makna isu kebijakkan
DESCRIPTION
Pererncanaan Wilayah dan KotaTRANSCRIPT
PAPER ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
“ Makna Isu Kebijakan & Dinamikanya “
DOSEN PENGAJAR : Ir. Papia. J.C. Franklin, M.Si
DISUSUN OLEH
Sri Dian K. H. Eato (13021105007)
Amelia Kamuh (13021105033)
Angelina T. Benawan (13021105103)
Destela Haurissa (13021105016)
Stephany M. Sonda (13021105020)
Eliska S.G. Rumagit (13021105045)
Karfel Pinangkaan (13021105021)
Reddy S. Ngangi (13021105034)
Rudiya Muhamad ( 130211050 )
Mutmaina Albanjar ( 130211050 )
Faris Sosima Gay (120211050 )
Hanny A.Horhorow (120211050 )
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
2015
MAKNA ISU KEBIJAKAN & DINAMIKANYA
Sekalipun harus diakui dalam pelbagai literatur istilah isu itu tidak pernah dirumuskan
dengan jelas, namun sebagai suatu "technical term' utamanya dalam konteks kebijakan
publik, muatan maknanya lebih kurang sama dengan apa yang kerap disebut sebagai
"masalah kebijakan" (policy problem). Dalam analisis kebijakan publik, konsep ini
menempati posisi sentral.
Hal tersebut mungkin ada kaitannya dengan fakta, bahwa proses pembuatan kebijakan publik
apa pun pada umumnya berawal dari adanya awareness of a problem (kesadaran akan adanya
masalah tertentu). Misalnya, gagalnya kebijakan tertentu dalam upayanya mengatasi suatu
masalah pada suatu tingkat yang dianggap memuaskan.
Tapi, pada situasi lain, awal dimulainya proses pembuatan kebijakan publik juga bisa
berlangsung karena adanya masalah tertentu yang sudah sekian lama dipersepsikan sebagai
"belum pernah tersentuh" oleh pemerintah atau ditanggulangi lewat kebijakan pemerintah.
Pada titik ini kemudian mulai membangkitkan tingkat perhatian tertentu. (Wahab : 2001:35)
Jadi, pada intinya isu kebijakan (policy issues) lazimnya muncul karena telah terjadi silang
pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau
pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan itu sendiri.
Isu kebijakan dengan begitu lazimnya merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan
baik tentang rumusan rincian, penjelasan, maupun penilaian atas suatu masalah tertentu
(Dunn, 1990). Pada sisi lain, isu bukan hanya mengandung makna adanya masalah atau
ancaman, tetapi juga peluang-peluang bagi tindakan positif tertentu dan kecenderungan-
kecenderungan yang dipersepsikan sebagai memiliki nilai potensial yang signifikan
(Hogwood dan Gunn, 1996).
Dipahami seperti itu, maka isu bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif (alternative
policies) atau suatu proses yang dimaksudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau
kesadaran suatu kelompok mengenai kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi
mereka (Alford dan Friedland, 1990: 104). Singkatnya, timbulnya isu kebijakan publik
terutama karena telah terjadi konflik atau "perbedaan persepsional" di antara para aktor atas
suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu tertentu.
Sebagai sebuah konsep, makna persepsi (perception) tidak lain adalah proses dengan mana
seseorang atau sekelompok orang memberikan muatan makna tertentu atas pentingnya
sesuatu peristiwa atau stimulus tertentu yang berasal dari luar dirinya. Singkatnya, persepsi
adalah "lensa konseptual" (conceptual lense) yang pada diri individu berfungsi sebagai
kerangka analisis untuk memahami suatu masalah (Allison, 1971).
Karena dipengaruhi oleh daya persepsi inilah, maka pemahaman, dan tentu saja perumusan
atas suatu isu sesungguhnya amat bersifat subjektif. Dilihat dari sudut pandang ini, maka
besar kemungkinan masing-masing orang, kelompok atau pihak-pihak tertentu dalam sistem
politik yang berkepentingan atas sesuatu isu akan berbeda-beda dalam cara memahami dan
bagaimana merumuskannya. Persepsi ini, pada gilirannya juga akan mempengaruhi terhadap
penilaian mengenai status peringkat yang terkait pada sesuatu isu.
