manajemen pengembangan kurikulum

9
MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM Igor Wijaya Widyaiswara Kementerian Dalam Negeri A. Latar Belakang Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik yang dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu dan teknologi maupun globalisasi. Manajemen pengembangan kurikulum pada dasarnya terkait dengan studi administrasi pendidikan dimana fungsi supervisi telah tercakup didalamnya. Perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dalam pengembangan kurikulum dan manajemen pelaksanaan kurikulum terkait erat dengan keterlaksanaannya yang perlu mendapat sorotan lebih tajam, dalam artian administratif. Konsep manajemen pengembangan kurikulum mencakup prinsip-prinsip 1. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika. 2. Kesamaan memperoleh kesempatan 3. Memperkuat identitas diri 4. Menghadapi abad pengetahuan 5. Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi 6. Mengembangkan ketrampilan hidup 7. Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikulum 8. Pendidikan alternatif 9. Berpusat pada peserta didik 10. Pendidikan multikultur 11. Penilaian berkelanjutan, dan 12. Pendidikan sepanjang hayat. Masalah dan hambatan dalam pengembangan kurikulum pada umumnya berorientasi pada target group sebagai calon peserta didik, namun kurangnya kesempatan dan keterlibatan narasumber/fasilitator dalam perancangan pengembangan kurikulum masih sangat minim, sehingga pemahaman narasumber terhadap kurikulum masih jauh dari sempurna. Ditambah lagi pelaksanaan evaluasi yang hanya bersifat formalitas serta belum adanya lembaga yang berperan sebagai media akuntabilitas pendidikan dan pelatihan. Pada tahap penyelenggaraan dalam pelaksanaan Kurikulum, sering ditemukan srategi pembelajaran yang tidak relevan dengan tujuan sehingga capaian tujuan tidak terlaksana secara optimal dan hanya terbatas pada asosiasi pengetahuan terhadap materi, bukan pada tahapan implementasi maupun praktek yang berupa keterampilan mengatasi permasalahan secara aktual. Seyogyanya dalam dunia pendidikan dan pelatihan perlu kegiatan aktif bagi peserta untuk memiliki keterampilan dalam keseharian mereka di lapangan. Narasumber maupun personel di lapangan juga sulit untuk mengubah pola pikir lama ke hal yang baru, terkait dalam tahapan pelaksanaan diklat yang berkualitas, ditambah lagi tidak semua narasumber menerima kurikulum baru. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam implementasi kurikulum hanya sebatas mengamati, dikarenakan pemahaman konsep evaluasi yang masih kurang dan jauh dari baik. Evaluasi yang dilaksanakan tidak mendukung tujuan ditambah lagi dengan belum tersedianya standar evaluasi yang belum ditetapkan secara jelas.

Upload: igor-wijaya

Post on 23-Jul-2015

686 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Pengembangan Kurikulum

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Igor Wijaya

Widyaiswara Kementerian Dalam Negeri A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik yang dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu dan teknologi maupun globalisasi. Manajemen pengembangan kurikulum pada dasarnya terkait dengan studi administrasi pendidikan dimana fungsi supervisi telah tercakup didalamnya. Perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dalam pengembangan kurikulum dan manajemen pelaksanaan kurikulum terkait erat dengan keterlaksanaannya yang perlu mendapat sorotan lebih tajam, dalam artian administratif. Konsep manajemen pengembangan kurikulum mencakup prinsip-prinsip 1. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika. 2. Kesamaan memperoleh kesempatan 3. Memperkuat identitas diri 4. Menghadapi abad pengetahuan 5. Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi 6. Mengembangkan ketrampilan hidup 7. Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikulum 8. Pendidikan alternatif 9. Berpusat pada peserta didik 10. Pendidikan multikultur 11. Penilaian berkelanjutan, dan 12. Pendidikan sepanjang hayat.

