makalh tentang konflik

Upload: vathur

Post on 04-Apr-2018

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia

    merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki

    akidah menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Ayat-

    ayat yang terawal yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di

    Makkah menjurus kepada pembinaan akidah. Dengan asas pendidikan danpenghayatan akidah yang kuat dan jelas maka Nabi Muhammad saw telah berjaya

    melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai daya tahan yang kental dalam

    mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Bilal bin Rabah tidak

    berganjak imannya walaupun diseksa dan ditindih dengan batu besar di tengah

    padang pasir yang panas terik. Demikian juga keluarga Amar bin Yasir tetap teguh

    iman mereka walau berhadapan dengan ancaman maut. Dari sini kita nampak dengan

    jelas bahawa pendidikan akidah amat penting dalam jiwa setiap insan muslim agar

    mereka dapat mempertahan iman dan agama Islam lebih-lebih lagi di zaman

    globalisasi yang penuh dengan cabaran dalam segenap penjuru terutamanya internet

    dan teknologi maklumat yang berkembang dengan begitu pesat sekali.

    B. Rumusan Masalah

    - Apa yang dimaksud dengan aqidah ?

    - Bagaimana aqidah yang benar dalam Islam ?

    - Apa manfaat dari aqidah Islam ?

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    2/21

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Aqidah

    Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia

    adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut

    terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-

    kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan

    buruknya. Ini disebut Rukun Iman. Dalam syariat Islam terdiri dua pokok utama.

    Pertama: Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada

    kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas.

    Kedua: Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan

    seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau

    diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah

    itu ada dua, Pertama: Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah

    yang benar. Kedua: Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah

    SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya

    ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti

    Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka

    amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna

    yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya: "Barangsiapa

    mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal

    yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada

    Tuhannya." Makna Aqidah Dan Urgensinya Sebagai Landasan Agama Aqidah Secara

    Etimologi Aqidah berasal dari kata 'aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa

    yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan "Dia mempunyai aqidah yang benar"

    berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu

    kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Aqidah Secara Syara' Yaitu

    iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan kepada

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    3/21

    3

    Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga

    sebagai rukun iman. Syari'at terbagi menjadi dua: i'tiqadiyah dan amaliyah.

    I'tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti

    i'tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya,

    juga beri'tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok

    agama). Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara

    amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini

    disebut far'iyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas i'tiqadiyah. Benar dan

    rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i'tiqadiyah. Maka aqidah yang

    benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal.

    Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta'ala: "Barangsiapa mengharap

    perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan

    janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al-

    Kahfi: 110) "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)

    yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah

    amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Az-Zumar: 65)

    "Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya

    kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumar: 2-3) Ayat-ayat di

    atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak

    diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi Shallallaahu alaihi

    wa Salam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang

    didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan

    meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Sebagaimana firman Allah

    Subhannahu wa Ta'ala: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap

    umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu', ." (An-

    Nahl: 36) Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: "Wahai

    kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya." (Al-A'raf: 59,

    65, 73, 85) Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu'aib dan

    seluruh rasul. Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bi'tsah- Nabi Shallallaahu alaihi

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    4/21

    4

    wa Salam mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu

    merupakan landasan bangunan Islam. Para da'i dan para pelurus agama dalam setiap

    masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai

    dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak

    kepada seluruh perintah agama yang lain.

    B. Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah

    Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka

    kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan

    karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin

    kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya

    yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara

    ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan

    adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang

    menguasai Aqidah Islamiyah adalah:

    Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik

    bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.

    Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan

    suka maupun duka.

    Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang

    rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati.

    Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).

    Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap

    kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.

    Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda

    antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata,

    antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi

    Allah SWT.

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    5/21

    5

    C. Aqidah Islam: Persoalan Tertinggi dalam Hidup

    Sebelumnya datangnya Islam bangsa Arab adalah bangsa yang tidak

    diperhitungkan di mata dunia. Namun, setelah Rasulullah saw datang dengan

    risalah Islam mereka pun menjadi mulia dan terhormat; bukan hanya dari sisi

    keperibadian mereka, namun juga negara dan peradaban yang mereka bangunkan.

