manajemen pengelolaan objek wisata kota tua …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/manajemen...

285
MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA JAKARTA BERBASIS MASYARAKAT SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh RIZKI PARHANI NIM 6661110901 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2016

Upload: dodung

Post on 17-Sep-2018

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

1

MANAJEMEN PENGELOLAAN

OBJEK WISATA KOTA TUA JAKARTA

BERBASIS MASYARAKAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

RIZKI PARHANI

NIM 6661110901

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2016

Page 2: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

2

Page 3: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

3

Page 4: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

4

Page 5: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

5

Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat (Sabda

Rasulullah SAW)

“Sukses akan datang kepada mereka yang berusaha, berdoa,

bertawakal serta diiringi dengan doa kedua orang tua” (Rizki

Parhani)

“Keluarga adalah penyemangat, inspirator, motivator

terbesar dan harta yang paling berharga di dunia ini”

(Rizki Parhani)

Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

bahagia

Skripsi ini kupersembahkan

untuk Mamah, Babeh, Adikku, Kakek

dan almh. Nenekku, orang-orang yang

sayang kepadaku dan yang aku sayangi...

Page 6: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

6

ABSTRAK

Rizki Parhani. NIM: 6661110901. Skripsi. Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat. Pembimbing I: Dr. Suwaib

Amiruddin, M.Si., dan Pembimbing II: Gandung Ismanto, S.Sos., MM

Kota Tua Jakarta merupakan Objek Wisata yang memiliki nilai sejarah yang

sangat penting bagi Kota Jakarta. Terdapat bangunan-bangunan tua peninggalan

penjajahan Belanda, yang pada saat ini dijadikan museum. Di sana terdapat

komunitas-komunitas yang ikut terlibat dalam pengelolaan. Namun masih

kurangnya koordinasi, kurang optimalnya pengawasan, pengorganisasian

komunitas masih kurang baik dan kurang tegasnya aturan terhadap komunitas

yang tidak sesuai dengan unsur Kota Tua Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta, untuk mengetahui proses keterlibatan masyarakat dalam

membuat aturan terkait dan untuk mengetahui fungsi masyarakat di dalam

manajemen tersebut. Penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen Henry

Fayol yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan

pengawasan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan menurut Prasetya Irawan. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta berbasis masyarakat belum baik. Dalam perencanaan masyarakat

belum berperan aktif dalam perumusan perencanaan, koordinasi pun belum

sampai kepada masyarakat ataupun komunitas-komunitas. Masyarakat hanya

dilibatkan dalam pengarahan dan pengawasan. Selain itu belum adanya dana dari

Pemerintah DKI Jakarta untuk mengembangkan komunitas-komunitas yang

berpotensi mengenalkan Kota Tua Jakarta kepada masyarakat luas dan menjadi

ciri khas Kota Tua Jakarta. Sarannya Pemerintah DKI Jakarta lebih melibatkan

secara aktif komunitas dalam perumusan perencanaan dan memasukkan

komunitas kedalam kegiatan-kegiatan didalam perencanaan, diberikan pelatihan

dan diberdayakan.

Kata Kunci: Kota Tua Jakarta, Manajemen, Masyarakat

Page 7: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah.. Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT,

atas rahmat, berkat, hidayah, karunia, petunjuk dan pertolongan-Nyalah peneliti

dapat menyelesaikan Skripsi ini. Berkat bantuan dan campur tangan-Nyalah

peneliti bisa berada dititik ini. Tak hentinya mengucap syukur Alhamdulillah,

terimakasih ya Allah. Shalawat serta salam senantiasa peneliti panjatkan kepada

junjungan Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta

para pengikutnya yang membawa kita semua dari zaman jahiliyyah ke zaman

yang canggih seperti sekarang ini.

Adapun penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat

mengikuti ujian sarjana (S-1) dengan judul “Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk

itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih setulus hati kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

i

Page 8: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

8

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda, M.A., P.hd., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Bapak Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si., Pembimbing I Skripsi yang

senantiasa memberikan ilmu, kritik serta masukan kepada peneliti, dan

membimbing peneliti dengan sabar dalam penyusunan Skripsi ini.

Memberikan pemikiran-pemikiran yang sangat membantu dalam

penelitian ini. Terimakasih banyak Pak sudah membimbing saya.

9. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., M.M., selaku Pembimbing II Skripsi

yang selalu sabar dalam proses bimbingan, serta memberikan ilmu, kritik,

dan saran kepada peneliti dalam penyusunan Skripsi ini beserta pemikiran-

pemikiran yang sangat membantu peneliti.

10. Bapak Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu baik dan memberikan arahan serta dukungan dari awal masa

perkuliahan hingga akhir masa perkuliahan.

ii

Page 9: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

9

11. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

yang membekali peneliti dengan segala pengetahuan selama masa

perkuliahan.

12. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.

13. Pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Bapak Encu

Suhandi, SE., MM., yang telah memberikan informasi dan data terkait

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, serta nasehat-nasehat yang

telah diberikan kepada peneliti dan waktu yang diluangkan untuk

melakukan wawancara.

14. Pihak Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta Bapak Ario Wicaksono,

SH yang telah memberikan informasi, data tentang pengelolaan dan

manajemen di Kota Tua Jakarta, serta waktu untuk melakukan wawancara.

15. Bapak Dodi Riadi dan Bapak Firman, narasumber dari Local Working

Group Kota Tua Jakarta.

16. Pihak pengelola museum, Bapak Sumardi, Bapak Hari Prabowo, Bapak

Khasirun dan Bapak Yosep yang telah memberikan data dan informasi

mengenai museum-museum di Kota Tua Jakarta

17. Bapak Rizal selaku Bendahara Komunitas Manusia Batu, Bapak Sanem

Komunitas Ontel, Bapak Deden, Bapak Hendri, pengunjung lokal maupun

turis mancanegara yang telah memberikan waktunya untuk wawancara dan

iii

Page 10: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

10

kesediaannya sebagai narasumber bagi penelitian ini, dan semua

narasumber yang ada dalam penelitian ini.

18. Kedua Orang Tuaku tersayang dan tercinta, Bapak Mamat dan Ibu Elah

yang telah memberikan semangat, motivasi serta dukungan moril maupun

materil kepada peneliti dalam melakukan penelitian ini, dan tanpa lelah

untuk mendoakan peneliti dalam meraih kesuksesan. Terimakasih atas

segala yang sudah diberikan, tanpa Mamah dan Babeh saya tidak akan bisa

seperti sekarang.

19. Adik saya satu-satunya Achmad Aldiansyah yang selalu mendukung apa

yang kakaknya lakukan.

20. Kakek saya yang selalu memberikan perhatiannya baik moril maupun

materil kepada cucu pertamanya ini dari kecil hingga sekarang dan juga

Almh. Nenek saya yang tidak pernah terlupakan.

21. Adhi Makayasa Saputra yang selalu memberikan semangat serta dukungan

kepada peneliti selama melakukan penelitian. Senantiasa meluangkan

waktu untuk bertukar pikiran mengenai Skripsi ini, memberikan masukan,

kritik dan saran, serta menemani peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Terimakasih banyak atas semuanya.

22. Kepada Saudara-saudaraku Kaka Neneng, Om Aji, Kaka Mimil, Om Udi,

Kaka Iyus yang telah memberikan dukungan, semangat dan memberikan

bantuan materiil kepada peneliti.

23. Teman-teman seperjuanganku Dita Marsela Sufitri, Nurul Fitri Sugiharto,

Fitri Maliani Nugraha, Ayu Fitri Lestari, Ita Mafrohati, Nella Hani Rosa,

v

Page 11: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

11

Resty Nani Yustini, Metta Miftahul Jannah, Ika Dewi Safitri, Anita,

Melinda Paula Tumbol, Veronica Puspaningtyas yang saling mendoakan

dan memberikan semangat.

24. Teman-teman Administrasi Negara Reguler 2011 yang memberikan kesan

dan kenangan selama masa perkuliahan.

25. Teman-teman kostan Mega, Ka erni dan Ka nita yang selalu menghibur

dengan canda tawa dan memberikan semangat.

26. Teman-teman Kelompok Kerja Mahasiswa (KKM) 62 Desa Kubang Jaya

Tahun 2014 yang memberikan kenangan selama KKM.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi

ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang

membangun tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir

kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, Februari 2016

Rizki Parhani

Page 12: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

12

ABSTRACT

Rizki Parhani. NIM. 6661110901. Research Paper. Management of Attraction

Jakarta Old City Based of Society. Public Administration Study Program,

Faculty of Social and Political Sciences, Sultan Ageng Tirtayasa University.

First Adviser Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si, and Second Adviser Gandung

Ismanto, S.Sos., MM.

Jakarta Old City is attraction which has very important historical value in

Jakarta. There are old buildings legacy of the Dutch colonialists, which is

currently used as a museum. In there, there are communities are involved in the

management of Jakarta Old City attractions, society and visitors are also involved

but there is still a lack of coordination, lack of optimal controlling, communities

organizing is still not good and lack of firm on the rules of the communities which

not accordance with the elements of the Jakarta Old City. The purpose of this

research are to know the involvement of the society in the management of Jakarta

Old City attraction, to know the process of the society involvement to making the

rules which relating, and to know the function of the society in the management of

the Jakarta Old City attraction. This research uses the functions of management

theory of Henry Fayol, there are planning, organizing, commanding, coordinating

and controlling. The method of this research is used descriptive method with

qualitative approach. The analysis technique of data is used according to

Prasetya Irawan. The result of this research indicate that management of

attraction Jakarta Old City based of society is not good. Society has not been fully

involved, in the planning society has not role actively in the formulation of

planning, coordination is not yet up to the society or communities. Society only

involved in directing and controlling. Communities only given directions by

stakeholders and give the directions to their members. Beside that, there are no

funds from the government of DKI Jakarta to develop communities which have the

potential to introduce the Jakarta Old City to the wide society and become a

characteristic of the Jakarta Old City. Suggestion for the government of DKI

Jakarta more actively involve the community in the formulation of planning and

involve the community in the program of planning, given training and

empowered.

Keywords: Jakarta Old City, Management, Society

vi

Page 13: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

13

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

ABSTRAK

ABSTRACK

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 21

1.3 Batasan Masalah 21

1.4 Rumusan Masalah 22

1.5 Tujuan Penelitian 22

1.6 Manfaat Penelitian 23

1.7 Sistematika Penulisan 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka 29

2.1.1 Pengertian Manajemen 29

2.1.2 Pentingnya Manajemen 32

2.1.3 Prinsip Manajemen 34

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Manajemen 35

2.1.4.1 Fungsi Perencanaan 38

2.1.4.2 Fungsi Pengorganisasian 40

2.1.4.3 Fungsi Pengarahan 42

2.1.4.4 Fungsi Pengkoordinasian 44

2.1.4.4.1 Tipe-Tipe Koordinasi 44

2.1.4.5 Fungsi Pengawasan 46 2.1.4.5.1 Tipe-Tipe Pengawasan 47

2.1.5 Definisi Pengelolaan 48

2.1.6 Pemerintahan 49

2.1.7 Definisi Organisasi 52

2.1.7.1 Ciri-Ciri Organisasi 54

2.1.7.2 Prinsip-Prinsip Organisasi 54

2.1.7.3 Kelompok-Kelompok Kerja Formal dan Informal 55

2.1.7.4 Tipe-Tipe Organisasi 56

2.1.7.5 Komponen-Komponen Pengorganisasian 59

2.1.8 Pengertian Komunitas 60

2.1.9 Definisi Objek Wisata 61

2.2 Penelitian Terdahulu 64

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian 66

2.4 Asumsi Dasar 70

vii

Page 14: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 71

3.2 Fokus Penelitian 72

3.3 Lokasi Penelitian 72

3.4 Fenomena yang Diamati 72

3.4.1 Definisi Konsep 73

3.4.2 Definisi Operasional 74

3.5 Instrumen Penelitian 75

3.6 Informan Penelitian 77

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 79

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data 79

3.7.1.1 Sumber Data Primer 79

3.7.1.2 Sumber Data Sekunder 84

3.7.2 Teknik Analisis Data 85

3.8 Jadwal Penelitian 89

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 90

4.1.1 Deskripsi Kota Jakarta 90

4.1.2 Deskripsi Objek Wisata Kota Tua Jakarta 93

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta 96

4.1.3.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta 96

4.1.3.2 Susunan Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta 97

4.1.4 Gambaran Umum Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta 100

4.1.4.1 Susunan Organisasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua

Jakarta 102

4.1.5 Gambaran Umum Local Working Group (LWG) 103

4.1.5.1 Visi dan Misi LWG 104

a. Visi 104

b. Misi 105

c. Fungsi 105

4.1.6 Gambaran Umum Komunitas-Komunitas di Kota Tua Jakarta 106

4.2 Deskripsi Data 107

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian 107

4.2.2 Daftar Informan Penelitian 109

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 111

4.3.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta 112

4.3.1.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 112

4.3.1.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 131

4.3.1.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan 137

4.3.1.4 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian 143

4.3.1.5 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan 148

4.3.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Membuat Aturan Terkait

Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta 152

4.3.2.1 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 153

viii

Page 15: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

15

4.3.2.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 156

4.3.2.3 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan 162

4.3.2.4 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian 164

4.3.2.5 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan 166

4.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat 168

4.3.3.1 Fungsi Masyarakat dalam Perencanaan 168

4.3.3.2 Fungsi Masyarakat dalam Pengorganisasian 174

4.3.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Pengarahan 176

4.3.3.4 Fungsi Masyarakat dalam Pengkoordinasian 179

4.3.3.5 Fungsi Masyarakat dalam Pengawasan 180

4.4 Pembahasan 183

4.4.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta 183

4.4.1.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 184

4.4.1.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 188

4.4.1.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan 190

4.4.1.4 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian 191

4.4.1.5 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan 192

4.4.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Membuat Aturan Terkait

Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta 193

4.4.2.1 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 193

4.4.2.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian 195

4.4.2.3 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan 196

4.4.2.4 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian 197

4.4.2.5 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan 199

4.4.3 Fungsi Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta 200

4.4.3.1 Fungsi Masyarakat dalam Perencanaan 200

4.4.3.2 Fungsi Masyarakat dalam Pengorganisasian 203

4.4.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Pengarahan 204

4.4.3.4 Fungsi Masyarakat dalam Pengkoordinasian 206

4.4.3.5 Fungsi Masyarakat dalam Pengawasan 207

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 210

5.2 Saran 212

DAFTAR PUSTAKA x

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

ix

Page 16: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

16

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan 78

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara 83

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian 89

Tabel 4.1 Daftar Informan 110

Tabel 4.2 Jumlah Pengunjung Museum Seni Rupa dan Keramik Tahun 2014 124

Tabel 4.3 Jumlah Pengunjung Museum Sejarah Jakarta Tahun 2014 125

Tabel 4.4 Jumlah Pengunjung Museum Wayang Tahun 2014 126

x

Page 17: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kelompok Komunitas 15

Gambar 2.1 Organisasi formal dan informal dan ciri-ciri mereka 57

Gambar 2.2 Organisasi-organisasi primer dan organisasi-organisasi sekunder 58

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian 69

Gambar 3.1 Proses Analisis Data Menurut Irawan 87

Gambar 4.1 Peta Kota DKI Jakarta 92

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua 103

Gambar 4.3 Kelompok Komunitas 116

ix

Page 18: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

18

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Data

Lampiran 2 Koding Data

Lampiran 3 Kategorisasi Data

Lampiran 4 Catatan Lapangan

Lampiran 5 Kisi-kisi Wawancara

Lampiran 6 Membercheck (Transkrip Wawancara)

Lampiran 7 Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 9 Daftar Komunitas di Kota Tua pada Awalnya

Lampiran 10 Daftar Komunitas Setelah Berkurang

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

x

Page 19: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jakarta merupakan Ibukota Negara Republik Indonesia. Dari 34 provinsi

yang ada di Indonesia, Jakarta merupakan pusat pemerintahan di Indonesia dan

salah satu kota besar di Indonesia dengan segala macam aktivitas masyarakat.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jakarta Tahun 2013, Jakarta

merupakan kota dengan penduduk yang padat di Indonesia, dengan kepadatan

penduduk mencapai 14.469 orang perkilometer persegi, dengan luas wilayah

664,01 km2 dan jumlah penduduk 12.998.816 jiwa.

Hal ini dikarenakan tingginya angka mobilitas penduduk di Jakarta.

Banyak masyarakat dari luar Jakarta yang datang dan menetap di Jakarta untuk

mencari pekerjaan di Jakarta, hasil sensus 2010 mencatat 5.396.419 penduduk

atau 2,5% penduduk merupakan imigran antar provinsi. Pada tahun 2010 daerah

yang memiliki angka mobilitas yang tinggi atau penduduknya banyak yang keluar

daerah adalah Jawa Barat dengan 730.878 jiwa, sedangkan daerah yang

dimobilitasi atau dijadikan tempat perpindahan adalah DKI Jakarta dengan

734.584 jiwa. Hal ini dikarenakan Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara

Indonesia dan pembangunan yang dilakukan lebih banyak di Jakarta. Namun

dengan luas daerah Kota Jakarta yang tetap dari tahun ke tahun, namun jumlah

Page 20: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

2

penduduknya terus bertambah, hal ini menggambarkan kepadatan penduduk

terjadi di Kota Jakarta. (Sumber: <http://www.jakarta.bps.go.id> [20/02/2015])

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007

tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi DKI Jakarta dengan

kedudukannya sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki

fungsi dan peran yang penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010

tentang Cagar Budaya, bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya

bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga perlu

dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan,

dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk

melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui

Page 21: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

3

kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-

besarnya kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 127 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit

Penataan dan Pengembangan Kawasan Kota Tua Dinas Kebudayaan dan

Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, bahwa untuk

mewujudkan Kota Tua sebagai kawasan sejarah, budaya dan bisnis serta sebagai

tujuan wisata, perlu dilaksanakan penataan dan pengembangan melalui

penanganan yang lebih optimal. Penataan dan pengembangan Kota Tua sebagai

kawasan sejarah, budaya dan bisnis serta sebagai tujuan wisata merupakan salah

satu lingkup tugas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 127 Tahun 2007 Kawasan Kota Tua adalah kesatuan geografis beserta

unsur terkait di dalamnya seluas ± 846 ha yang terletak di Kotamadya Jakarta

Utara dan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Gubernur Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Penguasaan Perencanaan Dalam Rangka Penataan Kawasan Kota Tua Seluas ±

846 ha yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Barat.

Namun menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Kawasan Kota Tua dalam ruang

lingkup rencana induk kawasan Kota Tua meliputi beberapa kawasan yang

dibatasi dalam daerah perencanaan seluas ± 334 ha.

Page 22: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

4

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 475 Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah Di

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Benda Cagar Budaya bahwa upaya

pelestarian terhadap bangunan bersejarah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta

adalah untuk menjaga keaslian arsitektur bangunan, mempertahankan nilai-nilai

sejarah untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya arti sejarah nasional dan sejarah

perkembangan Kota Jakarta.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Kawasan Kota Tua, pengelolaan

Kawasan Kota Tua dilakukan secara terpadu lintas sektoral dan wilayah serta

melibatkan secara aktif dunia usaha dan kelompok-kelompok masyarakat.

Pengelolaan dapat dilakukan dengan membentuk Badan Otorita yang mempunyai

kewenangan yang memadai. Guna lebih mengoptimalkan pengelolaan Kawasan

Kota Tua dan memberikan insentif yang memadai dalam pelestariannya, dapat

dikembangkan Kawasan Kota Tua sebagai Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK).

Dalam hal ini yang merupakan pengelola kawasan Kota Tua Jakarta

adalah Unit Pengelola Kawasan Kota Tua. Sesuai dengan yang tercantum dalam

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun

2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua Pasal 4 bahwa, unit pengelola mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan Kawasan Kota Tua. Pada pasal 9 mengenai seksi pengembangan Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta mempunyai tugas salah satunya melakukan

Page 23: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

5

koordinasi dengan swasta dan masyarakat untuk berperan serta dalam penataan

dan pengembangan Kawasan Kota Tua.

Provinsi DKI Jakarta memiliki beberapa tempat wisata antara lain Taman

Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan,

Monumen Nasional, Kota Tua Jakarta, dan berbagai museum lainnya. Hal ini

berpengaruh terhadap tingkat pendapatan daerah di Provinsi DKI Jakarta, dengan

banyaknya kunjungan masyarakat lokal, luar daerah maupun luar negeri yang

datang ke Jakarta, maka pendapatan daerah Provinsi DKI Jakarta akan semakin

meningkat. Di antara beberapa tempat pariwisata di DKI Jakarta, lebih banyak

tempat pariwisata yang menawarkan kesenangan atau hiburan, namun hanya

sedikit tempat wisata yang menawarkan pengetahuan, wawasan dan cerita sejarah

di masa lampau seperti di museum-museum yang ada di Kota Tua Jakarta. Hal ini

harus menjadi perhatian penting bagi Pemerintah DKI Jakarta untuk

memperkenalkan dan melestarikan objek wisata seperti Kota Tua Jakarta ini.

Kota Tua Jakarta merupakan suatu wilayah yang termasuk ke dalam Kota

Administrasi Jakarta Barat dan Kota Administrasi Jakarta Utara yang disana

terdapat bangunan-bangunan peninggalan zaman penjajahan Belanda.

Berdasarkan wawancara peneliti kepada narasumber Bapak Ario (29 Tahun)

selaku Staf Seksi Penataan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, Kota Tua pada

zaman dahulu merupakan pusat pemerintahan Belanda pada saat menjajah

Indonesia. Bangunan-bangunan tua tersebut pada saat itu dijadikan gedung-

gedung pemerintahan Hindia Belanda seperti kantor gubernur, penjara bawah

tanah, pengadilan bahkan gereja, dan sampai sekarang ini bangunan-bangunan tua

Page 24: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

6

tersebut telah beberapa kali beralih fungsi dan sampai pada saat ini telah

diresmikan pemerintah untuk dijadikan museum bersejarah. Pada saat ini objek

wisata Kota Tua Jakarta terdapat beberapa museum, antara lain Museum

Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Bank

Mandiri, dan Museum Bank Indonesia.

Daerah Khusus Ibukota Jakarta termasuk daerah yang berpotensi untuk

dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Selain menjadi Ibukota Negara

Republik Indonesia, Kota Jakarta juga dapat menjadi kota tujuan wisata bagi

masyarakat lokal, masyarakat dari luar Jakarta maupun mancanegara. Kota Jakarta

juga harus mampu meningkatkan kunjungan pariwisata di dalam Kota Jakarta itu

sendiri, sehingga Kota Jakarta tidak hanya terkesan buruk oleh masyarakat dari

luar Jakarta yaitu sebagai kota yang macet dan padat penduduk, namun dengan

adanya objek pariwisata yang ditingkatkan maka akan membawa nama baik Kota

Jakarta serta mambawa dampak positif lainnya bagi Kota Jakarta itu sendiri.

Jakarta memiliki banyak aset-aset pariwisata yang sangat potensial untuk

dikembangkan yang nantinya akan berdampak positif terhadap aktivitas ekonomi

daerah.

Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Jakarta ditempatkan sebagai pusat

pemerintahan Hindia Belanda. Sehingga banyak gedung-gedung tua peninggalan

pemerintahan Belanda yang ada di Jakarta dan sekarang dijadikan museum-

museum sebagai objek wisata atau tempat penyimpanan benda-benda bersejarah.

Salah satu objek wisata di Jakarta yaitu Kota Tua. Kota Tua merupakan objek

wisata yang berupa bangunan-bangunan tua serta berbagai museum peninggalan

Page 25: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

7

masa penjajahan belanda. Di Kota Tua itu sendiri terdapat beberapa museum

antara lain: Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum

Wayang, Museum Bank Mandiri, dan Museum Bank Indonesia. Bangunan

museum-museum ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Belanda pada masa

lampau, yang sekarang bangunannya dijadikan museum untuk menyimpan benda-

benda peninggalan masa penjajahan tersebut.

Kawasan Kota Tua Jakarta yang memiliki luas ±846 ha terbagi dalam 5

(lima) zona wilayah, yaitu Zona 1 (satu) adalah Kawasan Pelabuhan Sunda

Kelapa dan sekitarnya, Zona 2 (dua) adalah Kawasan Pusat Kota Lama (Taman

Fatahillah) dan sekitarnya, Zona 3 (tiga) adalah Kawasan Pecinan, Zona 4 (empat)

adalah Kawasan Perkampungan Multi Etnis, dan Zona 5 (lima) adalah Kawasan

Pusat Bisnis Kota Tua. Dalam penelitian ini, peneliti fokus meneliti pada

Kawasan Zona 2 atau Kawasan Pusat Kota Lama (Taman Fatahillah), karena zona

ini merupakan prioritas utama dalam pengembangan Kota Tua Jakarta dalam

waktu dekat.

Pada zona 2 (dua) adalah Kawasan Pusat Kota Lama (Taman Fatahillah)

dan sekitarnya merupakan pusat pengembangan Kawasan Kota Tua Jakarta dan

mempunyai visi misi yaitu memori pusat kota lama, dalam arti mengingatkan

kembali akan sejarah dimasa lampau. Di zona 2 ini terdapat beberapa museum,

diantaranya Museum Fatahillah, Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan

Keramik, Cafe Batavia dan sebagainya. Fungsi kawasan ini adalah lokasi

perkantoran skala besar dan kecil, wisata seni dan budaya, serta tempat pembagian

kluster Pedagang Kaki Lima.

Page 26: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

8

Zona 2 (dua) yaitu Taman Fatahillah dan sekitarnya memiliki luas 443 ha.

Peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan 256,69 ha; perkantoran

87,04 ha; taman 3,69 ha; pertanian 14,10 ha; lahan tidur 13,24 ha; dan lain lain

58,24 ha. Zona 2 (dua) Taman Fatahillah dan sekitarnya termasuk ke dalam

Kecamatan Tamansari, Kelurahan Pinangsia. Masyarakat yang terdekat dengan

Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta adalah masyarakat Kelurahan Pinangsia.

Kelurahan Pinangsia memiliki luas 96 ha dengan jumlah penduduk 16.672 jiwa

dan 3.813 KK.

(Sumber: <http://www.jakarta.go.id> [14/02/2015])

Di zaman modern seperti sekarang ini, dengan banyaknya jumlah

penduduk yang ada di Ibukota Negara Republik Indonesia dan dengan banyaknya

objek-objek wisata yang lebih modern dan lebih menarik banyak bermunculan,

harus diaturnya sedemikian rupa agar objek wisata Kota Tua Jakarta ini tetap

menarik minat pengunjung yang datang dan menjadi tempat kunjungan yang

nyaman ditengah padatnya Kota Jakarta. Pada dasarnya objek wisata Kota Tua ini

sudah cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari data

jumlah pengunjung yang peneliti dapatkan dari 3 (tiga) museum yang ada di

Kawasan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Berdasarkan data pengunjung yang peneliti dapatkan dari narasumber di

museum-museum di Kota Tua Jakarta antara lain: Tahun 2013 dan tahun 2014.

Pada bulan Januari hingga Desember 2013 jumlah pengunjung yang

datang ke Museum Seni Rupa dan Keramik yaitu Wisatawan Nusantara sebanyak

37.536 pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 993 pengunjung, Sekolah

Page 27: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

9

Dasar (SD) sebanyak 7.360 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama

(SLTP) sebanyak 4.508 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

sebanyak 3.246 pengunjung. Jumlah keseluruhan totalnya sebanyak 60.810

pengunjung. Sedangkan pada bulan Januari hingga Desember 2014 jumlah

pengunjung yang datang ke Museum Seni Rupa dan Keramik meningkat yaitu

Wisatawan Nusantara sebanyak 65.490 pengunjung, Wisatawan Mancanegara

sebanyak 1.215 pengunjung, Taman Kanak-kanak (TK) 12.537 pengunjung,

Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11.183 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat

Pertama (SLTP) sebanyak 13.626 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) sebanyak 8.824 pengunjung, mahasiswa 10.471 pengunjung. Jumlah

keseluruhan totalnya sebanyak 123.346 pengunjung.

Selanjutnya pada Museum Sejarah Jakarta, Pengunjung pada tahun 2013

bulan Januari hingga Desember baik wisatawan dari dalam negeri maupun luar

negeri yang datang mengunjungi museum ini, antara lain: Wisatawan Nusantara

sebanyak 120.347 pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 15.182

pengunjung, Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 18.827

pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 9.298

Pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 3.037, Mahasiswa

sebanyak 16.292 pengunjung, Riset 5.948 pengunjung, Tidak Resmi 7.394 orang.

Jumlah keseluruhan pengunjung totalnya sebanyak 196.325 pengunjung.

Sedangkan pengunjung 2014 meningkat, yaitu pada bulan Januari hingga

Desember baik wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang

mengunjungi museum ini, antara lain: Wisatawan Nusantara sebanyak 68.261

Page 28: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

10

pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak 6.560 pengunjung, pelajar

122.896 pengunjung. Mahasiswa 63.391 pengunjung. Resmi 4832 pengunjung.

Jumlah keseluruhan pengunjung totalnya sebanyak 265.940 pengunjung.

Selanjutnya adalah Museum Wayang, Pengunjung di Museum ini pun juga

cukup banyak. Pengunjung pada tahun 2013 pada bulan Januari hingga Desember

baik wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang mengunjungi

museum ini, antara lain: Wisatawan Nusantara sebanyak 133.476 pengunjung,

Wisatawan Mancanegara sebanyak 52.386 pengunjung, Taman Kanak-kanak

(TK) dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 20.148 pengunjung, Sekolah Lanjutan

Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 11.283 Pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas (SLTA) sebanyak 2.328 pengunjung, Mahasiswa sebanyak 23.494

pengunjung, Tidak Resmi 7.364 orang. Jumlah keseluruhan pengunjung totalnya

sebanyak 250.479 pengunjung.

Sedangkan pengunjung tahun 2014 pada bulan Januari hingga Desember

mengalami peningkatan jumlah pengunjung baik wisatawan dari dalam negeri

maupun luar negeri yang datang mengunjungi museum ini, antara lain: Wisatawan

Nusantara sebanyak 254.499 pengunjung, Wisatawan Mancanegara sebanyak

47.198 pengunjung, Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak

37.639 pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingat Pertama (SLTP) sebanyak 4.547

pengunjung, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 1.620 pengunjung,

Mahasiswa sebanyak 15.588 pengunjung, Tidak Resmi 800 orang. Jumlah

keseluruhan pengunjung totalnya sebanyak 361.881 pengunjung.

Page 29: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

11

Penjabaran jumlah pengunjung dimasing-masing museum

menggambarkan bahwa jumlah pengunjung yang datang ke Museum Seni Rupa

dan Keramik, Museum Fatahillah dan Museum Wayang pada tahun 2013 dan

tahun 2014 cukup banyak dan mengalami peningkatan. Hal ini menandakan

jumlah pengunjung yang datang ke Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

sebanyak jumlah pengunjung yang datang ke museum atau bahkan melebihi

jumlah pengunjung di museum-museum tersebut.

Dalam pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta melibatkan beberapa

pihak yang terkait, diantaranya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, Satuan Polisi Pamong Praja

Kecamatan Tamansari, pihak pengelola museum-museum serta melibatkan

masyarakat atau komunitas-komunitas yang ada disekitar Objek Wisata Kota Tua

Jakarta, khususnya yaitu masyarakat Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari.

Komunitas-komunitas yang berada di Kota Tua Jakarta berasal dari dalam

masyarakat Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari maupun berasal dari luar

daerah. Hal ini dikarenakan adanya masyarakat urban yang datang ke daerah

kawasan Kota Tua Jakarta, bertempat tinggal disana dan ikut menjadi komunitas

di Kota Tua Jakarta. Manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini

sangat diperlukan dan sangat diperhatikan bagaimana pelaksanaannya, karena

apabila manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta tidak dilakukan

dengan baik maka akan menambah masalah untuk Kota DKI Jakarta itu sendiri.

Manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini juga

melibatkan masyarakat yang ada disekitar Kawasan Objek Wisata Kota Tua

Page 30: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

12

Jakarta. Masyarakat merupakan aspek yang sangat penting dalam pengelolaan

Objek Wisata ini, karena dengan adanya masyarakat yang ikut serta dan terlibat

langsung dalam pengelolaan Kota Tua Jakarta, maka pengelolaan itupun akan

dilaksanakan dengan bantuan masyarakat yang ikut berpartisipasi dan menjaga

kelestarian Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Pengelolaan Kawasan Kota Tua dilakukan secara terpadu lintas sektoral

dan wilayah serta melibatkan secara aktif dunia usaha dan kelompok-kelompok

masyarakat. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi penataan Kawasan Kota

Tua, setiap individu masyarakat berhak untuk berpartisipasi aktif dan memberikan

aspirasinya untuk kemajuan dan percepatan pengembangan Kawasan Kota Tua

Jakarta. Dalam hal ini masyarakat merupakan orang perseorangan, kelompok

orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku

kepentingan non pemerintah lainnya dalam penataan ruang. Peran masyarakat

merupakan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. (Sumber: Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 36 Tahun 2014)

Manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini tidak hanya

melibatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saja, melainkan melibatkan pihak

swasta, masyarakat sekitar maupun wisatawan. Dalam hal ini Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,

Walikota Administrasi Jakarta Barat dan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua.

Untuk pihak swasta yang ikut dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta adalah PT. Jasindo, PT. Pembangunan Kota Tua Jakarta

Page 31: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

13

(Konsorsium) dan juga bekerja sama dengan Pihak UNESCO ASEAN serta

dibantu pula oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO). Dalam

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta juga ikut melibatkan

masyarakat yaitu diantaranya komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Taman

Fatahillah, Lembaga Swadaya Masyarakat, pedagang kaki lima yang ada di

sekitar Kawasan Taman Fatahillah serta wisatawan yang datang ke Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Selain banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta, banyak juga kumpulan-kumpulan kelompok atau komunitas

yang ada di sekitar kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Komunitas

merupakan sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang

seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar

para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.

Komunitas dapat dikatakan juga sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme

yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki

maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah

kondisi lain yang serupa. (Sumber: <http://books.google.co.id> [20/02/2015])

Dalam hal ini masyarakat yang ikut terlibat langsung dalam manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta adalah komunitas-komunitas yang

ada di Taman Fatahillah, masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Tua Jakarta, dan

juga pedagang-pedagang yang ada disekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta yang

juga merupakan masyarakat sekitar serta wisatawan yang datang berkunjung.

Page 32: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

14

Komunitas-komunitas yang ada di kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini

dinaungi oleh Local Working Group (LWG) dan dibina oleh Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua Jakarta. Pada awal terbentuknya Local Working Group

(LWG) berjumlah 79 komunitas, kemudian semakin lama semakin berkurang

sampai sekarang jumlahnya sebanyak 32 komunitas. Hal ini dikarenakan

komunitas-komunitas yang sebelumnya diseleksi lagi oleh Pihak Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua sesuai dengan unsur-unsur kebudayaan Kota Tua atau unsur

sejarah. Komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta ini ikut memberikan kontribusi dalam meramaikan Kawasan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta.

Berdasarkan data yang peneliti dapat dari Pihak Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua dari 32 komunitas yang ada saat ini terdapat beberapa kelompok bidang

yaitu diantaranya:

Page 33: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

15

Gambar 1.1 Kelompok Komunitas

Bidang Pendidikan 1. Gerakan Pramuka Museum Mandiri

2. Forum Indonesia Membaca

3. Komunitas Jelajah Budaya

Bidang Seni 1. Marching Band Museum

2. Barongsai dan Tanjidor Museum Mandiri

3. Musisi Lesehan

4. Pengamen Kota Tua

5. Paguyuban Onthel Wisata Fatahillah

6. Indonesia Community Art (ICA)

7. Komunitas Lorong Rupa

Bidang Keagamaan 1. Rhuha Fatahillah

Bidang Kesejarahan 1. Komunitas Manusia Batu

2. Komunitas Tempoe Doeloe

3. Trem Kota Tua

4. Sahabat Kota Tua

(Sumber: Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, 2015)

Page 34: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

16

Berdasarkan wawancara peneliti kepada Bapak Rizal sebagai Bendahara

Komunitas Manusia Batu, komunitas berperan penting dalam kegiatan wisata di

Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Komunitaslah yang menghidupkan

suasana di Kawasan Kota Tua Jakarta. Dengan adanya komunitas, pengunjung

dapat menikmati berbagai macam seni maupun budaya yang dibawakan oleh

komunitas tersebut, bahkan dapat menggunakannya. Seperti komunitas Sepeda

Ontel, pengunjung dapat menggunakan sepeda ontel tersebut untuk berkeliling di

Taman Fatahillah yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Berdasarkan observasi dan wawancara bahwa adanya komunitas-

komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta disamping

memberikan kontribusi dalam meramaikan Kawasan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta, komunitas-komunitas yang ada juga mengharuskan pemerintah ataupun

pengelola Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta untuk mengatur dan

mengelolanya, karena apabila komunitas-komunitas ini tidak diatur oleh

pemerintah, banyak komunitas-komunitas yang masuk di Kawasan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta tanpa seizin pihak pengelola. Menurut wawancara dan observasi

awal peneliti ada beberapa komunitas yang berada di Kawasan Taman Fatahillah

Objek Wisata Kota Tua Jakarta yang masuk tanpa seizin pihak pengelola dan

tidak sesuai dengan kriteria yang diharuskan pengelola untuk menjadi komunitas

di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta dan berkontribusi di dalamnya.

Peneliti pun menarik meneliti mengenai Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat ini karena masyarakat atau dalam

hal ini adalah komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta ini berbeda dengan

Page 35: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

17

ditempat-tempat lain yaitu adanya Komunitas Manusia Batu yang menyerupai

penjajah maupun pejuang pada masa penjajahan zaman dahulu, namun tidak

bergerak seperti batu, ada juga Komunitas Lorong Rupa yang merupakan suatu

tempat di Sekitar Taman Fatahillah yang memamerkan hasil kreativitas para

seniman, seperti lukisan dan gambar-gambar tentang penjajahan zaman dahulu.

Masih banyak komunitas-komunitas lain yang ada di Kota Tua Jakarta yang

kental dengan unsur sejarah dan suasana tempo dulu.

Adanya komunitas-komunitas ini membuat suasana di Sekitar Kawasan

Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta semakin hidup dan menyenangkan, karena

komunitas-komunitas yang ada di sekitar Taman Fatahillah dapat menghibur

pengunjung dan dapat dinikmati oleh pengunjung, seperti Komunitas Sepeda

Onthel. Pengunjung dapat menyewa sepeda onthel yang disediakan oleh

Komunitas Sepeda Onthel. Komunitas-komunitas yang ada berperan penting

untuk meramaikan suasana di Kota Tua Jakarta, karena setelah museum-museum

yang ada di Sekitar Taman Fatahillah tutup, pengunjung bisa menikmati

komunitas-komunitas yang ada disekeliling Taman Fatahillah. Komunitas-

komunitas yang ada di Taman Fatahillah juga mempengaruhi baik atau tidaknya

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Apabila komunitas-

komunitas yang ada dibina dengan baik, maka manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua dapat dikatakan baik, dan sebaliknya. Namun dibalik adanya

beberapa komunitas-komunitas di Kota Tua Jakarta ada masalah-masalah yang

muncul terkait dengan komunitas-komunitas yang ada.

Page 36: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

18

Adapun masalah yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu: Pertama,

mengenai manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis

masyarakat. Dalam hal ini komunitas di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

ikut serta dalam pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta agar Kawasan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta dapat menjadi Kawasan yang rapi dan teratur, namun

menurut wawancara yang peneliti lakukan kepada salah satu anggota komunitas,

ada beberapa komunitas yang masuk di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

tanpa seizin pihak pengelola dan tidak sesuai dengan kriteria yang diharuskan

pengelola untuk menjadi komunitas di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

dan berkontribusi di dalamnya. Hal ini juga terkait dengan perencanaan yang telah

direncanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, perencanaan yang telah ditetapkan dalam

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta terkait dengan

keterlibatan masyarakat.

Kedua, pengorganisasian komunitas-komunitas yang kurang baik, terlihat

dari jumlah komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta semakin berkurang dari yang

sebelumnya. Jumlah komunitas yang pada awalnya terdapat 79 komunitas,

jumlahnya kemudian berkurang sampai sekarang jumlahnya sebanyak 32

komunitas. Hal ini dikarenakan pihak pengelola komunitas di Kawasan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta yaitu Local Working Group dan Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua mengharuskan adanya unsur sejarah ataupun hal-hal yang terkait dengan

ciri khas Kota Tua atau hal-hal dizaman penjajahan, seperti Komunitas Manusia

Batu dan Komunitas Sepeda Ontel, karena beberapa komunitas baru yang berada

Page 37: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

19

di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta berupa Komunitas Badut dan komunitas

yang menyerupai hantu. Sebagian besar anggota komunitas-komunitas yang ada

di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta berasal dari masyarakat di Kelurahan

Pinangsia, Kecamatan Tamansari dan masyarakat urban yang berasal dari luar

Kota Jakarta dan bertempat tinggal di sekitar Kelurahan Pinangsia, Kecamatan

Tamansari.

Ketiga, tidak tegasnya aturan yang mengatur tentang komunitas yang

berada di Kota Tua dan tidak adanya sanksi yang tegas terhadap peraturan yang

berlaku serta pelanggaran yang terjadi terhadap komunitas atau pedagang yang

ada di Taman Fatahillah. Hal ini terlihat dari adanya beberapa komunitas yang

masuk ke dalam wilayah Taman Fatahillah tanpa seizin Pihak Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua yaitu masyarakat urban yang menjadi komunitas namun tidak

sesuai dengan unsur sejarah Kota Tua Jakarta dan tidak izin terlebih dahulu

kepada Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta. Manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta juga memerlukan pengarahan yang dilakukan kepada

masyarakat untuk menertibkan dan mengatur keberadaan masyarakat dalam

keterlibatannya dengan manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta,

sehingga manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta yang dilakukan

dapat berjalan dengan baik.

Keempat, kurangnya koordinasi antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta dengan

masyarakat. Hal ini berdasarkan wawancara dengan beberapa komunitas yang

tidak mengetahui program atau perencanaan yang sedang dilakukan oleh UPK

Page 38: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

20

Kota Tua dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta untuk Kota

Tua. Oleh karena itu peneliti juga meneliti mengenai koordinasi yang dilakukan

antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua, Local Working Group serta pihak pengelola museum dengan

masyarakat ataupun komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta dalam mengelola Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Kelima, kurangnya pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh

para komunitas yang ada. Hal ini terkait dengan kenyamanan pengunjung yang

datang ke Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, yaitu apabila terjadi tindak

kejahatan seperti copet atau jambret, selain itu pengamen-pengemen yang ada di

Kota Tua Jakarta juga harus diawasi agar tidak memaksa pengunjung untuk

memberikan uang. Tanpa adanya pengawasan terhadap komunitas-komunitas

yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta maka dapat mengganggu

kenyamanan pengunjung apabila ada komunitas yang mengganggu kenyamanan

pengunjung. Dalam hal ini peneliti juga membahas pengawasan yang dilakukan

oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dengan Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua kepada masyarakat, khususnya terhadap komunitas-

komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Karena itu peneliti merasa perlu adanya pengkajian lebih lanjut terkait

dengan bagaimana Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

Berbasis Masyarakat. Sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan

permasalahan yang ada didalam lingkup manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta.

Page 39: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

21

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, dapat

ditemukan beberapa identifikasi masalah yaitu:

1. Beberapa komunitas yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta tidak

sesuai dengan unsur-unsur Kota Tua Jakarta atau kesejarahan

2. Pengorganisasian komunitas-komunitas yang kurang baik, terlihat dari

jumlah komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta semakin berkurang dari

yang sebelumnya.

3. Tidak tegasnya aturan dan sanksi terhadap komunitas dan pedagang yang

ada di Taman Fatahillah.

4. Kurangnya koordinasi antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta dengan

masyarakat.

5. Kurangnya pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh para

komunitas yang ada.

1.3 Batasan Masalah

Dari latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya,

diperlukan pembatasan masalah dalam penelitian ini guna lebih mempersempit

masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat.

Page 40: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

22

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah diatas, maka

rumusan masalah yang menjadi kajian peneliti yaitu:

1. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta?

2. Bagaimana proses keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan terkait

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

3. Bagaimana fungsi masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat ini

adalah:

1. Untuk mengetahui keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta

2. Untuk mengetahui proses keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan

terkait manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta

3. Untuk mengetahui fungsi masyarakat dalam manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat

Page 41: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

23

1.6 Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dilakukan untuk dapat digeneralisasikan dan diharapkan

memberikan feedback atau manfaat yang baik bagi bidang yang berhubungan

dengan penelitian ini. Maka, manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini

yang berjudul manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis

masyarakat ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan

dan pengetahuan, dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan,

serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat

ini, serta dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Secara Praktis

Manfaat penelitian untuk kepentingan praktis yaitu untuk membantu

pemberian informasi mengenai Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta yang

merupakan aset bagi Kota Jakarta, serta mengenai manajemen dan

pengelolaannya yang berbasis masyarakat. Selain itu penelitian ini diharapkan

sebagai bahan pertimbangan para pengambil kebijakan, dalam hal ini yaitu

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua. Diharapkan juga penelitian ini dapat mengembangkan

kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama

mengikuti pendidikan selama di program studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 42: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

24

Serta karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi

pembaca dan peneliti selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan menjelaskan tentang isi satu per satu dari bab

1 (satu) sampai dengan bab 5 (lima) secara singkat, padat dan jelas.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan

kedudukan permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara

induktif, dari ruang lingkup yang paling spesifik hingga kemasalah

yang lebih umum, yang relevan dengan judul skripsi.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah akan memperjelas aspek permasalahan yang

muncul dan berkaitan dengan variabel yang akan diteliti. Identifikasi

masalah dapat diajukan dan bentuk pertanyaan atau penyataan.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah akan lebih mempersempit masalah yang akan diteliti.