Masalah dan hambatan dalam pengembangan kurikulum pada umumnya berorientasi pada target group sebagai calon peserta didik, namun kurangnya kesempatan dan keterlibatan narasumber/fasilitator dalam perancangan pengembangan kurikulum masih sangat minim, sehingga pemahaman narasumber terhadap kurikulum masih jauh dari sempurna. Ditambah lagi pelaksanaan evaluasi yang hanya bersifat formalitas serta belum adanya lembaga yang berperan sebagai media akuntabilitas pendidikan dan pelatihan. Pada tahap penyelenggaraan dalam pelaksanaan Kurikulum, sering ditemukan srategi pembelajaran yang tidak relevan dengan tujuan sehingga capaian tujuan tidak terlaksana secara optimal dan hanya terbatas pada asosiasi pengetahuan terhadap materi, bukan pada tahapan implementasi maupun praktek yang berupa keterampilan mengatasi permasalahan secara aktual. Seyogyanya dalam dunia pendidikan dan pelatihan perlu kegiatan aktif bagi peserta untuk memiliki keterampilan dalam keseharian mereka di lapangan. Narasumber maupun personel di lapangan juga sulit untuk mengubah pola pikir lama ke hal yang baru, terkait dalam tahapan pelaksanaan diklat yang berkualitas, ditambah lagi tidak semua narasumber menerima kurikulum baru.

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam implementasi kurikulum hanya sebatas mengamati, dikarenakan pemahaman konsep evaluasi yang masih kurang dan jauh dari baik. Evaluasi yang dilaksanakan tidak mendukung tujuan ditambah lagi dengan belum tersedianya standar evaluasi yang belum ditetapkan secara jelas.

Page 2: Manajemen Pengembangan Kurikulum

Kurangnya pengetahuan evaluasi kurikulum menjadikan pelaksanaan monitoring yang cenderung bersifat satu arah dan evaluasi dilakukan secara top down, seragam serta tidak memperhatikan potensi yang berbeda.

Manajemen kurikulum secara keseluruhan adalah manajemen pengembangan kurikulum, dipandang sebagai suatu tindak profesional artinya dalam usaha pengembangan kurikulum diperlukan suatu keahlian manajerial dalam arti kemampuan untuk 1. merencanakan, 2. mengorganisasikan, 3. mengelola, dan 4. mengontrol. Kemampuan 1 dan 2 disebut “curricullum planning“. Kemampuan 3 dan 4 disebut “curricullum implementation“.

B. Pengertian Kurikulum

Macam-macam definisi yang diberikan tentang kurikulum. Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab lembaga diklat dan staf pengajarnya. Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata Curriculum artinya pelari dan Curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan "Jarak" yang harus ditempuh oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan di atas, kurikulum dalam pendidikan dan pelatihan diartikan, sejumlah mata diklat yang harus ditempuh/diselesaikan peserta diklat untuk memperoleh penambahan dalam hal pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dan tentu saja sertifikat. Kurikulum sebagai semua kegiatan bagi peserta diklat yang direncanakan dan disediakan oleh lembaga diklat yang mencakup seluruh pengalaman peserta, pengalaman intelektual, emosional, sosial, maupun pengalaman lainnya.

Rumusan kurikulum yang lebih spesifik mengandung pokok pikiran. Kurikulum merupakan suatu rencana/perencanaan yang berarti memiliki sistematika dan struktur tertentu yang memuat/berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjuk kepada perangkat nama dan mata diklat tertentu. Kurikulum juga mengandung cara, atau metode maupun strategi pembelajaran yang menjadi pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kendatipun tidak tertulis, namun telah tersirat di dalam kurikulum, yaitu kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Fungsi kurikulum berkenaan dengan fungsi preventif, agar terhindar dari kesalahan, fungsi Korektif untuk membetulkan kesalahan, fungsi Konstruktif agar memberi arah yang jelas. Karena itu kurikulum harus mempertimbangkan aspek perkembangan peserta didik, kemampuan, kebutuhan, minat dan permasalahan yang dihadapi peserta diklat. Implikasinya, isi kurikulum atau bahan pembelajaran harus bersumber dan sesuai dengan lingkungan keseharian peserta didik (contextual learning). Selanjutnya perlu dipertimbangkan apakah kurikulum itu bersifat educable atau trainable dalam usaha membentuk kepribadian yang terintegrasi dalam semua aspek (kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual, emosional, ketahan malangan, dll.). Implikasinya berkenaan dengan penentuan program pendidikan dan pelatihan.

