bab i pendahuluan 1.1 alasan pemilihan...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: “Problematika Hukum dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT. SPI dan PT. Bank Century”. Skripsi yang mengkaji tentang kasus L/C ini sebenarnya sudah pernah ditulis oleh Lidya Pratiwi Tjuyitno (312009015) Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana. Tetapi terdapat perbedaan fokus kajian dengan skripsi ini. Skripsi yang terdahulu menganalisis mengenai jaminan deposito dalam pembukaan L/C, sedangkan skripsi ini dimaksudkan untuk mengkaji kesesuaian proses pembukaan L/C dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Orang pada umumnya, berasumsi bahwa setiap kali menjumpai kata kredit, maka hal itu selalu berarti hutang. Perhatikan misalnya argumentasi berikut ini; ”Karena perkembangan ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan kredit. Dan pemberian fasilitas kredit memerlukan jaminan (security) demi keamanan bagi pemberi kredit (bank) tersebut 1 ”. Argumentasi diatas yang baru saja dikutip oleh Penulis, jelas menunjukkan bahwa konsep kredit selalu diasosiasikan dengan pinjaman uang, dan harus diikuti dengan jaminan. Sebab, jaminan sangat penting untuk memberikan rasa aman 1 Sri Soedewi Masjchun Sofwan,Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia di Dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia, FH UGM,Bulaksumur,Yogyakarta,1977,hal.2.

Upload: duongminh

Post on 07-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: “Problematika Hukum

dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT. SPI dan PT. Bank Century”.

Skripsi yang mengkaji tentang kasus L/C ini sebenarnya sudah pernah ditulis oleh

Lidya Pratiwi Tjuyitno (312009015) Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya

Wacana. Tetapi terdapat perbedaan fokus kajian dengan skripsi ini. Skripsi yang

terdahulu menganalisis mengenai jaminan deposito dalam pembukaan L/C,

sedangkan skripsi ini dimaksudkan untuk mengkaji kesesuaian proses pembukaan

L/C dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

Orang pada umumnya, berasumsi bahwa setiap kali menjumpai kata kredit,

maka hal itu selalu berarti hutang. Perhatikan misalnya argumentasi berikut ini;

”Karena perkembangan ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh

perkembangan kebutuhan akan kredit. Dan pemberian fasilitas kredit memerlukan

jaminan (security) demi keamanan bagi pemberi kredit (bank) tersebut1”.

Argumentasi diatas yang baru saja dikutip oleh Penulis, jelas menunjukkan

bahwa konsep kredit selalu diasosiasikan dengan pinjaman uang, dan harus diikuti

dengan jaminan. Sebab, jaminan sangat penting untuk memberikan rasa aman

1 Sri Soedewi Masjchun Sofwan,Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya

Fiducia di Dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia, FH

UGM,Bulaksumur,Yogyakarta,1977,hal.2.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

2

kepada pemilik uang (kreditur) yang uangnya dipinjamkan kepada penerima

pinjaman (debitur).

Namun, sebenarnya pemahaman terhadap konsep kredit di atas tidak

berlaku terhadap pembiayaan secara kredit dalam transaksi bisnis internasional.

Mengapa demikian? Dalam perdagangan internasional, Bank pada prinsipnya

bertindak sebagai Pembeli2 barang dari eksportir yang ada di luar negeri.

Hal ini memperlihatkan dengan jelas, bahwa Bank “membeli” secara tunai

dari eksportir (barang yang dikirimkan oleh eksportir ke importir di luar negeri).

Namun, istilah yang dipergunakan untuk menyebut transaksi, berupa membeli

secara tunai barang si eksportir yang dilakukan oleh pihak Bank dimaksud tetap

dipergunakan “kredit” dalam pembiayaan atas perdagangan secara internasional.

Mendalami konsepsi kredit dalam perdagangan internasional seperti itulah

yang menjadi alasan, mengapa Penulis memilih judul sebagaimana telah

dikemukakan diatas.

Dalam fasilitas advance against collection misalnya; Bank membayar

(pemberian pembiayaan) dengan cara mengambil alih dokumen ekspor dari

eksportir, meskipun demikian Bank masih akan menerima penggantian

pembayaran dari importir luar negeri.

Sebagaimana judul yang dikemukakan Penulis diatas, Penulis temukan

dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 599 K/Pid.Sus/2011

junto Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 47 PK/Pid.sus/20123 .

