (5)

    (5)

    Keterangan :

    F : nilai ramalan untuk periode waktu ke-t

    Ft-1 : nilai ramalan untu satu periode waktu yang lalu, t-1

    At-1 : nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1

    : konstanta pemulusan (smoothing constant).

    Pada saat periode pertama (F1) digunakan persamaan (6)

    (6)

  • 17

    Keterangan :

    : Nilai ramalan periode pertama dilakukan peramalan

    A : Nilai Aktual periode pertama

    n : Jumlah periode (hari/minggu)

    Untuk mengetahui sejauh mana keandalan dari model peramalan berdasarkan single

    exponential smoothing digunakan peta kontrol tracking signal dan membandingkan

    apakah nilai-nilai ramalan itu telah menggambarkan atau sesuai dengan pola historis

    dari data aktual permintaan. Suatu ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan

    memperkirakan nilai-nilai aktual suatu ramalan diperbaharui setiap minggu, bulan

    atau triwulan, sehingga data permintaan yang baru dibandingkan terhadap nilai-nilai

    ramalan. Tracking signal dihitung sebagai running sum of the forecast error dibagi

    dengan mean absolute deviation (Gaspersz, 2004).

    (7)

    Keterangan :

    TS : Tracking signal digunakan untuk mengetahui keandalan peramalan.

    RSFE :Running sum of the forecast diperoleh dengan menggunakan persamaan (10).

    MAD : mean absolute deviation diperoleh menggunakan persamaan (8).

    Tracking signal yang positif menunjukkan bahwa nilai aktual permintaan lebih besar

    daripada ramalan, sedangkan apabila negatif berarti nilai aktual permintaan lebih

    kecil daripada ramalan. Pada setiap peramalan, tracking signal terkadang digunakan

    untuk melihat apakah nilai-nilai yang dihasilkan berada di dalam atau di luar batas-

    batas pengendalian dimana nilai-nilai tracking signal itu bergerak antara -4 sampai

    +4. MAD merupakan nilai total absolut dari forecast error dibagi dengan data. Atau

    yang lebih mudah adalah nilai kumulatif absolut error dibagi dengan periode. Jika

    diformulasikan maka formula untuk menghitung MAD adalah sebagai berikut:

    (8)

  • 18

    Formula untuk menghitung error setiap periode (et) digunakan persamaan (9)

    (9)

    Untuk memperoleh nilai absolute error (Ae) maka menghilangkan nilai minus atau

    melakukan absolute pada nilai error yang diperoleh. Formula untuk menghitung

    RSFE (running sum of forecast error ) kumulatif menggunakan persamaan (10)

    (10)

    Formula untuk memperoleh nilai kumulatif absolute error (KAE) digunakan

    persamaan (11)

    (11)

    Keterangan :

    A = Nilai aktual dari suatu peramalan tiap periode t

    F = Nilai peramalan dalam suatu periode t

    Ae = Nilai Absolut error

    Et = Error setiap periode t

    7. Desain Penelitian

    7.1 Desain Proses supply barang ke distributor dan retailer

    Desain sistem pada Gambar 7.1 merupakan proses distribusi stok dalam

    supply chain dari sebuah perusahaan ke distributor dan dari distributor ke retailer

    secara umum. Perusahaan supplier memiliki gudang dan pabrik, dari gudang

    diperoleh informasi mengenai jumlah stok yang tersedia dalam gudang. Pabrik

    memberikan informasi mengenai banyaknya barang yang sedang dalam proses

    pembuatan. Seluruh distributor terhubung ke supplier dan memperoleh informasi

  • 19

    mengenai stok yang ada pada setiap distributor serta informasi penjualan distributor

    tersebut. Perusahaan memiliki hak untuk mengetahui jumlah stok yang ada pada

    distributor untuk menentukan jumlah minimum atau maksimum yang dapat

    dikirimkan oleh supplier, supplier juga memungkinkan melakukan penawaran

    pengiriman barang kepada distributor. Distributor terhubung kepada retailer yang di

    miliki distributor tersebut dengan kata lain partner dari distributor tersebut.

    Distributor memiliki hak untuk mengetahui jumlah stok yang ada pada retailer untuk

    menentukan jumlah minimum atau maksimum yang dapat dikirimkan oleh

    distributor. Proses yang terjadi kepada distributor dan retailer sama dengan proses

    yang terjadi antara supplier dan distributor. Pada Gambar 7.1 diperlihatkan rancangan

    sistem pemantauan dan distribusi stok yang akan dibangun:

  • 20

    $

    Pabrik

    Gudang

    Distributor 1

    Supplier Distributor 2

    Distributor 3

    Toko A

    Toko B

    Toko 1

    Toko 2

    Toko X

    Toko Y

    Data

    Supplier

    Data

    Distributor

    Data

    Toko

    Continuous Review

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    $

    $ $

    Customer

    Gambar 7.1 Sistem Pemantauan dan distribusi stok

    Seluruh data disimpan dalam database yang dihosting pada suatu penyedia

    layanan hosting untuk memudahkan masing-masing pihak mengakses data yang

    dimiliki oleh seluruh pihak yang terkait sehingga sekalipun aplikasi tidak dijalankan

    atau komputer pada pihak yang akan diakses datanya dalam status turn off, yang

    berkepentingan tetap dapat mengakses data tersebut. Untuk menentukan reorder poin

    menggunakan pendekatan continuous review dengan persamaan (2), karena

    pendekatan continuous review akan melakukan analisis setiap kali terjadi perubahan

  • 21

    terhadap data barang baik penambahan maupun pengurangan. Berbeda dengan

    pendekatan periodic review yang melakukan analisis berdasarkan periode tertentu.