Merancang program pendidikan dan pelatihan dapat menerapkan pendekatan sistem dengan 11 (sebelas) komponen yaitu: 1. Menentukan tujuan diklat, yaitu menentukan apa yang diharapkan dapat

dilakukan oleh peserta diklat setelah selesai mengikuti suatu program diklat. Tujuan diklat ini dapat dirumuskan dari kebutuhan diklat yang ada.

Page 3: Manajemen Pengembangan Kurikulum

2. Penentuan mata diklat dan menentukan kelompok calon peserta melalui analisis tujuan pelatihan yang ada. Dalam mata pelajaran tersebut dapat dirumuskan kemampuan/ketrampilan/sikap apa yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan diklat yang telah ditentukan.

3. Menentukan kemampuan awal peserta diklat yang akan menerima materi diklat. 4. Merumuskan tujuan atau tingkat hasil belajar yang ingin dicapai dengan cara

menentukan kawasan belajar tertentu dari setiap mata diklat. 5. Menentukan tes dari setiap mata diklat dengan mendasarkan pada tingkat hasil

belajar yang telah ditentukan untuk setiap mata diklat, sekaligus menentukan jenis tes dan cara penilaiannya.

6. Mengembangkan materi pelajaran untuk setiap mata diklat sesuai dengan tujuan dan tingkat hasil belajar yang ingin dicapai.

7. Mengembangkan strategi instruksional, yaitu menentukan pendekatan, metode/tehnik mengajar yang akan diterapkan dalam program diklat secara menyeluruh maupun untuk setiap mata diklat, sesuai dengan tujuan dan tingkat hasil belajar yang ingin dicapai.

8. Mengembangkan evaluasi formatif untuk setiap mata diklat dengan maksud agar dapat mengetahui seberapa jauh manfaat dari setiap mata diklat bagi peserta diklat setelah dibandingkan dengan kemampuan awalnya.

9. Mengembangkan evaluasi sumatif dengan maksud agar dapat mengetahui seberapa manfaat keseluruhan program diklat bagi para peserta dalam rangka pembekalan atau pemantapan pelaksanaan tugas setelah mereka menyelesaikan diklat.

10. Mengembangkan evaluasi instansional dengan maksud untuk dapat mengetahui seberapa jauh instansi atau organisasi memperoleh manfaat dari diklat yang telah selesai diikuti oleh pegawai atau stafnya.

11. Merivisi program diklat berdasarkan masukan atau data yang diperoleh dari evaluasi.

Program yang tertuang dalam kurikulum harus diketahui hasilnya. Bagaimana cara mengetahui hasil kurikulum? Pertanyaan ini berkenaan dengan sistem evaluasi. Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum umumnya telah ditentukan sistem dan alat evaluasi yang digunakan. Evaluasi yang dilakukan secara formatif dan sumatif digunakan secara objektif dan komprehensif. Disamping itu juga dikembangkan prosedur evaluasi kurikulum dan evaluasi program pendidikan dan pelatihan yang dikenal dengan evaluasi 4 (empat) level Kirkpatrick reaksi (reactions), pembelajaran (learning), perilaku (behavior) dan hasil (results) dalam rangka dihentikan, direvisi, dilanjutkan, dikembangkan, dan atau disebarluaskan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan kurikulum adalah perlu dijabarkannya tujuan institusional, selanjutnya dirinci menjadi tujuan kurikuler, yang pada gilirannya dirumuskan menjadi kompetensi dasar dan indikator keberhasilan yang mendasari perencanaan pengajaran. Landasan psikologi orang dewasa mencakup psikologi belajar yang mengacu pada proses pembelajaran maupun faktor kesesuaian lingkungan menunjuk pada landasan sosiologis dibarengi landasan bioekologis dan kultur ekologisnya.

