makalah vitamin

62
MAKALAH “VITAMIN” Oleh : Erti Siti Rohmah (133020343) Yeyen Nurulhidayati (133020356) Dian Komalasari (133020367) Inna Nur Annisa Nugraha (133020370) Herawan Arofana (133020378) Zaidan Rifky F.G (133020378) Diajukan untuk memenuhi tugas : Kimia Pangan II JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

Upload: yeyen-nurul

Post on 18-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

MAKALAH VITAMIN

Oleh :Erti Siti Rohmah (133020343)Yeyen Nurulhidayati (133020356)Dian Komalasari(133020367)Inna Nur Annisa Nugraha(133020370)Herawan Arofana (133020378)Zaidan Rifky F.G (133020378)

Diajukan untuk memenuhi tugas :Kimia Pangan II

JURUSAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG2013BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Istilah vitamin atau vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama Funk, yang percaya behwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu adalah suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah istilah vitamine yang kemudian menjadi vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat maupun lemak, dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan, tapi sangat penting peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan serta pertumbuhan. Penggolangan vitamin dibagi menjadi vitamin vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak diantaranya adalah vitamin A, D, E, dan K sedangkan vitamin yang larut dalam air diantaranya adalah B dan C.Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup. Oleh karena itu, harus diperolah dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai pengecualian adalah vitamin D, yang dapat dibuat dalam kulit. Asalkan mendapat cukup kesempatan kena sinar matahari sehingga perubahan provitamin D menjadi vitamin D dapat berlangsung dengan baik.Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah yang relative sangat kecil, dan terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon vitamin (precussor) yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif. Segera setelah diserap oleh tubuh, provitamin mengalami perubahan kimia sehingga menjadi satu atau lebih bentuk yang aktif.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana sejarah vitamin ?2. Bagaimana klasifikasi vitamin ?3. Apa fungsi atau peranan vitamin bagi tubuh ?4. Bagaimana sifat fisikokimia vitamin ?5. Bagaimana struktur kimia vitamin ?6. Bagaimana absorpsi, transportasi, metabolisme, dan penyimpanan vitamin ?7. Pada apa saja sumber vitamin pada makanan ?8. Berapa banyak kebutuhan vitamin bagi tubuh ?9. Bagaimana dampak kelebihan dan kekurangan vitamin ?10. Bagaimana menganalisis vitamin dalam bahan pangan ?

1.3 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah vitamin.2. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi protein.3. Mengetahui fungsi atau peranan vitamin bagi tubuh.4. Mendeskripsikan bagaimana sifat fisikokimia protein.5. Mendeskripsikan bagaimana struktur kimia protein.6. Untuk mengetahui bagaimana absorpsi, transportasi, metabolisme, dan penyimpanan vitamin.7. Untuk mengetahui sumber vitamin pada bahan pangan.8. Mengetahui berapa banyak kebutuhan vitamin bagi tubuh.9. Mengetahui bagaimana dampak kelebihan dan kekurangan vitamin.10. Mengetahui bagaimana menganalisis vitamin dalam bahan pangan.

1.4 Metode PenelitianMetode yang di gunakan dalam penyusunan makalah ini merupakan metode tinjauan kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari buku-buku dan sumber internet yang relevan dengan masalah yang di teliti karena penyusun tidak melakukan tinjauan secara langsung terhadap objek pengamatan.

