makalah sirup farmasetika dasar

21
DISUSUN OLEH : Kelompok II D SUBHAN ASFARI 1111102000086 RIZKA NURBAITI 1111102000091 RIAN HIDAYAT 1111102000096 LELA LAELATU R. 1111102000099 PUTRI NUR HANDAYANI 1111102000104 HESTIAWATI 1111102000110 FARMASETIKA DASAR SEDIAAN SIRUP FARMASI IIID FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMUKESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Upload: putri-nur-handayani

Post on 29-Nov-2015

1.195 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

Farmasetika Dasar

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

DISUSUN OLEH :

Kelompok II D

SUBHAN ASFARI 1111102000086

RIZKA NURBAITI 1111102000091

RIAN HIDAYAT 1111102000096

LELA LAELATU R. 1111102000099

PUTRI NUR HANDAYANI 1111102000104

HESTIAWATI 1111102000110

Sediaan Sirup 1

FARMASETIKA DASAR

SEDIAAN SIRUP

FARMASI IIID

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMUKESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2012/2013

Page 2: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

SEDIAAN SIRUP

A. Definisi Sirup

Larutan merupakan salah satu sediaan tertua yang digunakan dalam dunia

pengobatan dan mampu dengan cepat diserap tubuh.Untuk sebagian orang yang tidak

bisa menggunakan bentuk sediaan padat, seperti pasien anak-anak, pasien psikiatri, dan

lain-lain, sediaan larutan merupakan alternative terbaik.(Marriott, 2010).

Berdasarkan penggunaannya sediaan larutan dibagi dua, yaitu :

a. Sediaan Oral. Penggunaannya dalam tubuh. Seperti, eliksir, sirup, mixture, dll.

b. Sediaan Eksternal. Penggunaannya diluar tubuh. Seperti, losion, collutoria, dll.

Dalam Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan

yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa (C12H22O11) tidak

kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari

gula atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat

(Ansel, 1989)

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar

tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa

dalam sirop adalah 64%-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).

Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya

ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat

ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan

maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat

meningkatkn kelarutan obat (Anonim, 1978).

Sirup dengan kadar ± 65% disebut sirup simplek yang digunakan sebagai origen

saporis (pemanis).

B. Jenis Sirup

Ada tiga macam sirup yaitu:

Sediaan Sirup 2

Page 3: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

1. Sirup simpleks, mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.

2. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan

dan digunakan untuk pengobatan, contoh :

Sirup expectorant : sirup thymi

Sirup antitusiv : sirup codein

Sirup antihelmitik : sirup piperazin

Sirup antibiotik : sirup kloramfenikol

Sirup antihistamin : Chlor-trimeton Allergy syrups

Sirup antipsychotic -Celexa (forest), Risperdal (janssen).

3. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau

penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak

enak dan bau obat yang tidak enak, contoh :

sirup akasia

sirup jeruk

sirup strawberry

C. Cara Pemberian Sirup

Obat digunakan melalui beberapa rute yaitu rute oral/peroral, rectal (anus/dubur),

parenteral/injeksi, kulit (perkutan), membrane selaput lendir/mukosa (mata, hidung,

telinga, vagina), dan implantasi (subkutan).(Anief, 1994)

Pemilihan rute obat tergantung pada tujuan terapinya, sifat obat, dan kondisi

pasien. Harus memperhatikan beberapa hal :(Anief, 1994)

1. Tujuan terapi, local atau sistemik.

2. Kerja obat, cepat atau lambat.

3. Stabilitas obat dalam lambung atau usus.

4. Keamanan relative.

5. Rute yang tepat.

6. Kemampuan penderita menelan obat melalui mulut.

Bentuk-bentuk sediaan obat yang digunakan dalam rute oral misalnya sediaan

cair yakni larutan, eliksir, suspensi khususnya yang akan kita ulas yaitu sediaan sirup.

