makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

33
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat kelompok masyarakat yang berkembang sangat cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dan perkembangan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan pola-pola kehidupan. Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat cepat, lancar, dan akurat memudahkan seseorang memperoleh informasi yang sangat berharga bagi kepentingan bisnis, pemerintahan, pendidikan dan hobi. Produk yang sangat nampak terjadi proses pembaruan, pertentangan atau konflik antara sektor budaya, sosial dan agama. Melalui proses akulturasi , pertentangan, konflik kepentingan seharusnya dapat dikurangi secara perlahan. Inovasi sebagai salah satu bentuk perubahan yang berkembang di masyarakat, inovasi terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak hasil dari inovasi. Inovasi diartikan sebagai penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi. Inovasi dapat menjadi positif atau negatif apabila inovasi positif didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang. Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Kita selalu menggunakan kurikulum dalam kehidupan sehari-hari. Setiap menit kita mempunyai tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Tugas itu selalu dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan harapan hasilnya memuaskan. Dalam konteks global, khususnya dalam pengembangan kurikulum secara nasional, antar negara, kurikulum nasional yang akan dianut, kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.

Upload: nieco-afryans

Post on 03-Jul-2015

169 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena

ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat kelompok masyarakat yang berkembang sangat

cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dan perkembangan teknologi,

komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di

masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan

berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan

bahkan pola-pola kehidupan.

Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan pemerataan

pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat cepat, lancar, dan akurat

memudahkan seseorang memperoleh informasi yang sangat berharga bagi kepentingan bisnis,

pemerintahan, pendidikan dan hobi. Produk yang sangat nampak terjadi proses pembaruan,

pertentangan atau konflik antara sektor budaya, sosial dan agama. Melalui proses akulturasi ,

pertentangan, konflik kepentingan seharusnya dapat dikurangi secara perlahan.

Inovasi sebagai salah satu bentuk perubahan yang berkembang di masyarakat, inovasi

terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak hasil

dari inovasi. Inovasi diartikan sebagai penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi

seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai

tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan

invensi.

Inovasi dapat menjadi positif atau negatif apabila inovasi positif didefinisikan sebagai

proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan

sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif

menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai

tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang. Proses Inovasi berkaitan

dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya,

oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation

decision Process).

Kita selalu menggunakan kurikulum dalam kehidupan sehari-hari. Setiap menit kita

mempunyai tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Tugas itu selalu dilakukan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan harapan hasilnya memuaskan.

Dalam konteks global, khususnya dalam pengembangan kurikulum secara nasional, antar

negara, kurikulum nasional yang akan dianut, kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan

mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk

memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.

Page 2: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

2

Intinya dalam inovasi kurikulum dilakukan apabila guru benar-benar menyakini bahwa

pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Dalam menyikapi suatu

perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam pembaharuan tersebut sampai pada tahap

implementasinya dan menetapkan perubahan itu sesuai dengan perkembangan sekolah

tersebut. Sering terjadi sekolah menerima suatu perubahan tanpa memperhitungkan mengapa

mereka mengadopsinya, apa dampak perubahan itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas.

Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang pembaharuan itu digembor-gemborkan sebagai

suatu model yang akan menjadi contoh bagi sekolah lain.

B. Rumusan Masalah

1. Merumuskan pengertian inovasi kurikulum.

2. Mendefinisikan karakteristik dalam inovasi kurikulum.

3. Merumuskan substansi perubahan kurikulum.

4. Menguraikan pengembangan kurikulum berbasis masyarakat.

C. Tujuan

1. Dapat merumuskan pengertian inovasi kurikulum

2. Dapat mendefinisikan karakteristik dalam inovasi kurikulum

3. Dapat menguraikan pengembangan inovasi kurikulum

Dalam penyusunan makalah ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah

pengembangan inovasi kurikulum yang sesuai dengan substansi yang ada. Adapun metode

penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah metode deskiptif, dimana penulis

memadukan dari beberapa rekomendasi serta literatur baik melalui situs internet maupun

kajian pustaka.

Page 3: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inovasi Kurikulum

Inovasi dilakukan apabila guru benar-benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang

harus dilakukan dan diperlukan. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan

kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-

benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang

sebenarnya telah ada sebelumnya).

Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan

jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989)

mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian,

metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang

(masyarakat). Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual

or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan

maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan.

Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang.

Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas

pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam

melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu

upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-

hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti

penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan

informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan. Inovasi

dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu

atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah, 1992:80).

Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan

mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk

memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.

Inovasi sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima

bahkan menolak hasil dari inovasi. Ibrahim (1988: 71-73) menyebutkan bahwa tipe

keputusan inovasi pendidikan termasuk didalamnya inovasi kurikulum dapat dibedakan

menjadi empat, yaitu:

1. Keputusan inovasi pendidikan opsional, yang mana pemilihan menerima atau

menolak inovasi berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu secara

mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sosial lain;

Page 4: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

4

2. Keputusan inovasi pendidikan kolektif, yang mana pemilihan menerima dan

menolak inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama atas

kesepakatan antar anggota sistem sosial;

3. Keputusan inovasi pendidikan otoritas, yang mana pemilihan untuk menerima dan

menolak inovasi yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang

mempunyai kedudukan, status, wewenang dan kemapuan yang lebih tinggi

daripada anggota lain dalam sistem sosial;

4. Keputusan inovasi pendidikan kontingen, yang mana pemilihan untuk menerima

atau menolak keputusan inovasi pendidikan baru dapat dilakukan setelah ada

keputusan yang mendahuluinya.

Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan

membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. kurikulum hanyalah alat atau instrumen

untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan

sebagai tujuan akhir. Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta

perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga mengalami

perubahan. Perubahan tersebut adalah

Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968

menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang

disempurnakan dan dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang

sistem pendidikan riasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.

Dan sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar

yang bau, maka muncul berbagai inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan

belajar tuntas.

Dari sisi sosiologis timbul masaah berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern

yang semakin tinggi dan kompleks sehingga muncu1 inovasi berupa masuknya

maka peajaran keterampi1an, adanyal kerja dan gagasan muatan lokal.

Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul paket untuk

pendidikan luar sekolah dan metode SAS (Struktural Analisis Sintesis) untuk

belajar membaca Al-Quran.

Mengutip pandang Ralph Tyler (1949), almarhum Prof. S. Nasution mengetengahkan

empat faktor, landasan ataupun azas utama yang selalu mengambil peran dalam

pengembangan kurikulum, yakni:

Pertama, azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan sekolah serta

guru-guru;

Kedua, azas sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan masyarakat

(orangtua, kebudayaan, masyarakat, pemerintah, ekonomi)

Ketiga, azas psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik, mental,

emosional dan spiritual anak didik

Keempat, azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita mengenai hakekat

ilmu pengetahuan

Keempat asas yang menjadi dasar pengembangan kurikulum dapat berkembang atau

bahkan berubah sama sekali dan yang demikian itu akan mempengaruhi kurikulum.

Page 5: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

5

Kurikulum dan Pengajaran Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Development

Curriculum” menyatakan bahwa setiap kurikulum biasanya terdiri dari tujuan, isi, strategi /

pola belajar-mengajar, dan evaluasi.

Komponen Tujuan

Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang

diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka

kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Ada dua jenis tujuan institusional,

yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan

kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik.

Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat

diukur pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih

operasional dan mudah dilakukan pengukuran.

Isi atau Materi Kurikulum

Isi kurikulum adaIah berbagai pengetahuan, sikap, ketrampilan dan pengalaman

belajar yang harus diberikan kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam

menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan maupun pengalaman

belajar diessuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan masyarakat,

(tuntutan, dan kebutuhan) perkembangan iptek.

Bila kita harus memilih isi kurikulum, maka kriteria yang bsa digunakan adalah :

Isi kurikulurn harus sesuai, dengan tepat dan bermakna bagi perkembangan

siswa. Artinya sejalan dengari tahap perkembangan anak.

Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan

tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.

Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang konprehensif, artinya mengandung

aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang.

Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya

tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-hari.

Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep

yang terdapat didalamnya, bukan hanya informasi aktual.

Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan

Menurut Tyler kriteria yang digunakan untuk merumuskan

kurikulum adalah :

Berkesinambungan. Artinya saling hubungan atau jalin-menjalin antara

berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.

Berurutan, Artinya kurikulum diorganisasikan dengan memperhatikan tahapan

atau urutan bahan.

Keterpaduan. Artinya dalam menyusun program pendidikan atau kurikulum

sebaiknya memiliki huhungan horisorital pengalaman belajar yang menjadi isi

kurikulum, sehingga dapat membantu anak memperoleh pengalaman tersebut

dalam suatu kesatuan.

Page 6: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

6

Prinsip Fleksibilitas. Artinya kurikulum yang dirumuskan hendaknya memiliki

ruang gerak baik bagi guru dalam mengembangkan program pendidikan

maupun untuk murid untuk memilih program yang ditawarkan

Strategi Pelaksanaan Kurikulum/ Proses Belajar-Mengajar

Strategi pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-mengajar adalah

cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan Kurikulum

sebagai program pendidikan pada dasarnya masih merupakan niat atau rencana, sedangkan

bagaimana operasionalisasinya, maka diperlukan strategi pelaksanaan kurikulum, Strategi

pelaksanaan kurikulum pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan:

a) tingkat dan jenjang pendidikan,

b) proses belajar-mengajar

c) bimbingan dan penyuluhan

d) administrasi supervise

e) sarana kurikuler

f) evaluasi atau penilaian.

Operasional strategi pelaksañaan kurikulum menerapkan metode dan media yang

sesuai dan tepat guna untuk mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan proses itu sendiri

bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap

bentuk organisasi yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh

pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang

efektif.

Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum sebagai program

pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktivitas program

dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara terus-menerus.

Hal ini sesuai dengan pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (1997) bahwa ada prinsip umum

dalam pengembangan inovasi yang perlu dievaluasi kurikulum tersebut antara lain :

a) Prinsip relevansi. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah

sudah relevan dengan kebutuhan peserta didik untuk menjawab kebutuhan

masyarakat.

b) Prinsip fleksibilitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah

sudah bersifat adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan konteks

pembelajaran.

c) Prinsip kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan

memungkinkah peserta didik lebih sanggup mengembangkan potensinya kelak

dalam rencana belajar berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat).

d) Prinsip praktis. Kurikulum sebaiknya mudah digunakan dengan alat sederhana

dan biaya relatif murah, terutama dalam situasi ekonmi dewasa ini. Selain itu,

apa yang dipelajari mahasiswa seharusnya mampu membentuk dan

meningkatkan kompetensi mereka di dalam kehidupan sehari-hari.

e. Prinsip efektivitas. Efektivitas sebuah kurikulum harus dilihat dari

sejauhmana perubahan peserta didik, sebagaimana nampak dalam kehidupan

dan karyanya

Page 7: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

7

B. Inovasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Kemunculannya seiring

dengan munculnya semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

Pemerintah. Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keahlian dan

keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya

saing dan daya jual untuk menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah-

tengah perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keahlian dan

keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya

saing dan daya jual untuk menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah-

tengah perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Adanya kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan hasil lulusan menjadi lebih terampil

dan kompeten dalam segala tuntutan masyarakat sekitarnya.

1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh

siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan . Menurut nasution kurikulum adalah segala

usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman

sekolah ataupun diluar sekolah termsuk kurikulum. Ada pendapat lain yang menjelaskan

bahwa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga

penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada

peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata

pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam

penyelenggaraan pendidikan tersebut. Kompetensi merupakan kemampuan mengerjakan

sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu. Kompetensi harus

didemonstrasikan sesuai dengan standar yang ada di lapangan kerja (Hamalik, 2000).

Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang

merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak

secara konsisten dan terus menerus setiap saat akan memungkinkan bagi seseorang untuk

berkompeten, artinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk

melakukan sesuatu. Kompetensi dapat diartikan suatu kemampuan untuk menstrasfer dan

menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seseorang pada situasi yang baru.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar

dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas, 2002).

Sedangkan pendapat lain mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum

2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak

tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum

diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994,

perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.Dalam kurikulum terdahulu, para

murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para

siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi

materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini,

para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa

meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling

berkompetisi . Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu

Page 8: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

8

pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa

bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.

Dari rumusan tersebut, KBK lebih menekankan pada kompetensi atau kemampuan

apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu,

sedangkan masalah bagaimana cara mencapainya, secara teknis operasional diserahkan

kepada guru di lapangan. Tidak ada dalam KBK secara tersirat dan tersurat apa yang harus

dilakukan guru untuk mencapai kompetensi tertentu. KBK hanyalah memberikan petunjuk

secara universal bagaimana seharusnya pola pembelajaran diterapkan oleh setiap guru.

Rumusan lain tentang kompetensi menurut McAshan (l981) adalah suatu pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi

bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya. Ini

berarti bahwa kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah

kompetensi harus tergambarkan dalam pola perilaku,Artinya bagaimana implementasi

pengetahuan itu diwujudkan dalam pola tindakan yang siswa lakukan sehari-hari. Sehingga

kompetensi itu pada hakekatnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai,

sikap yang direfleksikan dalam bentukkebiasaan berfikir dan bertindak.

KBK berorientasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran untuk

mengembangkan kemampuan intelektual saja, melainkan bagaimana pengetahuan itu

dipahaminya dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan nyata.

Gordon (l988) menyarankan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi

sebagai berikut:

a) Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk melakukan proses berfikir.

b) Pemahaman (understanding). Yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang

dimiliki individu.

c) Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan

tugas yang dibebankan.

d) Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan

mewarnai dalam segala tindakannya.

e) Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang

datang dari luar, perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah

f) Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu

tindakan atau perbuatan untuk mempelajari materi pelajaran.

Kompetensi apa saja yang harus dicapai oleh KBK? Wina Sanjaya (2005)

memberikan apresiasi terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa sesuai dengan

tuntutan KBK, yaitu:

a) Kompetensi akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup

b) Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan

mampu beradaptasi terhadap dunia kerja

c) Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri

sebaikbaiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat

d) Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani

kehidupannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Page 9: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

9

2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi

Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis terutama

pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional maupun profesional. Suatu bidang

pekerjaannya tugas utamanya berkenaan dengan kompetensi perbuatan, perilaku,

performance yang menunjukan kecakapan, kebisaan, keterampilan melakukan sesuatu tugas

atau peranan secara standar seperti yang dituntut oleh suatu okupasi (Nana Syaodih, 2004).

Makna yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri dua hal, yaitu: Pertama KBK

mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik

melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua KBK memberikan

peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing.

Dalam KBK siswa tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah konsep, akan

tetapi bagaimana konsep yang dipelajari berdampak pada perilaku dan pola pikir dan

bertindak sehari-hari. Dan dalam KBK pun menghargai bahwa setiap siswa memiliki

kemampuan, minat dan bakat yang berbeda sehingga diberikan peluang kepada siswa

tersebut untuk belajar sesuai dengan keberagaman dan kecepatan masing-masing. Oleh

karena itu dalam KBK, proses pembelajaran harus didesain agar dapat melayani setiap

keberagaman tersebut.

Karakteristik Utama KBK sebagai sebuah Kurikulum:

1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang

harus dikuasai dan dicapai siswa.

2. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan

memperhatikan keberagaman setiap individu.

3. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.

Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci, yaitu:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun klasikal,

artinya isi KBK intinyasejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa, dan

kompetensi inilah sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.

2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan pencapaian

kompetensi adasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan

acuan kompetensi yang diharapkan. Proses pencapaian tentu saja bergantung pada

kemampuan dan kecepatan yang berbeda setiap siswa.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi sesuai dengan keberagaman siswa.