1.5 Manfaat Penelitian1. Bagi Dosen Bisa dijadikan sebagai acuan dan sumbangsih dalam mengajar terutama pada materi ini agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik di masa yang akan datang.2. Bagi MahasiswaBisa dijadikan sebagai bahan kajian dalam pembelajaran dan dalam rangka meningkatkan prestasi diri.BAB IIPEMBAHASANa. Sejarah VitaminVitamin merupakan suatu senyawa yang telah lama dikenal oleh peradaban manusia. Sudah sejak ribuan tahun lalu, manusia telah mengenal vitamin sebagai salah satu senyawa yang dapat memberikan efek kesehatan bagi tubuh. Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, berbagai hal dan penelusuran lebih mendalam mengenai vitamin pun turut diperbaharui. Garis besar sejarah vitamin dapat dibagi menjadi 5 era penting. Disetiap era tersebut, terjadi suatu kemajuan besar terhadap senyawa vitamin ini yang diakibatkan oleh adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.Era penyembuhan empiris. Era pertama dimulai pada sekitar tahun1500-1570sebelum masehi.Pada masa itu, banyak ahli pengobatan dari berbagai bangsa, sepertiMesir,Cina,Jepang,Yunani,Roma,Persia, danArab, telah menggunakan ekstrak senyawa (diduga vitamin) darihatiyang kemudian digunakan untuk menyembuhkan penyakit kerabunan pada malam hari. Penyakit ini kemudian diketahui disebabkan oleh defisiensi vitamin A.Walau pada masa tersebut ekstrak hati tersebut banyak digunakan, para ahli pengobatan masih belum dapat mengidentifikasi senyawa yang dapat menyembuhkan penyakit kerabunan tersebut. Oleh karena itu, era ini dikenal dengan era penyembuhan empiris (berdasarkan pengalaman).Era karakterisasi defisiensi. Perkembangan besar berikutnya mengenai vitamin baru kembali muncul pada tahun1890-an. Penemuan ini diprakarsai oleh Lunin danChristiaan Eijkmanyang melakukan penelitian mengenai penyakitdefisiensipada hewan. Penemuan inilah yang kemudian memulai era kedua dari lima garis besar sejarah vitamin di dunia.Penelitian mereka terfokus pada pengamatan penyakit akibat defisiensi senyawa tertentu. Beberapa tahun berselang, ilmuwanSir Frederick G. Hopkinsyang sedang melakukan analisis penyakitberi-beripada hewan menemukan bahwa hal ini disebabkan oleh kekurangan suatu senyawa faktor pertumbuhan (growth factor).Pada tahun1911, seorang ilmuwan kelahiranAmerikabernamaDr. Casimir Funkberhasil mengisolasi suatu senyawa yang telah dibuktikan dapat mencegah peradangansaraf(neuritis) untuk pertama kalinya. Dr. Casimir juga berhasil mengisolasi senyawa aktif dari sekamberasyang diyakini memiliki aktivitas antiberi-beripada tahun berikutnya. Pada saat itulah (dan untuk pertama kalinya), Dr Funk mempublikasikan senyawa aktif hasil temuannya tersebut dengan istilahvitamine(vitaldanamines). Pemberian namaaminespada senyawa vitamin ini karena diduga semua jenis senyawa aktif ini memiliki gugus amina (amine). Hal tersebut kemudian segera disanggah dan diganti menjadi vitamin (dengan penghilangan akhiran huruf "e") pada tahun1920. Masa keemasan. Era ketiga sejarah vitamin terjadi beberapa dekade berikutnya.Pada masa tersebut, terjadi banyak penemuan besar mengenai vitamin itu sendiri, meliputi penemuan vitamin jenis baru, metode penapisan yang diperbahurui, penggambaran struktur lengkap vitamin, dan sntesisvitamin B12. Oleh karena hal tersebutlah, era ketiga dari garis besar sejarah vitamin ini dikenal dengan masa keemasan (golden age).Banyak penelti yang mendapatkan hadiah nobel atas penemuannya di bidang vitamin ini.Sir Walter N. Hawortmendapatkan nobel di bidang kimia atas penemuanvitamin Cpada tahun1937. Hadiahnobellainnya diperoleh olehCarl Peter Henrik Damdi bidangFisiologi- Pengobatan pada tahun1943atas penemuanvitamin K.Fritz A Litmannjuga turut memenangkan nobel atas dedikasinya dibidang penelitian mengenai penemuankoenzimA dan perannya di dalam metabolisme tubuh.Era karakterisasi fungsi dan produksi. Era keempat ditandai dengan banyaknya penemuan mengenai fungsibiokimiavitamin di dalam tubuh, perannya dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, dan produksi komersial vitamin untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pada tahun1930-an, para peneliti menemukan bahwavitamin B2merupakan bagian dari enzim kuning. Vitamin B2 ini sendiri diperoleh dari ekstrakragi.Melalui penelitian ini juga, kelompokvitamin Bdiketahui berperan sebagai koenzim yang penting di dalam tubuh manusia. Produksi masal vitamin untuk pertama kalinya juga terjadi pada era ini. Dikomersilkan pertama kali olehTadeus Reichsteinpada tahun1933, vitamin fuck telah dijual kepada masyarakat luas dengan harga yang relatif murah sehingga terjangkau bagi khalayak ramai.Vitamin Cyang juga dikenal dengan istilahasam askorbatini kemudian banyak dipakai sebagai suplemen makanan, penelitian, dan gizi tambahan bagi hewan ternak. Atas hasil penemuan ini, Tadeus Reichstein mendapatkan nobel di bidang Fisiologi Pengobatan pada tahun1950.Era penemuan nilai kesehatan vitamin. Hanya dalam waktu 1 dekade berikutnya setelah era vitamin keempat, perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa vitamin keera berikutnya, yaitu era kelima dimana banyak ditemukan nilai kesehatan dari masing-masing jenis vitamin dan penemuan baru mengenai fungsi biokimia vitamin bagi tubuh. Masa ini dimulai pada tahun 1955 ketika Rudolf Altschul menemukan bahwa niasin (vitamin B3) dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Peranan kesehatan ini terlepas dari efek defisiensi vitamin B3 itu sendiri maupun perannya sebagai koenzim dalam metabolisme tubuh.Vitamin dibagi menjadi dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E, dan K sedangkan vitamin yang larut dalam air yaitu B dan C. berikut adalah sejarah dari masing masing vitamin.1. Sejarah Vitamin ASejak 100 tahunb SM, para dokter di Cina dan Mesir telah melakukan penyembuhan dengan mengoleskan hati sapi pada mata yang kemudian ternyata mengalami buta senja (dalam bahasa yunani nuktalopia). Seorang dokter Romawi (25 tahun SM) pertama-tama menggunakan istilah xeroftalmia. Penyakit mata ini pada abad ke-19 banyak terdapat di Eropa dan hingga sekarang di negara sedang berkembang. Penyakit ini merupakan penyakit defisiensi zat gizi pertama yang diteliti oleh Magendie pada tahun 1816 dengan memberikan makanan yang hanya terdiri dari gluten gandum, pati, gula, dan minyak zaitun pada anjing percobaan.Osborne dan Mendel pada tahun 1912 di Amerika Serikat menemukan bahwa tikus bertumbuh normal bila diberikan makanan yang mengandung lemak susu. Bila lemak susu dikeluarkan, pertumbuhan terganggu. Gangguan pertumbuhan disusul dengan penyakit mata. Pada waktu yang sama McCollum dan Davis menemukan bahwa perumbuhan tikus terganggu bila sumber lemaknya diberikan dalam bentuk lemak hewan. Pertumbuhan membaik setelah tikus diberikan ekstrak eter dari mentega , minyak ikan atau kuning telur. Disimpulkan bahwa untuk pertumbuhan hewan diperlukan suatu zat larut lemak yang ada dalam lemak susu, tapi tidak ada dalam lemak hewan. Pengamatan di rumah piatu pada Perang Dunia 1 oleh Bloch, seorang dokter anak dari Denmark menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi tambahan susu menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik daripada anak-anak yang makanannya tidak diberi tambahan susu. Anak-anak yang tidak diberi tambahan susu di samping itu juga menunjukkan kecenderungannya untuk menderita infeksi, terutama infeksi saluran kemih.Pada tahun 1918, ditemukan sifat mengatur-pertumbuhan yang sama dari makanan yang mengandung pigmen berwarna kuning berasar sayuran. Pada tahun 1928 karoten, salah satu pigmen berwarna kuning tumbuh-tumbuhan, diidentifikasi sebagai precursor vitamin A. istilah vitamin A kemudian digunakan untuk menyatakan semua bentuk vitamin tersebut yang merupakan sumber vitamin A.Pada tahun 1932 susunan kimia vitamin A siketahui. Pada tahun 1937 vitamin A dapat diisolasi dari minyak hati halibut dalam bentuk kristal, dan pada tahun 1947 dapat disintesis. Vitamin A sekarang digunakan untuk fortifikasi berbagai macam pangan dan suplemen. Vitamin A dinamakan retinol karena fungsi spesifiknya dalam retinol mata. 2. Sejarah Vitamin B Sejarah Vitamin B1Pada abad ke-19 ditemukan beri-beri secara epidermis di Jepang, Cina, dan Asia Tenggara. Takaki (1906) menunjukkan bahwa penyakit ini pada pelaut Jepang dapat dikurangi dengan menggantikan sebagian dari nasi putih yang dimakan, dengan roti yang terbuat dari gandum. Eykman (1897) di Jakarta (waktu itu Batavia) mengamati bahwa ayam yang makan sisa-sisa nasi putih dari penjara mengalami kelemahan berat. Funk (1911) kemudian berhasil mengisolasi faktor antiberi-beri dari dedak beras dan menamakannya vitamine. Jansen dan Donat (1926) di laboratorium Eykman berhasil mengisolasi bentuk kristal tiamin dan melakukan uji coba pada burung-burung. Struktur kimia dan sintesis tiamin untuk pertama kali berhasil dilakukan oleh Williams dan Cline pada tahun 1936. Sejarah Vitamin B2Riboflavin (vitamin B2) diketemukan sebagai pigmen kuning kehijauan yang bersifat fluoresen (mengeluarkan cahaya) dalam susu pada tahun 1879 dan fungsi biologiknya daru ditemukan pada tahun 1932. Vitamin ini disintesis pada tahun 1935 dan dinamakan riboflavin. Sejarah Vitamin B3Identifikasi niasin erat berkaitan dengan penelitian tentang penyebab dan pengobatan pellagra suatu penyakit yang umum ditemukan pada anad ke-18 di Spanyol dan Italia. Pada awal abad ke-20 diamati bahwa pellagra juga ditemukan di negara-negara bagian selatan Amerika Serikat, di mana makanan pokoknya adalah jagung. Goldberger (1918) menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang dapat disembuhkan dengan memakan protein bermutu tinggi. Elvehjem kemudian pada tahun 1937 menemukan bahwa penyakit pellagra pada anjing disebabkan oleh niasin.Bentuk niasin, sebagai nikotinamida kemudian diisolasi dari Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP) dan Nikotinamida Dinukleotida (NAD). Hubungan antara triptofan dan niasin ditemukan melalui eksperimen pada manusia yang mengukur metabolism niasin sesudah diberi beberapa dosis triptofan. Triptofan ternyata adalah precursor dari niasin.Goldsmith (1961) kemudian melaporkan bahwa 60 mg triptofan berasal dari makanan mempunyai pengaruh matabolik yang sama dengan 1 mg niasin. 60 mg dan 1 mg niasin disetarakan dengan Niasin Ekuivalen (NE). triptofan merupakan asam amino pembatas dari jagung. Bila penduduk makan jagung tanpa tambahan sumber protein bermutu tinggi akan mengalami tanda-tanda pelagra. Sejarah Vitamin B7Pengamatan pada tikus dan ayam percobaan menunjukkan eczema kulit dan bulu di sekitar mata rontok bila diberi putih telur ayam mentah dalam jumlah banyak. Sindroma ini dapat disembuhkan bila pada makanan ditambahkan kuning telur. Faktor dalam kuning telur yang dapat menyembuhkan ini mula-mula dinamakan vitamin H. belakangan diketahui bahwa faktor ini sama dengan faktor pertumbuhan yang terdapat pada bakteri dan khamir, yang dinamakan koenzim R dan kemudian biotin. Struktur kimianya ditetapkan pada tahun 1942 oleh du Vigneaud dan sintesisnya berhasil dilakukan pada tahun 1943 oleh Harris dan kawan-kawan Sejarah Vitamin B5Asam pantotenat ditemukan dalam penelitian tentang faktor pertumbuhan anti dermatitis dalam khamir. Sintesis dilakukan pada tahun 1940. Sejarah Vitamin B6Pada tahun 1934, Gyorgy mengidentifikasi dan memisahkan vitamin B6 yang dapat menyembuhkan dermatitis bersisik pada tikus percobaan. Struktur kimia dan sintesis vitamin B6 atau piridoksin ditetapkan pada tahun 1939. Bentuk lain berupa piridoksamin serta bentuk aktifnya sebagai piridoksal fosfat ditetapkan pada tahun 1942. Sejarah Vitamin B9L. Wills seorang dokter dari Inggris pada tahun 1930-an meneliti penyebab anemia makrositik di antara pekerja tekstil wanita di Bombay. Anemia ini dihubungkan dengan kemiskinan dan makanan yang kurang dalam protein hewani dan sayuran. Anemia ini pada tikus dan monyet dapat disembuhkan dengan khamir atau ekstrak hati. Dicobakan pada pasien anemia bahan-bahan ini ternyata juga dapat menyembuhkan. Setelah asam folat dapat disintesis pada tahun 1946 ternyata vitamin ini dapat menyembuhkan anemia makrositik yang banyak terdapat pada masyarakat miskin. Sejarah Vitamin B12Anemia pernisiosa pertama kali dijelaskan oleh Thomas Addison (1855) di Amerika Serikat, sebagai penyakit yang awalnya tidak terlihat dan diderita manusia pada usia setengah tua atau tua. Murot dan Murphy pada tahun 1926 mendapat hadiah nobel karena penemuannya bahwa anemia pernisiosa adalah penyakit gangguan gizi yang dapat disembuhkan dengan pemberian makanan yang mengandung 100-200 gram hati sapi. Temuan ini dilanjutkan dengan oembuatan ekstrak hati dalam larutan airm yang diberikan melalui suntikan ternyata dapat menyembuhkan penyakit ini. Ditemukan pula bahwa anemia pernisiosa mempunyai hubungan erat dengan kekurangan cairan lambung. Castle (1941) kemudian dapat menyembuhkan anemia pernisiosa dengan memberikan pasien daging sapi melalui mulut, yang dinamakannya faktor ekstrinsik, bersamaan dengan cairan lambung manusia yang mengandung faktor intrinsic. Faktor ekstrinsik vitamin B12 kemudian dapat diisolasi dari hati oleh Rickes dan kawan-kawan (1948) di Amerika Serikat dan kelompok dari Inggsris Smith dan Parker (1948). 3. Sejarah Vitamin CPenyakit scuvry telah dikenal sejak abad ke-15, yaitu penyakit yang banyak diderita oleh pelaut yang berlayar selama berbulan-bulan serta bertahan dengan makanan yang dikeringkan dan biskuit. Penyakit ini menyebabkan pucat, rasa lelah berkepanjangan diikuti oleh perdarahan gusi, perdarahan di bawah kulit, edema, tukak, dan pada akhirnya kematian.Pada tahun 1750, Lind, seorang dokter dari Skotlandia menemukan bahwa scuvry dapat dicegah dan diobati dengan memakan jeruk. Baru pada tahun 1932 Szcent-Gyorgyi dan C. Glenn King berhasil mengisolasi zat antiskorbut dari jaringan adrenal, jeruk, dan kol yang dinamakan vitamin C. Zat ini kemudian berhasil disintesis pada tahun 1933 oleh Haworth dan Hirst sebagai asam askorbat.4. Sejarah Vitamin DVitamin D Mencegah menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit dimana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari. Penyakit riketsia telah terjadi berabad-abad yang lalu ditemukan pada anak-anak di negara dingin. Pada tahun 1890, seorang dokter inggris bernama Palm mengamati bahwa riketsia jarang terjadi bila anak-anak terkena matahari.Hampir lima puluh tahun yang lalu, da Luca menemukan bahwa bentuk aktif vitamin D membutuhkan sintesis di dalam ginjal.5. Sejarah Vitamin EPada tahun 1922, ditemukan suatu zat larut lemak yang dapat mencegah keguguran dan sterilitas pada tikus. Semula zat ini dinamakan faktor antisterilitas dan kemudian vitamin E. Vitamin E kemudian pada tahun 1936 dapat diisolasi dari minyak kecambah gandum dan dinamakan tokoferol.6. Sejarah Vitamin KPada tahun 1935, Dam dari Denmark menemukan penyakit perdarahan parah pada ayam percobaan yang diberi makanan cukup dalam zat gizi yang telah diketahui. Perbaikan terjadi setelah diberi makanan alfalfa atau tepung ikan yang telah busuk. Faktor aktif yang dapat menyembuhkan itu dinamakan vitamin koagulation. Dengan bantuan Karrer, seorang ahli kimia dari Swiss, pada tahun 1939 ia berhasil mengisolasi vitamin larut lemak yang dinamakan vitamin K ( dari koagulation).