    Pendekatan periodic review dapat digunakan pada kasus tertentu, dimana pengeluaran

    dan penambahan terhadap barang tersebut terjadi secara konstant. Pada kasus

    penjualan secara umum, perubahan terhadap barang tidak dapat ditentukan berapa

    banyak jumlah barang yang terjual setiap harinya sehingga, pendekatan periodic

    review tidak tepat digunakan pada kasus pemantauan barang yang terjual karena

    perubahan terhadap jumlah barang dapat terjadi kapanpun.

    Seluruh data penjualan pada masing-masing stage akan diramalkan

    permintaannya dengan menggunakan single exponential smoothing untuk

    menentukan quantity order, karena pada pedekatan continuous review untuk

    mengetahui quantity order sesuai persamaan (3) mengharuskan untuk mengetahui

    biaya pemesanan yang tetap sementara pada kenyataannya permintaan seringkali

    mengalami perubahan sehingga biaya pemesanan akan mengalami perubahan

    sebanyak pemesanan. Selain itu, peramalan menggunakan single exponential

    smoothing untuk memudahkan meramalkan berapa banyak permintaan untuk waktu

    mendatang. Peramalan akan dilakukan ketika terjadi reorder poin, untuk peramalan

    pertama menggunakan persamaan (6) sedangkan untuk peramalan selanjutnya ketika

    reorder poin terjadi akan diambil data setiap periode mingguan. Hal ini dilakukan

    sesuai dengan perhitungan pada persamaan (5).

    7.2 Arsitektur Sistem

    Arsitektur sistem diperlihatkan pada Gambar 7.2 merupakan proses yang

    terjadi antara distributor dan perusahaan, serta proses antara distributor dan toko.

    Supplier memiliki informasi banyaknya persediaan dalam gudang dan informasi

    mengenai banyak barang yang diproduksi serta lead time-nya. Selain data stok,

    supplier juga memiliki data kredit distributor yang nantinya digunakan sebagai salah

    satu parameter kebijakan dari supplier mengirimkan barang pada distributor. Jumlah

    barang yang ditawarkan untuk dikirimkan oleh supplier dilakukan oleh sistem dengan

  • 22

    menggunakan pendekatan continuous review. Distributor dapat melakukan

    permintaan barang kepada supplier akan tetapi tidak langsung diterima oleh supplier

    karena ada pertimbangan data kredit dan sisa stok yang ada pada distributor menjadi

    variable yang akan mempengaruhi jumlah maksimum/minimum barang yang dapat

    dikirimkan oleh supplier. Ketika stok barang pada distributor telah mencapai reorder

    poin maka sistem secara otomatis akan memberi pemberitahuan kepada distributor

    berupa saran untuk melakukan permintaan kepada supplier dan supplier memperoleh

    pemberitahuan bahwa distributor telah mencapai titik reorder poin, sehingga kedua

    pihak dapat menindak lanjuti pemberitahuan tersebut. Selain pemberitahuan

    mengenai reorder poin, sistem juga memberikan informasi mengenai jumlah barang

    yang dapat dipesan oleh distributor berdasarkan peramalan single exponential

    smoothing. Arsitektur spesifikasi sistem dapat terlihat pada Gambar 7.2.

    Data

    Gudang

    Supplier

    Data

    Distributor

    Data

    Toko

    Continuous review Single exponential smoothing

    Supplier Distributor Toko

    Banyak Barang

    dalam GudangBanyak barang

    yang diproduksi

    Permintaan

    Barang

    Pemesanan dan

    jumlah barang yang

    dapat dikirimkan

    Permintaan

    Barang

    Pemesanan dan

    jumlah barang yang

    dapat dikirimkan

    Data Stok dan

    kreditData Stok dan

    kredit

    Gambar 7.2 Arsitektur sistem

    Berikut ini contoh skenario proses dalam perhitungan menggunakan continuous

    review dan penentuan quantity order berdasarkan peramalan menggunakan single

  • 23

    exponential smoothing pada distributor diketahui data penjualan/permintaan toko-

    toko yang menjadi partner suatu distributor pada Tabel 7.1

    Tabel 7.1 Penjualan harian pada distributor

    Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7

    penjualan 600 450 300 1000 500 800 700

    Dari data penjualan pada Tabel 7.1 ditentukan nilai dari sevice level dan lead time

    adalah service level : 95% maka untuk nilai z diperoleh dari Tabel 6.1 sehingga nilai

    z = 1,65 dengan lead time : 1 Minggu = 7 hari. Dengan menggunakan persamaan (4)

    diperoleh nilai standar deviasi (STD) = 216.89 dengan AVG = 621,43 Untuk

    mengetahui digunakan persamaan (1) sehingga nilai safety Stok = 1,65 x 216.89 x

    = 946.82. Untuk mengetahui reorder poin (ROP) digunakan persamaan (2) sehingga

    diperoleh nilai dari Reorder Point = 946.82 + (216.89 x 7) = 2465

    Untuk Quantity Order dihitung dengan menggunakan peramalan single exponential

    smoothing. Berdasarkan hasil perhitungan mean absolute deviation (MAD)

    menggunakan software WinQSB untuk mengetahui nilai terkecil dari konstanta

    pemulusan di lihat pada Tabel 7.2 untuk manual perhitungannya digunakan

    persamaan (8).

