makalah striktur uretra

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urine di keluarkan melalui uretra. Uretra wanita jauh lebih pendek dari pada uretra pria hanya 4 cm panjangnya di bandingkan dengan panjang sekitar 20 cm pada pria. Perbedaan anatomis menyebabkan insiden infeksi saluran kemih asendens lebih tinggi pada wanita. dengan demikian hitung koloni yang lebih dari 100.000 sel bakteri permililiter urin di anggap bermakna patologis. Sfingter internal bagian atas di tempat keluar dari kandung kemih, terdiri atas otot polos dan dibawah pengendalian otonom. Sfingter eksternal adala otot rangka dan berada di bawah pengendalian folunter. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda sebagai saluran untuk urin dan spermatozoa melalui koitus. Striktur urethra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi. Striktur urethra di sebut juga penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. B. Rumusan Masalah 1

Upload: arum-dwi-setiarini

Post on 26-Jan-2016

127 views

Category:

Documents


70 download

DESCRIPTION

contoh makalah striktur uretra

TRANSCRIPT

Page 1: makalah striktur uretra

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urine di keluarkan melalui uretra. Uretra wanita jauh lebih pendek dari

pada uretra pria hanya 4 cm panjangnya di bandingkan dengan panjang

sekitar 20 cm pada pria. Perbedaan anatomis menyebabkan insiden infeksi

saluran kemih asendens lebih tinggi pada wanita. dengan demikian hitung

koloni yang lebih dari 100.000 sel bakteri permililiter urin di anggap

bermakna patologis. Sfingter internal bagian atas di tempat keluar dari

kandung kemih, terdiri atas otot polos dan dibawah pengendalian otonom.

Sfingter eksternal adala otot rangka dan berada di bawah pengendalian

folunter. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda sebagai saluran untuk urin

dan spermatozoa melalui koitus. Striktur urethra merupakan penyakit atau

kelainan yang berupa penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra akibat

adanya obstruksi. Striktur urethra di sebut juga penyempitan akibat dari

adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau

daerah urethra.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan striktur uretra ?

2. Bagaimana etiologi dari striktur uretra ?

3. Bagaimana patofisiologi dari striktur uretra ?

4. Apa saja manifestasi klinis dari striktur uretra ?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari striktur uretra ?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari striktur uretra ?

7. Apa saja komplikasi dari striktur uretra ?

8. Bagaimana asuhan keperawatan dari striktur uretra ?

1

Page 2: makalah striktur uretra

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi striktur uretra

2. Mengetahui etiologi striktur uretra

3. Memahami Patofisiologi striktur uretra

4. Mengetahui manifestasi klinis striktur uretra

5. Mangetahui pemeriksaan penunjang striktur uretra

6. Mengetahui Penatalaksanaan striktur uretra

7. Mengetahui komplikasi dari striktur uretra

8. Mengetahui Asuhan Keperawatan striktur uretra

2

Page 3: makalah striktur uretra

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Striktur urethra adalah penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra

akibat adanya obstruksi (long,1996). Striktur uretra lebih sering terjadi pada

pria daripada wanita terutama karena perbedaan panjangnya uretra (C. Long ,

Barbara;1996 hal 338). Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari

adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau

daerah urethra.(UPF Ilmu Bedah, 1994). Striktur uretra adalah penyempitan

lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi (C. Smeltzer,

Suzanne;2002hal 1468).

Stricture urethra (striktur uretra)  adalah penyempitan lumen uretra

karena fibrosis pada dindingnya akibat infeksi, trauma uretra atau kelainan

kongenital.

B. Epidemiologi

Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada

bagian duniatertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada

wanita, karena uretra pada wanitalebih pendek dan jarang terkena infeksi.

Segala sesuatu yang melukai uretra dapat menyebabkanstriktur. Orang dapat

terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal itu jarang terjadi.