Dilihat dari peringkatnya, maka isu kebijakan publik itu, secara berurutan dapat dibagi
menjadi empat kategori besar, yaitu isu utama, isu sekunder, isu fungsional, dan isu minor
(Dunn, 1990). Kategorisasi ini menjelaskan bahwa makna penting yang melekat pada suatu
isu akan ditentukan oleh peringkat yang dimilikinya. Artinya, makin tinggi status peringkat
yang diberikan atas sesuatu isu, maka biasanya makin strategis pula posisinya secara politis.
Kebijakan publik bisa dilihat sebagai sebuah fenomena gerakan sosial.
Kebijakan publik adalah membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian
kekuasaan (doelbewuste vormgeving aan de samenleving door middle van
machtsuitoefening).
Amir Santoso mengemukakan pandangannya mengenai Kebijakan Publik yakni :
Pertama adalah pendapat para ahli yang menyamakan kebijaksanaan publik dengan
tindakan-tindakan pemerintah. Mereka cenderung untuk menganggap bahwa semua
tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijaksanaan publik. Kedua adalah
pendapat dari para ahli yang memberikan perhatian khusus pada pelaksanaan
kebijaksanaan.
Dalam kaitan ini termasuk definisi yang dikemukakan oleh Thomas R. Dye sebagai
berikut : Public Policy is whatever govertments choose to do (semua pilihan atau
tindakan apa pun yang diakukan oleh pemerintah baik untuk melakukan sesuatu
ataupun pilihan untuk tidak melakukan sesuatu).
Selanjutnya Nakamura dan Smallwood mengemukakan pendapat bahwa :
Kebijakanaan negara adalah serentetan instruksi/pemerintah dari para pembuat
kebijaksanaan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijaksanaan yang menjelaskan
tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut
Berkaitan dengan pendapat di atas, Edwards dan Sharkansky mengatakan bahwa :
Kebijaksanaan negara adalah apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan oleh
pemerintah atau apa yang tidak dilakukannya……ia adalah tujuan-tujuan sasaran-
sasaran dari program-program……pelaksanaan niat dan peraturan-peraturan.
Parker, salah seorang ahli analisis kebijaksanaan publik menyebutkan bahwa :
Kebijaksanaan negara itu adlah suatu tujuan tetentu atau serangkaian asas tertentu
atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam
kaitannya dengan sesuatu subyek atau sebagai respon terhadap suatu keadan yang
krisis.
William N. Dunn merumuskan kebijaksanaan publik sebagai berikut : Kebijaksanaan
Publik (Public Policy) adalah pedoman yang berisi nilai-nilai dan norma-norma yang
mempunyai kewenangan untuk mendukung tindakan-tindakan pemerintah dalam
wilayah yurisdiksinya
Konsep kebijaksanaan publik menurut David Easton sebagai berikut : Alokasi nilai yang
otoritatif untuk seluruh masyarakat akan tetapi hanya pemerintahlah yang dapat bebuat secara
otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemeintah untuk
dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai-nilai tersebut
Proses Analis Kebijakan Publik
Proses kebijakan baru dimulai ketika para pelaku kebijakan mulai sadar bahwa adanya situasi
permasalahan, yaitu situasi yang dirasakan adanya kesulitan atau kekecewaan dalam
perumusan kebutuhan, nilai dan kesempatan( Ackoff dalam Dunn,2000:121). Dunn (2000-
21) berpendapat bahwa metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum
yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia: definisi, prediksi, preskripsi,
deskripsi, dan evaluasi. Dalam analisis kebijakan prosedur-prosedur tersebut memperoleh
nama-nama khusus, yakni :
- Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut
sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah
isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas
dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik
yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan
diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut
juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena
telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau
akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.
Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya
perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu
masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
- Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
- Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.
Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga
negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa
tindakan pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi -
cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu
anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi
simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.
- Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.
Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam
seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap
perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk
menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Dalam analisis kebijakan publik paling tidak meliputi tujuh langkah dasar. Ke tujuh langkah
tersebut adalah:
- Formulasi Masalah Kebijakan
Untuk dapat mengkaji sesuatu masalah publik diperlukan teori, informasi dan
metodologi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Sehingga identifikasi
masalah akan tepat dan akurat, selanjutnya dikembangkan menjadi policy question yang
diangkat dari policy issues tertentu. Teori dan metode yang diperlukan dalam tahapan ini
adalah metode penelitian termasuk evaluation research, metode kuantitatif, dan teori-
teori yang relevan dengan substansi persoalan yang dihadapi, serta informasi mengenai
permasalahan yang sedang dilakukan studi.
- Formulasi Tujuan
Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah publik. Analis
kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara jelas, realistis dan
terukur. Jelas, maksudnya mudah dipahami, realistis maksudnya sesuai dengan nilai-nilai
filsafat dan terukur maksudnya sejauh mungkin bisa diperhitungkan secara nyata, atau
dapat diuraikan menurut ukuran atau satuan-satuan tertentu.
- Penentuan Kriteria
Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif-alternatif.
Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti ekonomi (efisiensi, dsb)
politik (konsensus antar stakeholders, dsb), administratif ( kemungkinan efektivitas, dsb)
namun tidak kalah penting juga hal-hal yang menyangkut nilai-nilai abstrak yang
fundamental seperti etika dan falsafah (equity, equality, dsb)
- Penyusunan Model
Model adalah abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai gambaran
sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya. Model dapat dituangkan
dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut: Skematik model
( contoh: flow chart), fisikal model (contoh: miniatur), game model (contoh: latihan
pemadam kebakaran), simbolik model (contoh: rumus matematik). Manfaat model dalam
analisis kebijakan publik adalah mempermudah deskripsi persoalan secara struktural,
membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidaknya
perubahan-perubahan dalam faktor penyebab.
- Pengembangan Alternatif
Alternatif adalah sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan untuk mencapai,
langsung ataupun tak langsung sejumlah tujuan yang telah ditentukan. Alternatif-
alternatif kebijakan dapat muncul dalam pikiran seseorang karena beberapa hal: (1)
Berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah ada. (2) Dengan melakukan
semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu bidang dan dicoba menerapkannya
dalam bidang yang tengah dikaji, (3) merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu.
- Penilaian Alternatif
Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana yang
dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian adalah mendapatkan gambaran lebih
jauh mengenai tingkat efektivitas dan fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan,
sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling layak , efektif dan
efisien. Perlu juga menjadi perhatian bahwa, mungkin suatu alternatif secara ekonomis
menguntungkan, secara administrasi bisa dilaksanakan tetapi bertentangan dengan nilai-
nilai sosial atau bahkan mempunyai dampak negatif kepada lingkungan. Maka untuk
gejala seperti ini perlu penilaian etika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang
mungkin diperlukan untuk bisa menilai secara lebih obyektif.
- Rekomendasi kebijakan
Penilaian atas alternatif-alternatif akan memberikan gambaran tentang sebuah pilihan
alternatif yang tepat untuk mencapai tujuan-kebijakan publik. Tugas analis kebijakan
publik pada langkah terakhir ini adalah merumuskan rekomendasi mengenai alternatif
yang diperhitungkan dapat mencapai tujuan secara optimum. Rekomendasi dapat satu
atau beberapa alternatif, dengan argumentasi yang lengkap dari berbagai faktor penilaian
tersebut. Dalam rekomendasi ini sebaiknya dikemukakan strategi pelaksanaan dari
alternatif kebijakan yang yang disodorkan kepada pembuat kebijakan publik.
Pelaksanaan Kebijakan Publik
Dalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi
masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan publik, yang menjabarkan
pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa mendapatkannya, apa
persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah
(negara) sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan. Fokus politik
pada kebijakan publik mendekatkan kajian politik pada administrasi negara, karena satuan
analisisnya adalah proses pengambilan keputusan sampai dengan evaluasi dan pengawasan
termasuk pelaksanaannya. Dengan mengambil fokus ini tidak menutup kemungkinan untuk
menjadikan kekuatan politik atau budaya politik sebagai variabel bebas dalam upaya
menjelaskan kebijakan publik tertentu sebagai variabel terikat.