2 Pembeli yang dimaksud disini adalah bank bertindak sebagai penjamin dari barang yang dibeli

oleh importir.

3 Untuk mempermudah, selanjutnya Penulis singkat dengan Putusan 599 dan Putusan 47.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

3

Dalam Putusan tersebut terekam suatu perdagangan internasional yang melibatkan

pihak PT. Selalang Prima Internasional4 sebagai Pembeli yang berkedudukan di

Indonesia dengan Grains and Industrial Products Pte. Ltd5 sebagai Penjual

(exportir) yang berkedudukan di Singapura. Putusan tersebut memiliki

karakteristik sebagai perdagangan internasional. Karena pertama, dalam transaksi

(jual-beli) yang diadakan tersebut melibatkan pergerakan barang dari satu negara

ke negara yang lain. Dalam kasus tersebut, PT. SPI yang berkedudukan di

Indonesia membeli condensate (produk minyak bumi yang biasa dipergunakan

untuk bahan baku plastik dan bahan baku lainnya) dari Grains Industrial Products

yang berkedudukan di Singapura. Dari kasus tersebut sudah terlihat adanya

perpindahan barang yang terjadi, yaitu berpindahnya condensate dari Singapura ke

Indonesia.

Kedua, apabila diamati bukan lagi pergerakan barang, tetapi tempat usaha

(the places of business) dari masing-masing pihak yang ada dalam transaksi6, maka

dapat Penulis katakan bahwa transaksi dalam Putusan 599 junto Putusan 47

tersebut merupakan suatu perdagangan yang memiliki kharakter internasional. Hal

ini disebabkan tempat usaha dari si Penjual berada di dalam satu negara,

sedangkan tempat berusaha si Pembeli berada di negara yang lain. Dalam hal ini

para pihak (the parties to contract), yaitu PT. SPI sebagai importir berkedudukan

di Indonesia dan Grains and Industrial Products sebagai eksportir yang 4 Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI

5 Selanjutnya Penulis sebut Grains and Industrial Products.

6 Jeferson Kameo, Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional (Suatu Kapita Selekta untuk

Hukum dan Transaksi Bisnis Internasional) (Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga, 2012) hal. 4.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

4

berkedudukan di Singapura. Dari alasan kedua tersebut diatas maka Penulis

katakan transaksi dalam Putusan 599 junto Putusan 47 itu menyebut sebagai suatu

transaksi yang memiliki kharakteristik perdagangan internasional.

Cara ketiga, untuk menentukan kharakteristik internasional dari suatu

perdagangan adalah dengan menggabungkan ciri pertama dan kedua. Dimana hal

ini merupakan perdagangan jual-beli eksport (eksport sales). Dalam putusan 599

junto Putusan 47 jual-beli eksport yang terjadi pada Grains and Industrial Products

sebagai Penjual condensate yang berkedudukan di Singapura, dan PT. SPI yang

bertindak sebagai Pembeli berkebangsaan Indonesia, dimana pada transaksi yang

terjadi, terdapat pergerakan barang dari Singapura ke Indonesia (tempat si

Pembeli melaksanakan kegiatan usahanya). Mengingat transaksi dalam Putusan

599 junto Putusan 47 tersebut memenuhi gabungan ciri pertama dan ciri kedua,

maka menurut pendapat Penulis perdagangan yang demikian itu adalah suatu

transaksi yang berkarakter internasional penuh7.

Adapun duduk perkara dalam Putusan 599 junto Putusan 47 dimana,

Penulis menemukan terdapatnya pembiayaan secara kredit dalam proses jual beli

yang telah menjadi pokok kajian dalam penelitian dan penulisan hukum ini, perlu

untuk dikemukakan secara singkat bahwa: pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI

mengajukan Surat Permohonan fasilitas Usance LC kepada PT. Bank Century

Tbk., untuk pembiayaan (membayar) pembelian condensate dari Grains and

Industrial Products dengan harga sebesar USD 22,500,000,00. Namun didalam

proses dikeluarkannya surat pemohonan fasilitas usance L/C terdapat berbagai

7 Jeferson Kameo, Ibid, hal. 5.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

5

kejanggalan. Pertama, untuk menjamin pembayaran kembali uang sebanyak USD

22,500,000,00 tersebut PT. SPI menyerahkan suatu jaminan berupa penempatan

margin sebesar 20% dalam bentuk deposito pada PT. Bank Century senilai USD

4,500,000.00 yang ditandatangani oleh FRANKY ONGKOWARDOJO selaku

Direktur PT. SPI dimana penempatan margin tersebut tidak mengcover seluruh

jumlah fasilitas kredit yang diajukan. Kedua, pihak Bank Century tidak mengenal

calon debiturnya. Ketiga memori analisa kredit baru disampaikan setelah fasilitas

L/C dikeluarkan. Dan keempat, berdasarkan dokumen Bill of Lading tidak terdapat

identitas PT.SPI dan Grains and Industrial Product namun yang ada justru PT.

