makalah transportasi fluida
DESCRIPTION
TRANSPORTASI FLUIDATRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed)
dalam suatu reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke
dalamnya, baik berupa liquid maupun gas.
Perkembangan industri dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Khususnya industri pabrik yang telah banyak menggunakan teknologi modern. Mesin-
mesin produksi yang digunakan dalam sebuah industry menggunakan metode-metode
pengoperasian yang sangat bervariasi. Salah satu contoh metode yang digunakan adalah
fluidisasi. Untuk itu kami menyusun sebuah makalah tentang fluidisasi yang bertujuan
untuk memberikan pelajaran pengetahuan, dan pemahaman tentang fluidisasi. Fluidisasi
itu sendiri adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan butiran dikonversi
dari solid state seperti statis ke keadaan cairan seperti dinamis. Proses ini terjadi ketika
sebuah fluida (cairan atau gas) dilewatkan ke atas melalui bahan granular.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastik
pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses
pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi
(untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
Jika suatu aliran udara melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan menimbulkan
pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial
naik.
Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang kosong, sedangkan
kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun. Pada kecepatan
superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan superfisial dinaikkan maka
pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan menyebabkan
tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup
untuk mendukung gaya berat partikel unggun. Hal ini menyebabkan unggun
terfluidisasi dan sistem solid-fluida menunjukkan sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan
superfisial terendah yang dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization
velocity (Umf).
Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya dalam
proses katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini memiliki
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipe fluidisasi, aplikasi
dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya.
Aplikasi fluidisasi dalam proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada
tahun 1926 untuk Gasifier Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking
(FCC) crude oil menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin
berkembang dan pada tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia
katalitik (seperti FCC dan sintesis Fischer-Tropsch), proses-proses kimia nonkatalitik
(seperti thermal cracking dan gasifikasi batubara), dan proses-proses fisik (seperti
pengeringan dan absorpsi). Selain itu, fluidisasi kontinu banyak dimanfaatkan dalam
pabrik pengolahan untuk memindahkan padatan dari satu tempat ke tempat lain.
Unggun terfluidisasi memiliki aplikasi yang luas karena karakteristik
perpindahan panasnya yang sangat baik. Hal ini didukung oleh berubahnya sifat dari
unggun tersebut menjadi seperti fluida sehingga perpindahan panas yang terjadi adalah
secara konveksi. Dengan demikian, partikel dan gas yang memasuki unggun
terfluidisasi segera mencapai suhu unggun dan partikel dalam unggun bersifat isotermal
pada semua situasi. Keadaan isotermal ini disebabkan oleh pencampuran yang merata
dan area kontak yang luas antara gas dan partikel.
I.2 Tujuan
Adapun hal yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini ialah sebagai
berikut :
1. Dapat mengetahui apa yang di maksud fluidisasi.
2. Dapat menentukan jenis-jenis fluidsasi.
3. Dapat menjelaskan keadaan fluidisasi.
4. Dapat menjelaskan kegunaan dari fluidisasi.
I.3 Rumusan Masalah
1. Apa itu fluidisasi?
2. Aplikasi sehari-hari tentang fluidisasi?
3. Apa jenis-jenis fluidisasi?
4. Apa saja parameter – parameter dalam fluidisasi?
5. Fenomena dalam fluidisasi?
6. Keuntungan dan Kerugian fluidisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Fluidisasi
Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padat dengan
fluida. Apabila kecepatan fluida relative rendah, unggun tetap diam karena fluida hanya
mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan
partikel tersebut. Apabila kecepatan fluida dinaikkan sedikit demi sedikit, pada saat
tertentu penurunan tekanan akan sama dengan gaya berat yang bekerja terhadap butiran-
butiran padat sehingga unggun mulai bergerak.
Peningkatan kecepatan selanjutnya akan menyebabkan butiran-butiran
terpisah lepas satu sama lain sehingga bias bergerak dengan lebih mudah ( unggun
tersuspensi dalam aliran fluida yang melewatiya ) dan mulailah unggun terfluidakan.
Butiran-butiran bergerak terus kearah sembarang tetapi masih dalam batas tinggi
tertentu. Isi tabung menyerupai cairan mendidih dan diberi istilah “unggun mendidih”.
