makalah susu

33
PEMERAHAN SUSU SECARA MODERN (Makalah Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian) Oleh HADI HANGGARA 1014051027 DENI SETIAWAN 1014051060 DIAN PUTRA 1014051061 LAILI AZKIYAH 1014051067 RIDWAN KURNIAWAN 1014051073 RYAN AJIE NUGROHO 1014051074 MONA DELA ROSE S. 0914051061

Upload: dianputra

Post on 25-Jul-2016

46 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Susu

PEMERAHAN SUSU SECARA MODERN

(Makalah Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian)

Oleh

HADI HANGGARA 1014051027

DENI SETIAWAN 1014051060

DIAN PUTRA 1014051061

LAILI AZKIYAH 1014051067

RIDWAN KURNIAWAN 1014051073

RYAN AJIE NUGROHO 1014051074

MONA DELA ROSE S. 0914051061

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

Page 2: Makalah Susu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan

gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan masyarakat, menyebabkan permintaan

bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. Pemenuhan tingkat

gizi tersebut diantaranya berasal dari produk-produk peternakan. Sapi perah

merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan

kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi. Pemeliharaan sapi perah beberapa

tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan

ini senantiasa didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai

secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan sapi

perah perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari pada

tahun-tahun yang sudah. Hal ini akan dapat terlaksana apabila peternak-peternak

sapi perah dan orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah bersedia

melengkapi diri dengan pengetahuann tentang pemeliharaan sapi perah.

Proses pemerahan merupakan aspek penting dalam peternakan sapi perah. Hal ini

disebabkan karena susu adalah produk utama dari sapi perah, dan jika tidak

ditangani dengan baik, maka kualitas susu yang dihasilkan tidak akan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Susu sebagai bahan yang kaya dengan

kandungan nutrisi menyebabkan mikroba akan mudah berkembang biak pada

susu, demikian juga berbagai pencemer lainnya berupa material fisik dari

lingkungan sekitar, dan juga susu sangat mudah menyerap bau yang ada.

Berdasarkan hal ini, maka dibutuhkan penangan khusus sebelum, ketika, dan

setelah proses pemerahan ternak, demikian juga susu yang dihasilkan, harus

Page 3: Makalah Susu

segera ditangani dengan baik dan benar, tentu tujuan utamanya adalah untuk

menghindari kerusakan pada produk susu yang telah diperah. Produk susu yang

dihasilkan haruslah selalu dikontrol mutunya. Pemeriksaan kualitas susu secara

rutin merupakan prosedur standar yang harus dilakukan agar dapat diketahui

kualitas susu secara kontinyu. Analisa keadaan dan kualitas susu meliputi

berbagai uji, diantaranya uji fisik (bau, rasa, warna, dan kekentalan), uji alkohol,

pengukuran kadar protein, kadar lemak, bahan kering, dan beberapa jenis

pengujian lainnya. Intinya adalah sebagai kontrol kualitas produk susu yang

dihasilkan. Pengujian yang dilakukan tentunya atas dasar menjaga kualitas produk

yang dihasilkan. Hal ini sebagai kontrol mutu sesuai dengan standar yang berlaku,

yaitu SNI.

Pemerahan ternak dapat dilakukan dengan cara tradisional (dengan menggunakan

tangan), dan dengan cara modern (menggunakan mesin). Masing-masing cara

memiliki keunggulan tensendiri, sehingga perlu disesuaikan dengan keadaan

peternakan yang dikelola. Cara tradisional tidak membutuhkan biaya tinggi, tetapi

kualitas susu perahan yang dihasilkan cenderung lebih rendah dibandingkan

dengan menggunakan cara modern (Himam, 2008). Pemerahan merupakan satu

kesatuan proses dari pra-pemerahan, saat pemerahan, dan setalah pemerahan, dan

juga penangan hasil pemerahan. Proses ini haruslah dilakukan secara sempurna

dan selalu memperhatikan semua aspek yang meliputinya. Penerapan prosedur

pemerahan yang baik dan benar diharapkan dapat meningkatkan kualitas susu

yang dihasilkan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses dan teknik

pemerahan susu secara modern.

