pengembangan kurikulum kbk

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Sebenarnya berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai latihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu 1

Upload: daus-tok-wes

Post on 14-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: pengembangan kurikulum KBK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk

menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju

pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat

terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh

bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap

jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan

menengah. Sebenarnya berbagai usaha telah dilakukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai latihan

dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat

pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan

peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai

indikator mutu pendidikan seperti kualitas outputnya belum

menunjukkan peningkatan yang berarti.

Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga

faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami

peningkatan secara merata.

1

Page 2: pengembangan kurikulum KBK

Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan

nasional menggunakan pendekatan education production function atau

input output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.

Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai

pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang

diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan

menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap

bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan

buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana

pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara

otomatis akan terjadi. Dalam kenyataannya, mutu pendidikan yang

diharapkan tidak terjadi, Mengapa? Karena selama ini dalam

menerapkan pendekatan education production function terlalu

memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada

proses pendidikan. Padahal proses pendidikan sangat menentukan

output pendidikan.

Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan

secara birokratik sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai

penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi

yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang

kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah

setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi

dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya

2

Page 3: pengembangan kurikulum KBK

termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan

pendidikan nasional.

Faktor ketiga adalah peran serta masyarakat, khususnya orang

tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.

Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya lebih bersifat

dukungan financial (keuangan) dan bukan pada proses pendidikan

mulai dari pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan

akuntabilitas. Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak

mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan

pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai

salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan.

Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut

diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan

menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Dalam hubungannya dengan pendidikan, prinsip prinsip

tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada proses dan

manajemen sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut

pembaharuan sistem pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum,

yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi

daerah yang beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakukan

secara profesional. Penyusunan standar kompetensi tamatan yang

berlaku secara nasional dan daerah menyesuaikan dengan kondisi

setempat, penyusunan standar pembaharuan pendidikan untuk setiap

3

Page 4: pengembangan kurikulum KBK

satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan

pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah.

Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas

diperlukan adanya sistem pendidikan dan kurikulum yang bersifat

fleksibel dan dinamis serta mampu mengakomodasi keanekaragaman

kemampuan siswa, potensi daerah, kualitas sumber daya manusia,

sarana pembelajaran dan kondisi sosial budaya. Kurikulum tahun

1994, masih bersifat nasional, sarat materi, sebagian materi tumpang

tindih pada tingkat pendidikan yang berbeda, sehingga sebagian

kegiatan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.

Berdasarkan permasalahan diatas, Ketetapan MPR No. IV/1999

bidang pendidikan menyatakan perlunya dilakukan pembaharuan

sistem pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2000

tentang Otonomi Daerah, perlu pembenahan kurikulum yang dapat

mengakomodasi diversifikasi potensi sumber daya di masing-masing

daerah. Untuk itu disusunlah kurikulum yang berbasis kompetensi yang

lebih fleksibel dan dinamis.

Dalam kurikulum ini pemerintah pusat menentukan standar

kompetensi umum secara nasional yang berlaku di seluruh daerah,

sedangkan daerah diberi kekuasaan untuk mengembangkan kurikulum

sesuai dengan potensi dan karakteristik masing masing.

Melihat begitu kompleks dan rumitnya persoalan pendidikan

yang ada dibalik rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia,

4

Page 5: pengembangan kurikulum KBK

maka diperlukan upaya yang sungguh sungguh untuk mengurangi dan

menyelesaikan persoalan pendidikan secara menyeluruh

(komprehensif) dengan melihat seluruh komponen masyarakat

(stakeholder). Untuk itu dibutuhkan visi dan misi yang jelas.sehingga

mampu memberi arah kebijakan secara menyeluruh tentang apa yang

hendak dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya

manusia.

Upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan

perkembangan IPTEK dan globalisasi, berdasarkan Ketetapan MPR

No IV/1999 Bidang Pendidikan menyatakan perlunya dilakukan

pembaharuan sistem pendidikan dan peraturan pemerintah No. 22

tahun 2000 tentang otonomi daerah. Dalam kerangka otonomi

pendidikan Depdiknas mengembangkan suatu pola Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) sebagai entry point

menuju pengelolaan pendidikan yang berorientasi pada mutu dengan

mendasarkan kepada empat aspek yaitu demokrasi, transformasi,

berkelanjutan dan akuntabilitas.

Disamping itu perlu pembenahan kurikulum yang dapat

mengakomodasi potensi sumber daya di masing masing daerah, maka

disusunlah kurikulum yang berbasis kompetensi yang lebih fleksibel

dan dinamis. Dalam kurikulum ini pemerintah pusat menentukan

standar kompetensi umum secara nasional yang berlaku di seluruh

daerah, sedangkan daerah diberi kekuasaan untuk mengembangkan

5

Page 6: pengembangan kurikulum KBK

kerikulum sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-

masing.

Penilaian dikembangkan dengan sistem penilaian yang berbasis

portofolio (portofolio based assessment) yaitu usaha untuk

memperoleh berbagai informasi secara berkala, pengembangan

wawasan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik yang

bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.

Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul : Strategi Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi Ditinjau Dari Prespektif Sumber Daya

Manusia Di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan Kecamatan Amanatun

Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut diatas, maka

dapatlah dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Sumber daya manusia secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap strtaegi pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan ?

2. Apakah Sumber daya manusia secara Parsial berpengaruh

signifikan terhadap strtaegi pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan

3. Manakah faktor-faktor sumber daya manusia yang paling

dominan berpengaruh terhadap strtaegi pengembangan

6

Page 7: pengembangan kurikulum KBK

kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun

Selatan

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan pokok permasalahan yang

telah diutarakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui apakah Sumber daya manusia secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap strtaegi pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun

Selatan ?

4. Untuk mengetahui apakah Sumber daya manusia secara Parsial

berpengaruh signifikan terhadap strtaegi pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun

Selatan

5. Untuk mengetahui manakah faktor-faktor sumber daya manusia

yang paling dominan berpengaruh terhadap strtaegi

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1

Amanatun Selatan

1.3. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis.

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media latihan

yang sangat baik untuk menambah wawasan.

7

Page 8: pengembangan kurikulum KBK

2. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian dapat

digunakan untuk menyusun kerangka pengembangan

dan peningkatan mutu pendidikan di daerah khususnya

di Kabupaten Timor Tengah Selatan

1.4.2. Manfaat Teoritis.

Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian

ini memberi sumbangan pemikiran konseptual dalam

mengantisipasi tuntutan masyarakat terhadap peningkatan

mutu pendidikan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

8

Page 9: pengembangan kurikulum KBK

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Strategi

Strategi adalah “rencana yang disatukan, luas dan

berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis organisasi

dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan

bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan

yang tepat oleh organisasi (G & Jauch, 2006).

Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:

a) Pengertian umum

Strategi adalah proses penentuan para pemimpin puncak yang

berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

tersebut dapat dicapai.

b) Pengertian khusus

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh

para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi

hamper selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan

dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar

yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan

9

Page 10: pengembangan kurikulum KBK

kompetensi inti (core competencies). Organisasi perlu mencari

kompetensi inti dalam usaha yang dilakukan.

Selanjutnya bahwa perumusan strategi merupakan proses

penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk

membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis

organisasi, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut

dalam rangka menyediakan customer value terbaik.

Adapun beberapa langkah yang perlu dilakukan organisasi

dalam merumuskan strategi yaitu:

1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh organisasi di

masa depan dan menentukan misi organisasi untuk mencapai visi

yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.

2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk

mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman

yang akan dihadapi oleh organisasi dalam menjalankan misinya.

3. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success

factors) dari strategi yang dirancang berdasarkan analisis

sebelumnya.

4. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi sebagai

alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumber daya yang

dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

5. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka

pendek dan panjang.

10

Page 11: pengembangan kurikulum KBK

Demikian beberapa kajian mengenai strategi, dalam penulisan

ini peneliti mencoba melihat definisi dan uraian strategi tersebut di

atas, guna melakukan pengkajian terhadap strategi pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada SMP Negeri 1 Amanatun

Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

2.1.2. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang

seperti namanya didasari oleh kompetensi. Kompetensi sendiri adalah

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan

dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara terus-menerus dan

konsisten (Dr. Nurhadi. 2007).

Kurikulum berbasis kompetensi sendiri adalah seperangkat

rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang

harus dicapai siswa. Bisa dikatakan bahwa kurikulum ini

mengharapkan hasil dimana para siswa dapat melakukan sesuatu

dalam konteks tertentu dengan tindakan yang sesuai dengan konteks

yang terjadi. Bisa dikatakan juga siswa dapat menyesuaikan diri pada

suatu konteks nyata yang terjadi.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut

(http://www.kurikulumberbasiskompetensi.com/):

Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur

Penguatan integritas nasional

11

Page 12: pengembangan kurikulum KBK

Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika

Kesamaan memperoleh kesempatan

Abad pengetahuan dan teknologi informasi

Pengembangan keterampilan hidup

Belajar sepanjang hayat

Berpusat pada anak dan penilaian yang berkelanjutan dan

komperhensif

Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang

memiliki empat komponen yaitu kurikulum dan hasil, penilaian

berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kurikulum

berbasis sekolah (http://www.kurikulumberbasiskompetensi.com).

Kurikulum dan hasil belajar, memuat perencanaan

pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara

keseluruhan sejak lahir hingga 18 tahun, kurikulum dan hasil belajar

ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari TK dan RA

sampai dengan kelas XII (TK dan RA – 12).

Penilaian berbasis kelas, memuat prinsip, sasaran dan

pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten

sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil

belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar

yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan

pelaporan.

12

Page 13: pengembangan kurikulum KBK

Kegiataan belajar mengajar, memuat gagasan-gagasan pokok

tentang pembelajaran dan pengajaran yang untuk mencapai

kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan

androgogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.

Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, memuat berbagai

pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk

meningkatkan mutu belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan

pembentukan jaringan kurikulum (curriculum council) pengembangan

perangkat kurikulum (a.l.silabus), pembinaan profesional tenaga

kependidikan dan pengembangan sistem informasi kurikulum.

Kurikulum ini pada bentuknya bertujuan pada pencapaian

siswa pada kompetensi tertentu setidaknya standar-standar akan

kompetensi yang telah ditentukan dapat terpenuhi. Pembelajaran

yang dilakukan tidak terpaku pada hasil pendidikan tetapi lebih

kepada proses pembelajaran itu sendiri dimana siswa dapat

bereksperimen dengan keadaan yang tersedia di depannya, demi

untuk tercapainya pengetahuan karena memang pembelajaran tidak

hanya bersumber dari guru saja melainkan dari non-guru, selama hal

itu mendukung kompetensi siswa yang diharapkan.

Selain itu, mutu pendidikan yang diberikan tidak dipatok pada 1

tingkatan mutu atau keadaan saja melainkan diberikan secara

demokratis yaitu bisa saja pendidikan dikembangkan lebih baik atau

mungkin hanya sekedarnya. Hal ini didasarkan pada keadaan siswa

13

Page 14: pengembangan kurikulum KBK

yang ada. Bahkan mengenai demokrasi mutu ini, pada tahun 2005,

J.Drost, SJ mengusulkan bahwa dengan pemberian mutu pengajaran

yang demokratis seperti ini maka baginya, pengajarannya juga

dipisahkan antara orang-orang yang cerdas dengan orang-orang yang

tidak terlalu menonjol kecerdasannya. Akan tetapi di luar hal itu

pendidikan yang diselenggarakan tidak sepenuhnya diberikan plot-plot

pengajaran itu melainkan diatur sesuai keadaan yang ada pada siswa

dengan catatan standarisasi kecakapan atau kompetensi siswa tetap

dapat terpenuhi.

Pada bagian lain yaitu metode pembelajaran siswa adalah

metode pembelajaran yang didasari oleh konteks sosial maka dibuat

sedemikian rupa keadaan dimana siswa dapat diikutsertakan dalam

rekonstruksi konteks sosial yang telah diberikan.

Untuk memperjelas keterangan di atas, saya akan memberikan

contoh sekolah yang telah menggunakan kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) disekolahnya, yaitu (http://www.

kurikulumberbasiskompetensi.com/):

Dari “Green Apple”-Suara MBE, Kota Batu permainan domino

untuk pembelajaran pecahan. Mendengar kata domino, pikiran kita

langsung tertuju pada kartu permainan dengan bulatan-bulatan merah

berjumlah 1-6. Biasanya kita menggunakan domino untuk bermain

sambil mengisi waktu luang. Tetapi tidak bagi bu Juliati, Guru kelas III

dari SD Songgokerto III Batu. Domino dimodifikasi dan digunakan

14

Page 15: pengembangan kurikulum KBK

sebagai media bagi pembelajaran pecahan pada siswa kelas III SD

serta mengantarkan ibu Juli sebagai Juara I lomba Kreativitas Guru

Sains dan Matematika tingkat Jawa Timur. Ibu Juli memodifikasi

bulatan-bulatan domino.

Aturan permainan dalam pembelajaran ini ada tiga macam,

yaitu:

Pembelajaran pecahan-pecahan yang ekivalen. Siswa

memasangkan gambar dengan angka atau angka dengan angka

atau gambar dengan gambar yang senilai atau ekivalen.

Pembelajaran perbandingan dua pecahan yang nilainya berbeda

lebih besar. Siswa memasangkan suatu gambar dengan angka

atau angka dengan angka atau gambar dengan gambar yang

nilainya lebih besar.

Pembelajaran perbandingan dua pecahan yang nilainya berbeda

lebih kecil. Aturan permainannya siswa memasangkan suatu

gambar dengan angka atau angka dengan angka atau gambar

dengan gambar yang nilainya lebih kecil.

Dengan menggunakan media domino yang dimodifikasi puzzle

ini ternyata murid-murid kelas III menjadi lebih mudah memahami

konsep pecahan. Siswa-siswa juga merasa senang karena mereka

dapat belajar melalui bermain.

15

Page 16: pengembangan kurikulum KBK

2.1.3. Pendidikan menurut Confucianisme

Confucius berusaha menata secara baik terhadap situasi dan

kondisi masyarakat Cina sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku

pada waktu itu melalui sarana pendidikan dengan cara membenahi

hal-hal yang dipandang tidak benar. Confucius berpendapat bahwa

pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu (Widyastini, 2005: 7-8):

Khusus: membimbing dan mendidik agar senantiasa siap menjadi

generasi-generasi penerus bangsa.

Umum: mewujudkan manusia-manusia yang bermoral, pandai, dan

mempunyai rasa tanggung jawab kepada masyarakat, bangsa dan

negara.