Setelah mencapai ketinggian tertentu, butiran-butiran akan jatuh kembali. Hanya
partikel paling halus terbawa aliran fluida ( entrainment tidak berarti ) ini disebut
fluidisasi batch. Lalu, penurunan tekanan terhadap kecepatan lebih kecil dibandingkan
dengan penurunan tekanan pada unggun diam.
Pada kondisi butiran yang mobil ini. Sifat unggun akan menyerupai sifat suatu
cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecendrungan untuk mengalir,
mempunyai sifat dan sebagainya.
II.2 Kondisi Fluidisasi
Perhatikan suatu tabung vertical yang sebagian berisi bahan butiran,
sebagaimana terlihat dalam gambar. Tabung itu turbulen pada keadaan atas, dan
mempunyai plat berpori pada bagian bawah untuk menopang pasir diatasnya untuk
menyebarkan aliran secara seragam pada keseluruhan penampang. Udara dimasukkan
dibawah plat distribusi dengan laju lambat dan naik keatas dengan hamparan tanpa
menyebabkan terjadinya gerakan dalam partikel. Jika partikel itu cukup kecil, aliran
didalam saluran-saluran diantara partikel-partikel dalam hamparan itu akan bersifat
laminar. Jika kecepatan itu dinaikkan , penurunan tekanan akan meningkat, tetapi
partikel-partikel itu tetap masih tidak bergerak dan tinggi hamparan pun tidak berubah.
Pada kecepatan tertentu, penurunan tekanan melintas hamparan itu akan mengimbangi
gaya gravitasi yang dialaminya dengan kata lain mengimbangi bobot hamparan., dan
jika kecepatan masih dinaikkan lagi partikel itu akan mulai bergerak. Jika kecepatan itu
terus ditingkatkan lagi, partikel-partikel itu akan memisahkan dan menjadi cukup
berjauhan satu sama lain sehingga dapat berpindah-pindah dalam hamparan itu, dan
fluidisasi yang sebenarnya pun mulailah terjadi. Jika hamparan itu sudfah terfluidisasi ,
penurunan tekanan melintas hamparan akan tetap konstan, akan tetapi tinggi hamparan
akan bertambah terus jika aliran ditinngkatkan lagi.
Jika laju aliran hamparan ke fluidisasi (fluized bed) itu perlahan-lahan diturunkan,
penurunan tekanan tetap sama, tetapi tinggi hamparan berkurang. Akan tetapi, tinggi
akhir hamparan itu mungkin lebih besar dari nilainya pada hamparan diam semula,
karena zat padat yangdicurahkan dalam tabung itumenetal lebih rapat dari zat padat
yang mengendap perlahan-lahan dari keadaan fluidisasi. Penurunan pada kecepatan
rendah lebih kecil dari hamparan diam semula. Untuk mengukur Umf hamparan itu harus
difluidisasikan dengan kuat terlebih dahulu, dibiarkan mengendap dengan mematikan
aliran udara, dan laju aliran dinaikan lagi perlahan-lahan sampai hamparan itu
mengembang.
II.3 Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun
a. Ukuran partikel
Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran dan
mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung ukuran partikel
rata-rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan (Kirk Othmer,1994:141).
d sv=1
∑x i
d pi
dimana:
dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk desain
dsv = diameter dari suatu bidang
b. Densitas padatan
Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya yaitu bulk,
skeletel, dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat dari keseluruhan
partikel dibagi dengan volume partikel. Pengukuran ini menyertakan faktor kekosongan
dalam pori-pori partikel. Skeletel adalah densitas suatu padatan jika porositasnya nol.
Adapun densitas partikel adalah berat dari suatu partikel dibagi dengan volumenya
dengan menyertakan pori-pori. Jika tidak ada nilai untuk densitas partikel, maka
pendekatan untuk densitas partikel dapat diperoleh dengan membagi dua densitas bulk.
c. Penurunan tekanan
Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan dalam
beragam bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi untuk gas dan
padatan. Untuk aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika akselerasi penurunan
tekanan dapat diterima, penurunan tekanan akan dihasilkan dari static head padatan.