b. Klasifikasi VitaminBerdasarkan kelarutannya, vitamin diklasifikasikan menjadi 2 yakni, vitamin yang larut di dalam air dan vitamin yang larut di dalam lemak.1. Vitamin Larut LemakSetiap vitamin larut lemak A, D, E, dan K mempunyai peranan faali tertentu di dalam tubuh. Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain. Absorpsi membutuhkan cairan empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin. Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifat-sifat umum, antara lain (1) tidak terdapat di semua jaringan; (2) terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen; (3) memiliki bentuk prekusor atau provitamin; (4) menyusun struktur jaringan tubuh; (5) diserap bersama lemak; (6) disimpan bersama lemak dalam tubuh; (7) diekskresi melalui feses; (8) kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya.2. Vitamin Larut AirVitamin larut air dapat diekskresikan ke dalam urine sehingga takaran yang besar tidak membahayakan kesehatan. Akan tetapi jenis vitamin larut air biasanya lebih sering ditemui kasus kekurangan pada manusia. Adapun yang termasuk vitamin larut air ini adalah vitamin B Kompleks dan vitamin C.Vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain : (1) tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen; (2) tidak memiliki provitamin; (3) terdapat di semua jaringan; (4) sebagai prekusor enzim-enzim; (5) diserap dengan proses difusi biasa; (6) tidak disimpan secara khusus dalam tubuh; (7) diekskresi melalui urin; (8) relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan.

c. Fungsi Vitamin1. Vitamin A ( Akseroptol )Fungsi utama dari vitamin A adalah penglihatan (vision), diferensiasi sel-sel epitel, kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan, pencegahan kanker dan penyakit jantung, dan reproduksi. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan buta senja, perubahan pada mata berupa xerosis konjungtiva, bercak bitot, dan keratomalasia. Selain itu kekurangan vitamin A dapat menyebabkan infeksi, perubahan pada kulit menjadi kering dan kasar, gangguan pertumbuhan, dan lain-lain.2. Vitamin B1 (Tiamin)Tiamin berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolism energi. Vitamin B juga berfungsi untuk kessehatan kesehatan jantung dan fungsi syaraf serta mencegah penyakit beri-beri. Kekurangan vitamin B menyebabkan susah buang air besar. Penyakit beri-beri dan gangguan kulit lainnya serta imun tubuh menurun. Kelebihan vitamin B menyebabkan reflex otot berkurang dan system tubuh tidak seimbang. Vitamin B bisa didapat dari kacang-kacangan, roti, gandum, susu, dan daging tanpa lemak.3. Vitamin B2 (Riboflavin)Kegunaan vitamin B2 adalah untuk kesehatan kulit dan perkembangan system tubuh. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, gangguan ringan pada kulit, bibir kering dan pecah-pecah. Vitamin B2 bisa didapatkan dari sayur berdaun hijau, kacang hijau, kacang kedelai, susu, buah pisang, daging tak berlemak.4. Vitamin B3 (Niasin)Fungsi vitamin B3 adalah untuk mengubah kalori menjadi energy, meningkatkan system syaraf dan meningkatkan nafsu makan. Kekurangan vitamin B3 menyebabkan pellagra nafsu makan berkurang, susah tidur, badan letih dan otot kejang. Vitamin B3 bisa didapatkan dari alpukat, brokoli, daging, ikan, susu, sayur berdaun hijau dan roti.5. Vitamin B5 ( Asam Pantotenat)Peran vitamin B5 adalah untuk kesehatan syaraf dan otak, penghasil senyawa asam dan hormone. Kekurangan vitamin B5 menyebabkan gangguan kulit, insomnia, kram otot, penyakit Paresthesia. Vitamin B5 bisa didapatkan dari alpukat, royal jelly, sayuran brokoli dan daging.6. Vitamin B6 (Piridoksin)Fungsi dari vitamin B6 adalah untuk kesehatan gigi, pembentukan sel darah merah, untuk kesehatan system syaraf dan pembentuk antibody. Kekurangan vitamin B6 menyebabkan anemia dan system syaraf terganggu. Vitamin B6 bisa didapatkan dari kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan terutama pisang dan daging tak berlemak. Di samping itu jeroan, kuning telur, dan khamir banyak mengandung biotin. 7. Vitamin B7 (Biotin)Kegunaan vitamin B7 adalah untuk reaksi kimia dalam tubuh. Kekurangan vitamin B7 menyebabkan masalah kulit, kekurangan darah, susah tidur dan rambut rontok. Vitamin B7 bisa didapatkan dari kuning telur, ragi, daging tanpa lemak dan gandum. 8. Vitamin B9 (Asam Folat)Manfaat vitamin B9 adalah untuk penurun resiko jantung, pembentuk sel-sel darah merah dan pencegah kecacatan otak janin. Kekurangan vitamin B3 menyebabkan janin cacat dalam kandungan dan kurang darah atau anemia. Vitamin B9 bisa didapatkan dari kacang-kacangan, bayam, buah jeruk, tomat dan hati.9. Vitamin B12 (Metilkobalamin)Fungsi vitamin B12 adalah untuk pertumbuhan, kesehatan system syaraf dan pencegah anemia. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia. Vitamin B12 bisa didapatkan dari sayur-sayuran berdaun hijau, daging berwarna merah dan susu.10. Vitamin C (Asam Askorbat)Kegunaan vitamin C adalah untuk meningkatkan system imun tubuh, pembentuk sel-sel darah merah, untuk antioksidan, untuk kesehatan gigi dan gusi. Kekurangan vitamin C menyebabkan mudah lelah, anemia dan sariawan. Vitamin C bisa didapatkan dari buah-buahan, mentega dan ikan.11. Vitamin D (Kalsiferol)Fungsi vitamin D adalah pembentuk tulang dan gigi. Kekurangan vitamin D menyebabkan diabetes dan osteoporosis. Vitamin D bisa didapatkan dari susu dan pancaran sinar matahari.12. Vitamin E (Tokoferol)Kegunaan vitamin E adalah pengontrol asam lemak berlebih dan kesehatan kulit. Kekurangan vitamin E menyebabkan mandul. Vitamin E bisa didapatkan dari gandum, minyak sayur dan minyak ikan.13. Vitamin K (Menaquinones)Kegunaan vitamin K adalah untuk pencegah diabetes, dan pencegah osteoporosis. Kekurangan vitamin K menyebabkan kepadatan tulang berkurang. Vitamin K bisa didapatkan dari alpukat dan sayur-sayuran berwarna hijau.

