bab i pendahuluan a. alasan pemilihan...

16
BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Pemilukada merupakan pemilihan umum ditingkat daerah seperti pemilihan gubernur, bupati / walikota beserta wakilnya yang dilakukan secara langsung oleh penduduk setempat yang telah memenuhi syarat. Menurut ketentuan pasal 1 ayat 5 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, definisi pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 Pada tahun 2010 dan 2011 dilaksanakan pemilukada di beberapa provinsi dan kabupaten / kota. Tahun 2010 merupakan ajang pilkada langsung kedua setelah pilkada terdahulu yang dilaksanakan pada tahun 2005. Pada tahun 2010 telah dilakukan 244 pilkada yang digelar di seluruh Indonesia. Tujuh pilkada untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur, Sumatera barat, Kalimantan tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi utara, Kepulauan Riau, dan Jambi. Sisanya sebanyak 202 Pilkada kabupaten dan 35 kota. 2 Pemilukada tersebut diselenggarakan untuk menumbuhkembangkan jiwa demokrasi, 1 Pasal 1 ayat (5) UU Nomor 22 Tahun 2007, Dapat diakses melalui www.legalitas.org. 2 Dapat diakses melalui www.bappenas.go.id ., 1

Upload: nguyenthien

Post on 08-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

BAB I

PENDAHULUAN

A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Pemilukada merupakan pemilihan umum ditingkat daerah seperti

pemilihan gubernur, bupati / walikota beserta wakilnya yang dilakukan secara

langsung oleh penduduk setempat yang telah memenuhi syarat. Menurut

ketentuan pasal 1 ayat 5 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Pemilihan Umum, definisi pemilu kepala daerah dan wakil

kepala daerah adalah pemilu untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala

daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.1

Pada tahun 2010 dan 2011 dilaksanakan pemilukada di beberapa provinsi

dan kabupaten / kota. Tahun 2010 merupakan ajang pilkada langsung kedua

setelah pilkada terdahulu yang dilaksanakan pada tahun 2005. Pada tahun

2010 telah dilakukan 244 pilkada yang digelar di seluruh Indonesia. Tujuh

pilkada untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur, Sumatera barat,

Kalimantan tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi utara, Kepulauan Riau, dan

Jambi. Sisanya sebanyak 202 Pilkada kabupaten dan 35 kota.2 Pemilukada

tersebut diselenggarakan untuk menumbuhkembangkan jiwa demokrasi,

1 Pasal 1 ayat (5) UU Nomor 22 Tahun 2007, Dapat diakses melalui www.legalitas.org. 2 Dapat diakses melalui www.bappenas.go.id.,

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

sehingga diharapkan dapat menjadi jawaban aspirasi rakyat di daerah

setempat.

Dalam penyelenggaran pesta demokrasi tidak selalu dapat berjalan mulus

dan lancar, salah satu faktor yang melatarbelakangi adalah perubahan

dinamika politik lokal. Ciri semakin tingginya dinamika sosial politik ditandai

dengan meningkatnya wawasan warga perihal hidup berbangsa dan bernegara

dalam iklim yang berkebebasan dan berkeadilan untuk mengemukakan hak

dalam menentukan pilihannya. Dalam pemilihan kepala daerah di masing-

masing provinsi, kabupaten / kota dapat dilihat sikap kritis calon pemilih yang

semakin meningkat. Berbagai permasalahan klise yang sering mewarnai

jalannya proses pemilu antara lain adalah adanya money politik, mobilisasi

masa, konspirasi politik, ketidaknetralan pihak penyelenggara dan lain

sebagainya. Permasalahan yang menodai berjalannya pemilihan suara tersebut

bervariasi di setiap daerah. Hal tersebut dikarenakan suasana politik di setiap

daerah beraneka ragam serta model masalah dari tahun ke tahun juga semakin

berkembang.