Trans Pasific Petrochimical Indotama dan Petronas. Dan hal-hal tersebut inilah

yang menyebabkan Bank Century mengalami likuditas bank atau setidak-tidaknya

dalam pemberian fasilitas kredit tersebut tidak dilakukan analisis kredit prospek

usaha kinerja serta kemampuan membayar debitur terlebih dahulu sehingga

menyebabkan kredit macet.

Seperti apa yang telah diuraikan sebelumnya bahwa pada proses

pembukaan faslitas Usance L/C terdapat kejanggalan, yaitu pertama, tentang

syarat-syarat pencairan yang tidak terpenuhi, akan tetapi pemberian kredit dalam

rangka pembayaran itu tetap dapat terjadi. Hal ini terlihat dalam peryataan yang

dikemukakan oleh Linda Wangsa Dina T A (Pimpinan Kantor Pusat Operasi

(KPO) PT.Bank Century, Tbk. Cabang Senayan)8, Linda Wangsa yang menerima

informasi dan instruksi dari Robert Tantular, yang kemudian juga dikonfirmasikan

kepada Hermanus Hasan Muslim (direktur Utama merangkap Direktur Kredit PT.

8 Selanjutnya Penulis sebut Linda Wangsa.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

6

Century, Tbk) mengenai akan dibukanya fasilitas usance L/C, yang diikuti dengan

beberapa pertanyaan mengenai data - data calon importir untuk dianalis terlebih

dahulu di Bank Century Cabang Senayan. Akan tetapi, oleh Robert Tantular dan

yang dipertegas oleh Hermanus Hasan diperintahkan untuk segera diproses. Kedua

tentang penempatan jaminan berupa margin sebesar 20% dari total plafon yang

diajukan. Hal ini terdapat pada peryataan yang menyatakan bahwa pada tanggal 29

Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan fasilitas Usance LC kepada

Bank Century untuk keperluan pembelian condensate (produk minyak bumi yang

biasa dipergunakan untuk bahan baku plastic dan bahan baku lainnya ) dari Grains

and Industrial Produts dengan line sebesar USD 22,500,000.00 dengan jaminan

akan menempatkan margin sebesar 20% berupa penempatan deposito pada Bank

Century senilai USD 4,500,000.00 yang di tandatangani oleh Franky

Ongkowardjojo selaku Direktur PT SPI. Kemudian pada tanggal 22 November

2007 dilakukan penyerahan gadai dan deposito berjangka tetapi, berdasarkan

dokumen pembukaan deposito diketahui bahwa deposito baru dibuka tanggal 27

November 2007.

Perlu Penulis kemukakan bahwa sebuah letter of credit tidak sama dengan

documentary collection dimana pada documentary collection bank-bank yang

bersangkutan hanya bertindak sebagai agen pembayaran, sedangkan dalam

transaksi letter of credit pihak bank bertindak sebagai pihak yang melakukan

pembayaran barang yang dieksport. Oleh karenanya pihak Pembeli harus

memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh bank sebelum L/C tersebut

dicairkan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

7

Selain alasan yang telah dikemukakan sebelumnya, alasan berikutnya

adalah pihak Bank sebagai penerbit L/C berada dalam posisi yang tidak mengenal

pihak debitur. Dan nama yang tertera pada Bill Of Lading bukanlah nama

pembuka fasilitas Usance L/C. Jadi bagaimana mungkin suatu pembayaran secara

kredit menggunakan letter of credit dapat terjadi tanpa terpenuhinya syarat-syarat

tersebut?

1.2 Latar Belakang Masalah

Apabila uraian dalam alasan pemilihan judul tersebut diatas dianalisis,

maka perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor

pada hakikatnya adalah suatu transaksi (a contract) membeli dan menjual barang

antara pelaku usaha (para pihak) yang bertempat di negara-negara yang berbeda.