Sehingga objek penelitian, subjek penelitian, lokus penelitian, hingga

periode penelitian secara jelas termuat.

Page 43: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

25

1.4 Rumusan Masalah

Bagian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah secara implisit dan

tepat atas aspek yang akan diteliti seperti terpapar dalam latar belakang

masalah dan pembatasan masalah.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin

dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan

yang sudah dirumuskan sebelumnya.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari

diadakannya penelitian ini.

1.7 Sistematika Penulisan

Menjelaskan secara singkat mengenai isi dari masing-masing sub judul

dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan

dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan

memperoleh konsep penelitian yang jelas.

Page 44: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

26

2.2 Penelitian Terdahulu

Sub bab ini berisi tentang penelitian-penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh peneliti lain sebagai perbandingan.

2.3 Kerangka Berfikir Penelitian

Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari landasan teori.

2.4 Asumsi Dasar

Sub bab ini menggambarkan anggapan dasar peneliti sebagai

kelanjutan dari kerangka berfikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Instrumen Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data.

3.3 Informan Penelitian

Dalam sub bab ini menjelaskan informan penelitian yang mana yang

akan memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai

dengan sifat data yang diteliti.

Page 45: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

27

3.5 Teknik Analisis Data

Menjelaskan mengenai cara menganalisa data yang dilakukan dalam

penelitian.

3.6 Uji Keabsahan Data

Menjelaskan mengenai keabsahan data dalam penelitian.

3.7 Jadwal Penelitian

Memberikan informasi mengenai waktu pelaksanaan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan mengenai objek penelitian yang meliputi alokasi

penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel

(dalam penelitian ini menggunakan istilah informan) yang telah

ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan data penelitian dengan menggunakan teori yang sesuai

dengan kondisi di lapangan.

4.3 Temuan Lapangan

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil

penelitian.

Page 46: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

28

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan

mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan

serta asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran

praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih

mengarah pada pengembangan konsep atau teori.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi.

LAMPIRAN

Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.

Page 47: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian ini, yang berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi

panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang

mendukung masalah penelitian ini mengenai Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat, diantaranya adalah teori

manajemen, pengelolaan, organisasi, dan pemerintahan.

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu

kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”, sedangkan pelaksanaannya disebut

manager atau pengelola. Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat

diraba. Ia berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu, yang biasanya

diungkapkan dengan istilah-istilah “objective” atau hal-hal yang nyata usaha-

usaha kelompok itu memberi sumbangannnya kepada pencapaian-pencapaian

khusus itu. Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena ia

tidak dapat dilihat, tetapi hanya terbukti oleh hasil-hasil yang ditimbulkannya

Page 48: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

30

“output” atau hasil kerja yang memadai, kepuasan manusiawi dan hasil-hasil

produksi serta jasa yang lebih baik. (Terry dan Rue 2009:1).

Dalam Terry dan Rue (2009:5) ada beberapa pendekatan utama dalam

manajemen, antara lain:

1. Proses Pendekatan Operasional

Manajemen dianalisa dari sudut pandang apa yang diperbuat

seorang manajer untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang manajer.

Kegiatan-kegiatan itu atau fungsi-fungsi dasar kedalam mana para manajer

terlibat, membentuk suatu proses yang dinamakan proses manajemen.

Pendekatan proses itu memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dasar

manajemen. Proses pendekatan itu banyak digunakan, karena ia sangat

menolong dalam mengembangkan pemikiran manajemen dan membantu

menentukan bentuk manajemen dalam ketentuan-ketentuan yang mudah

dipahami.

2. Pendekatan Perilaku Manusia

Inti pendekatan ini adalah perilaku manusia. Hal itu memberi

manajemen metode-metode dan konsep ilmu-ilmu sosial yang

bersangkutan, khususnya psikologi dan antropologi. Penekanan diberikan

kepada hubungan-hubungan antara perorangan serta dampaknya. Pada

manajemen, individu dipandang sebagai makhluk sosio-psikologis. Seni

manajemen diberi penekanan dan seluruh bidang hubungan manusia

dipandang dalam istilah-istilah manajemen. Sebagian orang memandang

manajer itu sebagai pemimpin dan memperlakukan semua kegiatan-

kegiatan orang yang dipimpinnya sebagai keadaan-keadaan managerial.

Pengaruh lingkungan dan dampak yang memberi motivasi pada perilaku

manusia diberikan dalam seluruh penelitian. Karena tidak dapat

dipertanyakan bahwa pengelolaan melibatkan perilaku manusia dan

interaksi manusia, maka tidak diragukan bahwa tujuan-tujuan nyata dari

aliran ini sudah memadai, dan sumbangan-sumbangannya memberi

manfaat kepada penelitian manajemen.

3. Pendekatan Sistem Sosial

Para pendukung pendekatan ini manajemen sebagai suatu sistem

sosial, atau dengan perkataan lain, sebagai suatu sistem interelasi budaya.

Ia berorientasi secara sosiologis, berurusan dengan berbagai kelompok

sosial dan hubungan-hubungan budayanya serta berusaha menyatukan

kelompok-kelompok ini ke dalam suatu sistem sosial. Suatu organisasi

dianggap sebagai sebuah organisme sosial, takluk kepada segala

pertentangan dan interaksi para anggotanya. Pendekatan ini

memperhitungkan kelahiran, manfaat dan fungsi suatu “organisasi

informal”, yang dianggap tumbuh menjadi sesuatu, terutama sekali sebagai

akibat kekuatan-kekuatan sosial. Ia juga memperhitungkan pertimbangan-

pertimbangan etika, pengaruh masyarakat, serikat-serikat kerja dan

Page 49: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

31

pemerintah. Hasil bersih dari pendekatan sistem sosial adalah terbatasnya

kekuatan paham sosiologis ke dalam penelitian dan teori manajemen.

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-

fungsi manajemen itu tadi. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan 2009:1).

Dalam Hasibuan (2009:2) pengertian manajemen menurut para ahli antara

lain:

Menurut Sikula Andrew F. Sikula:

“Management in general refers to planning, organizing, controlling,

staffing, leading, motivating, communicating, and decision making

activities performed by any organization in order to coordinate the varied

resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some

product or service”. (manajemen pada umumnya dikaitkan dengan

aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,

penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien).

Menurut G.R Terry:

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing,

actuating and controlling performed to determine and accomplish stated

objectives by the use of human being and other resources”. (manajemen

adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya).

Page 50: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

32

Selanjutnya dalam Hasibuan (2009:3) pengertian manajemen menurut

Harold dan O’Donnel (2001) sebagai berikut:

“Management is getting things done through people. In bringing about

this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans,

organizes, staffs, direct, and control the activities other people”.

(Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan

orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas

sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).

Menurut Handoko (2009:10) mendefinisikan bahwa:

“Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan

menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran

organisasi yang ditetapkan.”

Berdasarkan beberapa definisi para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa

manajemen adalah serangkaian proses, mulai dari tahap perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sehingga sampai pada tahap

pengendalian yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau perusahaan untuk

mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga organisasi atau perusahaan

tersebut mendapatkan target, sasaran ataupun tujuan yang telah ditetapkan

didalam organisasi atau perusahaan tersebut.

2.1.2 Pentingnya Manajemen

Dalam Hasibuan (2009:3), pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas

(fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan

pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab.

Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka

Page 51: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

33

terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam

organisasi ini, maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan

dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.

Dalam Hasibuan (2009:3) pada dasarnya manajemen itu penting, sebab:

1. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga

diperlukan pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam

penyelesaiannya.

2. Perusahaan akan dapat berhasil baik, jika manajemen

diterapkan dengan baik.

3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil

guna semua potensi yang dimiliki.

4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-

pemborosan.

5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan

dengan memanfaatkan men, money, methods, machine,

materials, market (6M) dalam proses manajemen tersebut.

6. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.

7. Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.

8. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.

9. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama

sekelompok orang.

Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untuk mengatur semua

kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintahan

dan lain sebagainya. Dengan manajemen yang baik maka pembinaan kerja sama

akan serasi dan harmonis, saling menghormati dan mencintai, sehingga tujuan

optimal akan tercapai. Begitu pentingnya peranan manajemen dalam kehidupan

manusia mengharuskan kita mempelajari, menghayati dan menerapkannya demi

hari esok yang lebih baik.

Page 52: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

34

2.1.3 Prinsip Manajemen

Menurut Handoko (2009:22) prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau

pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap

manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip

manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja

diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas:

1. Pembagian kerja yang berimbang

Dalam membagi-bagikan tugas dan jenisnya kepada semua kerabat

kerja, seorang manajer hendaknya bersifat adil, yaitu harus bersikap sama

baik dan memberikan beban kerja yang berimbang.

2. Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas.

Setiap kerabat kerja atau karyawan hendaknya diberi wewenang

sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan

mempertanggung jawabkannya kepada atasan secara langsung.

3. Disiplin

Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan

nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan

tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu

kerja) yang telah ditetapkan.

4. Kesatuan perintah

Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima

satu jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala

seksi/kepala bagian), bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa

menjadi atasan para karyawan/kerabat kerja tersebut.

5. Kesatuan arah

Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin

oleh seorang atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerja yang

sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan). Jika prinsip ini tidak

dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara para kerabat

kerja/karyawan. Ada yang diberi tugas yang banyak dan ada pula yang

sedikit, padahal mereka memiliki kemampuan yang sama. Manajemen

adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan

demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:

a. Ada tujuan yang hendak dicapai

b. Ada pemimpin (atasan)

c. Ada yang dipimpin (bawahan)

d. Ada kerja sama.

Page 53: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

35

Prinsip-prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Handoko diatas terkait

dengan penelitian ini yaitu mengenai manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta berbasis masyarakat. Selanjutnya akan dilihat prinsip-prinsip

manajemen yang digunakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta dalam mengelola objek wisata Kota Tua Jakarta sudah sesuai dengan teori

manajemen yang ada atau belum. Dalam penelitian ini pemberian wewenang yang

mengelola dan mengatur objek wisata Kota Tua adalah Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua Jakarta yang diberikan wewenang oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Manajemen

Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan yang

ingin dicapai. Tujuan individu adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya berupa materi dan nonmateri dari hasil kerjanya. Tujuan organisasi

adalah mendapatkan laba (business organization) atau pelayanan/pengabdian

(public organization) melalui proses manajemen itu. (Hasibuan, 2009:17).

Dalam Hasibuan (2009:38) pembagian fungsi-fungsi manajemen menurut

beberapa ahli manajemen, diantaranya yaitu:

1. Menurut G.R. Terry

a. Planning;

b. Organizing;

c. Actuating;

d. Controlling.

Page 54: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

36

2. Menurut Henry Fayol

a. Planning;

b. Organizing;

c. Commanding;

d. Coordinating;

e. Controlling.

3. Menurut DR. S.P. Siagian

a. Planning;

b. Organizing;

c. Motivating;

d. Controlling;

e. Evaluating.

4. Menurut Luther Gullick

a. Planning;

b. Organizing;

c. Staffing;

d. Directing;

e. Coordinating;

f. Reporting;

g. Budgeting.

5. Menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel

a. Planning;

b. Organizing;

c. Staffing;

d. Directing;

e. Controlling.

Dalam penelitian ini, fungsi-fungsi manajemen yang digunakan adalah

fungsi manajemen menurut Henry Fayol dalam Hasibuan (2009:38) yaitu:

Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding

(Pengarahan), Coordinating (Pengkoordinasian), dan Controlling (Pengawasan).

Page 55: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

37

Fungsi - Fungsi manajemen menurut Henry Fayol dalam Hasibuan (2009:

40) adalah sebagai berikut:

l) Fungsi perencanaan

Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses pengambilan

keputusan yang merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan atau tindakan-

tindakan ekonomis dan efektif pada waktu yang akan datang. Proses ini

memerlukan pemikiran tentang apa yang perlu dikerjakan, bagaimana dan

dimana suatu kegiatan perlu dilakukan serta siapa yang bertanggungjawab

terhadap pelaksanaannya.

2) Fungsi pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses

menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan

faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan

diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.

3) Fungsi pengarahan

Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang mengatur

tindakan-tindakan agar betul-betul dilaksanakan. Oleh karena tindakan-

tindakan itu dilakukan oleh orang, maka pengarahan meliputi pemberian

perintah-perintah dan motivasi pada personalia yang melaksanakan

perintah-perintah tersebut.

4) Fungsi pengkoordinasian

Suatu usaha yang terkoordinir ialah dimana kegiatan karyawan itu

harmonis, terarah dan diintegrasikan menuju tujuan-tujuan bersama.

Koordinasi dengan demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar

diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

5) Fungsi pengawasan

Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan

sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam rencana.

Sehingga pengawasan membawa kita pada fungsi perencanaan. Semakin

jelas, lengkap serta terkoordinir rencana-rencana tersebut maka

manajemen yang dilakukan dikatakan baik.

Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemen

yang dilakukan. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan

teratur, dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan

melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Serangkaian tahapan

kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya

tujuan kegiatan atau pekerjaan.

Page 56: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

38

2.1.4.1 Fungsi Perencanaan

Dalam Terry dan Rue (2009: 43) perencanaan adalah proses memutuskan

tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang

dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Dalam Hasibuan

(2009:91) perencanaan adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena

organizing, commanding, coordinating dan controlling pun harus terlebih dahulu

direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis. Perencaaan ini ditujukan pada

masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi

dan situasi.

Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa depan. Agar resiko yang

ditanggung itu relatif kecil, hendaknya semua kegiatan, tindakan, dan kebijakan

direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini adalah masalah “memilih”, artinya

memilih tujuan, dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut dari beberapa

alternatif yang ada. Tanpa alternatif, perencanaan pun tidak ada. Perencanaan

merupakan kumpulan dari beberapa keputusan.

Dalam Hasibuan (2009:95) terdapat beberapa maksud dari perencanaan

antara lain:

1. Perencanaan adalah salah satu fungsi manajer yang meliputi seleksi atas

alternatif-alternatif tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-

prosedur, dan program-program.

2. Perencanaan pada asasnya adalah memilih dan persoalan perencanaan

timbul, jika suatu alternatif cara bertindak ditemukan.

3. Perencanaan, sebagian besar merupakan usaha membuat hal-hal terjadi

sebagaimana yang dikehendaki.

4. Perencanaan adalah suatu proses pemikiran, penentuan tindakan-tindakan

secara sadar berdasarkan keputusan-keputusan menyangkut tujuan, fakta,

dan ramalan.

5. Perencanaan adalah usaha menghindari kekosongan tugas, tumpang tindih,

dan meningkatkan efektivitas potensi yang dimiliki.

Page 57: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

39

Dalam Hasibuan (2009:95) tujuan dari perencanaan antara lain:

1. Perencanaan bertujuan untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan,

prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan

yang efektif dalam mencapai tujuan.

2. Perencanaan bertujuan untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena

semua potensi yang dimiliki terarah dengan baik kepada tujuan.

3. Perencanaan adalah satu usaha untuk memperkecil resiko yang dihadapi

pada masa yang akan datang.

4. Perencanaan menyebabkan kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur dan

bertujuan.

5. Perencanaan memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang

seluruh pekerjaan.

6. Perencanaan membantu penggunaan suatu alat pengukuran hasil kerja.

7. Perencanaan menjadi suatu landasan untuk pengendalian.

8. Perencanaan merupakan usaha untuk menghindari mismanagement dalam

penempatan karyawan.

9. Perencanaan membantu peningkatan daya guna dan hasil guna organisasi.

Berdasarkan beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan perencanaan

adalah rangkaian kegiatan yang disusun untuk menjalankan fungsi-fungsi

manajemen yang lain. Kegiatan-kegiatan yang disusun bertujuan untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditentukan. Dalam perencanaan juga melibatkan

stakeholder-stakeholder dalam organisasi, agar kegiatan tersebut juga dapat

tersosialisasi kepada anggota-anggota organisasi sehingga kegiatan yang akan

dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Dalam penelitian ini akan dilihat perencanaan yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, serta Unit Pengelola Kawasan Kota

Tua sebagai pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta. Akan dilihat proses dari

perencanaan tersebut, program apa saja yang dilakukan dalam perencanaan dan

siapa saja yang terlibat dalam perencanaan tersebut.

Page 58: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

40

2.1.4.2 Fungsi Pengorganisasian

Dalam Terry dan Rue (2009:82) Organizing atau mengorganisir adalah

proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan

penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer, yang mempunyai kekuasaan,

yang perlu untuk mengawasi anggota-anggota kelompok. Pengorganisasian

dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang

diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat

dilaksanakan dengan berhasil. Sebenarnya, manusia adalah yang paling terdepan

dalam pentingnya dan perhatian. Dengan cara mengorganisir, orang-orang

dipersatukan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang saling berkaitan. Tinjauan

teratas dari “organizing” adalah untuk membantu orang-orang dalam bekerja

bersama-sama secara efektif. Mengorganisir perlu karena kerja yang akan

dilakukan adalah terlampau banyak untuk ditangani oleh seorang perorangan saja.

Karena itulah, diperoleh pembantu-pembantu, dan diciptakan masalah

memperoleh kegiatan kelompok yang efektif. Banyak otak, tangan dan kecakapan

yang mungkin dihimpun, dan semuanya ini harus dikoordinasikan tidak saja untuk

menyelesaikan pekerjaan yang ditentukan, tetapi juga dengan cara yang paling

efektif.

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal

dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Seperti telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen, Pengorganisasian adalah

merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan Pengorganisasian didefinisikan

Page 59: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

41

sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-

tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.

Pengorganisasian sebagai fungsi dari manajemen, meliputi :

a. Organisasi Formal

Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang

mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan

hubungan kerja yang rasional.

b. Organisasi Informal

Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang

telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.

Berdasarkan beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan

pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia

dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi untuk menjalankan rencana

yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan bersama. Pengorganisasian

merupakan sebuah aktivitas penataan sumber daya manusia yang tepat dan

bermanfaat bagi manajemen, sehingga menghasilkan apa yang telah diharapkan.

Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber

daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki organisasi untuk

menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan organisasi.

Dengan kata lain pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan

dengan pembagian tugas. Pengorganisasian mempermudah pemimpin dalam

melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat

dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang

harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa

Page 60: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

42

yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan keputusan apa yang harus

diambil.

Dalam penelitian ini akan dilihat bentuk pengorganisasian yang dilakukan

oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua dan pihak pengelola museum-museum sebagai pengelola

Kawasan Kota Tua Jakarta serta pengorganisasian didalam masyarakat atau

komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta dalam melakukan manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

2.1.4.3 Fungsi Pengarahan

Dalam Terry dan Rue (2009:181) “Directing” atau pengarahan adalah

mengintegrasikan usaha-usaha anggota suatu kelompok, sehingga dengan

selesainya tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan-

tujuan individual dan kelompok. Semua usaha kelompok memerlukan

pengarahan, kalau usaha itu ingin berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan

kelompok. Setiap anggota itu haruslah mempunyai informasi yang diperlukan

untuk melakukan tugas yang diserahkan. Untuk itu, rencana-rencana yang baik

haruslah diberitahukan kepada semua anggota dalam bentuk instruksi-instruksi

dan perintah-perintah yang diakui secara resmi.

Pengarahan yang baik bukanlah kediktatoran, seorang pegawai harus

diberi informasi yang diperlukan mengenai kuantitas, kualitas, dan batas-batas

pemakaian waktu pekerjaannya. Adat dan kebiasaan mempengaruhi pengarahan.

Manajer atau pemimpin adalah orang yang harus memilih dan mengintegrasikan

Page 61: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

43

pegawai untuk pekerjaan yang ditangani. Manajer atau pemimpin itu berada

dalam posisi untuk banyak mempengaruhi perilaku dari anggota-anggota

kelompok.

Dalam Terry dan Rue (2009:186) sebuah bagian penting dari pengarahan

adalah memberikan perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk. Perintah dan

petunjuk dapat dimulai, diberhentikan atau membetulkan suatu kegiatan. Semua

itu digunakan oleh para manajer sebagai alat pengarah, sebuah aturan adalah

dalam sifat perintah, yang mengharuskan seorang bawahan untuk bertindak

dengan cara tertentu dalam suatu keadaan tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti menyimpulkan pengarahan

adalah sebuah perintah atau arahan yang diberikan oleh pimpinan kepada

bawahan. Arahan yang diberikan dapat mempengaruhi kegiatan yang dilakukan

oleh bawahan dan tentunya akan mempengaruhi tujuan dari perencanaan yang

telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini akan dilihat bentuk pengarahan yang dilakukan oleh

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua Jakarta, pihak pengelola museum yang ada di Taman Fatahillah dan

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Tamansari kepada masyarakat

dalam melakukan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Bentuk pengarahan yang dilakukan serta dampak dari pengarahan yang telah

diberikan.

Page 62: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

44

2.1.4.4 Fungsi Pengkoordinasian

Dalam Hasibuan (2009:85) definisi-definisi koordinasi yang dikemukakan

para ahli adalah sebagai berikut:

a. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan

Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan

mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para

bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.

b. Menurut E.F.L. Brech

Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan

memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing

dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang

semestinya diantara para anggota itu sendiri.

c. Menurut G.R. Terry

Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan

untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada

sasaran yang telah ditentukan.

d. Menurut Dr. Awaluddin Djamin, M.P.A.

Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit

dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat

saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi.

2.1.4.4.1 Tipe-Tipe Koordinasi

Dalam Hasibuan (2009:86) tipe-tipe koordinasi ada dua, yaitu:

1. Koordinasi vertikal (vertical coordination) adalah kegiatan-kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-

unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung

jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di

bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara

relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada

aparat yang sulit diatur.

2. Koordinasi horizontal (horizontal coordination) adalah

mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan,

pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan,

pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat

organisasi (aparat) yang setingkat.

Page 63: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

45

Sifat-sifat koordinasi:

1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator

(manajer) dalam rangka mencapai sasaran.

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas koordinasi adalah asas skala, artinya koordinasi itu dilakukan

menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan

jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hierarki ini

bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi bawahan langsungnya.

Tujuan Koordinasi:

1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke

arah tercapainya sasaran perusahaan.

2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan.

3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan.

4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.

5. Untuk mengintegrasikan tindakan dan memanfaatkan 6M ke arah sasaran

organisasi atau perusahaan.

6. Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti menyimpulkan

pengkoordinasian adalah keterkaitan antara satu lembaga dengan lembaga lain

yang saling bersangkutan, atau antara stakeholder didalam suatu organisasi.

Koordinasi ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

melakukan kegiatan yang terkait dengan manajemen.

Dalam penelitian ini akan dilihat koordinasi yang dilakukan antara Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota

Tua Jakarta, pihak pengelola museum dan Satpol PP dengan masyarakat yang

dalam hal ini adalah komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Taman Fatahillah

dalam melakukan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Page 64: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

46

2.1.4.5 Fungsi Pengawasan

Dalam Terry dan Rue (2009:232) pengawasan adalah bentuk pemeriksaan

untuk memastikan, bahwa apa yang sudah dikerjakan dilakukan dengan baik.

Pengawasan berarti mengevaluasikan pelaksanaan kerja dan jika perlu

memperbaiki apa yang sedang dikerjakan untuk menjamin tercapainya hasil-hasil

menurut rencana.

Menurut Handoko pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk

“menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini

berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang

direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat

antara perencanaan dan pengawasan. Pengawasan membantu penilaian apakah

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengkoordinasian telah

dilaksanakan secara efektif.

Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler (Handoko

2003:23) berikut ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan:

Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem

informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar

yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan

dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian

tujuan-tujuan perusahaan.

Page 65: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

47

2.1.4.5.1 Tipe-Tipe Pengawasan

Ada tipe-tipe dasar pengawasan, yaitu:

1. Pengawasan pendahuluan;

2. Pengawasan “concurrent”; dan

3. Pengawasan umpan balik.

Pengawasan pendahuluan (feedforward control). Pengawasan ini

dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-

penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat

sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

Pengawasan concurrent adalah proses dimana aspek tertentu dari suatu

prosedur harus disetujui terlebih dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi

sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan yang

lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

Pengawasan umpan balik (feedback control) adalah untuk mengukur hasil-

hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari

rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk

kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat

historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti menyimpulkan pengawasan

adalah bagian akhir dari suatu manajemen yang bisa menilai suatu manajemen

dilakukan dengan baik atau tidak. Pengawasan sangat dibutuhkan dalam

manajemen. Jika tidak ada pengawasan, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan

bisa saja tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Page 66: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

48

Dalam penelitian ini akan dilihat pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota

Tua Jakarta, pihak pengelola museum, Satpol PP, dan Local Working Group

(LWG) dalam melakukan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta. Bentuk pengawasan yang dilakukan, sanksi yang diberlakukan serta

mekanisme pengawasan itu sendiri.

2.1.5 Definisi Pengelolaan

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang

dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam

mencapai tujuan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-

perbedaan, hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut

yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,

kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika

dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan

tujuan yang sama (Sari, 2014:41).

Definisi dan pengertian pengelolaan menggunakan beberapa pemahaman

yaitu proses mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan

pembangunan yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut.

Dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan

secara nasional tentang pemanfaatan segenap sumber daya alam yang terkandung

didalamnya secara berkelanjutan. (<http://www.wikipedia.org/pengelolaan>

[14/02/2015])

Page 67: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

49

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah: 1) proses,

cara, perbuatan mengelola, 2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan

menggerakkan tenaga orang lain, 3) proses yang membantu merumuskan

kebijaksanaan dan tujuan organisasi, 4) proses yang memberikan pengawasan

pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian

tujuan.

Jadi, menurut beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas. Peneliti

menyimpulkan bahwa pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses.

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengambilan keputusan tentang

pemanfaatan sumber daya yang ada secara berkelanjutan.

2.1.6 Pemerintahan

Pengertian pemerintah menurut para ahli dalam Syafiie (2011:63) antara

lain:

Menurut W.S. Sayre (1960) (Syafiie, 2011:63)

“Government is best as the organized agency of the state, expressing and

exercising its authority” (pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah

sebagai organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan

kekuasaannya.

Menurut C.F. Strong (1960) (Syafiie, 2011:63)

“Government is the broader sense is changed with the maintenance of the

peace and security of state with in and with out. It must therefore, have

first military power or the control of armed forces, secondly legislative

power or the mean’s making lows, thirdly financial power or the ability to

exctract sufficient money from the community to defray the cost of

defending of state and of enforcing the low it makes on the state’s behalf”

(pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk memelihara

kedamaian dan keamanan negara, oleh karena itu pertama harus

mempunyai kekuatan militer dan kemampuan untuk mengendalikan

Page 68: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

50

angkatan perang, yang kedua harus mempunyai kekuatan legislatif atau

dalam arti pembuatan undang-undang, yang ketiga harus mempunyai

kekuatan finansial atau kemampuan untuk mencukupi keuangan

masyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaan negara dalam

penyelenggaraan peraturan, hal tersebut dalam rangka penyelenggaraan

kepentingan negara)

Menurut Robert Mac Iver (1960) (Syafiie, 2011:63)

“Government is the organization of men under authority ... how man can

be govern” (pemerintahan adalah sebagai suatu organisasi dari orang-

orang yang mempunyai kekuasaan ... bagaimana manusia itu bisa

diperintah)

Menurut Soemendar (1985) (Syafiie, 2011:63)

Pemerintahan sebagai badan yang penting dalam rangka pemerintahannya,

pemerintah musti memperhatikan pula ketenteraman dan ketertiban umum,

tuntutan dan harapan serta pendapat rakyat, kebutuhan dan kepentingan

masyarakat, pengaruh-pengaruh lingkungan, pengaturan-pengaturan,

komunikasi peran serta seluruh lapisan masyarakat dan legitimasi.

Berdasarkan beberapa pengertian pemerintahan diatas, peneliti

menyimpulkan bahwa pemerintahan adalah suatu lembaga atau badan yang

memiliki wewenang dan kekuasaan untuk menjalankan fungsi pemerintahan, guna

mencapai kesejahteraan masyarakat. Pemerintah juga seharusnya melibatkan

masyarakat dalam menjalani fungsi pemerintahan tersebut, sehingga pemerintahan

yang dijalankan mendapat dukungan dari masyarakat, dan tujuan yang diharapkan

bisa tercapai.

Page 69: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

51

Dalam Syafiie (2011:186) banyak pakar yang memberi definisi tentang

koordinasi, antara lain sebagai berikut:

Menurut Henry Fayol:

“To coordinate means binding together, unifying, and harmonizing all

activity and effort” (mengkoordinasikan berarti mengikat bersama,

menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan dan usaha).

Menurut George R. Terry:

“Coordination is the orderly synchronization of effort to private the paper

amount, timing, and directing of execution resulting in harmonious and

unified action to stated objective” (koordinasi adalah sinkronisasi yang

teratur dari usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu yang

terpimpin dalam hasil pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk

menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan).

Dengan demikian unsur-unsur koordinasi bagi George R. Terry adalah sebagai

berikut:

1. Usaha sinkronisasi yang teratur

2. Pengaturan waktu yang terpimpin

3. Harmonis

4. Tujuan yang ditetapkan

Menurut James D. Mooney:

“Coordination, therefore, is the orderly arrangement of group effort, to

provide unity of action in the pursuit of a common purpose” (koordinasi,

karenanya, adalah susunan yang teratur dari usaha kelompok, untuk

menciptakan kesatuan tindakan dalam mengejar tujuan bersama).

Jadi dengan begitu unsur-unsur koordinasi menurut James D. Mooney adalah

sebagai berikut:

1. Susunan yang teratur

2. Usaha kelompok

3. Kesatuan tindakan

4. Tujuan bersama

Page 70: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

52

Dengan demikian koordinasi merupakan peranan yang penting karena

begitu banyak kita temukan tumpang tindih dalam pekerjaan, oleh sebab tidak

adanya koordinasi, kendati keseluruhan itu dapat disinkronisasikan demi tujuan

dan kepentingan bersama.

Bentuk-bentuk koordinasi ada 3, yaitu:

1. Koordinasi Horisontal

Koordinasi horisontal adalah penyelarasan kerja sama secara harmonis dan

sinkron antar lembaga-lembaga yang sederajat.

2. Koordinasi Vertikal

Koordinasi vertikal adalah penyelarasan kerja sama secara harmonis dan

sinkron dari lembaga-lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada lembaga-

lembaga lain yang sederajat lebih rendah.

3. Koordinasi Fungsional

Koordinasi fungsional adalah penyelarasan kerja sama secara harmonis

dan sinkron antar lembaga-lembaga yang memiliki kesamaan dalam fungsi

pekerjaan.

Dalam pemerintahan yang ideal, pemerintah berperan sebagai pembangkit

partisipasi seluruh lapisan masyarakat, mampu melihat dan mengantisipasi

keadaan, dalam arti lebih baik mencegah akan terjadinya berbagai kemungkinan

kendala, daripada menanggung dikemudian hari. Dalam hal ini dilakukan dengan

cara berkoordinasi secara vertikal, horisontal dan fungsional.

2.1.7 Definisi Organisasi

Dalam Umam (2010:22) organisasi berasal dari kata organon dalam

bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan

para ahli, dan pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip. Sebagai bahan

perbandingan, berikut ini adalah sebagian pendapat mereka.

Page 71: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

53

a. Chester I. Barnard, dalam bukunya “The Excecutive Functions”,

mengemukakan bahwa, “Organisasi adalah sistem kerja sama

antara dua orang atau lebih” (organization as a system of

cooperatives of two more persons).

b. James D. Mooney mengatakan, “Organizations is the form of

every human associations for the attainment of common purpose”

(organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan

bersama).

c. Menurut Dimock, “Organization is the systematic bringing

together of interdependent part to form a unified whole through

which authority, coordination and control may be exercised to

achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara

sistematis bagian-bagian yang saling bergantung/berkaitan untuk

membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan,

koordinasi, dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang

telah ditentukan).

d. Robbin, S.P., “Organization is a conciously coordinated social

units, composed of two or more people, that function on a

relatively continuous basis to acheive a common goal or set of

goals.” Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola

aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-

ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang

dapat dikatakan sebagai organisasi jika memenuhi empat unsur pokok yaitu:

a. organisasi itu merupakan sistem;

b. adanya suatu pola aktivitas;

c. adanya sekelompok orang;

d. adanya tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Umam (2010:23) beberapa definisi lain yang dapat dijadikan

perbandingan pengertian organisasi yang lazim digunakan dalam kepustakaan

administrasi, manajemen, dan organisasi adalah sebagai berikut.

a. Dr. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa organisasi adalah,

“Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang

bekerja bersama serta secara formal terkait dalam rangka

pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan yang

didalamnya terdapat seorang/beberapa orang yang disebut

bawahan.”

Page 72: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

54

b. Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, menuturkan bahwa organisasi

adalah, “Struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan

kerja antara sekelompok pemegang posisi yang bekerja sama

secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.”

Dari perspektif administrasi dan manajemen, dalam setiap organisasi

selalu ada seseorang atau beberapa orang yang bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan sejumlah orang yang bekerja sama dengan segala aktivitas

dan fasilitasnya. Dalam hal ini, orang yang bertanggung jawab tersebut harus

mengkoordinasikan beragam kegiatan sekumpulan orang yang mempunyai

kepentingan berbeda.

2.1.7.1 Ciri-ciri Organisasi

Dalam Umam (2010:23) organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara

lebih terperinci, organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling

mengenal;

b. adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling

berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan

kegiatan;

c. tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa

pemikiran, tenaga, dan lain-lain;

d. adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan;

e. adanya tujuan yang ingin dicapai.

2.1.7.2 Prinsip-Prinsip Organisasi

Dalam Umam (2010:24) prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukakan

oleh para ahli. Salah satunya adalah A.M. Williams dalam bukunya “Organization

of Canadian Goverment Administration”, yang menyebutkan bahwa prinsip-

prinsip organisasi meliputi:

Page 73: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

55

a. organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas;

b. prinsip skala hierarki;

c. prinsip kesatuan perintah;

d. prinsip pendelegasian wewenang;

e. prinsip pertanggungjawaban;

f. prinsip pembagian pekerjaan;

g. prinsip rentang pengendalian;

h. prinsip fungsional;

i. prinsip pemisahan;

j. prinsip keseimbangan;

k. prinsip fleksibilitas; dan

l. prinsip kepemimpinan.

2.1.7.3 Kelompok-Kelompok Kerja Formal dan Informal

Dalam Terry dan Rue (2009:131) kelompok-kelompok kerja formal

ditentukan oleh hubungan yang secara resmi diperintahkan antara pegawai-

pegawai. Kelompok-kelompok kerja resmi biasanya ditunjukkan dalam peta

organisasi. Dua jenis kelompok-kelompok kerja formal adalah regu komando dan

regu-regu tugas. Sebuah regu tugas dibentuk oleh para pegawai, yang bekerja

sama agar dapat menyelesaikan suatu tugas kerja yang diberikan oleh organisasi.

Kelompok-kelompok kerja informal adalah kelompok yang terbentuk

dalam organisasi-organisasi sebagai hasil dari hubungan dan interaksi perorangan

dan kelompok-kelompok yang berhubungan dari orang-orang, yang bekerja dalam

kelompok-kelompok kerja formal dari organisasi. Kelompok-kelompok informal

biasanya tidak diakui dengan resmi oleh organisasi. Kelompok-kelompok kerja

informal memberikan suatu rasa aman kepada anggota-anggota perorangan,

karena biasanya anggota-anggota kelompok memperlihatkan rasa setia kawan

yang kuat dan mempunyai nilai-nilai bersama. Selanjutnya, keanggotaan dalam

kelompok kerja informal memudahkan interaksi sosial dan masuk jadi anggota

Page 74: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

56

serta memupuk suatu rasa bangga atau hormat dengan memungkinkan

perorangan-perorangan menjadi bagian dari “kelompok dalam” atau “ingroup”.

Kondisi-kondisi fisik pekerjaan dapat juga mendorong terbentuknya kelompok

kerja informal. Orang-orang yang dekat satu sama lain hampir terpaksa untuk

berinteraksi.

2.1.7.4 Tipe-Tipe Organisasi

Herbert G. Hicks (Arenawati, 2009:6) menyajikan aneka tipe organisasi,

seperti yang dikemukakan dalam kalimat berikut ini:

“... organisasi-organisasi bersifat sangat variable” Sesuatu organisasi dapat

menjadi fokus sentral kehidupan seseorang, atau ia mungkin hanya merupakan

pelayanan untuk sementara waktu. Sebuah organisasi mungkin dapat bersifat

kaku, dingin, tanpa kepribadian atau ia kadang-kadang dapat menghasilkan

hubungan-hubungan luwes dan bermakna bagi para anggotanya. Oleh karenanya

organisasi terbagi dalam:

1. Organisasi Formal dan Informal

Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat yang

terstruktur. Sesungguhnya pembagian yang disajikan merupakan wujud

ekstrim, karena dalam kenyataan tidak mungkin kita menjumpai sebuah

organisasi yang formal sempurna atau yang informal sempurna.

Page 75: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

57

Terstruktur Lepas

Kaku Fleksibel

Terumuskan Tidak terumuskan

Tahan Lama Spontan

Formal Informal

Gambar 2.1 Organisasi formal dan informal dan ciri-ciri mereka

Ciri-ciri organisasi formal:

a. memiliki struktur yang terumus baik;

b. menunjukkan tugas-tugas terspesialisasi bagi masing-masing

anggotanya;

c. bersifat tahan lama dan terencana;

d. menekankan keteraturan, maka relative bersifat tidak fleksibel.

Ciri-ciri Organisasi informal:

a. terorganisasi secara lepas;

b. bersifat fleksibel;

c. tidak terumuskan dengan baik;

d. bersifat spontan.

2. Organisasi Primer dan Sekunder

Cara lain untuk mengklasifikasikan organisasi adalah dengan jalan

membedakan organisasi primer dan sekunder. Istilah “primer” dan

“sekunder” juga menyatakan dua wujud ekstrim, pada sebuah kontinum

seperti diperlihatkan pada gambar berikut:

Page 76: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

58

Lengkap Kontraktual

Emosional Keterlibatan

Primer Sekunder

Gambar 2.2 Organisasi-organisasi primer dan organisasi-organisasi

sekunder

Ciri-ciri Organisasi-organisasi Primer:

a. menuntut keterlibatan lengkap pribadi dan emosiaonal para

anggotanya;

b. hubungan bersifat pribadi, langsung dan tatap muka;

c. berlandaskan pada ekspektasi timbal balik.

Ciri-ciri Organisasi-organisasi Sekunder:

a. hubungan bersifat intelektual, rasional dan kontraktual;

b. hubungan bersifat formal dam impersonal dengan kewajiban-

kewajiban yang dinyatakan secara eksplisit;

c. anggota melibatkan dirinya secara terbatas.

3. Organisasi-organisasi yang diklasifikasikan berdasarkan Sasaran Pokok

Dalam Arenawati (2009:8) setiap organisasi dibentuk dengan

tujuan mencapai sasaran tertentu. Kita dapat mengklasifikasikan organisasi

sesuai dengan sasaran khusus para anggotanya, yang berusaha dipenuhi

olehnya, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Organisasi-organisasi pelayanan (service organizations), yang siap

membantu orang-orang tanpa menuntut pembayaran penuh dari masing-

masing pihak yang menerima servis yang bersangkutan. (badan-badan

amal, taman margasatwa)

b. Organisasi-organisasi ekonomi (economics organizations), yaitu

organisasi yang menyediakan barang dan jasa sebagai imbalan untuk

pembayaran dalam bentuk tertentu. (korporasi, distributor, penyewaan

apartemen)

c. Organisasi-organisasi religius (religious organizations), yang memenuhi

kebutuhan spiritual dari anggotanya. (masjid, majlis ta’lim, gereja,

persekutuan doa)

Page 77: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

59

d. Organisasi-organisasi perlindungan (protective organizations), yang

memberikan perlindungan kepada orang-orang dari bahaya. (Kepolisian,

ABRI, pemadam kebakaran)

e. Organisasi-organisasi pemerintah (government organizations), yang

memenuhi kebutuhan akan keteraturan dan kontinuitas. (Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah)

f. Organisasi-organisasi Sosial (social organizatios), yaitu organisasi yang

memenuhi kebutuhan sosial. (Yayasan Yatim Piatu, Klub olah raga)

2.1.7.5 Komponen-Komponen Pengorganisasian

Dalam Terry dan Rue (2009:86) ada empat komponen-komponen nyata

dari pengorganisasian, dan komponen-komponen itu dapat diingat dengan

perkataan “WERE”, yang berarti “Work, Employes, Relationships, and

Environment” yang artinya pekerjaan, pegawai-pegawai, hubungan-hubungan

dan lingkungan.

1. Pekerjaan

Fungsi-fungsi yang akan dijalankan berasal dari tujuan-tujuan

yang dinyatakan itu. Mereka merupakan landasan bagi

organisasi. Fungsi-fungsi itu dipisah-pisahkan dalam sub fungsi-

sub fungsi dan seterusnya dalam sub-sub fungsi.

2. Pegawai-pegawai

Kepada setiap orang ditugaskan suatu bagian khusus dari

pekerjaan keseluruhannya. Penugasan kepada perorangan

biasanya terdiri atas suatu bagian dari pekerjaan suatu unit kerja

organisasi atau dalam beberapa hal.

3. Hubungan-hubungan

Ini merupakan kepentingan utama dalam pengorganisasian.

Hubungan seorang pegawai dengan pekerjaan, interaksi seorang

pegawai dengan yang lain dan dari satuan unit pekerjaan dengan

unit pekerjaan lain, merupakan isu-isu yang menentukan

pengorganisasian.

4. Lingkungan

Komponen nyata terakhir ini dari pengorganisasian mencakup

alat-alat fisik dan iklim umum, dalam mana para pegawai akan

melaksanakan pekerjaan. Lokasi, peralatan, meja-meja,

formulir-formulir, penerangan, semangat umum, dan sikap-sikap

adalah contoh-contoh dari faktor-faktor yang membentuk

lingkungan. Lingkungan mempunyai dampak yang berarti

kepada hasil-hasil yang diperoleh dari pengorganisasian.

Page 78: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

60

Jadi, pengorganisasian adalah suatu kegiatan dasar dari manajemen dan

dilakukan untuk menghimpun dan menyusun semua sumber-sumber yang

diperlukan, termasuk orang-orang, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat

diselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan cara

mengorganisir, anggota-anggota di dalam organisasi dipersatukan dalam tugas-

tugas yang saling berkaitan.

2.1.8 Pengertian Komunitas

Secara umum, definisi komunitas adalah suatu perkumpulan dari

beberapa orang untuk membentu satu organisasi yang memiliki kepentingan

bersama. Komunitas dapat bersifat teritorial atau fungsional. Selain itu istilah

komunitas dapat merujuk pada arti warga dalam sebuah kota, desa atau bahkan

negara. Seperti warga perkotaan yang juga mempunyai tujuan yang sama yaitu

untuk dapat tinggal dan hidup di kota tersebut.

Pengertian Komunitas Menurut Para Ahli:

a. George Hillery Jr

Komunitas adalah sekumpulan orang yang hidup di satu wilayah

dan memiliki ikatan untuk melakukan interaksi satu sama lain

b. Christensson dan Robinson

Komunitas ialah orang-orang yang hidup di suatu daerah yang

secara geografis terbatas, mereka melakukan komunikasi satu dengan

yang lain dan memiliki ikatan batin antar sesama yang tinggal disitu

dan dengan wilayah tempat tinggalnya tersebut

c. Fairi

Komunitas merupakan sebuah hasil dari berkumpulnya masyarakat

dalam jumlah kecil dan terlibat dalam tempat yang sudah ditentukan

Page 79: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

61

d. Vanina Delobelle

Komunitas merupakan sarana berkumpulnya orang-orang yang

memiliki kesamaan minat, komunitas dibentuk berdasarkan 4 faktor

yaitu:

1. Keinginan untuk berbagi dan berkomunikasi antar anggota sesuai

dengan kesamaan minat

2. Basecamp atau wilayah tempat dimana mereka biasa berkumpul

3. Berdasarkan kebiasaan dari antar anggota yang selalu hadir

4. Adanya orang yang mengambil keputusan atau menentukan segala

sesuatunya

(Sumber: <http://www.duniapelajar.com/pengertian-

komunitas>[4/3/2015])

Menurut beberapa ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa komunitas

adalah sekumpulan orang-orang yang punya tujuan sama dan ingin berbagi satu

sama lain. Di Indonesia terdapat berbagai macam komunitas, misalnya: komunitas

para pecinta alam, komunitas guru, komunitas pencinta sepeda, komunitas

penikmat kuliner dan lain-lain. Dalam penelitian ini komunitasnya antara lain

yaitu komunitas manusia batu, komunitas lorong rupa, paguyuban ontel wisata

Kota Tua, komunitas jelajah budaya dan lain sebagainya. Komunitas dapat

dibentuk begitu saja dengan mengumpulkan lebih dari dua orang didalamnya dan

aktif menjalankan kegiatan yang dicanangkan sebagai visi terbentuknya

komunitas tersebut.

2.1.9 Definisi Objek Wisata

Dalam dunia kepariwisataan objek dan daya tarik wisata memiliki

peranan penting yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi seseorang atau calon

wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Pengertian objek dan

Page 80: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

62

daya tarik wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber

daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan yang dapat dikembangkan

dan dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sarana wisata atau objek

wisata, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang

disediakan atau bersumber pada alam saja.