4. Sumber belajar bukan hanya untuk guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi

unsur edukatif, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

informasi. Guru berperan sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa belajar dari

berbagai macam sumber belajar.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

pencapaian suatu kompetensi. KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai

dua sisi yang sama pentingnya.

Setelah memahami karakteristik KBK, maka sebenarnya apa yang ingin dicapai oleh

KBK adalah mengembangkan peserta didik untuk menghadapi perannya di masa mendatang

dengan cara mengembangkan sejumlah kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan

Page 10: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

10

kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk terbiasa berani menghadapi problem

kehidupan secara wajar kemudian secara kreatif mencari solusi untuk mengatasinya.

Adapun tujuan kecakapan hidup ini adalah: Mengaktualisasikan potensi peserta didik

sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi

a) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas

(broad based education)

b) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan

memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat,

sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (School Based Management)

c) Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses kompleks dan melibatkan berbagai

faktor terkait. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan

berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang

mempengaruhinya.

Pengembangan KBK memfokuskan kepada kompetensi tertentu berupa paduan:

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai

wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan KBK memungkinkan guru

menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar yang

mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Karena itu peserta

didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan dijadikan sebagai standar

penilaian hasil belajar, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui

penguasaan sejumlah kompetensi tertentu sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke

penguasaan sejumlah kompetensi berikutnya. Kriteria tersebut bias dikembangkan

berdasarkan tujuan khusus yang dipelajari sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai.

3. Asas Pengembangan KBK

1. Asas Filisofis

Berkenaan dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Sistem nilai erat kaitannya dengan

arah dan tujuan yang musti tercapai. Itu sebabnya dalam KBK, filsafat sebagai sistem nilai

menjadi sumber utama dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Di Indonesia

sistem nilai yang berlaku adalah Pancasila. Dengan demikian isi KBK yang disusun harus

memuat dan mencerminkan tentang kandungan nilai-nilai pancasila.

2. Asas Psikologis

Berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perkembangan peserta didik. Secara psikologis

anak didik memiliki perbedaan baikminat, bakat maupun potensiyang dimilikinya. Dengan

demikian baik tujuan, isi maupun strategi pengembangan KBK harus memperhatikan kondisi

tahapan perkembangan dan psikologi belajar peserta didik.

Page 11: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

11

3. Asas Sosiologis

Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak

didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Karena itu kurikulum sebagai alat da

pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat.

Ketiga asas tersebut merupakan landasan pokok KBK sebagai pedoman dan perangkat

perencanaan, implementasi dan pelaksanaan yang dibingkai oleh tiga sisi yang sama-sama

penting.

4. Prinsip Pengembangan KBK

Proses pengembangan KBK harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip

pengembangan KBK sebagai berikut:

1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur dan penghayatan nilai-nilai budaya. Sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang beriman dan

bertaqwa, maka peningkatan keimanan dan pembentukan budi pekerti merupakan

prinsip utama yang harus diperhatikan pengembang kurikulum

2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. Pembentukan manusia yang

utuh merupakan tujuan utama pendidikan. Manusia utuh adakah manusia yang

seimbang antara kemampuan intelektual, sikap, moral dan keterampilan. Pengembang

KBK harus memperhatikan tiga keseimbangan tersebut.

3. Penguatan integritas nasional. Indonesia adalah negara dengan beraneka ragam suku

dan budaya yang sangat majemuk. Pendidikan harus dapat menanamkan pemahaman

dan penghargaan terhadap aneka ragam budaya, sehingga menjadi kekuatan yang

dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap peradaban bangsa di dunia ini

4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi. Pengembangan KBK diarahkan

agar anak didik memiliki kemampuan berfikir dan belajar dengan cara mengakses

berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.

5. Pengembangan kecakapan hidup yang meliputi keterampilan diri, keterampilan

berpikir rasional, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan

vokasional. Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup melalui pembudayaan

membaca, menulis, dan berhitung; sikap, dan perilaku adaptif, kreatif, inovatif, kreatif

dan kompetitif.

6. Pilar pendidikan. Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam empat pilar

pendidikan yaitu belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat, belajar hidup dalam

kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan mengekspresikan jati diri yang

dilandasi ketiga pilar sebelumnya.

7. Komprehensif dan berkesinambungan. Konprehensif mencakup keseluruhan dimensi

kemampuan dan subtansi yang disajikan secara berkesinambungan mulai pendidikan

taman kanak-kanak sampai pendidikan menengah.

8. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat.

9. Diversifikasi kurikulum. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Dari sejumlah prinsip pengembangan kurikulum tersebut pada hakikatnya menekankan

bahwa rencana pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada kaidah-kaidah budaya

Page 12: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

12

local dan nasional. Budaya local seperti mempertimbangkan kebiasaan, adat istiadat,

kesepakatan diantara masyarakat baik tertulis maupun tanpa tertulis harus dipatuhi sebagai

pengembang kurikulum. Sedangkan budaya nasional yakni apa yang telah menjadi karakter

budaya bangsa kita seperti kehidupan agamis, berpancasilais sejati, belajar sepanjang hayat

termasuk pilar pendidikan yang telah disarankan oleh WHO.

Implikasi KBK terhadap Pengembangan Aspek Pembelajaran

a) Pengembangan Rancangan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam KBK diarahkan untuk menggali dan mengembangkan

potensi yang dimiliki anak didik. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus berorientasi

pada siswa sebagai subjek bukan sebagai objek pembelajaran. Untuk itu ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran, diantaranya:

1. Rancangan kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk

mencari, mengolah, menemukan sendiri pengetahuan. Kegiatan pembelajaran

hendaknya dirancang agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dasar mata

pelajaran yang bersangkutan.

2. Rancangan pembelajarn harus disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana

pembelajarn yang tersedia.

3. Pembelajarn harus dirancang dengan mengordinasikan berbagai pendekatan belajar.

4. Pembelajaran harus dapat memberikan pelayanan terhadap kebutuhan individual

siswa seperti bakat, minat, kemampuan, latar belakang sosial ekonomi.

b) Pengembangan Proses Pembelajaran

KBK sebagai sebuah kurikulum yang menekankan kepada pencapaian kompetensi,

memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran yang musti dilakukan guru dan siswa.

Konteks pembelajaran yang diinginkan KBK, guru bertindak dan berusaha menyediakan

waktu dan tempat agar siswa belajar. Belajar itu sendiri bukan menumpuk ilmu pengetahuan

akan tetapi merupakan proses perubahan perilaku melalui pengalaman belajar. Melalui

pengalaman belajar itulah diharapkan terjadinya pengembangan berbagai aspek yang terdapat

dalam individu massing-masing pembelajar. Implikasi ini sangat penting sebab akan

mempengaruhi berbagai tindakan guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik dalam

pengembangan strategi pembelajaran maupun dalam menggunakan berbagai sumber

belajar.Proses pembelajarn tidak hanya diarahkan semata-mata agar siswa mampu menguasai

sejumlah materi pembelajaran akan tetapi pembelajaran lebih diarahkan kepada penguasaan

kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum.

c) Pengembangan Evaluasi

Evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu

yang dipertimbangkan seperti orang, benda, kegiatan, keadaan kesatuan tertentu.

Karakteristik evaluasi meliputi, pertama evaluasi merupakan suatu proses atau tindakan,

kedua proses tersebut dilakukan untuk memberi makna atau nilai. Evaluasi suatu proses,

evaluasi terdiri dari pengumpulan data dan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa

dan pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang telah

diperoleh. Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi : aspek kognitif, afektif dan aspek

psikomotor. Aspek kognitif berhungan dengan kemampuan kecerdasan dan intektual

Page 13: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

13

siswa, aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap

mata pelajaran dan proses pembelajaran. Aspek psikomotor terdiri dari beberapa kompetensi

yang harus dicapai baik tingkat penguasaan gerak awal, tingkatan gerak rutin maupun

kemampuan gerak secara menyeluruh.

