makalahkelompok3

10
 TEORI BEHAV IORISME Oleh : Ni Made Prilasari, Ni Wayan Ningsih Ratna Sari, Ni Luh Suariningsih Pendidikan sangatlah penting untuk kehidupan manusia. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak akan pernah mengalami perkembangan di dalam hidupnya. Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori  behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku seseorang yang dikendalikan oleh faktor-f aktor lingkungan. Ciri-ciri Te ori Belajar Behavioristik antara lain: ementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan hubungan sebab akibat dalam pengalaman, mementingkan peranan reaksi, mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar. Teori belajar behavioristik lebih mementingkan hasil belajar yang merupakan tingkah laku yang ditujukan pada peserta didik. BAB I PENAH!L!AN "#"# LATAR BELA$AN% Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak ya ng harus dip enu hi sepanj ang hay at. Tan pa pen did ika n mustah il suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi !cita-cita" untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. #alam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat da n kebuda yaan. #a lam pe rkemba ng an ny a, is ti la h pe nd id ikan at au  paedagogie  berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja ol eh orang de$a sa agar ia menjad i de$asa. #e$as a yang dimak sud adal ah dapat bert anggung ja$ab terhadap di ri sen di ri secara bi ol ogis,  psikologis, paedagogis dan sosiologis. Pen did ikan dal am hal ini men gan dun g arti usa ha sadar dan ter enc ana untuk me$ujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara akt if men gembangka n pot ens i dir iny a unt uk memilik i kekuat an spi rit ual keagamaan, penge ndalia n diri, kepribadia n, kecerdasan, hakh lak mulia , serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Belajar diartikan sebagai aktifitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar diba$ah bimbingan pengajar. Proses yang menunjukan hubungan yang terus menerus antara res pon yang muncul serta rangsangan ya ng dib erik an dinamakan suatu pro ses bel ajar . 1

Upload: lia-aryanti

Post on 08-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah belajar dan pembelajaran

TRANSCRIPT

TEORI BEHAVIORISME

Oleh :Ni Made Prilasari, Ni Wayan Ningsih Ratna Sari, Ni Luh SuariningsihPendidikan sangatlah penting untuk kehidupan manusia. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak akan pernah mengalami perkembangan di dalam hidupnya.

Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku seseorang yang dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik antara lain: Mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan hubungan sebab akibat dalam pengalaman, mementingkan peranan reaksi, mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar.Teori belajar behavioristik lebih mementingkan hasil belajar yang merupakan tingkah laku yang ditujukan pada peserta didik.BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGPendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dewasa yang dimaksud adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis, paedagogis dan sosiologis.Pendidikan dalam hal ini mengandung arti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, hakhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Belajar diartikan sebagai aktifitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan pengajar.Proses yang menunjukan hubungan yang terus menerus antara respon yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan suatu proses belajar. Pengertian tersebut sarat akan nilai behavioristik. Dalam psikologi teori belajar selalu dikaitkan dengan stimulus dan respon makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat di dalam lingkungannya.1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah kami uraikan maka masalah yang akan kami bahas:

1. Apa pengertian Teori Belajar Behavioristik?2. Bagaimana ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik?

3. Bagaimana aplikasi dan implikasi Teori Belajar Behavioristik dalam pembelajaran?1.3. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian Teori Belajar Behavioristik.2. Untuk mengetahui ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik.3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dan implikasi Teori Belajar Behavioristik dalam pembelajaran.1.4. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi seorang calon guru dapat mengetahui bagaimana pengaruh Teori Belajar Behavioristik dalam pembelajaran.BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori BehavioristikTeori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Salah satu tokoh teori ini, John Locke berpandangan bahwa jiwa anak yang baru lahir ialah jiwanya dalam keadaan kosong seperti meja lilin putih bersih, disebut tabularasa. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Proses S-R (stimulus-respon) terdiri dari empat unsur.

1. Dorongan (drive). Siswa merasakan adanya kebutuhan terhadap sesuatu dan kemudian terdorong untuk berupaya memenuhi kebutuhan tersebut.2. Rangsangan (stimulus), yaitu sesuatu yang diberikan atau diperhadapkan kepada siswa.

3. Respon, yakni suatu reaksi yang muncul pada diri siswa sebagai akibat adanya stimulus.

4. Penguatan (reinforcement), yaitu tidakan yang perlu diberikan kepada siswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk member respon lagi.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila penguatan dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin berkurang.Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep manusia mesin (Homo Mechanicus).Tokoh-tokoh behavioristik yang sangat terkemuka adalah Ivan Petrovitch Pavlov, Edward Thorndike, dan B.F Skinner. Adapun ide-ide mereka secara garis besar antara lain :

Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)Teori pelaziman klasikTeori pelaziman klasik adalah memasangkan stimulus yang netral atau stimulus yang terkondisi dengan stimulus tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori connectionism. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum.Hukum kesiapan (Law of Readiness)Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.Hukum latihanSemakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.Hukum akibatHubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.

Skinner (1904-1990)Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. . Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkanPrinsip belajar Skinners adalah : Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer. Dalam pembelajaran digunakan shapping2.2 Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik antara lain:

a. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis), maksudnya perkembangan cara pikir manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Misalnya, seorang anak yang tumbuh di lingkungan pelajar pasti akan terpengaruh untuk menjadi anak yang terpelajar pula, contoh lain jika seorang anak tumbuh di lingkungan pejudi maka anak tersebut akan menjadi seorang pejudi. Dalam teori behavioristik, bakat seorang anak tidak diperhitungkan, yang memegang peranan adalah lingkungan tempat tinggal mereka.b. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu (pengalaman), seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pengalaman adalah salah satu faktor dari teori belajar behavioristik. Cara pikir manusia akan terbentuk karena sesuatu yang pernah mereka alami sebelumnya. c. Mementingkan peranan reaksi ( respon), Teori behavioristik dengan model hubumngan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.d. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar, dalam hal ini hasil belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang dilakukan atau yang tampak pada pebelajar (peserta didik).2.3 Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar (peserta didik), media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.BAB IIIPENUTUP3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa teori belajar behavioristik lebih mementingkan faktor faktor eksternal yang ada selama pembelajaran. Teori ini memandang peserta didik sebagai objek yang pasif. Seorang anak yang baru lahir dianggap tidak mempunyai bakat yang bisa mereka kembangkan, sebaliknya mereka dianggap seperti kertas putih yang belum terisi apa apa. Kertas tersebut akan terisi tergantung dari faktor faktor lain yang memberi warna pada kertas tersebut. Teori belajar behavioristik lebih mementingkan hasil belajar yang merupakan tingkah laku yang ditujukan pada peserta didik.3.2 Saran

Dari uraian di atas, adapun beberapa saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Sebagai calon seorang pendidik nantinya dalam pembelajaran, kita tidak hanya menitikberatkan pada faktor lingkungan. Seharusnya kita juga memperhatikan kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

2. Dalam proses evaluasi kita seharusnya tidak hanya mementingkan seberapa besar nilai yang di dapat , perlu juga diperhatikan bagaiman proses terbentuknya nilai tersebut.DAFTAR PUSTAKAHasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/teori-behaviorisme.html, diakses Senin, 20 Pebruari 2012.http://kajianpsikologi.blogspot.com/p/konsep-dan-teori-psikologi-sosial.html, diakses Senin, 20 Pebruari 2012.

http://www.rentcost.com/2011/12/pengertian-pendidikan-definisi.html, diakses Senin, 20 Pebruari 2012.http://filsafat.kompasiana.com/2010/10/12/teori-behaviorisme-dan-implikasinya/, diakses Senin, 20 Pebruari 2012.1