Untuk itu, berat suatu partikel unggun jika dibagi dengan tinggi padatan akan
menghasilkan densitas sesungguhnya dari unggun yang terfluidisasi.
Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang
terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali
hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi
tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan
di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang
diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-
peneliti lainnya.
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara hilang
tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh pertama kali
pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode yang bersifat semi empiris, yaitu
dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi. Untuk aliran laminer dengan
kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya viscous, Blake memberikan hubungan
:
ΔPL
gc=kμS2
ε3
dimana:
ΔP/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
gc = faktor gravitasi
μ = viskositas fluida
ε = porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang
kosong didalam unggun dengan volume unggun
u = kecepatan alir superfisial fluida
S = luas permukaan spesifik partikel
d. Sphericity
Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari area
permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi dengan area
permukaan partikel.
ψ=d sv
d v
Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity sebesar
0.9 atau lebih.
e. Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)
Kecepatan fluidisasi minimum adalah kecepatan superficial terendah yang
dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi. Umf dapat dicari dengan menggunakan
persamaan
Umf = µ[(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(ρgdp)
Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara
menyamakan pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas dan
diperoleh persamaan sebagai berikut.
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku
kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari grafik ∆P vs
Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar.
f. Kecepatan terminal
Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang
dibutuhkan untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas.
Kecepatan terminal suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:
U t=[ 4 gd p( ρp−ρg )3 ρg Cd
]1/2
Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:
Cd=24Re p
Re p=d p Uρg
μ
Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah
U t=g( ρ p− ρg )d
p2
18 μ untuk Rep < 0.4
Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43
U t=[3,1( ρ p−ρg ) gd p
ρg]1/2
untuk Rep > 500
Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran kecil
viskositas merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel berukuran besar
densitas merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan di atas mengabaikan gaya
antar partikel.
g. Batas partikel
Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut terfluidisasi
dalam udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi:
Partikel halus
Partikel kasar
Kohesif, partikel yang sangat halus
Unggun yang bergerak
h. Gaya antar partikel
Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun dalam
banyak kasus gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang digunakan dalam
banyak korelasi. Gaya antar partikel yang berhubungan atau berkaitan dengan unggun
yang terfluidisasi, misalnya van der waals, elektrostatik, dan kapilaritas.
i. Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes)
Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan berada
pada kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya seret, dan gaya
buoyant mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel tersebut ( Kirk Othmer,
1994:147). Pada fluidisasi minimum partikel memperlihatkan pergerakan yang minimal
dan secara langsung unggun akan sedikit terangkat.
II.4 Jenis-Jenis Fluidisasi
A. Fluidisasi Partikulat
Dalam fluidisasi air dan pasir, partikel-partikel itu bergerak menjauh satu sama
lain dan gerakannya bertambah hebat dengan bertambahnya kecepatan, tetapi
densitas hamparan rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama disegala arah
hamparan. Proses ini disebut “ Fluidisasi partikulat” yang bercirikan ekspansi
hamparan yang cukup besar tetapi seragam pada kecepatan yang tinggi.
Kertika fluida cairan seperti air dan padatannya berupa kaca, gerakan partikel
pada saat terfluidisasi terjadi dalam ruanng sempit dalam hamparanSeiring dengan
bertambahnya kecepatan fluida dan penurunan tekanan, maka hamparan akan
terekspansi dan gerakan dan pergerakan partikel semakin cepat. Jalan bebas rata-rata
suatu partikel diantara tubrukan-tubrukan dengan partikel akan bertambah besar
dengan meningkatnya kecepatan fluida, dan akibatnya porositas hamparan akan
meningkat pula. Ekspansi dari hamparan ini akan di ikuti dengan meningkatnya
kecepatan fluida samapi setiap partikel bertindak sebagai suatu individu.
Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh satu sama
lain dan gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan, tetapi
densitas unggun rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di semua bagian
unggun. Proses ini disebut fluidisasi partikulat dan bercirikan ekspansi hamparan
yang cukup besar tetapi seragam pada kecepatan tinggi. (McCabe, 1985:151)
Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi partikulat,
hal ini dipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana densitas fluida dan
solid tidak terlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan kecepatan aliran fluida rendah,
unggun akan terluidisasi merata dengan tiap partikel bergerak sendiri-sendiri
melewati jalur bebas rata-rata (mean free path) yang relatif sama. Fase padat ini
memiliki banyak karakteristik liquid dan disebut fluidisasi partikulat. (Foust,
1959:643)
Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan persamaan
Ergun, yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih berlaku untuk
unggun yang agak mengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu
adalah laminar, persamaan yang berlaku untuk hamparan yang mengalami ekspansi
adalah (McCabe, 1985:152):
ε3
1−ε=
150 V s μ
g (ρp−ρ )φs2
Dp2
B. Fluidisasi Gelembung
Hamparan zat padat yang terfluidisasi di dalam udara biasanya menunjukan
fluidisai yang dikenal sebagia fluidisasi agregativ. Fluidisasi ini terjadi jika
kecepatan superficial gas diatas kecepatan fluidisasi minimum. Bila kecepatan
superficial gas diatas kecepatan jauh lebih besar dari Umf kebanyakan gas itu mengalir
melalui hamparan dalam bentuk gelembung, dan hannya sebagian kecil gas itu
mengalir dalm saluran-saluran yang terbentuk diantara partikel. Partikel itu bergerak
tanpa aturan dan didukung oleh fluida tetapi diruang-ruang antara gelembung fraksi
kosong kira-kira sama dengan kondisi awal fluidisasi . Gelembung yang terbentuk
berperilaku hamper seperti gelembung udara dalam air, atau gelembung uap dalam
zat cair yang mendidih (hamparan didih).
Ukuran rata-rata gelembung itu bergantung pada jenis dan ukuran partikel, jenis
plat distributor, kecepatan superficial, dan tebalnya hamparan. Gelembung-
gelembung cenderung bersatu, dan menjadi besar pada waktu naik melalui hamparan
fluidisasi itu dan ukuran maksimum gelembung stabil berkisar antara beberapa inci
sampai beberapa kaki diameternya. Gelembung-gelembung yang beriringan lalu
bergerak ke puncak terpisah oleh zat padat yang seakan-akan sumbat. Peristiwa
tersebut di kenal peristiwa “penyumbatan” (slugging) dan biasanya hal ini tidak
dikehendaki karena mengakibatkan karena adanya fluktuasi tekanan dalam
hamparan, meningkatkan zat padat yang terbawa ikut dan menimbulkan kesulitan
jika kita ingin memperbesar skalanya di unit-unit yang lebih besar.
Unggun yang difluidisasikan dengan udara biasanya menunjukkan fluidisasi
agregat. Pada kecepatan superfisial yang jauh melebihi Umf, kebanyakan gas akan
melewati unggun sebagai gelembung atau rongga-rongga kosong yang tidak
berisikan zat padat dan hanya sebagian kecil gas yang mengalir dalam saluran-
saluran yang terbentuk di antara partikel. Gelembung yang terbentuk berperilaku
hampir sama dengan gelembung udara di dalam air atau gelembung uap di dalam zat
cair yang mendidih, dan karena itu fluidisasi jenis ini sering disebut fluidisasi didih
(boiling bed). (McCabe, 1985:151)
Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan menjadi besar
pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu. Jika kolom yang digunakan
berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin
berkembang hingga memenuhi seluruh penampang. Gelembung-gelembung yang
beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah dari zat padat yang seakan-akan
tersumbat. Peristiwa ini disebut penyumbatan (slugging). (McCabe, 1985:151)
Penyamarataan bahwa fluida gas pasti menghasilkan fluidisasi gelembung tidak
sepenuhnya benar. Perbedaan densitas merupakan parameter yang penting. Pada
kasus dimana densitas fluida dan solid berbeda jauh atau ukuran partikel besar,
kecepatan aliran fluida yang dibutuhkan lebih besar dan fluidisasi yang terjadi tidak
merata. Sebagian besar fluida melewati unggun dalam bentuk gelembung (bubbles).
Di sini, unggun memiliki banyak karakteristik liquid dengan fasa fluida terjadi pada
saat gas menggelembung melewati unggun. Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi
agregat. (Foust, 1959:643)
Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat sukar
terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya seretnya.