( Anief, 1994)

Sediaan Sirup 3

Page 4: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

Penggunaan obat melalui rute oral biasanya obat yang dapat ditelan dan jarang

larut dalam mulut.Tujuan penggunaan obat mlalui oral adalh untuk memperoleh efek

sistemik yaitu obat masuk ke dalam peredaran darah dan beredar ke seluruh tubuh

setelah terjadi adsorbsi obat sepanjang saluran cerna.( Anief, 1994)

Bentuk sediaan oral dapat juga memberikan efek pengobatan yang lama seperti

sustained release, repeat action dan prolonged action yang berbeda dalam pelepasan zat

aktif dan adsorbsinya. Bila dibandingkan dengan rute lain, rute oral lebih

menyenangkan, murah, aman walaupun responnya lambat dan adsorbsi tidak teratur

karena beberapa faktor yaitu : ( Anief, 1994)

Jumlah dan jenis makanan yang ada dalam saluran lambung.

Kemungkinan obat dapat dirusak oleh asam lambung.

Keadaan penderita muntah atau koma.

Menghendaki kerja awal yang cepat.

Kecepatan adsorbsi obat secara oral tergantung pada ketersediaan obat terhadap

cairan biologis (bioaviability).Biovaibility/ketersediaan hayati adalah persentase obat

yang diadsorpsi tubuh dari dosis yang diberikan dan tersedia untuk menghasilkan efek

terapeutik (mg%).( Anief, 1994)

Oral (PO) : paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri. Obat-obat oral

harus tahan terhadap lingkungan asam dalam lambung dan harus menembus lapisan usus

sebelum memasuki aliran darah.(Olson, 2004)

Agar tidak keliru pada pemberian obat, simpanlah obat lengkap dengan labelnya

agar pasien mendapatkan informasi yang cukup lengkap dalam hal penggunaannya.

Obat dalam bentuk sirup cukup aman digunakan dalam rentang waktu dua

minggu sampai dua bulan setelah dibuka asal penyimpanannya cukup baik.

Sediaan Sirup 4

Page 5: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

D. Komponen

Komponen sirup secara umum terdiri atas ;

1) Pemanis

Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan.Dilihat dari kalori

yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori

rendah.Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa

sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.( Ansel, 2008)

2) Pengawet Antimikroba

Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat

bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.( Ansel, 2008)

3) Perasa dan Pengaroma

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-

bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang

enak.Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan

dalam air yang cukup.Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan

aroma yang enak dan wangi.Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa

sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.( Ansel, 2008)

4) Pewarna

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan

komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama

penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada

warna dan kejernihan.Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Ada

beberapa alasan mengapa sirup itu berwarana, yaitu:( Ansel, 2008)

a. Lebih menarik dalam faktor estetikanya. ( Ansel, 2008)

b. Untuk menutupi kestabilan fisik obat.( Ansel, 2008)

5) Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung

pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.( Ansel,

2008)

Sediaan Sirup 5

Page 6: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

E. Cara Pembuatan

Sirup paling sering dibuat dengan satu dari empat cara umum, tergantung pada

sifat kimia dan fisika bahan-bahan. Dinyatakan secara luas, cara-cara ini adalah (1)

larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas, (2) larutan dari bahan-bahan dengan

pengadukan tanpa penggunaan panas, (3) penambahan sukrosa pada cairan obat yang

dibuat atau pada cairan yang diberi rasa, dan (4) dengan perkolasi dari sumber-sumber

bahan obat atau sukrosa. Pada keadaan tertentu sirup dapat berhasil dibuat dengan lebih

dari satu cara diatas , dan pemilihan semata-mata hanya merupakan pilihan lebih disukai

dalam bagian dari ahli farmasi. (Ansel, 2008)

1. Larutan Dari Bahan-Bahan Dengan Bantuan Panas

Bila dibutuhkan sirup secepat mungkin sirup dibuat dengan cara dipanaskan dan

bila komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas, pada cara ini gula umumnya

ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan sampai larutan terbentuk.