d. Sifat Fisikokimia Vitamina. Sifat fisikokimia vitamin larut dalam lemak1 Vitamin AVitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Vitamin A tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Adanya ikatan rangkap pada struktur kimia betakaroten (provitamin A) menyebabkan bahan ini menjadi sangat sensitif terhadap reaksi oksidasi ketika terkena udara (O2), cahaya, metal, peroksida, dan panas selama proses produksi maupun aplikasinya.2 Vitamin DVitamin D peka terhadap cahaya dan oksigen, mudah larut dalam lemak, tidak larut dalam lemak, tahan terhadap panas dan oksidasi, rusak oleh penyinaran ultraviolet yang berlebih. Stabilitas vitamin D dipengaruhi oleh pelarut pada saat vitamin tersebut dilarutkan, namun akan stabil apabila dalam bentuk kristal disimpan dalam botol gelas tidak tembus pandang. Pada umumnya vitamin D stabil terhadap panas, asam dan oksigen. Vitamin ini akan rusak secara perlahan-lahan apabila suasana sedikit alkali, terutama dengan adanya udara dan cahaya.3 Vitamin EVitamin E murni tidak berbau dan tidak berwarna. Sedangkan vitamin E sintetik yang dijual secara komersial biasanya berwarna kuning muda hingga kecoklatan. Vitamin E larut dalam lemak dan dalam sebagian besar pelarut organic, tetapi tidak larut dalam air. Vitamin E sedikit tahan panas dan asam tetapi tidak tahan alkali, sinar ultraviolet dan oksigen. Vitamin E rusak bila bersentuhan dengan minyak tengik, timah, dan besi. Karena tidak larut air, vitamin E tidak hilang karena pemasakan dengan air. 4 Vitamin KVitamin K terdapat di dalam alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri dari atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping pada posisi tiga. vitamin K1 (filokinon) mempunyai rantai samping fitil dan hanya terdapat dalam tumbuh-tumbuhan berwarna hijau. Vitamin K2 (menakinon) merupakan sekumpulan ikatanb yang rantai sampingnya terdiri atas beberapa satuan isoprenil. Menakinon disintesis oleh bakteri di dalam saluran cerna. Vitamin K3 ( menadion) adalah bentuk vitamin K sintetik. Menadion terdiri atas cincin naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut air. Menadion baru aktif secara biologic setelah mengalami alkilasi di dalam tubuh. Vitamin K cukup tahan terhadap panas,. Vitamin K tidak rusak oleh cara memasak biasa, termasuk memasak dengan air. Vitamin K tidak tahan terhadap alkali dan cahaya. b. Vitamin larut dalam air1 Vitamin B1Tiamin mengandung sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Molekul tiamin terdiri atas cincin pirimidin yang terikat dengan cincin tiasol. Tiamin merupakan kristal putih kekuningan yang larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin B1 cukup stabil. Di dalam keadaan larut vitamin B1 hanya tahan panas bila berada dalam keadaan asa. Dalam suasana alkali vitamin B1 mudah rusak oleh panas atau oksidasi. 2 Vitamin B2Struktur riboflavin terdiri atas cincin isoaloksazin dengan rantai samping ribitil. Dalam bentuk murni, riboflavin adalah kristal kuning. Riboflavin larut air, tahan panas, oksidasi dan asam, tetapi tidak tahan alkali dan cahaya terutama sinar ultraviolet. Dalam proses pemasakan tidak banyak yang rusak.3 Vitamin B3Niasin merupakan kristal putih, yang lebih stabil dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahan terhadap suhu tinggi, cahaya, asam, alkali, dan oksidasi. Niasin tidak rusak oleh pengolahan dan pemasakan normal, kecuali kehilangan melalui air masakan yang dibuang. 4 Vitamin B5Asam pantotenat adalah kristal putih yang larut air, rasa pahit, lebih stabil dalam keadaan larut daripada kering, serta mudah terurai oleh asam, alkali, dan panas kering. Dalam larutan netral asam pantotenat tahan terhadap panas basah. 5 Vitamin B6Piridoksin merupakan kristal putih tidak berbau, larut air dan alkohol. Piridoksin tahan panas dalam keadaan asam, tidak begitu stabil dalam larutan alkali dan tidak tahan cahaya. Kehilangan pada suhu beku sebanyak 36 hingga 55%. 6 Vitamin B7Biotin adalah suatu asam monokarboksilat terdiri atas cincin imidasol yang bersatu dengan cincin tetrahidrotiofen dengan rantai samping asam valerat. Biotin tahan panas, larut air dan alkohol serta mudah dioksidasi. 7 Vitamin B9Asam folat atau folasin dan asam pteroil glutamate adalah kristal kuning yang digolongkan dalam kelompok senyawa pterin. Sebagai asam bebas, asam folat, tidak larut dalam air dingin, namun sebagai garam natrium dapat lebih larut. Asam folat banyak hilang bila sayuran disimpan pada suhu kamar. 8 Vitamin B12Vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin mirip porifirin seperti hem, yang mengandung kolbalt serta terkait pada ribose dan asam folat. Vitamin B12 adalah kristal merah yang larut air. Warna merah karena kehadiran kobalt. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali, cahaya, dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. 9 Vitamin CVitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.

e. Struktur Kimia Vitamina. Vitamin ARumus kimia vitamin A adalah C20H30O. Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol (bentuk alkohol), retinal (aldehida), dan asam retinoat (bentuk asam). Struktur kimia dari vitamin A adalah sebagai berikut.

b. Vitamin B1Vitamin B1 (yudidtiamin) memiliki rumus kimia C17H20N4O6. Tiamin mengandung sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Molekul tiamin terdiri atas cincin pirimidin yang terikat dengan cincin tiasol.

c. Vitamin B2Riboflavin mempunyai rumus kimia C17H20N4O6. Struktur riboflavin terdiri atas cincin isoaloksazin dengan rantai samping ribitil.

d. Vitamin B3Tiamin memiliki rumus kimia C6H5NO2. Niasin merupakan derivatpiridindengan guguskarboksil(COOH) adapun nikotinamida merupakan niasin yang gugus karboksilnya tergantikan oleh gugusamida(NH2). Bentuk aktif dari vitamin B3 adalahNADH/NADPHyang merupakan derivat nukleotida sepertivitamin B2. Vitamin B3 dan B2 merupakan kofaktor enzim pada reaksiredoksdalam tubuh.

e. Vitamin B5Asam pantotenat memiliki struktur kimia C9H17NO5. Asam pantotenat adalah suatu derivatif dimetil dari asam butirat yang berkaitan dengan beta-alanin. Vitamin ini mengikat fosfat dan membentuk 4-fosfopantotein dan koenzim A, yaitu bentuk aktif asam pantotenat. Struktur kimianya adalah sebagai berikut.

f. Vitamin B6Rumus kimia dari vitamin B6 adalah C8H11NO3. Terdapat 6 bentuk umum yang sering dijumpai, yaitupiridoksal(PL), piridoksina (PN), piridoksamine, (PM), piridoksal 5'-fosfat(PLP),piridoksin 5'-fosfat(PNP), danpridoksamin 5'-fosfat (PNP)

g. Vitamin B7Biotin memiliki rumus kimia C10H16N2O3S. Biotin adalah suatu asam monokarboksilat terdiri atas cincin imidasol yang bersatu dengan cincin tetrahidrotiofen dengan rantai samping asam valerat. Bagian imidasol penting sebagai tempat mengikat avidin, protein utama putih telur.

h. Vitamin B9Vitamin B9 atau asam folat memiliki rumus kimia C19H19N7O6. Bentuk aktif folat terdiri atas cincin pteridin terkait dengan p-asam amino benzoate (p-aminobenzoic acid/PABA) yang bersama membentuk asam pteroat dan asam glutamate. Struktur kimia asam folat adalah sebagai berikut.

i. Vitamin B12Vitamin B12 memiliki rumus kimia C63H89CoN14O14P. vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin mirip porfirin seperti hem, yang mengandung cobalt serta terkait pada ribose dan asam fosfat. Struktur kimia vitamin B12 adalah sebagai berikut.

j. Vitamin CAsam askorbat (I) mempunyai gugus hidroksil asam (pK1 = 4.04, pK2 = 11.4 at 25C). Asam askorbat dengan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat (II) yang dalam media air ada dalam bentuk hemiketal terhidrasi (IV). Aktivitas biologi II lebih rendah dibandingkan I. Aktivitasnya hilang sama sekali ketika cincin lakton dehidroaskorbat terbuka secara irreversibel, berubah dari II menjadi asam 2,3 diketogulonat (III).

k. Vitamin DTerdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaituvitamin D2danvitamin D3.aktivasi vitamin D dilakukan oleh hormon paratiroid. Vitamin D2 atau dikenal juga dengan namaergokalsiferolini berasal dari turunan senyawa kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan tanaman. Vitamin D3 (kolekalsiferol) sendiri berasal dari turunan senyawa7-dehidrokolesterol. Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Padaginjal, vitamin D dikonversi menjadi bentuk aktif yang disebut1,25-dihydroxycholecalciferol.

l. Vitamin ETokoferol terdiri atas struktur cincin 6-kromanol bdengan rantai samping jenuh panjang enam belas karbon fitol. Tokotrienol mempunyai tiga ikatan rangkap pada rantai samping. Perbedaan struktur ini mempengaruhi tingkat aktivitas vitamin E secara biologik. Struktur kimia dari vitamin E adalah sebagai berikut.

m. Vitamin KVitamin K1 (phylloquinone). Keduanya mengandung cincin naftokuinona dan sebuah rantai lurus. Filokuinona mempunyai rantai fitil.