Page 4: Makalah Susu

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu

Susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan mammalia tidak ditambah atau

dikurangi suatu zat apa pun ke dalamnya dan diperoleh dari pemerahan ternak

yang sehat (Sudono, 1985). Pada umumnya susu terdiri atas tiga komponen

utama, yaitu protein, lemak dan laktosa (Schmidt et al. 1988) ditambah air,

vitamin dan mineral (Sudono, 1985). Sekresi susu terjadi selama masa laktasi

yaitu selang antara masa beranak dan masa kering selama sepuluh bulan (Phillips

2002; Tyler dan Ensminger 1993). Setelah melahirkan, selama lima hari pertama

sapi akan menghasilkan kolostrum. Pada awal laktasi produksi susu terus

meningkat dengan cepat dan puncak produksi akan dicapai pada hari ke 30 sampai

60 (De Ross et al. 2004). Setelah puncak produksi dicapai selanjutnya produksi

susu cenderung menurun sampai masa kering. Kemampuan untuk

mempertahankan puncak laktasi secara terus menerus dalam waktu yang lama

(persistensi) akan menyebabkan seekor sapi memiliki total produksi yang tinggi

(Phillips 2002; Tyler dan Ensminger 2006). Gambar 1 memperlihatkan variasi

produksi susu selama masa laktasi dengan tingkat persistensi yang berbeda.

Gambar 1. Produksi susu selama masa laktasi dengan tingkat persistensi yang

berbeda (Tyler dan Ensminger 2006)

Page 5: Makalah Susu

Sapi perah yang selama masa laktasinya mempunyai produksi susu yang rendah,

puncak produksi dicapai lebih awal dan penurunan produksinya lebih cepat

daripada sapi yang selama masa laktasinya mempunyai produksi susu yang tinggi

(Mukhtar 2006). Bertujuan untuk meningkatkan produksi susu selama laktasi,

seleksi dilakukan selain dengan memilih sapi-sapi yang mempunyai produksi susu

tertinggi juga mempunyai persistensi yang bagus (Mukhtar 2006). Adapun syarat

mutu susu segar dapat dilihat pada tabel 1.

Table 1. Syarat mutu susu segar berdasarkan SNI 01-3141-1998

Page 6: Makalah Susu

2.2 Komposisi Susu

Komposisi susu terdiri atas: protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan

air. Komponen penyusun susu masing-masing individu sangat bervariasi

tergantung spesies hewan (Boland 2000, Phillips 2002, Schmidt et al. 1988).

Perbedaan tersebut dapat terjadi akibat pengaruh spesies, bangsa, kondisi

kesehatan, kondisi nutrisi, tingkat laktasi dan umur yang berbeda (Fox 2003; Fox

dan Mc Sweeney 1998; Wong et al. 1988).

Protein. Protein dalam susu terdiri atas kasein dan whey. Kasein terdiri atas

empat jenis polipeptida, yaitu αs1-, β-, αs2- dan κ-kasein (Eigel, et al. 1984;

Wong et al. 1988). Whey terdiri atas β-1aktoglobulin, α-laktalbumin, serum

albumin, glikomakropeptida dan protein antimikrobia yang berupa laktoferin,

laktoperoksidase dan lisozim (Edwards 2009; Eigel, et al. 1984; Wong et al.

1988). Kandungan protein susu relatif tetap selama laktasi. Protein susu yang

berupa kasein, β-1actoglobulin dan α-laktalbumin disintesis di dalam kelenjar

ambing yang dikontrol oleh gen, sedangkan sisanya (5%) di absorbsi dari darah

(Fox 1989; Fox 2003; Tyler dan Ensminger 2006).

Lemak. Lemak terdiri atas trigliserida, asam lemak tidak jenuh, fosfolipida,

sterol, vitamin A, vitamin D, vitamin E dan vitamin K (Mac Gibbon dan Taylor

2006). Kandungan lemak dalam susu bervariasi antara 3 sampai 6%. Lemak susu

terdispersi dalam bentuk globula yang membentuk emulsi antara lemak dengan air

(Fox 2003; Mac Gibbon dan Taylor 2006). Sebagian lemak susu disintesis di

dalam kelenjar ambing, yaitu 50% berasal dari asam lemak rantai pendek (C4-

C14) berupa asetat dan beta hidroksi butirat yang dihasilkan oleh fermentasi

selulosa di dalam rumen, sebagian lagi berasal dari asam lemak rantai panjang

(C16-C18) dari makanan dan cadangan lemak tubuh (Palmquist 2006; Tyler dan

Ensminger 1993). Sumber pembentukan lemak susu ada tiga yaitu glukosa,

triasilgliserol dari bahan makanan atau yang dibentuk oleh bakteri rumen dan

asam lemak yang disintesis oleh kelenjar ambing (Tyler dan Ensminger 1993).