Implementasi rekayasa kurikulum berlangsung dalam tiga proses yang terdiri dari 1. Konstruksi kurikulum artinya proses pembuatan keputusan yang menentukan hakikat dan rancangan kurikulum. 2. Pengembangan kurikulum yaitu prosedur pelaksanaan pembuatan konstruksi pelaksanaan dan, 3. Implementasi kurikulum

Page 4: Manajemen Pengembangan Kurikulum

yang merupakan proses pelaksanaan kurikulum yang dihasilkan oleh konstruksi dan pengembangan kurikulum. Implementasi kurikulum ini memerlukan komponen-komponen sebagai berikut: a. Perumusan tujuan; b. Nama diklat; c. Identifikasi sumber-sumber; d. Peran pihak-pihak terkait; e. Kemampuan profesional; f. Unsur penunjang; g. Jadwal pelaksanaan; h. Sistem komunikasi; i. Sistem monitoring; j. Pencatatan dan pelaporan; k. Evaluasi proses; l. Revisi/ perbaikan.

Sedangkan asas filsafat pendidikan, psikologis, sosiologis, dan organisatoris adalah 4 (empat) asas dalam pengembangan kurikulum. Pertama didasarkan pada filsafat pendidikan dan teori belajar yang dianut oleh pembuat kurikulum. Filsafat pada dasarnya membicarakan dan mengkaji tentang 3 persoalan dasar manusia, yaitu: hakekat benar-salah (logika; ilmu), hakikat baik-buruk (etika; nilai-nilai), dan hakikat indah-jelek (estetika; seni). Beberapa aliran filsafat pendidikan misalnya: idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Kedua asas psikologi dimana pengembangan kurikulum didasarkan pada perkembangan teori psikologi belajar yang paling mutakhir dan terbukti efektif. Teori-teori psikologi tentang perkembangan anak atau teori belajar orang dewasa mempengaruhi penentuan strategi pembelajaran. Ada banyak teori belajar yang sudah dirumuskan para ahli, yang paling mafhum adalah behaviorisme, kognitivisme, dan humanistik. Implikasi asas psikologi bagi pengembangan kurikulum berupa kurikulum memberikan kesempatan yang adil bagi setiap peserta diklat untuk dapat berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya. Kurikulum memberikan pilihan bagi peserta diklat yang sifatnya akademik, dan sifatnya vokasional/kejuruan, yakni disediakan bagi mereka yang langsung bekerja di masyarakat. Kurikulum memuat dan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sesuai dengan tahap perkembangan dan jenis jenjang pendidikan. Berkaitan dengan pembelajaran dalam asas psikologis, kegiatan pembelajaran lebih memperhatikan dan berfokus pada peserta diklat, bahan pelajaran mudah dipahami walaupun bahan yang sulit sekalipun. Ketiga, asas sosiologis sebagai suatu rencana pembelajaran. Kurikulum adalah rujukan pembelajaran yang menyiapkan peserta didik untuk kondisi yang akan datang. Oleh karenanya, pengembangan kurikulum harus berorientasi dan menyiapkan kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang akan datang (future oriented). Keempat adalah asas organisatoris. Pengalaman belajar yang dirancang dalam kurikulum harus diorganisasikan secara efektif sehingga mudah dikuasai. Dalam prosesnya, kurikulum bisa diorganisasikan sebagai separate subject, broadfield, atau integrated curriculum. Pengorganisasian kurikulum harus sekuensial dimana materi yang lebih sederhana/mudah disampaikan terlebih dahulu sebelum ke materi yang lebih kompleks.

Terdapat 4 (empat) jenis kurikulum: 1. The Hidden curicullum (kurikulum tersembunyi atau tidak tertulis) yang seyogyanya memberikan dampak tersembunyi terhadap peserta didik seperti: disiplin, kemandirian, rasa tanggungjawab, integritas, kemandirian, berkarakter positif, nasionalisme, dll.; 2. The actual curicullum (kurikulum nyata); 3. A whole curriculum; 4. The public curriculum. Kurikulum terdiri dari komponen-komponen tujuan, materi, metode, jam praktek-teori, dan evaluasi. Peran dari kurikulum: konservatif, evaluatif, dan kreatif. Fungsi kurikulum: penyesuaian, pengintegrasian, diferensiasi, persiapan, pemilihan, diagnostik. Pendekatan-pendekatan dalam kurikulum: pendekatan mata pelajaran, interdisipliner, integratif dan pendekatan sistem.