Vitamin K2 (menaquinone). Di dalam menaquinone rantainya terbuat dari berbagai macam komposisi residu isoprenoid.

f. Absorpsi, Transportasi, Metabolisme dan Penyimpanan1 Vitamin AVitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk eter esensial retinil, bersama karotenoid bersama lipida lain dalam lambung. Dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihiddrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efesien diabsorsi daripada ester retinil. Sebagian karetonoid, terutama beta karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol.Dalam usus halus retinol bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati merupakan tempat penyimpanan terbesar vitamin A dalam tubuh.Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein (RBD) yang disentesis oleh hati. Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada resepton permukaan membran yang spesifik oleh RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Celluler Retinol Binding-Protein (CRBD) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan dalam sel epitel sebagai asam retinoat.2 Vitamin B1Tiamin diabsorpsi secara aktif terutama di duodenum bagian atas yang bersuasana asam, dengan bantuan adenine trifosfatase (ATPase) yang tergantung pada natrium. Tiamin yang dikonsumsi melebihi 5 mg/hari sebagian akan diabsorpsi secara pasif/ Absorpsi aktif dihambat oleh alkohol. Setelah diabsorpsi, kurang lebih 30 mg tiamin mengalami fosforilasi dan disimpan sebagai tiamin Pirofosfat (TPP) di dalam jantung, otak, dan jaringan otot.Tubuh manusia mengandung 30-70 mg tiamin, 80% dalam bentuk TPP. Sebagian dari tiamin terdapat dalam otot, selebihnya didalam jaringan hati, jantung, ginjal dan otak. Tiamin berada dalam sirkulasi darah dalam jumlah kecil dalam bentuk bebas. Eksresi dilakukan melalui urin dalam bentuk utuh dan sebagian kecil dalam bentuk metabolit, terutama tiamin difosfat dan disulfit. Eksresi tiamin melalui urin menurun dengan cepat pada kekurangan tiamin. Tiamin dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam saluran cerna manusia dan hewan, tetapi yang dapat dmanfaatkan tubuh sangat kecil. Metabolisme dari vitamin B1 adalah tiamin mudah larut dalam air, sehingga didalam usus halus mudah diserap kedalam mukosa. Didalam sel epitel mukosa usus thiamin diphosphorylasikan dengan pertolongan ATP dan sebagai TPP dialirkan oleh vena portae kehati. Thiamin dieskresikan didalam urine pada keadaan normal, eskresi ini parallel terhadap tingkat konsumsi, tetapi pada kondisi defisien hubungan parallel ini tidak lagi berlaku.3 Vitamin B2Riboflavin dibebaskan dari ikatan-ikatan protein sebagai FAD dan FMN di dalam lambung yang bernuansa asam. FAD dan FMN kemudian di dalam usus halus dihidrolisis oleh enzim-enzim pirofosfatase dan fosfatase menjadi riboflavin bebas. Riboflavin diabsorpsi di bagian atas usus halus secara aktif oleh proses yang membutuhkan natrium untuk kemudian mengalami fosforilasi hingga menjadi FMN dai dalam mukosa usus halus.Riboflavin dan FMN dalam aliran darah sebagian besar terikat pada albumin dan sebagian kecil pada imunoglobulin G. Riboflavin dan metabolitnya terutama disimpan di dalam hati, jantung dan ginjal. Simpanan riboflavin terutama dalam bentuk FAD yang mewakili 70-90% vitamin tersebut. Konsentrasinya lima kali FMN dan lima puluh kali riboflavin. Sebanyak 200 g riboflavin ddan metabolitnya dikeluarkan melalui urin setiap hari. Jumlahnya tergantung pada konsumsi dan kebutuhan jaringan. Simpanan riboflavin dalam tubuh tidak seberapa, oleh karena itu harus tiap hari diperoleh dari makanan dalam jumlah cukup.Metabolisme dari vitamin B2 adalah riboflavin bebas terdapat didalam bahan makanan dan larut didalam air, sehingga mudah diserap dari rongga usus kedalam mukosa. Didalam sel epithel mukosa usus, riboflavinbebas mengalami phosphorylasi dengan pertolongan ATP dan sebagai FMN dialirkan melalui vena portale kehati.4 Vitamin B3Di dalam usus halus niasin dihidrolisis dan diabsorpsi sebagai asam nikotinat, nikotinamida dan nikotinamida mononukleotida(NMN). Kelebihan niasin dibuang melalui urin.

5 Vitamin B5Asam pantotenat dikonsumsi sebagai bagian dari KoA, yang oleh enzim fosfatase dalam saluran cerna dihidrolisis menjadi 4-fosfopantotein dan asam pantotenat yang kemudian diabsorpsi. KoA disintesis kembali di dalam sel-sel hati. Asam pantotenat dikeluarkan melalui urin, terutama sebagai hasil metabolism koenzim A.6 Vitamin B6Sebelum diabsorpsi, vitamin B6 di dalam makanan yang terutama terdapat dalam bentuk fosforilasi, dihidrolisis oleh enzim fosfatase di dalam usus halus. Di dalam hati, ginjal dan otak vitamin B6 difosforilasi kembali untuk kemudian diubah menjadi bentuk PLP oleh enzim oksidase. Fosforilasis dan perubahan oksidatif vitamin B6 juga dapat terjadi di dalam sel darah dimana PLP terikat pada hemoglobin. Sebanyak 50% jumlah vityamin B6 dalam tubuh disimpan dalam otot. PLP di dalam hati diikat oleh apoenzim dan beredar di dalam darah dalam keadaan terikat dengan albumin. PLP yang tidak terikat diubah menjadi asam piridoksat oleh enzim oksidase di dalam hati dan ginjal, yaitu m,etabolit utama yang dikeluarkan melalui urin.7 Vitamin B7Vitamin yang terikat pada protein ini dihidrolisis menjadi biositin yang diabsorpsi bersama biotin bebas dalam bagian atas usus halus. Biotin diabsorpsi secara katif dalam duodenum dan ileum bagian atas, serta disimpan atau digunakan setelah diubah menjadi biotinil-5-adenilat di dalam hati, otot, dan ginjal. Biositin dihidrolisis menjadi biotin di dalam plasma. Biotin dan metabolitnya dikeluarkan melalui urin dalam jumlah 6-50 g/hari.8 Vitamin B9Folat dalam makanan terdapat sebagai poliglutamat yang terlebih dahulu harus dihidrolisis menjadi bentuik monoglutamat di dalam mukosa usus halus. Pencernaan ini dilakukan oleh enzim hidrolase, terutama conjugase pada mukosa bagian atas usus halus. Hidrolisis poliglutamat folat dibantu oleh seng.Setelah dihidrolisis, monoglutamat folat diikat oleh reseptor folat khusus pada mikrovili dinding usus halus yang kemungkinan juga merupakan alat angkut vitamin tersebut. Folat dalam sel kemudian diubah menjadi 5-metil-tetrahidrofosfat (5-metil-H4 folat) dan dibawa kehati melalui sirkulasi darah portal untuk disimpan. Jumlah simapanan folat didalam tubuh orang dewasa sehat ditaksir sebanyak 7,5 mg. Hati merupakan tempat simpanan utama folat. Di dalam hati, 5-metil-tetrahidrofolat diubah menjadi asam tetrahidrofolat (THFA) dan gugus metil disumbangkan ke metionin. Tetrahidrofolat kemudian bereaksi dengan enzim poliglutamat sintase untuk membentuk kembali poliglutamat folat yang kemudian berikatan dengan bermacam enzim dan melakukan sebagian besar fungsi metabolik vitamin tersebut. Folat yang dihidrolisis meninggalkan hati dan bersirkulasi da dalam plasma dan empedu sebagai poliglutamat di dalam poll/ simpanan sel darah merah. Folat dikeluarkan melalui feses dan urin hampir sama dengan jumlah yang terdapat dalam simpanan tubuh, yang umurnya kurang lebih 100 hari. Persediaan folat habis dalam waktu dua puluh minggu.9 Vitamin B12Dalam keadaan normal sebanyak kurang lebih 70% vitamin B12 yang dikonsumsi dapat diabsorpsi. Angka ini menurun hingga 10% pada konsumsi melebihi lima kali AKG. Dalam lambung kobalamin dibebaskan dari ikatannya dengan protein oleh cairan lambung dan pepsin, kemudian segera diikat oleh protein-protein khusus (faktor R/rapid electrophoretic mobility) dalam lambung. Vitamin B12 dilepas dari faktor R di dalam duodenum yang bersuasana alkali, oleh enzim-enzim protease pankreas terutama tripsin untuk segera diikat oleh faktor intrinsik (IF). Kompleks vitamin B12-IF ini kemudian diikat oleh resptor khusus pada membran mikrovili ileum usus halus dan diabsorpsi. Di dalam sel mukosa usus halus Vitamin B12 dilepas dan dipindahkan ke protein lain (transkobalamin II atau TC-2) untuk kemudian dibawa ke hati.Proses absorpsi, dimulai dari konsumsi ke penampilan vitamin B12 dalam vena porta memakan waktu 8-12 jam. Vitamin B12 yang gterikat pada TC-2 kemudian dibawa ke jaringan-jaringan tubuh oleh reseptor-reseptor khusus.Lebih 95%dari vitamin B12 di dalam sel berada dalam keadan terikat pada enzim metionin sintetase yang ada dalam sitoplasma sel atau pada enzim metilmalonil-KoA mutase yang terdapat dalam mitokondria sel. Persediaan vitamin B12 dalam tubuh adalah 2-3 mg dan sebanyak 1,2-1,3 g sehari dieksresi melalui feses dan urin. Tubuh hemat dalam penggunaan vitamin B12. Vitamin B12 yang terdapat di dalam cairan empedu dan sekresi saluran cerna lain disalurkan kembali melalui sirkulasi entero hepatik. Dengan demikian, simpanan vitamin B12 dapat bertahan hingga sepuluh tahun. Absorpsi vitamin B12 mempunyai mekanisme sebagai berikut. Didalam sekresi gaster terdapat enzim transferase yang disebut Faktor Intrinsik (FI). Faktor Intrinsik mengikat vitamin B12 yang membuat vitamin ini resistan terhadap serangan mikrobayang menghuni rongga usus. Pada manusia, Fi dihasilkan oleh sel-sel cardiaventriculi.10 Vitamin CVitamin C mudah diabsorpsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20 dan 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya diabsorpsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa kesemua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitari, dan retina.Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila konsumsi mencapai 100 mg sehari. Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan. Tanda-tanda skorbut akan terjadi bila persediaan tinggal 300 mg. Konsumsi melebihi taraf kejenuhan berbagai jaringan dikelurakan melalui urin dalam bentuk asam oksalat. Pada konsumsi melebihi 100 mg sehari kelebihan akan dikeluarkan sebagai asam askorbat atau sebagai karbon dioksida melalui pernafasan. Walaupun tubuh mengandung sedikit vitamin C, sebagian akan tetap dikeluarkan. Makanan yang tinggi dalam seng atau pektin dapat mengurangi absoprsi sedangkan zat-zat di dalam ekstrak jeruk dapat meningkatkan absorpsi.Status vitamin C tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik antara lain, perdarahan gusi, perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda dini kekurangan vitamin C dapat diketahui bila kadar vitamin C darah dibawah 0,20 mg/dl. Metabolisme vitamin C mudah diabsorsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20 dan 129 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram pada absorsi sebanyak 16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah dalam jeringan adrenal, pituitari, dan retina.11 Vitamin DVitamin D diabsorsi dalam usus halus bersama lipida dengan bantuan cairan empedu. Vitamin D dari bagian atas usus halus diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain. Absorsi vitamin D dan pada orang tua kurang efesien bila kandungan kalsium makanan rendah. Kemungkinana hal ini disebabkan oleh gangguan ginjal dalam metabolisme vitamin D.Metabolisme vitamin D3 (kolekalsiferof) dibentuk didalam kulit sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Vitamin D3 didalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolikasiferol {25(OH)D3} yang lima kali lebih aktif dari pada vitamin D3. Bentuk {25(OH)D3} adalah bentuk vitamin D yang banyak di dalam darah dan banyaknya bergantung konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif adalah kolsitriol atau 1,25-dihidroksi kolekalsiferol {1,25(OH)2D3} yang 10 kali lebih aktif dari vitamin D3. Bentuk aktif ini dibuat oleh gnjal. Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya.Sisntesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor didalam serum. Hormon paratiroid (PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum rendah, tampaknya merupakan perantara yang merangsang produksi {1,25(OH)2D3} oleh ginjal. Jadi tarf konsumsi kalsium yang rendah tercermin dalam taraf kalsium serum yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi sekresi PTH dan peningkatan sintesis kalsitriol oleh gnjal. Taraf fosfat dari makanan mempunyai pengaruh yang sama, tetapi tidak membutuhkan PTH. 12 Vitamin ESebanyak 20-80 % tokoferol diabsorsi di bagian atas usus halus dalam bentuk misel. Absorsi tokoferol dibantu trigliserida rantai sedang dan dihambat asam lemak rantai panjang tidak jenuh ganda. Transprortasi dari mukosa usus halus kedalam sistem limfe dilakukan oleh kilo micrn untuk dibawa ke hati. Dari hati bentuk alfa-tokofeol diangkut oleh very low-density lipoprotein/VLDL masuk kedalam plasma, sedangkan sebagian besar gama-tokoferol dikeluarkan melalui empedu. Tokoferol di dalam plasma kemudian diterima oleh reseptor sel-sel perifer low-density lipoprotein/LDL dan masuk ke membran sel. Tokoferol menumpuk di bagian-bagian sel dimana produksi radikal bebas paling banyak terbentuk, yaitu di mitokondria dan retikulum endoplasma. Vitamin E disimpan didalam hati dan jaringan lemak. 13 Vitamin KSebanyak 50-80% vitamin K dalam usus halus diabsorpsi dengan bantuan empedu dan cairan pankreas. Setelah diabsorpsi di dalam usus halus bagian atas, vitamin K dikaitkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfe ke hati. Hati merupakan tempat simpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Dari hati vitamin A diangkut terutama oleh lipoprotein VLDL di dalam plasma ke sel-sel tubuh. Vitamin K terutama dihubungkan dengan membrane sel, yaitu dengan reticulum endoplasma dan mitokondria. Taraf vitamin dalam serum meningkat pada hiperlipidemia, terutama pada trigliseridemia. Hal-hal yang menghambat absorpsi lemak akan menurunkan absorpsi vitamin K.Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40% vitamin K yang diabsorpsi dikeluarkan melalui empedu, dan 15% melalui urin sebagai metabolit larut air. Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak banyak dan penggantiannya terjadi cepat. Simpanan di dalam sebanyak 10% berupa filokinin dan 90% berupa menakinon yang kemungkinan disintesis oleh bakteri saluran cerna. Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis menakinon, akan tetapi sebagian perlu didatangkan dari makanan.

