makalah+problem+pendidikan+di+indonesia

11
PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh: Dwi Condro Triono I. PENDAHULUAN: MELIHAT WAJAH INDONESIA Pendidikan dapat dikatakan sebagai “pabrik” yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan suatu bangsa. Maju-mundurnya, jatuh-bangunnya, tinggi- rendahnya harkat dan martabat suatu bangsa, dapat dikatakan pendidikanlah yang  paling menentukan. Pendidikanlah yang paling bertanggung jawab. Setelah proses  pendidikan dijalankan selama berpuluh-puluh tahun di I nonesia, bagaimana hasilnya? Bagaimana dengan wajah Indonesia saat ini? Dalam memberi komentar terhadap peringatan 100 tahun Kebangkitan  Nasional di Indonesia, Harwanto Dahlan dalam koran Kedaulatan Rakyat (Minggu, 18 Mei 2008), lebih suka memelesetkannya menjadi peringatan hari “Kebangetan  Nasional”. Apa yang kebangetan ? Menurut beliau, dalam 100 tahun perjalan bangsa ini, alih-alih mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi tumpah darah saja negara ini sudah tidak mampu. Yang terjadi justru penguasaan besar-besaran sumber kekayaan bangsa oleh perusahaan dan negara asing. Lihat saja bagaimana Exxon, Shell, British Petroleum, Freeport, Mosanto telah menjadi perusahaan-perusahaan raksasa, karena telah mengeruk kekayaan alam Indonesia. Komentar yang lebih miris lagi adalah yang ditulis oleh Prof. Budi Winarno dalam koran Kedaulatan Rakyat (Kamis, 27 Maret 2008). Beliau bahkan sudah sampai memberikan predikat negara Indonesia sebagai “negara gagal” (  failed states). Hampir semua aspek kehidupan di negeri ini telah dinilai gagal. Gagal untuk mencapai tujuan negara, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang terjadi dan kita saksikan sehari-hari di negeri ini justru semuanya adalah serba sebaliknya.  Apabila mau kita renungkan, dalam perjalanan 100 tahun kebangkitan nasional ini, demikian juga dalam perjalanan lebih 60 tahun merdeka, apa saja yang telah dilakukan oleh bangsa ini? Terlebih lagi, tentu saja adalah 1

Upload: gech4

Post on 29-May-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 1/11

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Oleh: Dwi Condro Triono

I. PENDAHULUAN: MELIHAT WAJAH INDONESIA

Pendidikan dapat dikatakan sebagai “pabrik” yang paling bertanggung jawab

terhadap masa depan suatu bangsa. Maju-mundurnya, jatuh-bangunnya, tinggi-

rendahnya harkat dan martabat suatu bangsa, dapat dikatakan pendidikanlah yang

 paling menentukan. Pendidikanlah yang paling bertanggung jawab. Setelah proses

 pendidikan dijalankan selama berpuluh-puluh tahun di Inonesia, bagaimana hasilnya?

Bagaimana dengan wajah Indonesia saat ini?

Dalam memberi komentar terhadap peringatan 100 tahun Kebangkitan

 Nasional di Indonesia, Harwanto Dahlan dalam koran Kedaulatan Rakyat (Minggu,

18 Mei 2008), lebih suka memelesetkannya menjadi peringatan hari “Kebangetan

 Nasional”. Apa yang kebangetan? Menurut beliau, dalam 100 tahun perjalan bangsa

ini, alih-alih mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi tumpah darah saja

negara ini sudah tidak mampu. Yang terjadi justru penguasaan besar-besaran sumber 

kekayaan bangsa oleh perusahaan dan negara asing. Lihat saja bagaimana Exxon,

Shell, British Petroleum, Freeport, Mosanto telah menjadi perusahaan-perusahaan

raksasa, karena telah mengeruk kekayaan alam Indonesia.