Sebagai bentuk kurikulum yang menghendaki ketercapaian kompetensi, aspek alat dan

bentuk penilaian harus dilakukan seimbang baik tes maupun non tes sesuai dengan fungsi

evaluasi sebagai fungsi formatif maupun sumatif. Kedua fungsi evaluasi ini sangat penting

artinya sebagai jawaban penerapan diberlakukannya KBK.

Melalui KBK ini, dalam menseting pembelajaran seperti merencanakan, melaksnakan

sampai menilai meski berorientasi pada aktivitas peserta didik yang beragam agar mereka

memiliki banyak pengalaman belajar, sehingga guru bertindak memfasilitasi bagaimana

peserta didik belajar. Pengembangan KBK dilandasi filosofis keimanan dan ketakwaan yang

kuat disetai landasan secara psikologis yang handal dan proses secara teknologis yang unggul.

Hal ini dalam KBK pengembangan dapat dilakukan dengan perencanaan, implementasi

pembelajaran, dan evaluasi yang dilakukan guru secara terprogram.

C. Inovasi Kurikulum Berbasis Mayarakat

Perkembangan pendidikan anak sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena ciri

masyarakat selalu berkembang. Ada kelompok masyarakat yang berkembang sangat cepat,

tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dari perkembangan teknologi,

komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di

masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan

berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan

bahkan pola-pola kehidupan.

1. Pengertian Kurikulum Berbasis Masyarakat

Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan perpaduan

antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula

memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan

dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat

kepada masyarakat ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber belajar,

strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa mendatang.

Karakteristik lain dari materi pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga

kurikulum berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai fasilitator

belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan permasalahan. Pengembangan

kurikulum bertitik tolak dari tujuan pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum,

seleksi strategi pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum.

Kurikulum berbasis masyarakat, bahan dan objek kajiannya menyesuaikan kebijakan dan

ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial,

ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu

dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan

dan kebiasaan utnuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain

mencegah dari keterasingan lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat

dan beusaha mencintai lingkungan hidup, sehingga sebuta kurikulum ini disebut kurikulum

Page 14: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

14

berbasis wilayah. Berdasarkan teori berbasis masyarakat beberapa teori kurikulum ini setuju

bahwa tingkat sosial harus menjadi titik awal dan penentu utama kurikulum.

Tujuan:

1. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk

kerajinan, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.

2. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup

mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

3. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keuntungan antara lain: pertama,

kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua,

kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial,

profesional maupun manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian

sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah khusus

kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan

kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam

pengembangan kurikulum.

Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dalam

mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian

pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, sikap dan keterampilan dasar yang

diperlukan untuk hidup dan pendidikan lebih lanjut.

2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat

Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk kurikulum yang

memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa sekolah ke dalam

masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan.

Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:

- Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar

bersumber pada buku teks.

- Disiplin kelas berdasarkan tanggungjawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau

kebebasan.

- Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi

kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.

- Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-

sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat

tersebut.

Page 15: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

15

- Strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia(nara sumber), survei masyarakat,

berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, KKN, proyek perbaikan masyarakat dan

sekolah pusat masyarakat.

1) Karakteristik materi pembelajaran

Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas dan melebar,

maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan, kriteria

tersebut antara lain: validitas telah teruji kebenaran dan kesahihannya.

2) Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa.

3) Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai pengembangan

kecakapan hidup (life skill) dan mandiri.

4) Layak dipelajarai, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan kondisi

masyarakat sekitar.

5) Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dengan

menumbuhkembangkan rasa ingin tahu.

6) Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan kedalaman

materi.

7) Saran dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang berfungsi

memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran.

8) Kegiatan siswa dan guru

Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat Perkembangan teknologi membawa

perubahan yang cukup drastis dalam segala bidang dan pekerjaan. Masyarakat perkotaan

berubah cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah

menjadi poloa kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki

spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat

kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan kerja keras. Pola kerja

masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur melebihi waktu biasa. Banyaknya

waktu yang digunakan untuk bekerja akan mengubah citra penghasilan yang diperoleh.

Asumsinya penghasilan tinggi akibat suami istri bekerja akan meningkatkan kemampuan

ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak

mempunyai masalah selalu ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama bergaul

dan hidupnya dengan pembantu daripada dengaa orang tuanya. Kondisi demikian

berbagai masalah keluarga timbul dikarenakan pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

tidak berjalan, seperti hubungan komunikasi di antara anggota keluarga sangat terbatas

malahan mungkin hilang.

3. Kegiatan siswa dan guru

Kegiatan siswa, mustinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi siswa untuk

mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru. Dan

materi pembelajarnnya pun harus dapat memberikan pembekalan kemampuan atau

kecakapan kepada peserta didik dan mempunyai serta dapat hidup mandiri dengan

menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajari.

Guru dalam kurikulum berbasis masyarakat berperans sebagai fasilitator, sumber belajar,

pembina, konsultan, sebagai mitra kerja yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.

Sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang

Page 16: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

16

kuat untuk dignakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial

budaya dan alam sekitar.

4. Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, menganalisis dan

menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengmbilan keputusan.

Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu

disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan kerja

siswa (fortofolio), hasil karya (penugasan), kinerja, dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi

dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setelah

kegiatan belajar mengajar. Semua sumber di masyarakat sebagai laboratorium untuk praktik

sesuai kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat secara keseluruhan memiliki berbagai

dimensi seperti: keluarga, teknologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan kehidupan lainnya.

Dimensi tersebut masing-masing mengandung aspek manusiawi, kelembagaan, sistem

kehidupan, metode kerja dan kondisi situasi dengan karakteristiknya sendiri.

5. Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat

Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat:

1. Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar.

2. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa.

3. Tujuan kurikulum.

4. Pengorganisasian dan implementasi kurikulum.

5. Tujuan pembelajaran.

6. Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran.

7. Teknik evaluasi (proses dan produk).

8. Implementasi strategi pembelajaran.

9. Penilaian dalam pembelajaran dan

10. Evaluasi program kurikulum.

Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan menganalisis, dan

menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan. Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh

karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan

kerja siswa (portofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru

menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa

selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.

Inovasi kurikulum berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan kajian terus menerus

terhadap kebutuhan masyarakat sekitar terhadap sekolah ( khususnya siswa ) dan kebutuhan-

kebutuhan siswa terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dua hal krusial ini pasti akan terus

berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan masyarakat. Sehingga

sekolah penganut kurikulum berbasis masyarakat akan selalu harmonis dengan lingkungan

dan masyarakatnya, karena akan selalu terjadi simbiosis mutualisme.

Page 17: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

17

Berorientasi pada komponen-komponen kurikulum tersebut, maka langkah-langkah

pengembangannya terdiri dari:

Langkah 1: Penentuan tujuan pendidikan berdasarkan filsafat dan psikologi pendidikan juga

berdasarkan spesifikasi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan siswa.

Langkah 2: Analisis kebutuhan masyarakat sekitar, siswa dan mata ajar.

Langkah 3:Spesifikasi tujuan kurikulum baik tujuan umum maupun tujuan khusus.

Langkah 4: Pengorganisasian dan implementasi kurikulum dan struktur program.

Langkah 5: Spesifikasi tujuan pengajaran termasuk TPU dan TPK.

Langkah 6: Seleksi strategi pembelajaran meliputi kegiatan, model, dan metode pembelajaran.

Langkah 7: Seleksi awal teknik evaluasi.

Langkah 8: Seleksi final teknik evaluasi (langkah ini dilakukan setelah langkah 5).

Langkah 9: Implementasi strategi pembelajaran secara aktual.

Langkah 10: Evaluasi pengajaran untuk menilai keberhasilan siswa dan efektivitas

pembelajaran dan perbaikan evaluasi.

Langkah 11: Evaluasi program kurikulum.