Salah satu contoh permasalahan baru dalam penyelenggaraan pemilukada

adalah adanya dualisme KPUD sebagai pihak penyelenggara pesta demokrasi.

Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi keabsahan suatu hasil pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah. Berdasarkan pemberitaan dari

berbagai media massa terjadi dualisme KPUD di Kabupaten Waropen,

Provinsi Papua Barat. Adanya dua penyelenggara pemilihan umum tingkat

2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

Kabupaten Waropen ini menjadikan rancau proses Pemilihan Kepala dan

Wakil Daerah setempat, karena mempengaruhi penentuan hasil Pemilukada.

Kronologis singkat perkara ini adalah adanya dualisme KPUD tersebut

masing – masing merasa memiliki wewenang untuk menyelenggarakan

Pemilukada di Kabupaten Waropen, Papua Barat. KPUD Lama merupakan

nama dari KPUD Waropen yang dibentuk berdasarkan SK nomor 39 tahun

2008 yang diketuai oleh Melina K.K Wonatorei. Sedangkan KPUD Waropen

Baru adalah KPUD yang dibentuk berdasarkan SK KPU Provinsi Papua

Nomor 60 Tahun 2010 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Antar Waktu

Anggota Komisi Pemilihan Umum Kab. Waropen, tertanggal 21 Agustus 2010

yang diketuai oleh Christison B Mbaubedari.

Lazimnya pemilihan umum tingkat daerah maupun nasional hanya

diselenggarakan oleh “satu pihak” yaitu suatu KPU atau KPUD.

Permasalahan tersebut pada akhirnya dijadikan salah satu gugatan pihak yang

merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada di Kabupaten Waropen.

Gugatan tersebut dilayangkan ke Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang

berwenang menyelesaikan perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Namun

pada akhirnya dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 181/PHPU.D-

VIII/2010 tepatnya dalam pertimbangan hakim tentang dualisme KPUD

tersebut menyatakan bahwa hasil pemilukada yang sah yaitu yang

diselenggarakan oleh KPUD Lama di ketuai oleh Melina K.K Wonatorei.

3

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

Pertimbangan hakim tentang disahkanya hasil pemilihan kepala daerah

dan wakil kepala daerah dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

181/PHPU.D-VIII/2010 yang diselenggarakan oleh KPUD yang demisioner

tersebut melahirkan kontroversi di berbagai kalangan khususnya para

pengamat jalannya pemilu di seluruh wilayah Indonesia. Dalam pertimbangan

hukum tersebut dinyatakan bahwa hakim konstitusi lebih memprioritaskan

Asas Kemanfaatan “Doelmatigheid” daripada Asas Kepastian Hukum

“Rechtmatigheid”. Atas uraian singkat diatas maka akan diteliti lebih

mendalam mengenai penerapan Doelmatigheid dan Rechtmatigheid pada salah

satu pertimbangan hukumm dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

181/PHPU.D-VIII/2010 tepatnya mengenai keabsahan hasil pemiluada yang

diselenggarakan oleh KPUD yang demisioner tepatkah dijadikan ratio

decidendi. Atas dasar uraian singkat diatas maka penelitian ini diberi judul :

“PENERAPAN ASAS RECHTMATIGHEID DAN ASAS

DOELMATIGHEID DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

NOMOR 181/PHPU.D-VIII/2010

TENTANG

PEMILU KEPALA DAERAH KABUPATEN WAROPEN

PAPUA BARAT TAHUN 2010”

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

Untuk memahami judul diatas, berikut ini dijabarkan definisi – definisi

operasional yang dipakai dalam judul penelitian.

a. Penerapan adalah n 1 aplikasi, implementasi, pelaksanaan,

pengamalan, praktik, rekayasa; 2 pemasangan, perakitan (tt mesin),

produksi.3

b. Rechmatigheid adalah legatitas atau legality.

