makalah woung healing

Upload: nabila-zaneta

Post on 17-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat wound healing

TRANSCRIPT

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    1/15

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan. Efek dari timbulnya luka antara lain

    hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan

    darah, kontaminasi bakteri, hingga kematian sel. Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk

    melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, pembersihan sel

    dan benda asing, serta perkembangan awal seluler,

    merupakan bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi

    secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat

    membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Akan tetapi, penyembuhan

    luka juga dapat terhambat akibat banyak faktor, baik yang bersifat lokal maupun

    sistemik (Monaco and Lawrence, 2003).

    Penyembuhan luka yang normal memerlukan suatu rangkaian peristiwa

    yang kompleks yang terjadi secara simultan pada jaringan epidermis, dermis

    dan subkutis, itu suatu yang mudah membedakan penyembuhan pada epidermis

    dengan penyembuhan pada dermis dan perlu diingat bahwa peristiwa itu terjadi

    pada saat yang bersamaan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang

    rusak ini ialah penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase

    inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling jaringan yang bertujuan untuk

    menggabungkan bagian luka dan mengembalikan fungsinya.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian

    Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka

    adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ

    tubuh lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    2/15

    1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

    2. Respon stres simpatis

    3. Perdarahan dan pembekuan darah

    4. Kontaminasi bakteri

    5. Kematian sel

    Luka memiliki beberapa karakter mekanik di antaranya:

    1. Luka memiliki kekuatan yang kecil pada 2-3 minggu pertama (fase

    inflamasi dan proliferasi)

    2. Pada minggu ke-3, kekuatan luka meningkat karena adanya remodelling

    3. Luka memiliki 50% kekuatannya pada saat 6 minggu, dan sisanya dalam

    beberapa minggu setelahnya

    4. Kekuatan terus bertambah perlahan hingga 6-12 bulan

    5. Kekuatan maksimal adalah 75% dari jaringan biasa (Sudjatmiko, 2007)

    C. Penutupan luka

    Tujuan utama dari penutupan luka yaitu untuk mengembalikan integritas

    kulit sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi, scar dan penurunan fungsi

    (Monaco and Lawrence, 2003). Proses penutupan pada luka terbagi menjadi 3

    kategori, tergantung pada tipe jaringan yang terlibat dan keadaan serta

    perlakuan pada luka (David, 2004).

    1. Penutupan luka primer (Intensi Primer)

    Penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem terjadi bila

    luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Luka

    dibuat secara aseptik dengan kerusakan jaringan minimum, dan dilakukan

    penutupan dengan baik seperti dengan penjahitan. Ketika luka sembuh

    melalui instensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    3/15

    jaringan parut minimal. Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil

    (David, 2004).

    2. Penutupan luka sekunder (Intensi Sekunder)

    4

    Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar akan berjalan

    secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup

    jaringan epitel. Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau

    sanatio per secundam intentionem. Cara ini biasanya memakan waktu

    cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama jika

    lukanya terbuka lebar (Mallefet and Dweck, 2008).

    3. Penutupan luka primer tertunda (Intensi Tersier)

    Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang

    terkontaminasi berat atau tidak berbatas tegas. Luka yang tidak berbatas

    tegas sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada

    pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan

    menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan

    dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu, selanjutnya baru dijahit dan

    dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini disebut penyembuhan primer

    tertunda.

    Selain itu, jika luka baik yang belum dijahit, atau jahitan terlepas dan

    kemudian dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan akan

    tersambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan

    luas dibandingkan dengan penyembuhan primer (Diegelmann and Evans,

    2004).

    5

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    4/15

    Gambar 1. Macam-macam proses penutupan luka

    E. Fase penyembuhan luka

    Setiap proses penyembuhan luka akan melalui 3 tahapan yang dinamis,

    saling terkait dan berkesinambungan, serta tergantung pada tipe/jenis dan

    derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan

    penyembuhan luka terdiri dari:

    1. Fase Hemostasis dan Inflamasi (Schwartz and Neumeister,

    2006)

    6

    Fase hemostasis dan inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan

    seluler yang terjadi akibat perlukaan pada jaringan lunak. Tujuannya adalah

    menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing,

    sel-sel mati, dan bakteri, untuk mempersiapkan dimulainya proses

    penyembuhan.

    Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan

    keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi

    vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi

    vasokonstriktor yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler

    vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup

    pembuluh darah. Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu

    akan terjadi vasodilatasi kapiler karena stimulasi saraf sensoris (local

    sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi vasodilator

    : histamin, serotonin dan sitokin.