Salah satu contoh dari kurikulum berbasis masyarakat:

Karena pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup drastis

dalam segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah cepat dibandingkan

masyarakat pedesaan. Perubahan kehidupan agraris berubah menjadi pola kehidupan industri,

dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam

melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap

individualis dan kerja keras. Dari persoalan itulah dapat diupayakan, sikap kita dengan

kehidupan kita saat ini yang menuntut perkembangan teknologi dengan begitu cepatnya, tetap

membuat kita tidak termakan oleh zaman dan melupakan kebiasaan dahulu yang sudah

menjadi kebiasaan budaya nenek moyang, seperti kehidupan dengan sifat kebersamaan dan

gotong royong. Dengan perubahan zaman seperti apapun tetap membuat kita berpegang pada

kebiasaan yang sudah menjadi adat kebiasaan kita.

D. Inovasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan

Kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang memungkinkan siswa baik secara

individual maupun klasikal aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara

holistik bermakna dan otentik. Semuanya menekankan pada cara menyampaikan pelajarn

yang bermakna dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran

terpadu diharapkan para siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan cara

mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran lain.

Page 18: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

18

1. Pengertian Kurikulum Berhubungan dan Berisi Keterpaduan

Pendekatan keterpaduan merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen

yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen dengan komponen maupun

antar komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan

sebelumnya. Dengan demikian, pendekatan sistem menitikberatkan pada keseluruhan, lalu

bagian-bagian dan unsur-unsur dan interaksi antara bagian-bagian dengan keseluruhan.

Konsep keterpaduan pada hakekatnya menunjuk pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan,

kelngkapan, kompleks, yang ditandai oleh interaksi dan interpendensi anatar komponen-

komponennya. Ini berarti organisasi kurikulum secara terpadu, suatu bentuk kurikulum yang

meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran

dalam bentuk unit atau keseluruhan.

Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar bagi para

siswa. Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan

komponen masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf. Ketiga komponen

tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu

untuk mengembnagkan kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman

belajar.

2. Komponen Kurikulum Berbasis Keterpaduan

Komponen kurikulum berbasis keterpaduan saling berkaitan yaitu sub sistem

masukan yakni siswa, sub sistem proses yakni metode, materi dan masyarakat, sub sistem

produk yakni lulusan yang dikaitkan komponen evaluasi dan umpan balik. Masing-masing

komponen saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka untuk

mencapai tujuan.

Komponen lulusan adalah produk sistem kurikulum yang memenuhi harapan

kuantitas yakni jumlah lulusan sesuai dengan kebutuhan dan harapan kualitas yakni mutu

lulusan ditinjau dari segi tujuan intrinsik dan ekstrinsik.

Komponen metode terdiri dari program pembelajaran, metode penyajian, bahan dan

media pendidikan. Sedangkan komponen materi terdiri dari fasilitas, sarana dan prasarana,

perlengkapan dan biaya. Komponen evaluasi untuk menilai keberhasilan proses kurikulum

dan ketercapaian tujuan kurikulum. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk evaluasi formatif

dan summatif. Komponen balikan berguna untuk memberikan informasi dalam rangka umpan

balik demi perbaikan sistem kurikulum. Komponen masyarakat merupakan masukan

eksternal dalam bidang sosial dan budaya, yang berfungsi sebagai faktor penunjang dan turut

mewarnai pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.

3. Karakteristik Kurikulum Berbasis Keterpaduan

Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara

berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.

Dengan demikian, kurikulum terpadu mengintegrasikan komponen mata pelajaran sehingga

batas-batas mata pelajaran tersebut sudah tidak nampak lagi, dikarenakan telah dirumuskan

dalam bentuk masalah atau unit.

Page 19: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

19

Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu: berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi

pancasila, berdasarkan psikologi belajar Gestalt, berdasarkan landasan sosiologis dan sosio

kultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik,

ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, sistem penyampainnya

dengan menggunakan sistem pengajaran unit yakni unit pengalaman dan unit mata pelajaran

dan peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan peran siswa lebih menonjol

dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.

4. Prosedur Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterpaduan

Kurikulum terpadu yang berangkat dari bentuk rencana umum dan dilaksanakan dalam

bentuk pembelajaran unit. Rencana umum yang dimaksudkan adalah organisasi kurikulum

yang berpusat pada bidang masalah, idea, core atau thema tertentu yang dapat digunakan

untuk melaksanakan suatu pengajaran unit. Dengan perkataan lain, resource unit adalah unit-

unit yang telah siap dibuat dan disusun secara umum, lengkap dan luas serta merupakan

reservoir bagi pengembangan pembelajaran unit.

Tujuan Sumber Unit

1. Menyediakan sumber-sumber yang dapat digunakan dalam merencanakan sesuatu

unit dan berisi saran-saran, petunjuk-petunjuk tentang kegiatan menentukan lisiswa,

baik secara perorangan maupun kolektif.

2. Memberikan bimbingan atau petunjuk dalam menentukan lingkup masalah atau

syarat-syarat tentang tingkat tujuan yang hendak dicapai.

3. Memuat hal-hal yang dapat dijadikan petunjuk dan bantuan mengajar secara teratur

dan tersusun agar lebih efektif.

4. Memuat saran tentang penilaian.

5. Menunjukkan bermacam-macam pengalaman tertentu yang dapat dipergunakan guru

dan mengembangkan satuan pengajaran.

Kriteria Penyusunan Rencana Umum

1. Rencana umum bernilai atau dapat digunakan di dalam bnayak situasi dan bersifat

fleksibel, baik isi maupun prosedur mengajar dan belajar.

2. Rencana umum dikembangkan oleh kelompok guru dan bukan hanya oleh seorang

guru saja.

3. Cara yang paling efektif adalah apabila rencana tersebut dilaksanakan oleh kelompok

guru yang telah mempersiapkannya.

4. Rencana umum disusun sedemikian rupa agar mudah dilakukan dan diubah sesuai

dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia.

5. Program ini menyediakan cukup persiapan fasilitas, waktu bagi peserta pelayanan dan

ketatausahaan.

Organisasi dan Isi Rencana Umum

1. Filsafat dan tujuan sekolah seharusnya benar-benar dipahami oleh guru yang

menyusun dan dirumuskan secara jelas.

2. Tujaun rencana tersebut seharusnya memberikan sumbangan yang bermakna bagi

pencapaian tujuan dan memberikan arah bagi pengembangan pembelajaran.

Page 20: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

20

3. Ruang lingkup resource unit berisiskan suatu perumusan scope yang jelas seperti

pembatasan istilah yang digunakan.

4. Kediatan yang disarankan meliputi sejumlah kegiatan belajar bagi individu dan

kelompok dipilih secara organisir agar dapat digunakan secara efektif.

5. Rencanakan secara lengkap buku-buku sumber dan alat bantu yang akan digunakan.

6. Prosedur evaluasi dan alat-alatnya dipilih sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan

dan menjadi bagian integral dari rencana umum.

7. Pengalaman dalam suatu unit kerap kali membantu guru dalam perencanaan unit-unit

selanjutnya. Sesuatu rencana umum berisi banyak kemungkinan yang mendorong

penyelidikan dan belajar hal-hal baru.

8. Diperlukan diskusi tentang berbagai rencana umum dalam rangka perencanaan secara

kooperatif.

E. Perkembangan Inovasi-Inovasi Kurikulum di Indonesia1[1]

Perkembangan pendidikan di Indonesia ditandai dengan lahirnya berbagai inovasi

pendidikan yang didalamnya terdapat inovasi kurikulum dan inovasi pembelajaran, yang

diperkuat dengan berbagai kebijakan pada masa inovasi tersebut diterapkan. Secara spesifik

makalan ini menyajikan berbagai inovasi kurikulum dan pembelajaran yang telah dan sedang

dilakukan hingga saat ini.

