makalahberbagaipembuktiantheoremaphytagoras
TRANSCRIPT
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi masa
depan, karena pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk
berperan di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dewasa ini
menuntut masyarakat agar mempersiapkan generasi muda, yang sanggup
menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang yang dapat tercapai lewat
pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan manusia mampu untuk menghadapi
tantangan kehidupan dan diharapkan dapat tercipta sumber daya manusia yang siap
bersaing.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memberikan andil yang
sangat besar dalam kehidupan manusia. Matematika merupakan sarana berpikir
logis, analis, dan sistematis bahkan sarana pembentuk intelektual. Mengingat
peranan matematika yang sangat penting, maka peserta didik dituntut untuk
menguasai pelajaran matematika secara tuntas di setiap satuan dan jenjang
pendidikan.
Menyadari hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan ke arah
peningkatan prestasi belajar matematika. Usaha-usaha perbaikan terus dilakukan
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 2
dan diharapkan akan selalu ditingkatkan, dan jangkauannyapun diperluas dan
mencakup sasaran yang lebih besar seperti peningkatan berpikir sistematis,
peningkatan kemampuan komunikasi matematika, pemahaman soal cerita
matematika, pengetahuan pemecahan masalah matematika dan perbaikan cara
belajar matematika.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan usaha tersebut
adalah melihat proses dan hasil-hasil yang sudah dicapai, karena disadari atau tidak
kenyataannya di lapangan menunjukkan rendahnya prestasi belajar matematika
siswa.
Dengan melihat proses dan hasil belajar matematika siswa, seharusnya
seorang guru menggunakan suatu pendekatan yang bisa mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran khususnya. Selain itu pendekatan tersebut diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu pendekatan yang akan memberikan
solusi dalam meningkatan kemampuan komunikasi matematika yang dialami siswa
dalam belajar sekaligus mampu meningkatkan hasil belajar adalah dengan
menggunakan pendekatan problem posing.
Problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran non
konvensional yang dalam proses kegiatannya membangun struktur kognitif siswa,
bahkan dalam beberapa penelitian diantaranya. Dapat dikatakan bahwa problem
posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam
memecahkan masalah.
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 3
Salah satu masalah menarik dalam kaitannya dengan problem solving
adalah pembuktian teorema phytagoras, dari proses ini diharapkan struktur kognitif
siswa dapat ditingkatkan dan dapat melatih pemahaman siswa terhadap konsep –
konsep matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada bagian pendahuluan di atas, maka
penulis merumuskan masalah yaitu apakah dengan berbagai pembuktian rumus
phytagoras mampu meningkatkan pemahaman konsep phytagoras.
C. Tujuan
Untuk mengetahui apakah dengan berbagai pembuktian rumus phytagoras
mampu meningkatkan pemahaman konsep phytagoras yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika.
D. Manfaat Memberikan informasi tambahan bagi para pendidik khususnya penulis tentang
berbagai pembuktian rumus phytagoras mampu meningkatkan pemahaman konsep
phytagoras.
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah dan pemecahan masalah dalam matematika
Masalah matematika pada umumnya berbentuk soal matematika, namun
tidak semua soal matematika merupakan masalah. Soal matematika merupakan
masalah bila siswa belum mampu menyelesaikan soal semacam itu. Untuk
menjawab soal tersebut memerlukan analisis untuk menemukan pola dan formula
tertentu. Bentuk soal merupakan salah satu dasar dalam menentukan jenis-jenis
masalah dalam matematika.
Mengenai jenis-jenis masalah matematika, Polya (1973) mengemukakan
dua macam masalah, yaitu
masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret
termasuk teka-teki, dan (b) masalah untuk membuktikan adalah untuk
menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah (tidak kedua-
duanya).
Sedangkan Swasener (1985) mengemukakan 4 tipe masalah dalam
matematika, yaitu: (a) simbolik, (b) kata-kata, seperti soal cerita, (c) geometric,
berkaitan dengan unsur-unsur geometri, dan (d) lain-lain, seperti menentukan rumus.
1. Peranan komunikasi matematika
Komunikasi pada hakekatnya merupakan proses penyampaian pesan dari
pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi antara sipengirim dan
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 5
sipenerima, di bangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh
pengirim dan pembongkaran ide atau simbol bahasa oleh sipenerima.