Kemudian, komponen-komponen lain yang tidak tahan panas ditambahkan ke sirup

panas, campuran dibiarkan dingin, dan volumenya disesuaikan sampai jumlah yang tepat

dengan penambahan air murni. Dalam keadaan di mana zat-zat tidak tagan panas atau

senyawa menguap, seperti misalnya minyak mudah menguap penambah rasa dan alkohol

akan ditambahkan, maka biasanya ditambahkan ke sirup sesudah larutan gula terbentuk

oleh pemanasan, dan larutan cepat-cepat didinginkan sampai temperature ruang. (Ansel,

2008)

Penggunaan panas membantu melarutnya gula dengan cepat juga komponen

tertentu lainnya dari sirup, akan tetapi hati-hati harus dilakukan, jangan terburu-buru dan

jangan menggunakan panas yang berlebihan .sukrosa, suatu disakarida, mungkin terurai

menjadi monosakarida, dekstrosa, (glukosa), dan fruktosa ( levulosa). Reaksi hidrolisis

ini dikenal sebagai invers, dan kombinasi dari produk dua monosakarida adalah gula

invert. Bila panas digunakan dalam sediaan sirup sukrosa, adanya invers sukrosa hampir

pasti terjadi.Kecepatan invers meningkat dengan cepat oleh adanya asam, ion hydrogen

bekerja sebagai katalisator reaksi. Bila invers terjadi, kemanisan sirup berubah karena

gula invert lebih manis dari sukrosa, dan warna sirup normal bertambah gelap karena

efek panas pada bagian levulosa dari gula invert bila sirup dipanaskan sangat

berlebihan, maka akan menjadi berwarna kuning coklat karena pembentukan caramel

Sediaan Sirup 6

Page 7: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

dari sukrosa. Sirup-sirup yang mudah terurai leih rentan terhadap fermentasi dan

terhadap pertumbuhan mikroba daripada sirup yang stabil tidak terurai. Karena

kemungkinan penguraian oleh panas, sirup tidak dapat disterilkan dengan autoklaf.

Penggunaan air murni yang didihkan pada pembuatan sirup dapat meningkatkan

kestabilan dan penambahan zat pengawet, bila diperbolehkan , dapat menjaga sirup

selama self life nya. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat merupakan persyaratan

untuk sediaan sirup. .(Ansel, 2008)

Diantara yang resmi atau seperti yang dijelaskan sebelumnya, sirup-sirup yang

dibuat dengan melarutkan dengan bantuan panas adalah sebagai berikut: .(Ansel, 2008)

a. Sirup akasia

Sirup akasia mengandung bubuk atau granul akasia 10%, sukrosa 80%, asam

benzoat 0,1%, tinktur vanili 0,5%, dan air murni. Dibuat dengan mengaduk akasia,

sukrosa dan asam benzoat bersama-sama dan kemudian ditambah air murni dan

campuran dipanaskan di atas penangas uap supaya larutan terbentuk.Bila sediaan dingin,

busa dihilangkan dari permukaan atas, dan tinktur vanili ditambahkan .air murni

ditambahkan secukupnya sampai volumenya tepat dan sirup disaring bila perlu.(Ansel,

2008)

b. Sirup coklat

Sirup coklat adalah suspens bubuk coklat dalam pembawa air yang dimaniskan

sukrosa, glukosa cair, dan gliserin, dan diberi rasa dengan vanili dan natrium klorida.

Sirop diawetkan dengan natrium natrium benzoat 0,1%. Dibuat dengan pengadukan

campuran sukrosa dan coklat dalam larutan yang telah dibuat dari bahan-bahan lain

dalam air murni panas. Seluruh campuran direbus/ didihkan selama 3 menit, dibiarkan

dingin, dan dicukupkan volumenya dengan menambahkan air murni. .(Ansel, 2008)

2. Larutan Yang Dibuat Tanpa Penggunaan Panas

Untuk menghindari panas yang merangsang invers sukrosa, sirup dapat dibuat

tanpa pemanasan dengan pengadukan .pada skala kecil sukrosa dari zat formula lain

dapat dilarutkan dalam air murni dengan menempatkan bahan-bahan dalam botol yang

kapasitasnya lebih besar daripada volume sirup yang akan dibuat, dengan demikian

Sediaan Sirup 7

Page 8: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

memungkinkan pengadukan campuran dengan seksama. Proses ini memakan waktu

lebih lama daripada yang dibutuhkan panas untuk memudahkan melarutnnya sukrosa,

tetapi produk mempunyai kestabilan maksimal. Tangki besar dari stainless steel atau

tangki yang dilepas gelas dilengkapi dengan pengaduk mekanik atau pemutar digunakan

dalam pembuatan sediaan sirup skala besar.