c. Doelmatigheid adalah daya guna, kemanfaatan, kegunaan, manfaat

dan tujuan; behalve de rechtmatigheid moet ook de ~ in aanmerking

worden genomen selain pertimbangan yuridis, pertimbangan manfaat

dan tujuan pun harus diperhatikan.4

d. Putusan Mahkamah Konstitusi adalah suatu perwujudan dari produk

hukum yang diciptakan oleh Mahkamah Konstitusi yang bersifat final

dan umum.

e. Pemilu kepala daerah adalah Pemilu untuk memilih kepala daerah

dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.5

3 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, h. 662. 4 Marjanne Termorshuizen, Kamus Hukum Belanda – Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, h. 103. 5 Pasal 1 ayat (4) UU Nomor 22 Tahun 2007, dapat diakses melalui www.legalitas.org.

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Seorang hakim dilarang menolak perkara yang diajukan kepadanya

meskipun belum adanya peraturan formalnya yang mengaturnya. Berdasarkan

pada pernyataan tersebut dapat diartikan pula bahwa seorang hakim harus

kreatif atau mempunyai inisiatif untuk menciptakan formula hukum yang baru

diatas kekosongan hukum atau ketidakjelasan hukum. Seorang hakim harus

melakukan penemuan hukum agar permasalahan yang terdapat didalam

kehidupan masyarakat dapat diselesaikan seadil – adilnya. Undang – undang

yang telah diciptakan pada beberapa tahun yang lalu kadang dirasa tidak dapat

menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang terjadi di masa kini. Hal

tersebut dikarenakan semakin rumitnya masalah yang tercipta di dalam

masyarakat diatas berbagai faktor yang melatarbelakanginya.

Pada dasarnya hukum yang tertulis merupakan suatu petunjuk hidup yang

masih umum, oleh karena itu ketika hakim dihadapkan pada permasalahan

yang konkret maka si hakim harus menghidupkan pasal - pasal dalam hukum

tersebut lalu dikaitkan dengan masalah yang ada untuk dianalisis agar

ditemukan jalan keluarnya. Hakim dalam merumuskan Nilai Keadilan tidak

semata – mata berdasarkan undang – undang maupun hukum positif , tetapi

yang lebih penting berdasarkan nilai keadilan masyarakat (werkwlijkheid)6.

Dalam melahirkan suatu solusi permasalahan hukum putusan seorang hakim

tidak boleh hanya memperhatikan bunyi undang – undang maupun hukum

positif lainnya karena hal tersebut bisa saja mengabaikan apa yang menjadi

6 Wasis SP, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang, Malang, 2002, h. 83.

6

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

7

tujuan pokok penemuan hukum. Sedangkan arti kata penemuan hukum itu

sendiri adalah proses kegiatan pengambilan keputusan yuridik konkret yang

secara langsung menimbulkan akibat hukum bagi suatu situasi individual

(putusan – putusan hakim, ketetapan, pembuatan akta notaries, dan

sebagainya).7 Akhir-akhir ini putusan hakim banyak yang mendapat sorotan

dan kritikan tajam masyarakat karena dinilai kering dan belum mencerminkan

nilai Keadilan sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945 hasil

Amandemen pasal 24 ayat (1) yang menegaskan bahwa Kekuasaan

Kehakiman (dimana produknya adalah putusan hakim) merupakan kekuasaan

yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum

dan keadilan.8 Dalam melakukan tindakan mengadili / memutus suatu perkara

seorang hakim di Negara Indonesia harus mengacu pada landasan pokok yang

menjadi roh atas berlangsungnya proses peradilan yang ada. Acuan dasar dan

utama tersebut dapat dilihat dalam Undang – undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman. Merujuk dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) secara

garis besar berbunyi “Peradilan dilakukan berdasarkan Ketuhanan YME,

keadilan, serta Pancasila sebagai Dasar hukum Negara Indonesia. Selain itu

ketentuan pasal 5 ayat (1) dan (3) juga mengamanatkan bahwa dalam

mengadili suatu perkara hakim dan hakim konstitusi harus menaati kode etik

serta wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Sering kali para ahli hukum