g. Sumber Vitamin pada Makanan1 Vitamin AVitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Margarine biasanya diperkaya dengan vitamin A. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang diberikan untuk keperluan penyembuhan.Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwarna kuning-jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jangung kuning, papaya, mangga, nangka, nangka masak, dan jeruk. Minyak kelapa sawit yang berwarna merah kaya akan karoten.2 Vitamin B1Sumber utama tiamin di dalam makanan adalah serealia tumbuk/setengah giling atau yang difortifikasi dengan tiamin dan hasilnya. Sumber utama tiamin yang lain adalah kacang-kacangan, semua daging organ, daging tanpa lemak, dan kuning telur. Unggas dan ikan juga merupakan sumber tiamin yang baik. Tiamin di dalam serealia utuh terdapat di dalam sekam (lapisan aleuron) dan benihnya, 3 Vitamin B2Sumber makanan yang mengandung vitamin B2 diantaranya adalah susu, keju, hati, daging sayuran hijau, kacang-kacangan, dan telur 4 Vitamin B3Sumber niasin atau vitamin B3 adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam, dan kacang tanah. Susu dan telur mengandung sedikit niasin tetapi kaya triptofan. 5 Vitamin B5Asam pantotenat atau vitamin B5 terdapat di dalam semua jaringan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sumber paling baik adalah hati, ginjal, kuning telur, khamir, daging, ikan, unggas, serealia utuh, dan kacang-kacangan. 6 Vitamin B6Vitamin B6 paling banyak terdapat di dalam khamir, kecambah gandum, hati, ginjalm serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisang. Susu, telur, sayur, dan buah mengandung sedikit vitamin B6.7 Vitamin B7Sumber vitamin B7 yang baik adalah hati, kuning telur, serealia, khamir, kacang kedelai, lacing tanah, sayuran dan buah-buahan tertentu (jamur, pisang, jeruk, semangka, strawberry).8 Vitamin B9Sumber vitamin B9 yang utama yaitu dalam sayuran hijau, hati, daging tanpa lemak, serealia utuh, biji-bijian, kacang-kacangan, dan jeruk. 9 Vitamin B12Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang memperolehnya dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, seperti hati, ginjal, susu, telur, ikan, keju, dan daging. 10 Vitamin CVitamin C umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.11 Vitamin DMakanan hewani yang merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk kolekalsiferol yaitu kuning telur, hati, krim, mentega, dan minyak hati ikan. 12 Vitamin ESumber utama vitamin E adalah minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Minyak kelapa dan zaitun hanya sedikit mengandung vitamin E. Sayuran dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin E yang baik. Daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan mengandung vitamin E dalam jumlah terbatas. 13 Vitamin KSumber utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan makanan lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah kecil adalah susu, daging, telur, serealia, buah-buahan, dan sayuran lain.

h. Kebutuhan VitaminBerdasarkan AKG, kebutuhan masing- masing vitamin adalah sebagai berikut:Umur(tahun)A(mg Retinol)aD(g)bE(mg)cK(g)dC(mg)B1(mg)B2(mg)B3e(mg)B6(g)Asam pantotenat(mg)Biotin(g)B12(g)

65Wanita hamilWanita menyu-sui0,5-0,60,60,7- 0,80,9- 1,10,9-1,10,8-1,00,8-1,00,8-1,01,1