Inovasi merupakan suatu ide yang dituangkan dan bersifat baru, walaupun

sesungguhnya tidak ada sesuatu hal yang baru seutuhnya tetapi merupakan penyesuaian dan

perbaikan dari hal yang telah ada. Karakteristik suatu inovasi adalah; kreatif, baru, praktis,

perubahan nilai, ekonomis, dan merupakan suatu terobosan. Dan lingkup inovasi terdiri dari

tiga bagian yaitu inivasi struktur (SD 5 tahun), inovasi materi (materi teknologi informasi dan

komunikasi untuk SMU tahun 2004), dan inovasi proses (e-learning) melalui tahapan

konwledge, persuasion, decision, implmentation, dan confirmation (Rogers,1983:164)

Sebagai gambaran awal, berikut ini akan disajikan mengenai beberapa perkembangan

kurikulum khususnya di Indonesia dimulai dari tahun 1968 hingga 2004 dan 2006 dengan

spesifikasi orientasi dari masing kurikulum-kurikulum tersebut, secara garis besar

perkembangan tersebut disajikan dalam tabel 1, sebagai berikut:

1[1] ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc/ di akses tanggal 2 mei 2012

Page 21: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

21

Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

NO TAHUN FOKUS ORIENTASI

1 1968 Subject Matter (mata pelajaran)

2 1975 Terminal Objectives (TIU, TIK)

3 1984 Keterampilan Proses (CBSA Project)

4 1994 Munculnya pembagian kamar antara kurikulum nasional dengan

kurikulum muatan local

5 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi

6 2006 Kurikulum berbasis lokal (daerah/satuan pendidikan)

Dengan melihat pada isi tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

· perubahan atau penyesuaian kurikulum tersebut relatif dilakukan dalam periode yang relatif

konstan yaitu antara 8 hingga 10 tahun,

· perubahan mencakup aspek proses dan materi,

· perkembangan terakhir menunjukkan konsentrasi pendidikan untuk meningkatkan mutu dan

relevansinya bagi masyarakat dan lingkungan.

Perkembangan terbaru dalam pendidikan dan kurikulum yaitu lahirnya kurikulum

2006 dengan diikuti populernya istilah KTSP. Persepsi masyarakat pendidikan pada

umumnya dalam memandang KTSP sebagai model baru kurikulum sebagai pengganti KBK

(kurikulum 2004), secara teoritik model pengembangan kurikulum yang sejalan dengan

paradigma KTSP adalah model Tyler (objective model), model grassroot dari Hilda Taba,

Model kurikulum transmisi dari Miller-Seller, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis beranggapan bahwa KTSP adalah sebuah

istilah/penamaan dari suatu bentuk pengelolaan dan pengorganisasian kurikulum sebagai

implikasi dilaksanakannya otonomi daerah khususnya dalam bidang pendidikan, hipotesa

penulis didasari pengertian KTSP, prinsip-prinsip, dan prosedur penyusunan KTSP yang akan

diuraikan pada bagian berikutnya dalam makalah ini.

Sebagai pengayaan informasi penulis mencoba mendekatkan antara KTSP dengan

SBCD (School-Based Curriculum Development) yang diterapkan di Australia melalui tulisan

Laurie Brady “Curriculum Development: Third Edition” (1990). Brady mengatakan bahwa

SBCD didalamnya “........... school and teacher greater autonomy in curriculum decisions”,

pernyataan tersebut didasari pada asumsi bahwa “ ..... that curriculum decisions should be

made by the teacher who are implementing them and that decisions should be shared by all

who are involved”.

Page 22: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

22

Trend munculnya SBCD adalah adanya desentralisasi dalam paradigma pengelolaan

bidang kehidupan, tingginya tuntutan terhadap profesionalisme guru, perlunya kebebasan

sekolah untuk menentukan dan mengembangkan program studi, dan keterlibatan guru secara

langsung dalam proses pengembangan kurikulum. Lebih lanjut Brady mengatakan bahwa

peran sekolah dalam proses pengembangan kurikulum adalah “ school must be involved in

selecting content, having regard for available resources, to meets its own objectives and to

cuter for students of different level of maturation”.

Beberapa karakteristik pelaksanaan SBCD di Australia adalah sebagai berikut:

1. Melibatkan sekolah dan guru dalam membuat keputusan pengembangan dan

implementasi kurikulum.

2. Menjalin hubungan antara beberapa sekolah dalam proses pengembangan

kurikulum.

3. lebih berorientasi pada selective dan adaptive dari pada creative.

4. Merupakan proses kontinu dan dinamis dengan melibatkan guru, siswa dan

masyarakat.

5. Membutuhkan dukungan dari berbagai elemen terkait.

6. Mengubah aturan/pola guru yang tradisional (perubahan peran guru kearah

profesionalisme).

7. Adanya perpindahan tanggung jawab dalam pembuatan keputusan kurikulum

daripada memutuskan hubungan atau jalur dengan pusat.

Beberapa reaksi terhadap SBCD seperti ditulis Brady adalah: terasa berat melakukan

perubahan peran guru dari pelaksana menjadi pengembang, lemahnya keahlian/kemampuan

guru dan kurangnya pengalaman dan pengetahuan mengenai pengembangan kurikulum yang

disediakan di sekolah, masalah usia; karena usia merefleksikan pengalaman mengajar,

insentif; yaitu suatu upaya untuk memotivasi guru terlibat dalam SBCD, dan support

structure; perlunya dukungan sekolah secara hirarkikal.

Berdasarkan beberapa kutipan yang penulis ambil dalam bukunya Brady (1990), pada

hakekatnya terdapat beberapa kesamaan orientasi antara SBCD yang diungkap oleh Brady

pada tahun 1990 dengan KTSP yang saat ini merupakan hal yang dianggap “kebaruan” dalam

masyarakat pendidikan di Indonesia. Sehingga SBCD dapat menjadi salah satu rujukan dalam

desain, pengelolaan, pemanfaatan, penggunaan, dan evaluasi KTSP yang sekarang sedang

digalakan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dinas pendidikan indonesia dari tingkat pusat

hingga tingkat daerah.

1. Pengertian kurikulum satuan pendidikan (KTSP)

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi

yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP

merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada

setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses

belajar mengajar di sekolah. 2[2]

Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah

2 [2]

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya. . 2006. hal 20

Page 23: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

23

memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan

mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan

setempat.3[3]

kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan sesuai dengan

satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya

masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan Komite Sekolah, atau

Madrasah dan Komite Madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan

silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan

KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan agar lebih familiar dengan guru,

karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai.

Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakaqn keharusan agar sistem

pendidikan nasional tersebut selalu relevan dan kompetitive. Hal tersebut juga sejalan dengan

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya

peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan

berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan

oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan

memperhatikan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36.

2. Landasan dan Prinsip Pengembangan KTSP

KTSP dilandasi oleh UU dan peraturan pemerintah sebagai berikut4[4]

:

1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

2) Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi

4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan

5) Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No.

23

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang

dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip-

prinsip sebagai berikut:5[5]

3[3] Ibid. hal 21

4[4] http://budi.student.fkip.uns.ac.id/category/kbk-dan-ktsp. akses 2 mei 2012

5[5] http://www.pdf-tuts.com/download/prinsip-prinsip-pengembangan-ktsp-1.html/akses 2 mei 2012

Page 24: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

24

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan

lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi

sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk

mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan

dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,

kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif

terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan jender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan

pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang

bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum

memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan

(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.

Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan

pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir (thingking skill),

kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian

kurikulum dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan

antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan

peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara

unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan

tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

Page 25: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

25

g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan

lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan

global, nasional, dan lokal harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan

perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada

lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara

partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah :

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang

tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai.6[6]

4. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Bahwa komponen-komponen KTSP terdiri dari sebagai berikut : 7[7]

a) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu

kepada tujuan umum pendidikan berikut:

1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

6[6]

Mulyasa, Op.cit.hlm. 22

7 [7]Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Tingkat Satuanh

Pendidikan. 2006

Page 26: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

26

3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri

dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

b) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata

pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai

peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang

dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut :

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknlogi.

4. Kelompok mata pelajaran estetika.

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan

pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi

sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi

peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum

c) Kalender Pendidikan

Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan

mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kelender pendidikan adalah

pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang

mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan

hari libur. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing

satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen standar isi dengan

memperhatikan ketentuan dari pemerintah.