    Hal tersebut setidaknya tercermin dari pernyataan Umar bin al-Khaththab ra.:

    Kami dulunya adalah kaum yang paling hina. Lalu Allah memuliakan kami dengan

    Islam. Kerana itu, jika kami mencari kemuliaan selain dari apa yang dengannya Allah

    telah muliakan kami maka Ia pasti menghinakan kami (HR al-Hakim; ia

    mensahihkannya dan disepakati oleh ad-Dzahabi).

    Berbeza halnya dengan umat Islam saat ini. Meski akidah Islam tetap ada pada

    diri mereka, mereka masih mengalami kemunduran dalam berbagai bidang

    kehidupan. Padahal mereka sesungguhnya adalah umat terbaik yang dikeluarkan

    untuk manusia (lihat QS Ali Imran [3]: 110).

    Salah satu penyebabnya adalah akidah Islam yang saat ini mereka anut tidak lagi

    difungsikan sebagaimana mestinya. Hal tersebut setidaknya terlihat pada tiga hal.

    Pertama: hilangnya ikatan akidah dengan pemikiran dan sistem Islam sehingga

    akidah tersebut tidak produktif. Kedua: hilangnya hubungan antara akidah dengan

    Hari Kiamat. Akibatnya, umat tidak berupaya agar kehidupan mereka diarahkan

    untuk menggapai indahnya kehidupan syurga dan menjauhi pedihnya azab neraka

    dengan berlomba-lomba meraih redha Allah SWT. Ketiga: akidah Islam juga tidak

    lagi dijadikan sebagai pengikat ukhuwah di kalangan umat Islam sehingga merekaterpecah-belah dalam berbagai bangsa dan negara.

    Lalu bagaimana caranya menjadikan umat Islam kembali bangkit dengan akidah

    Islam yang mereka anut? Pertanyaan tersebut dapat ditemukan jawabannya dalam

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    6/21

    6

    Kitab Nizhm al-Islm bab Tharq al-imn karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

    rahimahullah, yang akan ditelaah lebih lanjut dalam tulisan ini.

    a) Asas Kebangkitan

    Bab Tharq al-Imn dalam buku ini bermaksud menjelaskan bagaimana

    membangkitkan umat Islam dari kemudurannya dengan cara yang benar.

    Kebangkitan yang hakiki menurut Syaikh An-Nabhani bukanlah berupa kemajuan

    dalam bidang ekonomi, teknologi, pendidikan, akhlak ataupun ketenteraan; namun

    pada peningkatan taraf berpikir. Pemikiran menjadi hal utama kerana ia yang

    menentukan baik-buruknya tingkah laku seseorang atau umat dalam menjalani

    kehidupannya. Selain itu, kemajuan dalam bidang-bidang di atas dapat dengan mudah

    diperoleh jika telah terjadi peningkatan taraf berpikir pada diri mereka. Namun

    demikian, peningkatan taraf berpikir yang dimaksud bukan sekadar kerana adanya

    perubahan dan peningkatan apa yang difikirkan, misalnya dari sekadar memikirkan

    diri sendiri lalu meningkat dengan memikirkan keluarga atau umat manusia. Selama

    peningkatan taraf berfikir tersebut tidak dibangun oleh satu pandangan hidup tertentu

    maka perubahan yang dihasilkan tidak akan berkekalan kerana mudah berubah, tidak

    mampu memberikan ketenangan hidup serta tidak dapat memecahkan berbagai

    persoalan hidup manusia. Dengan demikian, orang tersebut tidak akan pernah

    bangkit. Lalu pemikiran apa yang dapat membangkitkan manusia? An-Nabhani

    menjelaskan bahawa pemikiran tersebut adalah akidah, yakni pemikiran yang

    menyeluruh tentang:

    Manusia, alam semesta dan kehidupan; apakah ketiganya diciptakan atau tidak.

    Sebelum kehidupan; apakah ada pencipta atau tidak.

    Setelah kehidupan; apakah ada Hari Kiamat atau tidak.

    Hubungan manusia, alam dan kehidupan dengan sebelum dan setelah kehidupan;

    jika memang ada pencipta, bagaimana hubungannya dengan manusia di dunia; jika

    ada Hari kemudian, bagaimana hubungannya dengan kehidupan manusia di alam

    ini.