Peraturan yang berkaitan dengan transaksi ekspor-impor9 di setiap negara pun

berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk para pihak yang terkait dalam transaksi

ekspor-impor, perlu mengikuti perkembangan-perkembangan peraturan serta

sistem perdagangan luar negeri (hukum perdagangan Internasional).

Adapun pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis internasional adalah:

eksportir, importir, issuing bank (bank penerbit), dan advising bank. Importir akan

berhubungan dengan issuing bank, hal ini disebabkan karena dalam proses

pembayaran (dalam perdagangan yang dilakukan oleh exportir dan importir), pihak

issuing bank yang akan membayar (ada unsur kepercayaan dari issuing bank

kepada applicant) sejumlah uang yang telah disepakati oleh exportir dan importir

9 Konsep yang lebih baku (bahasa Hukum positif Indoneia) adalah jual-beli Perusahaan. Hal ini

tertera dalam buku Jeferson Kameo, Ibid, hal. 1

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

8

kepada advising bank di negara exportir. Jadi, hubungan antara exportir dan

importir hanya pada kontrak jual beli saja, sedangkan dalam proses

pembayarannya pihak exportir dan importir tidak dapat berhubungan secara

langsung, melainkan pihak issung bank dengan advising bank lah yang akan

menjadi perantara dalam proses pembayaran. Oleh karenanya pihak exportir tidak

dapat menangih sejumlah uang kepada importir, melainkan pihak exportir menagih

kepada advising bank, yang nantinya advising bank yang akan meminta sejumlah

uang kepada issung bank (uang yang dibayar oleh issuing bank adalah uang yang

berasal dari importir (applicant)).

Pembayaran dalam perdagangan internasional dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai macam alat. Alat yang dimaksud dalam transaksi

pembayaran adalah cek, bill of lading, bank garansi, dan letter of credit. Cek

merupakan surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang

tercantum dalam cek. Dalam proses penarikannya, cek dapat dilakukan baik "atas

nama" maupun "atas unjuk10

” dan dapat dilakukan secara tunai maupun

pemindahbukuan. Cek merupakan surat berharga yang dapat diperdagangkan

(negotiable paper). Kedua, bill of exchange atau dalam bahasa Indonesia disebut

wesel, merupakan alat pembayaran yang berisi perintah tanpa syarat, dari penerbit

wesel (drawer) kepada pihak lain (drawee), untuk membayar sejumlah uang

kepada pihak tertentu (payee atau beneficiary) atau pihak lain yang ditunjuknya

(order). Kemudian ada pula bank garansi, bank garansi adalah perjanjian

penanggungan atau borgtocht dimana Bank yang menjadi pihak ketiga

10

Cek atas unjuk dapat dipindah tangankan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

9

(penanggung, guarantor, borg) bersedia bertindak sebagai penanggung bagi

nasabahnya yang menjadi debitur (dalam mengadakan suatu perjanjian (pokok)

dengan pihak lain sebagai kreditur). Dan yang berikutnya adalah L/C yang

merupakan instrumen yang diterbitkan oleh bank atas nama importir, yang berisi

janji untuk membayar eksportir setelah dokumen pengiriman bersamaan dengan

perjanjian yang ditentukan diserahkan. Jika di kemudian hari importir tidak

mampu memenuhi kewajibannya, maka bank siap membayar importir. Pihak

importir akan memberikan dokumen kepada issuing bank, ketika dokumen tersebut

telah disetujui oleh issuing bank maka issuing bank akan mengirimkan dokumen

kepada advising bank untuk memverifikasi keaslian dokumen tersebut. Dan setelah

advising bank menyatakan keaslian dari dokumen tersebut, maka pihak issuing

bank akan membayar kepada advising bank sejumlah dana yang kemudian akan

diikuti oleh pengiriman barang dari pihak exportir. Dari proses tersebut exportir

akan mendapatkan kepastian bahwa akan menerima pembayaran dari issuing bank.

Dan alat pembayaran ini yang lebih sering digunakan dalam proses pembayaran

dalam perdagangan internasional.