Sebagai contoh sirup yang dibuat dengan pengadukan tanpa bantuan panas

adalah sirup ferro sulfat. .(Ansel, 2008)

a. Sirup Ferro Sulfat

Sirup ini mengandung kira-kira 4 g ferro sulfat per 100ml. dibuat dengan

melrutkan ferro sulfat, asam sitrat, spirit pepermin, dan kira-kira seperempat dari sukrosa

yang dibutuhkan dalam air murni dan disaring sampai jernih. Sebagian sukrosa

ditambahkan untuk memberi suatu lingkungan yang mereduksi, dengan demikian

menghambat oksidasi ion ferro menjadi ion ferri yang mungkin akan mengendap dari

larutan sebagai garam ferri. Mula-mula tidak digunakan seluruh jumlah sukrosa, agar

larutan mudah disaring.Sisa sukrosa ditambahkan ke cairan filtrasi, dan air murni

secukupnya ditambahkan untuk mendapatkan volume sirup yang diinginkan. Asam sitrat

digunakan dalam sirup untuk membentuk chelat ( senyawa ion metal yang larut) dengan

ion ferri yang secara normal ada dalam ferro sulfat untuk mencegahnya dari

pembentukan ferri hidroksida yang tidak larut. Dengan cara ini asam sitrat mencegah

perubahan warna sirup dari normalnya hijau menjadi merah kecokelatan, spirit pepermin

menyembunyikan rasa besi dari ferro sulfat. .(Ansel, 2008)

3. Penambahan sukrosa kedalam cairan obat atau ke dalam cairan atau kedalam

cairan pemberi rasa

Adakalanya cairan obat, seperti tinktur atau ekstrak cair, digunakan sebagai

sumber obat dalam pembuatan sirup.Banyak tinktur-tinktur dan ekstrak seperti itu

mengandung bahan-bahan yang larut dalam alkohol dan dibuat dengan pembawa

beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen yang larut dalam alkohol dibutuhkan

sebagai bahan obat yang ada dalam sirup yang sesuai, beberapa cara umum yang

digunakan untuk membuat bahan tersebut larut dalam air. Akan tetapi, bila komponen

yang larut dalam alkohol itu tidak dibutuhkan atau komponen-komponen yang tidak

penting dari sirup yang sesuai, komponen-komponen tersebut umumnya dihilangkan

Sediaan Sirup 8

Page 9: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

dengan mencampur tinktur atau ekstrak kental dengan air, campuran dibiarkan sampai

zat-zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna, dan menyaringnya dari campuran.

Filtrate adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam

sediaan sirup. Pada keadaan lain bila tinktur atau ekstrak kental bercampur dengan

sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atau ke sirup pemberi rasa

sebagai obat. .(Ansel, 2008)

Contoh sirup pengobatan yang dibuat dengan penambahan sukrosa untuk cairan

pengobatan adalah sirup senna. .(Ansel, 2008)

Sirup senna

Sirup senna ini dibuat dengan menambahkan air murni ke campuran dan

membiarkan campuran ini selama 24 jam supaya resin-resin yang tidak larut larut dalam

air dari komponen-komponen inert lain dan komponen tidak larut dari ekstrak cair

mungkin mengendap. Campuran kemudian disaring dan sukrosa dilarutkan dalam filtrat.

Dengan mendorong pemisahan komponen-komponen yang tidak larut dalam air dengan

cara ini kemungkinan, sirup-sirup jernih selama masa penyimpanan tidak baik sekali.

(Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi keempat, 2008)

4. Dengan Perkolasi Dari Sumber-Sumber Bahan Obat Atau Sukrosa

Dalam cara perkolasi, sukrosa dapat diperkolasi untuk menjadi ekstrak yang

kepadanya dapat ditambahkan sukrosa atau sirup. Cara yang terakhir benar-benar

meliputi 2 prosedur yang berbeda mula-mula pembuatan ekstrak obat dan kemudian

pembuatan sirup.(Ansel, 2008)

Dalam pembuatan sirup dengan perkolasi sukrosa, air murni atau larutan air dari

cairan obat, atau cairan pemberi rasa dibiarakan untuk melewati kolom kristal sukrosa

dengan lambat untuk melarutkannya. Perkolat( hasil perkolasi) ditampung dan

dikembalikan ke dalam alat perkolasi sesuai kebutuhan samapi semua sukrosa telah

dilarutkan. (Ansel, 2008)

Untuk perkolasi dapat digunakan perkulator bentuk silinder atau kerucut.