    Tabel 7.2 Hasil penghitungan MAD dengan software WinQSB

    MAD

    0,1 1,862

    0,2 1,857

    0,3 1,939

    0,4 2,082

    0,5 2,206

    0,6 2,309

    0,7 2,388

    0,8 2,488

    0,9 2,571

  • 24

    Pada Tabel 7.2 terlihat nilai terkecil dari MAD adalah sebesar 1,857 dengan = 0,2

    sehingga pada peramalan digunakan pemulusan konstanta 0,2. Untuk peramalan

    pertama maka menggunakan persamaan (7) sehingga:

    Penjualan minggu pertama = 4350.

    Ramalan indeks waktu pertama =

    = 4350

    Jadi quantity order sebanyak = 4350

    Hal ini berarti pada saat stok yang ada pada distributor sebanyak 2465 maka

    distributor akan memesan barang sebanyak 4350 untuk memenuhi permintaan toko-

    toko yang menjadi partner bisnisnya. Setiap terjadi penjualan secara otomatis sistem

    akan menghitung kembali reorder poin dan meramalkan quantity order pada tempat

    yang terjadi transaksi seperti supplier, distributor atau retailer. Selain itu data kredit

    distributor menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi banyak barang yang dapat

    dikirimkan kepada distributor. Hal ini dimaksudkan agar pinjaman distributor dapat

    di control sesuai batas maksimum pada masing-masing distributor. Alur proses yang

    terjadi pada supplier dan satu distributor dimana distributor memiliki sisa stok dalam

    gudang sebanyak 2400. Berdasarkan analisis dari pendekatan continuous review

    bahwa jika lebih kecil dari reorder poin yaitu sebanyak 2465 maka distributor akan

    memesan barang sebanyak 4350. Sistem akan memberikan pemberitahuan bahwa

    sudah waktunya memesan sebanyak quantity order yang telah di hitung berdasarkan

    pendekatan continuous review. User dari pihak distributor memiliki hak untuk

    melakukan pemesanan kepada supplier dengan maksimal pemesanan 4350 dan

    memilih jenis pembayaran kredit atau tunai. Pada pihak supplier memiliki hak untuk

    mengirimkan atau menolak permintaan tersebut berdasarkan kriteria yang telah

    ditetapkan supplier. Karena pihak distributor sudah mencapai titik reorder poin dan

    pembayarannya tunai maka supplier mengirimkan barang tersebut sesuai dengan

    permintaan. Pada Gambar 7.3 diperlihatkankan contoh alur proses dalam

    implementasi sistemnya.

  • 25

    Data

    Supplier

    Data

    Distributor

    $

    Gudang

    Supplier

    Supplier

    $

    Gudang

    Distributor

    Distributor

    Lihat Data

    Distributor

    Stok dalam

    Gudang =

    2400

    Stok dalam

    Gudang Informasi reorder poin dan Quantity Order

    Pesan Sebanyak QO bayar Tunai

    Jumlah barang yang

    dikirimkan = 4350

    Waktunya memesan

    sebanyak 4350Distributor mencapai titik

    reorder poin sisa stok = 2400

    Quantity order = 4350

    Bayar = tunai

    Stok = -4350Data Kredit

    dan Stok

    Gambar 7.3 Contoh alur proses dalam implementasi

    Sistem akan memeriksa sisa stok yang tersimpan pada distributor. Jika jumlah

    stok yang tersisa lebih besar daripada reorder poin maka sistem akan memberikan

    informasi sisa stok. Jika jumlah stok yang tersisa lebih kecil atau sama dengan

    reorder poin, maka muncul pemberitahuan untuk memesan barang dan jenis

    pembayaran oleh pihak pemesan. Jika jenis pembayaran kredit, maka sistem akan

    memeriksa kredit yang dimiliki pihak pemesan. Jika jenis pembayarannya tunai maka

    jumlah barang yang akan dikirimkan sesuai dengan quantity order. Jika data kredit

    pemesan lebih besar atau sama dengan jumlah maksimum kredit, maka quantity order

    yang dapat dikirimkan hanya 50% dari reorder poin. Jika data kreditnya dibawa

    maksimum data kredit maka akan dikirimkan sebanyak quantity order. Pada Gambar

    7.4 diperlihatkan alur proses dari penentuan jumlah pemesanan yang akan dikirimkan

    yang digambarkan dalam bentuk flowchart.