Berkaitan dengan hal di atas, dapat dikatakan bahwa syarat terjadinya
proses komunikasi harus terdapat dua atau lebih pelaku. Yakni pengirim dan
penerima pesan, sehingga yang perlu ditekankan selanjutnya adalah bagaimana cara
kita menyampaikan pesan agar dapat berjalan secara efektif.
Pada dasarnya matematika dapat dipandang sebagai bahasa karena dalam
matematika terdapat sekumpulan lambang/simbol dan kata ( baik kata dalam bentuk
lambang maupun kata yang diadopsi dari bahasa biasa ). Matematika adalah bahasa
yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Simbol-simbol matematika bersifat ”artifisial” yang baru memiliki arti setelah
sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka matematika hanya merupakan
kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna.
Sebagai bahasa, matematika memiliki kelebihan jika dibanding dengan
bahasa-bahasa lainnya karena bahasa matematika memiliki makna yang tunggal
sehingga suatu kalimat matematika tidak dapat ditafsirkan bermacam-macam. Jadi
dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematika adalah merupakan proses
penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima dalam bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Jadi
sejak awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk
mengatasi berbagai macam permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 6
bermasyarakat, baik itu permasalahan yang memiliki hubungan erat dalam kaitannya
dengan ilmu eksak ataupun permasalahan yang bersifat sosial.
2. Problem Posing
Terdapat beberapa definisi yang berbeda tentang pengajuan masalah (problem
posing) antara satu pakar dengan pakar yang lain dalam pendidikan matematika.
Shukkwan (1993) mengartikan pengajuan masalah matematika sebagai perumusan
ulang serangkaian masalah matematika dari situasi yang diberikan. Sejalan dengan
pandangan ini, Duncer (dalam Stoyanova dan Ellerton, 1996) mendefinisikan
pengajuan masalah matematika sebagai suatu usaha untuk menyusun atau
merumuskan masalah dari situasi yang diberikan.
Dillon (1982) mendefinisikan pengajuan masalah matematika sebagai problem
finding, yaitu suatu proses berpikir yang dihasilkan berupa pertanyaan matematika
dari suatu situasi tertentu yang diberikan untuk diselesaikan. Silver (1993,1995)
melengkapi pengertian pengajuan masalah matematika yaitu sebagai suatu usaha
mengajukan masalah baru dari situasi atau pengalaman yang telah dimiliki oleh
siswa.
a. Problem posing dalam pembelajaran matematika
Sesuai dengan kedudukan problem posing merupakan langkah awal dari proses
pemecahan masalah, maka pembelajaran problem posing juga merupakan
pengembangan dari pembelajaran problem solving. Silver, dkk (Sutiarso: 2000)
menyatakan bahwa dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam
memahami soal, merencanakan langkah-langkah pembelajaran problem solving.
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 7
Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik.
Peserta didik hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan
soal/masalah. Berkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam kegiatan
perumusan masalah/soal dalam pembelajaran matematika, Walter dan Brown (1993:
302) menyatakan bahwa soal dapat dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain
gambar, benda manipulatif, permainan, teorema/konsep, alat peraga, soal dan solusi
dari soal.
b. Pengajuan masalah sebagai suatu pendekatan
Pengajuan masalah matematika menurut (Brown dan Walter, 1990) terdiri dari
dua aspek penting, yaitu
”accepting dan challenging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa
memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sudah ditentukan.
Sementara challenging, berkaitan dengan sejauhmana siswa merasa tertantang
dari situasi yang diberikan sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan
masalah atau soal matematika dapat membantu siswa untuk mengembangkan
proses nalar mereka.”
Terdapat tiga unsur penting yang saling terkait dalam pembelajaran matematika,
yaitu (1) situasi masalah, (2) pengajuan masalah, dan (3) pemecahan masalah
(Hamzah, 2002a ).
B. Sejarah Pythagoras
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 8
PYTHAGORAS hidup sekitar 2500 tahun yang lalu (582 SM – 496 SM, bahasa
Yunani: Πυθαγόρας) di Sisislia, selatan Italia. Ia seorang matematikawan. Ia juga
mengajarkan metamatika serta filsafat kepada para pengikutnya. Ia juga gemar akan
musik. Ia mencoba menggabungkan antara musik dan matematika untuk membuat
sesuatu menjadi teratur dan tidak kacau balau. Musik mempertajam perasaan kita
sedangkan matematika memberikan aturan bagaimana dunia ini berlangsung dengan
teratur. Phytagoras dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan
yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.
Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah
buatan mengenai dirinya.
Kita mengenal kata Pythagoras pada umumnya berkaiatan dengan Dalil 74
(Geometri) yang menyatakan bahwa luas persegi pada sisi miring sebuah segitiga siku-
siku sama dengan jumlah kedua persegi sisi siku-sikunya. Atau dengan mudah
dikatakan ’Kuadrat sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat
kedua sisi siku-sikunya”.
Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya
Pythagoras, Dalam matematika, teorema Pythagoras adalah suatu keterkaitan dalam
geometri Euklides antara tiga sisi sebuah segitiga siku-siku. Teorema ini dinamakan
menurut nama filsuf dan matematikawan Yunani abad ke-6 SM, Pythagoras. Pythagoras
sering dianggap sebagai penemu teorema ini meskipun sebenarnya fakta-fakta teorema
ini sudah diketahui oleh matematikawan India (dalam Sulbasutra Baudhayana dan
Katyayana), Yunani, Tionghoa dan Babilonia jauh sebelum Pythagoras lahir.
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 9
Pythagoras mendapat kredit karena ialah yang pertama membuktikan kebenaran
universal dari teorema ini melalui pembuktian matematis.
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 10
a
a
a
a
b
b
b
b
cc
BAB III
PEMBAHASAN
Berikut ini terdapat beberapa pembuktian teorema phytagoras.
1. Bukti dari sekolah Phytagoras
Sifat pada segitiga siku-siku ini sebenarnya telah dikenal berabad-abad sebelum
masa Phytagoras, seperti di Mesopotamia, mesir dan juga cina. Tetapi catatan
tertulis pertama yang memberi bukti berasal dari Phytagoras. Bukti dari sekolah
Phytagoras tersebut tersaji dengan diagram di atas. Perhatikan bahwa :
Luas daerah yang diarsir pada gambar (1) adalah a2 + b2
Luas daerah yang diarsir pada gambar (2) adalah c2
Dengan demikian a2 + b2 = c2
ab
a
bc
c
Gambar 1 Gambar 2
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 11
2. Bukti dengan menggunakan diagram Phytagoras
Perhatikan gambar di samping. Keempat segitiga
siku-siku yang kongruen disusun membentuk gambar.
Dengan menghitung luas bangun persegi yang terjadi
melalui 2 cara akan kita peroleh:
2ba = abc2142
22 2 baba = abc 22
22 ba = 2c (Sumardoyo, 2003)
3. Bukti dari bhaskara
Pembuktian teorema Phytagoras berikut pertama
kali dipublikasikan oleh Bhaskara, seorang
matematikawan India, sekitar abad X. Bangun ABC
disamping berupa bujur sangkar dengan sisi c. Di
dalamnya dibuat empat buah segitiga siku-siku
dengan panjang sisi a dan b. Dengan konstruksi
bangun tersebut maka:
Luas PQRS + 4 x Luas ABQ = Luas ABCD
abab .21.42 = 2c
abaabb .22 22 = 2c
22 ba = 2c B
a
a b
b
b
b
c
a
a
cc
c
A B
CD
S
R
Q
P
c
b a
c
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 12
4. Bukti dari J. A. Garfield
Pembuktian teorema Phytagoras berikut pertama
kali dipublikasikan oleh J. A. Garfield tahun 1876. Luas
daerah trapezium di samping dapat dihitung dengan dua
cara hingga kita dapat membuktikan teorema
Phytagoras seperti di bawah ini.
Luas Trapesium = (Jumlah dua sisi sejajar)/2 x tinggi
= baba .2/
= 2
2 22 baba …………………(1)
Dipihak lain diperoleh luas trapesium:
Luas Tapesium = 2
21
21.2 cab
= 2
21 cab ....……….….…..(2)
Dari persamaan 1 dan 2 diperolah
22 22 baba = 2
21 cab
22 2 baba = 22 cab
22 ba = 2c
a
b
a
c
c
b
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 13
5. Bukti dengan menggunakan tinggi dan sifat segitiga sebangun
Perhatikan gambar disamping:
ABC ACD sehingga 121 .ccbatau
bc
cb
………(1)
ABC ACD sehingga 222 .ccaatau
ac
ca
………(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh:
22 ba = 21 .. cccc
22 ba = 21 .. ccc
22 ba = cc.