    Histamin selain menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan

    meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    5/15

    pembuluh darah dan masuk ke daerah luka. Secara klinis terjadi edema

    jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis. Eksudasi ini juga

    mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler.

    Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di

    daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag

    yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses

    penyembuhan luka. Fungsi makrofag disamping fagositosis adalah

    (MacKay and Miller, 2003):

    a. Sintesa kolagen

    b. Membentuk jaringan granulasi bersama dengan fibroblast

    c. Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi

    d. Membentuk pembuluh kapiler baru atau angiogenesis

    Dengan berhasil dicapainya luka yang bersih, tidak terdapat infeksi

    serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai

    sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya

    7

    eritema, hangat pada kulit, edema, dan rasa sakit yang berlangsung sampai

    hari ke-3 atau hari ke-4.

    Gambar 2. Fase Hemostasis dan Inflamasi (Mallefet and Dweck, 2008)

    2. Fase Proliferasi (Fase Fibroplasia)

    Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol

    adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase

    inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel

    mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida,

    asam aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    6/15

    yang akan mempertautkan tepi luka (Diegelmann and Evans, 2004).

    Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki

    dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran

    fibroblast sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada

    persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan

    selama proses rekonstruksi jaringan.

    Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel

    fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan

    penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblast akan aktif bergerak dari jaringan

    sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi)

    8

    serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, asam hyaluronat,

    fibronectin dan proteoglikans) yang berperan dalam membangun jaringan

    baru (Mallefet and Dweck, 2008).

    Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal

    jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat

    oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru

    dan juga fibroblast sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan

    luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam

    jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses

    proliferasi fibroblast dengan aktifitas sintetiknya disebut fibroplasia.

    Respons yang dilakukan fibroblast terhadap proses fibroplasia adalah

    (MacKay and Miller, 2003):

    a. Proliferasi

    b. Migrasi

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    7/15

    c. Deposit jaringan matriks

    d. Kontraksi luka

    Angiogenesis, suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru

    didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferasi proses

    penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes),

    pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya

    proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler

    yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk

    memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka, karena biasanya

    pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen.

    Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi

    dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag

    (growth factors).

    Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblast mengeluarkan

    keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel

    epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya

    membentuk barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen

    9

    oleh fibroblast, pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan

    kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis.

    Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan

    merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas

    melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol

    pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal

    (David, 2004; Monaco and Lawrence, 2003).

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    8/15

    Gambar 3. Fase Proliferasi (Mallefet and Dweck, 2008)

    3. Fase Remodelling

    Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir

    sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase remodelling adalah

    menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

    penyembuhan yang kuat dan berkualitas. Fibroblast sudah mulai

    meninggalkan jaringan grunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai

    berkurang karena pembuluh mulai regresi, dan serat fibrin dari kolagen

    bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan

    parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

    Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan

    pada fase remodelling. Selain pembentukan kolagen, juga akan terjadi

    pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous

    collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi

    10

    kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat, dengan struktur yang lebih

    baik (proses re-modelling).

    Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan

    antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang

    berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,

    sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan

    parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi

    kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak

    mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses

    penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    9/15

    yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing

    individu, lokasi, serta luasnya luka (David, 2004; Mallefet and Dweck,

    2008; Schwartz and Neumeister, 2006).

    Gambar 4. Fase Remodelling (Mallefet and Dweck, 2008)

    11

    Gambar 5. Tahapan penyembuhan luka. Pada individu sehat, penyembuhan

    berlangsung secara berurutan melalui tiga fase yang saling tumpang tindih: (1) fase

    inflamasi, (2) fase proliferatif, dan (3) fase remodelling. Stress dapat mempengaruhi

    perkembangan melalui tahap-tahap melalui jalur kekebalan tubuh dan beberapa

    neuroendokrin. Review saat ini berfokus pada peran interaktif glukokortikoid dan

    sitokin (misalnya IL-8, IL-1, IL-1, IL-6, TNF-, dan IL-10). Namun, sitokin

    tambahan, kemokin, dan faktor pertumbuhan yang penting untuk penyembuhan. Ini

    termasuk kemokin CXC ligan 1 (CXCL1), kemokin CC ligan 2 (CCL2),

    granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF), protein chemotactic

    monosit-1 (MCP-1), makrofag inflamasi protien-1 alpha (MIP -l), faktor

    pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), mengubah faktor pertumbuhan- (TNF-),

    faktor pertumbuhan keratinosit (KGF), faktor pertumbuhan platelet-derived

    (PDGF), dan faktor pertumbuhan fibroblas dasar (bFGF)