Partikel cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan
membentuk channel.
Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung terutama disebabkan
oleh volume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat pada umumnya
tidak berekspansi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut ini, aliran gas
melalui fase rapat diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan fraksi unggun
yang diisi oleh fase rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa oleh gelembung
(McCabe, 1985:154), sehingga:
V s=f b ub+(1−f b )U mf
dimana: fb = fraksi unggun yang diisi gelembung
ub = kecepatan rata-rata gelembung
Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan unggun
dalam tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui unggun dan
pecah pada permukaan unggun dan akan tejadi “splashing” dimana partikel unggun
akan bergerak ke atas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida, perilaku
gelembung akan bertambah besar. (Brown, 1955:269)
Keberadaan fluidisasi partikulat atau agregatif merupakan hasil dari pengaruh
gaya gravitasi pada fasa-fasa yang ada dalam unggun terfluidisasi dan juga karena
mekanika fluida ruah dari sistem. Angka Froude,
v2
Dp g , yaitu rasio antara kinetik
dengan energi gravitasi merupakan salah satu kriteria penentu jenis fluidisasi apa
yang terjadi. (Foust, 1959:643)
C. Fluidisasi Kontinu
Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua
partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan suatu
fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam pengangkutan zat
padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik pengolahan di samping ada
beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja dengan prinsip ini. Contohnya
adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi pneumatic. (McCabe, 1985:151)
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam aliran
fluida. Metoda pengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya dengan
udara sebagai fasa fluida, antara lain untuk mengangkut produk dari pengering
semprot (spray dryers). Keuntungan metoda ini adalah kehilangan yang terjadi
sedikit, prosesnya bersih, dan kemampuannya untuk memindahkan sejumlah besar
solid dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya antara lain ada kemungkinan terjadi
kerusakan partikel solid serta korosi pada pipa mungkin besar. (Foust, 1959:647)
Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida
cair dengan viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian.
II.5 Penerapan Fluidisasi
a) Proses fisika : transprtasi, penukar panas, pengeringan, pencampuran
serbuk halus, pelapisan bahan plastik pada permukaan logam, pengecilan/pembesaran
partikel dan adsorpso.
b) Proses kimia : oksidasi etilena, pembuatan anhidrida ftalat, cracking
hidrokarbon dan lain-lain.
II.6 Keuntungan dan Kerugian Proses Fluidisasi
Di dalam pemakaiannya, unggun terfluidakan mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan unggun diam, antara lain :
1. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu
2. Kecepatan pencampuran padatan yang tinggi menyebabkan reactor selalu berada
pada kecepatan isothermal, sehingga memudahkan pengendaliannya.
3. Perpindahan massa dan panas antara fluida dan padatan lebih baik dibandingkan
dengan unggun diam.
4. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang mempunyai luas
permukaan lebih kecil.
5. Memungkinkan operasi dalam skala besar.
Beberapa kerugian pemakaian unggun terfluidakan :
1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik
fluidisasi bias berubah dari waktu ke waktu.
2. Butiran halus akan terbawa aliran fluida sehingga mengakibatkan kehilangan
sejumlah tertentu padatan.
3. Terjadinya erosi terhadap bejana dan system pendingin oleh partikel padatan.
4. Terjadinya gelembung dan kekosongan local didalam unggun seringkali tidak bisa
dihindarkan. Peristiwa ini mengakibatkan kontak antara fluida dengan padatan tidak
merata sehingga konversi reaksi menjadi kecil.
5. Pencampuran padatan yang terlau cepat akan mengakibatkan ketidak seragaman
waktu tinggal padatan didalam reactor. Untuk proses kontinu, hasil yang didapatkan
tidak seragam dan konversi rendah, khususnya untuk tingkat konversi yang tinggi.
Sedangkan untuk proses batch, pencampuran ini menguntungkan karena diperoleh
hasil yang seragam. Untuk reaksi katalitik, gerakan partikel katalis berpoti yang
menangkap dan membebaskan molekul gas pereaksi secara kontinu akan menambah
pencampuran ulang sehingga menurunkan hasil.