22 ba = 2c
6. Bukti dengan menggunakan transformasi
Misalkan segitiga ABC siku-siku di
C. Putarlah sebesar 900 berlawanan arah
dengan putaran jarum jam dengan pusat
rotasi di titik C.
Segitiga baru A’B’C’ berimpit dengan ABC .
2
21 a = (1)
2
21 b = (2) + (3)
---------------------------------------------------------------------- +
2
21 a + 2
21 b = (1) + [(2) + (3)]
c2
c1
D
C
B
A
a
b
Pusat Rotasi
AB’
A’
C=C’
B
(1) (2)
(3)x
y
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 14
= [(1) + (2)] + (3)
= cycx21
21
= yxc 21
= cc.21 = 2
21 c
Dengan mengali kedua ruas, maka diperoleh 22 ba = 2c
7. Bukti dengan dasar perbandingan
Pembuktian teorema Phytagoras berikut dipublikasikan oleh Birkhoff.
Diberikan segitiga ABC yang siku-siku di C. Kalikan setiap sisi dengan c. lalu
bentuk dua segitiga sebangun dengan ABC seperti gambar di samping. Dengan
perbandingan sisi pada segitiga –
segitiga sebangun, diperoleh
panjang sisi-sisi lain pada
bangun di atas. Dari konstruksi
tersebut, jelas telihat bahwa 22 ba = 2c .
8. Bukti dengan “bayangan”.
Perhatikan bahwa kelima gambar di bawah memuat daerah yang diarsir dengan
luas yang sama. (menggunakan konsep kesamaan luas bangun-bangun datar).
A
C
Bc2
acbcab ab
b2 a2
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 16
Bukti di atas adalah bukti asli dari Euclid yang metransformasikan luasan daerah
pada persegi dengan luasan c2 ke dua persegi yang lebih kecil dengan luasan a2 dan b2.
dari gambar telihat dengan jelas bahwa c2 = a2+b2
9. Bukti dengan “putaran”
Perhatikan bahwa kelima gambar di samping.
Luas daerah gambar awal = abba .21.222
Luas daerah gambar akhir = abc .21.22
c
c
b
b
a
a
c
c a
a
b
b
(1)(2)
M
N
O
II
I
a
b
b
a
c
c
a
b
b
ac
c
(3) (4) Pada gambar 1 terdapat terdapat dua persegi dengan luas masing-masing a2 dan
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 17
b2, dan terdapat dua segitiga dengan luasan ba..21.2 , kemudian pada gambar 2
daerah tersebut dibagi dua dengan garis MN sebagai sumbunya. Selanjutnya,
daerah I dirotasi sejauh 1800 dengan pusat rotasi di titik O (lihat gambar 3).
Selanjutnya pada gambar 4 terdiri dari sebuah persegi dengan luas c2, dan dua
buah segitiga dengan luas ba..21.2
Oleh karena transformasi di atas tidak mengubah ukuran, maka kedua daerah
tersebut sama luasnya, sehingga dengan mengurangi masing-masing oleh ab atau
mengambil kedua bangun segitiga siku-siku akan diperoleh: 22 ba = 2c .
(Sumardyono, 2003)
10. Bukti dari Euclides
Pembuktian teorema Phytagoras
berikut pertama kali dipublikasikan oleh
Euclides. Perhatikanlah gambar di
bawah ini.
DBQE = NLBD ………kedua bangun kongruen
= MLBC...........alas sama-sama BL dengan tinggi tetap BD
= SRBC............alas sama-sama BC dengan tinggi tetap BR
= a2
ADEP = KNDA ………kedua bangun kongruen
= KMCA...........alas sama-sama AK dengan tinggi tetap AD
U A
P
E
Q
B
R S M L
T
K
C
P
N
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 18
= UTCA............alas sama-sama AC dengan tinggi tetap AU
= b2
c2 = a2 + b2
11. Bukti dari Leonardo da Vinci
Diberikan segitiga siku-siku ABC. Buatlah
segitiga JHI kongruen dengan ABC.