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    7/21

    7

    Dengan cakupan pemikiran yang mendasar (assiyyah) dan menyeluruh

    (syumliyyah) tersebut, maka akan dapat dibangun di atasnya berbagai pemikiran

    cabang, yakni pemikiran dapat memberikan jawapan atas segala persoalan hidup

    manusia sehingga manusia dapat mengalami kemajuan dan kebangkitan. Meski

    demikian, pemikiran yang menyeluruh tersebut belum menjamin bahawa kebangkitan

    yang dihasilkan adalah kebangkitan yang benar. Oleh kerana itu, pemikiran tersebut

    harus memenuhi dua kriteria. Pertama: harus sesuai dengan akal sehingga seseorang

    merasa puas dengan hujah (dalil) yang menjadi dasar pemikiran tersebut. Kedua:

    sesuai dengan fitrah manusia, yakni harus dapat memenuhi naluri beragama (gharzah

    at-tadayyun) pada diri manusia, yakni adanya sifat lemah dan terbatas pada dirinya

    sehingga ia memerlukan pelindung dan pengatur. Dengan demikian maka pemikiran

    tersebut mampu memberikan ketenangan pada dirinya. Agar pemikiran di atas dapat

    memuaskan akal dan memenuhi naluri beragama pada diri manusia maka untuk

    mencapainya harus ditempuh dengan proses berpikir secara jernih (al-fikr al-

    mustanr). Proses berfikir yang jernih adalah proses berfikir yang mendalam (amq)

    tentang suatu objek di atas, dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya, dan yang

    berhubungan dengannya untuk mencapai hasil yang benar. Pentingnya proses berfikir

    jernih tersebut kerana pemikiran yang akan diperoleh tersebut akan menjadi asas

    kehidupan dan pandangan hidup sehingga ia memustahilkan adanya kesalahan sekecil

    apapun. Kesalahan hanya mungkin terjadi pada pemikiran cabang yang berasal dari

    asas tersebut.

    b) Dalil Akidah

    Kerana objek akidah di atas berkaitan dengan penetapan (itsbt) tentang

    hakikat sesuatu secara pasti maka ia pun harus dilandasi oleh dalil yang menyakinkan

    (qathi) sehingga apa yang diyakini tersebut memang sesuai dengan realiti. Oleh

    kerana itu, akidah yang juga diistilahkan dengan iman didefinisikan sebagai at-

    tashdq al-jzim al-muthbiq li al-wqi (pembenaran secara pasti yang sesuai dengan

    realiti dan didasarkan pada dalil). Syaikh an-Nabhani kemudian menjelaskan

    bagaimana akidah Islam dibuktikan dengan proses berfikir yang jernih dengan

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    8/21

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    9/21

    9

    diyakini. Untuk itulah diutus seorang rasul yang dibekali mukjizat sehingga setiap

    orang yang menyaksikan mukjizat tersebut dengan proses berfikir yang jernih yakin

    bahawa ia adalah utusan sang pencipta. Kehadiran seorang rasul juga merupakan cara

    untuk memenuhi naluri pada manusia untuk beribadah kepada pencipta tersebut dan

    adanya aturan yang mengatur dirinya yang penuh dengan kelemahan dan

    keterbatasan.

    Di dalam Islam, rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw dan

    mukjizatnya adalah al-Quran. Al-Quran juga berfungsi sebagai petunjuk kepada umat

    manusia tentang bagaimana menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan

    Penciptanya, Allah SWT. Penetapan bahwa al-Quran berasal dari Allah juga dengan

    menggunakan akal kerana terbukti tidak seorang pun yang dapat menandingi

    kehebatan gaya bahasanya baik oleh orang Arab hatta Nabi Muhammad saw.

    sekalipun.