Sedangkan pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-

Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah

sebagai berikut: objek daya tarik adalah segala sesuatu yang menjadi wisata. Pada

pasal 4 bab III dijelaskan bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri atas:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. Objek dan daya tarik yang

berwujud keadaan alam serta flora dan fauna adalah merupakan suatu bahan

atau kawasan yang harus dikelola, wisata ini harus dilakukan secara bijaksana

karena sumber daya alam maupun ekosistemnya sangat peka terhadap

perubahan-perubahan untuk pengembangan jenis-jenis dan daya tarik wisata

ini memerlukan keterlibatan berbagai unsur (intergrated). Unsur-unsur ini

perlu digali dan dipahami, sehingga pendekatan langkah untuk pengembangan

dan pemanfaatannya dapat dilakukan secara cepat.

Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan yang berwujud keadaan

alam serta flora dan fauna memiliki daya tarik yang relatif bagi wisatawan,

apa yang menarik pada saat sekarang mungkin dimasa yang silam dan masa

yang akan datang kurang menarik bahkan sama sekali tidak atau sebaliknya.

Page 81: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

63

Hal ini bisa saja terjadi pada waktu kunjungan wisatawan pada kunjungan

pertama objek dan daya tarik wisata tersebut sangat menarik, namun pada

kunjungan berikutnya menjadi tidak menarik.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan juga menyebutkan bahwa daya tarik yang terdapat

pada objek dan daya tarik wisata berwujud keadaan alam serta flora dan fauna

menurut kodrat dan kejadian sumber daya alam dan ekosistemnya. Objek dan

daya tarik wisata ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain:

a) Objek dan daya tarik wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan,

dan peternakan.

b) Objek dan daya tarik wisata laut, pantai, danau, dan sungai.

c) Objek dan daya tarik wisata goa, gunung, lembah, dan sebagainya.

Daya tarik suatu objek merupakan salah satu modal utama untuk

pengembanganya, hal ini disebabkan bahwa daya tarik tersebut sebagai

potensi utama yang menyebabkan pengunjung datang.

2. Objek dan daya tarik wisata berupa hasil karya manusia.

Objek dan daya tarik hasil karya manusia adalah berupa pemanfaatan

berbagai hasil kreasi yang diciptakan dari pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang dijadikan menjadi sasaran wisata. Pemanfaatan

aksi manusia sesuai dengan budaya memiliki keanekaragaman antara lain:

a. Peninggalan sejarah dan kepurbakalan.

b. Keanekaragaman budaya seperti :

1) Seni tari dan musik

2) Seni drama

3) Upacara agama dan kepercayaan

4) Acara perkawinan

5) Acara-acara yang menyangkut adat istiadat dan kebiasaan tradisional

6) Upacara pemakaman

7) Tata cara dan tata krama kehidupan tradisional

Page 82: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

64

2.2 Penelitian Terdahulu

Untuk menghasilkan sebuah penelitian yang komprehensif dan

berkorelasi, dalam melakukan penelitian yang berjudul “Manajemen Pengelolaan

Objek Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat” ini, peneliti melakukan

peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai rujukan

bahasan didalam penelitian ini. Diharapkan dengan rujukan tersebut dapat

membentuk kerangka dasar berpikir dalam melakukan kajian.

Dalam hal ini, peneliti mengambil dua penelitian sebelumnya sebagai

pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan, penelitian pertama diambil

dari skripsi berjudul “Manajemen Pengelolaan Museum Situs Kepurbakalaan

(Banten Lama) Sebagai Objek Wisata Budaya Banten” yang dilakukan oleh Woro

Novasagita Kirana mahasiswa studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Manajemen Pengelolaan Museum Kepurbakalaan (Banten Lama) sebagai Objek

Wisata Budaya Banten. Penelitian ini menggunakan teori Luther Gullick dalam

Hasibuan 2009: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating dan

Reporting, budgeting, dan untuk menggambarkan manajemen pengelolaan

museum situs kepurbakalaan di Banten Lama, menjelaskan serta menganalisis

kendala-kendala atau hambatan dalam melakukan manajemen pengelolaan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan

penjelasannya yaitu dengan menggunakan eksploratif kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa Manajemen Pengelolaan Museum Situs Kepurbakalaan

Page 83: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

65

Banten Lama sebagai objek wisata budaya Banten belum berjalan dengan

maksimal, dan masih perlu pembenahan dalam berbagai aspek.

Persamaan peneliti dengan penelitian terdahulu yakni menggunakan

metode penelitian yang sama yaitu kualitatif. Perbedaannya yaitu penelitian ini

menggunakan teori manajemen menurut Luther Gullick, sedangkan peneliti

menggunakan teori manajemen menurut Henry Fayol. Lokus peneliti dengan

penelitian terdahulu pun berbeda.

Penelitian terdahulu yang kedua adalah penelitian berjudul “Pengelolaan

Sanitasi Berbasis Masyarakat” yang dilakukan oleh Indra Gunawan mahasiswa

studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Diponegoro pada tahun 2006.

Penelitian ini menggunakan teori persepsi masyarakat menurut Surwanto.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan wawancara dan studi

dokumen yang dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsep pembangunan berbasis masyarakat dalam pengelolaan sanitasi belum

terwujud. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan peran serta

masyarakat terhadap sanitasi. Peran Dinas yang bersangkutan kurang baik,

sehingga perencanaan berjalan kurang maksimal, dan tidak adanya koordinasi satu

sama lain.

Persamaan peneliti dengan penelitian terdahulu yang kedua ini yaitu

menggunakan metode penelitian kualitatif dan analisanya secara deskriptif, serta

judul yang terkait dengan berbasis masyarakat. Perbedaannya yaitu penelitian ini

menggunakan teori persepsi masyarakat, sedangkan peneliti menggunakan teori

manajemen.

Page 84: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

66

Dengan demikian, persamaan penelitian ini dengan kedua penelitian

terdahulu diatas dapat dijadikan konsep bagi peneliti dalam menyusun penelitian

ini dan dalam membuat analisis. Penelitian terdahulu juga dapat dijadikan bahan

bacaan bagi peneliti, agar penelitian ini dapat disusun lebih baik dari penelitian

terdahulu.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir merupakan intisari dari penulisan Bab 1 (Satu) sampai

dengan Bab 5 (Lima). Dalam penelitian ini kerangka berpikir yang dibuat oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

Objek Wisata Kota Tua Jakarta merupakan suatu tempat yang merupakan

ikon Kota Jakarta yang syarat dengan unsur jaman dahulu atau jaman penjajahan.

Pada jaman dahulu Kota Tua Jakarta merupakan pusat pemerintahan Hindia

Belanda pada saat menjajah Indonesia, di Kota Tua Jakarta terdapat beberapa

bangunan-bangunan yang dijadikan pusat pemerintahan, gereja maupun penjara

bawah tanah untuk kepentingan para penjajah pada jaman dahulu. Pada saat ini

bangunan-bangunan peninggalan jaman penjajahan tersebut dijadikan museum-

museum untuk mengenang dan menyimpan benda-benda peninggalan pada jaman

penjajahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bahwa cagar budaya merupakan kekayaan

budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang

penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan

dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

Page 85: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

67

sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat

melibatkan beberapa pihak yang terkait, diantaranya Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta,

Local Working Group (LWG), Satpol PP Kecamatan Tamansari, unit pengelola

museum, pihak swasta serta melibatkan masyarakat yang ada disekitar Objek

Wisata Kota Tua Jakarta. Manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

ini sangat diperlukan dan sangat diperhatikan bagaimana pelaksanaannya, karena

apabila manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta tidak dilakukan

dengan baik maka akan menambah masalah untuk Kota Jakarta itu sendiri.

Manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis

masyarakat ini juga melibatkan masyarakat yang ada disekitar Kawasan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta. Masyarakat merupakan aspek yang sangat penting

dalam pengelolaan Objek Wisata ini, karena dengan adanya masyarakat yang ikut

serta dan terlibat langsung dalam pengelolaan Kota Tua Jakarta, maka

pengelolaan itupun akan dilaksanakan dengan bantuan masyarakat yang ikut

berpartisipasi dan menjaga kelestarian Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Namun adapun masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah

mengenai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, serta

pengawasan yang dilakukan oleh dinas dinas terkait seperti Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta,

Page 86: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

68

Satpol PP dengan masyarakat yang ada disekitar Kawasan Kota Tua Jakarta.

Dalam hal ini masyarakat yang ikut terlibat langsung dalam manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta adalah komunitas-komunitas yang

ada di Taman Fatahillah, dan juga pedagang-pedagang yang ada disekitar Objek

Wisata Kota Tua Jakarta yang juga merupakan masyarakat sekitar serta

pengunjung atau wisatawan.

Penelitian ini berjudul “Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta Berbasis Masyarakat”. Berdasarkan masalah yang ada dalam penelitian

ini, maka Henry Fayol dalam Hasibuan (2009:38) memberikan teori tentang

fungsi manajemen yang didalamnya berisi mengenai Planning (Perencanaan),

Organizing (Pengorganisasian), Commanding (Pengarahan), Coordinating

(Pengkoordinasian), dan Controlling (Pengawasan). Dari teori inilah maka akan

diketahui bagaimana manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

yang Berbasis Masyarakat.

Page 87: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

69

Gambar 2.3

Kerangka Berpikir Penelitian

(Sumber: Peneliti, 2016)

Masalah:

1. Beberapa komunitas yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta

tidak sesuai dengan unsur-unsur Kota Tua Jakarta atau kesejarahan.

2. Pengorganisasian komunitas-komunitas yang kurang baik, terlihat dari

jumlah komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta semakin berkurang dari

yang sebelumnya.

3. Tidak tegasnya aturan dan sanksi terhadap komunitas atau pedagang

yang ada di Taman Fatahillah.

4. Kurangnya koordinasi antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta dengan

masyarakat.

5. Kurangnya pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh para

komunitas yang ada.

(Sumber: Peneliti, 2016)

Teori yang digunakan yaitu mengenai fungsi manajemen menurut Henry Fayol

dalam Hasibuan (2009:38):

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

3. Fungsi Pengarahan (Commanding)

4. Fungsi Pengkoordinasian (Coordinating)

5. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Menggambarkan bagaimana manajemen pengelolaan objek wisata Kota

Tua Jakarta berbasis masyarakat

Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta

UPK Kota

Tua Pihak Swasta

Masyarakat

Page 88: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

70

2.3 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan tinjauan

pustaka dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Pada

penelitian ini yang membahas mengenai manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat dilakukan untuk menganalisis mengenai

fenomena manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis

masyarakat.

Terdapat beberapa masalah dalam hal ini manajemen pengelolaan berbasis

masyarakat di Kota Tua Jakarta dikatakan belum baik, dikarenakan kurangnya

pengawasan terhadap komunitas-komunitas dan pedagang yang ada di Kota Tua

Jakarta. Tidak tegasnya aturan dan sanksi terhadap komunitas atau pedagang yang

ada di Taman Fatahillah, serta kurangnya pengawasan terhadap aktivitas yang

dilakukan oleh para komunitas yang ada. Kurangnya koordinasi antara Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota

Tua Jakarta dengan masyarakat. Pengorganisasian komunitas-komunitas yang

kurang baik, terlihat dari jumlah komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta semakin

berkurang dari yang sebelumnya.

Dari berbagai permasalahan yang dipaparkan diatas, sehingga peneliti

berasumsi bahwa dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

berbasis masyarakat belum dilakukan dengan maksimal.

Page 89: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

71

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

Berbasis Masyarakat, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). (Sugiyono,

2012:8).

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian

naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini

lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut

sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat

kualitatif (Sugiyono, 2012:8).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dimana

peneliti menggambarkan dan menjelaskan situasi dan kondisi yang terjadi, setelah

peneliti melakukan observasi dan wawancara yang berkaitan dengan manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat kepada

narasumber yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,

observasi, studi dokumentasi dan studi pustaka. Sedangkan untuk analisis data

menggunakan teknik analisis data menurut Prasetya Irawan dalam Metode

Page 90: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

72

Penelitian Administrasi, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi.

3.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta Berbasis Masyarakat. Fokus dalam penelitian ini adalah pada Manajemen

Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat, yang ruang

lingkupnya atau bahasannya adalah masyarakat, yang dalam hal ini yaitu

komunitas, masyarakat lokal dan pengunjung yang ada di Kawasan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta,

khususnya pada Zona 2 yaitu Taman Fatahillah dan sekitarnya dengan berbagai

komunitas yang berada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta yang dinaungi

oleh Local Working Group (LWG), sesuai dengan judul penelitian yaitu

Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat.

3.4 Fenomena yang Diamati

Dalam penelitian ini, fenomena yang diamati adalah komunitas dan

masyarakat yang berada disekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta serta

manajemen pengelolaan di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Page 91: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

73

3.4.1 Definisi Konsep

Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini mengenai

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat,

maka teori yang digunakan yaitu teori fungsi manajemen Henry Fayol dalam

Hasibuan (2009:40) yang meliputi:

l) Fungsi perencanaan

Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses pengambilan

keputusan yang merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan atau tindakan-

tindakan ekonomis dan efektif pada waktu yang akan datang. Proses ini

memerlukan pemikiran tentang apa yang perlu dikerjakan, bagaimana dan

dimana suatu kegiatan perlu dilakukan serta siapa yang bertanggungjawab

terhadap pelaksanaannya.

2) Fungsi pengorganisasian

Fungsi Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses

menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan

faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan

diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.

3) Fungsi pengarahan

Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang mengatur

tindakan-tindakan agar betul-betul dilaksanakan. Oleh karena tindakan-

tindakan itu dilakukan oleh orang, maka pengarahan meliputi pemberian

perintah-perintah dan motivasi pada personalia yang melaksanakan

perintah-perintah tersebut.

4) Fungsi pengkoordinasian

Suatu usaha yang terkoordinir ialah dimana kegiatan karyawan itu

harmonis. terarah dan diintegrasikan menuju tujuan-tujuan bersama.

Koordinasi dengan demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar

diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

5) Fungsi pengawasan

Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan

sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam rencana.

Sehingga pengawasan membawa kita pada fungsi perencanaan. Semakin

jelas, lengkap serta terkoordinir rencana-rencana tersebut maka

manajemen yang dilakukan dikatakan baik.

Page 92: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

74

3.4.2 Definisi Operasional

Berdasarkan definisi konsep serta teori yang digunakan oleh peneliti, maka

dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori fungsi manajemen Henry Fayol

dalam Hasibuan (2009:40). Adapun indikator dari teori tersebut antara lain:

1. Planning (Perencanaan) meliputi:

a. Tujuan, yaitu sesuatu yang diinginkan harus dirumuskan dengan jelas

agar dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain.

b. Program, yaitu suatu rencana yang pada dasarnya telah

menggambarkan rencana yang konkret.

c. Proses, yaitu dimana kegiatan-kegiatan yang ada didalam perencanaan

dirumuskan.

d. Pihak-pihak yang terlibat, yaitu stakeholder-stakeholder yang

merumuskan perencanaan.

e. Peran masyarakat, yaitu keterlibatan masyarakat dalam merumuskan

perencanaan.

2. Organizing (Pengorganisasian) meliputi:

a. Struktur organisasi, yaitu susunan terhadap jabatan atau pembagian

tugas-tugas didalam organisasi.

b. Pengaturan organisasi, yaitu pelaksanaan tugas didalam organisasi.

c. Pola hubungan, yaitu komunikasi yang terjalin didalam organisasi.

3. Commanding (Pengarahan) maliputi:

a. Pembinaan organisasi, yaitu pelatihan-pelatihan atau pembekalan

terhadap ilmu atau keahlian didalam organisasi.

b. Peraturan, yaitu aturan-aturan yang digunakan untuk pengarahan

didalam organisasi.

c. Dampak, yaitu akibat atau hasil yang diperoleh setelah dilakukan

pengarahan.

d. Bentuk, yaitu cara atau metode dalam melakukan pengarahan.

4. Coordinating (Pengkoordinasian) meliputi:

a. Komunikasi, yaitu hubungan yang dijalin antar stakeholder-

stakeholder atau lembaga yang saling terkait.

b. Hubungan timbal balik, yaitu pola hubungan komunikasi yang terus

berjalan diantara stakeholder-stakeholder atau lembaga yang saling

terkait.

5. Controlling (Pengawasan) meliputi:

a. Sanksi, yaitu hukuman atau peringatan yang diberikan apabila

melanggar peraturan yang ada.

Page 93: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

75

b. Bentuk pengawasan, yaitu metode atau cara dalam melakukan

pengawasan.

c. Mekanisme pengawasan, yaitu urutan langkah dalam melakukan

pengawasan.

d. Pihak-pihak yang terlibat, yaitu stakeholder-stakeholder yang terlibat

dalam melakukan pengawasan.

e. Hasil dari pengawasan, yaitu dampak yang diperoleh setelah

melakukan pengawasan.

3.5 Instrumen Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan konteks masalah yang

dikaji, yaitu mengenai manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta

berbasis masyarakat. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen

juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian

yang selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono, 2012:59). Selanjutnya menurut

Nasution (Sugiyono, 2012: 60) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala

sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus penelitian,

Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan

itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala

sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan

yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya

peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut, peneliti menarik

pengertian bahwa instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut

Nasution (Sugiyono, 2012:61) peneliti sebagai instrumen penelitian memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

Page 94: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

76

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus

dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi

penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen

berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi,

kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan atau pelaksana.

Dalam hal ini peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan

berinteraksi secara langsung dengan responden penelitian, bahkan untuk

penggalian data yang menuntut partisipasi peneliti secara terbatas, keterlibatan

peneliti menjadi suatu keharusan. Untuk itu teknik penelitian yang digunakan

untuk menggali data adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Pengertian lebih lanjut adalah:

a. Wawancara

Wawancara merupakan proses untuk memperoleh data atau keterangan

untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan dengan melalui kegiatan

komunikasi verbal berupa percakapan, pada penelitian ini wawancara yang

dilakukan tidak terstruktur dengan tujuan untuk menggali lebih jauh

informasi yang ada dari sumber data.

b. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

terhadap kegiatan yang dilakukan oleh sumber penelitian di lapangan,

yang bertujuan memperoleh informasi dan gambaran secara jelas

mengenai manajemen strategi pengelolaan objek wisata Museum di Kota

Tua.

c. Dokumentasi

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis, baik

berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan

serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).

Page 95: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

77

3.6 Informan Penelitian

Usman dan Akbar dalam Metodologi Penelitian Sosial (2011:84)

menyatakan bahwa dalam penelitian yang bersifat kualitatif tidak dikenal

adanya populasi, melainkan yang dikenal hanya sampel yang terdiri dari

responden yang ditentukan secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian,

dimana yang menjadi responden hanya sumber yang dapat memberikan

informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini memerlukan

informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan

masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat.

Untuk memperoleh data guna kepentingan penelitian ini maka

diperlukan informan yang memahami dan mempunyai kaitan dengan masalah

penelitian. Pada penelitian ini yaitu mengenai Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat, pemilihan informan dalam

penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposif yaitu wawancara secara

terstruktur kepada informan. Penentuan informannya berdasarkan peran dan

fungsi informan tersebut.

Dalam penelitian ini informan penelitian terbagi dua yaitu key

informan dan secondary informan, dimana key informan adalah instrumen

kunci dan secondary informan adalah informan tambahan yang melengkapi

data penelitian. Informan dalam penelitian ini antara lain stakeholder-

stakeholder yang terkait, komunitas-komunitas, masyarakat serta pengunjung

objek wisata Kota Tua Jakarta. Adapun uraian daftar informan dalam

penelitian ini antara lain, yaitu:

Page 96: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

78

Tabel 3.1

Tabel Informan

(Sumber: Peneliti, 2016)

No. Kategori Informan Kode

Informan

Keterangan

I Instansi:

a. Kepala Seksi Produk Bidang

Pengkajian dan Pengembangan

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta

b. Seksi Penataan Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua Jakarta

c. Kepala Satuan Tugas Satpol PP

Kecamatan Tamansari

d. Ketua RW 06 Kelurahan

Pinangsia

e. Staf Pengelola Museum

Sejarah Jakarta

f. Staf Pengelola Museum

Wayang

g. Staf Pengelola Museum Seni

Rupa dan Keramik

I1-1

I1-2

I1-3

I1-4

I1-5

I1-6

I1-7

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

II Komunitas:

a. Anggota Tim Kelompok Kerja

Local Working Group (LWG)

b. Guide Museum Sejarah Jakarta

c. Bendahara Komunitas Manusia

Batu

d. Humas Paguyuban Onthel

Wisata Taman Fatahillah

e. Ketua Komunitas Cakra Buana

f. Anggota Komunitas Badut

g. Ketua Komunitas Dzikir Rhuha

Fatahillah

h. Ketua Komunitas Gerakan

Pramuka

i. Anggota Karang Taruna RW

06 Kelurahan Pinangsia

I2-1

I2-2

I2-3

I2-4

I2-5

I2-6

I2-7

I2-8

I2-9

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

Key Informan

III Masyarakat:

a. Masyarakat Sekitar

b. Pengunjung

I3-1

I3-2

Secondary

Informan

Secondary

Informan

Page 97: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

79

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah observasi,

wawancara dan studi dokumentasi. Sumber data terbagi dua, yaitu sumber primer

dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada peneliti, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. Sebagai data primer dalam

penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil

wawancara dan observasi. Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa

dokumen tertulis, gambar dan foto-foto.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data dari beberapa teknik, yaitu:

3.7.1.1 Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan

masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:

1. Pengamatan/Observasi

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini

peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan

langsung terhadap objek-objek yang diteliti, kemudian dari pengamatan

Page 98: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

80

tersebut melakukan pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan

dengan aktivitas penelitian.

Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan

secara sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan

hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang

dilakukan. Konsep yang dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono

(2012:226) yang mengklasifikasikan observasi sebagai berikut:

a. Observasi berpartisipasi (participant observation)

b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt

observation and convert observation), dan

c. Observasi yang tidak terstruktur (unstructured observation)

Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi diatas, observasi yang

dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan,

dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang

kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga

pihak-pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang

aktivitas peneliti. Selain itu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar

dimana pihak-pihak yang diteliti belum mengetahui bahwa peneliti sedang

melakukan aktivitas penelitian.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan

Page 99: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

81

diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya

pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono, 2012:72).

Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang

pengumpulan data didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu

tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Wawancara

dilakukan dengan cara mendapatkan berbagai informasi menyangkut masalah

yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan pada informan yang

dianggap menguasai masalah penelitian. Adapun wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti.

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu

berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan

dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapi dan terlebih dahulu

dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian

b. Menjelaskan alasan mengapa informan terpilih untuk diwawancarai

c. Menentukan strategi dan teknik wawancara

d. Mempersiapkan catatan untuk wawancara

Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada

informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta

rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur.

Page 100: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

82

Selanjutnya, peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan

cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat.

3. Pedoman Wawancara

Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat ini mengacu pada aspek-aspek yang

perlu diperhatikan dalam Manajemen menurut Henry Fayol yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan

pengawasan.

Page 101: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

83

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

No. Dimensi Indikator Kode Informan

1 Perencanaan 1. Tujuan 2. Program 3. Proses 4. Pihak-pihak yang

terlibat dalam

perencanaan 5. Peran masyarakat

dalam perencanaan

I1-1 - I1-7, I2-1

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-2

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8, I3-1- I3-6

2 Pengorganisasian 1. Struktur organisasi

2. Pengaturan

organisasi

3. Pola hubungan

didalam organisasi

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

3 Pengarahan 1. Pembinaan organisasi

2. Peraturan

3. Dampak pengarahan

4. Bentuk pengarahan

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8, I3-1 – I3-6

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8, I3-1 – I3-6

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

4 Pengkoordinasian 1. Komunikasi antar

pihak terkait

2. Hubungan timbal

balik

3. Koordinasi antara

UPK dengan Dinas-

dinas terkait

4. Hubungan Dinas-

dinas terkait dengan

masyarakat

5. Hubungan UPK

dengan masyarakat

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7

I1-1, I2-1- I2-8, I3-1 – I3-6

I1-2, I2-1- I2-8, I3-1 – I3-6

5 Pengawasan 1. Sanksi

2. Bentuk pengawasan

3. Mekanisme

pengawasan

4. Pihak-pihak yang

terlibat dalam

pengawasan

5. Hasil dari

pengawasan

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8, I3-1 – I3-6

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8, I3-1 – I3-6

I1-1 - I1-7, I2-1- I2-8, I3-1 – I3-6

(Sumber: Peneliti, 2016)

Page 102: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

84

3.7.1.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh melalui

kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data

yang diteliti.

1. Studi Literatur atau Kepustakaan

Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan

dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books

maupun jurnal ilmiah.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersumber dari

dokumen yang resmi dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Seperti peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen atau laporan-

laporan.

Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi atas

data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari informan

penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara (interview).

Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung berasal dari informan

penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui

data-data dan dokumen-dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.

Data-data tersebut merupakan data yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah

yang dibahas dalam penelitian ini.

Page 103: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

85

3.7.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mengikuti teknik analisis data kualitatif yaitu mengikuti konsep yang

dikemukakan oleh Prasetya Irawan dalam bukunya Metodologi Penelitian

Administrasi (2006:27) yang terdiri dari langkah-langkah yang sistematis dimulai

dari pengumpulan data mentah, transkip data, membuat koding, kategorisasi data,

penyimpulan sementara, triangulasi, dan yang terakhir yaitu penyimpulan akhir.

Dalam analisis data pada penelitian kualitatif bersifat induktif (grounded)

dapat diartikan bahwa kesimpulannya penelitian adalah dengan cara

mengabstraksikan data-data empiris yang dikumpulkan dari lapangan dan mencari

pola-pola yang terdapat didalam data-data tersebut. Oleh karena itu analisis data

dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu sampai seluruh proses

pengumpulan data selesai dilaksanakan. Analisis itu dilaksanakan secara paralel

pada saat pengumpulan data dan dianggap selesai apabila peneliti merasa telah

memiliki data sampai tingkat “titik jenuh” atau reliable (data yang didapat telah

seragam dan telah menemukan pola aturan yang peneliti cari). Maka tidak heran

dalam penelitian kualitatif dapat berlangsung berbulan-bulan.

Menganalisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam formula

yang sederhana dan mudah dibaca serta mudah diinterpretasikan. Analisis data

tidak hanya memberikan kemudahan interpretasi, tetapi mampu memberikan

kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati. Sehingga implikasi yang

lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan kesimpulan akhir

dari penelitian.

Page 104: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

86

Adapun langkah dalam melakukan teknik analisis data yang

digunakan menurut Irawan (2006:5) adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Mentah

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan mengumpulkan data

dengan teknik pengumpulan data seperti wawancara terhadap

informan yang telah ditetapkan (purposive) dan informan

sekunder, melakukan observasi di lokasi penelitian serta studi

dokumentasi guna memperkuat data yang didapat, yang peneliti

catat hanya data apa adanya (verbatim). Jangan dicampurkan

dengan pemikiran peneliti, komentar peneliti maupun sikap

peneliti.

2. Transkrip Data

Pada tahap ini, peneliti mencoba catatan kedalam bentuk tertulis

dengan kata-kata apa adanya.

3. Pembuatan Koding

Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang sudah

ditranskrip. Perlu ketelitian dalam membaca transkrip, pada

bagian-bagian tertentu dari transkrip itu peneliti akan menemukan

hal-hal penting yang perlu peneliti catat untuk proses berikutnya.

Dari hal-hal penting ini dapat diambil kata kuncinya dan diberikan

kode.

4. Kategorisasi Data

Pada tahap ini, peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara

mengikat kata-kata kunci dalam suatu kategorisasi.

5. Penyimpulan Sementara

Pada tahap ini, peneliti mengambil kesimpulan yang bersifat

sementara dan harus berdasarkan data sehingga kesimpulan ini

tidak dapat dicampur adukan dengan pemikiran dan penafsiran

peneliti. Adapun jika peneliti ingin memberikan penafsiran dari

pemikiran peneliti sendiri (observers comment), maka peneliti

dapat menuliskannya pada bagian akhir kesimpulan sementara.

6. Triangulasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan proses check and recheck

antara satu sumber data dengan sumber data lainnya.

7. Penyimpulan Akhir

Pada tahap ini, setelah data dianggap cukup dan dianggap telah

sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka

kegiatan selanjutnya adalah peneliti membuat kesimpulan akhir

dan mengakhiri penelitian.

Page 105: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

87

Langkah-langkah teknik analisis data menurut Irawan tersebut dapat

ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Proses Analisis Data Menurut Irawan

(Sumber: Irawan. 2006:5)

Analisis data dimulai sejak pengumpulan data dan dilakukan lebih intensif

lagi setelah kembali dari lapangan. Seluruh data yang tersedia, ditelaah dan

direduksi sehingga terbentuk suatu informasi. Satuan informasi inilah yang

ditafsirkan dan diolah dalam bentuk hasil penelitian sampai pada tahap

kesimpulan akhir. Adapun untuk pengujian keabsahan data, maka peneliti

menggunakan triangulasi yaitu:

1. Triangulasi data (sumber)

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi, atau juga dengan mewawancarai lebih dari

satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Dan

untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Transkrip

Data

Pembuatan

Koding

Kategorisasi

Data

Pengumpulan

Data Mentah

Penyimpulan

Akhir Triangulasi Penyimpulan

Sementara

Page 106: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

88

2. Triangulasi metode (teknik)

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan wawancara yang ditunjang dengan metode observasi saat

wawancara dilakukan.

Page 107: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

89

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan

dilakukan proses penelitian (Sugiyono. 2012:286). Jadwal penelitian ini

merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian tentang Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

Berbasis Masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Waktu

2014-2016

2014 2015 2016

Okt

2014

Nov

2014

Des

2014

Jan

2015

Feb

2015

Mar

2015

Apr

2015

Mei

2015

Jun

2015

Juli

2015

Agust

2015

Okt

2015

Nov

2015

Des

2015

Jan

2016

Feb

2016

1 Pengajuan

judul

2 Perizinan

dan

observasi

awal

3 Penyusunan

proposal

Skripsi

4 Seminar

proposal

Skripsi

5 Proses

pencarian

data di

lapangan

6 Pengolahan

data

7 Penyusunan

laporan

hasil

penelitian

8 Sidang

laporan

Skripsi

9 Revisi

laporan

Skripsi

(Sumber : Peneliti, 2016)

Page 108: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

90

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

tentang Kota Jakarta, objek wisata Kota Tua Jakarta, gambaran umum tentang

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, Local Working Group (LWG) dan gambaran umum tentang

komunitas-komunitas yang ada di sekitar kawasan Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

4.1.1 Deskripsi Kota Jakarta

Kota Jakarta merupakan ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta

terletak di bagian barat laut Pulau Jawa dengan luas ± 664 km2. Secara astronomis

Kota Jakarta terletak pada 6⁰ LS – 7⁰ LS dan 106⁰ BT – 108⁰ BT dengan batas

wilayah:

1. Utara : Laut Jawa

2. Timur : Provinsi Jawa Barat

3. Selatan : Provinsi Jawa Barat

4. Barat : Provinsi Banten

(Sumber: <www.jakarta.bps.go.id> [20/02/2015])

Page 109: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

91

Kota Jakarta secara administratif wilayahnya berdasarkan Undang-Undang

No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada 106

derajat 49' 35" Bujur Timur dan 06 derajat 10' 37" Lintang Selatan. Jakarta

memiliki luas daratan sekitar 661,52 km² dan lautan 6.977,5 km², dengan

penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Provinsi DKI Jakarta terbagi

menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten administratif, yakni:

1. Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 Km²

2. Kota Administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 Km²

3. Kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas 126,15 Km²

4. Kota Administrasi Jakarta Utara dengan luas 142,30 Km²

5. Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan luas 145,73 Km²

6. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan luas 11,71

Km²

(Sumber: <www.jakarta.go.id> [14/02/2015])

Page 110: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

92

Gambar 4.1

Peta Kota DKI Jakarta

(Sumber: www.jakarta.go.id, 2015)

Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi

tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan

timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan

Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten

Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.

Kegiatan perekonomian Indonesia sebagian besar berpusat di Jakarta.

Perputaran uang lebih banyak terjadi di Jakarta sebanyak 60% dan 40% berada di

daerah lainnya. Hal ini diimbangi dengan jumlah penduduk di Jakarta yang padat,

bahkan kepadatan rata-rata penduduk di Jakarta mencapai 8.726 orang per km2.

Angka kenaikan penduduk rata-rata 5,8% per tahun, yaitu pertambahan karena

kelahiran 2,5% dan karena urbanisasi 3,3%. Jakarta juga dikenal dengan pusat

perekonomian, hampir segala macam pusat perdagangan ada di Jakarta. Peran

Jakarta sebagai pusat kegiatan perekonomian tersebut mampu memberikan

kontribusi 16% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto nasional.

(Sumber: <www.jakarta.bps.go.id> [20/02/2015])

Page 111: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

93

4.1.2 Deskripsi Objek Wisata Kota Tua Jakarta

Berdasarkan Guidelines Kota Tua Jakarta, Kawasan Kota Tua terletak di

bagian barat hingga utara Kota Jakarta. Kota Tua Jakarta merupakan awal sejarah

dari Kota Batavia. Gedung-gedung tua di Jakarta Kota adalah saksi bisu berbagai

kisah sejarah dan peradaban manusia. Daerah yang dulu bagian dari pusat Kota

Batavia lama itu kini menjadi kawasan pengembangan Cagar Budaya Kota Tua di

DKI Jakarta. Zaman dulu, Batavia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Kastil, Pusat

Kota yang dikelilingi tembok pertahanan, dan kota di luar tembok. Gubernur

Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen membangun Batavia tahun 1619. Hingga

pertengahan abad XX, kawasan kota tua masih berfungsi sebagai pusat

pemerintahan, perdagangan, pelayanan dan jasa, menjadi satu dengan perumahan

dan pelabuhan lama.

Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud

Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini

memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat

(Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka). Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari

Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa. Jakarta Lama dianggap sebagai pusat

perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya

melimpah. Peluang pengembangan kawasan Kota Tua ini dalam posisi bisnis

yang besar juga, karena kawasan tersebut jika dilihat dalam sudut pandang makro

menyimpan potensi ekonomi, seperti dekat dengan pusat belanja Mangga Dua,

Ancol, Glodok, kemudian Pantai Utara.

Page 112: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

94

Kawasan Kota Tua meliputi bangunan-bangunan dengan nilai sejarah dan

nilai arsitektur yang tinggi. Beberapa bangunan tersebut digunakan sebagai

museum yang menjadi objek wisata sejarah yang banyak dikunjungi baik

wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Terdapat lima gedung museum

yang letaknya saling berdekatan, yaitu Museum Fatahillah (Museum Sejarah

Jakarta), Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, serta Museum

Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia. Benda-benda bersejarah yang ada di

sana dapat menambah wawasan tentang sejarah Kota Jakarta. Suasana di dalam

bangunan museum yang sudah berusia ratusan tahun itu pun membuat pengunjung

yang datang seperti berada pada zaman kolonial.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membagi Kawasan Kota Tua yang seluas

846 hektare dalam sistem zonasi. Terdapat lima zona yang diterapkan dalam

kawasan Kota Tua dan semua zona memiliki tema dan kekhususan masing-

masing, yaitu Sunda Kelapa (zona 1), Fatahillah (zona 2), Pecinan (zona 3),

Pekojan (zona 4), dan zona peremajaan termasuk Glodok (zona 5). Batas dan

zonasi destinasi Kota Tua Jakarta berdasarkan SK Gubernur DKI nomor 34 tahun

2005 terbagi dalam 5 zonasi dengan total luas wilayah 846 hektar, yang

terdiri dari:

a. Zonasi pertama adalah Zona Sunda Kelapa. Batasannya, ke arah utara

dari bentangan rel kereta api. Karakter zona itu adalah kehidupan bahari.

Zona ini didominasi perkampungan etnik dan pergudangan. Visi

pengembangan zona ini adalah untuk menyemarakkan aktivitas

kebaharian.

Page 113: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

95

b. Zonasi kedua, Fatahilah. Batasannya, sekitar Taman Fatahilah, Kalibesar,

dan Taman Beos. Karakter zona tersebut, kota lama dengan populasi

bangunan tua terbanyak. Visi pengembangannya, memori masa lalu yang

memberi fungsi baru sebagai museum, industri kreatif, dan fungsi

campuran. Pada zonasi tersebut dikenakan retriksi yang ketat demi

pelestarian kawasan.

c. Zonasi ketiga, Pecinan. Batasannya, sekitar Glodok Pancoran. Karakter

zona ini menyesuaikan komunitas masyarakat yang berada di sekitar

zona tersebut yaitu etnis Cina. Penyesuaian akan dilakukan baik terhadap

kehidupan masyarakatnya maupun lingkungan arsitekturnya.

d. Zonasi keempat, Pekojan. Batasannya, sekitar Pekojan, Jembatan Lima

dan Bandengan. Karakter zonanya, budaya religius, lantaran terdapat

beberapa masjid tua. Zona ini dikembangkan sebagai kampung multi

etnis.

e. Zonasi kelima adalah kawasan peremajaan. Batasannya, dari Pancoran ke

arah Jalan Gajah Mada (gedung arsip). Kawasan ini nantinya akan

menjadi pusat bisnis kawasan Kota Tua.

Pada penelitian ini yaitu mengenai Manajemen Pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta berbasis Masyarakat, lokusnya berpusat pada zona 2

(dua) yaitu di Area Taman Fatahillah, karena pada zona 2 (dua) yang terdapat 3

(tiga) museum yang terdapat pada penelitian ini, yaitu Museum Wayang, Museum

Sejarah Jakarta, dan Museum Seni Rupa dan Keramik.

(Sumber: Guidelines Kota Tua Jakarta, 2015)

Page 114: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

96

Zona 2 (dua) yaitu Taman Fatahillah dan sekitarnya memiliki luas 443 ha.

Peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan 256,69 ha; perkantoran

87,04 ha; taman 3,69 ha; pertanian 14,10 ha; lahan tidur 13,24 ha; dan lain lain

58,24 ha. Zona 2 (dua) Taman Fatahillah dan sekitarnya termasuk ke dalam

Kecamatan Tamansari, Kelurahan Pinangsia. Masyarakat yang terdekat dengan

Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta adalah masyarakat Kelurahan Pinangsia.

Kelurahan Pinangsia memiliki luas 96 ha dengan jumlah penduduk 16.672 jiwa

dan 3.813 KK.

(Sumber: <http://www.jakarta.go.id> [14/02/2015])

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta adalah salah satu dari dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dinas ini

bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala hal terkait kebudayaan dan

kepariwisataan di wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu. Berikut adalah

kedudukan, tugas pokok dan fungsi, serta susunan organisasi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

4.1.3.1 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 228 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata dan

Page 115: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

97

Kebudayaan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta mempunyai

fungsi antara lain:

a. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran dinas

pariwisata dan kebudayaan;

b. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran dinas

pariwisata dan kebudayaan;

c. Penyusunan kebijakan, pedoman dan standar teknis pelaksanaan urusan

kepariwisataan dan kebudayaan;

d. Pembangunan, pengembangan dan pembinaan industri pariwisata dan

budaya;

e. Pembangunan, perlindungan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan;

f. Pengkajian kegiatan kepariwisataan dan kebudayaan;

g. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional di bidang kepariwisataan

dan kebudayaan;

h. Perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pengawasan lingkungan

cagar budaya dan benda cagar budaya;

i. Pengembangan hubungan kepariwisataan dan kebudayaan dalam dan luar

negeri;

j. Penyelenggaraan pelayanan kepariwisataan dan kebudayaan;

k. Pengembangan kawasan destinasi pariwisata dan perkampungan budaya

lokal;

l. Promosi dan pemasaran kepariwisataan dan kebudayaan;

m. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana di bidang kepariwisataan dan kebudayaan;

n. Pengawasan dan pengendalian izin di bidang kepariwisataan dan

kebudayaan;

o. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan

pertanggungjawaban penerimaan retribusi di bidang kepariwisataan dan

kebudayaan;

p. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kepariwisataan dan

kebudayaan;

q. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan Perangkat Daerah di

bidang kepariwisataan dan kebudayaan;

r. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan;

s. Pengelolaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan;

t. Pengelolaan kearsipan, data dan informasi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan; dan

u. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan.

Page 116: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

98

4.1.3.2 Susunan Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 228 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan, susunan organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta terdiri dari:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Kepegawaian;

c. Subbagian Perencanaan dan Anggaran; dan

d. Subbagian Keuangan.

3. Bidang Pengkajian dan Pengembangan terdiri dari:

a. Seksi Produk;

b. Seksi Analisa Pasar; dan

c. Seksi Regulasi.

4. Bidang Sumber Daya Kebudayaan terdiri dari:

a. Seksi Cagar Budaya, Sejarah dan Permuseuman;

b. Seksi Kesenian dan Perfilman; dan

c. Seksi Nilai Budaya Tradisi dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

5. Bidang Industri Pariwisata terdiri dari:

a. Seksi Hiburan dan Rekreasi;

b. Seksi Akomodasi dan Restoran; dan

c. Seksi Usaha Jasa Pariwisata.

6. Bidang Pengelolaan Daya Tarik Destinasi terdiri dari:

a. Seksi Atraksi Seni Pertunjukan;

b. Seksi Atraksi Desain dan Seni Rupa; dan

Page 117: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

99

c. Seksi Atraksi Media Rekam.

7. Bidang Prasarana dan Sarana terdiri dari:

a. Seksi Prasarana;

b. Seksi Sarana; dan

c. Seksi Penataan Lingkungan.

8. Bidang Pemasaran terdiri dari:

a. Seksi Promosi Dalam Negeri;

b. Seksi Promosi Luar Negeri; dan

c. Seksi Kemitraan Pemasaran.

9. Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota;

10. Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten;

11. Satuan Pelaksana Kebudayaan Kecamatan; dan

12. Kelompok Jabatan Fungsional.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta memiliki visi dan

misi. Visi adalah suatu maksud, tujuan, atau impian besar yang ingin dicapai oleh

seseorang maupun sebuah organisasi. Ketika menjalankan setiap tugasnya sebagai

penggerak perekonomian di sektor pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Jakarta memiliki visi yaitu Mewujudkan Jakarta Baru sebagai Kota Berbudaya

yang Memiliki Daya Saing Pariwisata Global.

Untuk mewujudkan suatu visi maka dibutuhkan beberapa misi yang harus

dilakukan. Misi adalah serangkaian langkah yang perlu diambil untuk meraih

tujuan tersebut. Berikut ini adalah misi yang dirancang oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

mendorong pemberdayaan komunitas dan meningkatkan ketahanan kelembagaan

kepariwisataan dan Kebudayaan; Meningkatkan kualitas dan mengembangkan

Page 118: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

100

produk pariwisata dan kebudayaan; Mengembangkan sarana dan prasanana

aktivitas kepariwisataan dan kebudayaan berbasis lingkungan; Mengembangkan

promosi dan publisitas kepariwisataan dan kebudayaan secara profesional;

Mewujudkan tata kelola penyelenggaraan urusan pariwisata dan kebudayaan yang

akuntabel, efektif dan efisien.

(Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 2015)

4.1.4 Gambaran Umum Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan unit pelaksana

teknis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI dalam pengelolaan

kawasan Kota Tua Jakarta. Kawasan Kota Tua merupakan lingkup tugas Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kawasan

Kota Tua ditujukan sebagai kawasan sejarah, budaya, bisnis dan juga sebagai

kawasan tujuan pariwisata. Oleh karena itu Kawasan Kota Tua membutuhkan

sebuah organisasi yang dapat mengontrol seluruh kawasan dan

mengkoordinasikan kegiatan yang seluruhnya dapat dipertanggungjawabkan. Hal

tersebut tercermin dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 294

Tahun 2014 yang membahas mengenai pembentukan, organisasi dan tata kerja

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua.

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala

Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta. Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta mempunyai tugas

Page 119: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

101

melaksanakan pengelolaan kawasan Kota Tua Jakarta. Untuk melaksanakan tugas

dalam mengelola kawasan Kota Tua Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua

Jakarta menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua;

b. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua;

c. Penyusunan standar operasional dan prosedur pengelolaan Kawasan

Kota Tua;

d. Penyusunan dan penyajian data pengelolaan Kawasan Kota Tua;

e. Pelaksanaan pelestarian meliputi perlindungan, pengembangan dan

pemanfaatan Kawasan Kota Tua;

f. Pelaksanaan pengawasan terhadap Kawasan Kota Tua;

g. Pelaksanaan penataan kawasan Kota Tua;

h. Pengadaan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kawasan

Kota Tua;

i. Pemantauan, pengoordinasian dan pengendalian mengenai

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan SKPD/UKPD dan masyarakat

di kawasan Kota Tua;

j. Pengoordinasian keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan dan

kenyamanan Kawasan Kota Tua;

k. Pengelolaan perawatan dan pemeliharaan gedung dan prasarana serta

sarana Unit Pengelola Kawasan Kota Tua;

l. Pelayanan dan penyelenggaraan informasi dan publikasi Kawasan

Kota Tua;

m. Pengelolaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua;

n. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua;

o. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua;

p. Pengelolaan kearsipan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua;

q. Pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan kerja sama dengan unit kerja

dan lembaga yang terkait dalam rangka pengelolaan Kawasan Kota

Tua; dan

r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua.