Maka segiempat ABHI, JHBC, ADGC dan EDGF
adalah kongruen. (mengapa?). Bukti Teorema
Pythagoras dilakukan sebagai berikut:
luas(ADGC) + luas(EDGF) = luas(ABHI) + luas(JHBC)
luas(ADEFGC) = luas(ABCJHI)
Tetapi kedua bangun memuat 2 segitiga yang kongruen dengan segitiga
ABC, sehingga:
luas(ADEFGC) – 2. luas(ABC) = luas(ABCJHI) – 2.luas(ABC)
luas(ABED) + luas(BCGF) = luas(ACJI)
a2 + b2 = c2
12. Bukti dengan cara “tambah lalu geser”
Susunlah empat segitiga siku-siku yang kongruen dengan segitiga ABC,
seperti pada gambar kiri, lalu tambahkan sebuah bujursangkar dengan sisi
b — a. Maka akan kita peroleh bahwa:
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 19
Luas(KMNPQR) = luas(KSQR) + luas(SMNP)
= a 2 + b 2
Kemudian pindahkan segitiga 1 dan 4 sehingga membentuk bangun kanan.
Bangun yang terjadi adalah bujursangkar dengan sisi c, sehingga luasnya c2
(sumardyono, 2003)
13. Bukti dari Tsabit ibn Qorra
1
2
3
4
5
5
1
3
4 2
b
a
c
K S L M
N O P
R Q
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 20
Bukti berikut berasal dari Tsabit ibn Qorra (836-901) dan
merupakan generalisasi Teorema Pythagoras. Diberikan
sebarang segitiga ABC. Buatlah titik A' dan B' pada AB
sedemikian hingga BA’C = AB'C = BAC. (untuk
gambar kiri BAC tumpul dan untuk gambar kanan
BAC lancip).
Dengan demikian mudah dibuktikan bahwa ABC, CBA' ,
dan ACB' saling sebangun. Lalu karena kesebangun itu, mudah ditunjukkan
bahwa:
BC/AB = A'B/BC , dari segitiga ABC dan CBA'
AC/AB = AB'/AC , dari segitiga ABC dan ACB'
Sehingga akan kita peroleh: BC2 + AC2 = AB (A'B + AB').
apabila sudut C siku-siku maka A' = B' dan Teorema Pythagoras terpenuhi.
14. Bukti dari Pappus
Bukti berikut berasal dari Pappus (sekitar 300 M) dan merupakan suatu generalisasi.
Buat sebarang segitiga ABC. Lalu bust sebarang jajargenjang CADE (di sisi
CA) dan sebarang jajargenjang CBFG (di sisi BC). Kemudian perpanjang DE
dan FG hingga bertemu, katakan di H. Kemudian lukis AL dan BM sejajar dan
sama panjang dengan HC. Maka,
luas(CADE) = luas(CAUH) = luas(SLAR) , juga
luas(CBFG) = luas(CBVH) = luas(SMBR)
luas(CADE) + luas(CBFG) =
luas(ABML)
Nah, bila segitiga ABC adalah segitiga
siku-siku (dengan sudut sikusiku di C) serta
jajargenjang di sisi CA dan BC merupakan bujursangkar, maka kita akan
mendapatkan bukti Teorema Pythagoras.
B A’ B’
+
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 21
15. Bukti dari Jamie de Lemos
Pembuktian teorema phytagoras berikut pertama
kali ditemukan oleh Jamie de Lemos, namun
dipublikasikan oleh Larry Hoenhn. Luas Daerah
Trapezium disamping dapat dihitung dengan
cara:
Luas Trapesium ABCD = )(2
2b) + (2a ba
= )(2
b) + 2(a ba
= ))(( baba = 22 2 baba ………(1)
Luas Trapesium ABCD = 2
c.22ab.2
2ab.2
2
= ab +ab + c2 = 2ab + c2 …………….…(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh:
22 2 baba = 2ab + c2
c2 = a2+b2
16. Bukti Dengan Pendekatan Layang-layang
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 22
b2 = Luas (ABMD)
= Luas (AECD)+Luas(CMD)+Luas(BCE)
= 2
a)-a(b2
a)-b(b2c2
= 2
a-ab2
ba-b2c 222
2b2 = 222 a-abba-bc
= 222 a-bc b2 = 22 a-c c2 = 22 ba
2c2
= Luas (ABCD)
= Luas (EBCG)+Luas(CDG)+Luas(AED)
= 2
a)-a(ba)-a(ba 2
=
2b
2a 22
2 1
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 23
Sehingga:
2c2
=2b
2a 22
c2 = 22 ba
17. Pembuktian dengan Lingkaran
Pembuktian ini pertama kali dipublikasikan oleh Sina Shiehyan from Sabzevar, Iran.