Isu Kebijakan Publik
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan
diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga
sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah
terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan
ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut
William Dunn, isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik
tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun
tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada beberapa
Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik menurut Kimber, Salesbury,
Sandbach, Hogwood dan Gunn, diantaranya:
1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius
2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;
3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan
mendapat dukungan media massa
4. menjangkau dampak yang amat luas
5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;
6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan
kehadirannya)
Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu
lama. Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-undang
mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui.
Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih. Penyusunan agenda kebijakan seyogianya
dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder.
Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan
stakeholder. Formulasi kebijakan Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan
kemudia dibahas oleh para pembuat kebijakan.
Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.
Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam
tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai
kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan Tujuan
legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan
legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan
mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan
pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan
dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota
mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-
simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belaja untuk mendukung pemerintah.
Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi
atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini
evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak
hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.
Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah- masalah
kebijakan, rogram- program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan,
implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Pada situasi lain, awal dimulainya proses pembuatan kebijakan publik juga bisa berlangsung
karena adanya masalah tertentu yang sudah sekian lama dipersepsikan sebagai "belum pernah
tersentuh" oleh pemerintah atau ditanggulangi lewat kebijakan pemerintah. Pada titik ini
kemudian mulai membangkitkan tingkat perhatian tertentu. (Wahab : 2001:35) Jadi, pada
intinya isu kebijakan (policy issues) lazimnya muncul karena telah terjadi silang pendapat di
antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan itu sendiri.
Isu kebijakan dengan begitu lazimnya merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan
baik tentang rumusan rincian, penjelasan, maupun penilaian atas suatu masalah tertentu
(Dunn, 1990). Pada sisi lain, isu bukan hanya mengandung makna adanya masalah atau
ancaman, tetapi juga peluang-peluang bagi tindakan positif tertentu dan kecenderungan-
kecenderungan yang dipersepsikan sebagai memiliki nilai potensial yang signifikan
(Hogwood dan Gunn, 1996).
Dipahami seperti itu, maka isu bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif (alternative
policies) atau suatu proses yang dimaksudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau
kesadaran suatu kelompok mengenai kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi
mereka (Alford dan Friedland, 1990: 104). Singkatnya, timbulnya isu kebijakan publik
terutama karena telah terjadi konflik atau "perbedaan persepsional" di antara para aktor atas
suatu situasi problematik yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu waktu tertentu.
Sebagai sebuah konsep, makna persepsi (perception) tidak lain adalah proses dengan mana
seseorang atau sekelompok orang memberikan muatan makna tertentu atas pentingnya
sesuatu peristiwa atau stimulus tertentu yang berasal dari luar dirinya. Singkatnya, persepsi
adalah "lensa konseptual" (conceptual lense) yang pada diri individu berfungsi sebagai
kerangka analisis untuk memahami suatu masalah (Allison, 1971).
Karena dipengaruhi oleh daya persepsi inilah, maka pemahaman, dan tentu saja perumusan
atas suatu isu sesungguhnya amat bersifat subjektif. Dilihat dari sudut pandang ini, maka
besar kemungkinan masing-masing orang, kelompok atau pihak-pihak tertentu dalam sistem
politik yang berkepentingan atas sesuatu isu akan berbeda-beda dalam cara memahami dan
bagaimana merumuskannya. Persepsi ini, pada gilirannya juga akan mempengaruhi terhadap
penilaian mengenai status peringkat yang terkait pada sesuatu isu.
Dilihat dari peringkatnya, maka isu kebijakan publik itu, secara berurutan dapat dibagi
menjadi empat kategori besar, yaitu isu utama, isu sekunder, isu fungsional, dan isu minor
(Dunn, 1990). Kategorisasi ini menjelaskan bahwa makna penting yang melekat pada suatu
isu akan ditentukan oleh peringkat yang dimilikinya. Artinya, makin tinggi status peringkat
yang diberikan atas sesuatu isu, maka biasanya makin strategis pula posisinya secara politis