    Setelah terbentuk keyakinan terhadap al-Quran maka secara automatik seluruh

    isi kandungannya akan diyakini; seperti keimanan terhadap para nabi dan rasul

    sebelum Muhammad saw beserta kitab suci mereka, keimanan kepada Malaikat, dan

    keimanan pada kehidupan setelah dunia ini, yakni Hari Kiamat. Dengan demikian,

    terjawab sudah pemikiran tentang kehidupan setelah dunia, yakni akhirat, dan

    hubungannya dengan kehidupan manusia di dunia, iaitu bahawa manusia akan

    dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan di dunia ini apakah sesuai

    dengan aturan Allah SWT atau tidak. Bagi yang taat diganjarkan syurga, sementara

    yang ingkar akan dibalas dengan siksa neraka.

    c) Output

    Kerana sifatnya yang mendasar dan menyeluruh serta diperoleh dengan proses

    berfikir yang jernih sehingga memberikan pembenaran yang pasti, maka akidah Islam

    merupakan landasan yang sangat kuat yang menghasilkan berbagai pemikiran cabang

    dalam seluruh kehidupan manusia. Dengan kata lain, akidah Islam merupakan

    landasan ideologi yang didefinisikan sebagai akidah yang diperoleh melalui proses

    berfikir yang melahirkan sistem kehidupan. Dengan sifat tersebut, seseorang yang

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    10/21

    10

    meyakini akidah Islam akan tunduk pada seluruh hukum-hukum yang bersumber dari

    akidah tersebut, yakni syariah Islam secara menyeluruh tanpa membezakan antara

    satu dengan yang lain seperti antara solat dan Khilafah, zakat dan jihad fi sabilillah,

    thaharah dan qishsh, dll. Seseorang yang meyakini akidah Islam yang benar akan

    menjadikan akidah tersebut sebagai dasar bagi seluruh pemikiran (aqliyyah) dan

    kejiwaan (nafsiyyah)-nya. Ia pun akan berupaya untuk menerapkan seluruh hukum-

    hukum yang terpancar dari akidahnya dalam sebuah negara kerana metod

    kebangkitan hanya dapat diraih dengan menerapkan suatu pemerintahan yang

    berdasarkan akidah. Inilah yang terjadi pada bangsa Arab yang bangkit dengan Islam

    yang dibawa oleh Rasulullah saw yang kemudian diterapkan pada suatu negara. Hal

    ini sebagaimana yang terjadi pada Eropha dan Uni Soviet yang masing-masing

    bangkit dengan idea sekularisme dan materialisme yang diterapkan dalam

    pemerintahanmeski dua yang terakhir tidak menghasilkan kebangkitan yang benar,

    kerana akidah yang dijadikan asas adalah akidah yang salah. Namun yang pasti, hal

    tersebut menjadi bukti bahawa adanya akidah semata belum cukup untuk melahirkan

    kebangkitan tanpa adanya negara.

    D. Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah

    Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam

    seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang

    tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan

    penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya

    penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya:

    1) Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya

    pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi

    bahkan menentang aqidah yang benar.

    2) Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah

    yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan

    menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang

    artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    11/21

    11

    diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa

    yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka

    akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui

    suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."

    3) Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi

    yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila

    tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.

    4) Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang

    sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara

    dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena

    menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia d9engan Allah.

    Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai

    ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah

    dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan

    para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya: "Dan jangan pula sekali-kali

    kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts,

    Ya'uq dan Nasr."

    5) Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau

    terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para

    pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus

    menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.

    6) Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,

    sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad

    SAW telah memperingatkan yang artinya: "Setiap anak terlahirkan berdasarkan

    fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya,

    atau memajusikannya" (HR: Bukhari). Apabila anak terlepas dari bimbingan

    orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang

    menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    12/21

    12

    7) Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan

    keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu

    dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi

    mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah

    bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.

    Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh

    negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan

    mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat

    berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita,

    Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya: "Dan barangsiapa yang

    menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang

    yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang

    mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

    Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya: "Barangsiapa yang

    mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman,

    maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

    sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik

    dari apa yang telah mereka kerjakan."

    E. Perkembangan Aqidah

    Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri

    karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham,

    kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan

    para sahabat yang artinya berbunyi: "Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur'an"

    Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -

    pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah

    karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari

    dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    13/21

    13

    Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh

    Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih

    Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena

    terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan

    dalam karya mereka.

    Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokok-

    pokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul

    Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah

    Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu

    mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama

    sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya:

    Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin.