Page 120: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

102

4.1.4.1 Susunan Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 294 tahun

2014 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua Jakarta, susunan organisasinya terdiri dari:

1. Kepala Unit Pengelola;

2. Kepala Subbagian Tata Usaha:

3. Kepala Satuan Pelaksana;

4. Satuan Pelaksana Penataan dan Pengawasan;

5. Satuan Pelaksana Pelayanan Informasi;

6. Pejabat Fungsional

a. Pegawai Negeri Sipil; dan

b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.

Page 121: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

103

4.1.4.2 Susunan Organisasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta

Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua pada

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 294 Tahun 2014:

Gambar 4.2

Struktur Organisasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua

(Sumber: Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, 2015)

Subkelompok Jabatan

Fungsional

Kepala Unit

Subbagian Tata

Usaha

Satuan Pelaksana

Pelayanan

Informasi

Satuan Pelaksana

Penataan dan

Pengawasan

Page 122: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

104

4.1.5 Gambaran Umum Local Working Group (LWG)

Local Working Group (LWG) merupakan organisasi yang terdiri dari

unsur Tim Penasehat, Tim Pengarah/Ahli, Kelompok Kerja (Pokja) dan Mitra

Kerja. Kepengurusan Kelompok Kerja (Pokja) terdiri dari: Ketua, Sekretaris dan

Bendahara.

4.1.5.1 Visi dan Misi LWG

a) Visi

Mewujudkan tata kelola destinasi pariwisata Kota Tua Jakarta yang

profesional dengan prinsip partisipatif, kolaboratif, keterpaduan dan

berkelanjutan, sehingga memiliki daya saing internasional dan memberikan

manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah.

b) Misi

1. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi (silaturahmi) seluruh pemangku

kepentingan di kawasan Kota Tua Jakarta dengan prinsip partisipatif,

keterpaduan, kolaboratif dan berkelanjutan.

2. Membangun industri pariwisata yang berkarakter dan berbasis sumber

daya lokal yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kualitas

hidup, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

3. Mendorong dan mewujudkan pertunjukan seni yang sesuai dengan budaya

dan jatidiri bangsa serta menyediakan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk meningkatkan daya tarik atraksi wisata.

4. Meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab segenap lapisan

masyarakat termasuk pengunjung kawasan wisata untuk mampu bertindak

Page 123: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

105

dan mewujudkan Sapta Pesona, yaitu Keamanan, Ketertiban, Kebersihan,

Kesejukan, Keindahan, Keramahan dan Kenangan.

5. Menggali dan mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat yang

bersumber dari talenta, kreativitas dan inovasi keterampilan untuk

menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.

6. Menjalin kerjasama dan kemitraan (sinergi) dengan semua pihak untuk

kemajuan tata kelola destinasi pariwisata Kota Tua Jakarta.

c) Fungsi

1. Mengelola destinasi pariwisata secara terpadu, efektif, efisien, transparan

dan bertanggung jawab.

2. Menjalin kerjasama yang lebih erat antara para pihak berkepentingan

dengan pnnsip saling menghormati, kesetaraan dan saling menguntungkan.

3. Mewujudkan keterpaduan dalam perencanaan hingga evaluasi

pengembangan pariwisata mewujudkan perkuatan dalam perencanaan dan

kesepakatan para pihak yang berkepentingan (stakeholder).

4. Mendukung perluasan akses lebih luas bagi masyarakat untuk berperan

aktif dalam pengembangan pariwisata.

5. Menjembatani perbedaan kepentingan para pelaku.

Page 124: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

106

4.1.6 Gambaran Umum Komunitas-Komunitas di Kota Tua Jakarta

Komunitas merupakan sekelompok orang yang saling peduli satu sama

lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi

pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan

interest atau values. Komunitas dapat dikatakan juga sebuah kelompok sosial dari

beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan

dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya

dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko

dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

Dalam hal ini masyarakat yang ikut terlibat langsung dalam manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta adalah komunitas-komunitas yang

ada di Taman Fatahillah, dan juga pedagang-pedagang yang ada disekitar Objek

Wisata Kota Tua Jakarta yang juga merupakan masyarakat sekitar dan wisatawan

yang datang berkunjung pun ikut terlibat didalamnya. Komunitas-komunitas yang

ada di kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini dinaungi oleh Local Working

Group (LWG) dan dibina oleh Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta. Pada

awal terbentuknya Local Working Group (LWG) berjumlah 79 komunitas,

kemudian semakin lama semakin berkurang menjadi 32 komunitas. Hal ini

dikarenakan komunitas-komunitas yang sebelumnya diseleksi lagi oleh Pihak Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua sesuai dengan unsur-unsur kebudayaan Kota Tua

atau unsur sejarah. Komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta ini ikut memberikan kontribusi dalam meramaikan Kawasan

Page 125: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

107

Objek Wisata Kota Tua Jakarta dan juga membantu para stakeholder dalam

melakukan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Komunitas berperan penting dalam kegiatan wisata di Kawasan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta. Komunitaslah yang menghidupkan suasana di Kawasan

Kota Tua Jakarta. Dengan adanya komunitas, pengunjung dapat menikmati

berbagai macam seni maupun budaya yang dibawakan oleh komunitas tersebut,

bahkan dapat menggunakannya. Seperti komunitas Sepeda Ontel, pengunjung

dapat menggunakan sepeda ontel tersebut untuk berkeliling di Taman Fatahillah

yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Setelah museum-museum

yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta tutup, maka pengunjung tetap

dapat menikmati Kota Tua dengan adanya komunitas-komunitas ini.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari

hasil penelitian lapangan. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan

menggunakan teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat.

Peneliti menggunakan teori manajemen menurut Henry Fayol. Teori tersebut

memberikan penjelasan mengenai pentingnya manajemen, fungsi dan tujuan

manajemen, serta prinsip dari manejemen itu sendiri. Dalam pemaparannya yaitu,

manajemen yang dilakukan, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian, sehingga sampai pada tahap pengawasan yang

Page 126: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

108

dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat. Dalam hal ini pihak-pihak yang

terkait antara lain Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua, Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Tamansari,

Local Working Group (LWG), Unit Pengelola Museum Sejarah Jakarta, Unit

Pengelola Museum Wayang, Unit Pengelola Museum Seni Rupa dan Keramik dan

komunitas serta masyarakat yang ada di sekitar objek wisata Kota Tua Jakarta

khususnya pada zona 2 yaitu Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif, sehingga data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa

kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan

observasi dilapangan. Kata-kata dari hasil wawancara dan hasil observasi

dilapangan merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data ini kemudian

oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau melalui alat

perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian. Adapun dokumentasi yang

peneliti ambil saat melakukan pengamatan adalah catatan berupa catatan lapangan

peneliti, seperti dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan baik dari Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota

Tua Jakarta, Local Working Group (LWG), Satuan Polisi Pamong Praja

Kecamatan Tamansari maupun Unit Pengelola Museum Wayang, Museum

Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik dan komunitas serta masyarakat

yang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-

Page 127: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

109

foto di lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang

menggambarkan suasana di Objek Wisata Kota Tua Jakarta khususnya di Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta.

4.2.2 Daftar Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta Berbasis Masyarakat pemilihan informan dilakukan oleh peneliti

dengan teknik purposive. Teknik purposive adalah teknik pemilihan informan

yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan masalah

penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat. Hal ini juga

telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai metodologi penelitian.

Informan yang telah ditentukan diawal adalah semua pihak baik aparatur

pelaksana pengelolaan, pihak-pihak yang terlibat maupun masyarakat. Dalam hal

ini yaitu Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Seksi Penataan Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua Jakarta, Ketua Satuan Tugas Polisi Pamong Praja Kecamatan

Tamansari, Anggota Tim Kelompok Kerja di Local Working Group (LWG),

Ketua RW 06 Kelurahan Pinangsia, Unit Pengelola masing-masing museum di

Taman Fatahillah dan pihak lain yang terlibat dalam Manajemen Pengelolaan

Objek Wisata Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat. Berikut adalah informan-

informan yang ada dalam penelitian ini:

Page 128: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

110

Tabel 4.1

Daftar Informan

No Kode

Informan

Nama Keterangan Jenis

Kelamin

Umur

1 I1-1 Encu

Suhandi, SE.,

MM

Kepala Seksi Produk

Bidang Pengkajian dan

Pengembangan Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta

Laki-laki 46 Tahun

2 I1-2 Ario

Wicaksono,

SH

Staf Seksi Penataan Unit

Pengelola Kawasan Kota

Tua Jakarta

Laki-laki 29 Tahun

3 I1-3 Purnama

Pangabean

Ketua Satuan Tugas Satpol PP

Kecamatan Tamansari Laki-laki 41 Tahun

4 I1-4 Mochammad

Firmansyah

Ketua RW 06 Kelurahan

Pinangsia

Laki-laki 45 Tahun

5 I1-5 Khasirun Staf Pengelola Museum

Sejarah Jakarta

Laki-laki 48 Tahun

6 I1-6 Sumardi Staf Pengelola Museum

Wayang

Laki-laki 46 Tahun

7 I1-7 Hari Prabowo Staf Pengelola Museum

Seni Rupa dan Keramik

Laki-laki 54 Tahun

8 I2-1 Dodi Riadi Anggota Tim Kelompok

Kerja Local Working Grup

(LWG) Kota Tua Jakarta

Laki-laki 33 Tahun

9 I2-2 Yosep Guide Museum Sejarah

Jakarta

Laki-laki 39 Tahun

10 I2-3 Rizal Hidayat Bendahara Komunitas

Manusia Batu

Laki-laki 39 Tahun

11 I2-4 Sanem Humas Paguyuban Ontel Laki-laki 57 Tahun

12 I2-5 Deden

Sinaga, S.H

Ketua Komunitas Cakra

Buana

Laki-laki 43 Tahun

13 I2-6 Drg. Hendri Ketua Gerakan Pramuka

Museum Mandiri

Laki-laki 41 Tahun

14 I2-7 Sukro Anggota Komunitas Badut Laki-laki 35 Tahun

15 I2-8 Edi Anggota Karang Taruna

RW 06 Kelurahan Pinangsia

Laki-laki 27 Tahun

16 I3-1 Sri Ningsih Pedagang Kaki Lima Perempuan 52 Tahun

17 I3-2 Eli Pengunjung Laki-laki 43 Tahun

18 I3-3 Fahmi Pengunjung Laki-laki 17 Tahun

19 I3-4 Nani Pengunjung Perempuan 20 Tahun

20 I3-5 Lotta Turis mancanegara Perempuan 21 Tahun

21 I3-6 Daniel Turis Mancanegara Laki-laki 25 Tahun

(Sumber: Peneliti, 2015)

Page 129: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

111

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan data dan fakta

yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunakan yaitu menggunakan teori manajemen menurut Henry Fayol

dalam Hasibuan (2009:38), dimana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas

komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan

manajemen pengelolaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis

masyarakat ini dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta dibantu dengan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Tamansari, Local Working Group (LWG),

unit pengelola museum-museum, konsorsium dan komunitas-komunitas serta

masyarakat yang ada disekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta, khususnya Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta. Penelitian mengenai manajemen pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat ini menggunakan teori fungsi

manajemen menurut Henry Fayol dalam Hasibuan (2009:38) yang meliputi

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), commanding

(pengarahan), coordinating (pengkoordinasian) dan controlling (pengawasan).

Dalam deskripsi hasil penelitian ini akan dibahas sesuai dengan rumusan masalah

penelitian yang akan disesuaikan dengan masing-masing fungsi manajemen

menurut Henry Fayol.

Page 130: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

112

4.3.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta

Keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta akan dibahas kedalam masing-masing fungsi manajemen

menurut Henry Fayol dalam Hasibuan (2009:38) yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan.

4.3.1.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu bagian dari elemen dasar manajemen dan

termasuk ke dalam elemen fungsi. Perencanaan merupakan tahapan paling penting

dan paling utama dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam pengelolaan

Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat. Perencanaan diperlukan

untuk menentukan rencana-rencana maupun strategi yang akan dilakukan dalam

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Perencanaan juga

dimaksudkan agar pelaksanaan manajemen pengelolaan di Kota Tua Jakarta

berjalan dengan baik dan teratur sesuai dengan rencana-rencana yang telah

ditentukan. Seperti yang di katakan oleh Bapak Encu Suhandi (I1-1) selaku Kepala

Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta melalui wawancara yang dilakukan oleh

peneliti yaitu:

Page 131: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

113

“Kota Tua Jakarta akan dikembangkan menjadi salah satu tujuan

wisata untuk tingkat internasional, Kota Tua pada saat ini sedang

dalam penataan kawasan supaya lebih menarik agar Kota Tua

layak sebagai destinasi wisata, yang akan kita kembangkan disana

banyak bangunan-bangunan cagar budaya yang ingin dikelola, dan

Kota Tua ini akan masuk kedalam daftar tujuan wisata tingkat

dunia di UNESCO, kita terus berupaya menata baik dari

infrastruktur, pengelolaan kawasan yang melibatkan semua

stakeholder.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari

Jumat, 18 September 2015 pukul 12:43 WIB di Gedung B Lantai

3 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Encu (I1-1), Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta ingin mengembangkan Kota

Tua Jakarta menjadi tujuan wisata tingkat internasional dengan melakukan

penataan kawasan agar lebih menarik dan merevitalisasi bangunan-bangunan

cagar budaya. Hal ini senada dengan yang dijelaskan oleh Bapak Ario Wicaksono

(I1-2) selaku Staf Seksi Penataan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, beliau

mengatakan bahwa:

“Perencanaan yang dilakukan untuk Kota Tua ini sesuai dengan

Peraturan Gubernur No.36 Tahun 2014. Disitu semua tercantum

semua tentang perencanaan Kota Tua, didalam Pergub tersebut

terdapat konsep untuk menjadikan Kota Tua sebagai objek wisata

yang lebih baik lagi dalam hal penataan dan berbasis masyarakat”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari Senin, 2 Maret

2015 pukul 15:01 WIB di Kantor Unit Pengelola Kawasan Kota

Tua Lantai 2)

Dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta melakukan upaya-upaya agar Kota Tua

Jakarta menjadi destinasi wisata yang layak dan menjadi objek wisata unggulan

di DKI Jakarta dan menjadi tujuan wisata lokal maupun mancanegara.

Page 132: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

114

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta antara lain yaitu meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, mendorong pemberdayaan komunitas dan meningkatkan ketahanan

kelembagaan kepariwisataan dan kebudayaan, meningkatkan kualitas dan

mengembangkan produk pariwisata dan kebudayaan, mengembangkan sarana

dan prasarana aktivitas kepariwisataan dan kebudayaan berbasis lingkungan,

mengembangkan promosi dan publisitas kepariwisataan dan kebudayaan secara

profesional, mewujudkan tata kelola penyelenggaraan urusan pariwisata dan

kebudayaan yang akuntabel, efektif dan efisien. Hal ini tercantum dalam misi

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta juga

berintegrasi dengan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, pihak pengelola

masing-masing museum, Local Working Group (LWG), Satuan Polisi Pamong

Praja Kecamatan Tamansari dan juga masyarakat atau komunitas yang ada

disekitar kawasan Kota Tua Jakarta khususnya Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta, selain itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta juga

melakukan kerjasama dengan pihak swasta yaitu PT Jababeka, PT Agung

Sedayu, PT Ciputra, Plaza Indonesia dan PT Pembangunan Kota Tua yang

tergabung dalam suatu konsorsium. Perencanaan yang dibuat oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tercantum dalam Peraturan

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 36 Tahun 2014

tentang Rencana Induk Kawasan Kota Tua.

Page 133: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

115

Dengan adanya Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 36 Tahun 2014 tentang rencana induk kawasan Kota Tua, segala

sesuatu yang dilaksanakan terkait dengan manajemen pengelolaan Kota Tua

Jakarta didasarkan pada Peraturan Gubernur tersebut, dan hal ini menunjukkan

adanya upaya dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan pelestarian

terhadap bangunan bersejarah dan penataan kawasan Kota Tua Jakarta yang lebih

baik. Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

36 Tahun 2014 tentang rencana induk kawasan Kota Tua pada Pasal 29

menyebutkan bahwa pengelolaan kawasan Kota Tua dilakukan secara terpadu

lintas sektoral dan wilayah serta melibatkan secara aktif dunia usaha dan

kelompok-kelompok masyarakat.

Masyarakat yang ikut terlibat dalam manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta berasal dari semua lapisan elemen, antara lain stakeholder-

stakeholder, komunitas-komunitas yang ada disekitar kawasan Taman Fatahillah,

pengunjung yang datang, seluruh lapisan masyarakat baik pelajar, kaum muda

maupun kaum orang tua serta karang taruna RW 06, RT 04 Kelurahan Pinangsia,

Jakarta Barat, karena dalam hal ini Objek Wisata Kota Tua Jakarta milik bersama

sehingga dalam pengelolaannya pun melibatkan semua pihak, baik dari

pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Page 134: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

116

Komunitas-komunitas yang ada disekitar kawasan Taman Fatahillah:

Gambar 4.3

Kelompok Komunitas

Bidang Pendidikan 1. Gerakan Pramuka Museum Mandiri

2. Forum Indonesia Membaca

3. Komunitas Jelajah Budaya

Bidang Seni 1. Marching Band Museum

2. Barongsai dan Tanjidor

3. Paguyuban Onthel Wisata Fatahillah

4. Cakra Buana

5. Indonesia Community Art (ICA)

6. Komunitas Lorong Rupa

Bidang Keagamaan 1. Rhuha Fatahillah

Bidang Kesejarahan 1. Komunitas Manusia Batu

2. Komunitas Tempoe Doeloe

3. Trem Kota Tua

4. Sahabat Kota Tua

(Sumber: Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, 2015)

Page 135: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

117

Dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta juga ikut

melibatkan masyarakat sekitar, pengunjung dan juga komunitas-komunitas yang

ada di sekitar kawasan Taman Fatahillah, seperti yang dikatakan oleh Bapak Encu

Suhandi (I1-1) selaku Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, beliau mengatakan

bahwa:

“Banyak yang dilibatkan dalam manajemen pengelolaan Kota Tua

ini, semua elemen. Kita melibatkan stakeholder, masyarakat dan

juga unit-unit terkait.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu,

hari Jumat, 18 September 2015 pukul 12:43 WIB di Gedung B

Lantai 3 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti oleh informan yaitu

Bapak Encu (I1-1) diatas, manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta

melibatkan banyak pihak diantaranya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,

stakeholders, instansi terkait dan juga elemen masyarakat.

Hal ini juga diperjelas dengan informasi yang didapatkan dari hasil

wawancara dengan Bapak Sumardi (I1-6) selaku Staf Pengelola Museum Wayang,

beliau mengatakan bahwa:

Page 136: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

118

“Kita punya mitra kerja masyarakat. Tentunya kita juga sudah

mempertimbangkan, mana yang berkaitan dengan masyarakat

mana yang tidak. Artinya kita merumuskan kegiatan yang

berdampak langsung dengan masyarakat, yang artinya masyarakat

bisa menikmati dan merasakan dampak dari kegiatan tersebut.

Kemudian mitra kerja kita terhadap masyarakat stakeholder

dilingkungan kita. Contoh kita mengadakan acara dihalaman

Taman Fatahillah, iya berbaur dengan lingkungan kita, dengan

stakeholder yang ada, baik ke masyarakat maupun yang ada

dikawasan kota tua ini. Masyarakatnya itu dari tingkat RW, RT,

lurah, camat, polsek, pospol dan lain-lain. Selain itu mitra kerja

yang mendukung kegiatan kami seperti museum tekstil punya

komunitas pembatik, komunitas pembatik dari belahan nusantara

dari NTT, Bali Jogja dan lain-lain juga mitra kerja kami dan juga

yang ada di Jakarta itu sendiri.” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Sumardi, hari Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 14:06 WIB, di

Museum Wayang)

Selain itu hal ini juga diperkuat oleh penyataan Staf Pengelola Museum Seni Rupa

dan Keramik Bapak Hari Prabowo (I1-7), beliau mengatakan bahwa:

“Kalau ada acara kita kerjasama dengan komunitas. Kalau kita mau

adain pameran, kita ikutsertakan komunitas, tapi kita ga boleh cari

sponsor, karna kita punya dana sendiri, tiap tahun mengajukan

anggaran.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Hari, hari Jumat

28 Agustus 2015 pukul 15:07 WIB, di Museum Seni Rupa dan

Keramik)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti oleh informan yaitu Bapak Hari

(I1-7) diatas berkaitan dengan wawancara yang dilakukan oleh Bapak Encu (I1-1)

dan Bapak Sumardi (I1-6) sebelumnya, bahwa pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta ikut melibatkan peran aktif swasta, dunia usaha dan juga masyarakat.

Setiap museum memiliki mitra kerja masing-masing, salah satunya adalah

komunitas. Masing-masing museum memiliki komunitas, di Museum Wayang ada

komunitas pecinta wayang, di Museum Seni Rupa dan Keramik ada komunitas

pelukis, namun dalam hal ini komunitas dilibatkan ketika ada acara saja,

Page 137: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

119

selebihnya tidak ikut dilibatkan, misalnya dalam perencanaan atau perumusan

kegiatan-kegiatan museum dalam satu tahun komunitas tidak ikut dilibatkan.

Selain itu museum-museum juga memiliki program-program masing-

masing dalam satu tahun, salah satunya Museum Sejarah Jakarta, seperti yang

dikatakan oleh Bapak Yosep (I2-2) sebagai berikut:

“Kalau untuk perencanaan kita ada kegiatan-kegiatan selama satu

tahun, dan kami punya beberapa kegiatan unggulan untuk menarik

para pengunjung supaya mereka datang kembali ke museum ini,

ataupun masyarakat atau para pelajar bisa mengetahui lebih banyak

tentang sejarah Kota Jakarta ini. Diantaranya ada Batavia Art

Festival itu pamerannya tentang museum-museum yang ada di

Kota Jakarta. Khususnya yang dibawah naungan Pemda. Temanya

menyangkut tentang sejarah Kota Jakarta. Misalnya satu sosok

Fatahillah, kita pamerkan tentang fatahillah semua jadi seperti itu,

misalnya pedang hukuman tentang keadilan. Ada lagi kegiatan

unggulan kita namanya wisata kampung tua, wisata kampung tua

ini kita menjaring seluruh lapisan baik anak-anak ataupun dewasa,

atau mereka mau daftar disini langsung silahkan, atau kita

undang, kita mengajak mereka keliling kampung-kampung tua

yang ada di Kota Jakarta. Salah satu contoh misalnya kampung

pekojan daerah jembatan lima, kampung arab, kemudian ada nama

kampung pecinan karna disitu dulu khusus orang-orang cina

berdomisil, kita akan masuk kesana daerah glodok, wisata

kampung tua ini biasanya dari kota tua ini sampai ke pelabuhan

sunda kelapa, dan bukan hanya itu, kita juga menyiapkan ada

wisata jelajah malam atau jalan-jalan malam, jadi jalan-jalan

malam di museum. Kita sudah menyiapkan acara seperti itu.

Kegiatan-kegiatan di Museum Sejarah Jakarta juga diperuntukkan bagi

masyarakat yang melibatkan semua kalangan baik dari pelajar, mahasiswa

ataupun orang tua. Kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh Museum Sejarah Jakarta

yaitu untuk memperkenalkan sejarah Kota Tua Jakarta kepada masyarakat

ataupun pelajar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan inipun mengikutsertakan

komunitas-komunitas untuk meramaikan acara tersebut. Misalnya komunitas-

Page 138: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

120

komunitas disediakan stand untuk memperkenalkan komunitas mereka atau

memperkenalkan sejarah Kota Tua Jakarta.

Selain stakeholder-stakeholder yang mengatakan bahwa masyarakat ikut

dilibatkan dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta,

komunitas-komunitas yang ada di sekitar kawasan Kota Tua Jakarta juga

mengatakan hal yang sama, seperti yang dikatakan Bapak Rizal Hidayat (I2-3)

selaku Bendahara Komunitas Manusia Batu, beliau mengatakan bahwa:

“Terkadang kalau ada event kita suka diajak gabung, tapi

tergantung eventnya, event apa dulu dan tergantung dari UPK juga.

Kadang-kadang kalo ada acara ulang tahun Jakarta sama seminar

Kota Tua kita juga dilibatkan dalam acaranya” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Rizal, hari Senin, 2 Maret 2015 pukul

15:14 WIB, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas

Komunitas Sepeda Onthel, beliau mengatakan bahwa:

“Komunitas sepeda ontel ini juga dilibatkan kalau ada acara-acara

disini, karna sepeda ontel ini juga merupakan hiburan untuk para

pengunjung muter-muter Taman Fatahillah ini, dan kita juga disini

ikut menjaga keamanan Kota Tua” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Sanem, hari Sabtu, 24 Oktober 2015 pukul 15:13 WIB, di

Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Komunitas manusia batu dan komunitas sepeda ontel adalah komunitas yang

paling aktif diantara komunitas-komunitas yang lainnya. Komunitas manusia batu

dan komunitas sepeda ontel adalah komunitas yang setiap hari ada di Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta, mereka ikut meramaikan suasana di Kota Tua

Jakarta. Komunitas sepeda ontel dengan menyewakan sepeda ontelnya kepada

pengunjung dan komunitas manusia batu dengan berkostum seperti pahlawan

Page 139: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

121

zaman dulu dan berpose seperti patung yang membuat pengunjung tertarik untuk

berfoto bersama komunitas manusia batu tersebut.

Komunitas merupakan organisasi informal yang terbentuk dari hubungan

dan interaksi perorangan dan kelompok-kelompok yang saling berkaitan dan

biasanya tidak diakui secara resmi oleh organisasi. Komunitas atau organisasi

informal bersifat lepas, fleksibel, tidak terumuskan dan spontan. Berdasarkan

wawancara dengan beberapa informan diatas terungkap bahwa komunitas-

komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta, khususnya Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta dilibatkan dalam acara-acara yang diadakan oleh Dinas, UPK maupun

museum-museum yang ada di Taman Fatahillah, namun dalam perencanaannya

komunitas tidak ikut dilibatkan secara aktif didalamnya.

Selain komunitas-komunitas yang ada di sekitar kawasan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta, masyarakat sekitar yang bertempat tinggal di RW 06 Kelurahan

Pinangsia juga dilibatkan, masyarakat di RW 06 Kelurahan Pinangsia memiliki

Karang Taruna atau perkumpulan pemuda yang ada di RW 06 Kelurahan

Pinangsia, perwakilan dari Karang Taruna Bapak Edi (I2-8) mengatakan bahwa:

“Kita sebagai masyarakat sekitar sini yang deket dengan objek

Wisata Kota juga ikut membantu Pemerintah untuk menjaga dan

melestarikan Kota Tua ini, kalau ada acara di Kota Tua juga kita

dibikinin stand untuk mengenalkan kawasan ini, kita punya

kerajinan tangan hasil karya sendiri dan kalau ada acara kita ikut

tampil main rebana atau hadroh” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Edi, hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 15:32, di Basecamp

Karang Taruna RW 06, Kelurahan Pinangsia)

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti

mengungkapkan bahwa manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta

dilakukan dengan ikut melibatkan peran serta masyarakat didalamnya. Namun

Page 140: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

122

peran serta masyarakat ataupun komunitas hanya pada acara atau kegiatan-

kegiatan yang diadakan di Kota Tua Jakarta saja, komunitas atau masyarakat

belum dilibatkan secara aktif dalam pembuatan perencanaan, perumusan kegiatan-

kegiatan dalam perencanaan ataupun rapat evaluasi hasil dari dilakukannya

perencanaan. Peran serta masyarakat dianggap penting dalam hal ini, dikarenakan

objek wisata Kota Tua Jakarta ini merupakan peninggalan penjajahan zaman

dahulu yang menjadi warisan bagi generasi sekarang dan selanjutnya, sehingga

masyarakat perlu dilibatkan dalam pengelolaannya agar masyarakat juga merasa

memiliki dan ingin melestarikan Kota Tua Jakarta.

Dalam hal perencanaan, masyarakat sekitar atau komunitas-komunitas

yang ada disekitar Taman Fatahillah belum ikut secara aktif memberikan masukan

atau saran untuk merumuskan perencanaan yang dibuat untuk Objek Wisata Kota

Tua Jakarta. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Edi (I2-8) selaku anggota karang

taruna RW 06 Kelurahan Pinangsia, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau rapat sih biasanya jarang diajak, paling hanya ketua RWnya

saja yang diajak rapat. Kalau kita biasanya hanya diikutkan jika

ada acara di Kota Tua, kita suka ikut tampil” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Edi, 4 Oktober 2015 pukul 15:32 WIB, di Basecamp

Karang Taruna RW 06, Kelurahan Pinangsia)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Rizal (I2-5), beliau mengatakan

bahwa:

“Kita kalau ada rapat suka diajak sama UPK, namun sekarang

jarang. Kalau ada acara saja. ” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Rizal, hari Minggu, 2 Maret 2015 pukul 16:33 WIB, di Taman

Fatahillah, Kota Tua Jakarta).

Hal yang sama pun dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku humas komunitas

sepeda Ontel. Beliau mengatakan bahwa:

Page 141: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

123

“Kita pernah diajak rapat dengan Dinas atau UPK tetapi jarang,

didalam rapat itu pun masukan atau omongan yang kita sampaikan

kurang didengar oleh mereka. Mereka seperti kurang percaya

dengan apa yang kita omongkan” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Sanem, hari Sabtu, 24 Oktober 2015 pukul 15:13 WIB, di

Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta).

Berdasarkan wawancara kepada ketiga informan di atas dapat diketahui bahwa,

dalam perumusan perencanaan untuk Kota Tua Jakarta hanya dilakukan oleh unit-

unit terkait saja yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,

UPK Kota Tua Jakarta, dan Unit Pengelola masing-masing museum. Masyarakat

dalam hal ini ikut dilibatkan hanya pada rapat teknis yang dilakukan bersama

dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua

Jakarta, dan Unit Pengelola masing-masing museum, namun dalam hal ini

menurut hasil wawancara dengan informan diatas, bahwa komunitas atau

masyarakat karang taruna RW 06 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari

jarang diikutsertakan dalam rapat teknis tersebut dan masukan yang diberikan

oleh komunitas yang ikut rapat pun jarang ditanggapi.

Bukan hanya masyarakat sekitar ataupun komunitas-komunitas saja yang

ikut dilibatkan dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta,

melainkan pengunjung-pengunjung yang datang ke Objek Wisata Kota Tua

Jakarta, khususnya Taman Fatahillah juga ikut dilibatkan didalamnya. Jumlah

pengunjung yang datang ke Kota Tua Jakarta cukup banyak. Dilihat dari data

jumlah pengunjung di 3 (tiga) museum yang ada di Taman Fatahillah, yaitu

Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta dan Museum Wayang.

Berikut data jumlah pengunjung yang datang ke 3 (tiga) museum tersebut pada

tahun 2014

Page 142: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

124

Tabel 4.2

Jumlah Pengunjung Museum Seni Rupa dan Keramik Tahun 2014

NO BULAN WISNUS WISMAN TK SD SLTP SLTA MAHASISWA RISET T.RESMI JUMLAH

1 Januari 4.600 44 510 200 500 400 1.321 - - 7.575

2 Februari 3.400 117 1.000 600 500 759 663 - - 7.039

3 Maret 3.360 625 1.000 1.500 2.500 663 515 - - 10.163

4 April 2.800 81 1.000 1.058 250 250 581 - - 6.020

5 Mei 3.100 103 750 1.250 400 457 486 - - 6.546

6 Juni 2.676 74 500 500 1.026 600 489 -

5.865

7 Juli 1.350

77 250 250 200 243 -

2.370

8 Agustus 11.000 76 2.500 1.500 200 214 1.226 - - 16.716

9 September 5.600 95 500 340 500 1.500 692 - - 9.227

10 Oktober 4.570

200 185 2.500 1.500 759 - - 9.714

11 November 9.793

2.500 1.300 1.500 1.524 1.508 - - 18.125

12 Desember 13.241

2.000 2.500 3.500 757 1.988 - - 23.986

Jumlah 65.490 1.215 12.537 11.183 13.626 8.824 10.471 - - 123.346

(Sumber: Museum Seni Rupa dan Keramik, 2015)

Dari tabel Jumlah Pengunjung Museum Seni Rupa dan Keramik Tahun

2014 diatas dapat dilihat bahwa jumlah pengunjung yang datang ke Museum Seni

Rupa dan Keramik pada tahun 2014 terbilang cukup banyak.

Page 143: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

125

Tabel 4.3

Jumlah Pengunjung Museum Sejarah Jakarta Tahun 2014

NO BULAN

JENIS PENGUNJUNG

JUMLAH

UMUM ROMBONGAN

DEWASA

MHS PELAJAR WISNUS MHS PELAJAR RESMI

WISNUS WISMAN

1 Januari - - - - - - - - -

2 Februari 140 - 100 100 - - - - 340

3 Maret 8.907 478 1.391 3.974 166 112 2.193 - 17.221

4 April 17.867 875 2.995 9.071 262 156 6.032 - 37.258

5 Mei 19.254 1.095 2.697 9.529 534 230 4.349 - 37.688

6 Juni 17.074 842 2.469 11.041 664 50 4.566 4.832 41.538

7 Juli 2.791 1.742 7.647 11.078 - - - - 23.258

8 Agustus 100 - 24.506 30.765 166 - 160 - 55.697

9 September - 1.057 14.501 19.326 336 60 2.491 - 37.771

10 Oktober - 471 5.907 7.070 - 50 651 - 14.149

11 November - - 350 300 - - - - 650

12 Desember - - 170 200 - - - - 370

Jumlah 66.133 6.560 62.733 102.454 2.128 658 20.442 4.832 265.940

(Sumber: Museum Sejarah Jakarta, 2015)

Dari tabel Jumlah Pengunjung Museum Sejarah Jakarta Tahun 2014 diatas

dapat dilihat bahwa jumlah pengunjung yang datang pada tahun 2014 terbilang

banyak yaitu dengan total 265.940 pengunjung.

Page 144: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

126

Tabel 4.4

Jumlah Pengunjung Museum Wayang Tahun 2014

NO BULAN WISNUS WISMAN TK/SD SLTP SLTA MAHASISWA RISET T.RESMI JUMLAH

1 Januari 17.336 3.533

1.088 108 80 1.124 -

63 23.332

2 Februari 13.398 3.865

5.994 828 344 1.486 -

55 25.970

3 Maret 17.442 3.605

7.105 753 303 1.122 -

42 30.372

4 April 13.893 3.667

2.900 184 115 1.922 -

39 22.720

5 Mei 46.862 3.445

2.487 125 63 681 -

25 53.688

6 Juni 19.784 4.546

210 - - 796 -

42 25.378

7 Juli 2,941 1253

230 64 - 342 -

45 4.875

8 Agustus 26.248 5.403

153 65 - 1.209 -

57 33.135

9 September 14.055 5.398

1.425 165 - 1.398 -

64 22.505

10 Oktober 12.289 4.529

4.477 1.067 309 1.115 -

81 23.867

11 November 23.016 3.894

5.722 796 235 1.980 -

125 35.768

12 Desember 47.235 4.060

5.848 392 161 2.413 -

162 60.271

Jumlah 254.499 47.198 37.639

4.547 1.610 15.588 0 800 361.881

(Sumber: Museum Wayang, 2015)

Dari tabel Jumlah Pengunjung Museum Wayang Tahun 2014 diatas dapat

dilihat bahwa jumlah pengunjung yang datang ke Museum Wayang pada tahun

2014 terbilang banyak yaitu 361.881 pengunjung.

Page 145: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

127

Dapat dilihat dari jumlah pengunjung di 3 (tiga) museum yang ada di

Kawasan Taman Fatahillah yang cukup banyak menandakan bahwa masyarakat

yang datang ke Objek Wisata Kota Tua Jakarta khususnya Taman Fatahillah

terbilang banyak, bahkan bisa melebihi dari jumlah pengunjung museum yang

datang, karena dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, ada juga pengunjung

yang datang ke Objek Wisata Kota Tua Jakarta tetapi tidak masuk dan berkunjung

ke museum-museum yang ada di kawasan Taman Fatahillah, hanya di Taman

Fatahillahnya saja.

Berikut hasil wawancara dengan pengunjung yaitu Bapak Eli (I3-2),

beliau mengatakan bahwa:

“Saya senang berkunjung di Kota Tua ini, selain untuk

pengetahuan anak juga bisa untuk berekreasi sambil duduk-duduk

disini” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Eli, hari Minggu, 4

Oktober 2015 pukul 16:55, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan pengunjung lain yaitu Fahmi (I3-3), beliau

mengatakan bahwa:

“Saya datang kesini sama orang tua, senang sih disini tapi sekarang

pengunjungnya semakin banyak, jadi sepertinya semakin sempit”

(Sumber: Wawancara dengan Fahmi, hari Minggu, 4 Oktober 2015

pukul 16:48, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Kedua informan diatas adalah informan yang berasal dari luar Kota

Jakarta, mereka sengaja berkunjung ke Kota Tua Jakarta untuk berwisata mengisi

akhir pekan. Ada juga pengunjung yang berasal dari mancanegara yaitu dari

Negara Finlandia dan Negara Swiss, mereka datang ke Kota Tua Jakarta untuk

berkunjung dan ada juga yang datang ke Kota Tua Jakarta karena sedang

berkunjung ke Jakarta. Berdasarkan wawancara dengan informan diatas terungkap

Page 146: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

128

bahwa pengunjung Kota Tua Jakarta khususnya Taman Fatahillah semakin

banyak, terlebih lagi pada hari sabtu dan minggu. Namun yang dikeluhkan oleh

pengunjung adalah minimnya toilet umum dan banyaknya sampah yang

berserakan. Selain itu dari peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya, ada

juga upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta. Dari hasil wawancara dengan Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi

Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Dalam hal promosi pihak kita memasukan kawasan kota tua

dalam pembuatan booklet atau CD promosi tentang pariwisata di

DKI Jakarta. Pengenalan kawasan kota tua Jakarta dilakukan

melalui penentuan kota tua sebagai bagian dari Kawasan Strategi

Pariwisata Nasional, Daerah Pengembangan Daya Tarik

Pariwisata, Pengembangan Destination Management Organization.

Dengan masuk ke dalam program tersebut, Kota Tua menjadi

perhatian banyak pihak. Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan jumlah pengunjung kota

tua adalah melaksanakan event seni budaya di Kota Tua.

Merehabilitasi museum dan bangunan milik Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta dan kawasan publik, sehingga menarik untuk

dikunjungi.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari

Jumat, 18 September 2015 pukul 12:43 WIB, di Gedung B Dinas

Lantai 3 Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Lantai

3)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Ario (I1-2) selaku Staff Seksi

Penataan Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua, beliau mengatakan bahwa:

Page 147: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

129

“Dalam rangka meningkatkan pengunjung museum dilakukan

melalui rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan, sehingga lebih

menarik. peran media elektronik, cetak dan lain sebagainya ikut

berperan dalam sosialisasi objek wisata Kota Tua. Yang ada di

bidang Sarana Prasarana, yang khusus memperbaiki fisik kota tua.

Kalau promosi kota tua dilakukan melalui website, brosur dan

leaflet.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat, 2

Maret 2015 pukul 15:04 WIB, di Kantor Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua)

Berdasarkan wawancara dengan kedua informan diatas dapat diketahui

bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan UPK Kota

Tua Jakarta melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengunjung yang

datang ke Kota Tua Jakarta dengan mempromosikan Kota Tua Jakarta melalui

media elektronik maupun media cetak. Namun dalam hal ini seharusnya

pemerintah juga menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dengan

seiring bertambahnya pengunjung Kota Tua Jakarta, khususnya Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta seperti toilet umum, tempat sampah, pusat informasi, masjid dan

lain sebagainya. Sehingga pengunjung yang datang merasa nyaman dan

menjadikan Kota Tua Jakarta kedalam destinasi wisata yang menarik untuk

dikunjungi.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada pengunjung Objek Wisata

Kota Tua mengenai tanggapannya tentang Objek Wisata Kota Tua Jakarta pada

saat ini, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Eli (I3-2)

pengunjung Kota Tua yang berwisata di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta,

beliau mengatakan bahwa:

Page 148: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

130

“Kota Tua sekarang lebih rapih ya pkl nya sudah tidak lagi berada

di tengah-tengah lapangan, namun sampahnya disini berserakan,

sepertinya pengunjung-pengunjung buang sampahnya

sembarangan dan minim tempat sampah juga disini” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Eli, hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul

16:55 WIB, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan pengunjung lain yaitu Nani (I3-4),

beliau mengatakan bahwa:

“Sekarang Kota Tua pengunjungnya semakin banyak. Apalagi

kalau malam tambah ramai. Pengunjungnya banyak sampah pun

juga semakin banyak, jadi kesannya kumuh kalau malam”

(Sumber: Wawancara dengan Nani, hari Minggu, 4 Oktober 2015

pukul 17:23 WIB, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengunjung di Taman Fatahillah Kota

Tua Jakarta terungkap bahwa pengunjung yang datang ke Taman Fatahillah Kota

Tua Jakarta semakin banyak. Pedagang Kaki Lima yang ada di Kota Tua Jakarta

sekarang sudah lebih rapi, tidak lagi berada di area Taman Fatahillah dan

disediakan tempat-tempat bercanopi untuk para Pedagang Kaki Lima berdagang.

Terkait dengan sampah, memang sampah di Taman Fatahillah jika pengunjung

ramai, sampah pun juga banyak yang berserakan, dikarenakan sedikitnya tempat

sampah yang dapat dijangkau oleh pengunjung dan rendahnya kesadaran

pengunjung untuk menjaga kebersihan di area Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Selain itu Dinas Kebersihan DKI Jakarta untuk wilayah Taman Fatahillah hanya

pada saat pagi hari saja melakukan pengangkutan sampah, sehingga sampah

menumpuk di beberapa sudut Taman Fatahillah.

Beberapa waktu lalu terpampang baliho mengenai peraturan daerah yang

mengatur jika ada yang membuang sampah disembarang tempat akan dikenakan

denda Rp. 500.000. Namun dalam hal pelaksanaannya sepertinya tidak berjalan

Page 149: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

131

dengan baik dan tidak ditindak dengan tegas, karena sampah tetap saja berserakan

di Kawasan Taman Fatahillah.

Dengan banyaknya pengunjung yang datang ke Taman Fatahillah Kota

Tua Jakarta, keterlibatan pengunjung didalam perencanaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta hanya untuk meramaikan acara yang diadakan oleh Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta ataupun museum-

museum yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Masyarakat hanya

menikmati wisata Kota Tua Jakarta dan kalaupun ada kritik dan saran yang ingin

pengunjung sampaikan, pengunjung bisa menulis kritik dan saran lalu

memasukkannya kedalam kotak saran yang ada di Perpustakaan Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta.

4.3.1.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan bagian dari manajemen yang dilakukan

setelah perencanaan. Hal ini sesuai dengan teori manajemen yang digunakan oleh

peneliti dalam penelitian ini yaitu teori manajemen menurut Henry Fayol

(Hasibuan, 2009:40). Dalam pengorganisasian, pemimpin dalam suatu organisasi

mengelompokkan pekerjaan kepada pegawai atau anggota sesuai dengan

kemampuannya. Keterlibatan masyarakat dalam pengorganisasian di Kota Tua

Jakarta yaitu khususnya pada komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta,

komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta tidak ikut dilibatkan dalam

pengorganisasian di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta maupun di museum-museum yang ada di

Page 150: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

132

Kota Tua Jakarta. Artinya komunitas-komunitas yang ada maupun masyarakat

tidak termasuk kedalam struktur organisasi di unit-unit terkait tersebut.

Melainkan komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta memiliki

struktur organisasi masing-masing di dalam komunitasnya. Hal ini dikarenakan

komunitas merupakan organisasi informal yang tidak termasuk kedalam

organisasi formal. Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta dinaungi

oleh Local Working Group (LWG) di Kota Tua Jakarta. Local Working Group

(LWG) bertugas sebagai fasilitator dan mediator bagi komunitas-komunitas yang

ada di Kota Tua Jakarta. LWG menaungi komunitas-komunitas tersebut dan LWG

menerima masukan serta saran dari komunitas maupun masyarakat. Berikut

wawancara dengan Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok Kerja di

LWG, beliau mengatakan bahwa:

“Di dalam komunitas memiliki struktur organisasi masing-masing,

yaitu ada ketua, sekretaris, bendahara dan angota-anggotanya,

mereka mengurus anggotanya masing-masing, dan kalau mau ada

pergantian ketua biasanya rapat dan kita diajak rapat” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Dodi, hari Minggu, 6 September 2015

pukul 14:51 WIB, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku humas

Komunitas Sepeda Ontel, beliau mengatakan bahwa:

“Kita di dalam komunitas ontel ini ada ketua, sekretaris, bendahara

dan beberapa anggota, totalnya semua 38 orang, kita dalam

keseharian itu membagi pendapatan dari hasil sewa ontel itu sama

rata, dan kita ada uang kas seminggu 10rb, uang itu digunakan

kalau ada kebutuhan-kebutuhan komunitas ontel ini. (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Sanem, hari Minggu, 24 Oktober 2015

pukul 15:13 WIB, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Deden (I2-5) selaku Ketua

Komunitas Cakra Buana, beliau mengatakan bahwa:

Page 151: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

133

“Disini kita memiliki struktur organisasi sendiri, saya sendiri

ketuanya, lalu ada sekretaris, bendahara dan anggota-anggota lain

yang berasal dari masyarakat sekitar sini dan juga ada masyarakat

daerah lain yang ikut bergabung” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Deden, hari Minggu, 24 Oktober 2015 pukul 13:51 WIB, di

Kediaman Bapak Deden Sinaga, S.H)

Bapak Rizal (I2-3) selaku Bendahara Komunitas Manusia Batu juga mengatakan

hal yang demikian:

“Kita memiliki ketua yaitu Bapak Idris, bendaharanya saya sendiri,

dan beberapa anggota, anggota kita itu kadang suka berganti orang,

dikarenakan orang yang sebelumnya itu memiliki kesibukan lain

atau ada hal lain” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Rizal, hari

Minggu, 2 Maret 2015 pukul 16:33 WIB, di Taman Fatahillah,

Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa masing-masing komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta memiliki struktur

organisasi sendiri dan mengatur organisasinya masing-masing. Contohnya saja

seperti Komunitas Manusia Batu, Komunitas Sepeda Ontel dan Komunitas Cakra

Buana, mereka memiliki struktur organisasi masing-masing dan masing-masing

komunitas memiliki ketua, sekretaris dan bendahara.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta pada awalnya

berjumlah 79 komunitas, kemudian berkurang menjadi 48 komunitas dan sampai

saat ini ada 32 komunitas di Kota Tua Jakarta. Namun itu pun tidak semuanya

aktif, dikarenakan anggota-anggota dari komunitas-komunitas tersebut memiliki

kegiatan atau pekerjaan masing-masing sehingga jumlah komunitas semakin lama

semakin berkurang.