Tata cara pembayaran dalam perdagangan internasional pun dapat

dilakukan dengan berbagai macam metode pembiayaan. Metode pembiayaan

adalah instrumen sistem dan peraturan, dimana sebuah lembaga mempertemukan

pihak yang membayar dan menerima pembayaran11

. Seperti perdagangan yang

terjadi secara nasional, dalam perdagangan internasional sistem pembayaran dapat

dilakukan secara kredit. Di Indonesia hal ini tercantum dalam Pasal 3 Ayat (1)

11

Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan Eksport Import. Jakarta:Damar Mulia Pustaka,2001

hal. 57

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

10

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor

dan Lalu Lintas Devisa. Peraturan Pemerintah itu mengatur bahwa : “Cara

pembayaran ekspor dan impor dilakukan dengan tunai atau dengan kredit”.

Metode pembayaran dalam transaksi ekspor-impor, adalah seperti: Advance

Payment (pembayaran dimuka), Open Account (pembayaran kemudian),

Collection Basis, Consignment (Konsinyasi), Counter Ttrade, Banker’s L/C.

Seperti apa yang telah diutarakan sebelumnya bahwa kredit berdokumen yang

sering digunakan dalam transaksi bisnis internasional adalah L/C. Hal ini

dikarenakan pembayaran menggunakan L/C merupakan cara yang paling aman

bagi eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir.

Perikatan kredit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, antara lain:

dengan cara melihat apakah kredit itu dapat atau tidak dapat ditarik kembali, ada

tidaknya suatu perjanjian tersendiri lagi yang melibatkan pihak bank lain,

kemudian dapat juga kredit masuk ke dalam penjenisan berdasarkan waktu dan

cara penyelesaiannya, juga dapat dilihat dari rangkaian pihak-pihak yang berhak

untuk menegakkan hak mereka dalam perjanjian kredit yang ada, apakah kredit itu

sifatnya tetap atau tidak tetap dan juga berdasarkan peralihan manfaat yang

diberikan oleh kredit itu kepada seorang penjual di luar negeri oleh banknya dan

sebagainya12

.

Dan jika kita kaitkan dengan Putusan 599 junto Putusan 47, jenis kredit

yang dipakai adalah kredit langsung dan seketika (straight), kredit tersebut

diberikan karena secara khusus diadvis untuk itu. Dalam jenis kredit ini ada juga

12

Jeferson Kameo, Ibid hal. 45

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

11

apa yang disebut sebagai kredit melalui penjualan surat berharga (negotiation

credit). Didasarkan pada apa yang nampaknya benar namun mungkin saja dapat

dibuktikan bahwa tidak demikian halnya, janji yang diberikan oleh bank penerbit

(the issuing bank), dalam hal ini Banknya PT. SPI yang berkedudukan di

Indonesia, demikian pula janji yang diberikan oleh bank pengadvis, dalam hal ini

banknya Grains and Industrial Products yang mengadvis kredit kepada Grains

and Industrial Products di Singapura apabila bank pengadvis itu telah memperoleh

perintah dari bank penerbit untuk mengkonfirmasikan kredit yang bersangkutan,

maka konfirmasi kepada the advising bank oleh the issuing bank tersebut adalah

janji yang hanya diberikan oleh the advising bank kepada Grains and Industrial

Products dan tidak ada orang (pihak) lain lagi. Secara hakiki, L/C itu sendiri bukan

merupakan suatu surat berharga (negotiable instrument), hanya saja, ketika

memang tidak ada yang dapat menghentikan pihak Grains and Industrial Products

untuk menjual suatu cek (draft) yang ditarik pada bank penerbit, maka si Pembeli

dari cek yang ditarik dari the advising bank tersebut tidak mempunyai hak untuk

mengklaim dari bank yang menerbitkan cek itu (the drawee bank), sebab bank itu

menolak untuk membayar cek yang sudah diterbitkan tersebut. Ketiadaan hak yang

demikian itu disebabkan oleh fakta bahwa L/C memang tidak diterbitkan untuk si

pembeli dari cek itu. Hanya saja janji yang terdapat di dalam L/C dapat dibuat

sedemikian rupa sebagai suatu janji yang tidak semata-mata diberikan kepada

Grains and Industrial Products saja, namun juga diberikan kepada mereka yang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

12

menjual (negotiating) cek dan atau dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Grains

and Industrial Products itu13

.