Confucius mengatakan bahwa di dalam dunia pendidikan tidak

mengenal tinggi dan rendahnya kedudukan seseorang: semua sama

(Widyastini, 2006: 7-8). Di dalam buku Analects, Confucius berkata

bahwa (Confucius, 2005: 20-21):

Belajar lebih intensif

Mengajar tidak memandang keturunan

Mengajar harus sesuai dengan kecakapan para murid

Mengajar hendaknya dianggap sebagai media hiburan

Mengajar hendaknya menggunakan metode yang tepat

Mengajar hendaknya tanpa adanya rasa segan

Mengajar hendaknya merupakan evaluasi dari beberapa kasus

yang timbul

16

Page 17: pengembangan kurikulum KBK

Belajar hendaknya merupakan sesuatu yang lebih bermanfaat.

Kedelapan prinsip tersebut diatas, sebagaimana yang telah

dikemukakan oleh Confucius, tidak hanya berpengaruh dalam

pendidikan kuno saja, tetapi hal ini masih dan tetap digunakan dalam

pendidikan modern saat ini.

Confucius dikenal sebagai filosof Cina, ciri khas pemikiran

pragmatis dan melingkupi hal-hal yang sifatnya praktis; sehingga lebih

banyak menjauhi masalah-masalah yang dogmatis (teoritis), dalam

hal ini kebenaran dibuktikan melalui akal dan dibuktikan melalui

empiris. Menurut Lasiyo sebagaimana dinyatakan oleh Confucius

kepada murid-muridnya bahwa sebaiknya dalam menghadapi suatu

permasalahan hendaknya diusahakan dengan berpikir secara mandiri,

maka tidak mudah mengikuti pendapat orang lain dan harus dapat

menganalisis secara benar, ia berkata (Widyastini, 2007: 18):

”Sang guru tidak boleh mendiktekan sesuatu kebenaran

kepada murid-muridnya, murid-murid harus berpikir sendiri dan

apabila kebenaran menurut mereka bertentangan dengan apa yang

diajarkan gurunya mereka dapat mendebat gurunya” (Lasiyo, 2007:

26), maka seorang pendidik yang baik adalah pendidik yang memberi

kebebasan berpikir kepada anak didiknya sehingga mereka dapat

menghasilkan penemuan-penemuan baru, jika kebenaran yang

didapatkan berlainan dengan yang diajarkan oleh sang pendidik,

maka peserta didik diperbolehkan mengadu argumentasi, untuk lebih

17

Page 18: pengembangan kurikulum KBK

menumbuhkembangkan pemikiran dan penalaran mereka, maka

dalam hal ini dibutuhkan kematangan dalam berpikir dan berperilaku

(Lasiyo, 2007: 3).”

Salah satu konsep yang mendasar dalam pendidikan Confucius

ialah konsep mengenai Tao. Tao sendiri mempunyai arti ”Jalan/cara”

(the way) atau ”alur” (path). Tao adalah “Jalan”, dengan huruf besar J,

artinya jalan diatas segenap jalan lain yang seharusnya diikuti

manusia (Creel, 2006: 34-35). Tujuan yang hendak dicapainya ialah

kebahagiaan, dalam hidup ini, disini dan kini, untuk segenap umat

manusia.

2.1.4. KBK dalam Pendidikan Confucianisme

Kurikulum berbasis kompetensi, suatu perencanaan dengan

dasar kompetensi. Seperti telah dijabarkan sebelumnya terlihat sangat

mementingkan peran aktif siswa atau peserta didik hal ini

diperlihatkan pada metode pelajaran yang disusun dalam KBK. Dalam

metode ini seperti dituliskan sebelum ini yaitu dalam pembelajaran

yang lebih kepada eksperimen, konstruksi masalah dan kompetensi.

Dalam tataran ini memang pada kurikulum berbasis kompetensi

begitu jelasnya berusaha menggambarkan pendidikan yang diajarkan

oleh confucius lebih jauh lagi dalam tujuan yang diambil dalam

kurikulum berbasis kompetensi kurang lebih mirip dengan pengertian

pendidikan confucianisme serta pola yang dibangun yaitu:

Belajar hendaknya merupakan sesuatu yang lebih bermanfaat

18

Page 19: pengembangan kurikulum KBK

Mengajar hendaknya dianggap sebagai media hiburan

Mengajar hendaknya merupakan evaluasi dari beberapa kasus

yang timbul, dll.

Selain itu, Confucius sendiri juga mengatakan bahwa

pendidikan yang diterapkan pada masanya tidak hanya berpengaruh

dalam pendidikan kuno saja, tetapi hal ini masih dan tetap digunakan

dalam pendidikan modern saat ini. Akan tetapi kita tidak bisa

mengambil kesimpulan bahwa model pendidikan confucianisme sama

dengan sistem pendidikan KBK. Karena jika kita teliti lebih dalam lagi,

walaupun banyak kesamaan antara sistem KBK dengan pendidikan

Confucianisme, namun sebenarnya antara keduanya sangat berbeda.

Hal tersebut terlihat pada masih ada rasa segan diantara kedua belah

pihak, baik dari pihak pengajar maupun peserta didik, serta masih ada

otoritas dari pendidik.