Page 5: Manajemen Pengembangan Kurikulum

Pelaku pengembangan kurikulum dapat dilaksanakan oleh sekretariat, penyelenggara, widyaiswara, atau oleh sekelompok widyaiswara baik pada tingkat pusat maupun daerah, maupun proyek-proyek yang tertuang dalam program kegiatan. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi pengembangan kurikulum karena adanya ilmu pengetahuan baru, masyarakat, sistem nilai, artikulasi kurikulum (kesatupaduan dan koordinasi semua pengalaman belajar), dan adanya hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum.

Memilih nama dan mata diklat merupakan bagian penting dalam kurikulum. Tidak semua mata pelajaran dan kebudayaan manusia harus dimasukkan ke dalam kurikulum diklat sekalipun penting bagi kehidupan. Kurikulum sangat terbatas, baik dari segi waktu untuk mempelajarinya maupun kapasitas peserta diklat yang menerimanya. Oleh sebab itu mengadakan pilihan mata pelajaran memegang peranan penting agar diperoleh isi kurikulum yang sesuai dengan kemampuan peserta diklat, tuntutan masyarakat, dan kepentingan mata diklat. Yang menjadi dasar pokok pemilihan mata diklat adalah melihat tujuan yang akan dicapai dan jenis diklat yang dikembangkan.

Pentingnya mata diklat dalam kerangka pengetahuan keilmuan. Artinya mata diklat yang dipilih sebagai isi kurikulum harus jelas kedudukannya dalam konteks pengetahuan ilmiah sehingga jelas apa yang harus dipelajarinya (ontologi), jelas bagaimana cara mempelajari/metodenya (epistemologi) dan jelas manfaatnya bagi peserta diklat/manusia (aksiologi). Mata diklat tahan uji. Artinya, mata diklat tersebut diperkirakan bisa bertahan sebagai pengetahuan ilmiah dalam kurun waktu tertentu sehingga kelangsungannya relatif lama, tidak lekas berubah dan diganti oleh pengetahuan lain. Kegunaan bagi peserta diklat dan masyarakat pada umumnya. Artinya mata diklat yang dipilih bermanfaat dan memiliki kontribusi tinggi terhadap, perkembangan peserta diklat dan perkembangan masyarakat.

Prosedur pengembangan kurikulum melalui 3 (tiga) tahapan yaitu merencanaan, melaksanakan, dan menilai. Pelaksanaan kurikulum tidak boleh berjalan lepas dari kontrol. Mekanisme pengembangan kurikulum melalui tahapan tahapan: 1. Analisis kebutuhan. 2. Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum 3. Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum 4. Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan 5. Pelaksanaan kurikulum 6. Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum 7. Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian C. Manajemen Pengembangan Kurikulum Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu lain, bahkan ilmu manajemen banyak mendapat kontribusi dari displin-disiplin ilmu lain. Banyak teori, konsep dan pendekatan dalam ilmu manajemen memberikan masukan teoretik dan fundamental bagi pengembangan kurikulum. Itu sebabnya secara konseptual teroretik ilmu manajemen harus menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum. Hal ini tampak jelas kontribusi fungsi-fungsi manajemen dalam proses pengembangan kurikulum, yang pada dasarnya sejalan dengan proses manajemen itu sendiri.

Page 6: Manajemen Pengembangan Kurikulum

Para pengembang kurikulum mengikuti pola dan alur pikir yang sinkron dengan pola dan struktur berpikir dalam manajemen. Proses pengembangan tersebut sejalan dengan proses manajemen bahwa kegiatan pengembangan dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan kontrol serta perbaikan. Itu sebabnya setiap tenaga pengembang kurikulum seyogyanya menguasai ilmu manajamen yang meliputi dasar-dasar penyusunan program, manajemen PSDM, sistem informasi manajemen, dan lainnya; yang ternyata sangat signifikan dalam pengembangan kurikulum dan desain pembelajaran, bahkan beberapa model pengembangan kurikulum saat ini menggunakan pendekatan administratif/manajemen, seperti model administratif dan model grass root yang dikembangkan oleh Smith, Stanly dan Shores.