  • 26

    Start

    Periksa Sisa Stock

    Jika sisa stock

    >Reorder Poin

    Informasikan Sisa

    stockY

    Pilih Jenis

    Pembayaran

    T

    Jika data kredit

    >= maks KreditQuantity Order full

    pemesananT

    Quantity order

    maksimum

    pemesanan 50%

    Y

    Jika

    pembayaran =

    Kredit

    T

    Periksa Data

    Kredit

    Y

    Stop

    Gambar 7.4. Alur Proses penentuan pengiriman

    Data penjualan pada masing-masing distributor disajikan dalam bentuk Tabel 7.3

    Tabel 7.3 Data penjualan distributor

    Nama

    Distributor

    Hari ke-

    1 2 3 4 5 6 7

    Distributor 1 600 450 300 1000 500 800 700

    Distributor 2 1000 700 800 500 1000 2000 800

    Distributor 3 200 700 300 500 600 500 800

  • 27

    Dari data penjualan Tabel 7.3 dapat kita lihat bentuk implementasi dan alur prosesnya

    pada Gambar 7.5

    Data

    Supplier

    Data

    Distributor

    $

    Gudang

    Supplier

    Supplier

    $

    Gudang

    Distributor

    Distributor 1

    Lihat Data

    Distributor

    Stok dalam

    Gudang =

    2400

    Stok dalam

    Gudang

    Informasi reorder poin dan Quantity Order

    Pesan Sebanyak QO bayar Tunai

    Jumlah barang yang

    dikirimkan = 4350

    Waktunya memesan

    sebanyak 4350

    Distributor 1

    mencapai titik reorder

    poin sisa stok = 2400

    Quantity order = 4350

    Bayar = tunai

    Stok = -4350 Data Kredit

    dan Stok

    $

    Gudang

    Distributor

    Distributor 2

    Stok dalam

    Gudang =

    5000

    Waktunya memesan

    sebanyak 4350

    $

    Gudang

    Distributor

    Distributor 3

    Stok dalam

    Gudang =

    3000

    Informasi reorder poin dan Quantity Order

    Pesan Sebanyak QO bayar Kredit

    Pesan Sebanyak 2000 bayar Tunai

    Jumlah barang yang

    dikirimkan = 3400

    Jumlah barang yang

    dikirimkan = 1000

    Melakukan

    Pemesanan sebanyak

    2000

    Distributor 2

    mencapai titik reorder

    poin sisa stok = 5000

    Quantity order = 6800

    Bayar = kredit

    Distributor 3

    melakukan

    pemesanan

    sisa stok = 3000

    Quantity order = 2000

    Bayar = Tunai

    Gambar 7.5 Alur proses implementasi distribusi stok

  • 28

    Distributor 1 memiliki sisa stok dalam gudang sebanyak 2400 dan telah

    mencapai titik reorder poin. Maka pihak distributor dapat melakukan pemesanan

    sesuai dengan quantity order. Supplier mengirimkan barang sesuai dengan quantity

    order yang diminta oleh distributor 1 selain karena sudah mencapai reorder poin

    distributor 1 juga membayar dengan tunai. Jadi jumlah barang yang dikirimkan

    sebanyak 4350.

    Distributor 2 memiliki sisa stok dalam gudang sebanyak 5000 dan telah

    mencapai titik reorder poin. Maka pihak distributor dapat melakukan pemesanan

    sesuai dengan quantity order dan memilih jenis pembayaran. Distributor 2 memilih

    pembayaran secara kredit. maka pihak supplier akan diberikan pilihan oleh sistem

    mengirimkan seluruhnya atau 50% dari jumlah pesanan karena distributor 2 telah

    mencapai maksimum kredit. Maka pihak supplier dapat memilih salah satu option

    yang ditawarkan oleh sistem. Pihak supplier memilih mengirimkan 50% yaitu

    sebanyak 3400.

    Distributor 3 memiliki sisa stok dalam gudang sebanyak 3000 dan melakukan

    pemesanan sebanyak 2000 tetapi distributor 3 belum mencapai reorder poin. Maka

    pihak supplier memiliki pilihan berapa banyak yang dapat dikirimkan kepada

    distributor. Dalam hal ini supplier memilih mengirimkan 50% dari permintaan

    dikarenakan distributor 3 belum mencapai reorder poin dan pembayaran secara tunai,

    sehingga jumlah barang yang dikirimkan sebanyak 1000.

    Pada Gambar 7.6 diperlihatkan proses sistem secara umum yang terjadi mulai

    pada retailer hingga supplier. Sistem akan melakukan proses penghitungan reorder

    poin setiap kali terjadi perubahan terhadap jumlah barang. Pada sisi retailer, ketika

    terjadi transaksi dengan pembeli maka sistem melakukan transaksi penjualan, update

    sisa jumlah barang dan menghitung reorder poin. Apabila sisa stok mencapai reorder

    poin dimana reorder poin diperoleh dengan menggunakan persamaan (2), maka

    dilakukan peramalan untuk menentukan jumlah pemesanan dengan menggunakan

    persamaan (6). Hasil dari perhitungan tersebut kemudian ditampilkan kedalam form

  • 29

    pemesanan yang akan dikirim pada distributor. Demikian halnya pada distributor

    terhadap supplier dan supplier terhadap pabrik. Seluruh data penjualan yang

    dilakukan pada distributor dan retailer dapat diketahui oleh supplier. Seluruh data

    penjualan yang dilakukan oleh retailer diketahui oleh distributor. Data tersebut

    berupa jumlah barang yang terjual per hari dalam bentuk kuantitas barang pada

    masing-masing pihak. Sehingga data tersebut akan digunakan sebagai inputan data

    untuk melakukan peramalan terhadap permintaan yang akan datang. Hasil dari

    peramalan tersebut berupa jumlah barang yang akan dipesan kepada pihak distributor

    atau supplier berupa kuantitas barang yang akan dipesan.