7 Arief B Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum Dan Filsafat Hukum, PT Refika Aditama, Bandung, 2008, h.11 8 Zaenal Ahmad Fanani, Berfikir falsafati dalam putusan hakim. Dapat diakses melalui www.google.com.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

mengklasifikasikan yang tercakup dalam ketentuan dasar Kekuasaan

Kehakiman menjadi tiga yaitu asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas

kemanfaatan, sehingga dalam menciptakan suatu putusan hakim dan hakim

kostitusi harus mempertimbangkan ketiga asas tersebut.

Fenomena tentang penerapan ketiga asas diatas dalam berbagai putusan

sangat beraneka ragam, tergantung pada duduk permasalahan yang ada. Sering

kali aspek keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan tidak dapat teraplikasi

secara bersamaan dalam suatu putusan. Salah satu fakta tersebut dapat

ditemukan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 181/PHPU.D-

VIII/2010.

Perselisihan yang dibawa ke Mahkamah Konstitusi sesungguhnya

memiliki karakter tersendiri dan berbeda dengan perselisihan yang dihadapi

oleh peradilan biasa. Keputusan yang kemudian diminta oleh pemohon dan

diberikan oleh Mahkamah Konstitusi akan membawa akibat hukum yang tidak

hanya mengenai orang – seorang atau individu yang mengajukan permohonan,

tetapi juga orang lain, Lembaga Negara dan aparatur pemerintah atau

masyarakat pada umumnya.9

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi tersebut terdapat salah satu

pertimbangan hukum yang cukup banyak mendapatkan kritikan dari berbagai

pihak yaitu ketika Mahkamah Konstitusi secara jelas mengabaikan asas

kepastian hukum. Dalam putusan tersebut nampak jelas pengabaian

9 Siahaan, Maruarar, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Penerbit Konstitusi Press, Jakarta, 2005, h. 53.

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

rechtmatigheid (asas kepastian hukum) dan mengedepankan doelmatigheid

(asas kemanfaatan) dimana hal tersebut dapat dilihat dalam pertimbangan

hakim khususnya dalam keabsahan hasil pemilihan umum. Pada pemilukada

Kabupaten Waropen, Papua Barat ditemukan adanya masalah baru yang juga

menjadikan proses pemilukada semakin rancau karena menimbulkan konflik

baik secara vertikal maupun horisontal. Permasalahan yang dimaksud tersebut

adalah keabsahan hasil pemilukada yang dikeluarkan oleh KPUD demisioner.

Permasalahan berawal dari gugatan Ones Ramandey dan Zeth Tanati

(Bupati Incument) tanggal 8 Juli 2010 terhadap Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Waropen Melina K.K Wonatorei (Tergugat) terkait Keputusan Tata

Usaha Negara Berupa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Waropen Nomor : 9 Tahun 2010 tanggal 25 Juni 2010 Tentang Penetapan

Calon Tetap Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Waropen pada pemilihan