Namun, bagaimanapun juga dengan metode baru serta

pandangan filosofis yang bisa dikatakan baru dilaksanakan pada

kurikulum pendidikan di Indonesia diharapkan bisa membangun

sumber daya manusia menjadi lebih baik.

2.2.Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mencakup

pengembangan program tahunan, program semester, program modul

(pokok bahasan) program mingguan dan harian program pengayaan

19

Page 20: pengembangan kurikulum KBK

dan remedial serta program bimbingan dan konseling (Mulyasa, 2006:

95)

a) Program tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata

pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata

pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan

dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan

pedoman bagi pengembangan program-program selanjutnya.

Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan

program tahunan antara lain :

1) Daftar kompetensi dasar (standar Competency) sebagai

konsesus nasional yang dikembangkan dalam buku Garis-garis

Besar Program Pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang

akan dikembangkan.

2) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi

pembelajaran tersebut disusun berdasarkan pokok-pokok

bahasan dan sub pokok bahasan, yang mengandung ide-ide

pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran.

3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama

satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan

hak-hak peserta didik. Dalam kalender pendidikan dapat kita

20

Page 21: pengembangan kurikulum KBK

lihat beberapa jam waktu efektif yang dapat digunakan untuk

kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur dan lainnya.

b) Program semester

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal

yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.

Program semester ini merupakan penjabaran dari program

tahunan,pada umumnya program ini berisikan bulan, pokok

bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan dan

keterangan-keterangan.

c) Progam pengayaan dan remedial

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program

mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap

kegiatan belajar, terhadap tugas-tugas modul, hasil tes dan

ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan peserta didik

sehingga program ini dapat digunakan untuk panduan dan

menentukan peserta didik yang ikut remedial atau pengayaan.

d) Program bimbingan dan konseling

Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling

kepada peserta didik yang menyangkut pribadi sosial belajar dan

karier.

21

Page 22: pengembangan kurikulum KBK

2.3. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK)

Gagne (2005: 67 ) mengemukakan untuk terjadinya belajar

pada diri siswa diperlukan kondisi belajar baik kondisi internal

maupun eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan

(arising) memori siswa sebagai hasil belajar siswa terdahulu.

Memori siswa terdahulu merupakan komponen kemampuan yang

baru dan ditempatkan bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi

aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu

pembelajaran. Ini bertujuan antara lain merangsang ingatan siswa

menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing siswa belajar

materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa

menghubungkan pengetahuan yang ada dengan informasi yang

baru (Mulyasa, 2007 : 85)

1) Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi

antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa,

2002:100).

Mulyasa (2002:101) mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

22

Page 23: pengembangan kurikulum KBK

perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan

pembelajaran mencakup tiga hal yaitu :

a) Pre Tes (tes awal ); Pre tes memegang peranan penting

dalam proses pembelajaran.Fungsi pretes ini antara lain

dapat dikemukakan sebagai berikut :

Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar

Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik

sehubungan dengan proses pembelajaran yang

dilakukan.

Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki

peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan

dijadikan topik dalam proses pembelajaran.

Untuk mengetahui darimana seharusnya proses

pembelajaran dimulai, tujuan mana yang perlu mendapat

penekanan dan perhatian khusus.

b) Proses

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari

segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil

dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian peserta

didik terlibat 75 % secara aktif, baik fisik, mental, maupun

kegairahan yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan

rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil,

proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi

23

Page 24: pengembangan kurikulum KBK

perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik

belajar.

c) Post tes

Pada umumnya proses pembelajaran diakhiri dengan post

tes,adapun fungsi dari pos tes antara lain adalah :

Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik

terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara

individu maupun kelompok.

Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan yang dapat

dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan

yang belum dikuasai.

Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti

remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan,

serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam

mengerjakan modul

Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan

terhadap komponen modul, dan proses pembelajran

yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,

pelaksanaan maupun evaluasi.

Mengenai prinsip-prinsip belajar, Arnie (2006:10)

mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yaitu :

Belajar harus berorientasi peda tujuan yang jelas.

24

Page 25: pengembangan kurikulum KBK

Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan

pada situasi problematic.

Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna

daripada belajar dengan hafalan

Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada

belajar secara terbagibagi.

Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap

intisari pelajaran itu sendiri.

Belajar merupakan proses yang kontinyu

Proses belajar memerlukan metode yang tepat

Belajar memerlukan minat dan perhatian siswa.

