makalh thermoregulasi

11
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul TERMOREGULASI PADA HEWAN, Salawat dan salam penulis persembahkan kepada sang guru sejati Nabi Muhammad saw yang telah mengajari manusia sampai akhir hayatnya. Dalam menyelesaikan makalah ini, mulai dari perencanaan, pengumpulan dan penyusunan terdapat hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak semua kesulitan dan hambatan dapat teratasi. Selanjutnya terimakasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Fisiologi Hewan yang begitu banyak memberi bimbingan kepada penulis, serta sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan masukan kepada penulis. Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini menjadi sumbangan pikiran dalam meningkatkan hasil produk bagi perusahaan demi tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Surakarta, 12 Maret 2012 Penulis

Upload: sriatin-rahayu

Post on 22-Jun-2015

1.093 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalh thermoregulasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul TERMOREGULASI PADA

HEWAN, Salawat dan salam penulis persembahkan kepada sang guru sejati Nabi

Muhammad saw yang telah mengajari manusia sampai akhir hayatnya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, mulai dari perencanaan, pengumpulan

dan penyusunan terdapat hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun

berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak semua kesulitan dan hambatan

dapat teratasi.

Selanjutnya terimakasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah

Fisiologi Hewan yang begitu banyak memberi bimbingan kepada penulis, serta

sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan masukan kepada

penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak

kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

konstruktif demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan

makalah ini menjadi sumbangan pikiran dalam meningkatkan hasil produk bagi

perusahaan demi tercapainya tujuan yang telah direncanakan.

Surakarta, 12 Maret 2012

Penulis

Page 2: Makalh thermoregulasi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar  belakang

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk

mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir

(Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat

metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul

semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya

tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula (Chang,

1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring

dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme

di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum

dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis,

enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya

Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme regulasi

untuk mencapai keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya

merupakan suatu upaya mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil

dinamis (“steady state “) yang menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis

dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan tersebut, tubuh melakukan berbagai

aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai homeostatis yang

diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat populasi dan

komunitas dalam suatu ekosistem.

Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil.

Regulasi dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk

mempertahankan cairan tubuh, osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak,

gula dan protein darah,dsb. Pada tubuh manusia, regulasi diperankan oleh antara

lain adalah syaraf dan hormone.karena kedua komponen merupakan pengendali

utama dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),

pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.

Pada topik yang dibahas yaitu mengenai termoregulasi (pengaturan suhu tubuh)

beruang kutub.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang

diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang

cocok, agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan

terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa

panas . Enzim bekerja dalam suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa

bekerja, berarti metabolisme terhalang.

Page 3: Makalh thermoregulasi

 BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk

mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),

pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.

Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals)

dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih

suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan

sumber panas utama tubuh hewan. Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat

bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya

karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya

sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang

suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil

samping dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia.

Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu

dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi

hewan yang berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang

mempunyai kelenjar keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang

kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja

pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm pada suhu sangat

dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya untuk

meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku ke dalam

cairan tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi pengaruh

cekaman dingin yaitu Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan

Konduktans Termik (C), Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan Peningkatan

Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas, hewan endoterm akan

menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon hewan endoterm

dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan

aklimatisasi dan akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi

perubahan suhu lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan

cara meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga

mempertahankan suhu tubuhnya karena golongan homeoterm mempunyai

kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga hewan homeoterm

memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan golongan

poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC),

ikan saumon (18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC),

iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan larva lalat rumah (30 - 37 oC.

Page 4: Makalh thermoregulasi

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam

(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang

sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi

dengan cara hibernasi atau estivasi.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan

homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya

disebut poikiloterm.

1.      Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan,

yaitu

1.1  poikiloter.

Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian

dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga

disebut hewan berdarah dingin.

1.2   homoiterm

Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm

suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga

dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada

suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh.

Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh

faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan

malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada

suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan

sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang

menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap

konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan

mamalia.  Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-

kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca

keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang

hilang.

2.      Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi

dan evaporasi.

2.1  Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium

untuk merambat dengan kecepatan cahaya.

2.2  Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang

berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang

suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.

Page 5: Makalh thermoregulasi

2.3  Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya

konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.

2.4  Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju

konveksi kehilangan panas karena evaporasi .

3.      Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya

adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim

sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan

countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan

panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan

termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan

untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk

menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke

tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam

termoregulasi.

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu

lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan

meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat

di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada

lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam

sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas

di dalam sarangnya.

3.1  Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan

dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah,

macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan

pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak

runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput

atau daun dan mengunyah makanan.

3.2  Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk

mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti

pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk

menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang

lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk

bertahan di daerah dingin.

3.3 Adaptasi Tingkah Laku

Page 6: Makalh thermoregulasi

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku /

perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat

berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya

dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.

Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah

dengan tingkah lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara

lain :

Ø  Ikan (Pisces).

Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan

berenang ke perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar

matahari lebih sedikit seperti dibawah pepohonan.

Ø  Katak (Amphibi)

Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi

dengan cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah

laku yan dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang

dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak

menggunakannya untuk memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan

melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau

ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat musim

penghujan, Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya

akan menjadi katak dewasa yang baru.

Ø  Belalang (Insecta)

Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara

mengubah warna tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah

bersembunyi dabalik daun.

Ø  Buaya (Reptile)

Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan

panas dia mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara

tingkah laku yang dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk

menguapkan panas tubuhnya (Evaporasi). Kelompok hewan melata

(reptil) adalah binatang bertulang belakang berkulit berkulit kering, bersisik, dan

bernapas dengan paru-paru. Hewan melata termasuk kelompok hewan berdarah

dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu

tubuhnya.

 Ø  Ular

Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan

bersembunyi dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun

Page 7: Makalh thermoregulasi

adaptasi pada lingkungan panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping

bersudut sekitar 45o.

Page 8: Makalh thermoregulasi

BAB III

KESIMPULAN

Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk

mengatur suhu tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya

tidak mengalami perubahan yang terlalu besar. Tidak semua hewan mampu

mempertahankan suhu tubuh yang konstan.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan

homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya

disebut poikiloterm.

Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di

lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang

dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan

hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas

di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam

(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang

sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi

dengan cara hibernasi atau estivasi.

poikiloter.

Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian

dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga

disebut hewan berdarah dingin.

 homoiterm

Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm

suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga

dapat mengatur suhu tubuh.

Page 9: Makalh thermoregulasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/ (diakses pada tanggal 2010)

Anonim 1997. Kamus Istilah Kesehatan Hewan dan Peternakan. Penerbit

kanisius.                        Yogyakarta

Kuncoro, EB. 2008. Akuarium Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Lesmana, DS. 2006. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.

Jakarta

Prahara, W. 2003. Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang

Dilindungi. Penebar Swadaya. Jakarta.