Implementasi kurikulum sebagai bagian integral dalam pengembangan kurikulum membutuhkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan prosedur serta pendekatan dalam manajemen. Implementasi kurikulum menuntut pelaksanaan pengorganisasian, koordinasi, motivasi, pengawasan, sistem penunjang serta sistem komunikasi dan monitoring yang efektif. Dengan kata lain, pemberdayaan konsep manajemen secara tepat guna, maka implementasi kurikulum tidak berlangsung secara efektif. Pengembangan kurikulum tidak lepas bahkan sangat erat kaitannya dengan kebijakan baik di tingkat pusat, daerah, maupun sektoral. Rumusan kebijakan tersebut mengandung apa yang harus dikembangkan, bagaimana cara mengembangkannya, kapan harus dikembangkan, siapa yang harus mengembangkan. Berbagai kebijakan mengandung unsur-unsur arahan, acuan, petunjuk, motivasi, dan nilai-nilai kepemimpinan. Peran ‘kebijakan’ dalam pengembangan suatu kurikulum tampak pada dasar pertimbangannya baik yang bersifat institusional, instansisional, maupun intersektoral baik pada tingkat pusat maupun daerah. Hal ini muncul karena adanya kebijakan manajemen yang mendorong dilaksanakannya berbagai pendekatan dalam pengembangan kurikulum.

Konsep administrasi dan supervisi kurikulum adalah dua bidang tugas dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang saling membutuhkan dalam usaha meningkatkan pelayanan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas. Administrasi didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Supervisi kurikulum adalah semua usaha yang dilakukan supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, penggerakan motivasi, nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penyelenggara dalam proses belajar mengajar yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar (outcome) peserta.

Konsep manajemen pendidikan sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan dalam sistem organisasi maupun peningkatan kapasitas manusia aparatur dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan. Secara umum manajemen pendidikan bertujuan untuk menyusun sistem pengelolaan, secara khusus bertujuan untuk terciptanya sistem pengelolaan yang relevan, efektif dan efisien. Dalam manajemen perencanaan kurikulum, karakteristik perencanaan pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksud untuk membentuk peserta ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sudah sejauh mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri peserta bersangkutan.

Page 7: Manajemen Pengembangan Kurikulum

Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai: 1. Pedoman/alat manajemen; 2. Penggerak roda organisasi/tata laksana mencapai tujuan; 3. Motivasi untuk melaksanakan sistem pendidikan. Perencanaan kurikulum memiliki sifat strategis, komprehensif, realistik, humanistik, futuralistik, suportif, kualitas, dan interdisipliner. Model perencanaan kurikulum umumnya terdiri dari 1. model perencanaan deduktif atau rasional Tyler (menitik beratkan pada logika); 2. model interaktif rasional (rasional sebagai tuntutan kesepakatan dari pendapat yang berbeda-beda); 3. the disciplines model (menitik beratkan pada narasumber) 4. Model tanpa perencanaan (berdasarkan pertimbangan intuitif).

Pelaksanaan kurikulum diwujudkan secara nyata sehingga mempengaruhi dan mengantarkan peserta diklat kepada tujuan diklat. Oleh sebab itu komponen strategi pelaksanaan manajemen memegang peranan penting. Bagaimanapun baiknya kurikulum sebagai rencana, tanpa dapat diwujudkan pelaksanaannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Ada beberapa unsur dalam strategi pelaksanaan kurikulum, yakni (a) tingkat dan jenjang diklat, (b) proses belajar mengajar, (c) monitoring evaluasi, (d) administrasi supervise, (e) sarana kurikuler, dan (f) evaluasi atau penilaian. Dalam pelaksanaannya yang berperan adalah kepala Badan/Kantor atau sebutan lainnya dan dalam pelaksanaan tingkat kelas yang berperan adalah widyaiswara bersama penyelenggara. Peran Widyaiswara antara lain kegiatan dalam proses KBM., pembimbingan dalam kegiatan lapangan maupun tugas kelompok dan mandiri. D. Supervisi Pelaksanaan Kurikulum