Sedangkan mengajar menurut Oemar hamalik (2007:44)

ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau

murid di sekolah. Sedangkan pelajaran adalah sesuatu yang

dikaji atau dipahami atau yang diajarkan misalnya,

membaca, latihan dan pendidikan. Arnie (2007:13)

mengemukakan aktifitas siswa yang dimaksud disini adalah

aktifitas jasmaniah maupun mental yang dapat digolongkan

kedalam lima macam aktifitas sebagai berikut :

Aktivitas visual (visual activities )

Aktivitas lesan (oral activities )

Aktifitas mendengarkan (listening activities )

Aktivitas gerak (motor activities)

25

Page 26: pengembangan kurikulum KBK

Aktivitas menulis (writing activities )

Selain aktivitas tersebut diatas terdapat beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam kegiatan mengajar yaitu :

Pengetahuan awal siswa

Refleksi

Motivasi

Keragaman individu

Kemandirian dan kerjasama

Belajar untuk kebersamaan

Rasa ingin tahu kreatifitas dan ketuhanan

Interaksi dan komunikasi

Suasana yang mendukung

2) Pemilihan metode dan media

Menurut Nasution (2004: 64), pemilihan metode dalam

pembelajaran ada dua macam cara yaitu dengan melakukan:

1) Pendekatan audio tutorial

Sistem ini dirasakan menarik oleh siswa antara lain karena

mereka merasa turut bertanggung jawab atas pendidikannya

sendiri. Untuk itu mereka harus menyusun jadwal dirinya

sendiri karena mereka merasa turut aktif dalam membentuk

dirinya sendiri. Cara belajar ini bertambah menarik karena

setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mendapat

26

Page 27: pengembangan kurikulum KBK

angka tertinggi yaitu ”A” Jadi cara belajar ini didasarkan atas

rasa sukses dan bukan kegagalan atau frustasi.

2) Pengajaran modul

Pengajaran ini termasuk salah satu sistem individual yang

paling baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai

metode pengajaran individu lainnya seperti tujuan spesifik

dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur,

belajar menurut kecepatan masing- masing balikan atau

feed back yang sebanyak-banyaknya.

Selain memberi kesempatan kepada murid untuk maju

menurut kecepatan masing-masing modul mempunyai

tujuan lain yang perlu mendapat perhatian yakni :

Memberikan kesempatan untuk memilih diantara sekian

banyak topic dalam suatu program

Mengadakan penilaian yang sering tentang kemajuan

dan kelemahan siswa

Memberikan modul remidial guna pemantapan dan

perbaikan atau mengulangi bahan pelajaran untuk lebih

memantapkannya dengan menggunakan cara-cara lain

daripada modul semula, sehingga lebih mempermudah

pemahaman oleh murid. (Nasution,2008: 66)

Dari cara yang telah ditempuh di atas untuk dapat

menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan

27

Page 28: pengembangan kurikulum KBK

kebutuhan murid sebagai individu. Semua metode itu

mencoba memperhatikan perbedaan individu di kalangan

pelajar.

Metode yang dikemukakan kebanyakan berusaha untuk

memusatkan kegiatan belajar kepada murid dan bukan pada

guru. Metode yang dipilih harus memperhatikan tujuan yang

ingin dicapai serta fasilitas sumber –sumber yang tersedia,

misalnya adanya komputer akan membuka kesempatan

yang lebih luas untuk memperhatikan sejumlah besar siswa

secara individual. Kelangkaan sumber dan fasilitas tentu

akan menghalangi atau mempersulit individualisasi

pengajaran (Nasution, 2007:75)

28

Page 29: pengembangan kurikulum KBK

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

metode deskriptif. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di SMP

Negeri Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan,

khususnya dalam hal pelaksanaan pembelajaran Kelas IX. Dalam

penelitian ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Sumber data langsung berupa tata situasi alami dan peneliti

adalah instrument kunci.

2) Bersifat deskriptif dimana data yang dikumpulkan umumnya

berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka,

kalaupun ia angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang.

3) Lebih menekankan pada makna proses ketimbang hasil

4) Analisis data bersifat induktif

5) Makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian

(Sudarwan 2002 :60 )

3.2. Konsep Penelitian

Strategi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah

seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil

belajar yang harus dicapai siswa. Bisa dikatakan bahwa kurikulum ini

mengharapkan hasil dimana para siswa dapat melakukan sesuatu

dalam konteks tertentu dengan tindakan yang sesuai dengan konteks

29

Page 30: pengembangan kurikulum KBK

yang terjadi. Pembahasan lebih jauh mengenai strategi

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi akan ditinjau dari

perspektif sumber daya manusia, dalam hal ini kompetensi kepala

sekolah dan kompetensi guru.

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini di buat Skema dan

tabel beriku ini;

Skema 3.1 Konsep penelitian

3.3. Subyek dan obyek penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyeknya adalah guru dan siswa

Kelas IX sedangkan yang menjadi obyeknya adalah proses

pembelajaran pada mata pelajaran Agama, PKN, Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan

Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan,

Teknologi Informasi dan Komunikasi, Muatan Lokal.

3.4. Sampel Penelitian

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan

guru di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah

Selatan yang berjumlah 23 orang, dengan perincian 16 orang PNS

dan 7 orang non PNS/tenaga honorer.

30

Sumber Daya Manusia(SDM)

Kepemimpinani kepala SekolahKinerja Guru

Strategi Pengembangan

KBK

Page 31: pengembangan kurikulum KBK

3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah suatu kualitas (qualitas) dimana peneliti

mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Kider (dalam

Sugiono, 2007 : 61). Selanjutnya Sugiono (2007 :61) menyatakan

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditaik kesimpulan.