Page 7: Makalah Susu

Karbohidrat. Menurut Huppertz dan Kelly (2009), Fox (2003) dan Wong

et al. (1988) karbohidrat utama dari susu adalah laktosa yang terdapat dalam

bentuk alfa dan beta. Laktosa terlarut didalam susu sehingga mempengaruhi

stabilitas titik beku, titik didih dan tekanan osmosis dari susu. Kadar laktosa

dalam susu adalah 4.8-5.1% (Huppertz dan Kelly 2009; Phillips 2001; Tyler dan

Ensminger 1993). Kadar laktosa relatif tetap, namun produksi laktosa meningkat

sejalan dengan peningkatan produksi susu. Fluktuasi kadar laktosa terjadi sesuai

dengan dinamika produksi susu selama laktasi (Phillips 2001).

Mineral dan vitamin. Mineral utama yang terdapat dalam susu adalah

kalsium, fosfor, potasium, magnesium dan sodium. Hanya 25% kalsium, 20%

magnesium dan 44% fosfor terdapat dalam bentuk yang tidak larut, sedangkan

mineral-mineral lainnya semuanya dalam bentuk larut. Kalsium dan magnesium

dalam bentuk yang tidak larut bersenyawa dengan kaseinat, fosfat dan sitrat. Hal

inilah yang memungkinkan air susu dapat mengandung kalsium dalam konsentrasi

yang besar serta pada saat yang sama dapat mempertahankan tekanan osmosis

secara normal dengan darah. Kemampuan bekerja sebagai bufer dari susu

disebabkan oleh adanya sitrat, fosfat, bikarbonat dan protein (Fox 2003; Walstra

et al. 2006 ). Vitamin yang terdapat dalam susu adalah vitamin A, B2 dan B12.

Vitamin dalam susu diserap dari darah secara langsung sehingga peningkatan

status vitamin dalam darah akan mempengaruhi konsentrasi vitamin dalam susu.

Vitamin A terlarut dalam lemak sehingga kadar vitamin A dalam darah

dipengaruhi oleh kadar lemak susu (Phillips 2001; Tyler dan Ensminger 1993).

Air. Air yang terkandung didalam susu bervariasi antara 32-89%, dengan

kandungan rata-rata 87%. Air berguna sebagai medium dispersi untuk total solid.

Naik atau turunnya bahan padat total akan mengubah persentase air (Boland 2000;

Fox 2003). Perubahan komposisi susu selama laktasi mencerminkan perubahan

kualitas susu, keseimbangan energi dan tingkat konsumsi pakan. Pada minggu-

minggu awal laktasi, kadar lemak akan menurun secara cepat seiring peningkatan

produksi susu. Setelah minggu keempat kadar lemak akan meningkat dengan

perlahan. Penurunan kadar protein terjadi pada 12 minggu pertama laktasi,

Page 8: Makalah Susu

kemudian akan meningkat sampai masa laktasi berakhir. Kadar laktosa meningkat

ketika susu mulai diproduksi menggantikan kolostrum, sepanjang masa laktasi

konsentrasi laktosa dalam susu cenderung stabil. Penurunan laktosa dalam susu

terjadi pada akhir masa laktasi ketika dilakukan pembatasan pakan. Hubungan

antara konsentrasi protein, lemak dan laktosa dalam susu selama masa laktasi

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Konsentrasi protein, lemak dan laktosa dalam susu selama masa laktasi (Phillips 2001)

2.3 Pemerahan Susu

Pemerahan susu adalah proses pengambilan susu dari ambing hewan mamalia.

Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari

ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk

menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering terlalu

cepat dan produksi total menjadi menurun (Williamson dan Payne, 1993).

Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990), tujuan dari pemerahan adalah

menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak karena pelaksanaan

pemerahan yang kurang baik mudah sekali menimbulkan kerusakan pada ambing

dan puting karena infeksi mastitis yang sangat merugikan hasil susu. Di dalam hal

pemerahan dengan tangan lebih baik memerah dengan tangan kering daripada

tangan basah, gerakan tangan harus disempurnakan secepat mungkin, kalau tidak

sapi induk menjadi “a stripper” dan hanya mengeluarkan susunya dengan sangat

lambat. Sapi induk yang diperah dengan mesin dan bukan pemerahan melalui

tangan (Williamson dan Payne, 1993).

Page 9: Makalah Susu

Menurut Prihadi (1996), proses pemerahan yang baik harus menunjukkan ciri -

ciri sebagai berikut : pemerahan dilakukan dalam interval yang teratur, cepat,

dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas,

menggunakan prosedur sanitasi, efisien dalam penggunaan tenaga kerja.

Pemerahan dimulai pada kedua putting sebelah muka bersama-sama sampai habis

kering, kemudian pada kedua putting sebelah belakang (Syarief dan

Sumoprastowo, 1990). Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan

mesin pemerah (milking machine) atau dengan tangan (hand milking) (Prihadi,

1996). Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari 3 metode, yaitu metode

whole hand, knevelen dan strippen. Metode pemerahan dengan mesin perah modem

dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai

pengganti tangan. Dalam peternakan sapi perah, mesin perah dibedakan menjadi 3

yaitu system ember (Bucket system), sistem pipa (Pipe line system) dan Sistem

Bangsal Pemerahan (Milking parlor system).

Page 10: Makalah Susu

III. PEMBAHASAN

Dalam proses pemerahan untuk mendapatkan susu dapat dilakukan dengan

tahapan seperti persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan penanganan

susu segar pasca produksi. Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan

jumlah susu maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi

induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung

menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Williamson dan

Payne, 1993). Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990), tujuan dari pemerahan

adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak karena pelaksanaan

pemerahan yang kurang baik mudah sekali menimbulkan kerusakan pada ambing

dan puting karena infeksi mastitis yang sangat merugikan hasil susu.

3.1 Persiapan Pemerahan

Sapi yang akan diperah harus sudah bersih terutama ambing dan sekitarnya,

kandang dan lantai kandang juga sudah harus dibersihkan dari segala jenis kotoran

dan bau - bau yang tidak sedap (Siregar, 1995). Menurut Prihadi (1996) bahwa

uji CMT positif apabila dari sampel susu setelah ditambah dengan reagen CMT

dan digoyang - goyang hingga tercampur akan menghasilkan gel atau susu yang

menjendal, semakin kental jendalan susu yang terjadi berarti semakin banyak

sel - sel darah putih dan somatic sel terdapat dalam susu.

3.2 Pelaksanaan Pemerahan

Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal

dari ambingnya (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Prihadi (1996), proses

pemerahan yang baik harus menunjukkan ciri - ciri sebagai berikut : pemerahan

Page 11: Makalah Susu

dilakukan dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan kelembutan,

pemerahan dilakukan sampai tuntas, menggunakan prosedur sanitasi, efisien

dalam penggunaan tenaga kerja. Pemerahan dimulai pada kedua putting sebelah

muka bersama-sama sampai habis kering, kemudian pada kedua putting sebelah

belakang (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).

Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah (milking

machine) atau dengan tangan (hand milking) (Prihadi, 1996). Metode pemerahan

dengan tangan terdiri dari 3 metode, yaitu metode whole hand, knevelen dan

strippen. Metode pemerahan dengan mesin perah modem dewasa ini

menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai

pengganti tangan. Dalam peternakan sapi perah, mesin perah dibedakan menjadi 3

yaitu system ember (Bucket system), sistem pipa (Pipe line system) dan Sistem

Bangsal Pemerahan (Milking parlor system).

Gambar 3. Metode pemerahan (A) Whole hand, (B) Strippen dan (C) Knevelen

(Syarief dan Sumoprastowo, 1990)

Pada tahun 1820 pertama kali ditemukan peralatan yang sangat sederhana

untuk mengeluarkan susu dari ambing.