Supervisi kurikulum melaksakan fungsi-fungsi edukatif, kurikuler, bimbingan, dan administratif. Ciri-ciri supervisi kurikulum adalah proses perbaikan pengajaran, yang akan memudahkan peserta belajar, mempelajari dan memperbaiki kondisi-kondisi lingkungan belajar, kegiatan pelayanan kepada peserta oleh widyaiswara dan penyelenggara dilakukan secara kreatif kondusif untuk membangun proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan supervisi kurikulum juga ditujukan untuk meningkatkan kemampuan fasilitator/narasumber dalam rangka pelaksanaan kurikulum.

Program supervisi kurikulum meliputi tujuan untuk menghasilkan berbagai program kulikuler yang berfungsi melaksanaan pembinaan kepemimpinan, pembinaan dan peningkatan kemampuan penyelenggara, widyaiswara dan pengawasan. Ruang lingkup supervisi kurikulum meliputi aspek-aspek perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pembinaan dan peningkatan kemampuan staf. Operasionalisasi program selayaknya dilaksanakan sesuai dengan tujuan, fungsi dan ruang lingkup program supervisi kurikulum. Kegiatan pemantauan dan penilaian kurikulum merupakan salah satu fungsi manajemen dan merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh seorang manajer mulai tingkat pusat, tingkat provinsi, maupun kabupaten/kota.

Konsep sistem pemantauan kurikulum adalah suatu sistem pengumpulan dan penerimaan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum yang dilaksanakan secara sangkil dan mangkus melalui langkah-langkah yang tepat dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pemantauan kurikulum untuk mempercepat pengumpulan dan penerimaan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam mengatasi permasalahan.

Page 8: Manajemen Pengembangan Kurikulum

Sasaran pemantauan kurikulum yang hendak dicapai meliputi persiapan pelaksanaan kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga, waktu, biaya dan unsur penunjang. Pelaksanaan kurikulum meliputi: program kegiatan, metode, prosedur diklat, media pendidikan, bimbingan, pelayanan, penilaian, hambatan, serta sumber materi ajar. Hasil pelaksanaan kurikulum atau hasil diklat seperti: jumlah lulusan, kualitas lulusan, dan produktifitas serta dampak program diklat harus selalu dievaluasi. Tindak lanjut pemanfaatan diklat seperti: penempatan alumni sesuai bidang tugas, pada lembaga apa, siapa pembina dan pengawasnya dapat menjadi masukan bagi para pengambil keputusan dalam manajemen kepegawaian.

Aspek-aspek yang dipantau antara lain: Target populasi: jenis, jumlah dan kualitas yang telah dicapai; Peserta diklat; Tenaga pengajar/narasumber; Media pengajaran; Prosedur penilaian, serta dampak pendidikan dan pelatihan. Pelaksanaan pemantauan kurikulum dapat dilaksanakan dengan cara: Rutin, langsung, pertemuan melalui wahana sosial yang ada, dan lainnya. Hasil pemantauan dilaporkan kepada pemimpin sebagai bahan untuk membuat keputusan, kebijakan selanjutnya. Hasil pemantauan bagi pengembang kurikulum dapat dimanfaatkan sebagai usaha perbaikan. Bagi pengawas, sebagai bahan untuk memberikan bimbingan dan bantuan. Bagi pelaksana kurikulum, dapat digunakan sebagai bahan balikan untuk perbaikan prosedur dan peningkatan hasil selanjutnya.