II.7 Parameter-Parameter Dalam Fluidisasi
2.7.1 Densitas partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak menyerap air
atau zat cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedang untuk partikel
berpori, cara diatas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau
cairan akan memasuki pori-pori didalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi
densitas partikel (berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan dalam persamaan di
muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori didalamnya). Untuk
partikel-artikel yang demikian ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan metode
yang diturunkan Ergun.
2.7.2 Bentuk partikel
Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap sebagai
butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel bentuk lain,
harus ada koreksi yang menyatakan bentuknpartikel sebenarnya.
Faktor koreksi tersebut dinyatakan dengan :
2.7.3 Diameter partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan (ukuran mesh).
2.7.4. Porositas unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara
matematika bila ditulis sebagai berikut:
II.8 Fenomena Fluidisasi
Jika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun yang ada dalam tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan memberikan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial naik (kecepatan superficial adalah kecepatan aliran jika tabung kosong).
Pada kecepatan superficial rendah, unggun mula-mula diam. Jika kecepatan superficial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun dan unggun akan terfluidisasi.
Sementara itu, pressure drop akan tetap walaupun kecepatan superficial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas. Kecepatan superficial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut Minimum Fluidization Velocity (Umf).
Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas
Gas in
Bed x
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini:
Gambar 2. Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat
Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap
diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Fenomena fixed bed
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida mencapai
laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4 Fenomena minimum or incipient fluidization
P1
P2
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5. Fenomena smooth or homogrnously fluidization
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Fenomena bubbling fluidization
5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. fenomena slugging fluidization
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 8.
Gambar 8. Fenomena chanelling fluidization
7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 9.
Gambar 9. Fenomena disperse fluidization
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut.
Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf) maka unggun akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran fluida dinaikkan melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi partikel akan bergerak dan akan saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya keseluruhan massa partikel akan menjadi fluida.
Gambar 10. Transition from packed bed to fluidized bed
Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap walaupun kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas:
dimana: m = massa partikelρp = densitas partikelSb = luas area unggunρf = densitas fluida
Δp= mρp Sb
( ρp− ρf ) g
g = percepatan gravitasiJika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan tekanan
akan tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun demikian, tinggi unggun terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-mula untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di dalam tabung cenderung berkumpul lebih rapat daripada jika solid diam secara bertahap dari keadaan terfluidisasi. Penurunan tekanan pada laju alir rendah lebih kecil daripada nilai awal di fixed bed. Unggun yang terfluidisasi akan bersifat menyerupai liquid, di antaranya: Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-benda
yang densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),
Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,
Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,
Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ρogh,
Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan tekanan
statik mereka.
II.7 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi
Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:
1. Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang
terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang tinggi
diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
2. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
3. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.
5. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.
Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:
1. Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun
terfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi kehilangan
material yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun serta ada
kemungkinan terjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi yang terlalu
besar.
2. Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk
unggun yang besar dan dalam.
3. Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
4. Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi kesulitan
dalam mengubah skala kecil menjadi skala industri.
5. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
6. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan.
BAB III
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padat dengan
fluida. Apabila kecepatan fluida relative rendah, unggun tetap diam karena fluida
hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya
perubahan susunan partikel tersebut
2. Penggunaan operasi fluidisasi didalam industry
Proses fisika : transprtasi, penukar panas, pengeringan, pencampuran serbuk
halus, pelapisan bahan plastik pada permukaan logam, pengecilan/pembesaran
partikel dan adsorpso.
Proses kimia : oksidasi etilena, pembuatan anhidrida ftalat, cracking
hidrokarbon dan lain-lain.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluidisasi
Porositas minimum terhadap fluida
Tinggi unggun terhadap fluida
kecepatan fluidisasi minimum terhadap fluida
penurunan tekanan didalam unggun terfluidisasi
DAFTAR PUSTAKA
http://aya-snura.blogspot.com/2013/05/makalah-fluidisasi.html
http://hilda-rosalina.blogspot.com/2013/03/fluidisasi.html
http://www.scribd.com/doc/193659603/fluidisasi
http://prabababulaulia.wordpress.com/2012/03/24/fluidisasi/