  • 30

    Data

    Supplier

    Data

    Distributor

    $

    Gudang

    Supplier

    Supplier

    $

    Gudang

    Distributor

    Distributor

    $

    Toko

    Retailer

    Konsumen

    Data

    Retailer

    - Melakukan Transaksi Penjualan

    - Update Jumlah barang

    - Menghitung Reorder poin persamaan 2

    Jika

    Sisa Stok =

    ROP

    Hitung Quantity order

    menggunakan metode SES

    persamaan 6 dan 7

    Update Nilai

    reorder poin

    Melakukan Pemesanan

    pada Distributor

    T

    Y

    - Analisis data pemesanan

    - Melakukan Transaksi Penjualan dan

    pengiriman barang

    - Update Jumlah barang

    - Menghitung Reorder poin persamaan 2

    Jika

    Sisa Stok =

    ROP

    Hitung Quantity order

    menggunakan metode SES

    persamaan 6 dan 7

    Update Nilai

    reorder poin

    Melakukan Pemesanan

    pada Supplier

    T

    Y

    - Analisis data pemesanan

    - Melakukan Transaksi Penjualan dan

    pengiriman barang

    - Update Jumlah barang

    - Menghitung Reorder poin persamaan 2

    Jika

    Sisa Stok =

    ROP

    Hitung Quantity order

    menggunakan metode SES

    persamaan 6 dan 7

    Update Nilai

    reorder poin

    Melakukan Permintaan

    produksi pada Pabrik

    T

    Y

    Gambar 7.6 Diagram Proses sistem secara umum

  • 31

    7.3 Rancangan Pengujian

    Seluruh sistem akan diuji dengan memastikan apakah seluruh sistem yang berada

    pada semua pihak dapat terhubung. Kemudian dilakukan pengujian terhadap

    fungsionalitas menu yang ada pada sistem apakah berfungsi dengan baik dengan

    melihat output yang diberikan oleh masing-masing menu. Kemudian untuk data yang

    digunakan dalam pengujian diambil dari salah satu perusahaan sebagai supplier,

    distributor dan retailer. Pengujian dilakukan dengan menerapkan sistem dengan

    menggunakan data yang dimiliki supplier, distributor dan retailer. Data yang diuji

    adalah jumlah stok yang ada pada gudang supplier dan data stok distributor serta data

    stok retailer. Data tersebut dimasukkan kedalam sistem kemudian dibandingkan

    dengan reorder poin yang dilakukan oleh sistem menggunakan persamaan (2) dengan

    yang dilakukan oleh distributor atau toko dengan menggunakan perkiraan, dan

    melihat apa yang terjadi ketika reorder poin yang dilakukan tidak tepat. Untuk

    mengetahui keandalan ramalan untuk menentukan quantity order menggunakan

    single exponential smoothing akan digunakan peta kontrol tracking signal untuk

    pengujian ramalan menggunakan persamaan (7) dengan membandingkan apakah

    nilai-nilai ramalan itu telah menggambarkan atau sesuai dengan pola historis dari data

    aktual permintaan.

    8. Metode Penelitian

    Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian meliputi :

    1. Pengumpulan data

    Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu studi pustaka dan

    wawancara.

  • 32

    a. Studi Pustaka

    Merupakan kegiatan untuk mencari literature dan referensi yang mendukung

    penelitian. Literatur yang dipelajari mengenai distribusi stok menggunakan

    pendekatan continuous review dalam supply chain management. Serta metode single

    exponential smoothing untuk melakukan peramalan terhadap permintaan yang akan

    datang.

    b. Wawancara

    Wawancara adalah suatu metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya

    jawab secara langsung kepada pihak yang memiliki kapasitas dan informasi yang

    dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian. Wawancara akan dilakukan dengan pihak

    supplier, distributor dan pelanggan distributor tersebut untuk Membahas mengenai

    rata-rata penjualan yang dilakukan setiap hari, kapan mereka melakukan pemesanan

    dan produksi dan berapa banyak barang yng diproduksi dan dipesan setiap kali

    melakukan pemesanan, dan juga akan ditanyakan kerugian dan keuntungan yang

    sering kali terjadi ketika mereka kelebihan atau kekurangan pemesanan. Data

    tersebut kemudian akan di catat untuk dianalisis selanjutnya dan dilihat

    perbedaannya dengan hasil yang dikeluarkan sistem sesuai dengan data tersebut.

    Untuk retailer digunakan sebanyak enam toko, tiga distributor dan satu supplier.

    Dimana ketiga distributor tersebut mengambil barang dari supplier yang sama, dan

    masing-masing distributor akan diminta data retailer yang menjadi rekan masing-

    masing distributor dimana masing-masing distributor diambil dua toko rekanan.

    Kemudian mengambil data pada masing-masing rekanan dari distributor.

    2. Analisis Sistem

    a. Spesifikasi sistem

    Sistem dijalankan oleh supplier, distributor, dan retailer. Sistem dapat

    mengetahui jumlah stok dan menentukan waktu pemesanan serta berapa banyak

    yang dapat dipesan. Sistem akan melakukan update dan analisis setiap kali terjadi

    perubahan pada stok baik itu penambahan atau pengurangan pada seluruh pihak.