Penilaian kurikulum sebagai salah satu kegiatan yang penting dalam manajemen pengembangan kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan mengenai suatu kurikulum. Penilaian kurikulum diklat berfungsi untuk: 1. Edukatif: untuk mengetahui kedayagunaan dan keberhasilan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan; 2. Intruksional: untuk mengetahui kedayagunaan dan keberhasilan dalam rangka proses KBM; 3. Diagnosis: untuk memperoleh informasi dalam rangka perbaikan diklat; 4. Administratif: untuk memperoleh informasi dalam rangka pengelolaan program diklat. Asas penilaian yang digunakan adalah rasional yang pertimbangan secara mendasar dan obyektif, spesifik dengan tujuan yang jelas dan khusus memberikan manfaat, efektif yaitu mengacu pada kondisi yang perlu dengan terpenuhinya persyaratan yang diperlukan, praktis yang mengacu pada faktor dasar, dan asas diseminasi atau komunikasi yang efektif. Sedangkan aspek-aspek yang dinilai adalah kategori masukan yaitu ketercapaian target, kemampuan awal, kuantitas, kualitas, dan lainnya; kategori proses yaitu koherensi antar unsur-unsur, kedayagunaan, keterlaksanaan, isi kurikulum, pengorganisasian prosedur dan bimbingan; dan kategori produk/lulusan yaitu kualitas lulusan, karya yang dihasilkan dan, dampak program pendidikan dan pelatihan.

Perbaikan kurikulum adalah upaya perbaikan, perubahan atau reformasi dalam kurikulum yang diibaratkan sebagai pohon yang terdiri dari empat bagian yaitu akar, batang, cabang dan daunnya. Terdapat 7 (tujuh) langkah kerangka kerja perbaikan kurikulum: 1. Memulai dengan kurikulum yang ada. 2. Perencanaan filsafat pendidikan dan menentukan prinsip-prinsip kepemimpinan. 3. Menentukan masalah dan menentukan tujuan. 4. Penilaian kurikulum yang ada. 5. Perencanaan program pendidikan dan pelatihan.

Page 9: Manajemen Pengembangan Kurikulum

6. Rencana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. 7. Evaluasi program dan perubahan. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip perbaikan kurikulum yang berkesinambungan, proses kerja sama, dimulai pada skala yang lebih kecil dari seluruh narasumber, namun tidak berarti mengubah semua aspek. Pendekatan perbaikan kurikulum selayaknya dilakukan secara menyeluruh dan authoritarian maupun direktif dengan melibatkan para anggota organisasi profesional maupun staf penyelenggara atau in service staf yang manusia dan pola kerjanya harus diubah dalam sistem pendidikan dan pelatihan sebagai alat yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

Melakukan perbaikan kurikulum dapat dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan metode yang sistematis dan logis yang memberikan kemudahan dalam rangka perbaikan kurikulum. Perbaikan kurikulum yang baik memenuhi beberapa ciri yaitu: Perbaikan adalah masukan utama dan akan mempengaruhi narasumber, peserta dan penyelenggara. Perbaikan menuntut kerja sama yang efektif dari semua unsur. Perbaikan mengandung komplikasi logistik. Perbaikan mengandung pada identifikasi kebutuhan. Perbaikan menuntut rencana awal yang signifikan. Perbaikan mengadakan ketersediaan berbagai komponen. E. Kesimpulan Manajemen pengembangan kurikulum penting berdasarkan berbagai pertimbangan yang pada gilirannya memerlukan tenaga manajer yang profesional, karena konsep manajemen merupakan suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain menggunakan metode yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Ruang lingkup manajemen pengembangan kurikulum mencakup seluruh pokok proses perencanaan sesuai dengan fungsi manajemen secara komprehensif agar dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya. Referensi Beane, J.A, et.al (1995), Curriculum Planning and Developing. Boston: Allyn and

Bacon Fiske, E. B., Decentralization of Education, Washington D.C. The World Bank Huse & Bowditch (1997), Behavior in Organization, A System Approach to

Managing, California: Addison-Wesley Publishing Company. Kirkpatrick, Donald L. (1996), James D. Kirkpatrick, Evaluating Training Programs,

the Four Levels. Berret-Koehler Publisher, Inc: San Fransisco Smith. B.O., Stanley W.O. Sohens. (1967), Fundamentals of Curriculum Design,

New York: Harcourt Biace