umum kepala daerah dan wakil daerah kabupaten Waropen tahun 2010 yang

merugikan para penggugat karena para penggugat tidak diloloskan sebagai

Calon Tetap Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten

Waropen periode 2010 – 2015. Kemudian Ketua Pengadilan Tata Usaha

Jayapura dalam perkara a qua telah mengeluarkan Penetapan (Dalam

Penundaan) No. 27/PEN/2010/PTUN.JPR, tertanggal 9 Juli 2010 yang

memerintahkan tergugat untuk menunda sementara seluruh tahapan proses

Pemilukada Kabupaten Waropen 2010 terkait dengan permohonan Para

penggugat (Ones Ramaney dan Zeth Tanati) sampai adanya Keputusan yang

berkekuatan hukum tetap. Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

memutuskan/memerintahkan Tergugat (KPU Waropen) untuk mengakomodir

Pengugat dalam Pemilukada Kabupaten Waropen 2010, namun tidak

diindahkan oleh KPU Waropen. Atas rangkaian pelanggaran yang dilakukan,

maka KPU Pusat memerintahkan KPU Provinsi untuk membentuk Dewan

Kehormatan khusus untuk meneliti dugaan pelanggaran etik yang dilakukan

oleh KPU Waropen hingga akhirnya Dewan Kehormatan KPU Papua

mengeluarkan Keputusan No 60 Tahun 2010 tentang Pemberhentian dan

Pengangkatan Antar Waktu Anggota Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Waropen tertanggal 21 Agustus 2010. Kemudian disusul oleh Berita Acara

Rapat Pleno KPU Kabupaten Waropen memutuskan untuk mencabut Banding

yang diajukan oleh KPU yang demisioner sehingga Perkara No

27/G/2010/PTUN.JPR menjadi inkrach karena pencabutan dimaksud,

sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak mematuhi Keputusan Pengadilan

Tata Usaha Negara Jayapura untuk mengakomodir Penggugat (Ones Ramadey

dan Zeth Tanati) sebagai pasangan calon yang berhak ikut Pemilukada

Kabupaten Waropen 2010.

Lalu tanggal 7 September 2010 KPU Kabupaten Waropen mengeluarkan

Keputusan No 005/KPU-KW/IX/2010 tentang Daftar Nama Calon yang

dinyatakan lulus verifikasi untuk Pemilukada Kabupaten Waropen 2010,

dimana Ones J Ramadey dan Zeth Tanati yang memenangkan gugatan TUN

Jayapura telah diakomodir sebagai peserta. Namun hingga Pemberhentiannya,

Termohon (KPU Waropen) masih melaksanakan tahapan pemilukada dan

tidak melaksanakan Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura

10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

juga Putusan No 27/G/2010/PTUN.JPR dimaksud, bahkan cenderung

melecehkannya, dan diyakini bahwa persoalan seperti ini tidak akan sampai di

Mahkamah Konstitusi andai saja KPU yang demisioner mematuhi Putusan

Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura dalam Penundaan maupun dalam

Putusan Akhir atau setidak – tidaknya berhenti berdasarkan Putusan Dewan

Kehormatan KPU Provinsi Papua. Berdasarkan alasan terebut diatas dan

secara de facto dan de jure bahwa Kepengurusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Waropen saat ini dipegang oleh Christison B. Mbaubedari dkk

berdasarkan Keputusan KPU Provinsi Papua No 60 tahun 2010. Pemungutan

suara oleh KPU Demisioner (lama) dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus

2010, yang diikuti 6 Pasangan Calon dan ditindaklanjuti dengan Perhitungan

Suara di TPS pada hari yang sama dianggap tidak berdasarkan hukum dan

mengada – ada, dimana Komisi Pemilihan Umum yang menyelenggarakan

Pemilukada tersebut sudah demisioner dan digantikan oleh Personil Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Waropen yang baru per tanggal 21 Agustus 2010

dengan surat KPU Provinsi Papua No 60 Tahun 2010.

Berkaitan erat dengan penjelasan tersebut maka Mahkamah Konstitusi

memberikan pertimbangan hukum atas permasalahan hukum dualisme KPUD

bahwa hasil pemilukada yang diketuai oleh Melina KK Wonatorey,SH

dinyatakan sah. Melihat penjelasan singkat mengenai aplikasi ketentuan

undang – undang yang mengatur tentang pemberhentian KPU Kabupaten

hingga lahirnya SK pemberhentian dan pengangkatan KPU Waropen diatas

maka dari sudut pandang rechtmatigheid dengan diterbitkanya SK KPU

11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

Provinsi Papua Nomor 60 Tahun 2010 tentang Pemberhentian dan

Pengangkatan Antar Waktu Anggota Komisi Pemilihan Umum Kab.