Pada titik tengah hypotenuse AB dipindahkan tegaklurus AP dan BK pada tangent
segitiga ABC pada titik C. Jika OC tegak lurus dengan tangennya, C adalah titik tenah
KP yang jelaskan sebagai berikut:
Luas(ACP) + Luas(BCK) = CP·AP/2 + CK·BK/2 = [KP·(AP + BK)/2]/2 = Luas(ABKP)/2.
Luas(ABC) juga Luas(ABKP)/2. sehingga:
Luas(ACP) + Luas(BCK) = Luas(ABC)
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 24
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembuktian – pembuktian teorema phytagoras adalah manipulasi aljabar
yang akan menambah pengetahuan dan tentunya akan meningkatkan pemahaman
konsep teorema phytagoras
2. Saran
a. Agar siswa mampu memahami konsep teorema phytagoras, maka diperlukan
latihan pembuktian-pembuktian teorema .
b. Penulis mengharapkan pembahasan makalah ini bisa dikembangkan oleh
penulis lainnya dan membahas Pembuktian teorema phytagoras
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 25
DAFTAR PUSTAKA
Muhkal, Mappaita, 2005. Strategi Belajar Mengajar Matematika, UNM. Makassar.
Sobel, A. Max, 2004. Mengajar Matematika Edisi ke-3, Erlangga. Jakarta.
Tazudin dkk, 2005, Matematika kontekstual kelas VIII jilid 2, Literatur, Jakarta.
Wahyuddin. 2003. Ensiklopedi matematika untuk SMP. Tarty Samudra Berlian. Jakarta.
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 26
Perihal Tentang Aku...
HABILIH lahir MARET 22, 1989. Adalah penulis Indonesia, presenter, pengusaha, komedian, penulis skrip komik/film/sinetron/FTV…..(cuma imajinasi…..hehehe), dan seorang penggiat kasur(doyan tidur….ini baru sifat asli gw…).
Habilih dikenali publik setelah buku pertamanya yang berjudul “Habilih Ganteng Bangeeeeeet Cieeeeh Sumpeh Deh Gw Nggak Boong Emang Ganteng Taoooo Cih Cih Cuih” (HGBCSDGNBEGTCCC), di tolak dan dibakar oleh publik. Karena dinilai mengandung unsur narsis yang akut dan takabur yang berlebihan sehingga MUI (Mas-mas Ubanan tapi Imut) menurunkan fatwa HARAM bagi buku ini. Sekarang Habilih masih sibuk kuliah di Univ.Muhammadiyah Tangerang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pend.Matematika. Kuliah yang cukup menguras otak ini (sekaligus menguras isi dompet gw) tetap Habilih jalani walau agak terseret-seret (susah banget pelajarannya, full ngitung angka). Tapi bukan Habilih namanya kalau langsung menyerah. Pernah bersekolah di SDN Tanah Tinggi 2 Tangerang, SMP Negeri 5 Tangerang, dan SMA PGRI 109 Tangerang. Dari kecil udah hobi baca buku, kalau ngeliat susunan huruf-huruf berserakan di kertas bawaannya mau dibawa pulang buat dibaca.
kalau segi prestasi akademik Habilih pernah 2 kali jadi juara. Pertama juara 1 lomba cerdas cermat se-kelurahan Tanah Tinggi mewakili RT 03/03. Terus satu lagi juara 2 lomba cerdas cermat se-kota Tangerang mewakili SDN Tanah Tinggi 2 Tangerang. hohohoho,,,,,,kebayang dong betapa PINTAR nya Habilih ini (alah narsis….takabur….sombong…..). Nah kalau dari segi ekstra kulikuler, Habilih pernah sekalikalinya dapet juara 2 pada lomba balap karung saat 17 Agustus 1998 (gara2 kaki gw keram mendadak pas balap karung jd nya dapet juara 2…huffht).
Alamat rumah : Jalan Melati X No.77 RT03/03 Tanah Tinggi Tangerang 15119.
e-mail: [email protected].
Blog: http://habilih.wordpress.com/
Hp: jangan ah,,,,tar di miscall terus lageee…heheheh
‘The unexamined life is not worth living,’ kata Socrates. Hidup yang tidak boleh dipertanyakan adalah hidup yang tidak layak untuk dijalani.
Sekian dulu lah Perihal Tentang Habilih….
Semakin dibicarakan semakin narsis saja orang ini!!!!
Habilih Al-Khawarizmi/ [email protected] 27