Page 12: Makalah Susu

Gambar 4. Peralatan Sederhana untuk Mengeluarkan Susu Dari Ambing

Selanjutnya mesin perah yang pertama diciptakan dan dikeluarkan pada tahun

1850 oleh seorang petani dari Amerika yang bemama Anna Baldwin. Alat

tersebut berbentuk sebuah pompa yang dihubungkan dengan pipa yang berujung

pada sebuah mangkok yang berlubang empat untuk menyedot susu dari keempat

puting. Di ujung lain digantungkan sebuah ember guna menampung susu hasil

pemerahan.

Gambar 5. Mesin Perah Tangan Buatan Anna Baldwin

Seiring dengan perkembangan teknologi mesin perah pertama ini terus

dikembangkan sehingga akhirnya tercipta mesin perah modern seperti yang

dijumpai sekarang.

Metode pemerahan dengan mesin perah modem dewasa ini menggunakan

cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan.

Dalam peternakan sapi perah, mesin perah dibedakan menjadi 3 yaitu sistem

ember (Bucket system), sistem pipa (Pipe line system) dan Sistem Bangsal

Pemerahan (Milking parlor system).

3.2.1 Sistem Ember (Bucket System)

Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin

sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat

lain. Sitem ini cocok digunakan untuk petemak kecil. Susu hasil perahan dari

Page 13: Makalah Susu

sistem ini ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu

hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang di tangki

pendingin. Pemerahan dengan sisitem ini dapat diterapkan di Indonesia pada

peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada

peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan

sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat menekan

kandungan kuman dalam susu.

Mesin perah sistem ember ini bagian-bagianya terdiri dari:

1) sebuah motor pembangkit vakum,

2) pipa vakum,

3) selang karet vakum,

4) pulsator,

5) ember penampung susu,

6) pengatur pulsasi,

7) tabung perah (teat cup) yang terbuat dari logam tahan karat dan karet inflasi

di dalam tabung perah,

8) selang susu.

Gambar 6. Mesin Perah Sistem Ember (Bucket system)

Mesin perah sistem ember ini bekerja atas dasar perbedaan tekanan udara yang

dibangkitkan oleh motor pembangkit vakum atau pompa vakum. Perbedaan

tekanan udara ini menyebabkan karet inflasi di dalam tabung perah kembang

kempis memijat puting. Pada waktu udara masuk ke dalam tabung perah, yaitu

diantara tabung perah dan karet inflasi, karet inflasi mengempis. Peristiwa ini

Page 14: Makalah Susu

disebut fase istirahal. Selanjutnya udara di dalam tabung menjadi hampa udara.

Oleh karena itu di dalam tabung dan karet inflasi kompa (tidak ada tekanan)

sedangkan di dalam ambing bertekanan, maka susu terdorong keluar/tersedot.

Peristiwa ini disebut fase perah. Demikian seterusnya, fase perah dan fase istirahat

datang silih berganti.

Supaya fase perah dan fase instirahat dapat berlangsung secara bergantian, maka

mesin perah dilengkapi dengan pulsator yang berfungsi mengatur tekanan udara

antara keadaan bertekanan dan hampa udara. Dengan kala lain, pulsator mengatur

fase istirahat dan fase perah. Bila klep atau tombol vakum ditutup maka udara dari

luar masuk dan berhentilah kegiatan pemerahan dan karet inflasi kembali

berbentuk semula. Kedudukan karet inflasi dalam fase perah dan fase istirahat

dapat dilihat pada gambar berikut ini (Gambar 7) dan cara pemasangan tabung

perah (teat cups) pada puting (Gambar 8)

Keterangan:

V = vakum

U = udara

Gambar 7. Penampang Tabung Perah

Gambar 8. Urutan Cara Memasang Tabung Perah (Teat Cups) pada Puting

Page 15: Makalah Susu

Proses mekanik pemerahan ini adalah: perah-istirahat-perah-istirahat-perah dan

seterusnya yang terus berlangsung hingga ambing kosong. Lamanya waktu fase

perah dan fase istirahat tergantung dari apa yang disebut rasio pulsasi. Rasio

pulsasi adalah perbandingan antara fase perah dan fase istirahat. Untuk mesin

perah sistem ember/baket, rasio pulsasi 60:40 per satua waktu, artinya dalam

satuan waktu-waktu fase pemerahan berlangsung 60 kali dan fase istirahat 40 kali

per satuan waktu.