5. Aspek-Aspek Inovatif yang Terkandung Dalam KTSP8[8]

KTSP yang mulai diberlakukan secara nasional pada tahun 2006 jelas berbeda

dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa KTSP

merupakan produk dari penjabaran Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003 yang bernafaskan Undang-undang Otonomi Daerah. Dua hal penting yang

membedakan KTSP dengan kurikulum sebelumnya (sebagai dampak dari UU Otonomi

8[8]

http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/ di akses 2 mei 2012

Page 27: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

27

Daerah) adalah (a) diberlakukannya kurikulum yang berdiversifikasi, dan (b) adanya

standardisasi pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang

heterogen, baik dilihat dari aspek geografisnya maupun latar belakang sosial budayanya.

Heterogenitas ini membawa dampak bahwa terdapat perbedaan yang cukup bermakna

antara daerah dan pusat. Dengan diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah maka

setiap daerah mempunyai wewenang untuk mengatur urusan dalam negerinya. Dengan

demikian, pada aspek pendidikan terjadi hal yang sama. Jika pada masa berlakunya

sentralisasi saja sudah menyebabkan adanya perbedaan yang bermakna antara pusat dengan

daerah, maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi dengan sistem pendidikan yang

desentralisasi.

Untuk mengatasi perbedaan tersebut, maka kurikulum dikembangkan dengan

mengacu kepada standar nasional, artinya meskipun tiap daerah bahkan tiap sekolah diberi

kebebasan untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan kemampuan masing-

masing, tetapi tetap harus mengacu pada standar minimal yang sifatnya nasional. Dengan

demikian diharapkan bahwa kurikulum yang dikembangkan (KTSP) dapat mengadopsi

kebutuhan daerah tetapi tidak melupakan aspek mutu/kualitas pendidikan secara nasional.

Aspek-aspek inovatif yang terkandung dalam KTSP di antaranya diterapkannya

pendidikan kecakapan hidup; dikembangkannya keunggulan lokal sesuai karakteristik,

kebutuhan, dan tuntutan setempat; kurikulum berbasis sekolah, dalam pengertian meskipun

kerangka dasar dan struktur kurikulum dikembangkan secara sentralistik, tetapi

pengembangan perencanaan pembelajaran (silabus & RPP) dan kegiatan belajar mengajar

dikembangkan secara desentralistik; dan disertakannya peran serta masyarakat.

6. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan9[9]

Dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dapat dilakukan

melalui pengembangan komponen-komponen kurikulum, di antaranya:

a) Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Visi, dan Misi Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan harus berorientasi ke depan,

dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah, merupakan perpaduan antara langkah

strategis dan sesuatu yang dicita-citakan, dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna,

dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilannya, berbasis nilai, dan

membumi (kontekstual).

Penyusunan visi dalam KTSP melalui tiga tahap yaitu; tahap 1: hasil belajar siswa,

dengan merumuskan apa yang harus dicapai siswa berkaitan dengan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap setelah mereka menamatkan sekolah. Tahap 2: suasana

pembelajaran, dirumuskan dengan mempertimbangkan suasana pembelajaran seperti apa yg

9[9]

ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc/ di akses 2 mei 2012

Page 28: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

28

dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu, dan tahap 3: suasana sekolah, dimana sekolah

ditempatkan sebagai lembaga/organisasi pembelajaran dengan merumuskan seperti apa

yang diinginkan untuk mewujudkan hasil belajar bagi siswa.

Setiap tahapan dirumuskan dalam kalimat, kemudian dipindai setiap rumusan/kalimat

untuk mendapatkan kata kunci, rumusan visi dari kata kunci tersebut secara singkat padat

bermakna (kurang lebih tidak lebih dari 25 kata), berdasarkan Visi ini, bisa ditentukan

missinya dimana missi dapat diartikan sebagai sejumlah langkah strategis untuk menuju

dan mencapai sasaran dari visi yang telah dirumuskan.

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah adalah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dan khususnya tujuan

pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruannya.

b) Struktur dan Muatan KTSP

Struktur dan Muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah seperti

tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran, yaitu; kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,

kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran

estetika, dan kelompok mata pelajaranjasmani, oleh raga dan kesehatan.Keluasan dan

kedalaman pada setiap kelompok mata pelajaran sebagai beban belajar bagi setiap pesera

didik pada satuan pendidikan.

mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar,

kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan

berbasis keunggulan lokal dan global.

Kalender Pendidikan, untuk setiap satuan pendidikan dapat menyusun kalender

pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik

dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam

Standar Isi.

7. Peluang dan Tantangan yang diberikan oleh KTSP10[10]

KTSP memberikan peluang munculnya diversifikasi sekolah, sebab kurikulum yang

dikembangkan dalam KTSP sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, hanya berisikan

standar kompetensi/kompetensi dasar yang merupakan standar nasional; sedangkan

pengembangan selanjutnya sangat ditentukan oleh kebutuhan/karakteristik sekolah atau

10[10]

http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/ di akses 2 mei 2012

Page 29: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

29

masyarakat yang berada di sekitar sekolah. Peluang ini dapat diterjemahkan sebagai

tantangan bagi pihak sekolah (penyelenggara pendidikan) dalam rangka mempercepat

pembangunan bangsa. Apakah sekolah sebagai penyelenggara pendidikan akan jalan

ditempat, “menunggu perintah dari atas” sebagaimana yang selama ini dikondisikan, atau

pihak sekolah mengadopsi peluang itu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan bangsanya. Diversifikasi ini memungkinkan dikembangkannya sistem

persekolahan yang berdaya saing tinggi, sebab pihak sekolah diberi kewenangan penuh untuk

mengembangkan kurikulumnya sebaik dan semaju mungkin tetapi juga melihat pada

kebutuhan dan kemampuan pihak penyelenggara pendidikan (sekolah). Dengan adanya

kemungkinan diverisifikasi ini maka penyelenggara pendidikan tidak lagi harus seragam,

sehingga diharapkan percepatan pembangunan bangsa dapat dicapai.

Partisipasi masyarakat yakni peran komite sekolah memberi masukan dan saran

tentang keunggulan lokal, menjadi poin berikutnya dalam peluang yang terkandung di

KTSP. Keterlibatan pihak masyarakat, yang selama ini dipandang hanya sebagai “user”

pasif, memunculkan tantangan yang lebih bermakna, sebab masuknya peran/partisipasi

masyarakat akan melibatkan pemikiran-pemikiran baru tentang perlunya peningkatan

kualitas yang berasal dari pihak pengguna. Masyarakat dapat mengikutsertakan dirinya

untuk pengembangan dan kemajuan sekolah dengan mengedepankan keunggulan-

keunggulan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar. Artinya pengembangan pendidikan

berasal dari kebutuhan wilayah sekitar (lokal) dan membawa warna keunggulan lokal,

sehingga produk pendidikan tidak lagi menjadi suatu alieansi sebab kemajuan pendidikan

daerah tersebut sangat ditentukan oleh pengembangan keunggulan lokalnya.

Peluang lain yang diberikan melalui KTSP adalah bahwa kurikulum berbasis

sekolah. Hal ini mengindikasi selain kurikulum akan dikembangkan sesuai kebutuhan dan

kemampuan pihak sekolah, juga tidak kalah pentingnya adalah bahwa kurikulum harus

dikembangkan oleh guru. Dalam hal ini guru bukan hanya sebagai pelaksana kurikulum,

melainkan juga sebagai pengembang kurikulum di kelasnya. Konsekuensinya, guru dituntut

untuk siap sebagai pengembang kurikulum, sehingga tidak lagi terdengar bahwa

pengembangan perencanaan pembelajaran hanyalah merupakan “pekerjaan administratif

belaka”. Konsekuensi lanjutan adalah perlunya pembinaan berkelanjutan yang intensif bagi

pihak guru sebagai pengembang kurikulum di tingkat sekolah.

Profesionalisasi menjadi suatu kebutuhan, dan guru harus terus meningkatkan

dirinya untuk mempercepat pembangunan bangsa. Di tangan gurulah terletak maju atau

mundurnya pendidikan kita.