Adapun Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian

kali ini adalah:Variabel bebas yaitu kpemimpinan kepala sekolah

(X!) dan kinerja guru (X2) serta Variabel terikat yaitu

Pengembangan KBK (Y)

Definisi operasional Variabel adalah pemberian arti bagi

suatu Variabel dengan cara menetapkan rincian kegiatan yang

harus dikerjakan. Definisi oprasional Variabel dalam pennelitian ini

adalah:

1. Kepemimpinan (X1) adalah kemampuan atasanm

menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.

Pada penelitian ini adalah kemampuan kepala sekolah

menggerakkan guru untuk mencapai tujuan sekolah.

Pada penelitian ini, kepemimpinan didapat diukur berdasarkan;

1) Fungsi kepala sekolah

2)Komunikasi dengan bawahan/guru

3)Petunjuk pelaksanaan pekerjaan

31

Page 32: pengembangan kurikulum KBK

4)Teladan

5)Toleransi terhadap kesalahan

6)Pemberian tugas sesuai keahlian

2. Kinerja Guru (X2) adalah hasil kerja guru yang terkait dengan

proses pembelajaran di sekolah

Pada penelitian ini, Indikator kinerja guru adalah sebagai

berikut;

1) Efektifitas penggunaan waktu, biaya dan tenaga

2) Ketepatan menyelesaikan pekerjaan

3) Bekerja sesuai ketentuan

4) Paham pada tugas

5) Percaya diri dalam pelaksanaan pekerjaan

6) Berperan pada tugas tertentu

3. Pengembangan KBK (Y) adalah upaya kepala sekolah dan guru

dalam rangka pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.

Pada penelitian ini, indikator pengembangan KBK sebagai

berikut;

1) Upaya perbaikan kualitas hasil belajar

2) Upaya perbaikan mutu pendidikan

3) Penegakan disiplin diri

4) Karakteristikindividu guru

5) Perbaikan mutu pembelajaran

6) Perbaikan rata-rata hasil belajar siswa

32

Page 33: pengembangan kurikulum KBK

3.6. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner (angket). Kuosioner (angket) adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis pada responden

untuk dijawab (sugiyono, 2007 : 199). Kuosioner akan dibagikan

kepada guru yang telah dipilih untuk mendapatkan data yang

diinginkan.

Teknis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan dua cara yaitu :

a. Untuk data primer yaitu data yang diambil langsung dari

responden digunakan daftar angket atau kuesioner.

b. Untuk data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak

langsung dari responden dilakukan dengan dengan

menggunakan teknis dokumentasi, wawancara, dan observasi

langsung dari penelitian.

Berdasarkan dengan pengukuran data digunakan skala likert dengan

interval sebagai berikut

1. Skor 5 untuk jawaban selalu

2. Skor 5 untuk jawaban sering

3. Skor 5 untuk jawaban kadang-kadang

4. Skor 5 untuk jawaban jarang

5. Skor 5 untuk jawaban tidak pernah

33

Page 34: pengembangan kurikulum KBK

Dari skala pengukuran tersebut, mengandung pengertian

bahwa semakin tinggi angka yang dipilih oleh responden maka

semakin tinggi pula tingkat kepemimpinan (X1) kinerja (X2) dan

pengembangan KBK(Y).

Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka

semakin rendah pula tingkat kepemimpinan (X1) kinerja (X2) dan

pengembangan KBK(Y).

3.7. Teknik analisa data

Pada penelitian ini analisa data terdiri dari dua (2) bagian yaitu

analisis deskriptif dan analisa statistik. Analisa diskriptif digunakan

untuk mendiskripsikan tingkat kepemimpinan (X1) kinerja (X2) dan

pengembangan KBK(Y).

Dengan mengacu pada rumus hipotisis, analisa statistik yang

digunakan adalah analisa multipe Linier Regresi Model (Model

regresi linier berganda) dengan fungsi persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +e

(Sudjana 2003:53)

Dimana

Y = Pengembangan KBK

a = Konstanta

X1 = Kepemimpinan

X2 = Kinerja guru

e = Error (kesalahan pengganggu)

34

Page 35: pengembangan kurikulum KBK

Untuk mengetahui apakah variabel X1, X2, secara serempak

mempunyai pengaruh terhadap Y, maka dihitung besar koefesien

determinasi (R2). Kemudian dilanjutkan dengan Uji-f. Rumus yang

digunakan untuk menguji koefesien korolasi adalah:

Dimana : R = Koefisien regresi

n = Banyaknya sampel

k = Banyaknya Variabel Independen

Uji F ini bermakna bila memiliki taraf signifikan α = 5 %

Untuk mengetahui apakah ada hubungan linier pada masing-masing

variabel dari variabel terpilih yang lebih dominan (X1, X2, maka

dilakukan uji t (studen t-test).

3.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas.