1,510555555105

53-468-1010-141514131213

174-101520-3040-5060-7060-70808060

6050-556070-8090-100100100100100100

1500,2-0,40,60,81,01,0-1,31,0-1,31,0-1,21,0-1,11,01,2

1,40,3-0,40,70,9-1,11,2-1,61,2-1,51,2-1,41,2-1,31,21,5

1,62-5710-1213-1813-1713-1613-151315

170,1-0,30,40,5-0,71,0-1,41,2-1,61,2-1,51,2-1,51,2-1,41,9

1,92-344-55-666666

65-1010-1515-2020-3530-6030-6030-6030-6030-60

30-600,4-0,81,01,5-1,82,0-3,03,03,03,03,03,5

4,0

i. Dampak Kelebihan dan Kekurangan Vitamin1 Vitamin AKekurangan vitamin A dapat menyebabkan buta senja, perubahan mata seperti xerosos konjungtiva (pengeringan selaput permukaan kelopak mata dan bola mata), bercak bitot (bercak putih keabu-abuan pada permukaan bola mata, gejala ringan), dan keratomalasia (bentuk akhir kekurangan vitamin A, kornea menjadi lunak dan pecah).Kelebihan vitamin A pada orang dewasa menimbulkan gejala antara lain sakit kepala, pusing, rasa nek, rambut rontok, kulit mongering, tidak ada nafsu makan atau anoreksia, dan sakit pada tulang. Pada wanita menstruasi berhenti. Pada bayi terjadi pembesaran kepala, hidrosefalus, dan mudah tersinggung yang dapat terjadi pada konsumsi 8.000 RE/hari selama tiga puluh hari.2 Vitamin B (B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12)Kelompok vitamin B kompleks memiliki manfaat yang cukup besar untuk metabolisme pembentukan energi yang diperlukan sel-sel otak, misalnya : menjaga kesehatan, mendorong nafsu makan, memproduksi energi, membantu pembentukan antibodi dan saraf, meningkatkan nafsu makan, mencegah anemia, menjaga kesehatan jantung, meningkatkan kekebalan tubuh, dan lain-lain.Dampak kekurangan vitamin B adalah mudah terjangkit penyakit beri-beri, mudah terkena penyakit infeksi, masalah kulit, diare, dermatitis, sariawan, nafsu makan turun, mengganggu system syaraf dan daya ingat, anemia, cepat lelah, hilang nafsu makan, dan lain-lain.Sedangkan dampak kelebihan vitamin B adalah jarang terjadi karena bila kelebihan vitamin ini, maka tubuh akan membuangnya bersama urin. Namun, dampak terburuk dapat mengakibatkan kerusakan saraf (lumpuh, mati rasa, dan lain-lain) dan gagal ginjal.3 Vitamin CKekurangan vitamin C ditandai dengan lelah, lemah, napas pendek, kejang otot, tulang, otot dan persendian sakit serta kurang nafsu makan, kulit kering, kasar dan gatal, warna merah kebiruan di bawah kulit, perdarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering dan rambut rontok. Selain itu luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang-kadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf.Kelebihan vitamin C berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap hari dapat menimbulkan hiperoksaluria dan resiko lebih tinggi terhadap batu ginjal.4 Vitamin DKekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan reketsia pada anak-anak, dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga menyebabkan osteoporosis.Kelebihan vitamin D menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain. Tanda-tanda khas adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang diberi vitamin D berlebihan menunjukkan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan kelambatan perkembangan mental.5 Vitamin EKekurangan vitamin E menyebabkan hemolisis eritrosit, yang dapat diperbaiki dengan pemberian tambahan vitamin E. akibat lain adalah sindroma nurologik sehingga terjadi fungsi tidak normal pada sumsum tulang belakang dan retina. Tanda-tandanya adalah kehilangan koordinasi dan reflex otot serta gangguan penglihatan dan berbicara. Kelebihan vitamin E dapat menyebabkan gangguan saluran cerna bila memakan 600 miligram sehari. Dosis tinggi juga dapat meningkatkan efek obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah. 6 Vitamin KKekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi perdarahan. Kelebihan vitamin K hanya bila terjadi vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin K adalah hemolisis sel darah merah, sakit kuning, dan kerusakan pada otak.