Komentar yang lebih miris lagi adalah yang ditulis oleh Prof. Budi Winarno

dalam koran Kedaulatan Rakyat (Kamis, 27 Maret 2008). Beliau bahkan sudah

sampai memberikan predikat negara Indonesia sebagai “negara gagal” ( failed 

states). Hampir semua aspek kehidupan di negeri ini telah dinilai gagal. Gagal

untuk mencapai tujuan negara, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang terjadi dan kita saksikan sehari-hari

di negeri ini justru semuanya adalah serba sebaliknya.

 Apabila mau kita renungkan, dalam perjalanan 100 tahun kebangkitan

nasional ini, demikian juga dalam perjalanan lebih 60 tahun merdeka, apa

saja yang telah dilakukan oleh bangsa ini? Terlebih lagi, tentu saja adalah

1

Page 2: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 2/11

 yang menyangkut pendidikannya. Bagaimana dengan peran pendidikan

terhadap bangsa ini? Mengapa semua keterpurukan ini harus menimpa

 bangsa ini? Marilah kita coba lihat bersama.

II. MELIHAT WAJAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Untuk melihat bagaimana wajah pendidikan di negeri ini, marilah kita mulai

dengan “mendengarkan” berbagai komentar para tokoh dan pemerhati pendidikan.

Prof. Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam tulisannya di harian Republika sudah memberi

 penilaian bahwa pendidikan di Indonesia sudah sangat kronis. Baik kronis dari segi

 parahnya penyakit yang diderita, maupun kronis dari segi lamanya penanganan, yang

seperti sudah tidak memberi harapan lagi untuk sembuh. Wajah pendidikan diIndonesia masih sangat jauh dari yang diharapkan, bahkan jauh tertinggal dengan

negara-negara lain.

Sedangkan Prof. Ki Supriyoko di harian Kedaulatan Rakyat memberi

 penilaian terhadap kualitas pendidikan kita yang didasarkan laporan The International 

 Baccalaureate Organization (IBO) -- yaitu lembaga yang didirikan tahun 1956,

 berpusat di Switzerland (administrasi) dan di Inggris (riset, kurikulum dan asesmen)

--ternyata berkesimpulan bahwa pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan.

Menurut IBO, dari 146.052 SD di Indonesia, ternyata hanya delapan sekolah saja

yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP).

Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat

 pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036

SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam

kategori The Diploma Program (DP).

Publikasi IBO tersebut senada dengan publikasi sebelumnya yang dilakukan

oleh Asia Week , yang menyatakan sangat sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang

diakui memiliki kualitas dunia. Dari 2000-an perguruan tinggi di Indonesia ternyata

hanya empat perguruan tinggi saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori

multi discipline university serta hanya satu perguruan tinggi yang mendapat

 pengakuan dunia dalam kategori science and technology university.

2

Page 3: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 3/11

Dody Heriawan Priatmoko memberikan penilaian yang lebih terperinci lagi.

Menurut beliau, paling tidak ada 3 permasalahan pendidikan yang saat ini tengah

merundung negeri Indonesia. Tiga permasalahan tersebut adalah:

 Pertama, adalah kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Kesempatan

memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang

Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen

Agama menunjukkan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD hanya

mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi.

Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta

siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.

Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat

 pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan

kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah

ketidakmerataan tersebut.

 Kedua, adalah rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan. Hal

tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS

yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang

dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT

sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja

cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan

15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus

sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah

ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan

kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional

terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

 Ketiga, adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya mutu

 pendidikan nasional dapat dilihat pada prestasi siswa. Dalam skala internasional,

menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association

 for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa

keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata

skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1

(Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata

3

Page 4: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 4/11

hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali

menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin

karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain

itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-

 R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi

siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk 

Matematika.

Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas

yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu

menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. Indikator lain yang menunjukkan

 betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari data UNESCO

tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu

komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per 

kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin

menurun.

Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 padatahun

1996, ke-99 tahun 1997, ke-105 tahun 1998, dan ke-109 tahun 1999. Menurut survei

 Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia

 berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah

Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum, Swedia, Indonesia

memiliki daya saing yang rendah yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara

yang disurvai di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia

hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara

di dunia.