Laju pulsasi, laju atau besar kecilnya pulsasi di atur oleh tombol pengatur pulsasi

yang terletak di bawah keempat tabung perah. Laju pulsasi disetel sesuai dengan

anjuran pabrik pembuat mesin, Meningkatkan laju pulsasi melebihi anjuran tidak

akan mempercepat pemerahan, bahkan dapat menyebabkan luka-luka yang sering

pada puting dan ambing. Tekanan pada mesin perah disetel pada saat instalasi

mesin perah di pasang. Tekanan yang terlalu lemah membuat tabung perah tidak

dapat menempel pada puting. Sebaiknya sebelum menggunakan mesin ini

dianjurkan untuk meminta bantuan teknisi untuk menyetel tekanan vakum dan

pemeriksaan secara berkala.

3.2.2 Sistem Pipa (Pipe Line System)

Pada sistem ini, pemerahan langsung juga berada di dalam kandang

dimana sapi yang yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah

dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung

dialirkan ke dalam tangki pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan

udara luar. Sistem pemerahan dengan sistem pipa ini dapat dilihat pada gambar 9.

Page 16: Makalah Susu

Gambar 9. Pemerahan dengan Mesin Sistem Pipa Dilakukan di dalam Kandang

3.2.3 Sistem Bangsal Pemerahan (Milking Parlor System)

Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk

pemerahan. Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah. Setiap satu mesin

melayani seekor sapi. Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki

pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat

pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui

suatu ternpat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Di

holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah (Gambar 10),

selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor).

Gambar 10. Sebelum Sapi Masuk ke Bangsal Pemerahan Terlebih Dahulu Sapi

Antri Dibersihkan di Holding Area

Sistem bangsal perah (milking parlor system) mempeunyai bentuk yang

bermacam-macam, antara lain:

a. Sistem Sirip Ikan Tunggal atau Ganda (Single/Double Heringbone Milking

Parlor)

Gambar 11. Bangsal Perah Sistem Sirip Ikan Ganda

Page 17: Makalah Susu

Gambar 12. Bangsal Perah Sistem Sirip Ikan Ganda Beserta Peralatannya

b. Sistem Sirip Ikan Berbentuk Wajik (Heringbone Diamond Shaped Polygon

Milking Parlor)

Gambar 13. Bangsal Perah Berbentuk Wajik

Gambar 14. Bangsal Perah Berbentuk Wajik Beserta Kandang Lepas (Free Stall)

Modern.

Page 18: Makalah Susu

c. Sistem Komidi Putar (Rotary Milking Parlor)

Gambar 15. Bangsal Perah Sistem Komidi Putar

Gambar 16. Bangsal Perah Sistem Komidi Putar Lengkap dengan Peralatan

Gambar 17. Komponen Mesin Perah: 1) karet inflasi, 2) tabung perah (teat cup

shell), 3) selang udara dari karet, 4) pulsator, 5) mangkok, 6) selang

susu dari karet, 7) selang vakum dari karet, 8) penggantimg alat

pemerah

Page 19: Makalah Susu

Robot Pemerah

Selain alat tersebut diatas, akhir-akhir ini telah ditemukan alat atau mesin untuk

memerah susu terbaru, yaitu robot pemerah susu. Para peternak sapi di Australia

telah menggunakan robot tersebut untuk memerah susu ternaknya. Pimpinan

proyek, Bill Fulkerson, menyatakan program ini bertujuan meningkatkan

produktivitas dan cara beternak yang lebih baik. Mesin pemerah otomatis ini

mengadaptasi sistem serupa di Eropa dan disesuaikan dengan kondisi peternakan

terbuka di Australia. Pada dasarnya robot dengan lengan yang akan meletakkan

sebuah cangkir khusus ke setiap puting sehingga dapat memerah setiap sapi.

Industri pemerahan modern juga menggunakan cangkir semacam itu, hanya saja

tidak dipasang secara otomatis. Para peternak masih memasangnya sendiri.