  • 33

    Sistem melakukan analisis data stok yang tersimpan dalam database. Ketika terjadi

    masa untuk melakukan pemesanan kembali sistem akan mengeluarkan informasi

    mengenai saran untuk melakukan pemesanan dengan memperlihatkan data stok

    terbaru dan berapa banyak pemesanan yang disarankan oleh sistem pada pihak yang

    mengalami reorder poin. Selanjutnya pada pihak yang akan dimintai pesanan, sistem

    akan menginformasikan bahwa misalnya pihak distributor 1 mengalami reorder poin

    dengan menampilkan data stok distributor tersebut serta banyak barang yang akan

    dipesan yang disarankan oleh sistem. Pihak distributor 1 berhak untuk melakukan

    pemesanan sesuai dengan saran dari sistem dan pihak distributor juga berhak untuk

    mengurangi jumlah pemesanannya. Pihak supplier berhak menerima pesanan sesuai

    dengan alur proses penentuan pengiriman pada Gambar 7.4. Demikian halnya yang

    terjadi pada pihak retailer.

    b. Rancangan arsitektur

    Tahap ini menggunakan keluaran yang dihasilkan pada tahap sebelumnya, dan

    menentukan alur informasi yang diberikan dari supplier, distributor dan retailer.

    Dan juga bagaimana keseluruhan pihak terintegrasi dalam sistem dan berinteraksi

    dalam supply chain management. Keluaran dari tahap ini adalah diagram sistem

    secara keseluruhan, komunikasi antar pihak dan daftar kejadian penting yang terjadi

    dalam sistem. Gambar 7.1 menunjukkan rancangan arsitektur sistem dimana seluruh

    pihak dalam supply chain saling terintegrasi dalam sistem secara keseluruhan.

    Supplier dapat melihat data stok dan kredit distributor dan data stok pada retailer

    melalui database dan distributor dapat melihat data stok dan kredit retailer dalam

    database. Masing-masing dari data tersebut di lakukan analisis dengan pendekatan

    continuous review untuk menentukan kapan dilakukan permintaan. Dan

    menggunakan peramalan untuk mengetahui jumlah pemesanan barang dengan

    metode single exponential smoothing. Data mengenai stok akan dilakukan analisis

    dengan pendekatan setiap terjadi perubahan pada jumlah barang baik penambahan

    maupun pengurangan barang. Arsitektur secara spesifik mengenai proses yang

  • 34

    dilakukan pada masing-masing pihak diperlihatkan pada Gambar 7.2 mengenai

    arsitektur sistem.

    c. Rancangan Rinci

    Secara umum, sistem bekerja untuk menentukan reorder poin, quantity order

    dan permintaan distributor ke supplier dan retailer ke distributor menggunakan

    pendekatan continuous review yang akan melakukan perhitungan dengan

    menggunakan persamaan (2) untuk mengetahui reorder poin, untuk mengetahui

    safety stok digunakan persamaan (1) dan menggunakan ramalan dengan metode

    single exponential smoothing untuk menentukan banyaknya barang yang akan

    dipesan sesuai dengan persamaan (5) dan persamaan (6). Pendekatan continuous

    review akan bekerja setiap terjadi perubahan terhadap jumlah persediaan atau stok

    pada masing-masing pihak dalam supply chain, sedangkan metode untuk

    menentukan banyaknya jumlah pesanan akan bekerja ketika telah mencapai reorder

    poin. Sistem akan melakukan pertukaran informasi mengenai jumlah stok,

    pemesanan dan jumlah pemesanan. Seluruh data akan tersimpan dalam database

    yang dihosting dalam internet dimana ketika terjadi perubahan pada jumlah barang

    data tersebut akan terupdate dalam database kemudian pendekatan continuous

    review akan bekerja untuk menganalisis persediaan tersebut. Gambar 7.5

    memperlihatkan bagaimana implementasi dari sistem bekerja dengan menggunakan

    pendekatan continuous review untuk mengetahui kapan melakukan permintaan dan

    penentuan berapa banyak yang akan dikirim. Metode single exponential smoothing

    dilakukan untuk menentukan jumlah pemesanan. Seluruh sistem yang digunakan

    oleh supplier dan distributor memiliki proses yang hampir sama, berbeda dengan

    sistem yang ada pada retailer terdapat penambahan fitur dimana sistem pada retailer

    dapat menambahkan jenis barang lain yang juga dilakukan pemantauan terhadap

    barang tersebut dengan menggunakan pemantauan stok yang sama dimana

    distributor dan supplier nya menerapkan sistem ini dengan database yang berbeda

  • 35

    sesuai dengan alur distribusi barang tersebut. Hal ini dikarenakan pada pihak retailer

    terdapat banyak jenis barang yang dijual.

    3. Implementasi

    Seluruh hasil dari perancangan sistem akan diimplementasikan dengan

    menggunakan salah satu bahasa pemrograman yaitu visual delphi 2010 dengan

    database mySQL. Dimana database ini akan diupload pada sebuah penyedia layanan

    hosting sehingga data dapat diakses kapanpun oleh seluruh pengguna aplikasi

    sekalipun sistem digunakan pada beberapa tempat yang berbeda.

    4. Pengujian

    Pengujian sistem dilakukan dengan simulasi terhadap sistem dengan data yang

    diambil dari satu supplier, tiga distributor dan enam retailer. Pertama, seluruh sistem

    diuji apakah seluruh sistem yang ada pada masing-masing pihak dapat terhubung.