Oleh karena itu itikad baik dari para pihak sangat diperlukan. Peryataan

mengenai ”kredit” dalam L/C yang terdapat pada putusan 599 junto putusan 47

yang mengatakan bahwa, pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat

Permohonan fasilitas Usance LC kepada PT.Bank Century ,Tbk untuk keperluan

pembelian condensate (produk minyak bumi yang biasa dipergunakan untuk bahan

baku plastik dan bahan baku lainnya) dari Grains and Industrial Produts. Namun

dalam proses pembukaannya, setoran jaminan yang ditentukan hanya 20% dari

total plafon usance L/C yang diminta. Memang ketika kita menggunakan fasilitas

usance L/C importir dapat membayar barang setelah jatuh tempo, namun hal ini

bukan berarti pembayaran secara kredit dapat dilakukan ketika memilih

menggunakan L/C, karena kredit yang dimaksud dalam L/C berbeda dengan kredit

pada umumnya. Kredit yang dimaksud disini hanya pada proses pembayarannya

(pembayaran dilakukan setelah jatuh tempo) saja, dan bukan pada adanya jaminan

pada proses pembukaan fasilitas usance L/C. Jadi pihak importir harusnya mampu

menyediakan marginal deposit (MD) sebesar 100 persen, dengan kata lain

marginal deposito yang diberikan setara dengan nilai L/C impornya. Dan pada

putusan tersebut tidak ditemukan hal tersebut. Hal itulah yang menjadi latar

belakang Penulis melakukan Penelitian hukum ini.

1.3 Rumusan Masalah

13

Jeferson Kameo, Ibid hal. 52 dan 53

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

13

Sebagaimana telah diuraikan dalam bagian latar belakang masalah, maka Penulis

merumuskan permasalahan:

1. Bagaimana jaminan dalam bentuk deposito dalam perjanjian pembukaan

L/C ?

2. Bagaimana keabsahan analisis data dalam pembukaan L/C ?

3. Bagaimana jika terjadi perbedaan nama pada documentary credit dalam

proses pembukaan L/C ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jaminan dalam perjanjian pembukaan L/C.

2. Untuk mengetahui keabsahan analisis data dalam pembukaan L/C.

3. Untuk mengetahui jika terjadi perbedaan nama pada documentary credit

dalam proses pembukaan L/C.

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan di sini adalah penelitian hukum (legal

research) dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan

konseptual (conceptual approach). Pendekatan perundang-undangan yaitu

pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi untuk menjawab isu

hukum atau permasalahan penelitian14

. Pendekatan konseptual adalah mengkaji

14

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta , 2006, hal. 97

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

14

konsep-konsep dan teori-teori yang berkembang di bidang hukum perdagangan

internasional yang relevan dengan permasalahan penelitian. Penulis hendak

menemukan prinsip-prinsip atau asas-asas hukum yang mengatur mengenai

pmbukaan fasilitas L/C dalam perdagangan internasional.

1.5.2 Sumber Hukum

Sumber hukum penelitian ini meliputi bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer, yaitu Perundang-Undangan yang merupakan

kesepakatan antara pemerintah dan rakyat, sehingga mempunyai kekuatan

mengikat untuk penyelenggaraan kehidupan bernegara15

dan wawancara. Bahan

hukum primer yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini Kitab

Hukum Perdata, Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP)

500, wawancara dengan salah satu staff bank swasta yang menangani masalah

perdagangan internasional khususya L/C. Bahan hukum sekunder adalah letter of

credit dalam bisnis export import, Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional

(Suatu Kapita Selekta untuk Hukum dan Transaksi Bisnis Internasional), Transaksi

Bisnis dan perdagangan Internasional, Membiayai Perdagangan Export Import.

1.5.3 Unit Amatan

Adapun unit amatan penelitian ini adalah Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia No.599 K/Pid.Sus/2011 junto Putusan Mahkamah Agung RI

No.47 PK/Pid.Sus/2012, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang

15

Johny Ibrahim , Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia

Publishing, 2006, hal. 142

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6812/1/T1_312009002_BAB I.pdf · Selanjutnya Penulis sebut PT.SPI . 5. Selanjutnya Penulis sebut

15

Nomor 7 Tahun 1992, Uniform Customs and Practice for Documentary Credit

(UCP) 500, dan regulasi terkait dengan perjanjian pembukaan L/C dalam

perdagangan internasional, serta pendapat ahli.

Sedangkan satuan analisis penelitian ini yaitu bagaimana prinsip-prinsip

dan kaedah-kaedah hukum yang mengatur tentang bagaimana perjanjian

pembukaan L/C dalam perdagangan internasional.