8. Kemungkinan Permasalahan dalam Proses Implementasinya11[11]

Penerapan KTSP telah berjalan tiga tahun, dan sampai saat ini tampaknya apa

yang dilaksanakan di lapangan masih belum memenuhi tuntutan kurikulum tersebut. Tidak

sedikit pengamat pendidikan yang mempertanyakan apa perbedaan antara KTSP dengan

11[11]

http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/diakses 2 mei 2012

Page 30: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

30

kurikulum sebelumnya, sementara di kalangan guru masih terjadi perbedaan pendapat di

dalam menafsirkan tuntutan kurikulum. Guru kembali menggunakan kebiasaan mengajar

seperti sebelumnya. Di lain pihak para guru merasa bahwa SK/KD tidak memberi arah dan

tuntunan yang jelas (dan detail) sehingga mereka cenderung mencari “contoh silabus/RPP”

yang sudah jadi dan meniru nya menjadi silabus/RPP yang akan digunakannya dalam

pembelajarannya.

Hal-hal yang terjadi seperti dikemukakan di atas dapat diidentifikasi :

a. Sudah terlalu lamanya guru menggunakan gaya mengajar yang mengacu kepada

posisi guru sebagai user kurikulum (segala sesuatu telah ditetapkan dari atas

sehingga guru tinggal melaksanakannya), dan terdapat kecenderungan untuk

mempertahankan gaya tersebut (status quo), sedangkan KTSP mensyaratkan guru

untuk menjadi curriculum developer.

b. Kurangnya proses sosialisasi KTSP yang pada awal berlakunya kurikulum tersebut

hanya dilakukan one-shot training. Bagaimana guru dapat memahami isi dan

tuntutan kurikulum dengan baik jika pengenalan dilakukan hanya dalam waktu

terbatas.

Kurangnya pemahaman guru terhadap orientasi kurikulum. Dalam hal ini orientasi

kurikulum (yang merupakan salah satu dari landasan kurikulum) merupakan dasar

dikembangkannya bentuk kurikulum, sehingga memahami orientasi kurikulum akan

memudahkan untuk memahami kurikulum secara keseluruhan. Sebagai contoh KTSP pada

posisi pencapaian tujuan kurikuler berkiblat pada orientasi Transaction yang artinya siswa

sebagai pusat sebab orientasi ini menganggap siswa memiliki kemampuan berinteraksi

dengan lingkungan dan proses ditekankan pada proses (Seller & Miller, 1985 : 62-67) dan

pengembangan aktivitas siswa merupakan tujuan antara dalam rangka mencapai tujuan

kurikuler. Dengan demikian apabila guru tidak memahami orientasi kurikulum yang tersirat

dalam KTSP, maka kemungkinan yang terjadi adalah guru memberikan sejumlah informasi

(faktual) kepada siswa, dan pada akhirnya siswa hanya tinggal menghafal fakta-fakta yang

telah diberikan oleh guru tersebut (pembelajaran satu arah dan siswa pasif - cenderung rote

learning).

Tampaknya kelemahan dalam proses implementasi KTSP lebih cenderung kepada

kurangnya pemahaman guru terhadap apa yang menjadi tuntutan kurikulum tersebut. Dalam

hal ini masalah implementasi tersebut lebih banyak berada pada posisi kekurangan yang ada

pada guru sebagai pengembang kurikulum.

Page 31: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

31

BAB III

KESIMPULAN

Inovasi kurikulum muncul karena ada masalah yang dirasakan dalam pelaksanaan

kurikulum. Inovasikurikulum meliputi perencanaan, implementasi dan pengembangan

kurikulum termasuk kurikulum berbasis kompetensi yang meliputi konsep, karakteristik, dan

proses pengembangan KBK. Konsep KBK menitikberatkan pada kemampuan di bidang

pengetahuan, keterampilan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan baik kompetensi

akademis, okupasional, kultural maupun temporal. Karakteristik KBK beroreantasi pada

ketercapaian kompetensi, keberagaman hasil belajar, multi strategi termasuk pendekatan atau

metode dengan menekankan penilaian pada proses dan hasil.

Inovasi Kurikulum merupakan suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan

mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk

memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Inovasi dilakukan apabila guru benar-

benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Berbicara

mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery.

Inovasi sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan

menolak hasil dari inovasi.

Dalam menyikapi suatu perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam

pembaharuan tersebut sampai pada tahap implementasinya dan menetapkan perubahan itu

sesuai dengan perkembangan sekolah tersebut. Sering terjadi sekolah menerima suatu

perubahan tanpa memperhitungkan mengapa mereka mengadopsinya, apa dampak perubahan

itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas. Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang

pembaharuan itu digembor-gemborkan sebagai suatu model yang akan menjadi contoh bagi

sekolah lain.

Sampai saat ini telah mengalami perubahan penyempumaan (inovasi) kurikulum

mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Implernentasi suatu inovasi

kurikulum dimaksudkan untuk menyahuti perkembangan jaman dan meningkatkan mutu

suatu satuan pendidikan. Namun, sering inovasi-inovasi tersebut mengalami kegagalan dan

tidak pernah diimplementasikan.

Inovasi kurikulum ini bukan hanya perubahan pemikiran, tetapi yang paling penting

adalah perubahan perilaku dalam pembelajaran. Dan suatu inovasi tidak begitu saja dapat

diterima. Perubahan-perubahan yang dibawa inovasi memerlukan persiapan dan waktu yang

panjang, Kecepatan pelaksanaannya tergantung pada kondisi sekolah dan kesiapan para

pelaksana (Hasan, 1995), cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat atau

sekolah tergantung pada karakteristik inovasi

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi

yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP

merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada

Page 32: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

32

setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses

belajar mengajar di sekolah.

Perbedaan mendasar dari kurikulum 2004 dengan KTSP adalah khususnya dalam

penyusunan dan pengembangan indikator pencapaian kompetensi ditentukan oleh satuan

pendidikan dalam hal ini guru dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan secara

nasional. Secara umum konten dan system kompetensi pada kurikulum 2004 masih

digunakan pada kurikulum 2006 atau KTSP, oleh karena itu penguasaan kedua kurikulum

tersebut saling berkaitan erat.

KTSP memberikan peluang munculnya diversifikasi sekolah, sebab kurikulum yang

dikembangkan dalam KTSP sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, hanya berisikan

standar kompetensi/kompetensi dasar yang merupakan standar nasional; sedangkan

pengembangan selanjutnya sangat ditentukan oleh kebutuhan/karakteristik sekolah atau

masyarakat yang berada di sekitar sekolah. Peluang ini dapat diterjemahkan sebagai

tantangan bagi pihak sekolah (penyelenggara pendidikan) dalam rangka mempercepat

pembangunan bangsa. Apakah sekolah sebagai penyelenggara pendidikan akan jalan

ditempat, “menunggu perintah dari atas” sebagaimana yang selama ini dikondisikan, atau

pihak sekolah mengadopsi peluang itu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan bangsanya.

Page 33: Makalahinovasipend 121114045937-phpapp01 (1) (1)

33

DAFTAR PUSTAKA

http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/kurikulum-berbasis-masyarakat.html

Hamalik, Oemar. 2003, Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution. 1999, Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nana Syaodih Sukmadinata 1997, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek Remaja

Rosdakarya, Sa’ud, Syaefudin Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

http://dreamschool26.blogspot.com/2010/11/makalah-inovasi-kurikulum.html

http://inovendplb2.wordpress.com/2012/01/10/makalah/

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya. . 2006. hal 20

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Tingkat Satuanh

Pendidikan. 2006

http://budi.student.fkip.uns.ac.id/category/kbk-dan-ktsp. akses 2 juni 2010

http://www.pdf-tuts.com/download/prinsip-prinsip-pengembangan-ktsp-1.html/akses 2 mei

2012

http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan

ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc

http://k-youlia.blogspot.com/2012/10/inovasi-pada-kurikulum-tingkat-satuan.html