    Kemudian seluruh bagian dari sistem diuji fungsionalitas dari sistem apakah telah

    berfungsi dengan baik atau tidak. Kemudian dilakukan pengujian terhadap data yang

    telah diperoleh dari seluruh pihak. Data tersebut akan dimasukkan kedalam sistem

    dan melihat bagaimana sistem bekerja dengan analisis yang digunakan oleh

    pendekatan continuous review. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat maksimum stok

    yang sebaiknya tersedia pada masing-masing pihak. Kemudian membandingkan

    hasil yang diberikan oleh sistem dengan data yang telah dilakukan oleh seluruh

    pihak dalam supply chain dari hasil wawancara dan pencatatan data. Reorder poin

    yang dilakukan pada sistem dengan menggunakan pendekatan continuous review

    akan dibandingkan dengan reorder poin yang dilakukan oleh seluruh pihak yang

    dilakukan secara manual menggunakan perkiraan. Kemudian akan dilihat hasilnya

    apakah reorder poin yang dilakukan secara manual dan perkiraan akan mengalami

    kehabisan barang atau tidak dengan melihat aktual data penjualan, dan melihat

    keuntungan yang akan didapatkan jika sistem melakukan analisis dan menentukan

    reorder poin. Quantity order yang dilakukan oleh sistem dengan menggunakan

  • 36

    peramalan dengan single exponential smoothing akan dibandingkan dengan quantity

    order yang biasanya ditentukan sendiri oleh seluruh pihak yang dilakukan secara

    manual menggunakan perkiraan. Kemudian akan dilihat hasilnya apakah quantity

    order yang dilakukan secara manual dan perkiraan akan memenuhi permintaan atau

    tidak dengan melihat aktual data penjualan, dan melihat keuntungan yang akan

    didapatkan jika sistem melakukan analisis dan menentukan quantity order. Ramalan

    permintaan menggunakan single exponential smoothing akan menggunakan peta

    kontrol tracking signal dimana cara ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

    keandalan dari model peramalan berdasarkan pemulusan eksponensial dan

    membandingkan apakah nilai-nilai ramalan itu telah menggambarkan atau sesuai

    dengan pola historis dari data aktual permintaan. Untuk melakukan pengujian

    ramalan dengan tracking signal digunakan persamaan (7).

    5. Evaluasi dan perbaikan kesalahan

    Melakukan evaluasi dan perbaikan berdasarkan tahapan pengujian yang telah

    dilakukan. Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi yang dikembangkan

    sudah baik dan berjalan sesuai harapan, maka proses selanjutnya melakukan

    penyusunan hasil penelitian. Akan tetapi jika belum baik, maka akan dilakukan

    proses perbaikan.

    6. Penyusunan laporan hasil penelitian

    Setelah melakukan perbaikan maka akan dilakukan analisis pengujian dan

    menyimpulkan hasil penelitian, dan selanjutnya menuliskan dalam laporan hasil

    penelitian.

    Seluruh tahapan dalam metodologi penelitian diperlihatkan pada Gambar 8.1.

  • 37

    Pengumpulan Data

    Studi Pustaka

    Wawancara

    Peneliti Pencatatan

    Data

    Perancangan sistem

    Analisis

    Sistem

    Implementasi

    Database

    Pengujian

    PerbaikanPenyusunan Laporan

    Pencatatan

    Seluruh

    Rancangan

    Spesifikasi

    Sistem

    Rancangan

    Rinci

    Arsitektur

    Sistem

    Pembuatan

    Sistem

    dengan Visual

    Delphi 2010 &

    MySQL

    Analisa Sistem

    Hasil Analisa

    Sistem

    Gambar 8.1 Alur Proses metodologi penelitian

    Pada Gambar 8.1 diperlihatkan alur proses metodologi penelitian dimana

    pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara dilakukan selama

    satu bulan. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan maka seluruh data tersebut

    di dokumentasikan untuk dilakukan perancangan sistem. Setelah seluruh data

    terkumpul akan dilakukan proses perancangan sistem dengan membuat spesifikasi

    sistem, arsitektur dari sistem dan rincian apa saja yang dapat dilakukan oleh sistem.

    Perancangan ini dilakukan dalam waktu lima minggu dimulai pada minggu ketiga

    dari pengumpulan data. Setelah seluruh perancangan selesai maka dilakukan

    implementasi dari seluruh rancangan yang telah dibuat sesuai dengan spesifikasi dan

    rincian serta arsitektur dari sistem yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi ini

    dilakukan dalam waktu enam minggu dimulai pada minggu kelima waktu

    perancangan sistem. Setelah implementasi selesai maka dilakukan pengujian

    terhadap sistem hasil dari pengujian tersebut akan didokumentasikan, pengujian ini

    dilakukan selama satu bulan. Jika terjadi beberapa kesalahan atau tidak sesuai

    dengan harapan maka dilakukan evaluasi terhadap sistem dan dilakukan perbaikan

  • 38

    kemudian dilakukan pengujian kembali jika hasilnya sudah sesuai maka selanjutnya

    melakukan penyusunan laporan yang dilakukan selama empat bulan dua minggu

    dimulai pada saat dilakukannya pengumpulan data.

    9. Jadwal Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2013 dan 2014 dengan

    tahapan kegiatan dan jadwal sesuai dengan Tabel 9.1

  • 39

    Tabel 9.1 Jadwal Penelitian

    No Kegiatan

    Bulan/Tahun 2013/2014

    November Desember Januari Februari Maret April

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Proposal

    2 Pengumpulan Data

    3 Perancangan sistem

    4 Implementasi

    5 Pengujian

    6 Evaluasi

    7 Penyusunan Laporan

  • 40

    DAFTAR PUSTAKA

    Axster, S. & Viswanathan, S., 2012. On the value of customer information for an

    independent supplier in a continuous review inventory system. European Journal of

    Operational Research, 221(2), pp.340347. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0377221712002159 [Accessed October 24,

    2013].