Uji Validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan dari

instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji

validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang

tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan

dengan pasti apa yang diteliti. Cara yang digunakan adalah dengan

analisa item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir

pertanyaan di korelasikan dengan nilai total seluruh butir pertanyaan

suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment

(Sugiono, 1999). Syarat minimal untuk dianggap valid adalah nilai r ≥

0,3.

35

Page 36: pengembangan kurikulum KBK

Sedangkan uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui

adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau denga

kata lain alt ukur tersebut mempunyai hasil yang dapat dipercaya

bilaman alat tersebut digunakan berulang-ulang / berkali-kali pada

waktu yang berbeda. Untuk Uji Reliabilitas ini digunakan Teknik

Alpha Cronboch, dimana suatu instrumen dapat dikatajan handal

(reliable) apabila memiliki koefesien keandalan atau alpha sebesar

0,6 atau lebih (Arikunto, 1992).

3.7.2. Pengujian Hipotesis

Dengan membandingkan F hitung (Fh) dengan F tabel (Ft) pada

α = 0,05 apabila hasil berhitung menunjukkan :

a. Fh ≥ Ft atau probabilitas kesalahan kurang 5 % maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variasi dari model

regresi berhasil menerangkan variabel bebas secara keseluruhan

b. Fh < Ft atau probabilitas kesalahan lebiuh dari 5% maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variasi dari model

regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara

keseluruhan.

c. Untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan

variabel tidak bebasnya dapat diketahui dari besarnya koefesien

determinasi ganda (R2). Semakin besar R2 atau semakin

mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variasi bebas yang

digunakan dalam model semakin kuat dapat menerangkan variasi

36

Page 37: pengembangan kurikulum KBK

tidak bebasnya. Jika R2 mencapai nilai 1 menunjukkan bahwa

proporsi / presentasi sehubungan dengan variabel bebas

terhadap variabel atau naik turunnya Y sebesar 100%.

Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati 0), maka dapat

dikatakan bahwa sumbangan variasi bebas terhadap variasi

variabel tidak bebasnya semakin kecil. Sedangkan koefesien

determinasi ganda (R2) itu sendiri diantara 0 dan 1, atau 0 ≤ R2 ≤

1.

Guna membuktikan kebenaran hipotesis pengaruh secara

parsial di gunakan uji t yaitu menguji kebenaran regresi parsial. Uji t

ini, bila t hitung ≤ t tabel maka hipotesa nol (Ho) diterima, hipotesa

alternatif (Ha) ditolak. Berarti variabel-variabel bebas kurang dapat

menjelaskan variabel terikatnya dan sebaliknya bila t hitung ≥ t tabel

maka hipotisis nol (Ho) ditolak, hipotisis alternatif (Ha) diterima.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas mamapu

menjelaskan variabel terikatnya.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis dengan melihat

pada besarnya koefesien determinasi parsial (r2) untuk masing-

masing variabel bebas. Kegunaannya untuk mengetahui sejauh

mana besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat dan untuk mengetahui variabel bebas mana yang

mempunyai sumbangan terbesar (dominan terhadap variabel

37

Page 38: pengembangan kurikulum KBK

terikat/tergantung. Birarti semakin besar r2 untuk maisng-masing

variabel bebas, menunjukkan semakin besar juga sumbangannya

terhadap variabel terikat dan jika ada variabel yang angka r2 paling

besar, probobelitasnya paling kecil/rendah, maka variabel bebas

mempunyai pengaruh yang dominan terhadap variabel terikatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 2007. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta

Creel, H. G. 2005. Alam Pikiran Cina; Sejak Confucius sampai Mao Zedong . Yogyakarta : P. T. Tiara Wacana.

Drost. J. 2005. dari KBK (kurikulum berbasis kompetensi) sampai MBS (manajemen berbasis sekolah); esai-esai pendidikan . Jakarta: Kompas.

Danim, Sudarwan. 2005. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi pada

Depdiknas. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2008. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2008. Pola Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan

Dasar Siswa. Jakarta : Depdiknas

Ghofur, Abdul dkk. 2005. Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian KBK

Hasan ,Iqbal. 2007. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Kartono, Kartini.2005. Pengantar Metodelogi Riset Sosial.Jakarta: CV Mandar Maju

Maleong L.J. 2004 Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya

38

Page 39: pengembangan kurikulum KBK

Nasution, S . 2007. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi . Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik, 2006. Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi aksara.

Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 2008. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Nurhadi, Dr. 2004. Kurikulum 2004; pertanyaan dan jawaban . Jakarta: Grasindo

Widyastini. 2004. Filsafat Manusia Menurut Confucius dan Al Ga zali. Yogyakarta : Paradigma.

http://www.kurikulumberbasiskompetensi.com/

http://www.pendidikanindonesia.com/

http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/cin-6.htm

39

Page 40: pengembangan kurikulum KBK

PROPOSAL TESIS

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF SUMBER DAYA MANUSIA

DI SMP NEGERI 1 AMANATUN SELATAN KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar

Magister Manajemen

Diajukan Oleh:

BENYAMIN MOKOILNPM.102361009

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SURABAYAMEI, 2010

40