Sedangkan mesin otomatis memanfaatkan laser untuk menemukan kelenjar susu

sapi dan sebuah komputer akan menyimpan berbagai ukurannya untuk

mempertimbangkan pemerahan berikutnya. Mesin tersebut akan menggantikan

pekerjaan peternak yang biasa memerah susu dua kali sehari dan berhasil

memasang 200 hingga 300 cangkir setiap hari.

Sedangkan sapi-sapi yang akan diperah akan mendatangi tempat pemerahan

sesuai keinginannya sendiri begitu merasa tidak nyaman karena kelenjar susunya

telah penuh. Pola hidup yang lebih baik bagi sapi maupun para peternak. Sebuah

komputer akan memantau seberapa sering sapi datang untuk diperah dalam sehari

dan berapa banyak makanan yang dihabiskan sapi serta jumlah susu yang berhasil

diproduksi. Hampir seluruh peternak sangat tertarik terhadap inovasi tersebut.

Program seperti ini merupakan bagian dari cara untuk mempertahankan sekitar

1.050 peternakan yang menyumbang pendapatan nasional sebesar 290 juta

dollar AS.

Penanganan Susu Pasca Produksi

Susu segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar. Hal ini

disebabkan sifat susu yang sangat mudah rusak dan mudah terkontaminasi.

Penanganan susu pasca produksi dapat dilakukan dengan cara pasteurisasi

sehingga susu tetap terjaga kebersihannya (Sudono, 1984). Menurut Syarief dan

Page 20: Makalah Susu

Sumoprastowo (1990) setelah susu diperah kemudian dibawa ke kamar susu,

penanganan susu yang dilakukan adalah penyaringan, pendinginan dan

pemanasan. Penyaringan susu bertujuan untuk mendapatkan susu yang terbebas

dari kotoran. Selain penyaringan dan pendinginan, pengujian kualitas susu juga

dilakukan karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas susu

yang dihasilkan (Siregar, 1995).

Page 21: Makalah Susu

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan mammalia tidak ditambah

atau dikurangi suatu zat apa pun ke dalamnya dan diperoleh dari pemerahan

ternak yang sehat.

2. Dalam proses pemerahan untuk mendapatkan susu dapat dilakukan dengan

tahapan seperti persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan

penanganan susu segar pasca produksi.

3. Mesin perah pertama kali ditemukan pada tahun 1850 oleh petani Amerika

yang bemama Anna Baldwin setelah sebelumnya telah ditemukan alat yang

lebih sederhana untuk memerah susu pada tahun 1820.

4. Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah

(milking machine) atau dengan tangan (hand milking). Metode pemerahan

dengan tangan terdiri dari 3 metode, yaitu metode whole hand, knevelen dan

strippen. Metode pemerahan dengan mesin perah dibedakan menjadi 3 yaitu

system ember (Bucket system), sistem pipa (Pipe line system) dan Sistem

Bangsal Pemerahan (Milking parlor system).

5. Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin

sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke

tempat lain untuk memerah susu.

Page 22: Makalah Susu

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, M. 2011. http://alwimuhammad.blogspot.com/2011/06/pemerahan-pada

sapi-perah.html. Diakses pada 19 Maret 2013 pukul 09:56 WIB.

Badan Standardisasi Indonesia (BSN). SNI 01-3141-1998.

Budi, U., et all. 2006. Buku Ajar Dasar Ternak Perah. http://ecourse.usu.ac.id/

content/peternakan/dasar/textbook.pdf. Diakses pada 19 Maret 2013 pukul

10:01 WIB.

Riyanto, S. 2006. Dengan Mesin Perah Harga Susu Jadi Tinggi. http://www.

agrina-online.com/show_article.php?rid=7&aid=1256. Diakses pada 19

Maret 2013 pukul 10:36 WIB.

Toeg, P. 2007. Milking Machine. http://www.madehow.com/ Volume -2/

Milking-Machine.html. Diakses pada 19 Maret 2013 pukul 10:16 WIB.

Wah. 2005. Robot Pemerah Susu. http://64.203.71.11/teknologi/news/

0512/29/161009.htm. Diakses pada 19 Maret 2013 pukul 09:49 WIB.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-16867-2308030057-Chapter1.pdf

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13593-Chapter1-47203.pdf

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-15655-2108100528

chapter1pdf.pdf