Hal lain yang menyebabkan komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua

Jakarta semakin lama semakin berkurang yaitu adanya penyeleksian komunitas

Page 152: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

134

yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta. UPK Kota

Tua Jakarta mensyaratkan komunitas yang ingin menjadi bagian dari Kota Tua

Jakarta adalah komunitas yang mempunyai unsur kesejarahan tentang Kota Tua

Jakarta atau unsur zaman penjajahan Belanda. Contohnya seperti Komunitas

Manusia Batu dan Komunitas Sepeda Ontel.

Hal ini bertujuan agar nilai-nilai kesejarahan tentang Kota Tua Jakarta

dan unsur-unsur penjajahan zaman Belanda tetap ada dan tetap dilestarikan,

karena itu merupakan ciri khas atau karakteristik dari Kota Tua Jakarta,

khususnya Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Namun pada kenyataan yang ada

dilapangan ada beberapa komunitas di Kota Tua Jakarta khususnya Taman

Fatahillah yang tidak sesuai dengan unsur-unsur kesejarahan di Kota Tua Jakarta

atau unsur-unsur zaman penjajahan Belanda. Seperti Komunitas Badut yang ada

di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Adanya komunitas yang tidak sesuai

dengan unsur kesejarahan Kota Tua Jakarta dikarenakan tidak tegasnya UPK Kota

Tua dalam mengatur komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta.

Sehingga mereka masih tetap ada di Kawasan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Seperti yang di katakan oleh Bapak Sukro (I2-7) selaku Anggota Komunitas Badut,

beliau mengatakan bahwa:

“Daripada nganggur mendingan begini. Kalau untuk sekarang sih

karena belum ada pekerjaan yang lain jadi jalanin aja.” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Sukro, hari Sabtu, 11 Juli 2015 pukul

13:04 WIB, di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta)

Adapun yang dikatakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok

Kerja di LWG mengenai Komunitas Badut yang tidak sesuai dengan unsur

kesejarahan Kota Tua Jakarta, beliau mangatakan bahwa:

Page 153: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

135

“Kita dari LWG sudah sering kali bilang ke UPK, kepihak lainnya

seperti konsorsium. Mereka belum bisa menyingkirkan atau

memindahkan badut-badut ini. Sebetulnya awalnya itu dari monas,

semakin lama semakin banyak. Tetapi belum ada tindakan tegas

dari pemerintah atau pengelola, karena kita pernah mencoba

ngomong kemereka, kalau mau disini jangan pakai kostum

doraemon, marsha, upin-ipin, tapi pakailah karakter yang sesuai

sama objek wisata ini, misalnya jadi patung gubernur jenderal

belanda, atau mewakili tionghoa yang dulu jadi penjajah disini,

pokoknya yang menunjang kawasan ini. tapi karna mereka sudah

terlanjur mesen kostum itu dengan uang jutaan dibandung mungkin

mereka sayang atau apa. Tapi sampai hari ini pun belum ada

penindakan tegas dari UPK atau pemerintah. Sebenarnya mereka

ga boleh ada disini”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Dodi,

hari Minggu, 6 September 2015 pukul 14:51 WIB, di Gedung

Arsip Mandiri)

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Sukro (I2-7) selaku Anggota Komunitas

Badut bahwa komunitas badut yang ada di Kota Tua Jakarta memang tidak ada

pekerjaan lain selain menjadi badut di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta, dan

Komunitas Badut pun tidak izin terlebih dahulu kepada UPK Kota Tua.

Komunitas badut yang ada di Taman Fatahillah ini sudah agak lama berada di

Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Dodi

(I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok Kerja di LWG menyatakan bahwa LWG

sudah memberikan informasi kepada UPK Kota Tua terkait dengan adanya

komunitas badut yang tidak sesuai dengan unsur kesejarahan Kota Tua Jakarta.

Namun belum ada tindakan tegas dari UPK Kota Tua, karena seharusnya

komunitas badut itu tidak diperbolehkan ada di sekitar Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta.

Dalam hal pengorganisasian komunitas-komunitas yang ada di sekitar

kawasan Kota Tua ini tidak termasuk ke dalam struktur organisasi Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan

Page 154: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

136

(UPK) Kota Tua, maupun struktur organisasi di museum-museum yang ada di

Kota Tua Jakarta. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Ario (I1-2) selaku Staf Seksi

Penataan UPK Kota Tua, beliau mengatakan bahwa:

“Di dalam struktur organisasi UPK tidak ada komunitas-komunitas,

namun kita memiliki sub kelompok jabatan fungsional yang

melakukan penataan kawasan Kota Tua Jakarta. Didalam Pergub

No 7 Tahun 2007 itu tidak ada. Dalam Pergub rencana induk pun

tidak ada. Komunitas itu diluar program pemerintah tetapi secara

tidak langsung komunitas ikut dalam pengembangan objek wisata

Kota Tua Jakarta.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari

Rabu, 18 September 2015 pukul 15:31, di Kantor UPK Kota Tua

Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi

Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Dinas memiliki struktur organisasi yang diisi dengan pegawai

yang sudah ditetapkan sesuai dengan struktur yang ada” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18 September 2015

pukul 12:43, di Gedung B Lantai 3, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan informan (I1-2) dan (I1-1), peneliti menyimpulkan

bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua

Jakarta maupun Unit Pengelola museum memiliki struktur organisasi yang formal.

Hal itu pun tercantum di dalam peraturan gubernur yang mengatur tentang

struktur organisasi tersebut, dan tidak terdapat komunitas atau masyarakat dPi

dalam struktur organisasi tersebut. Dalam hal ini komunitas merupakan organisasi

informal yang tidak termasuk kedalam organisasi formal. Namun komunitas-

komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta ini secara tidak langsung ikut dalam

pengembangan kawasan Kota Tua Jakarta.

Page 155: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

137

4.3.1.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan

Pengarahan merupakan kegiatan memberikan perintah atau arahan

kepada anggota organisasi masing-masing. Keterlibatan masyarakat dalam

pengarahan di Kota Tua Jakarta yaitu masyarakat dan komunitas dalam hal ini

adalah yang diberikan pengarahan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua maupun Satpol PP.

Dalam hal ini yang memiliki kewenangan untuk memberikan pengarahan

yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta memberikan arahan

kepada UPK Kota Tua, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua memberikan arahan

kepada komunitas-komunitas ataupun LWG dan Satpol PP memberikan

pengarahan kepada pedagang kaki lima di area Taman Fatahillah. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Purnama (I1-3) selaku Kepala Satuan Tugas Satpol PP

Kecamatan Tamansari, beliau mengatakan bahwa:

“Kita disini tugasnya mengarahkan pedagang kaki lima di Kota

Tua agar rapi dan tertib, karna di Kota Tua itu pedagang kaki lima

sudah tidak boleh masuk ke area Taman Fatahillah, jadi kita

tertibkan, khususnya untuk pkl yang liar” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Purnama, hari Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 09:28,

di Kantor Kecamatan Tamansari)

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Purnama (I1-3), diketahui bahwa Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) memberikan pengarahan kepada pedagang kaki

lima yang ada di Kota Tua Jakarta, khususnya kepada pedagang kaki lima yang

liar atau tidak terdaftar di dalam koperasi dan berjualan di dalam area Taman

Fatahillah. Berdasarkan data dari Koperasi Pena Waskata yang ada di Kota Tua

Jakarta pada saat ini jumlah pedagang kaki lima yang resmi ada 48 dan tidak

boleh ditambah lagi. Namun setelah peneliti observasi di lapangan masih banyak

Page 156: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

138

pedagang kaki lima yang ilegal masih berjualan di Area Kota Tua Jakarta. Hal ini

yang menyebabkan Kota Tua Jakarta menjadi semakin sempit seiring dengan

meningkatnya jumlah pengunjung dan pedagang kaki lima yang semakin banyak.

Sedangkan untuk komunitas-komunitas yang ada di sekitar Kota Tua

Jakarta memberikan pengarahan kepada anggotanya masing-masing. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas Komunitas Sepeda Ontel, beliau

mengatakan bahwa:

“Kita mengarahkan anggota kita masing-masing, kalau ada yang

mau izin pulang kampung misalnya itu harus izin untuk beberapa

hari, kalau ada yang sakit kita jenguk dengan menggunakan uang

kas yang ada. Pengarahan kita dapatkan dari LWG, UPK juga

mengarahkan kita sebagai komunitas harus bagaimana” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Sanem, hari Sabtu, 24 Oktober 2015

pukul 15:13 WIB, di Perpustakaan Taman Fatahillah, Kota Tua

Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Rizal (I2-3) selaku Bendahara

Komunitas Manusia Batu, beliau mengatakan bahwa:

“Kita mendapat arahan dari UPK, kalau ada anggota yang ga patuh

dengan aturan, itu dikeluarkan dan ga boleh jadi komunitas kita

lagi, dan kalau disini ada komunitas yang tidak sesuai dengan unsur

kota tua itu ga diperbolehkan” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Rizal, hari Senin, 2 Maret 2015 pukul 16:06 WIB, di Taman

Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan I2-4 dan I2-3 diatas dapat

diketahui bahwa komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta memberikan

arahan kepada anggotanya masing-masing dan Unit Pengelola Kawasan (UPK)

Kota Tua juga memberikan pengarahan kepada komunitas-komunitas yang ada di

Kota Tua Jakarta yaitu harus mengikuti aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan

karakteristik sejarah Kota Tua Jakarta atau unsur-unsur penjajahan Belanda pada

Page 157: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

139

zaman dahulu, hal ini juga dikatakan oleh Bapak Ario (I1-2) selaku Staf Seksi

Penataan UPK Kota Tua, beliau mengatakan bahwa:

“Kita sebagai stakeholder yang berada dibawah Dinas secara

langsung mengarahkan hal-hal yang berkaitan dengan Kota Tua,

termasuk komunitas. Kita mengarahkan komunitas yang ada disini

harus sesuai dengan unsur sejarah Kota Tua, misalnya manusia

patung yang seperti orang belanda, penjajah jepang dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan unsur sejarah Kota Tua”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat, 18

September 2015 pukul 15:31 WIB, di Kantor UPK Kota Tua

Jakarta)

Selain itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta juga

memberikan pengarahan kepada UPK Kota Tua untuk memberikan arahan kepada

komunitas dan masyarakat sekitar, seperti yang dikatakan oleh Bapak Encu (I1-1)

selaku Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Dinas melakukan pengarahan kepada UPK dan Satpol PP untuk

mengarahkan masyarakat dan pkl yang di Kota Tua, tetapi kita juga

setiap sabtu malam dan minggu malam mengadakan piket secara

rutin di Kota Tua untuk melihat pelaksanaan di lapangan seperti

apa” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18

September 2015 pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3, Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan informan I1-2 dan I1-1 diatas

dapat diketahui bahwa UPK Kota Tua yang merupakan stakeholder yang

langsung berada dibawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

memberikan arahan kepada komunitas dan masyarakat yang ada di Kota Tua

Jakarta khususnya Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. UPK Kota Tua

mengarahkan bahwa komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta harus

sesuai dengan unsur-unsur sejarah Kota Tua Jakarta.

Page 158: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

140

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta juga

memberikan pengarahan kepada UPK Kota Tua dan Satpol PP Kecamatan

Tamansari untuk mengarahkan komunitas, masyarakat dan pedagang kaki lima

yang ada di sekitar Kota Tua Jakarta. Dalam hal ini Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta merupakan stakeholder yang mempunyai

wewenang utama terhadap manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta.

Selain itu Local Working Group (LWG) pun memberikan arahan kepada

komunitas-komunitas yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta, seperti

yang katakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok Kerja di

LWG, beliau mengatakan bahwa:

“Kita memberikan masukan dan arahan kepada komunitas-

komunitas yang ada, supaya mereka bisa berkreativitas disini. Kita

juga pernah mengadakan kursus bahasa inggris gratis bagi

komunitas disini agar mereka bisa berinteraksi dengan turis asing”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Dodi, hari Minggu, 6

September 2015 pukul 14:51 WIB, di Gedung Arsip Mandiri, Kota

Tua Jakarta)

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas

Komunitas Sepeda Ontel, beliau mengatakan bahwa:

“Kita diberikan arahan oleh LWG, LWG juga pernah memberikan

kursus bahasa inggris gratis. LWG memberikan masukan-masukan

untuk kita sebagai komunitas agar lebih bagus dan menarik”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Sanem, hari Sabtu, 24

Oktober 2015 pukul 15:13 WIB, di Perpustakaan Taman Fatahillah,

Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan I2-1 dan I2-4 diatas, dapat

diketahui bahwa komunitas-komunitas seperti Komunitas Sepeda Ontel dan

Komunitas Manusia Batu diberikan arahan oleh LWG agar menjadi komunitas

Page 159: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

141

yang bagus dan menarik. Mereka diberikan pelatihan bahasa inggris agar bisa

berinteraksi dengan turis-turis asing.

Untuk pengarahan yang diberikan kepada masyarakat atau pengunjung

yang datang ke Kawasan Kota Tua Jakarta adalah pengarahan yang diberikan oleh

para stakeholder yang berjaga di Area Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Stakeholder yang berjaga di sekitar Taman Fatahillah antara lain Satpol PP

Kecamatan Tamansari yang dibantu oleh LWG, Ketua RW 06 Kelurahan

Pinangsia dan Karang Taruna RW 06, RT 04 Kelurahan Pinangsia yang berada di

pusat informasi Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Berdasarkan wawancara dengan pengunjung yaitu Bapak Eli (I3-2), beliau

mengatakan bahwa:

“Kita kadang diberikan arahan untuk tidak buat sampah

sembarangan, biasanya pusat informasi itu memberitahukan lewat

speaker supaya pengunjung tetap jaga kebersihan” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Eli, hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul

16:55, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan pengunjung lain yaitu Nani (I3-4),

beliau mengatakan bahwa:

“Iya kadang ada pengumuman agar pengunjung tidak membuang

sampah sembarangan, disuruh buang sampah pada tempatnya,

karena kalau semakin sore dan malam sampah semakin banyak”

(Sumber: Wawancara dengan Nani, hari Minggu, 4 Oktober 2015

pukul 17:23, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan I3-2 dan I3-4 diatas dapat diketahui bahwa

pengunjung diberikan arahan oleh para stakeholder yang berjaga di pusat

informasi Area Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta untuk tidak membuang

sampah sembarangan dan membuang sampah pada tempatnya. Pengunjung juga

Page 160: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

142

diarahkan agar menjaga keamanan diri sendiri dari para pencopet yang mungkin

ada di Kawasan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Ketua RW setempat yaitu

RW 06 Kelurahan Pinangsia juga memberikan arahan kepada karang taruna.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Firman (I1-4) selaku Ketua RW 06 Kelurahan

Pinangsia, beliau mengatakan bahwa:

“Kita melibatkan karang taruna juga untuk mengisi pusat

informasi, kadang saya sendiri yang berjaga bersama dengan

anggota-anggota satpol pp” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Firman, hari Jumat, 21 Agustus 2015 pukul 17:14 WIB, di Taman

Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Edi (I2-8) selaku Anggota

Karang Taruna RW 06, RT 04 Kelurahan Pinangsia, beliau mengatakan bahwa:

“Kita suka diajak untuk menjaga pusat informasi di Kota Tua.

Disana kita memantau pengunjung dan mengawasi keamanan

pengunjung dan menyuruh pengunjung agar tidak buang sampah

sembarangan” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Edi, hari

Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 15:32 WIB, di Basecamp Karang

Taruna RW 06, RT 04, Kelurahan Pinangsia)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa masyarakat sekitar yang

tinggal disekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta juga ikut dilibatkan dalam

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, contohnya yaitu Karang

Taruna RW 06, RT 04 Kelurahan Pinangsia. Mereka dilibatkan untuk ikut serta

mengisi pusat informasi yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Selain

itu pedagang kaki lima yang ada di Taman Faahillah Kota Tua Jakarta juga

mendapatkan pengarahan dari Satpol PP Kecamatan Tamansari. Seperti yang

dikatakan oleh Ibu Sri (I3-1) pedagang kaki lima yang terdaftar di Koperasi Pena

Waskata, beliau mengatakan bahwa:

Page 161: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

143

“Kita biasanya itu ditertibkan sama satpol pp, apalagi untuk pkl

yang liar, kalau tertangkap oleh satpol pp barang dagangannya

diangkut, kalo kami yang ditempatkan disini semua pkl yang resmi

yang sudah terdaftar dikoperasi” (Sumber: Wawancara dengan Ibu

Sri, hari Jumat, 21 Agustus 2015 pukul 18:04 WIB, di Taman

Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Sri (I3-1), salah satu pedagang kaki lima yang

legal dan terdaftar di Koperasi Pena Waskata yaitu Satpol PP Kecamatan

Tamansari memberikan pengarahan kepada pedagang kaki lima yang berada di

Taman Fatahillah. Satpol PP Kecamatan Tamansari juga terkadang melakukan

operasi besar-besaran untuk menjaring para pedagang kaki lima yang liar yang

berdagang di Kawasan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Hal ini dilakukan agar

Kawasan Kota Tua Jakarta terlihat lebih rapi dan tertata, sehingga tidak terkesan

kumuh dengan banyaknya pedagang kaki lima yang berdagang di Kawasan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

bersama UPK Kota Tua Jakarta dan Satpol PP Kecataman Tamansari dalam hal

ini bersinergi untuk melakukan pengarahan dalam rangka mengelola Objek

Wisata Kota Tua Jakarta.

4.3.1.4 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan

antara unit satu dengan unit yang lainnya. Keterlibatan masyarakat dalam

pengkoordinasian pada manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

dalam hal ini masyarakat tidak ikut terkait dalam pengkoordinasian. Koordinasi

dilakukan antar instansi-instansi yang terkait dengan manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta diantaranya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Page 162: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

144

Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua, Satpol PP maupun Unit Pengelola Museum.

Koordinasi yang dilakukan tidak sampai ke masyarakat. Masyarakat hanya

sebagai objek dalam manajemen pengelolaan Kota Tua Jakarta. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian

dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,

beliau mengatakan bahwa:

“Keterlibatan itu sendiri diantaranya Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Satpol PP, pihak kecamatan,

pihak kelurahan dan pihak keamanan setempat” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18 September 2015

pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3 Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Ario (I1-2) selaku Staf Seksi

Penataan UPK Kota Tua Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“UPK berkoordinasi langsung dengan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Kita sebagai pelaksana teknis di

lapangan dalam mengatur Kota Tua Jakarta” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Ario, hari Jumat, 18 September 2015 pukul 15:31

WIB, di UPK Kota Tua Jakarta)

Hal demikian pun juga diungkapkan oleh Bapak Purnama (I1-3) selaku Ketua

Satuan Tugas Satpol PP Kecamatan Tamansari, beliau mengatakan bahwa:

“Kita disini satu tim. Dari Koperasi, Dinas Pariwisata, UPK

Konsorsium dan UMKM. Kami yang mengawasi. Tiap seminggu

sekali kita rapat. Setiap seminggu sekali kita lihat komunitas yang

ada di Kota Tua bagaimana, PKL nya juga kita lihat, keamanannya

juga kita perhatikan, setelah itu kita evaluasi” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Purnama, hari Jumat, 28 Agustus 2015

pukul 09:28 WIB, di Kantor Kecamatan Tamansari)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan informan I1-1, I1-2 dan I1-3

terungkap bahwa koodinasi yang dilakukan dalam manajemen pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta hanya dilakukan oleh instansi-instansi terkait yaitu Dinas

Page 163: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

145

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, Satpol

PP Kecamatan Tamansari, pihak pengelola museum, pihak kecamatan, pihak

kelurahan maupun pihak keamanan setempat. Dalam hal ini koordinasi tidak

sampai kepada masyarakat. Komunitas-komunitas, masyarakat sekitar maupun

pengunjung hanya diberikan arahan oleh para stakeholder tersebut.

Namun komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta yang

dinaungi oleh LWG bisa menyampaikan masukan dan sarannya ke LWG,

masyarakat atau pengunjung pun bisa menyampaikan keluh kesahnya ke LWG,

dan nanti LWG yang menyampaikan ke UPK atau ke Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta melalui rapat teknis yang dilakukan oleh para

stakeholder, seperti yang dikatakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim

Kelompok Kerja di LWG, beliau mengatakan bahwa:

“Iya itu tugas kita. LWG juga melakukan research atau penelitian

tentang kepuasan pengunjung, apa yang diinginkan oleh

pengunjung. Contohnya banyak keluhan dari pengunjung kalau

setiap hari sabtu ataupun minggu itu wisata Kota Tua ini ramai

setelah jam 3 sore, kita pun mendapat banyak keluhan ataupun

pertanyaan dari pengunjung yang datang. Misalnya mereka

datangnya sore, lalu ingin masuk ke museum dan museum itu kan

tutupnya jam 3 sore dan bukanya jam 9 pagi, otomatis pengunjung

jadi tidak dapat masuk kemuseum kalau datangnya sore. Ini kita

sampaikan ke Dinas Pariwisata, dan akhirnya sekarang museum

setiap weekend buka sampai jam 8 malam. Tugas kita seperti itu.

Menata kelola pariwisata di Kota Tua ini dengan 3 dimensi

stakeholder yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta.” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Dodi, hari Minggu, 6 September 2015

pukul 12:43 WIB, di Gedung Arsip Mandiri Kota Tua Jakarta)

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas

Komunitas Sepeda Ontel, beliau mengatakan bahwa:

Page 164: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

146

“Kita suka ikut dilibatkan dalam rapat yang diadakan oleh Dinas,

UPK ataupun Walikota Jakarta Barat, kita sebagai perwakilan dari

masyarakat sekitar dan juga sebagai komunitas” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Sanem, hari Sabtu, 24 Oktober 2015

pukul 15:13 WIB, di Perpustakaan Taman Fatahillah, Kota Tua

Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan I2-1 dan I2-4 dapat diketahui bahwa komunitas

yang ada di Taman Fatahillah seperti Komunitas Sepeda Ontel dilibatkan dalam

rapat teknis yang dilakukan oleh para stakeholder seperti Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua, Walikota Jakarta Barat.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta dinaungi dan diarahkan oleh

Local Working Group (LWG), komunitas merupakan mitra kerja yang dirangkul

oleh LWG. LWG ini juga merupakan organisasi yang di dalamnya terdapat orang

atau perpanjangan tangan dari Kementerian Ekonomi Kreatif dan Pariwisata,

seperti yang dikatakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok

Kerja di LWG, beliau mengatakan bahwa:

“Kita berkoordinasi langsung dengan Kementerian Pariwisata, kita

juga berhubungan baik dengan UPK, Dinas dan pihak pengelola

museum, kalau ada apa-apa rapatnya dengan LWG dan kita

mengajak serta perwakilan dari komunitas” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Dodi, hari Minggu, 6 September 2015 pukul 14:51

WIB, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala

Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Dinas berkoordinasi dengan UPK, dan Unit Pengelola masing-

masing museum, dengan komunitas kita juga koordinasi melalui

rapat teknis, perwakilan masyarakat juga diikutsertakan” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18 September 2015

pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Page 165: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

147

Bapak Ario (I1-2) selaku Staf Seksi Penataan UPK Kota Tua juga mengatakan hal

yang sama, yaitu:

“Kita koordinasi dengan dinas, konsorsium, LWG dan juga

komunitas-komunitas yang ada disini” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Ario, hari Jumat, 18 September 2015 pukul 15:31

WIB, di Kantor UPK Kota Tua Jakarta)

Bapak Sumardi (I1-6) selaku Staf Pengelola Museum Wayang juga mengatakan hal

yang sama dalam wawancara dengan peneliti, beliau mengatakan bahwa:

“Kita berkoordinasi dengan dinas dan juga unit pengelola museum-

museum lain. Kalau ada acara kita ikut juga melibatkan komunitas

yang ada disekitar sini” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Sumardi, hari Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 14:06 WIB, di

Museum Wayang)

Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa informan diatas I2-1, I1-1, I1-2,

dan I1-6 dapat diketahui bahwa komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua

Jakarta diikutkan perwakilannya didalam rapat teknik atau rapat koordinasi yang

diadakan oleh para stakeholder atau instansi-instansi yang terkait dengan

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Di dalam rapat tersebut

komunitas-komunitas bisa memberikan masukannya kepada para stakeholder

yang mengikuti rapat. Selain itu komunitas-komunitas yang ada di Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta juga ikut dilibatkan dalam acara-acara yang diadakan

oleh museum-museum yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Dalam hal

ini koordinasi terbagi tiga yaitu koordinasi vertikal, koordinasi horizontal dan

koordinasi fungsional. Koordinasi yang dilakukan oleh instansi yang terkait dalam

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta adalah koordinasi

fungsional. Koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Page 166: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

148

Provinsi DKI Jakarta dengan UPK Kota Tua Jakarta adalah koordinasi vertikal,

dan koordinasi yang dilakukan oleh antar komunitas adalah koordinasi horizontal.

Namun dalam hal ini pengunjung yang datang ke Objek Wisata Kota Tua

Jakarta khususnya Taman Fatahillah tidak ikut dilibatkan dalam hal koordinasi,

seperti yang dikatakan oleh salah satu pengunjung yaitu Bapak Eli (I3-2), beliau

mengatakan bahwa:

“kita tidak ikut dilibatkan dalam koordinasi, karna kita disini kan

hanya berkunjung saja, dan tidak setiap hari datangnya. (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Eli, hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul

16:55 WIB, di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Dalam hal ini pengunjung tidak ikut dilibatkan dalam koordinasi dikarenakan

pengunjung yang datang adalah silih berganti dan tidak selalu datang ke Kota Tua

Jakarta, hanya sesekali saja. Pengunjung yang datang ke Kota Tua Jakarta,

khususnya Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta hanya menikmati Objek Wisata di

Taman Fatahillah saja seperti ke museum-museum yang ada di sekitar Taman

Fatahillah. Untuk itu koordinasi terkait dengan manajemen pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta tidak sampai kepada pengunjung yang datang ke Objek

Wisata Kota Tua Jakarta. Pengunjung hanya diberikan arahan saja oleh para

stakeholder seperti untuk tidak membuang sampah sembarangan.

4.3.1.5 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan

Keterlibatan Masyarakat dalam pengawasan di Kota Tua Jakarta yaitu

masyarakat atau pengunjung yang datang ke Kota Tua Jakarta ikut menjaga dan

mengawasi diri mereka sendiri dari kejahatan seperti copet ataupun jambret.

Sedangkan komunitas-komunitas yang ada seperti Komunitas Sepeda Ontel dan

Page 167: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

149

Komunitas Manusia Batu yang selalu ada di area Taman Fatahillah ikut menjaga

keamanan di Fatahillah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu

Satpol PP juga sesekali berjaga di Area Taman Fatahillah untuk mengawasi

pedagang kaki lima agar tidak masuk ke area Taman Fatahillah. Ada juga Pos

keamanan dari RW setempat yaitu RW 06 yang berjaga disekitar Taman

Fatahillah, RW 06 melibatkan karang taruna atau masyarakat sekitar yang ada

disekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta untuk berjaga di pos keamanan atau di

pusat informasi, dibantu oleh LWG yang juga menyediakan pusat informasi dan

Perpustakaan Taman Fatahillah untuk pengunjung yang datang jika ada hal yang

kurang jelas atau ingin menyampaikan keluhan dan masukan. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok Kerja di LWG,

beliau mengatakan bahwa:

“Kita bersama dengan komunitas ontel membuka Perpustakaan

Fatahillah pada hari sabtu dan minggu, dan juga memberikan

informasi bagi pengunjung atau turis asing yang datang. Setiap

harinya kita juga ada disini untuk mengamati walaupun perpusnya

hanya buka sabtu dan minggu” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Dodi, hari Minggu, 6 September 2015 pukul 14:51 WIB, di

Gedung Arsip Mandiri, Kota Tua Jakarta)

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Edi (I2-8) selaku Anggota Karang Taruna

RW 06, RT 04 Kelurahan Pinangsia, beliau mengatakan bahwa:

“Kita ikut mengawasi di Kota Tua ini setiap hari sabtu atau hari

minggu” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Edi, hari Minggu, 4

Oktober 2015 pukul 15:32 WIB, di Basecamp Karang Taruna RW

06, RT 04 Kelurahan Pinangsia)

Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas Komunitas Sepeda Ontel juga mengatakan hal

yang sama, beliau mengatakan bahwa:

Page 168: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

150

“Kita setiap hari ada disini, dan kalau hari sabtu dan minggu juga

membuka perpustakaan Fatahillah, setiap harinya kita ikut

menjaga keamanan disekitar sini, kadang juga diadakan kerja bakti

untuk membersihkan sampah” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Sanem, hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 15:13 WIB, di

Perpustakaan Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan I2-1, I2-8 dan I2-4 diatas dapat diketahui bahwa

komunitas-komunitas yang setiap hari ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta

yaitu Komunitas Sepeda Ontel dan Komunitas Manusia Batu beserta Karang

Taruna RW 06, RT 04 Kecamatan Pinangsia ikut menjaga keamanan dan

kebersihan disekitar Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Komunitas Sepeda

Ontel dan Komunitas Manusia Batu memang komunitas yang paling aktif

diantara komunitas yang lainnya. Setiap hari sabtu dan minggu pagi komunitas-

komunitas beserta stakeholder-stakeholder yang ada mengadakan kerja bakti

membersihkan Taman Fatahillah. Selain menjaga keamanan dan kebersihan

komunitas dan karang taruna bersama dengan LWG juga membuka Perpustakaan

Fatahillah setiap hari sabtu dan minggu, dan juga ada pusat informasi yang bisa

memberikan informasi untuk pengunjung lokal maupun mancanegara,

Selain itu Satpol PP juga ikut menjaga keamanan dan menjaga

ketertiban pedagang kaki lima di sekitar Taman Fatahillah, seperti yang

dikatakan oleh Bapak Purnama (I1-3) selaku Ketua Satuan Tugas Satpol PP

Kecamatan Tamansari, beliau mengatakan bahwa:

“Setiap hari kita melakukan penjagaan disini, kadang kalau hari

biasa pada siang atau sore hari, kalau hari sabtu minggu biasanya

dari siang hingga malam karna disini juga ramai dan kita

mengawasi pkl agar tidak masuk ke Taman Fatahillah sehingga

tertib” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Purnama, hari Jumat,

28 Agustus 2015 pukul 09:28 WIB, di Kantor Kecamatan

Tamansari)

Page 169: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

151

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Firman (I1-4) selaku Ketua RW 06

Kelurahan Pinangsia, beliau mengatakan bahwa:

“Saya ada di Kota Tua biasanya hari sabtu atau minggu untuk

berjaga disana dengan anggota satpol pp dan karang taruna, kita

mendirikan pusat informasi disana” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Firman, hari Jumat, 21 Agustus 2015 pukul 17:14 WIB, di

Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Bapak Rizal (I2-3) Bendahara Komunitas Manusia Batu juga mengatakan hal

yang sama, beliau mengatakan bahwa:

“Kita setiap hari ada disini dan ikut juga menjaga keamanan dan

kebersihan, setiap minggu pagi itu ada gotong royong

membersihkan area Taman Fatahillah ini” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Rizal, hari Senin, 2 Maret 2015 pukul 16:06 WIB, di

Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta)

Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Bapak Encu (I1-1) juga ikut melakukan

pengawasan langsung kepada Objek Wisata Kota Tua Jakarta, beliau mengatakan

bahwa:

“Kita ikut mengawasi juga. Setiap malam minggu dan malam senin

itu kita secara berkelanjutan diadakan piket, kita memonitoring

langsung, waktunya dari jam 12 siang sampai jam 11 malam”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18

September 2015 pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3 Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa bukan hanya komunitas,

karang taruna dan LWG saja yang melakukan pengawasan terhadap kawasan

Taman Fatahillah, Satpol PP, RW setempat dan Pihak dari Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta pun juga ikut melakukan pengawasan secara

langsung. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta ada jadwal

piket yang dilakukan untuk mengawasi langsung Kota Tua Jakarta, Pihak Satpol

Page 170: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

152

PP Kecamatan Tamansari juga kadang berjaga di kawasan Taman Fatahillah

untuk mengawasi pedagang agar tidak bertambah banyak. Dalam hal pengawasan

banyak pihak yang ikut terlibat di dalamnya, karena Objek Wisata Kota Tua

Jakarta merupakan warisan budaya dan sejarah zaman dahulu yang harus

dilestarikan dan dijaga baik keamanannya maupun kebersihannya. Jika tidak

dijaga keamanan maupun kebersihannya bisa saja Objek Wisata Kota Tua Jakarta

beralih fungsi bukan lagi menjadi tempat yang syarat akan nilai kesejarahan

tetapi menjadi tempat pemukiman penduduk atau tempat-tempat yang lainnya.

Tidak hanya itu, dalam hal pengawasan para stakeholder yang ada di

Kota Tua Jakarta juga ikut melibatkan pihak keamanan setempat, baik Polisi,

Polri maupun Brimob untuk menjaga Kawasan Objek wisata Kota Tua Jakarta.

Jika terjadi kejahatan atau tidak kriminal di Objek Wisata Kota Tua Jakarta para

stakeholder langsung melibatkan pihak keamanan setempat untuk proses yang

lebih lanjut.

4.3.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Membuat Aturan Terkait

Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

Proses keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan terkait dengan

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta tidak sepenuhnya ikut

dilibatkan didalamnya. Dalam hal pembuatan peraturan hak dan wewenangnya

adalah stakeholder yang terkait yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, maupun Pihak Pengelola Museum. Dalam

Sub Bab ini akan dibahas lebih rinci mengenai proses keterlibatan masyarakat

Page 171: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

153

dalam membuat aturan terkait dengan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta yang disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu Teori

Manajemen Menurut Henry Fayol (Hasibuan, 2009:40) diantaranya perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan.

4.3.2.1 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan

Dalam perencanaan, masyarakat tidak ikut dalam merumuskan kegiatan-

kegiatan yang akan menjadi perencanaan di Kota Tua Jakarta. Seperti yang

dikatakan oleh (I1-1) Bapak Encu selaku Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian dan

Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, beliau

mengatakan bahwa:

“Masyarakat sifatnya masukan bagaimana Kota Tua ini lebih baik,

kalau pengambilan kebijakan itu dari Pemerintah, dalam

pelaksanaan pengelolaan kita bekerja sama dengan masyarakat”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18

September 2015 pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3 Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Purnama (I1-3) selaku Ketua

Satuan Tugas Satpol PP Kecamatan Tamansari, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau dalam membuat aturan kita hanya melibatkan stakeholder-

stakeholder seperti dinas, UPK, Satpol PP saja, masyarakat tidak ikut

dilibatkan, masyarakat hanya menikmati hasilnya saja” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Purnama, hari Jumat 28 Agustus 2015

pukul 09:28 WIB, di Kantor Kecamatan Tamansari)

Hal yang sama pun dikatakan oleh Bapak Sumardi (I1-6) selaku Staf Pengelola

Museum Wayang, beliau mengatakan bahwa:

Page 172: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

154

“Masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam membuat aturan, itu

adalah kewenangan dari stakeholder-stakeholder kita. Misalkan

untuk pembuatan keputusan menjadi peraturan gubernur itu adalah

kewenangan stakeholder atau SKPD dibawah dari Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta itu sendiri. Jadi ketika ada

perampingan organisasi seperti 3 museum dijadikan satu

organisasi, ini yang diajak rapat adalah kita-kita, stakeholder yang

ada di museum wayang, seni rupa dan tekstil untuk merumuskan

peraturan tersebut. Kalau untuk peraturan-peraturan yang

diberlakukan dimuseum sendiri seperti SOP itu juga kita sendiri

yang merumuskan, karena kita yang mempunyai kewenangan

membuat aturan tersebut. jadi masyarakat hanya sekedar bisa

menikmati jadinya saja. Untuk proses mentahnya masyarakat tidak

dilibatkan. Artinya bukan berarti apa-apa, takutnya kalau

masyarakat dilibatkan nanti malah ga jadi-jadi rumusannya, karena

yang memimpin organisasi adalah SKPD bukan masyarakat. Tetapi

aspirasi dari masyarakat juga sudah kita masukan kedalam rumusan

tersebut” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Sumardi, hari Jumat

28 Agustus 2015 pukul 14:06 WIB, di Museum Wayang)

Dari penjelasan I1-1, I1-3 dan I1-6 yang didapat berdasarkan wawancara, keterlibatan

masyarakat dalam membuat aturan yang berlaku untuk objek wisata Kota Tua Jakarta,

maupun perencanaan yang dibuat oleh dinas ataupun unit terkait lainnya tidak ikut

melibatkan masyarakat secara aktif, tetapi masyarakat hanya dapat menyampaikan

aspirasinya ke forum-forum atau komunitas-komunitas yang ada di sekitar kawasan

Kota Tua Jakarta, namun hal itu pun sepertinya tidak banyak diketahui oleh

masyarakat bahwa masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya ke forum atau

komunitas yang ada. Hal ini pun sepertinya tidak efektif dan efisien, karena

keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan pun dirasakan masih kurang. Menurut

wawancara dengan beberapa informan, dalam hal membuat aturan atau kebijakan

yang berwenang untuk membuat dan merumuskan adalah stakeholder-stakeholder

yang berkepentingan.

Page 173: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

155

Selain melibatkan stakeholder-stakeholder dan masyarakat, dalam

pembuatan perencanaan juga melibatkan DPRD DKI Jakarta dalam hal penetapan

anggaran. Hal ini pun dikatakan oleh Bapak Ario (I1-2) selaku Staf Seksi Penataan Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Perencanaan yang dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta ini dibuat oleh Dinas yang disetujui dan disahkan

oleh DPRD” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat

18 September 2015 Pukul 15:31 WIB, di Kantor Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua)

Hal ini pun senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala

Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“SOPnya pengajuan anggaran dimasing-masing UKPD Kota Tua,

Museum Wayang, semua yang ada di Kota Tua, itu mengajukan

sesuai dengan kebutuhan, nanti itu dilakukan di Dinas, nah nanti di

Dinas dibahas dulu misalnya Kota Tua itu mau ngapain, ada

namanya Rapat Teknis, diikuti oleh semuanya, museum, UP Kota

Tua dan lain-lain. Tujuan dilakukannya Rapat Teknis adalah untuk

mengsinkronisasi program, dianalisa dulu cocok atau tidak, setelah

mendapatkan masukan, saran. Setelah melakukan pembahasan

internal. Setelah adanya Rapat Teknis sudah selesai dan

menghasilkan jumlah anggaran, lalu kita ajukan ke DPRD, karena

hak budgeting itu di DPRD, nanti DPRD melakukan kajian,

ditanyakan sasarannya apa, outcomenya apa kurang lebih seperti

itu yang ditanyakan oleh dewan” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Encu, hari Jumat, 18 September 2015 pukul 12:43 WIB, di

Gedung B Lantai 3 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta)

Hal demikian pun dikatakan juga oleh Bapak Sumardi (I1-6) selaku Staf Pengelola

Museum Wayang, beliau mengatakan bahwa:

Page 174: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

156

“Semuanya bareng perencanaannya serempak. Di unit lain pun

sama begitu, nanti setelah di Dinas dinaikkan lagi ke tingkat

DPRD, setelah DPRD nanti dinaikkan lagi ke tingkat kementerian

dalam negeri. Setelah kemendagri nanti turun lagi misalnya sudah

di acc oleh kemendagri nanti keluar pagu anggaran. Pagu anggaran

itu adalah anggaran yang disetujui untuk pelaksanaan pekerjaan.

Misalkan pagu anggaran untuk suatu dinas, nanti anggaran itu

dibagi ke suku dinasnya lalu ke UP nya dan lain-lain. Nah di Unit

Pengelola dilihat eventnya dan kepentingannya, event yang besar

anggarannya besar, event yang kecil tentu anggarannya kecil juga,

dan seterusnya. Itu disesuaikan dengan tingkat kepentingan kalau

diperencanaan itu. Nah setelah turun pagu anggaran langsung

teknis dimasing-masing SKPD, seperti di museum seni, baru action

untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Nanti setelah itu pengajuan

net untuk pengajuan dokumen penganggaran. (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Sumardi, hari Jumat 28 Agustus 2015

pukul 15:04 WIB, di Museum Wayang)

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan I1-2, I1-1, dan I1-6 menjelaskan

bahwa perencanaan yang dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta dibuat oleh dinas ini sendiri kemudian disetujui dan disahkan oleh DPRD

dilihat berdasarkan tingkat prioritas dari kegiatan didalam perencanaan, apabila

kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang penting dan bermanfaat maka

kegiatan itu pun disetujui dan apabila kegiatan yang akan dilakukan merupakan

kegiatan yang kurang penting, maka dananya pun tidak akan dicairkan.

4.3.2.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian

Proses keterlibatan masyarakat dalam pengorganisasian terkait dalam

membuat aturan tentang manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta yaitu

masyarakat berada diluar organisasi formal. Organisasi formal yang dimaksud adalah

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini yaitu Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, Satpol PP Kecamatan

Page 175: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

157

Tamansari dan pihak pengelola museum yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta. Masyarakat diwakili oleh komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta,

seperti yang dikatakan oleh Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi Produk Bidang

Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Ada forum-forum yang ada dimasyarakat seperti komunitas, itu

yang lebih tahu pelaksana teknis dilapangan Kota Tuanya. Kita

juga meminta masukan dari masyarakat” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18 September 2015 pukul 12:43

WIB, di Gedung B Lantai 3 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta)

Selain itu Local Working Group (LWG) yang merupakan organisasi yang

menaungi komunitas-komunitas atau masyarakat yang memiliki kreativitas di

sekitar kawasan Kota Tua Jakarta dan juga sebagai mediator antara pemerintah

dengan masyarakat atau komunitas-komunitas yang ada di sekitar kawasan Kota

Tua Jakarta, peneliti mewawancarai Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim

Kelompok Kerja di LWG, beliau mengatakan bahwa:

“Kita disini sebagai fasilitator, penengah atau mediator antara

pemerintah dengan masyarakat yang membantu pemerintah untuk

berkoordinasi dengan masyarakat atau komunitas, dan juga

membantu masyarakat atau komunitas untuk menyampaikan

keluhan atau aspirasinya” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Dodi, hari Minggu, 6 September 2015 pukul 14:51 WIB, di

Gedung Arsip Mandiri Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan narasumber I1-1 dan I2-1 diatas dapat diketahui

bahwa masyarakat atau komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta

termasuk kedalam pelaksana teknis dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta walaupun tidak secara langsung terlibat tetapi mereka yang

lebih mengetahui kondisi atau fakta dilapangan mengenai manajemen

Page 176: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

158

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, karena komunitas-komunitas seperti

Komunitas Sepeda Ontel dan Komunitas Manusia Batu adalah yang setiap hari

berada di Kawasan Kota Tua Jakarta, khususnya Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta dinaungi oleh Local

Working Group (LWG), dimana LWG bertugas sebagai fasilitator, mediator atau

penengah antara pemerintah dengan masyarakat dan pihak swasta. LWG

membantu pemerintah dalam berkoordinasi dengan masyarakat atau komunitas

dalam menyampaikan keluhan atau aspirasi tentang manajemen pengelolaan

Kota Tua Jakarta. seperti yang dikatakan oleh Bapak Rizal (I2-3) selaku

Bendahara Komunitas Manusia Batu, beliau mengatakan bahwa:

“Kita juga suka diajak rapat sama UPK, waktu itu saya pernah ikut

rapat mengenai komunitas, dan disini komunitas kita didukung

oleh UPK karna kita mencerminkan Sejarah Kota Tua sebagai

manusia batu” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Rizal, hari

Senin, 2 Maret 2015 pukul 16:06 WIB, di Taman Fatahillah Kota

Tua Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Deden (I2-5) selaku Ketua

Komunitas Cakra Buana, beliau mengatakan bahwa:

“Kadang-kadang saya diundang untuk diajak rapat oleh LWG

membahas tentang misalnya kegiatan yang mau diadakan dan

kalau ada acara juga kita diundang untuk mengisi acara” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Deden, hari Sabtu, 24 Oktober 2015

pukul 13:51 WIB, di Kediaman Bapak Deden)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa informan

diatas, walaupun komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta tidak

termasuk kedalam organisasi formal atau struktur organisasi yang ada di

Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang berwenang untuk Kota Tua tetapi dalam

Page 177: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

159

hal manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta masyarakat juga ikut

dilibatkan walaupun belum dilibatkan secara aktif didalamnya, misalnya seperti

kalau ada acara terkait Kota Tua, komunitas-komunitas juga ikut dilibatkan.