Waropen, tertanggal 21 Agustus 2010 sebagai dasar hukumnya sudah sangat

kuat untuk menyatakan bahwa KPUD Waropen versi Melina K.K sudah tidak

memiliki wewenang untuk menyelenggarakan Pemilukada terhitung sejak

terbitnya SK KPU tersebut yaitu pada tanggal 21 Agustus 2010, jadi

konsekuensi dari terbitnya SK KPU tersebut itu berarti juga bahwa hasil

pemilukada Kabupaten Waropen tanggal 25 Agustus 2010 dianggap batal

demi hukum. Namun ketika pertimbangan hukum hakim konstitusi

memasukkan pemikiran mengenai banyaknya kerugian yang akan dialami

oleh negara dan masyarakat Kabupaten Waropen, maka negara dalam hal ini

sebagai pihak yang telah banyak mengeluarkan biaya (baik financial cost

maupun social cost) yang tidak kecil untuk melaksanakan tahapan pemilukada

hingga tahapan pendistribusian logistik pemilukada, tahapan kampanye, dan

tahapan pemungutan suara. Dilihat dari asas doelmatigheid maka hasil

pemilukada tanggal 25 Agustuts 2010 yang diselenggarakan oleh Melina K.K

dapat dianggap sah.

Dalam satu sisi pemberian wewenang pada hakim untuk mengadili suatu

perkara berdasarkan hukum “rechtmatigheid” cukup bermanfaat karena

terdapat acuan mengadili secara jelas dan dapat dikontrol oleh masyarakat

apabila terjadi penyalahgunaan wewenang. Namun di sisi lain pemberian

wewenang tersebut juga dapat menjadi peluang terjadinya pelanggaran

kehidupan masyarakat ketika asas kemanfaatan “doelmatigheid” yang ada

12

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

lepas dari perhatian hakim. Sehingga mengaplikasikan kedua aspek tersebut

bukanlah hal yang mudah karena selubung kepentingan yang mengintari

permasalahan tersebut secara garis besarnya harus terakomodir semua,

kalaupun tidak dapat seutuhnya mengakomodir setidaknya produk hukum

berupa solusi permasalahan yang berupa putusan tersebut tidak

mengakibatkan lahirnya masalah baru. Seperti halnya penerapan

doelmatigheid dan rechtmatigheid dalam pertimbangan hakim Putusan

Mahkamah Konstitusi nomor 181/PHPU.D-VIII/2010, nampak dilihat adanya

pengutamaan salah satu asas, hal tersebut dikarenakan kedua asas terpenting

dalam perkara tersebut bersebrangan. Menjadi dilema bagi hakim untuk

memutus berdasarkan penekanan pada salah satu aspek saja agar terwujud

solusi tepat. Saat ini permasalahan baru timbul setelah keluarnya Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 181/PHPU.D-VIII/2010 tersebut yaitu berupa

banyak protes dari berbagai pihak lebih tepatnya mengenai pertimbangan

hukum hakim konstitusi mengenai masalah keabsahan hasil pemilihan umum

yang diselenggarakan oleh KPUD Waropen demisioner. Hal tersebut

dikarenakan adanya SK KPU Provinsi Papua Nomor 60 Tahun 2010 tentang

Pemberhentian dan Pengangkatan Antar Waktu Anggota Komisi Pemilihan

Umum Kab. Waropen, tertanggal 21 Agustus 2010 tidak dijadikan hakim

sebagai dasar yang kuat untuk menyatakan bahwa hasil pemilukada 25

Agustus 2010 dianggap tidak sah karena diselenggarakan oleh KPUD yang

demisioner.

13

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka pokok

permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

Apakah pertimbangan hakim tentang penerapan asas doelmatigheid dan

asas rechtmatigheid dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

181/PHPU.D-VIII/2010 terkait keabsahan hasil pemungutan suara yang

diselenggarakan oleh KPUD demisioner dapat dijadikan ratio decidendi ?

D. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah pertimbangan

hakim tentang penerapan asas doelmatigheid dan asas rechtmatigheid dalam

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 181/PHPU.D-VIII/2010 terkait

keabsahan hasil pemungutan suara yang diselenggarakan oleh KPUD

demisioner dapat dijadikan ratio decidendi?

E. METODE PENELITIAN

a. Jenis penelitian

Dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian diatas, maka jenis

penelitian yang dipakai adalah yuridis normatif, yakni penelitian yang

difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah – kaidah atau norma –

norma dalam hukum positif10. Dalam penulisan ini fokus penelitian

ditujukan untuk mengkaji penerapan asas doelmatigheid dan asas

rechtmatigheid dalam Putusan Mahkamah Kontitusi Nomor

181/PHPU.D-VIII/2010. 10 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2006, h. 295.

14

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

b. Jenis pendekatan

Dalam kaitannya dengan penelitian yuridis normatif maka digunakan

beberapa pendekatan sebagi berikut:

1. Pendekatan Filsafat (philosophical approach).11 Dengan sifat filsafat

yang menyeluruh, mendasar, dan spekulatif, penjelajahan filsafat akan

mengupas isu hukum (legal issues) dalam penelitian normatif secara

radikal dan mengupas secara mendalam.12 Pendekatan filsafat ini

digunakan untuk memahami secara mendalam tentang asas

rechtmatigheid dan asas doelmatigheid yang digunakan sebagai dasar

hakim memberikan pertimbangan hukum mengenai masalah dualisme

KPUD dalam putusan Mahkamah Kontitusi Nomor 181/PHPU.D-

VIII/2010.

2. Pendekatan Konseptual (conceptual approach).13 Pendekatan konsep

ini digunakan untuk memahami konsep dari asas doelmatigheid dan

asas rechtmatigheid melalui pendapat Gustav Radbruch.

c. Sumber data

Berkaitan dengan data yang digunakan penulis skripsi ini, maka data sekunder

yang digunakan antara lain;

1. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer berikutnya yang perlu

dirujuk oleh penelitian hukum adalah putusan – putusan pengadilan

11Jhonny Ibrahim, op.cit ,h. 320. 12 Ibid. 13 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, h 137.

15

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDULrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/621/2/T1_312007063_BAB I.pdf · merasa dirugikan atas pelaksanaan pemilukada ... undang maupun hukum

yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi.14 Dalam penelitian

ini digunakan Putusan Mahkamah Kontitusi Nomor 181/PHPU.D-

VIII/2010 sebagai bahan hukum primer.

2. Bahan hukum sekunder. Sebagai bahan hukum sekunder yang terutama

adalah skripsi, tesis dan disertasi hukum dan jurnal – jurnal hukum15

disamping komentar – komentar putusan pengadilan.16 Dalam

penulisan ini digunakan buku – buku, skripsi, dan jurnal hukum yang

menunjang penulisan ini.

3. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan sekunder

seperti kamus hukum, buku – buku, hasil – hasil penelitian, hasil karya

dari kalangan hukum, encyclopedia, dan lain – lain.

d. Unit amatan & Unit analisa

1. Unit amatan : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 81/PHPU.D-

VIII/2010 khususnya tentang masalah dualisme KPUD dikaitkan

dengan asas doelmatigheid dan asas rechtmatigheid.

2. Unit analisa : Penerapan asas doelmatigheid dan asas rechtmatigheid

dalam pertimbangan hakim Mahkamah Konstitusi Nomor

181/PHPU.D-VIII/2010 khususnya tentang masalah dualisme KPUD

apakah dapat dijadikan sebagai ratio decidendi.

BAB II 14 Peter Mahmud Marzuki, op. cit.146 15 Ibid, 155. 16 Ibid.

16