C. Etiologi

1. Kongenital

a. Meatus kecil pada meatus ektopik pada pasien hipospodia.

b. Divertikula kongenital, merupakan penyebab proses striktur uretra.

2. Didapat

a. Cedera uretral

3

Page 4: makalah striktur uretra

Cedera ini meliputi cedera akibat insersi peralatan bedah selama

operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi.

b. Cedera akibat peregangan

c. Cedera akibat kecelakaan

d. Uretritis gonorheal yang tidak ditangani

e. Infeksi

f. Spasmus otot

g. Tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor

D. Patofisiologi

Proses radang akibat trauma atau infeksi pada urethra akan

menyebabkan terbentuknya jaringan sikatriks pada urethra. Jaringan sikatriks

pada lumen urethra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine.

Aliran urine yang terhambat akan mecari jalan keluar di tempat lain (di

sebelah proksimal striktur) dan akhirnya akan mengumpul di rongga

periurethra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periurethra yang kemudian

pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu dijumpai banyak

sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling.

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa.

Lapisan mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter

dan ginjal. Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat

orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri

dari lapisan erektil vaskular.

Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi

penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh

jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini

menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga

terjadi striktur uretra.

4

Page 5: makalah striktur uretra

E.

Manifestasi Klinis

1. Pancaran air kencing lemah

2. Frekuensi

Disebut frekuensi apabila kencing lebih sering dari normal, yaitu lebih

dari tujuh kali. Apabila sering krencing di malam hari disebut nocturia.

Dikatakan nocturia apabila di malam hari, kencing lebih dari satu kali,

dan keinginan kencingnya itu sampai membangunkannya dari tidur

sehingga mengganggu tidurnya.

3. Inkontinensia paradoxal

Terjadi karena meningkatnya tekanan di vesica akibat penumpukan urin

yang terus menerus. Tekanan di vesica menjadi lebih tinggi daripada

tekanan di uretra. Akibatnya urin dapat keluar sendiri tanpa terkontrol.

5

Page 6: makalah striktur uretra

Jadi disini terlihat adanya perbedaan antara overflow inkontinensia

(inkontinesia paradoksal) dengan flow incontinentia. Pada flow

incontinenntia, misalnya akibat paralisis musculus spshincter urtetra,

urin keluar tanpa adanya keinginan untuk kencing. Kalau pada overflow

incontinence, pasien merasa ingin kencing (karena vesicanya penuh),

namun urin keluar tanpa bisa dikontrol.

4. Dysuria dan hematuria

5. Gejala infeksi

6. Retensi urinarius

7. Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan

pielonefritis

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan

keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.

b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella,

pseudomonas, e. coli.

c. BUN/ kreatin : meningkat

d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk

mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto)

uretrografi.

e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi

f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra.

G. Penatalaksanaan

Menurut Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000

hal 672 penatalaksanaan dari striktur adalah :

1. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat

pemasangan kateter.

2. Medika mentosa

6

Page 7: makalah striktur uretra

a. Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.

b. Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.

3. Pembedahan

a. Sistostomi suprapubis

Metode diversi urin yang jarang dilakukan adalah sistostomi

suprapubis. Kateter khusus biasanya dimasukkan ke kandung kemih

melalui insisi dinding abdomen bawah atau melalui pungsi dengan

trokar. Umumnya, sistostomi dilakukan pada pasien yang mengalami

obstruksi pada bagian bawah kandung kemih ( obstruksi prostatik )

yang menyebabkan kateter uretral tidak dapat dimasukkan.

Sistostomi dapat bersifat sementara ( sampai bedah korektif

dilakukan ) atau permanen.

b. Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-

hati. Businasi merupakan tindakan yang berupa pelebaran canalis

analis.

c. Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau

otis/ sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika

striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara

visual.

d. Uretritimi eksterna : tondakan operasi terbuka berupa

pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis

diantara jaringan uretra yang masih baik.