Selain itu komunitas-komunitas yang dinaungi oleh LWG ini juga

diberikan pelatihan-pelatihan. Seperti pelatihan bahasa inggris, workshop tentang

Kota Tua Jakarta dan mereka diajari tentang cara membuat produk terkait dengan

komunitasnya. Contohnya seperti Komunitas Sepeda Ontel yang diberikan ide

dan diajari untuk membuat paket wisata dengan sepeda ontel untuk pengunjung

lokal maupun pengunjung mancanegara. Mereka diajari tentang cara membuat

brosur untuk memasarkan atau mempromosikan paket wisatanya dan mereka

juga diberikan informasi tentang asuransi Jasa Raharja untuk pengguna sepeda

Ontelnya, sehingga penyewa sepeda Ontel dapat dilindungi oleh asuransi Jasa

Raharja. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas

Komunitas Sepeda Ontel, beliau mengatakan bahwa:

“Kita sekarang sudah memiliki pake wisata tour kota tua ke

beberapa tempat tujuan, seperti ke pelabuhan sunda kelapa, ke

kampung cina, ke toko merah, ke jembatan kota intan dan lain

sebagainya” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Sanem, hari

Sabtu, 24 Oktober 2015 pukul 15:13 WIB, di Perpustakaan Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim

Kelompok Kerja di LWG, beliau mengatakan bahwa:

Page 178: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

160

“Kita juga melatih mereka bahasa inggris disini bekerja sama

dengan UNJ, ada modulnya, ada rekaman mp3 bahasa asing.

Pelatihan memandu pariwisata seperti apa itu ada dari HPI

(Himpunan Pariwisata Indonesia) dan minggu depan mereka sudah

sertifikasi. Sebagai profesi pemandu mereka harus ada lisensi maka

dibutuhkan sertifikasi. Bukan hanya ontel saja, beberapa

masyarakat yang ada disini kita sudah kita fasilitasin juga untuk

ikut pelatihan bahasa inggris ini, mungkin mereka nganggur,

mereka bisa menjadi pemandu wisata disini.” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Dodi, hari Minggu, 6 September 2015

pukul 14:51 WIB, di Gedung Arsip Mandiri, Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa LWG memberikan

pelatihan-pelatihan bagi para komunitas dan masyarakat sekitar Objek Wisata

Kota Tua Jakarta secara gratis agar mereka dapat memiliki keahlian yang bisa

digunakan untuk menjadi tour guide atau pemandu wisata di Kota Tua Jakarta,

sehingga yang menjadi pemandu wisata di Objek Wisata Kota Tua Jakarta

bukanlah orang lain atau orang dari luar daerah, melainkan dari masyarakat

sekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta memang termasuk

kedalam bagian Kota Tua Jakarta, namun dalam hal struktur organisasi resmi

yang ada di instansi-instansi terkait komunitas tidak tercantum didalamnya.

Dalam hal pengembangan diri komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua

Jakarta tidak mendapatkan dana dari pemerintah DKI Jakarta, mereka

membentuk dan mengembangkan komunitasnya dengan kemampuan dan

keuangannya sendiri. Komunitas dengan para anggotanya mengatur sedemikian

rupa keuangan didalam komunitasnya untuk keberlangsungan komunitas itu

sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas

Komunitas Sepeda Ontel, beliau mengatakan bahwa:

Page 179: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

161

“Kita setiap minggu itu ada uang kas yang dikumpulkan oleh

masing-masing anggota, uang kas itu digunakan untuk misalnya

biaya cetak brosur, untuk kepentingan bersama jika sewaktu-waktu

dibutuhkan” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Sanem, hari

Sabtu, 24 Oktober 2015 pukul 15:13 WIB, di Perpustakaan Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Rizal (I2-3) selaku Bendahara

Komunitas Manusia Batu, beliau mengatakan bahwa:

“Kita untuk kostum itu dari masing-masing, semua yang kita pakai

ini dari diri kita sendiri, tidak ada bantuan atau pemberian dari

UPK atau Dinas, murni dari kita sendiri” (Sumber: Wawancara

dengan Bapak Rizal, hari Senin, 2 Maret 2015 pukul 16:06 WIB,

di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta)

Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok Kerja di LWG juga

mengatakan hal yang demikian, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau untuk DMO Kota Tua itu ada anggaran dari Kementerian

Pariwisata, tapi anggaran ini hanya digunakan untuk fasilitas rapat,

mempertemukan semua stakeholder. Tapi tidak mengakomodir

untuk pembelian alat-alat, pembangunan infrastruktur, tidak untuk

itu” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Dodi, hari Minggu, 6

September 2015 pukul 14:51 WIB, di Gedung Arsip Mandiri, Kota

Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan informan I2-4, I2-3 dan I2-1 dapat diketahui bahwa

komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta tidak mendapatkan dana

untuk pengembangan komunitasnya dari Pemerintah DKI Jakarta, mereka

menggunakan uangnya sendiri untuk kebutuhan komunitasnya. Dalam hal ini

peneliti beranggapan bahwa jika ada dana yang diberikan oleh Pemerintah DKI

Jakarta khususnya yang terkait dengan Kota Tua Jakarta kepada komunitas, itu

akan sangat berguna untuk mengembangkan komunitas-komunitas yang ada di

Kota Tua Jakarta, hal ini juga untuk kepentingan Kota Tua Jakarta, karena

komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta ini bisa dijadikan

Page 180: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

162

karakteristik bagi Kota Tua Jakarta dan dapat memperkenalkan atau

mempromosikan Kota Tua Jakarta kepada masyarakat luas.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta jumlahnya juga

semakin lama semakin berkurang. Hanya tinggal sisa beberapa komunitas saja

yang masih aktif seperti Komunitas Sepeda Ontel, Komunitas Manusia Batu,

Komunitas Cakra Buana dan Gerakan Pramuka Museum Mandiri. Sedangkan

komunitas yang lain aktivitasnya sudah mulai tidak kelihatan lagi, artinya tidak

aktif dalam berkegiatan. Dalam hal ini komunitas juga merupakan forum yang

tersedia untuk masyarakat dalam menyampaikan aspirasi, namun pada kenyataannya

komunitas-komunitas yang ada di sekitar Kota Tua Jakarta sudah banyak yang tidak

aktif, artinya berkurang dari tahun ke tahun, sehingga aspirasi yang masuk untuk

memberi masukan kepada pemerintah dalam membuat aturan tentang Kota Tua

Jakarta hanya sedikit yang berasal dari masyarakat.

4.3.2.3 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan

Dalam hal proses keterlibatan masyarakat dalam pengarahan, masyarakat

tidak ikut dilibatkan dalam proses pengarahan yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, Satpol

PP, maupun Unit pengelola museum. Pengarahan yang dilakukan oleh komunitas

hanya kepada anggotanya masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Bapak

Deden (I2-5) selaku Ketua Komunitas Cakra Buana, beliau mengatakan bahwa:

Page 181: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

163

“Kalau untuk mengarahkan Dinas maupun UPK tidak memberikan

pengarahan kepada komunitas, kita yang mengarahkan anggota kita

masing-masing” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Deden, hari

Sabtu 24 Oktober 2015, pukul 13:51 WIB di Kediaman Bapak

Deden Sinaga, SH)

Namun Bapak Rizal (I2-3) selaku Bendahara Komunitas Manusia Batu

mengatakan bahwa:

“UPK memberikan arahan kepada kita, kalau ada komunitas baru

yang masuk dan tidak patuhi aturan disini akan ditindak tegas oleh

UPK” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Rizal, hari Senin 2

Maret 2015, pukul 16:06 WIB di Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta)

Local Working Group (LWG) juga memberikan arahan kepada komunitas yang

ada di Kota Tua Jakarta seperti yang dikatakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku

Anggota Tim Kelompok Kerja di LWG, beliau mengatakan bahwa:

“LWG memberikan arahan kepada komunitas untuk membuat

suatu hal yang kreatif yang memiliki daya jual untuk dipamerkan

atau dijual sebagai souvenir atau cinderamata para pengunjung

yang datang kesini” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Dodi,

hari Minggu 6 September 2015, pukul 14:51 WIB di Gedung

Arsip Mandiri Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan informan I2-5, I2-3, dan I2-1 dapat diketahui bahwa

dalam hal proses pengarahan, masyarakat atau komunitaslah yang diberikan

arahan oleh para stakeholder yang mengatur tentang Kota Tua Jakarta. UPK Kota

Tua Jakarta memberikan arahan kepada komunitas yang berada di Kota Tua

Jakarta, namun komunitas di jarang ada di Taman Fatahillah seperti Komunitas

Cakra Buana tidak diberikan arahan oleh UPK Kota Tua Jakarta. Hal ini

disebabkan karena komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta adalah komunitas

yang tahu betul tentang kondisi lapangan di Kota Tua Jakarta terkait dengan

manajemen pengelolaannya.

Page 182: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

164

Selain itu LWG juga memberikan arahan kepada komunitas terkait dengan

kreativitas komunitas. LWG menginginkan komunitas yang berada di Kota Tua

Jakarta itu kreatif, seperti contohnya bisa membuat cinderamata khas Kota Tua

Jakarta yang bisa dijual kepada masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis.

Namun masyarakat sekitar Kota Tua Jakarta belum ada kreativitas kearah sana,

masyarakat sekitar Kota Tua Jakarta kebanyakan hanya menjadi pedagang atau

tukang parkir di area Kota Tua Jakarta.

Komunitas-komunitas di Kota Tua Jakarta diberikan arahan oleh para

stakeholder, namun mereka juga memberikan pengarahan kepada anggota

komunitas mereka sendiri. Didalam komunitas ada struktur anggota masing-

masing dan mereka mengatur komunitas mereka sendiri agar tetap ada dan

bertahan.

4.3.2.4 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian

Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan

mengatur unsur-unsur dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai

tujuan organisasi. Diperlukan waktu dan pengarahan pelaksanaan hingga

menghasilkan tindakan-tindakan harmonis dan terpadu menuju sasaran yang telah

ditentukan. Tujuan koordinasi adalah untuk mencegah kesalahpahaman perintah

atas tugas yang diberikan serta untuk mengarahkan, sehingga setiap kegiatan yang

dikoordinasikan itu dapat mencapai tujuannya masing-masing. Koordinasi sangat

diperlukan dalam hal manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta,

karena dalam pelaksanaannya pengelolaan Objek Wisata Kota Tua tidak

Page 183: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

165

dilakukan oleh satu pihak, melainkan dilakukan oleh beberapa pihak terkait, yaitu

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan

Kota Tua, Pihak Pengelola masing-masing museum, dan Satuan Polisi Pamong

Praja. Pihak-pihak yang terkait dan berwenang tersebut melakukan pengelolaan

Objek Wisata Kota Jakarta harus berkoordinasi satu sama lain. Hal ini diperjelas

dengan hasil wawancara Oleh Bapak Ario (I1-2) selaku Staf Seksi Penataan Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau untuk pengelolaan Kota Tua ini, kita ada keterkaitan

dengan Dinas dalam hal kebijakan, lalu dengan satpol pp untuk

mengatur pengamen dan pedagang kaki lima disini” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat, 18 September 2015

pukul 15:31 WIB, di Kantor Unit Pengelola Kawasan Kota Tua)

Hal ini senada seperti yang dikatakan juga oleh Bapak Encu (I1-1), selaku Kepala

Seksi Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta beliau mengatakan bahwa:

“Pengamen yang ilegal berada dalam koordinasi Dinas

Trantib/Satpol PP. Yang berada dalam pembinaan Pemda adalah

yang sudah ada izin atau kerjasama dengan UPK Kota Tua.

Masalah pedagang kaki lima berada dalam koordinasi Dinas Usaha

Mikro, Kecil, Menengah dan Perdagangan. Dalam kenyataannya,

banyak pedagang kaki lima yang mengakibatkan kerusakan hasil

pemugaran.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat

18 September 2015 pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3 Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Bapak Purnama (I1-3) selaku Ketua Satuan Tugas Satpol PP Kecamatan Tamansari

juga mengatakan bahwa:

Page 184: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

166

“kita petugas satpol pp disini tugasnya untuk menjaga, mengatur

dan mengawasi PKL dan pengamen yang ada disini” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Purnama, hari Jumat 28 Agustus 2015,

pukul 09:28 WIB di Kantor Kecamatan Tamansari)

Berdasarkan wawancara diatas mendeskripsikan bahwa koordinasi sangat

penting dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Dengan

adanya koordinasi antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, Pihak Pengelola Museum dan Satpol PP,

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua akan lebih mudah untuk

dilakukan, dan dengan adanya koordinasi maka diharapkan pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua ini akan mencapai hasil yang maksimal.

Namun dalam koordinasi tersebut masyarakat atau komunitas belum ikut

terlibat aktif didalamnya. Hanya sesekali diajak rapat koordinasi oleh para

stakeholder di Kota Tua Jakarta. Pengunjung pun tidak dilibatkan dalam

koordinasi, karena pengunjung datang hanya sesekali ke Kota Tua Jakarta.

Sehingga koordinasi yang dilakukan lebih mengarah kepada instansi-instansi yang

terkait dengan Kota Tua Jakarta dan manajemen pengelolaannya.

4.3.2.5 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan

Dalam proses keterlibatan masyarakat dalam pengawasan, masyarakat

ikut dilibatkan dalam menjaga keamanan dan kebersihan di Kota Tua Jakarta.

Masyarakat sekitar, komunitas dan pengunjung yang datang ke Kota Tua Jakarta

ikut dilibatkan dalam menjaga keamanan dan kebersihan di Kota Tua Jakarta. Hal

Page 185: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

167

ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Eli (I3-2) salah satu pengunjung di

Taman Fatahillah, beliau mengatakan bahwa:

“Kita disini menjaga kebersihan tidak boleh buang sampah

sembarangan dan menjaga keamanan disekitar sini” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Eli, hari Minggu 4 Oktober 2015, pukul

16:55 WIB di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sanem (I2-4) selaku Humas

Komunitas Sepeda Ontel, beliau mengatakan bahwa:

“Kita setiap hari sabtu dan minggu pagi melakukan kerja bakti

membersihkan sampah yang ada di Taman Fatahillah ini, bersama

para anggota komunitas batu juga, ada dari LWG dan pihak

museum” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Sanem, hari

Minggu 4 Oktober 2015, pukul 16:55 WIB di Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta)

Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim

Kelompok Kerja di LWG, beliau mengatakan bahwa:

“Kita setiap hari memantau Kota Tua, setiap hari saya

menyempatkan waktu untuk datang ke kota tua dan melihat

keadaan taman fatahillah bersama komunitas sepeda ontel”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Dodi, hari Minggu 6

September 2015, pukul 14:51 WIB di Gedung Arsip Mandiri, Kota

Tua Jakarta)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan I3-2, I2-4 dan I2-1 dapat

diketahui bahwa proses keterlibatan masyarakat dalam pengawasan yaitu menjaga

keamanan diri sendiri dan menjaga kebersihan di sekitar Taman Fatahillah. Bukan

hanya masyarakat atau pengunjung saja yang menjaga kebersihan di area Taman

Fatahillah, melainkan komunitas-komunitas bersama dengan LWG dan pihak

pengelola museum juga ikut menjaga kebersihan di sekitar Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta, memberikan peraturan kepada pengunjung yang membuang sampah

sembarangan agar tidak membuang sampah sembarangan. Dalam hal pengawasan

Page 186: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

168

diperlukan sinergi semua stakeholder dengan masyarakat agar Objek Wisata Kota Tua

Jakarta tetap terjaga keamanan dan kebersihannya.

4.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta Berbasis Masyarakat

Dalam pelaksanaan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua

Jakarta, Unit Pengelola museum-museum yang ada di Kota Tua Jakarta

khususnya di Taman Fatahillah, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

Kecamatan Tamansari bersinergi atau bekerja sama satu sama lain. Dalam

pelaksanaannya, manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta juga

ikut melibatkan masyarakat baik itu komunitas, penduduk sekitar maupun

pengunjung yang datang, karena Objek Wisata Kota Tua Jakarta sangat melekat

dengan masyarakat sekitar. Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai fungsi

masyarakat dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

berbasis masyarakat dengan menggunakan teori manajemen menurut Henry Fayol

(Hasibuan, 2009:40) yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengkoordinasian dan pengawasan.

4.3.3.1 Fungsi Masyarakat dalam Perencanaan

Masyarakat yang dilibatkan dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta antara lain masyarakat sekitar Kelurahan Pinangsia, komunitas-

Page 187: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

169

komunitas yang ada disekitar Kota Tua Jakarta, pengunjung baik itu pelajar,

mahasiswa, orang tua, yang artinya mencakup semua elemen masyarakat. Fungsi

masyarakat dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta adalah

sebagai pemberi aspirasi berupa kritik dan saran, seperti yang dikatakan oleh

Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian dan

Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, beliau

mengatakan bahwa:

“Masyarakat sifatnya masukan bagaimana Kota Tua ini lebih baik,

kalau pengambilan kebijakan itu dari Pemerintah, dalam

pelaksanaan pengelolaan kita bekerja sama dengan masyarakat.”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari Jumat, 18

September 2015 pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3 Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sumardi (I1-6) selaku Staf

Pengelola Museum Wayang, beliau mengatakan bahwa:

“Kewenangan dari stakeholder-stakeholder kita. Misalkan untuk

pembuatan keputusan menjadi peraturan gubernur itu adalah

kewenangan stakeholder atau SKPD dibawah dari Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta itu sendiri. Jadi ketika ada

perampingan organisasi seperti 3 museum dijadikan satu

organisasi, ini yang diajak rapat adalah kita-kita, stakeholder yang

ada di museum wayang, seni rupa dan tekstil untuk merumuskan

peraturan tersebut. Kalau untuk peraturan-peraturan yang

diberlakukan dimuseum sendiri seperti SOP itu juga kita sendiri

yang merumuskan, karena kita yang mempunyai kewenangan

membuat aturan tersebut. jadi masyarakat hanya sekedar bisa

menikmati jadinya saja. Untuk proses mentahnya masyarakat tidak

dilibatkan. Artinya bukan berarti apa-apa, takutnya kalau

masyarakat dilibatkan nanti malah ga jadi-jadi rumusannya, karena

yang memimpin organisasi adalah SKPD bukan masyarakat. Tetapi

aspirasi dari masyarakat juga sudah kita masukan kedalam

rumusan tersebut” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Sumardi,

hari Jumat 28 Agustus 2015 pukul 14:06 WIB, di Museum

Wayang)

Page 188: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

170

Hal ini yang sama juga dikatakan oleh Bapak Hari (I1-7) selaku Staf Pengelola

Museum Seni Rupa dan Keramik, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau kita adain acara kegiatan seperti kemarin itu, kita ngadain

festival seni rupa, kita ajak komunitas 200 orang melukis bersama.

festival lukisan kaca kita ada workshop untuk anak-anak, sekolah

dasar, SMP, setiap ada pameran kita ada pendukung seperti

workshop melukis, workshop bikin keramik, menampilkan macam-

macam kesenian, misalnya ada komunitas ontel itu juga termasuk”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Hari, hari Jumat 28 Agustus

2015 pukul 15:07 WIB, di Museum Seni Rupa dan Keramik)

Berdasarkan wawancara dengan I1-1, I1-6 dan I1-7 dalam hal fungsi masyarakat

dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta, Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Pihak Pengelola Museum

menempatkan fungsi masyarakat dalam manajemen dan pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta sebagai pihak yang penting dalam acara atau kegiatan

yang diadakan oleh museum, seperti yang dikatakan oleh Bapak Hari (I2-4) bahwa

ketika Museum Seni Rupa dan Keramik mengadakan acara, mereka

membutuhkan masyarakat yang hadir dari seluruh elemen masyarakat, baik

pelajar maupun umum, hal ini juga dapat mempengaruhi keberhasilan atau tujuan

diadakannya kegiatan tersebut.

Museum Sejarah Jakarta juga mempunyai program-program atau

kegiatan dalam satu tahun yang juga melibatkan masyarakat atau pengunjung

yang hadir, seperti yang dikatakan oleh Bapak Yosep (I2-2) selaku Guide Museum

Sejarah Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

Page 189: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

171

“Museum Sejarah Jakarta memiliki kegiatan unggulan namanya

wisata kampung tua, wisata kampung tua ini kita menjaring seluruh

lapisan baik anak-anak ataupun dewasa, atau mereka mau daftar

disini langsung silahkan, atau kita undang, kita mengajak mereka

keliling kampung-kampung tua yang ada di Kota Jakarta. Salah

satu contoh misalnya kampung pekojan daerah jembatan lima,

kampung arab, kemudian ada nama kampung pecinan karna disitu

dulu khusus orang-orang cina berdomisil, kita akan masuk kesana

daerah glodok, wisata kampung tua ini biasanya dari kota tua ini

sampai ke pelabuhan sunda kelapa, dan bukan hanya itu, kita juga

menyiapkan ada wisata jelajah malam atau jalan-jalan malam, jadi

jalan-jalan malam di museum. Kalau siang seperti ini, kalau malam

kesannya seperti apa, itu ada. Kita sudah menyiapkan acara seperti

itu” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Yosep, hari Sabtu 27

Juni 2015 pukul 14:47 WIB, di Museum Sejarah Jakarta)

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan dapat diketahui bahwa setiap

museum yang ada di Kota Tua Jakarta memiliki program atau kegiatan masing-

masing dalam satu tahunnya, yang didalamnya membutuhkan peran serta

masyarakat atau komunitas yang ada di sekitar Kota Tua Jakarta dan pengunjung

yang datang ke Objek Wisata Kota Tua Jakarta juga ikut berkontribusi dalam hal

manajemen dan pengelolaan Objek Wisata Kota Tua ini, seperti yang dikatakan

oleh Bapak Eli (I3-2), beliau mengatakan bahwa:

“Kita disini berkunjung harus menjaga kebersihan, buang sampah

pada tempatnya, menjaga keamanan diri sendiri” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Eli, hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul

16:55 WIB, di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta)

Hal ini pun juga dikatakan oleh Fahmi (I3-3) yang berkunjung ke Taman Fatahillah

juga, beliau, mengatakan bahwa:

“Senang berkunjung kesini, sebagai pelajar juga ingin tahu tentang

sejarah Kota Jakarta, ya disini menikmati suasana Kota Tua saja,

ikut menjaga kebersihan juga” (Sumber: Wawancara dengan

Fahmi, hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 16:48 WIB, di Taman

Fatahillah Kota Tua Jakarta)

Page 190: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

172

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengunjung yang datang ke Kota Tua

Jakarta sebagian pengunjung berkontribusi pada acara yang diadakan oleh

museum-museum dan juga berkontribusi dalam menjaga kebersihan dan

keamanan diri mereka sendiri, namun pada kenyataannya sampah masih banyak

yang berserakan di kawasan Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Tidak semua

pengunjung yang datang ke Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta sadar akan

menjaga kebersihan di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta, masih banyak

pengunjung yang membuang sampah sembarangan.

Dalam hal perencanaan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta menempatkan masyarakat sebagai

pemberi kritik dan saran dalam pelaksanaan manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta. Masyarakat dapat memberikan aspirasi atau masukan kedalam

rumusan perencanaan. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi

Produk Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Kita sebelum merumuskan perencanaan mengadakan rapat teknis

terlebih dahulu, dan didalam rapat teknis itu kita melibatkan semuanya,

para stakeholder, kepala museum, dan juga komunitas-komunitas di

Kota Tua, baru setelah itu kita tahu apa saja yang nantinya akan

dirumuskan untuk perencanaan” (Sumber: Wawancara dengan

Bapak Encu, hari Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 12:35 WIB, di

Gedung B Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

Lantai 3)

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Encu (I1-1) dapat diketahui bahwa

sebelum merumuskan kegiatan-kegiatan didalam perencanaan, Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta mengadakan rapat teknis bersama dengan

para stakeholder dan juga perwakilan dari komunitas. Perencanaan yang

Page 191: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

173

dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tercantum

dalam Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk

Kawasan Kota Tua. Hal ini pun disampaikan oleh Seksi Penataan Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua Jakarta Bapak Ario (I1-2), beliau mengatakan bahwa:

“Perencanaan yang dilakukan untuk Kota Tua ini sesuai dengan

Peraturan Gubernur terbaru Nomor 36 Tahun 2014. Disitu semua

tercantum semua tentang perencanaan Kota Tua” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat 18 September 2015

pukul 15:31 WIB, di Kantor UPK Kota Tua Jakarta)

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk

Kawasan Kota Tua, dalam melakukan manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta juga ikut melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat dalam

hal ini adalah masyarakat sekitar, komunitas dan pengunjung yang datang ke

Kota Tua Jakarta. Komunitas-komunitas seperti Komunitas Sepeda Ontel dan

Komunitas Manusia Batu yang setiap hari ada di Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta ikut terlibat secara langsung dalam manajemen pengelolan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta sebagai penambah

daya tarik bagi Kota Tua Jakarta dan penghidup suasana di Kota Tua Jakarta.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta apabila dilatih dan dibina

dengan baik akan meningkatkan kualitas Objek Wisata Kota Tua Jakarta dan

dapat meningkatkan jumlah pengunjung karena adanya komunitas yang menjadi

daya tarik baru bagi wisatawan yang akan datang. Terlebih lagi apabila

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga memperhatikan serta mendanai komunitas-

komunitas yang ada di Kota Tua khususnya komunitas yang sesuai dengan unsur

Page 192: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

174

kesejarahan Kota Tua Jakarta maka Objek Wisata Kota Tua Jakarta ini akan

semakin menjadi Objek Wisata yang unggulan, bukan hanya bagi Kota Jakarta

tetapi juga bagi Indonesia ataupun Dunia Internasional.

Kawasan Kota Tua sebagai Objek Wisata di Jakarta tentu juga diperlukan

adanya sosialisasi, pengenalan ataupun promosi yang dilakukan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke Kota Tua. Walaupun

dapat dikatakan pengunjung museum di Kota Tua ramai, namun tetap diperlukan

kegiatan pengenalan ke masyarakat khususnya para pelajar agar tidak melupakan

sejarah dan mengetahui asal usulnya Bangsa Indonesia pada zaman dahulu.

4.3.3.2 Fungsi Masyarakat dalam Pengorganisasian

Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua

sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang

dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sebenarnya, manusia adalah

yang paling terdepan dalam pentingnya dan perhatian. Dengan cara

mengorganisir, orang-orang dipersatukan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang

saling berkaitan. Dalam penelitian tentang Manajemen Pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta berbasis Masyarakat, pengorganisasian yang dilakukan oleh

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta yaitu dengan

mengorganisasikan Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua sebagai pengelola

Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Berdasarkan wawancara peneliti kepada Bapak Ario (I1-2) selaku Staf

Seksi Penataan UPK Kota Tua yaitu sebagai berikut:

Page 193: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

175

“Pengorganisasian di Kota Tua ini diawali dari yang paling tinggi

yaitu dinas pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, lalu

dibawahnya ada UPK Kota Tua. Jadi kita disini langsung berada

dibawah Dinas Pariwisata yang bertugas langsung mengelola

Objek wisata ini” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari

Jumat 18 September 2015 pukul 15:31 WIB, di Kantor UPK Kota

Tua Jakarta)

Pengorganisasian yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta yaitu Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta sebagai

pengelola kawasan Kota Tua Jakarta sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 7

Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua. Selanjutnya Bapak Ario Wicaksono juga menjelaskan:

“Kalau untuk komunitas dinaungi oleh LWG Kota Tua, LWG dan

DMO yang menghimpun komunitas-komunitas yang ada disini”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat 18

September 2015 pukul 15:31 WIB, di Kantor UPK Kota Tua

Jakarta)

Komunitas-komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

dinaungi oleh Local Working Group (LWG) Kota Tua Jakarta. Jadi

pengorganisasian di Kota Tua Jakarta yaitu Unit Pengelola Kawasan Kota Tua

yang memiliki wewenang untuk mengelola Kawasan Objek Wisata Kota Tua ini

secara khusus, sedangkan untuk museum-museum yang ada di Taman Fatahillah

yaitu Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan

Keramik masing-masing memiliki Kepala Unit Pengelola yang bertugas untuk

mengelola museum. Untuk komunitas-komunitas yang ada di sekitar Objek

Wisata Kota Tua Jakarta dinaungi oleh Local Working Group (LWG) dan di

dalam masing-masing komunitas juga terdapat susunan organisasi tersendiri.

Page 194: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

176

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta juga merupakan mitra kerja

dari LWG, museum-museum yang ada di Kota Tua Jakarta maupun UPK Kota

Tua Jakarta. Komunitas-komunitas seperti Komunitas Sepeda Ontel, Komunitas

Manusia Batu dan Komunitas Cakra Buana juga sering diikut dalam acara-acara

yang diadakan oleh LWG, pihak pengelola museum maupun yang diadakan oleh

UPK Kota Tua Jakarta. Seperti Komunitas Cakra Buana yang ikut dalam mengisi

acara dengan pertunjukan pencak silat.

4.3.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Pengarahan

Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang mengatur tindakan-

tindakan yang akan dilaksanakan. Pengarahan meliputi pemberian perintah-

perintah dan motivasi pada anggota organisasi yang melaksanakan tugas-tugas

sesuai dengan fungsinya. Dalam penelitian ini akan dilihat bentuk pengarahan

yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta kepada masyarakat dalam melakukan

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Bentuk pengarahan yang

dilakukan serta dampak pengarahan yang telah diberikan.

Berdasarkan wawancara peneliti kepada informan I1-2 Bapak Ario selaku

Staf Seksi Penataan UPK Kota Tua yaitu sebagai berikut:

“Pengarahan yang dilakukan oleh kita dengan cara mengadakan

rapat dengan komunitas-komunitas, lalu mereka diberikan arahan

dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tata aturan sebagai

komunitas di Kota Tua ini” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Ario, hari Jumat 18 September 2015 pukul 15:31 WIB, di Kantor

UPK Kota Tua Jakarta)

Page 195: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

177

Pengarahan yang dilakukan oleh UPK Kota Tua Jakarta kepada komunitas-

komunitas yang ada di Objek Wisata Kota Tua Jakarta dilakukan dengan cara

mengadakan rapat yang ikut melibatkan komunitas dan masyarakat yang ada di

sekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Selanjutnya Bapak Ario (I1-2) selaku Staf

Seksi Penataan UPK Kota Tua Jakarta menambahkan:

“Komunitas itu kita beri arahan agar tidak melakukan hal-hal yang

negatif, misalnya komunitas reggae kota tua, itu kita larang untuk

minum-minuman keras disini, dan komunitas-komunitas juga kita

fungsikan untuk menjaga keamanan dan kebersihan di area kota

tua. Contohnya itu setiap hari minggu pagi para komunitas kerja

bakti untuk membersihkan areal kota tua, lalu apabila sewaktu-

waktu terjadi suatu yang mengancam kenyamanan pengunjung

seperti ada copet atau maling, itu komunitas ikut menjaga

keamanan pengunjung. Hal itu semata-mata itu membuat

pengunjung nyaman untuk berwisata di Kota Tua ini” (Sumber:

Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat 18 September 2015

pukul 15:31 WIB, di Kantor UPK Kota Tua Jakarta)

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta memberikan arahan kepada komunitas-

komunitas yang ada di Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta agar tidak

melakukan hal-hal negatif yang mengganggu kenyamanan pengunjung yang

datang ke Kota Tua Jakarta. UPK Kota Tua mengarahkan agar komunitas

menjaga kenyamanan pengunjung dan tidak mengganggu ketertiban di Kota Tua

Jakarta.

Selanjutnya pengarahan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, pengarahan yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta biasanya berbentuk kebijakan

atau Undang-Undang yang mengatur tentang Objek Wisata Kota Tua, baik dari

perencanaan sampai dengan pengawasan. Sedangkan Unit Pengelola Kawasan

Page 196: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

178

Kota Tua Jakarta memberikan pengarahan kepada komunitas-komunitas yang ada

di kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Selain itu ada juga pengarahan yang dilakukan oleh Satpol PP dalam

mengatur pedagang kaki lima yang ada sekitar Taman Fatahillah Kota Tua

Jakarta, seperti yang dikatakan oleh Bapak Purnama (I1-3) selaku Ketua Satuan

Tugas Satpol PP Kecamatan Tamansari, beliau mengatakan bahwa:

“Kita ini ada 3 metode. Yang pertama namanya proentiv, artinya

ada sosialisasi untuk tidak boleh berdagang disini. Yang kedua

preventif, yaitu menghalau mereka agar tidak boleh berdagang

sesuai dengan Perda, tetapi kalau sudah satu sampai dua atau tiga

kali kami halau masih tetap berjualan, kita melaksanakan operasi

atau penertiban, itu metode yang ketiga. Dagangannya akan kita

angkut dan disimpan digudang Pemda DKI, dan ada sidang

tipiringnya.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Purnama, hari

Jumat 28 Agustus 2015 pukul 09:28 WIB, di Kantor Kecamatan

Tamansari)

Dalam hal ini pedagang kaki lima yang berada di sekitar Taman Fatahillah Kota

Tua Jakarta juga mendapatkan pengarahan dari Satpol PP Kecamatan Tamansari,

karena banyak pedagang kaki lima yang ilegal yang masih berdagang di kawasan

Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta.

Fungsi masyarakat dalam pengarahan adalah yang diberikan arahan oleh

para stakeholder yang memiliki wewenang dalam manajemen pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta. Pengarahan ini dilakukan agar Objek Wisata Kota Tua

Jakarta tidak semrawut dan tertata dengan rapi, sehingga pengunjung yang datang

akan memiliki kesan yang baik terhadap Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Page 197: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

179

4.3.3.4 Fungsi Masyarakat dalam Pengkoordinasian

Koordinasi merupakan hubungan atau relasi yang terjalin antara instansi

yang saling berkaitan atau pegawai yang memiliki pekerjaan yang saling

berkaitan. Dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

masyarakat tidak dilibatkan dalam koordinasi. Dalam hal ini masyarakat hanya

diikutkan dalam rapat teknis yang dilakukan oleh para stakeholder yang

mempunyai wewenang dalam mengelola objek wisata Kota Tua Jakarta. Seperti

yang dikatakan oleh Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi Produk Bidang

Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta, beliau mengatakan bahwa:

“Kita melibatkan masyarakat ataupun komunitas dalam rapat teknis

atau rapat koordinasi yang dilakukan bersama dengan UPK dan

unit pengelola museum. Disana kita ajak juga komunitas yang ada

di Kota Tua” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari

Jumat 18 September 2015 pukul 12:43 WIB, di Gedung B Lantai 3

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Hal ini senada dengan yang di katakan oleh Bapak Rizal (I2-3) selaku Bendahara

Komunitas Manusia Batu, beliau mengatakan bahwa:

“Kalau tentang koordinasi kita suka diajak rapat dengan UPK,

Dinas dan LWG” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Encu, hari

21 April 2015, di Gedung B Lantai 3 Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Dalam hal koordinasi masyarakat atau komunitas-komunitas yang ada di Kota

Tua Jakarta dilibatkan dalam rapat teknis atau rapat koordinasi yang diadakan

oleh para stakeholder di Kota Tua Jakarta. Masyarakat juga bisa menyampaikan

keluhan ke LWG ataupun pusat informasi yang ada di kawasan Taman Fatahillah,

dan Local Working Group (LWG) juga memberikan arahan, masukan dan ruang

Page 198: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

180

kepada masyarakat sekitar dan komunitas untuk berkreasi dan berkreativitas.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Dodi (I2-1) selaku Anggota Tim Kelompok

Kerja di LWG, beliau mengatakan bahwa:

“LWG membantu masyarakat untuk tampil dan berkontribusi

diKota Tua ini, karna mereka yang punya wilayah disini dan

diarahkan untuk berpartisipasi aktif untuk melestarikan Kota Tua

ini” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Dodi, hari minggu 6

September 2015, di Gedung Arsip Mandiri Kota Tua Jakarta)

Dalam hal ini Local Working Group (LWG) memberikan arahan kepada

masyarakat sekitar dan komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta untuk

berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melestarikan Kota Tua Jakarta. Fungsi

masyarakat dalam pengkoordinasian tidak dilibatkan secara aktif, namun

komunitas-komunitas di Kota Tua Jakarta perwakilannya ikut dilibatkan melalui

rapat teknis atau rapat koordinasi yang diadakan oleh para stakeholder Kota Tua

Jakarta. Sehingga para komunitas bisa memberikan masukan dan sarannya kepada

para stakeholder. Pengunjung yang datang juga bisa memberikan kritik dan

sarannya melalui pusat informasi atau menuliskan kritik dan sarannya pada kotak

saran yang tersedia di Perpustakaan Taman Fatahillah.

4.3.3.5 Fungsi Masyarakat dalam Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam teori manajemen menurut

Henry Fayol (Hasibuan, 2009:40), yang memiliki arti suatu proses mengawasi dan

mengevaluasi suatu kegiatan didalam perencanaan. Pengawasan dalam

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta penting dilakukan,

karena tanpa adanya pengawasan maka kegiatan perencanaan yang telah di

Page 199: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

181

rencanakan sebelumnya tidak akan berjalan dengan baik. Untuk menjalankan

proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial yaitu personil-

personil atau pegawai yang berada dilapangan, dikarenakan jika terjadi kesalahan

dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Pengawasan di Objek Wisata Kota

Tua Jakarta dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, pihak pengelola museum, Satpol PP, LWG, pihak

keamanan setempat, komunitas atau masyarakat sekitar serta pengunjung.

Semuanya bersinergi dalam melakukan pengawasan di Kota Tua Jakarta,

khususnya Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Berikut wawancara peneliti

dengan Bapak Encu (I1-1) selaku Kepala Seksi Produk Bidang Pengkajian dan

Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, beliau

mengatakan:

“Untuk pengawasan keberadaan bangunan cagar budaya dilakukan

oleh pegawai lapangan dan juga saptol pp yang berjaga disini.

Pemantauan kota tua dilakukan melalui UPK Kota Tua yang

merupakan UKPD sendiri.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak

Encu, hari Jumat 18 September pukul 12:43 WIB, di Gedung B

Lantai 3 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta)

Pengawasan yang dilakukan dalam melakukan manajemen pengelolaan Objek

Wisata Kota Tua Jakarta juga dilakukan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja

yang berjaga di sekitar Kawasan Kota Tua untuk mengawasi pedagang kaki lima

di Kota Tua Jakarta. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta juga

ikut mengawasi setiap sabtu dan minggu ada pegawai yang piket untuk

mengawasi langsung Objek Wisata Kota Tua Jakarta. UPK Kota Tua juga ikut

mengawasi langsung, karena UPK Kota Tua merupakan unit pelaksana teknis

Page 200: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

182

lapangan yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya untuk pengawasan proses

pelaksanaan dari perencanaan yang telah direncanakan menurut Bapak Ario (I1-2)

selaku Staf Seksi Penataan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta adalah

sebagai Berikut:

“Proses perencanaan dilakukan monitor oleh Bappeda Provinsi

DKI Jakarta, Bappeko Jakarta Barat, Bappeko Jakarta Utara.”

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ario, hari Jumat 18

September 2015 pukul 15:31 WIB, di Kantor Unit Pengelola

Kawasan Kota Tua)

Dalam hal perencanaan yang telah direncanakan, proses pelaksanaannya

dilakukan peninjauan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Provinsi DKI Jakarta, Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota

(Bappeko) Jakarta Barat, dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota

(Bappeko) Jakarta Utara. Pengawasan dalam hal ini juga dilakukan oleh berbagai

pihak pada masing-masing konteks. Hal ini dilihat pada Badan Perencanaan dan

Pembangunan Kota (Bappeko), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan

Satuan Polisi Pamong Praja yang berbeda dalam mengawasi berbagai hal di

Kawasan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Dalam hal fungsi masyarakat dalam pengawasan yaitu masyarakat atau

komunitas-komunitas yang ada di sekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta juga ikut

mengawasai Objek Wisata Kota Tua Jakarta khususnya Taman Fatahillah Kota

Tua Jakarta. Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta ikut menjaga

keamanan dan kebersihan di Kota Tua Jakarta. Setiap hari sabtu dan minggu pagi

ada kerja bakti yang dilakukan oleh Komunitas Sepeda Ontel, Komunitas

Page 201: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

183

Manusia Batu, komunitas-komunitas lainnya bersama dengan Dinas Kebersihan

Kecamatan Tamansari, LWG maupun stakeholder yang lainnya ikut

membersihankan Taman Fatahillah dan daerah sekitar Kota Tua lainnya.

Pengunjung yang datang ke Taman Fatahillah juga ikut terlibat dalam menjaga

keamanan dan kebersihan. Pengunjung menjaga keamanan diri mereka sendiri dan

ikut menjaga kebersihan untuk tidak membuang sampah sembarangan.

4.4 Pembahasan

Pembahasan merupakan isi dari analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan dan disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian berjudul Manajemen Pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta Berbasis Masyarakat, peneliti menggunakan teori fungsi

manajemen menurut Henry Fayol (Hasibuan, 2009:40) yaitu Planning

(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding (Pengarahan),

Coordinating (Pengkoordinasian) dan Controlling (Pengawasan). Pembahasan

dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan rumusan masalah penelitian yang

disesuaikan dengan teori manajemen yang peneliti gunakan.

4.4.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta

Pembahasan terkait dengan keterlibatan masyarakat dalam manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta ini akan disesuaikan kondisi yang

peneliti temukan di lapangan dengan teori manajemen menurut Henry Fayol

Page 202: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

184

(Hasibuan, 2009:40) yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengkoordinasian dan pengawasan.

4.4.1.1 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan

Perencanaan merupakan rangkaian kegiatan yang disusun untuk

menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang lain. Kegiatan-kegiatan yang disusun

bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Dalam

penyusunan perencanaan melibatkan stakeholder-stakeholder dari instansi-

instansi yang terkait dengan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta, seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK

Kota Tua Jakarta dan pihak pengelola museum. Dalam hal perencanaan ini

terdapat tujuan yang akan dicapai dari perencanaan dan program-program atau

kegiatan yang akan dilakukan.

Perencanaan tentang Kota Tua Jakarta tercantum dalam Peraturan

Gubernur Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Kawasan Kota Tua. Di

dalam Peraturan Gubernur tersebut pada pasal 29 menyebutkan bahwa

pengelolaan Kawasan Kota Tua melibatkan secara aktif dunia usaha dan

kelompok-kelompok masyarakat. Tujuan yang diinginkan dicapai dalam

perencanaan adalah menjadikan Kota Tua Jakarta menjadi salah satu tujuan wisata

untuk tingkat internasional.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta didalam perencanaan Kota Tua Jakarta adalah meningkatkan

sumber saya manusia, mendorong pemberdayaan komunitas dan meningkatkan

Page 203: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

185

ketahanan kelembagaan kepariwisataan dan kebudayaan, meningkatkan kualitas

dan mengembangkan sarana dan prasarana yang berbasis lingkungan, dan

mewujudkan tata kelola yang akuntabel, efektif dan efisien.

Terkait dengan perencanaan, instansi-instansi yang terlibat seperti Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta maupun

pihak pengelola museum-museum yang ada di Kota Tua Jakarta memiliki

program atau kegiatan masing-masing dalam satu tahunnya. Seperti misalnya

Museum Sejarah Jakarta yang setiap tahunnya memiliki acara atau kegiatan

tentang museum diantaranya Wisata Kampung Tua, Jelajah Malam, Batavia Art,

dan lain sebagainya. Museum Wayang ada kegiatan pameran wayang atau

workshop mengenai wayang. Museum Seni Rupa dan Keramik ada kegiatan

pameran batik dan latihan membatik. Acara-acara yang diadakan oleh museum-

museum tersebut melibatkan komunitas-komunitas yang ada disekitar Taman

Fatahillah dan juga pengunjung yang datang. Hal ini sesuai dengan teori

partisipasi masyarakat yang termasuk kedalam penelitian ini karena ada

partisipasi masyarakat terkait dengan manejemen pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua.

Dalam Sjafari dan Sumaryo (2007:150) partisipasi masyarakat

merupakan keterlibatan langsung dari masyarakat tanpa adanya dorongan yang

kuat dari pihak luar. Pemerintah dalam melaksanakan suatu perencanaan

membutuhkan peran serta masyarakat agar kegiatan perencanaan yang dilakukan

dapat berjalan dengan baik. Partisipasi dimaknai sebagai pemberdayaan

masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka.

Page 204: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

186

Dalam penelitian ini masyarakat yang terlibat dalam manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta antara lain komunitas-komunitas

yang ada di Kota Tua Jakarta, masyarakat sekitar Kota Tua Jakarta yaitu

masyarakat Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari Jakarta Barat, pedagang

kaki lima dan pengunjung yang datang ke Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Keterlibatan masyarakat dalam hal perencanaan yaitu sebagai objek atau sasaran

di dalam perencanaan. Seperti halnya museum yang membuat perencanaan dalam

satu tahun dan begitupun dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta, dalam program kerja yang dibuat masyarakat ditempatkan sebagai objek

atau sasaran dari kegiatan tersebut, bukan merupakan subjek yang ikut dalam

merumuskan perencanaan dan melaksanakan perencanaan tersebut.

Namun sebelum merumuskan perencanaan, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, pihak pengelola

museum bersama dengan stakeholder yang lainnya mengadakan rapat teknis atau

rapat koordinasi terlebih dahulu. Rapat teknis atau rapat koordinasi ini melibatkan

perwakilan komunitas atau masyarakat sekitar didalamnya. Sehingga masyarakat

sekitar atau komunitas bisa menyampaikan masukan dan sarannya kepada para

stakeholder. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan anggota-

anggota komunitas yang ikut dalam rapat teknis tersebut, masukan yang diberikan

oleh para anggota komunitas terkadang kurang didengar atau dianggap angin lalu

oleh para stakeholder, dikarenakan anggota komunitas yang memberi masukan

tidak disertai oleh bukti apabila ada pengunjung yang mengeluh dengan

ketidaknyamanannya saat berwisata di Kota Tua Jakarta.