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia terkait dengan kualitas guru dan

 pengajar yang masih rendah juga. Data Balitbang Depdiknas menunjukkan dari

sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-

Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8%

yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah,

dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat

 pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas

(3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor 

4

Page 5: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 5/11

 penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral

 pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan

andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya

tingkat kesejahteraan guru.

III. APA UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN?

Jika kita mau menilik terhadap berbagai upaya yang telah dilakukan

 pemerintah, sesungguhnya telah banyak penataan-penataan yang selama ini terus-

menerus dilakukan dalam lingkungan pendidikan di Indonesia. Misalnya dapat kita

lihat bagaimana paket Kebijakan Strategis Dikdasmen Berkaitan dengan PerluasanAkses, baik untuk pendidikan dasar maupun menengah.

Dalam paket Wajar Dikdas 9 tahun, pemerintah telah mencanangkan beberapa

kebijakannya seperti:

1. Membantu dan mempermudah mereka yang belum bersekolah, putus sekolah,

serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB.

2. Meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan khususnya pada

masyarakat yang menghadapi hambatan

Sedangkan dalam paket kebijakan pada Pendidikan Menengah, di antaranya

adalah:

1. Mempercepat pertumbuhan SMK.

2. Mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

Sementara itu, dalam kerangka perluasan program, pemerintah juga telah

mempunyai beberapa langkah strategis, di antaranya adalah:

1. Pendanaan BOS Wajar pendidikan dasar 9 Tahun (urutan prioritas dalam 5tahun

ke depan.

2. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan Wajar.

3. Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan.

5

Page 6: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 6/11

4. Perluasan pendidikan Wajar pada jalur nonformal.

5. Pendidikan kecakapan hidup(usaha mandiri atau bekerja),untuk tidak bisa

melanjutkan sekolah diarahkan mengakses pendidikan keahlian/skill(PNF).

6. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perluasan akses SMA, SMA, SMK/SM

terpadu, SLB, dan PT; kegiatan ini termasuk dalam prioritas kebijakan.

V. ANALISIS MASALAH

Setelah kita menyaksikan buruknya wajah pendidikan di Indonesia, demikian

  juga bagaimana berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah, selanjutnya

mampukah kita memberikan penilaian terhadap itu semua? Tentu berbagai fakta yang

dapat kita lihat, kita dengar, bahkan kita rasakan secara langsung di lapangan dapatmenjawab itu semua.

Untuk dapat memberikan analisis yang mendalam dan komprehensif, di dalam

makalah kecil ini tentu saja sangat tidak mencukupi. Apalagi persoalan yang dihadapi

tidaklah sederhana, bahkan dapat dikatakan sangat kompleks. Persoalan yang terjadi

tidaklah berdiri sendiri, tetapi sangat terkait juga dengan bidang-bidang yang lain.

Bahkan, boleh dikatakan bahwa persoalan yang menimpa pendidikan di Indonesia ini

tidak hanya dapat dipandang dari sudut pandang Indonesia semata, akan tetapi sangat

terkait dengan sebuah tatanan dunia yang saat ini sudah begitu mengglobal.

Oleh karena itu, penulis ingin mencoba untuk memulai berangkat dari

 persoalan yang paling mendasar dan paling mendalam. Penulis ingin memulai dari

titik persoalan yang dapat dianggap sebagai sumber penyebab dari terpuruknya

  pendidikan untuk bangsa ini, sehingga bangsa ini sudah tidak lagi memiliki

kemampuan, walau hanya untuk sekedar untuk melindungi harkat, martabat,

kehormatan dan harga diri bangsa ini. Apalagi untuk dapat menjadi bangsa yang

unggul dan memberi rahmat bagi seluruh penduduk bumi? Masih terlalu jauh

 panggang dari apinya.