    12

    G. Penyembuhan Luka di Jaringan Tertentu

    1. Kulit

    Fase penyembuhan luka dapat diibagi 3 tahap yang saling terkait dan

    overlap: inflamasi, formasi jaringan baru dan remodelling. Hal pertama

    yang terjadi setelah cedera pada jaringan adalah inflamasi melalui peran selsel

    inflamasi. Sel inflamasi pertama yang direkrut adalah neutrofil. Sel-sel

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    10/15

    inflamasi akan secara masiv menginfiltrasi luka pada 24 jam pertama setelah

    cedera. Neutrofil akan memasuki tahap apoptosis segera setelah

    menginfiltrasi luka dan kemudian mengeluarkan sitokin selama proses

    apoptosis itu, dimana sitokin-sitokin tersebut berperan dalam rekruitmen sel

    makrofag. Makrofag akan menuju jaringan luka 2 hari setelah cedera dan

    melakukan aktifitas fagositosis.

    Proses selanjutnya adalah pembentukan formasi jaringan baru.

    Proses reepitelisasi ini dimulai beberapa jam setelah formasi luka terbentuk.

    Keratinosit dari tepi luka akan bermigrasi melintasi wound bed pada

    13

    permukaan antara dermis luka dan bekuan fibrin. Migrasi ini difasilitasi oleh

    produksi protease spesifik seperti kolagenase dari sel epidermal untuk

    mendegradasi matrix ekstraseluler. Angiogenesis masiv akan terjadi seiring

    kebutuhan akan suplai oksigen dan nutrien jaringan untuk penyembuhan

    luka. Kemudian beberapa dari fibroblast akan berdiferensiasi menjadi

    miofibroblas. Sel kontraktile ini akan membantu menyambung jarak antar

    tepi luka. Disaat bersamaan growth factors yang diproduksi jaringan

    granulasi akan memudahkan proliferasi dan diferensiasi sel epitelial

    memperbaiki integritas barier epitel.

    Fase terakhir adalah remodeling yang terdiri atas apoptosis

    miofibroblas, sel endotelial dan makrofag. Pada fase ini akan terjadi involusi

    bertahap dari jaringan granulasi dan terjadi regenerasi kulit (Modero and

    Khosrotehrani, 2010).

    2. Fase Penyembuhan Pada Tulang

    Penyembuhan fraktur pada tulang adalah sebuah mekanisme yang

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    11/15

    komplek dan proses regenerasi unik dalam mengembalikan fungsi dan

    bentuk tulang.

    Proses penyembuhan tulang didahului oleh proses inflamasi dan

    didominasi oleh fase pembentukan formasi tulang. Selama fase

    penyembuhan, kalus eksternal terbatas pada kapsula fibrosa yang tersusun

    oleh jaringan granulasi yang tidak beraturan. Fase inflamasi lebih lanjut

    ditandai invasi invasi sel mesenkimal yang berdiferensiasi menjadi

    kondrosit untuk pembentukan tulang rawan dan osteoblast untuk

    pembentukan tulang. Sel-sel debris inisial dan hematoma selanjutnya akan

    digantikan oleh jaringan fibrosa. Jumlah kolagen tipe I akan meningkat

    sampai 5 hari setelah fraktur, tetapi kolagen tipe III adalah yang dominan

    dalam menyusun jaringan.

    Fase reparasi tulang dikaitkan dengan pertumbuhan formasi tulang

    intramembran dari regio periosteal. Fase ini ditandai dengan invasi

    pembuluh darah dan pertumbuhan kalus, dimana puncak pertumbuhannya

    biasa ditemukan hari 14 setelah fraktur.

    14

    Fase remodelling ditandai terbentuknya formasi endochondral

    trabekular yang dihubungkan dengan osteoblast dan TRAP-positive

    settlement pada rongga sumsum tulang, penyatuan fragmen dan regenerasi

    celah sumsum tulang. Hal ini sesuai dengan data percobaan dari model

    percobaan fraktur pada kelinci yang menunjukkan peningkatan jumlah

    tulang trabekular dengan penyusun dominannya kolagen tipe I, sedang

    kolagen tipe III dan tipe V tetap ditemukan didaerah puasat dari trabekula.

    Selanjutnya tulang menyembuh tanpa adanya scar (Coulibaly et al, 2010).

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    12/15

    J. Komplikasi Penyembuhan Luka

    Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen

    yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini

    teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka,

    sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan

    intervensi bedah.

    Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan

    kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadangkadang nyeri. Parut

    hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar

    satu tahun, sedangkan keloid tidak.

    Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi

    merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang

    bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian

    sentral wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut.

    Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan

    penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep

    madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid,

    sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan

    dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka

    (Sjamsuhidajat and Jong, 1997).

    BAB III

    KESIMPULAN

    Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah

    kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.

    Luka dapat diklasifikasi berdasarkan waktu penyembuhan luka, proses terjadinya,

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    13/15

    dan derajat kontaminasi. Sementara itu proses penutupan pada luka terbagi menjadi

    3 kategori, tergantung pada tipe jaringan yang terlibat dan keadaan serta perlakuan

    pada luka, yaitu primer, sekunder, dan tersier

    Setiap proses penyembuhan luka akan melalui 3 tahapan yang dinamis,

    saling terkait dan berkesinambungan, serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat

    luka. Fase hemostasis dan inflamasi ditandai dengan adanya respons vaskuler dan

    seluler yang terjadi akibat perlukaan pada jaringan lunak yang bertujuan

    menghentikan perdarahan dan sterilisasi. Selanjutnya pada fase proliferasi,

    fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan

    mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar

    kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. Selanjutnya fase remodelling

    yang bertujuan menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

    penyembuhan yang kuat dan berkualitas. Komplikasi penyembuhan luka di antaranya keloid dan

    jaringan parut hipertrofik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Broderick, Nancy. 2009. Understanding Chrinic Wound Healing. The Nurse

    Practitioner. Vol 34, No.10

    Dudley HAF, Eckersley JRT, et al. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah.

    Jakarta : EGC

    David LD. 2004. Ethicon: Wound Closure Manual. Minnesota: Ethicon inc. pp: 6-

    8.

    Diegelmann RF and Evans MC. 2004. Wound healing : an overview of acute,

    fibrotic and delayed healing. Front in Biosci. 9:283-9.

    Harding, KG; Morris, G K patel. 2002. Science, medicine, and the future Healing

    chronic wounds. BMJ Vol 324

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    14/15

    Julia S. Garner. 2000. Guideline For Prevention of Surgical Wound Infections

    Hospital Infections Program Centers for Infectious Diseases Center for

    Disease Control.

    http://wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000420/p0000420.asp#head0040

    00000000000 ( diakses 17 Mei 2011)

    Libby Swope Wiersema. 2011. List of Surgical Wound Classifications Last.

    http://www.livestrong.com/article/220345-list-of-surgical-woundclassifications/,

    List of Surgical Wound Classifications ( diakses 17 Mei

    2011)

    MacKay D and Miller AL. 2003. Nutritional support for wound healing. Alt med

    rev. 8(4): 360-1.

    Mallefet P and Dweck A.C. 2008. Mechanisms involved in wound healing. Biomed

    Scient. 609-15.

    23

    Mangram AJ, Horan TC, et al. 1999. Guideline for prevention of surgical site

    infection. Infect Control Hosp Epidemiol 1999;20:247-80.

    www.medscape.com/vie war ticle/414393_4 ( diakses 17 Mei 2011)

    Metcalfe, Anthony D and Ferguson, Mark W.J. Tissue engineering of replacement

    skin: the crossroads of biomaterials, wound healing, embryonic

    development, stemcells and regeneration. J. R. Soc. Interface 2007 4, 413-

    437

    Monaco JL and Lawrence WT. 2003. Acute wound healing: an overview. Clin

    Plastic Surg. 30: 1-12.

    Samper Gimenez. 2007. Orbital Penetrating Wound By A Bull Horn, Arch Soc ESP

    Oftamol 2007; 82: 645-648.

  • 5/27/2018 Makalah Woung Healing

    15/15

    www.oftalmo.com/seo/archivos/maquetas/1/...D8FA.../articulo.pdf. (diakses

    17 Mei 2011)

    Schwartz BF and Neumeister M. 2006. The mechanics of wound healing. In Future

    Direction in Surgery. Southern Illinois. pp: 78-9.

    Sjamsuhidajat, R and Jong, W D. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi.

    Jakarta : EGC. 3: 72-81.

    Sudjatmiko, Gentur. 2010. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi.

    Jakarta : Yayasan Khasanah Kebajikan.

    24

    Referat

    PENYEMBUHAN LUKA

    Oleh :

    Sutan arifadillah

    Lusiana

    Gita

    Pembimbing:

    dr. Fauzi SpB

    KEPANITERAAN KLINIK SMF/LAB ILMU BEDAH

    RUMAH SAKIT MARGONO

    PUWOKERTO

    2012

    25