Page 205: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

187

Oleh karena itu, disediakan kotak saran yang bisa pengunjung isi dengan

berbagai kritik dan saran mengenai Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Kotak saran

tersebut ada di Perpustakaan Taman Fatahillah. Namun berdasarkan wawancara,

tidak banyak pengunjung yang mengisi kotak saran tersebut. Menurut pandangan

peneliti, tidak banyaknya pengunjung yang mengisi kotak saran tersebut adalah

kurangnya sosialisasi dari para komunitas atau stakeholder yang berjaga di

Perpustakaan Taman Fatahillah tentang adanya kotak saran yang bisa diisi oleh

pengunjung, karena setelah peneliti observasi dilapangan kotak saran tersebut

hanya ada satu, bentuknya kecil dan penempatan dari kotak saran itu berada

dibagian belakang Perpustakaan Taman Fatahillah, sehingga jarang ada

pengunjung yang mengetahui adanya kotak saran tersebut.

Dalam hal ini seharusnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan

jangan dianggap tidak penting oleh para stakeholder dalam merumuskan

perencanaan. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat dalam mengembangkan

Kota Tua Jakarta dapat membuat Kota Tua Jakarta semakin dikenal oleh

masyarakat, bukan hanya dalam negeri tetapi juga masyarakat luar negeri. Selain

itu dalam melakukan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

dengan adanya keterlibatan dan partisipasi masyarakat didalamnya akan lebih

terpantau dan terbantu dalam pelaksanaannya, sehingga tujuan yang diharapkan

pun akan tercapai.

Page 206: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

188

4.4.1.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan sumber daya manusia

untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan

organisasi. Dalam pengorganisasian, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, maupun pihak pengelola museum memiliki

struktur organisasi masing-masing. Struktur organisasi yang ada dilembaga formal

didalamnya tidak termasuk komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta.

Komunitas-komunitas merupakan organisasi informal yang tidak masuk kedalam

organisasi formal.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta dinaungi oleh Local

Working Group (LWG). Local Working Group (LWG) bertugas sebagai

fasilitator, mediator bagi komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta

kepada pemerintah. Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta pada

awalnya berjumlah 79 komunitas dari berbagai bidang seperti bidang sejarah,

kesenian, keagamaan, maupun pendidikan. Semakin lama jumlah komunitas

berkurang menjadi 32 komunitas. Namun setelah peneliti melakukan observasi

ke lapangan 32 komunitas yang ada tidak semuanya aktif, dikarenakan para

anggota komunitas-komunitas itu mempunyai kesibukan dan pekerjaan masing-

masing.

Hal lain yang menyebabkan jumlah komunitas berkurang yaitu adanya

penyeleksian yang dilakukan oleh UPK Kota Tua Jakarta yang mensyaratkan

komunitas yang ingin menjadi bagian dari Kota Tua harus sesuai dengan unsur

kesejarahan di Kota Tua Jakarta. Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua

Page 207: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

189

Jakarta memiliki struktur organisasi masing-masing, yang di dalamnya terdapat

ketua, sekretaris, bendahara dan anggota-anggotanya. Komunitas-komunitas

tersebut mengatur dan mengorganisir organisasinya masing-masing. Dalam hal ini

komunitas termasuk organisasi informal. Ciri organisasi informal dalam

Arenawati (2009:6) yaitu lepas, fleksibel, tidak terumuskan dan spontan.

Organisasi informal biasanya terbentuk karena mempunyai nilai-nilai bersama dan

rasa setia kawan yang kuat.

Dalam hal pengorganisasian sebaiknya UPK Kota Tua Jakarta lebih

memperhatikan komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta, karena

komunitas di Taman Fatahillah seperti Komunitas Sepeda Ontel, Komunitas

Manusia Batu dan Komunitas Cakra Buana merupakan salah satu aset bagi wisata

Kota Tua Jakarta. Komunitas sebagai penghidup suasana di Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta. Komunitas seharusnya dirangkul juga oleh UPK Kota Tua dan

diberikan pelatihan-pelatihan yang bisa menunjang wisata di Kota Tua Jakarta.

UPK juga seharusnya menindak tegas komunitas-komunitas yang tidak sesuai

dengan unsur kesejarahan Kota Tua seperti komunitas badut, komunitas manusia

hantu yang masih berada di sekitar area Taman Fatahillah, hal ini bertujuan agar

nilai-nilai kesejarahan di Kota Tua Jakarta tidak hilang karena adanya komunitas

yang tidak sesuai dengan unsur kesejarahan Kota Tua Jakarta.

Page 208: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

190

4.4.1.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan

Pengarahan merupakan pemberian perintah ataupun arahan kepada

anggota organisasi atau orang yang akan melaksanakan kegiatan perencanaan.

Keterlibatan masyarakat dalam pengarahan dalam hal ini masyarakat maupun

komunitas-komunitas diberikan arahan oleh UPK Kota Tua dan Local Working

Group (LWG). Satpol PP Kecamatan Tamansari memberikan pengarahan kepada

pedagang kaki lima yang ada disekitar Kota Tua Jakarta. Pengarahan UPK Kota

Tua Jakarta kepada komunitas berbentuk arahan agar menjaga ketertiban,

keamanan dan kebersihan di Kota Tua Jakarta, serta diarahkan agar komunitas

yang tidak sesuai dengan unsur kesejarahan Kota Tua Jakarta tidak berada di area

Taman Fatahillah.

Pengarahan yang dilakukan oleh Sapol PP kepada pedagang kaki lima di

Kota Tua Jakarta berbentuk penjagaan disekitar Kota Tua Jakarta, pedagang kaki

lima yang legal atau resmi sudah terdaftar di Koperasi Pena Waskata yang ada di

Kota Tua Jakarta sebanyak 48 pedagang dan anggotanya tidak boleh bertambah.

Dalam hal ini juga Satpol PP memberikan arahan ketika ada operasi penangkapan

pedagang kaki lima yang liar, pedagang kaki lima tersebut diarahkan agar tidak

berjualan di area Taman Fatahillah lagi, melainkan ada tempat relokasi yaitu di

Jalan Cengkeh.

Terkait dengan komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta,

diberikan arahan oleh UPK Kota Tua agar yang termasuk ke dalam komunitas

Kota Tua Jakarta adalah yang memiliki karakteristik kesejarahan Kota Tua Jakarta

seperti komunitas ontel dan manusia batu. Apabila komunitas yang masuk tanpa

Page 209: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

191

izin dan tidak sesuai dengan karateristik Kota Tua Jakarta akan ditertibkan oleh

UPK Kota Tua. Namun pada fakta dilapangan masih ada beberapa komunitas

yang tidak sesuai dengan unsur kesejarahan di Kota Tua Jakarta seperti komunitas

badut dan komunitas manusia hantu yang belum ditindak secara tegas oleh UPK

Kota Tua Jakarta. Selain komunitas-komunitas dan pedagang kaki lima yang

diberikan pengarahan, pengunjung yang datang juga diberikan pengarahan agar

tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga ketertiban di Kota Tua

Jakarta

4.4.1.4 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian

Pengkoordinasian sangat penting dilakukan dalam manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, hal ini bertujuan agar tidak terjadi

kesalahpahaman atau salah komando dalam melakukan suatu perintah. Dalam hal

pengkoordinasian, koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tidak sampai kemasyarakat. Koordinasi

dilakukan oleh oleh instansi-instansi terkait yaitu Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua, Satpol PP dan LWG. Namun

komunitas dirangkul oleh LWG dan diberikan arahan serta masukan untuk

berkreasi di Kota Tua. Komunitas-komunitas juga bisa menyampaikan masukan

dan sarannya melalui LWG dan nanti LWG yang menyampaikan ke UPK Kota

Tua atau Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Pengunjung

pun tidak dilibatkan dalam hal koordinasi.

Page 210: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

192

Namun dalam hal koordinasi komunitas terkadang diikut dalam rapat

teknis atau rapat koordinasi yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua, pihak pengelola museum dan LWG. Selain

itu komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta merupakan mitra kerja

museum-museum dan LWG, sehingga jika ada acara-acara yang diadakan oleh

museum-museum, komunitas juga ikut dilibatkan

4.4.1.5 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan

Masyarakat ikut menjaga kelestarian Kota Tua dan menjaga

keamanannya sendiri ketika berkunjung ke Kota Tua Jakarta. Masyarakat sekitar

Kota Tua Jakarta yaitu masyarakat RW 06 juga ikut menjaga keamanan dan

kebersihan di Taman Fatahillah yaitu dengan mendirikan tenda pusat informasi di

area Taman Fatahillah, sehingga masyarakat atau pengunjung yang baru pertama

kali datang ke Kota Tua Jakarta dan tidak memiliki informasi banyak tentang

Kota Tua bisa mendatangi pusat informasi tersebut. Pusat informasi tersebut diisi

dengan karang taruna RW 06 Kelurahan Pinangsia. Selain itu Satpol PP, LWG

dan komunitas ontel juga ikut menjaga keamanan dan kebersihan di Kota Tua

Jakarta, karena setiap harinya komunitas ontel, komunitas manusia batu selalu ada

di Taman Fatahillah.

Selain itu keterlibatan pengunjung dalam pengawasan adalah menjaga

keamanan diri mereka sendiri, menjaga ketertiban umum dan menjaga kebersihan

di Kota Tua Jakarta. Bukan hanya masyarakat sekitar, komunitas dan pengunjung

yang datang yang ikut terlibat dalam pengawasan, berdasarkan wawancara yang

Page 211: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

193

peneliti lakukan pihak dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta juga ikut melakukan pengawasan secara langsung. Ada jadwal piket setiap

hari sabtu dan minggu yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta dalam memonitor Kota Tua Jakarta.

Dalam pengawasan, memang banyak pihak yang terlibat didalamnya,

karena Kota Tua Jakarta ini merupakan hal yang dekat dengan masyarakat dengan

posisinya yang ada ditengah-tengah Kota Jakarta yang padat penduduk.

Pengawasan penting dilakukan agar tidak terjadi kekacauan di Kota Tua Jakarta,

agar Kota Tua Jakarta juga tetap rapi, tertata dan terjaga keindahannya.

4.4.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Membuat Aturan Terkait

Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

Pembahasan terkait dengan rumusan masalah yang kedua yaitu proses

keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan terkait manajemen pengelolaan

Objek Wisata Kota Tua Jakarta akan disesuaikan dengan teori manajemen

menurut Henry Fayol (Hasibuan, 2009:40) berdasarkan fakta yang peneliti

temukan dilapangan.

4.4.2.1 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan

Proses keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan terkait manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta dalam hal ini masyarakat tidak

sepenuhnya ikut dilibatkan didalamnya. Dalam perencanaan, masyarakat tidak

ikut dalam merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan menjadi perencanaan di

Page 212: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

194

Kota Tua Jakarta, hanya diikutkan dalam rapat namun itu dilakukan tidak rutin,

artinya masyarakat tidak rutin diajak dalam rapat koordinasi yang dilakukan oleh

para stakeholder.

Proses keterlibatan masyarakat dalam perencanaan terkait manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta berbasis masyarakat merupakan

peranan penting dalam suatu objek wisata, khususnya Kota Tua Jakarta. Didalam

perencanaan yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014,

masyarakat difungsikan sebagai unsur yang diperlukan dalam melakukan

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta. Namun dalam pembuatan

perumusan perencanaan masyarakat tidak sepenuhnya dilibatkan dalam

pembuatan dan perumusan perencanaan.

Masyarakat yang di dalamnya terdapat komunitas, masyarakat sekitar

dan pengunjung hanya dilibatkan dalam memberikan masukan, kritik dan saran

untuk Kota Tua Jakarta. Pengunjung bisa menulis di kotak kritik dan saran yang

berada di perpustakaan Taman Fatahillah. Selain itu komunitas juga terkadang

diikutkan rapat koordiasi dengan LWG, UPK Kota Tua Jakarta dan Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, namun dalam rapat tersebut

suara atau masukan dari komunitas sering dianggap remeh oleh para stakeholder,

hal ini berdasarkan wawancara dengan beberapa informan yang peneliti lakukan.

Seharusnya didalam rapat teknis yang diadakan oleh para stakeholder

masukan dari komunitas merupakan hal yang penting, dikarenakan komunitas

yang setiap harinya berada di Kota Tua dan mengetahui secara langsung kondisi

di Kawasan Kota Tua Jakarta. Keterlibatan komunitas juga bisa membantu kerja

Page 213: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

195

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan

manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

4.4.2.2 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengorganisasian

Proses keterlibatan masyarakat dalam pengorganisasian terkait dalam

membuat aturan tentang manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

yaitu masyarakat atau komunitas berada diluar organisasi formal. Organisasi

formal yang dimaksud adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini

yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua

Jakarta, Satpol PP Kecamatan Tamansari dan pihak pengelola museum yang ada

di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Komunitas-komunitas yang ada di Kota

Tua Jakarta memiliki struktur organisasi masing-masing. Komunitas yang ada

disekitar objek wisata di Kota Tua Jakarta merupakan mitra kerja Local Working

Group (LWG) dan museum-museum yang ada di Taman Fatahillah. LWG yang

menaungi komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta. Namun di dalam

struktur organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK

Kota Tua maupun museum-museum yang ada di Taman Fatahillah tidak ada

masyarakat ataupun komunitas di dalamnya.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta mengatur

organisasinya dengan kemampuan dan keuangannya sendiri, tidak ada dana yang

diberikan dari pemerintah kepada komunitas, sehingga untuk keperluan didalam

organisasinya seperti Komunitas Sepeda Ontel dan Komunitas Manusia Batu

mereka mengumpulkan uang dari para anggotanya masing-masing. Komunitas-

Page 214: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

196

komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta memang termasuk kedalam bagian Kota

Tua Jakarta, namun dalam pengorganisasiannya tidak termasuk kedalam struktur

yang resmi. Dalam hal pengembangan komunitas, apabila komunitas diperhatikan

dan didanai oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas wisata Kota Tua Jakarta

maka akan sangat berpotensi bagi Kota Tua Jakarta, karena komunitas juga

merupakan karakteristik dari Kota Tua Jakarta.

4.4.2.3 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengarahan

Pengarahan yaitu suatu bentuk kegiatan mengintegrasikan usaha-usaha

anggota suatu kelompok sedemikian, sehingga dengan selesainya tugas-tugas

yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan-tujuan individual dan

kelompok. Semua usaha kelompok memerlukan pengarahan, kalau usaha itu ingin

berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Setiap anggota itu haruslah

mempunyai informasi yang diperlukan untuk melakukan tugas yang diserahkan.

Untuk itu, rencana-rencana yang baik haruslah diberitahukan kepada semua

anggota dalam bentuk instruksi-instruksi dan perintah-perintah, yang diakui

secara resmi.

Dalam hal pengarahan, masyarakat sekitar, komunitas dan pengunjunglah

yang diberikan arahan oleh para stakeholder yang berperan dalam mengelola

objek wisata Kota Tua Jakarta seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, UPK Kota Tua, Satpol PP dan pihak pengelola masing-masing

museum. Pengarahan dilakukan untuk mengatur Kota Tua Jakarta agar lebih

tertata dan lebih rapi dalam hal penataan. Namun untuk komunitas yang jarang

Page 215: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

197

berada di area Taman Fatahillah seperti Komunitas Cakra Buana, Gerakan

Pramuka Museum Mandiri itu tidak diberikan pengarahan. Komunitas juga

memberikan arahan kepada anggotanya masing-masing.

Selain itu LWG memberikan arahan kepada komunitas agar bisa

berkreativitas dan membuat sesuatu yang memiliki nilai jual. Seperti Komunitas

Sepeda Ontel membuat paket wisata tour untuk wisatawan Kota Tua Jakarta,

selain itu LWG mengarahkan komunitas dan masyarakat sekitar agar membuat

cinderamata khas Kota Tua Jakarta agar bisa dijual, namun sampai saat ini belum

ada yang membuat cinderamata tersebut. Pengarahan yang dilakukan oleh LWG

adalah semata-mata untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan komunitas

untuk membuat sesuatu yang kreatif dan bisa dijual, karena berdasarkan

wawancara dengan pihak LWG, kebanyakan masyarakat yang tinggal disekitar

Kota Tua Jakarta hanya menjadi tukang parkir atau pengamen di Kota Tua. LWG

mengharapkan masyarakat sekitar juga ikut tampil dan menunjukan

kemampuannya untuk kepentingan tempat wisata ini. Oleh karena itu dibutuhkan

perhatian lebih dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan pelatihan-pelatihan bagi

masyarakat sekitar Kota Tua Jakarta

4.4.2.4 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengkoordinasian

Dalam koordinasi membuat aturan, komunitas diikutkan rapat koordinasi

yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit

Pengelola Kawasan Kota Tua, dengan stakeholder-stakeholder yang

Page 216: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

198

berkepentingan dan bersama dengan masyarakat. Namun berdasarkan wawancara

yang peneliti lakukan kepada beberapa informan, dalam rapat koordinasi masukan

yang diberikan oleh perwakilan dari komunitas yang ikut sering tidak didengar

oleh stakeholder yang ada, komunitas merasa dikecilkan kedudukannya, karena

stakeholder berpikir bahwa komunitas adalah suatu organisasi yang kecil yang

tidak tahu apa-apa dan komunitas dianggap tidak memiliki bukti nyata. Namun

pada kenyataannya komunitaslah yang tahu kondisi dilapangan Kota Tua pada

setiap harinya, sehingga komunitas tahu lebih dalam tentang kondisi dan keadaan

Kota Tua yang diamati setiap hari.

Adapun kotak saran yang ada di pusat informasi Kota Tua yang

diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menuliskan, kritik, saran maupun

keluhan tentang Kota Tua. Namun sampai saat ini jarang sekali masyarakat yang

menulis di kotak saran tersebut. Komunitas Sepeda Ontel menggangap

masyarakat malas untuk menulis kritik dan saran tersebut. Namun menurut

peneliti berdasarkan observasi dilapangan keberadaan kotak saran yang ada di

pusat informasi di Kota Tua itu tidak banyak diketahui oleh masyarakat ataupun

pengunjung, dikarenakan keberadaan kotak saran yang tidak terlihat oleh

pengunjung, yaitu didalam tenda pusat informasi dan kotak sarannya berukuran

kecil sehingga jarang masyarakat yang tahu tentang kotak saran tersebut.

Dalam rapat koordinasi, komunitas-komunitas seperti Ontel, Manusia

Batu dan Cakra Buana tidak selalu diundang dalam rapat koordinasi, tergantung

keperluan rapat itu saja, dan dalam perencanaan pun komunitas-komunitas yang

ada dan masyarakat tidak memberikan masukan untuk perumusan kegiatan

Page 217: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

199

didalam perencanaan, bahkan ada beberapa kegiatan-kegiatan yang ada didalam

perencanaan tidak mengikutsertakan masyarakat, komunitas maupun pengunjung.

Artinya didalam perencanaan tersebut tidak ada kegiatan yang dilaksanakan atau

dibuatkan untuk komunitas. Komunitas hanya diikutkan bila diperlukan saja.

Koordinasi dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta

memang hanya dilakukan oleh instansi-instansi yang terkait saja, namun tidak ada

salahnya jika masyarakat sekitar dan komunitas-komunitas di sekitar Kota Tua

Jakarta juga ikut dirangkul dan juga dianggap sebagai mitra kerja oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan UPK Kota Tua Jakarta,

karena manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta juga

membutuhkan peran serta masyarakat.

4.4.2.5 Proses Keterlibatan Masyarakat dalam Pengawasan

Dalam hal pengawasan diperlukan sinergi terhadap semua pihak dan

stakeholder dengan masyarakat agar Objek Wisata Kota Tua Jakarta tetap terjaga

keamanan dan kebersihannya. Pihak yang terlibat dalam pengawasan yaitu Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta, Satpol PP

Kecamatan Tamansari, RW setempat, Polisi setempat, masyarakat sekitar, komunitas-

komunitas dan pengunjung yang datang ke Objek Wisata Kota Tua Jakarta. Proses

keterlibatan masyarakat dalam pengawasan yaitu dengan menjaga keamanan dan

kebersihan di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta untuk tidak membuang sampah

sembarangan. Bukan hanya masyarakat atau pengunjung saja yang menjaga

kebersihan di area Taman Fatahillah, melainkan komunitas-komunitas bersama

Page 218: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

200

dengan LWG dan pihak pengelola museum juga ikut menjaga kebersihan di sekitar

Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta dengan mengadakan kerja bakti membersihkan

Taman Fatahillah pada sabtu dan minggu pagi.

4.4.3 Fungsi Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota

Tua Jakarta

Pembahasan mengenai fungsi masyarakat dalam manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta dalam hal ini juga menggunakan teori manajemen

menurut Henry Fayol (Hasibuan, 2009:40) yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan yang akan

dibahas sesuai dengan penemuan peneliti di lapangan.

4.4.3.1 Fungsi Masyarakat dalam Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan dalam manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta sudah dilakukan dengan baik. Dapat dilihat dari adanya

Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Kawasan Kota

Tua. Namun dalam pelaksanaannya perencanaan yang dibuat tidak semuanya

dilakukan dengan baik, seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa informan

bahwa koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta tidak sampai kemasyarakat, artinya koordinasi yang dilakukan hanya

dilakukan oleh struktur organisasi internal saja yang tidak melibatkan masyarakat

didalamnya, termasuk dalam membuat aturan atau kebijakan, masyarakat tidak

ikut dilibatkan.

Page 219: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

201

Keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan yang berlaku untuk objek

wisata Kota Tua Jakarta, maupun perencanaan yang dibuat oleh dinas tidak ikut

melibatkan masyarakat secara aktif, tetapi masyarakat hanya dapat menyampaikan

aspirasinya ke forum-forum atau komunitas-komunitas yang ada di sekitar kawasan

Kota Tua Jakarta, namun hal itu pun sepertinya tidak banyak diketahui oleh

masyarakat bahwa masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya ke forum atau

komunitas yang ada. Hal ini pun sepertinya tidak efektif dan efisien, karena

keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan arau dalam memberikan kritik dan

saran pun dirasakan masih kurang. Komunitas-komunitas seperti Komunitas Sepeda

Ontel dan Komunitas Manusia Batu terkadang diikutkan dalam rapat koordinasi atau

rapat teknis yang diadakan oleh para stakeholder.

Dalam hal ini masyarakat atau komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua

Jakarta ikut meramaikan dan menghidupkan suasana di objek wisata Kota Tua

Jakarta. Komunitas-komunitas yang ada disekitar kawasan Taman Fatahillah

dilibatkan dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta sebagai

ikon atau ciri khas Kota Tua Jakarta. Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta

mengharuskan komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta memiliki

unsur-unsur sejarah Kota Tua Jakarta, seperti contohnya Komunitas Manusia

Batu. Selain itu masyarakat sekitar juga ikut dilibatkan dalam menjaga keamanan

dan kelestarian Kota Tua Jakarta, seperti mengisi pusat informasi di Kota Tua dan

memantau kondisi di sekitar area Taman Fatahillah.

Museum-museum yang ada di Kota Tua Jakarta juga memfungsikan para

pengunjung yang datang ke museum-museum untuk ikut serta dalam kegiatan

Page 220: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

202

yang diadakan oleh museum. Contohnya di museum seni rupa dan keramik setiap

tahunnya mengadakan pameran batik yang didalamnya ikut memberdayakan

pengunjung untuk ikut serta dalam membuat batik, dan mengenalkan kepada para

pelajar batik-batik yang ada di Indonesia. Selain itu para pengunjung yang

mengunjungi Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta, juga berkontribusi dalam

menjaga kebersihan dan keamanan. Tidak membuang sampah sembarangan dan

menjaga keamanan diri sendiri. Namun pada kenyataannya sampah di Taman

Fatahillah banyak yang berserakan, terlebih lagi ketika ada acara atau event di

Taman Fatahillah. Hal ini dikarenakan kurangnya tempat sampah di area Taman

Fatahillah yang dapat dijangkau pengunjung, serta kurangnya kesadaran

masyarakat dalam menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah

sembarangan. Terkait dengan banyaknya sampah di area Taman Fatahillah, sudah

ada aturan tegas berupa Perda yang melarang membuang sampah sembarangan,

apabila melanggar dikenakan denda Rp.500.000, namun dalam pelaksanaan dan

pengawasan yang dilakukan oleh pihak terkait dirasakan masih kurang dan tidak

tegas.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan, dalam hal membuat

aturan atau kebijakan yang berwenang untuk membuat dan merumuskan adalah

stakeholder-stakeholder yang berkepentingan. Masyarakat sifatnya hanya masukan

atau aspirasi saja, masyarakat menyampaikan masukannya melalui forum-forum yang

ada atau komunitas yang ada. Dalam hal ini forum yang tersedia untuk masyarakat

dalam menyampaikan aspirasinya adalah komunitas-komunitas yang dinaungi oleh

Local Working Group (LWG), namun pada kenyataannya komunitas-komunitas yang

Page 221: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

203

ada di sekitar Kota Tua Jakarta sudah banyak yang tidak aktif, artinya berkurang dari

tahun ke tahun, sehingga aspirasi yang masuk untuk memberi masukan kepada

pemerintah dalam membuat aturan tentang Kota Tua Jakarta hanya sedikit yang

berasal dari masyarakat. Dalam hal perencanaan pemerintah juga melibatkan pihak

swasta yang tergabung dalam konsorsium. Membantu pemerintah DKI Jakarta

untuk melakukan revitalisasi Kota Tua Jakarta. Diantaranya yaitu PT.

Pembangunan Kota Tua, PT. Agung Sedayu, PT. Jasindo, PT Ciputra, PT

Jababeka. Sehingga dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua

Jakarta melibatkan Pemerintah, swasta dan masyarakat.

4.4.3.2 Fungsi Masyarakat dalam Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan pengaturan atau pengelompokkan para

anggota organisasi kedalam masing-masing tugas dan fungsinya. Komunitas-

komunitas di Kota Tua Jakarta memiliki struktur organisasi masing-masing yang

ada di dalamnya, dan komunitas-komunitas itu mengatur anggotanya masing-

masing. Pada awalnya komunitas-komunitas yang di Kota Tua Jakarta banyak

yaitu ada 79 komunitas, namun seiring berjalannya waktu komunitas itu semakin

berkurang dan sekarang berdasarkan observasi peneliti jumlahnya ada 32

komunitas itupun tidak semuanya aktif. Hal itu dikarenakan anggota-anggota

komunitas memiliki kesibukan atau pekerjaan masing-masing, sehingga

komunitas-komunitas banyak yang tidak aktif dalam berkegiatan.

Unit Pengelola Kawasan Kota Tua pun membuat karakteristik untuk

komunitas yaitu harus sesuai dengan unsur kesejarahan Kota Tua Jakarta. Banyak

Page 222: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

204

komunitas yang baru pun muncul seperti komunitas badut dan komunitas manusia

hantu, namun itu tidak sesuai dengan kerakteristik unsur kesejarahan Kota Tua

Jakarta dan tidak diperbolehkan untuk ada di kawasan Kota Tua Jakarta.

Dalam pengorganisasian komunitas tidak termasuk ke dalam struktur di

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta

ataupun di museum-museum di Taman Fatahillah. Hal ini dikarenakan komunitas

adalah organisasi informal yang terbentuk karena adanya kesamaan hobi atau

kesamaan nilai dan kepentingan serta memiliki rasa setia kawan yang kuat.

Pengertian komunitas itu sendiri adalah sarana berkumpulnya orang-orang yang

memiliki kesamaan minat. Dari jenisnya yang tidak formal atau tidak resmi

sehingga komunitas ini tidak masuk ke dalam struktur atau organisasi resmi,

hanya saja memiliki struktur sendiri di dalam komunitasnya.

4.4.3.3 Fungsi Masyarakat dalam Pengarahan

Fungsi masyarakat dalam pengarahan pada manajemen Objek Wisata

Kota Tua Jakarta dalam hal ini masyarakat sekitar Objek Wisata Kota Tua Jakarta,

pengunjung dan komunitas yang diberikan arahan oleh pemerintah dan pihak-

pihak pengelola kawasan. Komunitas hanya memberikan pengarahan kepada

sesama anggota di dalam organisasinya, dan komunitas juga mendapatkan

pengarahan dari Local Working Group (LWG) yang menaungi komunitas-

komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta. Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota

Tua Jakarta juga ikut mengarahkan komunitas. Komunitas yang mana saja yang

Page 223: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

205

boleh berada di Kota Tua Jakarta sesuai dengan unsur kesejarahan Kota Tua

Jakarta.

Komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta juga diberikan

pelatihan oleh Local Working Group (LWG) yaitu berupa pelatihan bahasa inggris

agar para komunitas bisa berkomunikasi dengan turis mancanegara, karena di

Kota Tua Jakarta bukan hanya pengunjung lokal yang datang, tetapi juga

pengunjung dari mancanegara. Masyarakat atau pengunjung juga diberikan arahan

agar tidak membuang sampah disembarang tempat, harus menjaga kebersihan dan

keamanan dilingkungan objek wisata Kota Tua Jakarta. Selain itu pengunjung

yang datang ke museum-museum yang ada disekitar Taman Fatahillah juga

diberikan arahan untuk mengikuti acara yang ada di museum apabila museum

tersebut mengadakan suatu acara atau program kerja.

Selain itu Satpol PP juga ikut memberikan arahan kepada pedagang kaki

lima yang ilegal yang masih berdagang di area Taman Fatahillah untuk tidak

berdagang diarea Taman Fatahillah lagi, karena mengganggu keindahan dan

kenyamanan pengunjung, karena dengan adanya pedagang kaki lima yang ilegal

Taman Fatahillah akan semakin sempit. Dampak dari pengarahan yang dilakukan

oleh para stakeholder bertujuan agar Kota Tua Jakarta ini menjadi kawasan yang

tidak semrawut dan tertata dengan rapi, dengan begitu pengunjung pun akan

merasa nyaman bila berwisata di Kota Tua Jakarta khususnya Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta.

Page 224: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

206

4.4.3.4 Fungsi Masyarakat dalam Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan suatu usaha kerja sama antara badan,

instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga

terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi. Dalam hal ini

koordinasi seharusnya dilakukan antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, Unit Pengelola

museum-museum, Satpol PP, komunitas serta masyarakat. Dalam manajemen

pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, masyarakat dalam hal ini tidak

dilibatkan dalam pengkoordinasian, namun Local Working Group (LWG)

memberikan ruang untuk komunitas dan masyarakat dalam memberikan kritik dan

saran untuk pengelolaan Kota Tua yang lebih baik. Masyarakat dan pengunjung

pun bisa menyampaikan masukannya ke pusat informasi atau ke Local Working

Group (LWG).

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama dengan

para stakeholder mengadakan rapat koordinasi atau rapat teknis yang dilakukan

dalam kegiatan manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua ini dengan

melibatkan perwakilan dari masyarakat atau komunitas. Sehingga komunitas bisa

memberikan masukan dan sarannya kepada para stakeholder, walaupun didalam

rapat koordinasi itu hanya sesekali saja komunitas diikutsertakan. Itupun tidak

semua komunitas yang diajak dalam rapat koordinasi, hanya komunitas yang aktif

di Taman Fatahillah saja seperti Komunitas Sepeda Ontel dan Komunitas Manusia

Batu.

Page 225: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

207

4.4.3.5 Fungsi Masyarakat dalam Pengawasan

Pengawasan merupakan tahapan akhir dari kelima fungsi manajemen yang

digunakan oleh Henry Fayol (Hasibuan, 2009:40). Pengawasan merupakan bentuk

pemeriksaan kegiatan yang direncanakan sudah dilakukan dengan baik atau

belum. Pengawasan juga merupakan proses untuk menilai pencapaian tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan tercapai atau tidak. Ini

menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan

pengawasan. Pengawasan membantu penilaian terhadap perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengkoordinasian telah dilaksanakan secara

efektif dan efisien atau tidak.

Fungsi masyarakat dalam pengawasan yaitu masyarakat atau komunitas-

komunitas yang ada di sekitar objek wisata Kota Tua Jakarta ikut menjaga

keamanan dan kebersihan di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta. Komunitas-

komunitas yang ada di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta ikut menjaga

keamanan di Taman Fatahillah, apabila terjadi tindak kejahatan komunitas

maupun stakeholder akan langsung berkoordinasi dengan polisi setempat.

Pengawasan dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta, Unit Pengelola Kawasan Kota Tua dan bekerja sama dengan Satuan Polisi

Pamong Praja yang bertugas mengawasi pedagang kaki lima yang berada di

sekitar Kawasan Taman Fatahillah, serta bekerja sama dengan Rukun Warga

(RW) setempat yaitu RW 06.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, pengawasan

di Kawasan Taman Fatahillah dilakukan secara langsung oleh Satuan Polisi

Page 226: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

208

Pamong Praja yang bertugas mengawasi pedagang kaki lima yang dalam

peraturannya dilarang masuk ke Kawasan Taman Fatahillah, namun dalam

pelaksanaannya, Satuan Polisi Pamong Praja tidak mengawasi setiap saat, tetapi

hanya mengawasi sesekali saja sehingga pedagang kaki lima yang berjualan di

sekitar Taman Fatahillah masuk ke Kawasan Taman Fatahillah. Dalam hal ini

kurangnya penegasan sanksi yang diberikan kepada pelanggar aturan-aturan di

Kawasan Kota Tua Jakarta, sehingga pedagang kaki lima ataupun pihak lain yang

melakukan pelanggaran tidak jera untuk melakukan pelanggaran lagi.

Fungsi masyarakat dalam pengawasan di Kota Tua Jakarta adalah ikut

menjaga kelestarian dan kebersihan di Kawasan Kota Tua Jakarta, khususnya

Taman Fatahillah. Namun pada kenyataannya kesadaran masyarakat masih kurang

dalam membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang ada di Kota Tua Jakarta

sering kali menumpuk khususnya ketika ada event, dimana pengunjung yang

datang lebih ramai. Hal ini karena sampah hanya diangkut pada pagi hari. Oleh

karena itu Dinas Kebersihan DKI Jakarta harusnya lebih mengatur waktu dalam

pengangkutan sampah di Kota Tua Jakarta agar tetap bersih dan sampah tidak

tertumpuk terlalu banyak, dan Dinas Kebersihan DKI Jakarta juga seharusnya

menyediakan lebih banyak lagi tempat sampah di sudut-sudut Taman Fatahillah

yang terjangkau oleh pengunjung, sehingga sampah yang ada tidak berserakan.

Komunitas-komunitas yang ada di Taman Fatahillah Jakarta juga ikut

menjaga kawasan Taman Fatahillah Jakarta, baik itu keamanan dan juga

kebersihan agar Kota Tua Jakarta menjadi tujuan wisata yang layak untuk

dikunjungi. Selain itu masyarakat dan karang taruna RW 06 Kelurahan Pinangsia

Page 227: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

209

juga ikut menjaga keamanan di kawasan Taman Fatahillah, mereka membuat pos

keamanan dan pusat informasi untuk pengunjung yang datang ke Taman

Fatahillah. Untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan perencanaan Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Badan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta, Badan

Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Jakarta Barat, dan Badan

Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Jakarta Utara. Hal ini dilakukan

agar kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat dilakukan dengan baik, sehingga

tujuan yang diharapkan bisa tercapai.

Page 228: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

210

MATRIKS HASIL PENELITIAN

Fungsi Manajemen Indikator Hasil dan Temuan Penelitian

Perencanaan:

1. Tujuan

2. Program

3. Proses

4. Pihak-pihak yang

terlibat dalam

perencanaan

5. Peran masyarakat

dalam perencanaan

1. Tujuan dari adanya perencanaan tentang

manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta adalah ikut melibatkan

masyarakat dalam maanajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua

Jakarta

2. Program yang ada dalam rangka

manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta terbagi kedalam tiga

museum yang ada di Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta, masing-masing

museum memiliki program masing-

masing, program yang dibuat oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, maupun yang dibuat oleh

UPK Kota Tua Jakarta

3. Proses dalam perencanaannya yaitu para

stakeholder mengadakan rapat teknis

dengan ikut melibatkan masyarakat,

namun dalam hal ini aspirasi atau

masukan yang diberikan oleh komunitas

masih sering diabaikan.

4. Pihak-pihak yang terlibat dalam

perencanaan adalah Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,

UPK Kota Tua Jakarta, Museum

Wayang, Museum Seni Rupa dan

Keramik, Museum Sejarah Jakarta dan

juga komunitas serta masyarakat sekitar.

5. Peran masyarakat yaitu memberi kritik

dan saran terhadap hasil dari manajemen

pengelolaan Kota Tua Jakarta yang

sudah dilakukan.

Pengorganisasian 1. Struktur organisasi

2. Pengaturan

Organisasi

3. Pola hubungan di

1. Masing-masing lembaga memiliki

struktur organisasi tersendiri. Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta memiliki struktur

Page 229: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

211

dalam organisasi organisasinya sendiri, dan Disparbud

DKI Jakarta memiliki Unit Pelaksana

Teknis dilapangan yaitu UPK Kota Tua

Jakarta. Museum-museum yang ada pun

memiliki struktur organisasi sendiri.

Namun didalamnya tidak terdapat

komunitas atau masyarakat sekitar.

Komunitas-komunitas juga memiliki

anggota dan struktur masing-masing.

2. Pengaturan organisasi dilakukan oleh

pemimpin atau ketua masing-masing.

Setiap komunitas memiliki ketua yang

mengatur anggota-anggotanya.

3. Pola hubungan didalam organisasi dalam

hal ini adalah Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK

Kota Tua Jakarta, museum-museum

yang ada di Taman Fatahillah,

komunitas-komunitas, masyarakat

sekitar serta pengunjung yang datang

adalah Disparbud DKI Jakarta saling

berkaitan dengan UPK dan pihak

pengelola museum, namun jarang

berkaitan dengan komunitas, masyarakat

lokal bahkan pengunjung. Komunitas

sesekali diikutkan dalam rapat teknis,

namun kritik dan sarannya jarang

ditanggapi, begitupun dengan

pengunjung, pengunjung hanya sebagai

penikmat objek wisata Kota Tua Jakarta,

tidak ikut dalam perencanaan,

pengorganisasian maupun koordinasi.

Pengarahan 1. Pembinaan

organisasi

2. Peraturan dalam

organisasi

3. Dampak

pengarahan

4. Bentuk pengarahan

1. Pembinaan organisasi yaitu komunitas-

komunitas diberikan pelatihan bahasa

inggris secara gratis agar bisa

berinteraksi dengan turis mancanegara

dan bisa menjadi tour guide di Kota Tua

Jakarta. Local Working Group (LWG)

memberikan ide-ide untuk komunitas

agar bisa berkreativitas di Kota Tua

Page 230: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

212

Jakarta. komunitas seperti Komunitas

Barongsai, Gerakan Pramuka Museum

Mandiri, Marching Band, komunitas

Cakra Buana adalah komunitas yang

melakukan latihan didalam

komunitasnya masing-masing setiap

minggunya sesuai dengan jadwal para

anggotanya.

2. Peraturan dalam organisasi dibuat oleh

komunitas maupun lembaga masing-

masing. Masing-masing instansi seperti

Disparbud DKI Jakarta, UPK Kota Tua

maupun museum-museum memiliki

peraturan didalam organisasinya masing-

masing sesuai dengan Pergub.

Komunitas juga mengatur anggotanya

masing-masing. Disparbud DKI Jakarta

hanya mengeluarkan kebijakan, Undang-

Undang maupun Pergub untuk mengatur

para stakeholder yang berkepentingan.

3. Dampak dari pengarahan yaitu

komunitas, pengunjung maupun

pedagang kaki lima yang ada disekitar

Taman Fatahillah mengikuti peraturan

yang ada. Sehingga Kota Tua Jakarta

lebih rapi dan tertata.

4. Bentuk pengarahan yang dilakukan yaitu

dengan cara memberikan arahan atau

aturan terkait dengan keindahan dan

kelestarian Kota Tua Jakarta. UPK Kota

Tua memberikan arahan langsung

kepada komunitas-komunitas. Satpol PP

juga memberikan arahan langsung

kepada pedagang kaki lima, dan para

stakeholder yang berjaga di Taman

Fatahillah memberikan arahan langsung

kepada pengunjung Taman Fatahillah

Kota Tua Jakarta

Pengkoordinasian 1. Komunikasi antar

pihak terkait

1. Komunikasi antar pihak terkait dalam

manajemen pengelolaan objek wisata

Page 231: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

213

2. Hubungan timbal

balik

3. Koordinasi antara

UPK dengan

dinas-dinas terkait

4. Hubungan dinas-

dinas terkait

dengan masyarakat

5. Hubungan UPK

dengan masyarakat

Kota Tua Jakarta yaitu antara Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta,

Unit pengelola museum dan Local

Working Group (LWG). Komunitas-

komunitas yang ada dinaungi oleh LWG.

2. Hubungan timbal antara UPK Kota Tua

Jakarta, pihak pengelola museum dengan

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta adalah dengan

adanya laporan hasil kegiatan tiap bulan

yang telah dilakukan masing-masing

instansi.

3. Koordinasi yang terjalin antara Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta dengan UPK Kota Tua

Jakarta terjalin dengan baik. Keduanya

saling berkoordinasi satu sama lain.

4. Hubungan dinas-dinas terkait seperti

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta dengan masyarakat

atau komunitas yaitu dengan

mengadakan rapat koordinasi atau rapat

teknis.

5. Hubungan UPK Kota Tua Jakarta

dengan masyarakat yaitu UPK Kota Tua

Jakarta juga ikut mengawasi komunitas

dan memberikan arahan kepada

komunitas-komunitas yang ada di Kota

Tua Jakarta

Pengawasan 1. Sanksi

2. Bentuk

pengawasan

3. Mekanisme

pengawasan

4. Pihak-pihak yang

terlibat dalam

pengawasan

5. Hasil dari

pengawasan

1. Sanksi yang diberikan kepada komunitas

yang tidak sesuai dengan karakteristik

Kota Tua Jakarta namun tetap ada, akan

dipindahkan, namun pada kenyataan

sampai saat ini belum dipindahkan.

Pedagang kaki lima yang ilegal dan

berdagang di area Taman Fatahillah

akan dikenakan sanksi apabila ada

operasi Satpol PP.

2. Bentuk pengawasan yang dilakukan

Page 232: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

214

yaitu adanya pos-pos yang berjaga

disekitar Taman Fatahiilah, dan itu diisi

oleh Satpol PP, LWG, perwakilan UPK

Kota Tua, Perwakilan Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

3. Mekanisme pengawasan yang dilakukan

yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta ikut mengawasi

bersama UPK Kota Tua, LWG juga ikut

mengawasi dan Satpol PP mengawasi

pedagang kaki lima di Objek Wisata

Kota Tua Jakarta.

4. Pihak-pihak yang terlibat dalam

pengawasan antara lain Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,

UPK Kota Tua Jakarta, Unit pengelola

museum-museum, Satpol PP, pihak

keamanan setempat, RW setempat,

masyarakat sekitar, komunitas-

komunitas dan pengunjung yang datang

ke Kota Tua Jakarta.

5. Hasil dari pengawasan yang dilakukan

adalah lebih tertibnya komunitas dan

pedagang kaki lima yang ada di sekitar

Objek Wisata Kota Tua Jakarta.

Page 233: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

215

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta yang berbasis masyarakat dan berdasarkan hasil

yang telah ditemukan, peneliti menyimpulkan:

1. Keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta yaitu masyarakat hanya dilibatkan dalam pengarahan dan

pengawasan. Sedangkan di dalam perencanaan, pengorganisasian dan

pengkoordinasian masyarakat atau komunitas yang ada di Kota Tua

Jakarta tidak ikut dilibatkan secara aktif. Hal ini dikarenakan komunitas

dan masyarakat sekitar merupakan unsur informal yang tidak masuk ke

dalam organisasi formal.

2. Proses keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan terkait manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta tidak sepenuhnya ikut

dilibatkan didalamnya. Dalam pembuataan peraturan atau kebijakan terkait

dengan manajemen pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta adalah

wewenang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

Masyarakat dalam pembuatan peraturan hanya menikmati hasilnya saja,

artinya masyarakat tidak ikut dalam pembuatan peraturan atau kebijakan.

3. Masyarakat yang terlibat dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta yaitu komunitas-komunitas yang ada di Taman

Page 234: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

216

Fatahillah Kota Tua Jakarta, masyarakat sekitar dan pengunjung yang

datang. Fungsi masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta antara lain fungsi komunitas adalah meramaikan atau

menghidupkan suasana di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta dan sebagai

ikon atau ciri khas bagi Kota Tua Jakarta. Komunitas yang ada juga

sebagai pemberi aspirasi berupa kritik dan saran dalam hal pembuatan

kebijakan atau perumusan perencanaan. Fungsi masyarakat sekitar adalah

untuk menjaga keamanan, kebersihan dan kelestarian Kota Tua Jakarta.

Selain itu bentuk kepedulian masyarakat sekitar juga dibutuhkan dalam

menjaga kelestarian dan menjaga nilai sejarah di Kota Tua Jakarta.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi yaitu:

1. Keterlibatan masyarakat dalam manajemen pengelolaan Objek Wisata

Kota Tua Jakarta terlibat dalam pengarahan dan pengawasan. Belum

terlibat di dalam perencanaan, pengkoordinasian dan pengorganisasian.