    Sedangkan manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan

    salaf.

    F. Pentingnya Aqidah

    "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-

    sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para

    shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah

    teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69)

    Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan

    bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting

    adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga

    orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada

    hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal

    yang menciptakannya? Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan

    selengkap-lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya.

    Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (Menurut

    hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    14/21

    14

    semuanya menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul

    Kabir 5/447 dan Ahmad di Al-Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu

    Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di

    Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir 8/139)) agar mereka berjalan

    sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul.

    Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir

    serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.

    Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan

    Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian

    ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti

    kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi

    adalah kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini

    menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju

    surga.

    G. Sebab Timbulnya Konflik Masyarakat Beragama

    Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat

    dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat.

    Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat

    beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan

    hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Pada bagian ini akan diuraikan

    sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di

    Indonesia dalam perspektif sosiologi agama. Hendropuspito mengemukakan bahwa

    paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari

    agama. Dengan menggunakan kerangka teori Hendropuspito, penulis ingin menyoroti

    konflik antar kelompok masyarakat Islam - Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat

    hal, yaitu:

    http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=956&res=jpzhttp://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=956&res=jpz
  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    15/21

    15

    Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

    Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-

    masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari

    benturan itu. Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang

    ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan

    penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat

    (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama

    sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan

    itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed

    religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa

    superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.

    Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran

    sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan

    keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di

    samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan

    hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas

    umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir

    tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu

    agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis keras. Karena

    itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan

    Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.

    Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

    Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang

    permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama

    menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam

    masyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di

    Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama

    Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik

    fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan. Di beberapa tempat

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    16/21

    16

    yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa

    yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan

    Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah

    kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa.

    Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu

    terjadinya konflik.

    Perbedaan Tingkat Kebudayaan

    Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan

    perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat

    dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan

    budaya modern. Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama

    Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok

    yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana

    atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau

    modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.

    Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat

    atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya

    konflik antar kelompok agama di Indonesia.

    Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama

    Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat

    agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan

    agama. Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah

    beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan

    mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas diIndonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas

    daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu,

    di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami

    kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    17/21

    17

    BAB III

    PENUTUP

    A. KesimpulanAkidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia

    merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki

    akidah menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Ayat-

    ayat yang terawal yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di

    Makkah menjurus kepada pembinaan akidah. Dengan asas pendidikan dan

    penghayatan akidah yang kuat dan jelas maka Nabi Muhammad saw telah berjaya

    melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai daya tahan yang kental dalam

    mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia.

    B. SaranDengan adanya aqidah islam yang benar ini diharapkan bisa menjadi pedoman

    untuk berbuat yang lebih baik dan sebagai penuntun hidup sesuai dengan sunah

    Rasulullah SAW dan Al Quran.

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    18/21

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    - Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

    - Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

    - Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung:

    Rosdakarya.

    - Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara

    - www. Perpustkaan-Islam.com

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    19/21

    19

    MAKALAH FAKTOR

    PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK ANTAR AGAMA

    Di susun Oleh :

    Nama : Yani Ayu W.

    Kelas : XI AP 2

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    20/21

    20

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

    berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah,

    Faktor Terjadinya Konflik Antar Umat Beragama ini dapat diselesaikan.

    Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materimateri yang ada. Materi

    materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam

    belajar. Serta siswa juga dapat memahami nilainilai dasar yang direfleksikan dalam

    berpikir dan bertindak.

    Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para siswa akan mampu

    menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar.

    Dan dengan harapan semoga siswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi

    yang dimiliki,

  • 7/30/2019 MAKALH TENTANG KONFLIK

    21/21

    21

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi . ii

    BAB I Pendahuluan

    A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah .. 2

    BAB II Pembahasan

    A. Pengertian aqidah 2B. Faedah memepelajari aqidah .. 4C. Aqidah islam ... 5D. Bahaya penyimpangan pada aqidah 10E. Perkembangan aqidah . 12F. Pentingnya aqidah ... 13G. Sebab timbulnya konflik . 14

    BAB III Penutup

    A. Kesimpulan . 17B. Saran 17

    Daftar Pustaka