Untuk dapat membuat rumusan sederhananya, maka penulis akan mengajak 

untuk melakukan kaji ulang terhadap proses pendidikan yang selama ini telah

ditanamkan selama berpuluh-puluh tahun di Indonesia. Penulis ingin mengajak untuk 

membongkar, apa ada “udang” lain di balik semua proses ajar-mengajar yang sudah

  berlangsung selama ini. Apakah ada skenario global yang memang sengaja ingin

diwujudkan secara sistematis melalui proses pendidikannya, sehingga bangsa ini akan

6

Page 7: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 7/11

tetap menjadi bangsa yang terjajah, bangsa budak, bangsa kuli, bahkan bangsa

 jongos? Walaupun secara resmi telah menyatakan kemerdekaannya, tetapi pada

hakikatnya tetap menjadi bangsa yang terjajah, bahkan penjajahannya bisa

 berlangsung lebih kejam dan sistematis dari model penjajahan sebelumnya.

Untuk dapat memotret segenap skenario yang telah menimpa pendidikan kita,

maka sorotan yang paling tajam yang dapat kita lakukan adalah langsung menuju

kepada berbagai perangkat keilmuan yang selama ini telah diajarkan di bangku

sekolah kita. Mengapa harus mulai dari perangkat keilmuannya?

Kita tentu dapat memaklumi bahwa inti sari dari proses pendidikan itu tidak 

lain adalah proses penanaman ilmu itu sendiri. Berhasil tidaknya proses pendidikan

untuk mencetak manusia unggul sangat ditentukan oleh perangkat-perangkat ilmu

yang telah diberikan.

Marilah kita melihat kembali apa dan bagaimana tingkatan ilmu yang telah

diberikan pada proses pendidikan kita. Dalam proses pendidikan kita, diakui atau

tidak, ternyata tingkatan ilmu pengetahuan yang diberikan sesungguhnya baru sebatas

 pada tingkatan yang ke-3. Tiga tingkatan tersebut ialah:

1. Tingkatan I

Tingkatan I merupakan tingkatan ilmu yang paling dasar. Pada tingkatan ini,

  proses pendidikan hanya memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi obyek 

yang dapat terindera secara langsung. Proses pendidikan inilah yang yang selanjutnya

akan memberikan ilmu pengetahuan tingkat dasar. Ilmu pengetahuan dasar tersebut

dapat diperoleh dengan memanfaatkan 4 unsur dalam berfikir:

1) Adanya fakta yang terindera.

2) Adanya indera-indera.

3) Adanya otak.

4) Adanya maklumat sebelumnya.

2. Tingkatan II

Pada tingkatan II ini, proses pendidikan akan memberikan kemampuan

untuk mengidentifikasi obyek yang tidak dapat terindera secara langsung.

Obyek tersebut dapat meliputi:

7

Page 8: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 8/11

Page 9: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 9/11

Oleh karena itu, pendidikan seharusnya tidak hanya terhenti pada

tingkatan 3. Pendidikan seharusnya dilanjutkan untuk mencapai tingkatan 4,5

maupun 6. Tercapainya tingkatan tersebut diharapkan dapat memaksimalkan

  potensi intelektualitas yang dimiliki manusia. Diharapkan akan menjadi

manusia yang mandiri dan tidak mudah untuk dikendalikan oleh kaum

kapitalis penjajah.

4. Tingkatan IV

Pada tingkatan yang ke-4, ilmu pengetahuan yang akan diberikan

tidak hanya diberikan kepada anak didik untuk mampu mengekspoitasi alam

dan sosial. Pendidikan tingkat 4 harus dimulai dengan mengajak peserta didik 

untuk mau memikirkan tentang hakikat dan eksistensi dari kehidupannya.

Pemikiran itu meliputi:

1) Apa tujuan dari hidup ini?

2) Darimana asal kehidupan ini?

3) Akan kemana setelah hidup di dunia ini?