Sehingga diharapkan kepada pemerintah maupun pihak terkait di dalam

perencanaan komunitas libatkan secara aktif. Diharapkan unit-unit yang

terkait tersebut juga melibatkan masyarakat sebagai pemberi masukan

yang aktif dalam pembuatan perencanaan. Di dalam pengorganisasian

sebagian komunitas sudah tidak aktif lagi, sehingga diharapkan Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua maupun

Page 235: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

217

pihak terkait lainnya dapat memberikan perhatian lebih terhadap

komunitas yang ada disekitar objek wisata Kota Tua Jakarta serta

memberikan ruang dan fasilitas untuk para komunitas yang ada.

2. Proses keterlibatan masyarakat dalam membuat aturan tidak sepenuhnya

ikut dilibatkan didalamnya, dikarenakan masyarakat dilibatkan hanya

untuk meramaikan Objek Wisata Kota Tua Jakarta, sedangkan untuk

membuat aturan masyarakat hanya sebagai pemberi aspirasi atau masukan

saja, namun hal ini pun tidak efektif dan efisien, karena banyak

masyarakat yang pasif dan tidak memberikan masukan apa-apa. Oleh

karena itu diharapkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta dan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta melakukan

koordinasi dan keterbukaan informasi kepada komunitas dan masyarakat

agar komunitas dan masyarakat bisa mengetahui tentang adanya

pembuatan peraturan dan kebijakan baru, dan diharapkan aspirasi dari

komunitas atau masyarakat juga dapat dijadikan pertimbangan dalam

pembuatan peraturan atau kebijakan.

3. Fungsi masyarakat dalam manajemen dan pengelolaan objek wisata Kota

Tua Jakarta berfungsi adalah untuk meramaikan atau menghidupkan

suasana di Kota Tua Jakarta. Namun komunitas yang ada kurang diberikan

pelatihan, belum didanai dan diberdayakan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta maupun Unit Pengelola Kawasan Kota

Tua Jakarta. Oleh karena itu, diharapkan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Unit Pengelola Kawasan Kota Tua

Page 236: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

218

Jakarta bersinergi dengan Local Working Group (LWG) memberikan

pelatihan dan pembinaan kepada komunitas-komunitas yang ada, sehingga

komunitas lebih kreatif dalam menampilkan suatu hiburan atau membuat

sesuatu yang memiliki nilai jual seperti cinderamata dan juga agar

komunitas tetap bertahan jumlahnya.

Page 237: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

219

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arenawati, 2009. Teori Organisasi Publik. Serang: Tirta Kusuma

Arikunto, Suharsimi. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Handoko, T Hani, 2009, Manajemen, Yogyakarta: BPFE

Hasibuan, S.P Malayu, 2009. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi

Aksara

Irawan, Prasetya. 2006. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas Terbuka

Miles, Matthe B., dan Huberman, A. Michael. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:

Universitas Indonesia Press

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Siagian, P & Sondang. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Sjafari, Agus dan Sumaryo. 2007. Pembangunan Masyarakat Teori dan Implementasi di Era

Otonomi Daerah. Bogor: CDI Press

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Suharto, Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika

Aditama

Syafiie, Inu Kencana. 2011. Etika Pemerintahan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Tangkilisan, S.Nogi, Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : Grasindo

Terry. G.R, dan Rue. Leslie. W., 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Tjokromidjojo, Bintoro.2006. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: CV Haji Masagung

_____.2003. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia

Page 238: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

220

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:

Bumi Aksara

SUMBER DOKUMEN:

Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 475 tahun 1993 tentang

Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Benda Cagar Budaya

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Kawasan Kota Tua

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 127 Tahun 2007

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 36 Tahun 2014 tentang

Rencana Induk Kawasan Kota Tua

SUMBER LAIN:

Woro Novasagita Kirana dengan judul Skripsi Manajemen Pengelolaan Museum Situs

Kepurbakalaan (Banten Lama) Sebagai Objek Wisata Budaya Banten Tahun 2013

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (dilihat pada hari Selasa, 16 Desember 2014)

Dwi Mayang Sari dengan Judul Skripsi Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan

Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (dilihat

pada 4 Maret 2015)

Indra Gunawan dengan judul Skripsi Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat Tahun 2006

Universitas Diponegoro (diakses pada hari Kamis, 9 April 2015)

http://www.jakarta.go.id (diakses pada hari Sabtu 14 Februari 2015)

http://www.jakarta.bps.go.id (diakses pada hari Jumat 20 Februari 2015)

http://www.kotatuajakarta.org (diakses pada hari Sabtu 14 Februari 2015)

http://www.museumwayang.com (diakses pada hari Jumat 20 Februari 2015)

http://www.jakarta-tourism.go.id (diakses pada hari Sabtu 14 Februari 2015)

http://www.wikipedia.org/pengelolaan (diakses pada hari Sabtu 14 Februari 2015)

http:// www.duniapelajar.com/pengertian-komunitas (diakses pada hari Rabu 4 Maret 2015)

Page 239: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

221

TRANSKRIP DATA

Perencanaan

Q

I

1. Apakah tujuan yang diinginkan dalam manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta? Kode

I1-1 Kota Tua Jakarta akan dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata untuk

tingkat internasional, Kota Tua pada saat ini sedang dalam penataan kawasan

supaya lebih menarik agar Kota Tua layak sebagai destinasi wisata, yang akan

kita kembangkan disana banyak bangunan-bangunan cagar budaya yang ingin

dikelola, dan Kota Tua ini akan masuk kedalam daftar tujuan wisata tingkat dunia

di UNESCO, kita terus berupaya menata baik dari infrastruktur, pengelolaan

kawasan yang melibatkan semua stakeholder. Pemerintah dalam hal ini Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, UPK Kota Tua Jakarta,

Walikota Jakarta Barat, Satpol PP itu berintegrasi dalam melakukan pengelolaan

Kota Tua, kita sebagai pihak yang bertanggung jawab juga ikut memasarkan,

mengolah bagaimana SOPnya, dan kedepan kita akan buat satu kajian SOP

bagaimana pengelolaan museum yang baik, dari tata pamernya, guidancenya dan

lain-lain. Tujuan yang kami harapkan Kota Tua bisa menjadi destinasi wisata

tingkat internasional, yang bisa dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan asing,

lebih tertata, lebih nyaman, lebih baik agar bisa meningkatkan kunjungan

wisatawan asing.

1

I1-2 Tujuan yang akan dicapai adalah museum sebagai sarana edukasi kultural juga

sebagai sarana wisata untuk memajukan museum ini sendiri dan mengajukan

tentang sejarah kepada masyarakat.

2

I1-3 Perencanaannya kita akan melaksanakan penertiban pedagang kaki lima yang

tidak resmi. Supaya Kota Tua terlihat lebih rapi, bersih sehingga masyarakat

yang berkunjung merasa nyaman

3

I1-2 Perencanaan yang dilakukan untuk Kota Tua ini sesuai dengan Peraturan

Gubernur No.36 Tahun 2014. Disitu semua tercantum semua tentang

perencanaan Kota Tua, didalam Pergub tersebut terdapat konsep untuk

menjadikan Kota Tua sebagai objek wisata yang lebih baik lagi dalam hal

penataan dan berbasis masyarakat

4

Q

I

2. Apa saja program yang dilakukan dalam rangka manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I2-1 Work plan ada, programnya itu ada dua, program dari DMO itu sendiri, dan

program inisiatif LWG. Itu bersinergi jalan bersama. Misalnya pada bulan ini kita

mengejar pembentukan forum tata kelola pariwisata, trus ada lagi nanti diakhir

5

Page 240: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

222

September mereka akan menghadiri konferensi nasional DMO di Borobudur,

masing-masing komunitas diwakilkan 2 orang.

I1-1 Untuk program-program yang dilakukan untuk menata Kota Tua adanya di UPK

Kota Tua, jadi langsung kesana. Disana ada UP Kota Tua, ada UP Kesejarahan

dan UP Museum Seni, masing-masing yang ada disana yang melaksanakan

programnya, baik dari eventnya, pembenahan infrastrukturnya, tata ruangnya, itu

semua langsung kepada UP masing-masing.

6

I1-3 Banyak, seperti pembongkaran PKL di Kali Ciliwung lalu dijalan Cengkeh. Kita

seringnya melakukan penertiban-penertiban, karena kita disini penegak Perda.

Ada yang piket tiap malam, karena takut terjadi kebakaran. Kita tetap monitoring

24 jam.

7

I1-6 Jadi program kerja ini sama dengan program kerja museum-museum yang lain

dan juga instansi yang lain artinya yang ada di dinas, karena di Unit Pengelola

Museum Seni ini dibawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta. kita mengadakan workshop tekstil atau workshop membatik ke

sekolah-sekolah, itu kan yang merasakan dampaknya anak pelajar, pelajar itu kan

termasuk masyarakat juga kan. Trus kita mengadakan pameran batik, pameran

batik kita juga mengundang anime berbagai lapisan masyarakat, pelajar,

mahasiswa, masyarakat umum untuk datang menikmati pameran tersebut.

Wujudnya kita memberikan edukasi, informasi kepada masyarakat umum, bahwa

ini loh kita punya koleksi batik seperti ini dan berbagai daerah di nusantara,

tenun, terus kemudian songket dan lain-lain. Kemudian wayang, kita ada

kegiatan pekan museum wayang. Pekan museum wayang itu diantaranya ada

workshop, ada pagelaran. Kita memberikan edukasi dan informasi kepada

masyarakat ini loh cara membuat wayang golek, wayang kulit, bahan dan

prosesnya seperti ini. Kemudian pagelaran, pagelaran itu untuk memberikan

hiburan kepada masyarakat supaya masyarakat terhibur ditengah hiruk pikuk

kondisi Jakarta yang seperti sekarang kami ingin memberikan kesegaran kepada

masyarakat.

8

I1-7 Museum ini kan museum punya pemda DKI Jakarta, jadi kita sekarang UP

Museum Seni, yang isinya Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang

dan Museum Tekstil. Kalau kegiatan itu masing-masing museum ada, jadi

misalnya pameran lukisan kaca, pameran lukisan keramik, pekan Museum Seni

Rupa dan Keramik, ada penyuluhan sekolah-sekolah, workshop-workshop.

9

Q

I

3. Bagaimana proses perencanaan dalam manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I1-2 Perencanaan yang dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta ini dibuat oleh Dinas yang disetujui dan disahkan oleh DPRD

10

I1-1 Kita sebelum merumuskan perencanaan mengadakan rapat teknis terlebih dahulu, dan 11

Page 241: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

223

didalam rapat teknis itu kita melibatkan semuanya, para stakeholder, kepala museum,

dan juga komunitas-komunitas di Kota Tua, baru setelah itu kita tahu apa saja yang

nantinya akan dirumuskan untuk perencanaan

Q

I

4. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan terkait manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I1-1 Banyak yang dilibatkan dalam perencanaan, semua elemen. Kita melibatkan

stakeholder, masyarakat dan unit-unit terkait.

12

I1-6 Semuanya bareng perencanaannya serempak. Di unit lain pun sama begitu, nanti

setelah di Dinas dinaikkan lagi ke tingkat DPRD, setelah DPRD nanti dinaikkan

lagi ke tingkat kementerian dalam negeri. Setelah kemendagri nanti turun lagi

misalnya sudah di acc oleh kemendagri nanti keluar pagu anggaran. Pagu

anggaran itu adalah anggaran yang disetujui untuk pelaksanaan pekerjaan.

Misalkan pagu anggaran untuk suatu dinas, nanti anggaran itu dibagi ke suku

dinasnya lalu ke UP nya dan lain-lain. Nah di Unit Pengelola dilihat eventnya

dan kepentingannya, event yang besar anggarannya besar, event yang kecil tentu

anggarannya kecil juga, dan seterusnya. Itu disesuaikan dengan tingkat

kepentingan kalau diperencanaan itu. Nah setelah turun pagu anggaran langsung

teknis dimasing-masing SKPD, seperti di museum seni, baru action untuk

melaksanakan pekerjaan tersebut. Nanti setelah itu pengajuan net untuk

pengajuan dokumen penganggaran.

13

Q

I

5. Apa saja peran masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta?

Kode

I1-1 Masyarakat sifatnya masukan bagaimana Kota Tua ini lebih baik, kalau

pengambilan kebijakan itu dari Pemerintah, dalam pelaksanaan pengelolaan kita

bekerja sama dengan masyarakat

14

I2-3 Kita setiap hari ada disini dan ikut juga menjaga keamanan dan kebersihan,

setiap minggu pagi itu ada gotong royong membersihkan area Taman Fatahillah

ini

15

I2-4 Kita setiap hari ada disini, dan kalau hari sabtu dan minggu juga membuka

perpustakaan Fatahillah, setiap harinya kita ikut menjaga keamanan disekitar

sini, kadang juga diadakan kerja bakti untuk membersihkan sampah

16

I2-8 Kita ikut mengawasi di Kota Tua ini setiap hari sabtu atau hari minggu 17

Q

I

6. Apakah masyarakat antusias ikut serta dalam manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I3-3 Senang berkunjung kesini, sebagai pelajar juga ingin tahu tentang sejarah Kota

Jakarta, ya disini menikmati suasana Kota Tua saja, ikut menjaga kebersihan juga

18

I3-2 Datang kesini untuk mengajak anak jalan-jalan, senang sih berkunjung kesini 19

Page 242: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

224

Pengorganisasian

Q

I

1. Bagaimana struktur organisasi di UPK Kota Tua Jakarta, apakah

melibatkan anggota masyarakat?

Kode

I1-2 Pengorganisasian di Kota Tua ini diawali dari yang paling tinggi yaitu dinas

pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, lalu dibawahnya ada UPK Kota

Tua. Jadi kita disini langsung berada dibawah Dinas Pariwisata yang bertugas

langsung mengelola Objek wisata ini

20

I1-2 Tidak, karena didalam Pergub No 7 Tahun 2007 tidak ada. Dalam Pergub

rencana induk pun tidak ada. Komunitas itu diluar program pemerintah tapi

secara tidak langsung komunitas ikut dalam pengembangan objek wisata Kota

Tua Jakarta.

21

I2-1 Kalau Ontel sudah terorganisir dengan baik. Manusia batu juga sudah bagus juga,

mereka ga banyak anggotanya cuma 8 atau 10 orang. Ontel dibatasi hanya 38

anggota paguyubannya. Kalau komunitas-komunitas yang lain kan mereka

datang dan pergi, beberapa komunitas yang lain pun ada dibawah instansi yang

berbeda. Misalnya kaya tanjidor di bawah Museum Mandiri, silat, tanjidor,

hadroh, marawis, mereka tampil kalau ada event-event tertentu disini. Karena

mereka tuan rumah, mereka jangan hanya nonton tapi juga ikut berkontribusi.

22

I2-1 Ada ketua, ada ketua harian, ada sekretaris, bendahara, kelompok kerja masing-

masing. Ada komunikasi dan informasi, ada kelompok kerja kreatif dan

sebagainya.

23

I2-3 Ada dari ketuanya Pak Idris, bendaharanya saya sendiri, kita pegang uang kas,

kalo ada temen kita yang sakit, ada yang kena musibah kita pake uang kas itu

24

Q

I

2. Bagaimana peraturan dalam melibatkan masyarakat dalam manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I2-2 Perencanaan yang dilakukan untuk Kota Tua ini sesuai dengan Peraturan

Gubernur No.36 Tahun 2014. Disitu semua tercantum semua tentang

perencanaan Kota Tua, didalam Pergub tersebut terdapat konsep untuk

menjadikan Kota Tua sebagai objek wisata yang lebih baik lagi dalam hal

penataan dan berbasis masyarakat

25

Pengarahan

Q

I

1. Bagaimana pembinaan masyarakat dalam melibatkan masyarakat dalam

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I1-6 Komunitas itu adalah mitra kerja kita, kemudian kegiatan kita melakukan

pelatihan dan pembinaan. Pelatihan itu memberikan workshop, pembinaan itu

26

Page 243: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

225

mengajari cara menyulam yang benar, kemudian untuk museum seni rupa dan

keramik juga sama. Komunitasnya sendiri-sendiri. Kalau tekstil komunitasnya

komunitas batik, wayang begitu juga komunitas pewayangan.

I2-1 LWG memberikan arahan kepada komunitas untuk membuat suatu hal yang

kreatif yang memiliki daya jual untuk dipamerkan atau dijual sebagai souvenir

atau cinderamata para pengunjung yang datang kesini

27

I2-3 UPK memberikan arahan kepada kita, kalau ada komunitas baru yang masuk dan

tidak patuhi aturan disini akan ditindak tegas oleh UPK

28

Q

I

2. Apa saja bentuk pengarahan kepada masyarakat dalam manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I1-1 Kota Tua itu adalah milik semua, bukan hanya milik Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, tapi kita didalamnya ada keterlibatan. Contoh

misalnya malam minggu dan malam senin itu kita secara berkelanjutan diadakan

piket, kita memonitoring langsung, waktunya dari jam 12 siang sampai jam 11

malam. Keterlibatan itu sendiri diantaranya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta, Satpol PP, pihak kecamatan, pihak kelurahan dan pihak

keamanan setempat. Jadi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

ada 5 wilayah dan 1 kabupaten, itu semuanya dilibatkan.

29

I1-4 Pengarahannya suruh membantu kita dan program pemerintah. Intinya harus

membantu. Kebetulan kita kompak dari karang taruna nurut. Seperti misalnya

kalau ada tawuran, Karang Taruna gerak.

30

Q

I

3. Bagaimana dampak pengarahan tersebut? Kode

I1-2 Dampak dari pengarahan diharapkan Kota Tua akan semakin tertata dan rapi, jadi

pengunjung yang datang juga nyaman.

31

I1-3 Dampaknya agar pedagang kaki lima tidak berjualan di Taman Fatahillah, karena

sudah ada ditempat khusus di Jalan Cengkeh

32

Pengkoordinasian

Q

I

1. Bagaimana komunikasi atau koordinasi diantara stakeholder dan

masyarakat?

Kode

I1-1 Kita ada rapat koordinasi. Contoh kemarin ada penertiban sterilisasi itu dibawah

perintah Walikota Jakarta Barat. Iya, kita langsung tanggung jawabnya kepada

Gubernur. Kita selain rapat koordinasi juga melakukan monitoring terhadap

kawasan juga. Itu setiap hari, setiap minggu kita lakukan.

33

I1-6 UPK Kota Tua sama levelnya dengan Unit Pengelola Museum Seni, artinya

sama-sama dibawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

34

Page 244: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

226

Jakarta, namun saling keterkaitan. UPK Kota Tua adalah yang mengurus tentang

sirkulasi penggunaan lahan di kawasan Kota Tua, kemudian UP Museum

Kesejarahan itu yang punya lahan Taman Fatahillah ini, peruntukkan,

perizinannya dan lain-lain dari museum sejarah. Trus kemudian konsorsium ini

baru lagi, Konsorsium Kota Tua, ini mitra baru, dia juga ikut membantu, ikut

ambil bagian dalam rangka pengembangan kawasan Kota Tua, baik dari

keamanan, kebersihan dan lain-lain, mereka juga andil didalamnya. Trus

kemudian seperti mitra-mitra kerja yang lain juga sama, kita saling berkaitan dan

saling membantu, saling mengisi dalam event-event tertentu.

I1-6 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta adalah pusatnya, kita

tetap bertanggung jawab kepada kepala dinas. Setiap event-event tertentu kita

bertanggung jawab kepada kepala dinas dan juga gubernur, karena setiap selesai

event pasti kita memberi laporan kepada pimpinan.

35

I1-1 Kita melibatkan masyarakat ataupun komunitas dalam rapat teknis atau rapat

koordinasi yang dilakukan bersama dengan UPK dan unit pengelola museum.

Disana kita ajak juga komunitas yang ada di Kota Tua

36

I1-2 Kalau untuk pengelolaan Kota Tua ini, kita ada keterkaitan dengan Dinas dalam

hal kebijakan, lalu dengan satpol pp untuk mengatur pengamen dan pedagang

kaki lima disini

37

I1-1 Pengamen yang ilegal berada dalam koordinasi Dinas Trantib/Satpol PP. Yang

berada dalam pembinaan Pemda adalah yang sudah ada izin atau kerjasama

dengan UPK Kota Tua. Masalah pedagang kaki lima berada dalam koordinasi

Dinas Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Perdagangan. Dalam kenyataannya,

banyak pedagang kaki lima yang mengakibatkan kerusakan hasil pemugaran.

38

I2-3 kita saling ngebantu-ngebantu aja sama dia, kalau UPK minta tolong sama

komunitas kita ya kita bantu, begitu juga sebaliknya, sama-sama ngebantu

39

Pengawasan

Q

I

1. Apa saja sanksi yang diberlakukan apabila ada pihak yang melanggar

aturan dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I1-3 Ada, misalnya di koperasi ada tata tertib buka jam 6 sore tutup jam 12 malam,

kalau tidak mengikuti peraturan bisa kita pecat.

40

I2-3 Contohnya kaya dia ga mau menjaga kebersihan. Kalau disini kan ada bersih-

bersih kan setiap sabtu minggu itu bagian komunitas saya sama komunitas

onthel, jadi dia ga mau. Masa bodo aja. Ga mau bergabung, dan akhirnya ada

yang ngadu ke UPK, si A begini-begini pak. Jadi UPK denger sekali, dua kali,

tiga kali udah trus dikeluarin satu orang, kedua, ketiga keempat udah dikeluarin.

Jadi kita mah harus ngikut apa peraturan dari UPK aja sih. Kalo UPK ngomong

41

Page 245: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

227

B ya kita ikutin aja B. Kita nyari aman aja disini, soalnya kan dia penguasa sini

Q

I

2. Apa saja bentuk pengawasan yang dilakukan dalam melakukan

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

Kode

I1-1 Pengawasan yang kita lakukan itu langsung, kita terlibat langsung didalamnya,

melihat secara langsung bagaimana kondisi Kota Tua dari kunjungannya,

eventnya seperti apa, supaya nanti kita bisa mengambil langkah-langkah

penertiban yang dilakukan di Kota Tua. Untuk event, itu bolehnya event yang

berkarakter, tidak semua event dilakukan di Kota Tua, karena harus disesuaikan

dengan kondisi dan karakter Kota Tua itu sendiri, tidak sembarang event yang

diadakan.

42

I1-3 Komunitas-komunitas itu Dinas Pariwisata yang melakukan penataan, mungkin

secara umum sudah dirapatkan oleh Dinas Pariwisata dengan perwakilan-

perwakilan setiap komunitas, jadi mereka diarahkan, itu sih yang saya dengar.

Misalnya untuk komunitas badut diarahkan untuk memakai kostum pahlawan,

jangan pakai kostum badut. Dan Dinas Pariwisata menempatkan komunitas pada

masing-masing tempatnya.

43

I1-6 Jadi setiap kita mengadakan event kita selalu lapor, pasti dari Dinas ada yang

didelegasikan untuk memantau, selain memantau juga untuk menghadiri

acaranya. Dulu ada bidang pengawasan dan pengendalian, tapi sekarang bidang

tersebut ditiadakan namun tugas pokok dan fungsinya di bidang daya tarik

destinasi, jadi disitu ada fungsinya untuk memantau atau memonitor setiap event-

event yang dilakukan dibawah jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta. Contoh di museum seni mengadakan event wayang, nanti dari

bidang daya tarik destinasi itu pasti ada yang ditugaskan untuk memonitor.

44

I2-1 Kita setiap hari memantau Kota Tua, setiap hari saya menyempatkan waktu

untuk datang ke kota tua dan melihat keadaan taman fatahillah bersama

komunitas sepeda ontel

45

Q

I

3. Bagaimana mekanisme pengawasan tersebut? Kode

I1-3 Kita ini ada 3 metode. Yang pertama namanya proentiv, artinya ada sosialisasi

untuk tidak boleh berdagang disini. Yang kedua preventif, yaitu menghalau

mereka agar tidak boleh berdagang sesuai dengan Perda, tetapi kalau sudah satu

sampai dua atau tiga kali kami halau masih tetap berjualan, kita melaksanakan

operasi atau penertiban, itu metode yang ketiga. Dagangannya akan kita angkut

dan disimpan digudang Pemda DKI, dan ada sidang tipiringnya.

46

I1-6 Ada kegiatan untuk piket. Piket untuk pengawasan ke daerah kawasan Kota Tua,

itu bergilir jadi gabungan dari tingkat dinas, suku dinas, dan juga wilayah seperti

pusat pelatihan seni budaya dan juga stakeholder yang ada di kawasan Kota Tua

ini, itu selalu bergiliran setiap hari sabtu dan minggu, sore mulai dari jam 4

47

Page 246: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

228

sampai jam 8 malam, karena untuk memantau situasi, kondisi dikawasan Kota

Tua yang belakangan ini kita sterilkan dari pedagang asongan atau pedagang kaki

lima yang membuat suasana kumuh di kawasan Kota Tua ini. Kan

perencanaannya Kota Tua itu kan mau dijadikan kawasan destinasi tingkat

internasional. Makanya sebelum kawasan Kota Tua ini steril dan bersih, ini

mungkin belum bisa, makanya kita mencoba. Termasuk dihalaman museum

wayang saja, itu kalau dulu udah jam 2 jam 3 udah penuh pedagang, udah pada

berebut lahan, akhirnya kita sterilkan apapun yang terjadi. Hal ini juga tidak serta

merta seperti membalikkan telapak tangan begitu saja, namun tetap melalui

proses, perlu pendekatan persuasif kepada animo masyarakat supaya mereka juga

bisa memahami arti pentingnya kebersihan dan keindahan kawasan.

Q

I

4. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam pengawasan? Kode

I1-3 Kita Disini satu tim. Dari Koperasi dari Pariwisata, Konsorsium dan UMKM.

Dan kami yang mengawasi. Tiap seminggu sekali kita rapat. Setiap seminggu

sekali kita lihat komunitas yang ada di Kota Tua bagaimana, PKL nya juga kita

lihat, keamanannya juga kita perhatikan, setelah itu kita evaluasi. Kita bekerja

sama dengan Koperasi, Konsorsium, dan Satpol PP sendiri. Kita disana bersama

sama melakukan pengamanan untuk pedagang, supaya yang tidak resmi tidak

masuk ke Kota Tua.

48

I2-3 Kalau komunitas ini diawasi oleh UPK, kalo satpol pp ngurusin pedagang aja. 49

I1-3 kita petugas satpol pp disini tugasnya untuk menjaga, mengatur dan mengawasi

PKL dan pengamen yang ada disini

50

Page 247: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

229

Kode

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

KODING DATA

Kata Kunci

Perencanaan Kota Tua Jakarta menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta

Tujuan Kota Tua yang akan dicapai menurut Unit Pengelola Kawasan Kota Tua

Perencanaan Satpol PP

Perencanaan Kota Tua sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014

Perencanaan oleh Destination Management Organization dan Local Working Group

(LWG)

UPK Kota Tua memiliki program tentang Kota Tua sendiri, begitupun dengan

masing-masing museum

Program yang dilakukan oleh Satpol PP

Program kerja Museum Wayang

Program-program Museum Seni Rupa dan Keramik

Perencanaan disetujui dan disahkan oleh DPRD DKI Jakarta

Proses merumuskan perencanaan

Pihak yang dilibatkan dalam perencanaan

Urutan dalam membuat perencanaan

Peran masyarakat

Peran Komunitas Manusia Batu

Peran Komunitas Sepeda Ontel

Peran Karang Taruna

Antusiasme masyarakat

Pendapat masyarakat

Pengorganisasian di Kota Tua Jakarta

Struktur organisasi di UPK Kota Tua tidak melibatkan masyarakat

Komunitas-komunitas yang terorganisir dengan baik

Susunan organisasi didalam komunitas-komunitas yang ada di Kota Tua Jakarta

Struktur organisasi Komunitas Manusia Batu

Perencanaan sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014

Komunitas adalah mitra kerja stakeholders Kota Tua Jakarta

Page 248: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

230

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

Local Working Group (LWG) memberikan arahan kepada komunitas

Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta memberikan pengarahan ke

komunitas

Kota Tua Jakarta adalah milik semua

Pengarahan oleh Ketua RW 06 Kelurahan Pinangsia kepada karang taruna

Dampak pengarahan

Dampak pengarahan oleh Sapol PP

Koordinasi antar instansi

Koordinasi yang dilakukan pihak museum

Bentuk koordinasi pihak pengelola Museum Wayang dengan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

Koordinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dengan

masyarakat atau komunitas

Koordinasi yang dilakukan oleh UPK Kota Tua Jakarta

Koordinasi antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dengan

dinas lain

Koordinasi komunitas dengan UPK Kota Tua Jakarta

Peraturan koperasi

Peraturan komunitas

Pengawasan yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

Pengawasan yang dilakukan Satpol PP

Bentuk pengawasan yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta

Bentuk pengawasan yang dilakukan Local Working Group (LWG)

Metode pangawasan yang dilakukan Satpol PP terhadap pedagang kaki lima

Mekanisme pengawasan yang dilakukan dinas dan museum terhadap Kota Tua

Jakarta

Pihak yang terlibat dalam pengawasan

Pengawasan yang dilakukan UPK Kota Tua Jakarta dan Satpol PP

Pengawasan yang dilakukan Satpol PP

Page 249: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

231

KATEGORISASI DATA

No Kategori Rincian Isi Kategori

1. Perencanaan a. Kota Tua Jakarta dikembangkan sebagai tujuan

wisata tingkat internasional

b. Adanya rapat koordinasi

c. Keterlibatan masyarakat didalamnya

d. Sesuai dengan Pergub DKI Jakarta Nomor 36

Tahun 2014

e. Masing-masing museum memiliki program

kegiatan masing-masing

f. Melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat

g. Melibatkan komunitas-komunitas di Kota Tua

Jakarta

h. Masyarakat sebagai pemberi masukan, kritik

dan saran

i. Komunitas sebagai mitra kerja Local Working

Group (LWG)

2. Pengorganisasian a. Komunitas memiliki struktur organisasi

masing-masing

b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta, UPK dan museum mempunyai

struktur organisasi masing-masing

c. Komunitas tidak termasuk dalam struktur

Dinas, UPK Kota Tua maupun museum

d. Komunitas di Kota Tua Jakarta jumlahnya

semakin berkurang

e. Komunitas belum didanai dan diberdayakan

oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta

3. Pengarahan a. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta memberikan arahan kepada UPK

Kota Tua Jakarta

b. UPK Kota Tua Jakarta memberikan

pengarahan kepada komunitas

c. Komunitas diarahkan oleh Local Working

Group (LWG)

d. Komunitas memberikan pengarahan kepada

anggotanya masing-masing

e. Pengunjung diarahkan oleh stakeholder yang

Page 250: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

232

berjaga di Taman Fatahillah

f. Satpol PP mengarahkan pedagang kaki lima

4. Pengkoordinasian a. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta melakukan koordinasi dengan

UPK Kota Tua

b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta melakukan koordinasi dengan

dinas lain yang terkait

c. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta melakukan koordinasi dengan

pihak pengelola museum

d. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta melakukan koordinasi dengan

Satpol PP

e. Stakeholder di Kota Tua Jakarta berkoordinasi

dengan pihak keamanan setempat

f. Koordinasi tidak sampai kemasyarakat

g. Komunitas dirangkul atau dinaungi oleh Local

Working Group (LWG)

5. Pengawasan a. Komunitas diawasi oleh UPK Kota Tua Jakarta

b. Pedagang kaki lima diawasi oleh Satpol PP

c. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta mengadakan piket langsung di

Kota Tua Jakarta

d. Local Working Group (LWG) juga mengawasi

Kota Tua Jakarta

e. Komunitas menjaga keamanan dan kebersihan

di Taman Fatahillah

f. Pengunjung juga menjaga ketertiban umum

dan kebersihan di Kota Tua Jakarta

6 Latar Belakang a. Komunitas tidak ikut dilibatkan dalam

koordinasi

b. Jumlah komunitas semakin berkurang

c. Ada beberapa komunitas yang tidak sesuai

dengan unsur kesejarahan

d. Kota Tua Jakarta yang kental dengan nilai

kesejarahan masa penjajahan Belanda

e. Kota Tua Jakarta yang berada ditengah

padatnya penduduk

f. Kurang tegasnya aturan kepada komunitas

Page 251: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

233

yang tidak sesuai dengan unsur Kota Tua

Jakarta

7 Pedagang kaki lima a. Banyak pedagang kaki lima yang ilegal

b. Pedagang yang resmi terdaftar di Koperasi

Pena Waskata

c. Ada iuran setiap harinya atau setiap bulan ke

koperasi

d. Tidak boleh ada pedagang kaki lima tambahan

e. Terkadang ada operasi razia yang dilakukan

Satpol PP

f. Pedagang kaki lima diarahkan oleh Satpol PP

Page 252: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

234

CATATAN LAPANGAN

Tanggal Waktu Tempat Hasil Informan

18 September

2015

12:43 WIB Gedung B Lantai 3

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta

Wawancara Bapak Encu Suhandi,

SE., MM (Kepala

Seksi Produk Dinas

Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta)

18 September

2015

15:31 WIB Kantor UPK Kota Tua,

Gedung C Lantai 2

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi

DKI Jakarta

Observasi awal dan

Wawancara

Bapak Ario

Wicaksono, S.H (Staf

Seksi Penataan UPK

Kota Tua Jakarta)

28 Agustus

2015

09:28 WIB Kantor Kecamatan

Tamansari

Wawancara Bapak Purnama

Pangabean (Ketua

Satuan Tugas Satpol

PP Kecamatan

Tamansari)

21 Agustus

2015

17:14 WIB Taman Fatahillah Wawancara Bapak Mochammad

Firmansyah (Ketua

RW 06 Kelurahan

Pinangsia)

7 Agustus

2015

15:14 WIB Museum Sejarah

Jakarta

Wawancara Bapak Khasirun (Staf

Pengelola Museum

Sejarah Jakarta)

28 Agustus

2015

14:06 WIB Museum Wayang Wawancara Bapak Sumardi (Staf

Pengelola Museum

Wayang)

28 Agustus

2015

15:07 WIB Museum Seni Rupa dan

Keramik

Wawancara Bapak Hari Prabowo

(Staf Pengelola

Page 253: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

235

Museum Seni Rupa

dan Keramik)

6 September

2015

14:51 WIB Gedung Arsip Mandiri Wawancara Bapak Dodi Riadi

(Anggota Tim

Kelompok Kerja di

LWG)

27 Juni 2015 14:47 WIB Museum Sejarah

Jakarta

Observasi awal dan

Wawancara

Bapak Yosep (Guide

Museum Sejarah

Jakarta)

2 Maret 2015 16:06 WIB Taman Fatahillah Observasi dan

Wawancara

Bapak Rizal Hidayat

(Bendahara

Komunitas Manusia

Batu)

24 Oktober

2015

15:13 WIB Taman Fatahillah Wawancara Bapak Sanem (Humas

Paguyuban Ontel Kota

Tua)

24 Oktober

2015

13:51 WIB Kediaman Bapak

Deden Sinaga S.H

Wawancara Bapak Deden Sinaga,

S.H (Ketua

Komunitas Cakra

Buana)

5 Desember

2015

15:14 WIB Perpustakaan Taman

Fatahillah

Wawancara Bapak Drg. Hendri

(Ketua Gerakan

Pramuka Museum

Mandiri)

11 Juli 2015 13:04 WIB Taman Fatahillah Wawancara Bapak Sukro

(Anggota Komunitas

Badut)

4 Oktober

205

15:32 WIB Basecamp Karang

Taruna RW 06, RT 04

Wawancara Bapak Edi (Anggota

Karang Taruna)

21 Agustus 18:04 WIB Lorong Pedagang Kaki Wawancara Ibu Sri (Pedagang

Page 254: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

236

2015 Lima Taman Fatahillah Kali Lima)

4 Oktober

2015

16:55 WIB Taman Fatahillah Wawancara Bapak Eli (Wisatawan

Lokal)

4 Oktober

2015

16:48 WIB Taman Fatahillah Wawancara Fahmi (Wisatawan

Lokal)

4 Oktober

2015

17:23 WIB Taman Fatahillah Wawancara Nani (Wisatawan

Lokal)

4 Oktober

2015

16:01 WIB Taman Fatahillah Wawancara Lotta (Wisatawan

Mancanegara)

4 Oktober

2015

17:30 WIB Taman Fatahillah Wawancara Daniel (Wisatawan

Mancanegara)

Page 255: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

237

KISI-KISI WAWANCARA UNTUK DINAS DAN UPK KOTA TUA

A. PERENCANAAN

7. Apakah tujuan yang diinginkan dalam manajemen pengelolaan objek

wisata kota tua jakarta?

8. Apa saja program yang dilakukan dalam rangka manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

9. Bagaimana proses dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota

Tua Jakarta?

10. Siapa saja yang terlibat dalam manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta?

11. Apa saja peran masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta?

12. Apakah masyarakat antusias ikut serta dalam manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta?

B. PENGORGANISASIAN

1. Bagaimana struktur organisasi di UPK, apakah melibatkan anggota

masyarakat?

2. Bagaimana peraturan dalam melibatkan masyarakat dalam manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

3. Bagaimana pola hubungan antara UPK, Dinas dan masyarakat?

C. PENGARAHAN

1. Bagaimana pembinaan masyarakat atau komunitas dalam melibatkan

masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua

Jakarta?

2. Apa saja bentuk pengarahan kepada masyarakat atau komunitas dalam

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

3. Bagaimana dampak pengarahan tersebut?

Page 256: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

238

D. PENGKOORDINASIAN

2. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara Dinas dengan UPK?

3. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara Dinas dengan Pihak

Swasta?

4. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara Dinas dengan

masyarakat?

5. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara UPK dengan pihak

swasta?

6. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara UPK dengan

masyarakat?

E. PENGAWASAN

5. Apa saja sanksi yang diberlakukan apabila ada pihak yang melanggar

aturan dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

6. Apa saja bentuk pengawasan yang dilakukan dalam melakukan

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

7. Bagaimana mekanisme pengawasan tersebut?

8. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam pengawasan?

Page 257: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

239

KISI-KISI WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT ATAU KOMUNITAS

A. PERENCANAAN

1. Apakah masyarakat ikut dilibatkan dalam manajemen pengelolaan

objek wisata kota tua jakarta?

2. Apa saja program yang diikuti oleh masyarakat dalam rangka

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

3. Bagaimana proses perencanaan dalam manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta?

4. Siapa saja yang terlibat dalam manajemen pengelolaan objek wisata

Kota Tua Jakarta?

5. Apa saja peran masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta?

6. Apakah masyarakat antusias ikut serta dalam manajemen pengelolaan

objek wisata Kota Tua Jakarta?

B. PENGORGANISASIAN

1. Bagaimana struktur organisasi di Local Working Group?

2. Bagaimana peraturan dalam melibatkan masyarakat dalam manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

3. Bagaimana pola hubungan antara UPK, Dinas dan masyarakat?

C. PENGARAHAN

1. Bagaimana pembinaan masyarakat atau komunitas dalam melibatkan

masyarakat dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua

Jakarta?

2. Peraturan apa saja yang mengatur keikutsertaan masyarakat dalam

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

3. Apa saja bentuk pengarahan kepada masyarakat dalam manajemen

pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

4. Bagaimana dampak pengarahan tersebut?

Page 258: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

240

D. PENGKOORDINASIAN

1. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara Dinas dengan UPK?

2. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara Dinas dengan Pihak

Swasta?

3. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara Dinas dengan

masyarakat?

4. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara UPK dengan pihak

swasta?

5. Bagaimana komunikasi atau koordinasi antara UPK dengan

masyarakat?

E. PENGAWASAN

1. Apa saja sanksi yang diberlakukan apabila ada pihak yang melanggar

aturan dalam manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

2. Apa saja bentuk pengawasan yang dilakukan dalam melakukan

manajemen pengelolaan objek wisata Kota Tua Jakarta?

3. Bagaimana mekanisme pengawasan tersebut?

4. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam pengawasan?

Page 259: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

241

KISI-KISI WAWANCARA UNTUK WISATAWAN

1. Bagaimana kenyamanan berwisata di Objek Wisata Kota Tua Jakarta?

2. Apakah anda tertarik untuk datang kembali ke objek wisata ini?

3. Apakah masyarakat sekitar ramah kepada anda?

4. Bagaimana tanggapan anda mengenai komunitas-komunitas di objek

wisata ini?

5. Bagaimana menurut anda partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek

wisata Kota Tua Jakarta?

6. Bagaimana tanggapan anda dengan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta terkait dengan pengelolaan objek wisata ini?

7. Apa yang seharusnya pemerintah lakukan agar manajemen pengelolaan di

objek wisata ini semakin baik?

8. Apakah ada keluhan mengenai fasilitas, sarana atau prasarana di Objek

wisata ini?

9. Bagaimana tanggapan anda mengenai penataan disekitar objek wisata

Kota Tua pada saat ini?

10. Apakah kontribusi anda sebagai pengunjung dalam pengelolaan objek

wisata ini dengan harapan yang lebih baik?

Page 260: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

242

Page 261: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

243

Page 262: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

244

Page 263: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

245

Page 264: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

246

Page 265: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

247

Page 266: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

248

Page 267: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

249

Page 268: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

250

Page 269: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

251

Page 270: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

252

Page 271: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

253

Page 272: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

254

Page 273: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

255

Page 274: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

256

Page 275: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

257

Page 276: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

258

Page 277: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

259

Page 278: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

260

Page 279: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

261

Page 280: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

262

Page 281: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

263

Dokumentasi Penelitian

Komunitas Sepeda Ontel pada Sore Hari Komunitas Manusia Batu

(Foto diambil pada tanggal 9 Maret 2015 (Foto diambil pada tanggal 26 Februari 2015

pukul 15.45 WIB) Pukul 17:17 WIB)

Pertunjukkan Komunitas Cakra Buana Kegiatan bersih-bersih di Taman Fatahillah

(Foto diambil pada tanggal 20 Februari 2015 (Foto diambil pada tanggal 10 Mei 2015

Pukul 11:13 WIB) Pukul 11:14 WIB)

Kegiatan bersih-bersih di Taman Fatahillah Kegiatan bersih-bersih di Taman Fatahillah

(Foto diambil pada tanggal 20 Februari 2015 (Foto diambil pada tanggal 6 Mei 2015

Pukul 08:14 WIB) Pukul 08:05 WIB)

Page 282: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

264

Perpustakaan Taman Fatahillah Foto Wawancara dengan Bapak Rizal

(Foto diambil pada tanggal 28 Agustus 2015 (Foto diambil pada tanggal 2 Maret 2015

Pukul 13:18 WIB) Pukul 14:15 WIB)

Foto wawancara dengan Bapak Ario Foto wawancara dengan Bapak Sukro

(Foto diambil pada tanggal 2 Maret 2015 (Foto diambil pada tanggal 11 Juli 2015

Pukul 15:05 WIB) Pukul 13:04 WIB)

Foto wawancara dengan Daniel Foto wawancara dengan Lotta dan Aina

(Foto diambil pada tanggal 4 Oktober 2015 (Foto diambil pada tanggal 4 Oktober 2015

Pukul 17:30 WIB) Pukul 16:01 WIB)

Page 283: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

265

Foto wawancara dengan Fahmi Foto wawancara dengan Bapak Eli

(Foto diambil pada tanggal 4 Oktober 2015 (Foto diambil pada tanggal 4 Oktober 2015

Pukul 16:48 WIB) Pukul 16:55 WIB)

Foto wawancara dengan Bapak Sanem Foto wawancara dengan Bapak Deden

(Foto diambil pada tanggal 24 Oktober 2015 (Foto diambil pada tanggal 24 Oktober 2015

Pukul 15:13 WIB) Pukul 13:51 WIB)

Foto wawancara dengan Bapak Dodi Foto wawancara dengan Bapak Firman

(Foto diambil pada tanggal 6 September 2015 (Foto diambil pada tanggal 21 Agustus 2015

Pukul 14:51 WIB) Pukul 17:14 WIB)

Page 284: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

266

Foto wawancara dengan Bapak Khasirun Foto wawancara dengan Ibu Sri

(Foto diambil pada tanggal 7 Agustus 2015 (Foto diambil pada tanggal 21 Agustus 2015

Pukul 15:14 WIB) Pukul 18:04 WIB)

Foto wawancara dengan Bapak Purnama Foto wawancara dengan Bapak Sumardi

(Foto diambil pada tanggal 28 Agustus 2015 (Foto diambil pada tanggal 28 Agustus 2015

Pukul 09:28 WIB) Pukul 14:06 WIB)

Page 285: MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJEK WISATA KOTA TUA …repository.fisip-untirta.ac.id/621/1/MANAJEMEN PENGELOLAAN OBJE… · Tiada yang lebih indah ketika melihat kedua Orang Tua tersenyum

267

RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi:

1. Nama : Rizki Parhani

2. NIM : 6661110901

3. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 Maret 1994

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Pekerjaan : Mahasiswa

7. Status Perkawinan : Belum Kawin

8. Alamat : Jalan Bambu Larangan RT 02 RW 05 No. 7 Cengkareng,

Jakarta Barat

9. No. Telepon : 085710649444

10. Email : [email protected]

Identitas Orang Tua:

1. Nama Ayah : Mamat

2. Nama Ibu : Elah

3. Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

4. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Riwayat Pendidikan:

1. TK Prakasa Annisa angkatan 1999

2. SDN 10 Pagi Cengkareng Barat angkatan 2005

3. SMPN 125 Jakarta angkatan 2008

4. SMAN 33 Jakarta angkatan 2011

5. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2011-sekarang

Prestasi yang pernah dicapai:

1. Juara 2 Lomba Cerdas Cermat bidang IPS/Pkn Tingkat SD Tahun 2002

2. Juara 3 Olimpiade Bahasa Inggris Tingkat SMP Tahun 2007

3. Paskibra SMPN 125 Jakarta

4. Karya Ilmiah Remaja SMAN 33 Jakarta