j. Analisis Vitamin1. Vitamin B1a. Uji kualitatif Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sedikit serbuk (sampel) ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 3 tetes NaOH 30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dan 1 mL isobutanol. Kemudian dikocok hingga bercampur rata. Kemudian perhatikan larutan campuran tersebut menjadi berwarna biru maka uji positif pada sampel.b. Uji kuantitatifMetode kolorimetriDasar metode ini adalah reaksi antara tiamin dengan 6-aminotimol yang telah didiazotasi. Hasil penguraian tiamin tidak menghasikan warna dengan pereaksi ini. Dekstrosa, laktosa, maltosa, sukrosa, tepung, kasein, gelatin, pepton, urea, gliserolfosfat dan logam berat, dengan kadar 100 kali lebih besar dari kadar tiamin tetap tidak mengganggu. Riboflavin, asam nikotinat, nikotinamida, piridoksin, asam pentotenat, guanin, adenin, triptopan, tirosin dan histidin yang terdapat dengan kadar 20 kali lebih besar daripada kadar tiamin juga tidak mengganggu. Pereaksi 6-aminotimol dibuat dengan melarutkan 50 mg 6-aminotimol dalam 50 mL asam klorida 0,35% dan mengencerkannya dengan air secukupnya hingga 200 mL. Prosedur penetapan kadar tiamin murni dengan pereaksi 6-aminotimol : sejumlah 5,0 pereaksi 6-aminotimol didinginkan dengan es, ditambah 2,0 mL natrium nitrit 0,1% lalu dicampurkan dan didiamkan selama 1 menit. Larutan selanjutnya ditambahkan 5,0 mL natrium hidroksida 20% dan diencerkan dengan air secukupnya sampai 20,9 mL. Sejumlah pereaksi ini ditambah 1,0 larutan sampel. Setelah 5 menit larutan diencerkan dengan air untuk mendapatkan absorbansi yang sesuai. Digunakan larutan blanko.Jika larutan sampel telah berwarna atau keruh, dilakukan penetapan seperti diatas kemudian warna yang terjadi disari dengan campuran pelarut yang terdiri atas 90 mL toluen yang telah didestilasi ulang (redestilasi) dan 10 mL n-butanol. Lapisan pelarut organik dipisahkan dan ditambah 1 gram natrium sulfat anhidrat untuk mengeringkan pelarut lalu diukur absorbansinya.Metode alkalimetriAdanya hidroklorida pada tiamin hidroklorida dapat dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru. Prosedur penetapan kadar tiamin hidroklorida dengan metode alkalimetri : lebih kurang 500 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru. Tiap mL NaOH 0,1 N setara dengan 33,70 gram tiamin hidroklorida. Berat ekuivalen (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara alkalimetri adalah sama dengan berat molekulnya (BM). Hal ini disebabkan karena tiap 1 mol tiamin hidroklorida bereaksi dengan 1 mol NaOH.Metode gravimetriPenentuan thiamin dengan gravimetri adalah dengan menimbang endapan yang terjadi bila thiamin direkasikan dengan garam Reinecke atau dengan asam tungstosilikat. Cara ini hanya dapat dilakukan bila dalam sampel cukup banyak mengandung thiamin yaitu lebih kurang 50 mg, apabila kurang lebih baik dengan flourometer dan kolorimeter.Metode ini dapat digunakan untuk menentukan kadar thiamin pada tablet vitamin B1 dan dalam injeksi. Prosedur penetapan kadar tiamin denga metode gravimetri : sejumlah tertentu tablet ditimbang secara seksama dan setara dengan lebih kurang 50 mg tiamin hidroksida, diencerkan dengan air secukupnya hingga 50 mL lalu ditambah asam klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Pada larutan yang telah mendidih ini selanjutnya ditambah dengan cepat tetes demi tetes 4 mL asam silikowolframat yang baru disaring lalu dididihkan selmaa 4 menit. Larutan disaring melalui menyaring kaca masir lalu dicuci dengan 50 mL campuran mendidih yang terdiri atas 1 bagian volume asam klorida pekat dan 19 bagian air yang mengandung asam silikowolframat 0,2% (b/v), kemudian dicuci 2 kali tiap kali dengan 5 mL aseton. Sisa dikeringkan pada suhu 105oC selama satu jam lalu didinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas larutan asam sulfat 38% dan ditimbang. Tiap gram sisa setara dengan 192,9 mg tiamin hidroklorida.Metode bioassayPenentuan tiamin dengan metode bioassay dengan menggunakan tikus putih. Tikus dari jenis dan keturunan yan sama dan stabil berat antara 40-50 gram diberi makanan dengan komposisi strandar bebas vitamin B1. Umur tikus tidak boleh lebih dari 20 hari dan dipilih yang jenis jantan. Tikus yang digunakan dari jenis yang murni , tidak cacat dan sehat. Tikus ditempatkan dalam kandang individual yang bersih dan diberi makan secukupnya. Untuk satu perlakuan dipakai tidak kurang dari delapan ekor. Satu kelompok untuk kontrol, satu kelompok untuk reference, dan satu kelompok untuk percobaan. Berat badan tikus ditimbang pada permulaan percobaan dan diikuti setiap tujuh hari sekali. Percobaan diakhiri setelah 28 hari sejak percobaan. Pada akhir percobaan akan dapat diketahui pengaruh vitamin terhadap berat badan dan selanjutnya dapat diketahui pula kadar vitamin dalam bahan makanan yang di uji apabila telah diketahui hubungan berat badan dengan kadar vitamin B1 berdasarkan referencesnya.Metode mikrobiologisPenentuan vitamin B1 dengan cara mikrobiologis. Cara ini menggunakan mikroba yang sangat peka terhadap vitamin B1. Mikroba yang digunakan adalah Ochromonas danica. Cara ini mempunyai ketelitian sampai 1 x 1010 gram. Untuk uji ini perlu percobaan dengan dengan berbagai konsentrasi tiamin standar dari 1 x 109 sampai 1 x 1010 gram. Medium uji yang telah dipersiapkan ditambah larutan yang mengandung tiamin standar atau tiamin dari sampel kemudian dinokulasi dengan mikroba dan diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu 27oC, dengan diterangi tabung fluorosen 60 W. Segera setelah diketahui perbedaan kekeruhan antara tabung dengan konsentrasi tiamin yang rendah dengan yang tinggi cukup jelas pengamatan kekeruhan dilakukan dengan turbidimeter, atau dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 436 nm. Selanjutnya dibuat grafik semilog hubungan antara kekeruhan dengan konsentrasi tiamin. Kemudian dicapai persamaan garisnya. Dari persamaan garis ini dapat dihitung kadar tiamin dalam sampel yang diuji.Selain dengan mikroba diatas dapat pula digunakan Lactobacillus fermenti, inkubasi pada 37oC selama 16-20 jam, pengukuran kekeruhan pada 546 nm. Mikroba lain yang juga dapat digunakan adalah Kloechera brevis, dengan kondisi inkubasi 30oC selama 16-24 jam. Pengukuran kekeruhan dengan sinar panjang gelombang 546 nm.2. Vitamin B2a. Analisis kualitatifVitamin B2 disebut juga riboflavin karena strukturnya mirip dengan gula ribose dan juga karena ada hubungannya dengan kelompok flavin. Riboflavin larut dalam air dan memberi warna fluorosen kuning-kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar ultraviolet akan tetapi tahan terhadap panas, oksidator, dan asa, kelarutan riboflavin dalam ari bervariasi dari 1 bagian riboflavin dalam 3000 bagian air sampai 1 bagian riboflavin dalam 15.000 bagian air. Variasi ini disebabkan oleh variasi bentuk kristalnya.Berdasarkan pada sifat-sifat di atas pada waktu penetapan kadar, ribovflavin harus terhindar cahaya. Penyinaran dengan sinar ultraviolet atau cahaya tampak terhadpa riboflavin dalam basa menghasilkan lumiflavin dengankan larutan riboflavin dalam suasana netral atau asam menghasilkan lumikrom yang berflourensi biru.b. Analisis kuantitatif Metode spektrometriLarutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs maksimum ( maks) pada 444 nm. Cara ini digunakan untuk menetapkan kemurnian riboflavin atau untuk penetapan riboflavin dilakukan dengan cara terlindung dari cahaya. Prosedur penetapan kadar riboflavin tunggal secara spektrofotometri : sekitar 100 mg riboflavin yang timbang seksama dilarutkan dengan pemanasan dalam campuran 2 mL asam asetat glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnya diencerkan dengan air, didinginkan, ditambah air secukupnya hingga 1000 mL. Pada 10,0 mL larutan ditambahkan 3,5 mL natrium asetat 0,1 M kemudian ditambahkan air secukupnya hingga 100 mL. Kadanya dihitung dengan menggunakan riboflavin baku sebagai pembanding.Metode fluorometerPenentuan vitamin B2 dengan flourometer. Riboflavin berflourosesnsi pada panjang gelombang 440-500 nm. Intensitas fluorosensinya tergantung pada konsentrasinya, juga pH larutan. Intensitas tertinggi pada pH 6-7. Cara ini lebih baik dari cara spektrofotometri.Metode mikrobiologisPenentuan riboflavin dapat pula dikerjakan dengan cara mikrobiologi yaitu menggunakan Lactobacilus casei. Sampel yang diuji ditambahkan dalam medium uji dan diinokulasi dengan L casei diinkubasi pada suhu 37oC selama 72 jam. Pengamatan dapat dilakukan dengan turbidimeter atau dengan menitrasi larutan tersebut. Hasil perombakan riboflavin oleh bakteri tersebut adalah asam laktat yang dapat ditektukan banyaknya dengan titrasi menggunakan basa NaOH 0,1 N.3. Vitamin B6a. Analisis kualitatifProsedur A: Masukkan 5 tetes larutan yang diuji (misalnya pirodoksin 1%) ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes NaOH 3 N, amati perubahan yang terjadi (Jika terbentuk warna biru-ungu berarti positif mengandung vitaminB6).Prosedur B: Masukkan 5 tetes larutan yang diuji (misalnya pirodoksin 1%) ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3, amati perubahan yang terjadi (Jika terbentuk warna jingga sampai merah tua berarti mengandung vitamin B6).b. Uji kuantitatif Metode spektrofotometriPada daerah ultraviolet, piridoksin, piridokamin dan piridoksal menunjukan daerah penyerapan yang karakteristik walaupun tidak ada maksimum untuk ketiganya. Kadar vitamin B6 jumlah dalam larutan buffer pH 6,75 dapat diterapkan pada panjang gelombang 325 nm. Pada panjang gelombang ini, piridoksin dan piridoksamin menunjukan absorbansi maksimum.Metode kolorimetriMetode ini didasarkan pada reaksi fenol dengan 2,6-dikloro-p-benzokuin-4-kloromina dengan menghasilkan warna biru yang dapat disari dengan pelarut organik. Reaksi ini merupaka reaksi umum untuk senyawa fenol berkedudukan para terhadap gugus hidroksil fenol tidak tersubstitusi.Metode kromatografiKromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detector fluorometri telah digunakan secara luas untuk analisis kuantitatif vitamin B6 dalam ayam dan bahan makanan lainnya.4. Vitamin B12a. Analisis kuantitatifMetode spektrofotometriSianokobalamin dalam air menunjukkan absorbansi maksimum ( maks) pada 278 1 nm, 361 nm dan 550 2 nm. Metode spektrofotometri tidak spesifik untuk sianokobalamina karena senyawa berwarna merah dan pseudosiokobalamin menunjukan spektra absorbansi yang serupa. Metode yang paling sederhana adalah dengan menetapkan pada 550 nm, tetapi metode ini hanya dapat digunakan terhadap sianokobalamin yang bebeas senyawa pengganggu. Metode yang lebih peka ialah dengan melakukan penetapan pada panjang gelombang 361 nm. Prosedur penetapan kadar sianokobalamin secara spektrofotometri : labih kurang 2 mg sianokobalamin yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam akuades secukupnya dan diencerkan hingga 50,0 mL. Larutan diukur absorbansinya dengan kuvet 1 cm pada panjang gelombang 361 nm. Harg aE 1cm 1% pada 361 nm adalah 207.Metode kromatografiMetode KCKT telah sukses digunakan untuk pemisahan dan analisis kuantitatif citamin B1, B2, dan campuran-campurannya dalam berbagai macam bahan makanan. Berbagai macam isomer vitamin B12 (sianokobalamin) yang ada dalam berbagai macam susu juga telah dipisahkan dengan menggunakan KCKT fase terbalik. Sianokobalamin diekstraksi dari sampel dengan mencampur 25 mL susu dengan 2-4 mL HCL 0,1 M pH 4,6. Campuran dipanaskan pada suhu 1200oC selama 10 menit dan selanjutnya disaring. pH filtrat 5,5 dengan natrium hidroksida 0,1 M dan diencerkan dengan akuades sampai 50 mL. Sianokobalamin selanjutnya dipekatkan pada cartridge oktadesil silan yang telah dikondisikan dengan 2 mL asetonitril dan dicuci dengan 6 mL akuades. Filtrat selanjutnya dilewatkan melalui cartridge dan selanjutnya cartridge dicuci dengan 12 mL air. Sianokobalamin dengan asetonitril (1:1 v/v) dan dipisahkan dengan kolom oktil silika. Elusi gradien dimulai dengan asetonitril: larutan amonium fosfat pH 3,0 (5:95) lalu konsentrasi asetonitril ditingkatkan sampai 30% selama 16 menit. Konsentrasi vitamin B12 selanjutnya dengan metode radioassay.5. Vitamin Ca. Analisis kualitatifAnalisis kualitatif vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi beneditch. Cara kerja metode ini yaitu :Titrasi asam basa dengan langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH 10% dan 2 mL larutan FeSO4 5%. Kemudian dicampurkan hingga rata kemudian mengamati perubahan yang terjadi. Uji positif timbul warna kuning.Menggunakan pereaksi beneditch, ekstrak jambu biji merah dan filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet sebanyak 5 tetes. Kemudian ditambah 15 tetes pereaksi beneditch dan dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih selama 2 menit. Adanya perubahan warna hijau kekuningan menandakan adanya vitamin C pada sampel.b. Analisis kuantitatif Metode iodometriDasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode iodometri (titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat digunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya. Prosedur penetapan kadar vitamin C secara iodometri : sekitar 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilaturkan dalam campuran yang terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam sulfta encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru.Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)Metode 2,6-diklorofenolindofenol ini berdasarkan atas sifat mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak spesifik karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah sulfhidril, tiosulfat, ribovlavin dll.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanVitamin yang dibutuhkan oleh tubuh diberi nama menurut abjad (A, B, C, D, E, dan K). Vitamin B ternyata terdiri dari beberapa unsur vitamin. Vitamin berfungsi dalam beberapa tahap reaksi metabolism energy, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh.Secara garis besar, vitamin diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Kedua kelompok vitamin tersebut memiliki karakterisrik yang berbeda-beda.Kekurangan dan kelebihan mengkonsumsi vitamin dapatada baik dan buruknya tergantung jumlah yang dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKAAlmatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Lafita, Diani. 2013. Uji Identifikasi Vitamin. http://edu-chem.blogspot.com. Diakses : 25 Februari 2015.Lhyan, Fadriyanti. 2014. Makalah Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin B C K. https://www.scribd.com/doc. Diakses : 25 Februari 2015.Togatorop, Ervan. 2014. Metode Analisis Vitamin. https://www.academia.edu. Diakses : 25 Februari 2015.Wikipedia. 2010. Biotin. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses 25 Februari 2015.Wikipedia. 2010. Niasin. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses 25 Februari 2015.Wikipedia. 2010. Piridoksina. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses 25 Februari 2015.Wikipedia. 2010. Vitamin D. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses 25 Februari 2015.