Proses pendidikan harus mampu membantu memberikan jawaban yang

 benar terhadapnya. Jika dia telah menemukan jawaban yang benar tentang

hakikat kehidupan ini maka akan terbentuklah pandangan hidup yang khas

dalam dirinya. Pandangan hidup yang khas inilah yang nantinya akan

senantiasa mengendalikan kehidupannya, mengendalikan pemikiran-

  pemikirannya, termasuk juga akan mengendalikan perasaannya. Dari

 pandangan hidup yang khas ini pulalah akan terpancar segenap pemikiran-

 pemikiran yang khas darinya. Jika dia telah mencapai tingkatan 4, maka harus

dilanjutkan kepada tingkatan 5.

5. Tingkatan V

Tingkatan 5 merupakan manifestasi dari pemikiran tingkat 4, yaitu

terpancarnya pemikiran-pemikiran yang khas dari pandangan hidup tersebut.

Pancaran pemikiran tersebut meliputi:

9

Page 10: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 10/11

1) Adanya gambaran yang khas dan jelas tentang pengaturan yang benar terhadap

kehidupan manusia di dunia ini.

2) Gambaran pengaturan kehidupan tersebut meliputi: sistem pemerintahan,

sistem ekonomi, sistem sosial, sistem pendidikan dsb.

Jika dia telah mencapai tingkatan 5, maka seharusnya dilanjutkan

kepada tingkatan 6.

6. Tingkatan VI.

Tingkatan 6 merupakan manifestasi dari pemikiran tingkat 5, yaitu

adanya kemampuan untuk memecahkan segenap problem yang muncul dari

 pemikiran tingkat 5 tersebut dengan metode pemecahan yang khas. Pemikiran

tingkat 6 juga meliputi kemampuan untuk mempertahankan, mengembangkan

dan menyebarluaskan segenap pemikiran dari tingkat 5.

Pendidikan yang sampai pada tingkatan 6 inilah pendidikan yang

 paling ideal yang seharusnya diberikan kepada anak didik kita. Produk yang

dihasilkan dari pendidikan ini diharapkan mampu mencetak manusia yang

sejati, mandiri dan tidak mudah untuk diperbudak oleh kaum penjajah. Produk   pendidikan ini diharapkan juga mempunyai kemampuan untuk 

mempertahankan kehormatan dan harga dirinya sekaligus mampu

menyebarkan rahmatnya bagi semesta alam.

VI. PENUTUP

Demikianlah, untuk menjadikan Indonesia sebagai negeri yang unggul dan

  bermartabat memang tidak mudah. Banyak perubahan-perubahan yang mendasar 

yang harus berani untuk kita lakukan. Jika kita ingin mengharapkan lahirnya generasi

yang unggul dan berkualitas, generasi yang akan mampu menjadi pemimpin, tidak 

hanya pemimpin bagi negerinya, tetapi pemimpin bagi seluruh penduduk di muka

 bumi ini, maka pendidikan yang berkualitas akan menjadi kata kuncinya.

Kata kunci pendidikan yang berkualitas menurut penulis, sangat ditentukanoleh desain ilmu yang akan diberikan. Walaupun penulis juga menyadari bahwa

10

Page 11: Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

8/9/2019 Makalah+Problem+Pendidikan+Di+Indonesia

http://slidepdf.com/reader/full/makalahproblempendidikandiindonesia 11/11

 perangkat ilmu bukanlah satu-satunya, masih ada seabreg lagi konsekuensi lain yang

akan menyertainya, seperti penyusunan kurikulumnya, sistem pengajarannya,

 pembiayaan sekolahnya, dan seterusnya. Masih akan ada banyak daftar yang harus

menyertainya.

 Namun demikian, dalam makalah yang pendek ini penulis tetap berkeyakinan,

  bahwa perubahan itu tetap harus dilakukan, dan perubahan itu harus dimulai dari

 penataan perangkat ilmu dengan benar, supaya anak didik kita menjadi manusia yang

benar. Benar dalam visi hidupnya, benar dalam misi hidupnya, benar-benar sesuai

dengan Kehendak dari Yang Maha Pencipta, Allah SWT, ketika hendak menciptakan

manusia di atas muka bumi ini. Wallahu a’lam bishshowab.

11