    Baron, O., Berman, O. & Perry, D., 2010. Continuous review inventory models for perishable

    items ordered in batches. Mathematical Methods of Operations Research, 72(2),

    pp.217247. Available at: http://link.springer.com/10.1007/s00186-010-0318-1 [Accessed October 18, 2013].

    akici, .E. & Groenevelt, H., 2011. Introduction of ( Q , R , S ) Inventory Policy and the

    Comparison of Continuous and Periodic Review Policies under Continuous Time

    Costing. In MSOM Annual Conference. Ann Arbor, Michigan: MICHIGAN ROSS

    SCHOOL OF BUSSINESS.

    Chiang, C., 2010. An order expediting policy for continuous review systems with

    manufacturing lead-time. European Journal of Operational Research, 203(2), pp.526531. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0377221709005499

    [Accessed October 24, 2013].

    Disney, S.M. & Towill, D.R., 2003. The effect of vendor managed inventory (VMI)

    dynamics on the Bullwhip Effect in supply chains. International Journal of Production

    Economics, 85(2), pp.199215. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0925527303001105 [Accessed October 18,

    2013].

    Fahmi, A. & Pujawan, I.N., 2010. PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL

    DENGAN PENDEKATAN CONTINUOUS REVIEW ( s , S ) ( STUDI KASUS: PT PLN PERSERO APJ GRESIK ) MATERIAL INVENTORY CONTROL APPROACH

    TO CONTINUOUS REVIEW ( s , S ) ( CASE STUDY: PT PLN PERSERO APJ GRESIK ). , pp.17.

    Gaspersz, V., 2004. Production Planning and Inventory control Edisi Kelima., Gramedia

    Pustaka Utama.

    Gunasekaran,A & Ngai, E.W.T., 2004. Virtual supply-chain management. Production

    Planning Control, 15(6), pp.584595. Available at: http://www.informaworld.com/openurl?genre=article&doi=10.1080/095372804123312

    83955&magic=crossref [Accessed March 5, 2013].

  • 41

    Hartini, S.R.I., Andrie, D.A.N. & Kamal, M., 2010. PENENTUAN KEBIJAKAN

    PEMENUHAN PESANAN DENGAN MODEL VENDOR-MANAGED

    INVENTORY. Jurnal Teknik Industri, 11(2), pp.95100.

    Kang, J.-H. & Kim, Y.-D., 2009. Inventory replenishment and delivery planning in a two-

    level supply chain with compound Poisson demands. The International Journal of

    Advanced Manufacturing Technology, 49(9-12), pp.11071118. Available at: http://link.springer.com/10.1007/s00170-009-2468-y [Accessed October 21, 2013].

    Laczynski, P. et al., 2011. Supply Chain Management measurement and its influence on

    Operational Performance. , 4(2), pp.5670.

    Marqus, G. et al., 2008. Vendor managed inventory, from concept to processes, for an

    unified view. International Conference on Information Systems Logistics and Supply

    Chain, pp.112.

    Parwati, I., Andrianto, P. & Industri, J.T., 2009. METODE SUPPLY CHAIN

    MANAGEMENT UNTUK MENGANALISIS BULLWHIP EFFECT GUNA

    MENINGKATKAN EFEKTIVITAS SISTEM DISTRIBUSI PRODUK. Jurnal

    Teknologi, 2(1), pp.4752.

    Pasandideh, S.H.R., Niaki, S.T.A. & Roozbeh Nia, A., 2009. An investigation of vendor-

    managed inventory application in supply chain: the EOQ model with shortage. The

    International Journal of Advanced Manufacturing Technology, 49(1-4), pp.329339. Available at: http://link.springer.com/10.1007/s00170-009-2364-5 [Accessed October

    18, 2013].

    Pujawan, I.N. & ER, M., 2010. Supply chain management Edisi Kedu. I. ketut Gunarta, ed.,

    ITS Surabaya: Guna Widya.

    Shukla, R.K., Garg, D. & Agarwal, A., 2011. UNDERSTANDING OF SUPPLY CHAIN: International Journal of Engineering Science and Technology (IJEST), 3(3), pp.20592072.

    Simchi-levi, D., Kaminsky, P. & Simchi-levi, E., 2008. Designing and Managing The supply

    Chain Third., Mc Graw Hill.

    Smros, J. et al., 2003. The impact of increasing demand visibility on production and

    inventory control efficiency. International Journal of Physical Distribution & Logistics

    Management, 33(4), pp.336354. Available at: http://www.emeraldinsight.com/10.1108/09600030310478801 [Accessed October 18,

    2013].

    Sucky, E., 2005. Inventory management in supply chains: A bargaining problem.

    International Journal of Production Economics, 93-94, pp.253262. Available at:

  • 42

    http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0925527304002476 [Accessed March 13,

    2013].

    Yao, Y., Evers, P.T. & Dresner, M.E., 2007. Supply chain integration in vendor-managed

    inventory. Decision Support Systems, 43(2), pp.663674. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167923605000862 [Accessed October 18,

    2013].