H. Komplikasi

1. Infeksi saluran kemih.(prostatitis, sistitis, divertikel buli-buli/uretra, abses

periuretra, batu uretra, fistel utero-kutan.

2. Degenerasi maligna menjadi karsinoma uretra

7

Page 8: makalah striktur uretra

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, bangsa,

pekerjaan, no. MRS, diagnose medis.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: biasanya klien mengeluh pancaran urin berkurang.

b. Riwayat penyakit sekarang: bisanyanya kekuatan pancaran dan jumlah

urin berkurang, adanya gejala infeksi, dan adanya retensi urin.

c. Riwayat penyakit dahulu: biasanya klien mengalami mengalami

DM,kecelakaan, pernah mengalami pembedahan, dan pernah

mengalami infeksi.

d. Riwayat penyakit keluarga: biasanya ada keluarga yang mengalami

DM.

e. Rwayat lingkungan: biasanhya klien tinggal di lingkungan yang

kurang bersihatau kumuh yang dapat menyebabkan infeksi.

3. Pemeriksaan fisik

a. TTV

TD: biasanya>120/80 mmHg

RR: biasanya normal.

N: biasanya >100 x/menit

S: biasanya >37,5OC

b. Kepala dan leher: biasanya tidak ada kelainan.

c. Thoraks: biasanya tidak ada kelainan.

d. Abdomen: biasanya tidak ada kelainan.

e. Genitalia: biasanya terjadi tanda dan gejala infeksi, retensi urin,

pancaran danjumlah urin berkurang.

8

Page 9: makalah striktur uretra

f. Ekstremitas: biasanya tidak ada kelainan.

4. Pola fungsi kesehatan

a. Sirkulasi

Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal)

b. Eliminasi

Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan

kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih

Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra

c. Makanan dan cairan

Gejala: anoreksia, mual muntah, penurunan berat badan.

d. Nyeri/ kenyamanan

Tanda : Nyeri suprapubik

e. Keamanan : demam

f. Penyuluhan/ pembelajaran

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pre- Operasi

a. Perubahan pola eliminasi b.d jumlah urin berkurang.

2. Post- Operasi

a. Nyeri b.d insisi bedah sitostomi suprapubik

b. Perubahan pola eliminasi perkemihan b.d sitostomi suprapubik

c. Resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapubik, insisi bedah

sitostomi suprapubik

C. Intervensi

1. Perubahan pola eliminasi b.d jumlah urin berkurang.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam eliminasi urine

normal dan tidak terjadi retensi urine.

Kriteria Hasil :

a. Klien akan berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi.

9

Page 10: makalah striktur uretra

b. Klien akan menunjukan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung

kemih.

c. Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancer lewat kateter.

Intervensi :

a. Pemantauan output urine dan karateristik.

b. Mempertahankan irigasi kemih yang konstan selama 24 jam.

c. Mempertahankan kepatenan dauer kateter dengan irigasi.

d. Mengusahakan intake cairan (2500 – 3000).

e. Setelah kateter diangkat, terus memantau gejala-gejala gangguan pola

eliminasi BAK

2. Nyeri b.d insisi bedah sitostomi suprapubik

Tujuan : nyeri berkurang/ hilang

Kriteria hasil:

a. Melaporkan penurunan nyeri

b. Ekspresi wajah dan posisi tubuh terlihat relaks

Intervensi:

a. Kaji sifat, intensitas, lokasi, lama dan faktor pencetus dan penghilang

nyeri.

b. Kaji tanda nonverbal nyeri ( gelisah, kening berkerut, mengatupkan

rahang, peningkatan TD).

c. Berikan pilihan tindakan rasa nyaman.

d. Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman.

e. Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu bimbingan imajinasi.

f. Dokumentasikan dan observasi efek dari obat yang diinginkan dan

efek sampingnya.

g. Secara intermiten irigasi kateter uretra/ suprapubis sesuaiadvis,

gunakansalin normal steril dan spuit steril.

h. Masukkan cairan perlahan-lahan, jangan terlalu kuat.

i. Lanjutkan irigasi sampai urin jernih tidak ada bekuan.