Umumnya sukrosa digranul kasar lebih disukai daripada granul halus atau bubuk dalam

penggunaannya untuk mencegah gula memadat dengan sangat kuat, dalam keadaan

tersebut pelarut tidak akan dapat menembus kolom dan melarutkan gula. Gumpalan

Sediaan Sirup 9

Page 10: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

kapas yang diletakkan pada dasar kolom cukup rapat untuk mencegah gula tidak larut

lewat masuk kedalam lubang bawah yang cukup longgar untuk memungkinkan sukrosa

yang tidak larut lewat bebas.Aliran perkolat dapat diatur dengan mengatur kran pada

lubang.Bila semua sukrosa telah dilarutkan, air murni tambahan atau cairan air yang

dibutuhkan dilewatkan melalui kapas pada perkolat untuk mencuci kapas yang diresapi

sisa-sisa sirup kedalam perkolat dan untuk memperoleh produk akhir dengan volume

yang diinginkan.

Contoh-contoh sirup yang dibuat dengan perkolasi adalah sirup tolu balsam , dan

sirup ipecac. (Ansel, 2008)

Sirup ipecac

Ipecae sirup dibuat dengan menembahkan gliserin dan sirup ke hasil ekstraksi

bubuk ipecac yang diperoleh dengan perkolasi.Obat ipecac terdiri dari rhizoma kering

dan akar-akar cephaelis ipecacuanha dan mengandung alkaloid-alkaloid yang aktif

sebagai obat yaitu emetine, cefalina, dan psikotrina.Alkaloid-alkaloid ini diekstraksi dari

bubuk ipecac dengan perkolasi menggunakan pelarut hidroalkohol.Gliserin ditambahkan

ke cairan ekstrak sebagai pelarut pembantu untuk mempertahankan kestabilan produk

akhir dengan mencegah pemisahan komponen tanaman tertentu selama shelf life sirup.

(Anonim, 2008).

Berdasarkan farmakope Indonesia, Pembuatan sirup kecuali dinyatakan lain,

sirup dibuat sebagai berikut :

Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga

larut.Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki,

buang busa yang terjadi, serkai. (Anonim, 1979).

Pada pembuatan sirop dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon,

ditambahkan natrium karbonat sejumlah 10 % bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain,

pada pembuatan sirop simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25% b/v

atau pengawet lain cocok. (Anonim, 1979).

Kecuali dinyatakan lain, jika dosis yang diminta atau ditulis lebih kecil atau tidak

merupakan kelipatan 5 ml, sirop harus diencerkan, sebaiknya dengan sirop simpleks,

Sediaan Sirup 10

Page 11: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

sehingga dosis yang diberikan menjadi 5 ml atau kelipatan daripadanya. Sirop simpleks,

sirop gula adalah larutan gula yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian gula dalam

larutan metil paraben 0,25% b/v secukupnya hingga dperoleh 100 bagian sirop.

(Anonim, 1978).

F. Evaluasi

Dalam pengadaan sediaan farmasi, tidak begitu saja suatu produk langsung

dipasarkan.Tetapi harus melalui uji kelayakan apakah suatu sediaan sudah tepat untuk

didistribusikan atau tidak.Salah satunya dalam pengadaan sediaan sirup. Ada beberapa

syarat yang harus di penuhi diantaranya:

1. Penetapan bobot Jenis

Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah terkaliberasi dengan

menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu250.Atur

hingga suhu zat ujji lebih kurang 200, masukkan kedalam piknometer. Atur suhu

piknometer yang telah diisi hingga suhu 250, buang kelebihan zat uji dan timbang.

Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.(Anonim,

2008)

2.Penetapan kekentalan (viskositas)

Penetapan viskositas( satuan = Poise) dilakukan dengan alat berupa

viskometer, terdapat beberapa macam viskometer, contohnya viskometer Ostwald dan

viskometer Tipe Ubbelohde.banyak zat seperti Gom Arab, yang digunakan dalam

bidang farmasi mempunyai kekentalan yang bervariasi, dan kebanyakan bersifat

kuning menghambat aliran pada kecepatan aliran yang lebih tinggi. (Anonim, 2008)

3.Penetapan pH

Untuk menetapkan pH bisa menggunakan pH meter. pH meter harus mampu

mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH mengguanakan elektrode indikator yang

peka terhadap aktivitas ion H, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai

seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida. (Anonim, 2008)

4.Penetapan Stabilitas Obat

Sediaan Sirup 11

Page 12: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

Larutan, eliksir, dan sirup endapan dan adanya mikroba atau pembentukan gas

kimia merupakan dua tanda utama ketidaksetabilan.(Anonim, 2008)

Stabilitas Kimia

Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat

untukmempertahankan integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada etiket

dalam batas-batas yang di tentukan oleh united states pharmacopeia (USP NF 2009).

 StabilitasMikrobiologi

Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan dimana sediaan bebas dari

mikroorganisme atau tetap memenuhi syarat batas mikroorganisme hingga batas waktu

tertentu. Stabilitas mikrobiologi padasediaan sirup untuk menjaga atau mempertahankan

jumlah dan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan sirup

hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan.Uji stabilitas mikrobiologi sediaan sirup :

1.   Jumlah cemaran mikroba ( ujibatasmikroba ), untuk sediaan oral (sirup, tablet, granul,

sirup kering, granul) dan rektal :

- Total bakteri aerob : Tidak lebih dari 10.000 CFU / gram atau ml.

- Total jamur/fungi : Tidak lebih dari 100 CFU / gram atau ml

-Escherichia coli, staphylococcus : negatif

2.   Uji efektivitas pengawet

3.   Untuk sediaan antibiotic dilakukan Penetapan Antibiotik secara Mikrobiologi

(USP NF 2009)

Ketidakstabilan dan Cara Menstabilkan Pada Sediaan Sirup

Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan media yang sangat

baik bagi pertumbuhan mikroorganisme sehingga harus ditambahkan pengawet.

Pengawet yang dapat digunakan antara lain nipagin dan nipasol dengan perbandingan

0,18 : 0,02 (nipagin bersifat fungistatik dan nipasol bersifat bakteriostatik) kombinasi ini

efektif untuk pencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri dan jamur.

Sediaan Sirup 12

Page 13: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

Zat aktif stabil pada pH tertentu oleh karena itu diperlukan dapar untuk

mempertahankan pH sediaan sirup. Dapar yang biasa digunakan antara lain : dapar sitrat,

dapar fosfat, dapar asetat.

Dalam sediaan sirup ada senyawa yang peka terhadap cahaya, maka digunakan

botol berwarna coklat.Rasa sirup yang kurang menyenangkan dapat diberi pemanis dan

perasa agar penggunaannya lebih nyaman.Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi dalam

sediaan sirup ditambahkan antioksidan.Contohnya : asam askorbat, asam sitrat.Untuk

mencegah caplocking karena sirupus simplek maka ditambahkan

sorbitol/gliserin/propilenglikol 10% (sebagai pengental).Sediaan cair biasanya bersifat

voluminous pada saat disimpan sehingga perlu dikemas pada wadah yang sesuai.

Sediaan Sirup 13

Page 14: Makalah Sirup Farmasetika Dasar

FARMASETIKA [2012]

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anonim.1979.Famakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Anonim.1978.Formularium Nasional.Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, Howard. 2008. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi keempat.Jakrta: UI Press

Marriot,J.F.,Wilson,K.A.,Langley,C.A.,Belcher,D.2010. Pharmaceutical Compounding and

Dispensing.Pharmaceutical Press.

Olson,James.2004.BelajarMudah Farmakologi.Jakarta: EGC)

Priyanto,Drs.,Apt,M.Biomed.2010.Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi &

Keperawatan. Depok : Leskonfi.

Sulis, I. Kanisius.2010.Cerdas Mengenali Obat.Yogyakarta.

Sediaan Sirup 14