10

Page 11: makalah striktur uretra

j. Jika tindakan gagal untuk mengurangi nyeri, konsultasikan dengan

dokter untuk penggantian dosis atau interval obat

3. Perubahan pola eliminasi perkemihan b.d sitostomi suprapubik

Kriteria hasil:

a. Kateter tetap paten pada tempatnya.

b. Bekuan irigasi keluar dari dinding kandung kemih dan tidak

menyumbat aliran darah melalui kateter.

c. Irigasi dikembalikan melalui aliran keluar tanpa retensi.

d. Haluaran urin melebihi 30 ml/ jam.

e. Berkemih tanpa aliran berlebihan atau bila retensi dihilangkan.

Intervensi :

a. Kaji uretra dan atau kateter suprapubis terhadap kepatenan.

b. Kaji warna, karakter dan aliran urin serta adanya bekuan melalui

kateter tiap 2 jam.

c. Catat jumlah irigan dan haluaran urin, kurangi irigan dengan haluaran,

laporkan retensi dan haluaran urin <30 ml/ jam.

d. Beritahu dokter jika terjadi sumbatan komplet pada kateter untuk

menghilangkan bekuan

e. Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu sesuai instruksi.

f. Gunakan salin normal steril untuk irigasi.

g. Pertahankan tehnik steril.

h. Masukkan larutan irigasi melalui lubang yang terkecil dari kateter.

i. Atur aliran larutan pada 40-60 tetes/ menit atau untuk

mempertahankan urin jernih.

j. Kaji dengan sering lubang aliran terhadap kepatenan.

k. Berikan 2000-2500 ml cairan oral/hari kecuali dikontraindikasikan.

4. Resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapubik, insisi bedah

sitostomi suprapubik

Tujuan: tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil :

11

Page 12: makalah striktur uretra

a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal.

b. Insisi bedah kering, tidak terjadi infeksi.

c. Berkemih dengan urin jernih tanpa kesulitan.

Intervensi:

a. Periksa suhu setiap 4 jam dan laporkan jikadiatas 38,5C.

b. Perhatikan karakter urin, laporkan bila keruh dan bau busuk.

c. Kaji luka insisi adanya nyeri, kemerahan, bengkak, adanya kebocoran

urin, tiap 4 jam sekali.

d. Ganti balutan dengan menggunakan tehnik steril.

e. Pertahankan sistem drainase gravitas tertutup.

f. Pantau dan laporkan tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan.

g. Pantau dan laporkan jika terjadi kemerahan, bengkak, nyeri atau

adanya kebocoran di sekitar kateter suprapubis.

12

Page 13: makalah striktur uretra

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Stricture urethra (striktur uretra)  adalah penyempitan lumen uretra karena

fibrosis pada dindingnya akibat infeksi, trauma uretra atau kelainan kongenital.

Striktur uretra dapat disebabkan karena faktor herediter atau kongenital

ataupun secara didapat. Sedangkan pemeriksaan penunjang dari striktur uretra

meliputi urinalisis, kultur urin, BUN/ kreatin, uretrografi, uroflowmetri dan

uretroskopi.

Penatalaksanaan dari striktur uretra meliputi : filiform bougies, medika

mentosa dan pembedahan.Sedangkan komplikasi yang dapat timbul pada klien

dengan striktur uretra meliputi infeksi saluran kemih dan degenerasi maligna

menjadi karsinoma uretra.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan strikrur uretra

meliputi diagnosa pre- operasi : perubahan pola eliminasi b.d jumlah urin

berkurang, dan diagnosa post- operasi : nyeri b.d insisi bedah sitostomi

suprapubik, perubahan pola eliminasi perkemihan b.d sitostomi suprapubik dan

resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapubik, insisi bedah sitostomi

suprapubik.

13