makalah seminar kerja praktek analisis penghematan energi...
TRANSCRIPT
1
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK
ANALISIS PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMAKAIAN
REFRIGERANT PENGKONDISI UDARA MC-22 SEBAGAI PENGGANTI
R-22
PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. DIVISI REGIONAL IV
PROVINSI JAWA TENGAH DAN DIY Pradana Putradewa Jayawardana
Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053,
7460055 Fax. (024) 746055 [email protected]
Abstrak— Peningkatan efisiensi penggunaan energi, terutama energi listrik saat ini sedang gencar
dilakukan oleh berbagai instansi. Hal ini merupakan keharusan bagi para pemakai energi di kalangan
industri untuk menggunakan energi sesedikit mungkin dengan hasil sebanyak-banyaknya.
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. sebagai salah satu pemimpin industri telekomunikasi di Indonesia
juga memiliki kepekaan akan tuntutan penghematan energi. Salah satu cara untuk meningkatkan
efisiensi energi listrik pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah melakukan penggantian bagian
boros energi dari alat yang sudah terpasang dengan bagian baru yang lebih hemat energi.
Program retrofitting, adalah salah satu program penghematan energi yang dilakukan oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. dengan cara penggantian refrigerant pada Pengkondisi Udara (Air
Conditioner/ AC) dari R-22 menjadi MC-22 yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan.
Pada Laporan Kerja Praktek ini, akan ditunjukkan hasil analisis penghematan energi dan potensi
penghematan energi listrik di Sentral Telepon Otomat (STO) Gombel Semarang milik PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk setelah dilakukan proses retrofitting sebesar 21,44%.
Kata Kunci— Efisiensi Energi, Retrofitting, Refrigerant, R-22, MC-22
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang
sangat vital bagi kehidupan manusia saat ini. Energi listrik
adalah dapat dikonversi menjadi bentuk energi lain secara
mudah dan dapat dikirim ke tempat yang jauh melalui sistem tenaga listrik. Namun, energi listrik sulit untuk disimpan,
sehingga harus langsung digunakan setelah dibangkitkan.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(RUPTL) 2010-2019 oleh PT. PLN Persero, pembangkitan
energi listrik di Indonesia pada tahun 2010 komposisi
produksi energi listrik berdasarkan jenis bahan bakar total di
Indonesia berupa batubara 46,23%, minyak bumi 16,44%, gas
25,48%, dan sumber energi yang dapat diperbarui (air, panas
bumi, surya, angin, gelombang laut) sebesar 11,84%.
Pemerintah melalui UU No. 30 Tahun 2007 mengatur
tentang penggunaan energi secara nasional, termasuk kewajiban bagi setiap pengguna energi (termasuk industri)
untuk melakukan program konservasi energi. Koservasi energi
adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna
melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta
meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. sebagai pemimpin
dalam industri telekomunikasi di Indonesia juga berkewajiban
untuk melakukan upaya konservasi energi. Salah satu upaya
dari PT. Telkom Indonesia, Tbk. untuk mengurangi
penggunaan energi listriknya melalui program retrofitting.
Program retrofitting merupakan program penggantian
refrigerant Pengkondisi Udara (AC) dari refrigerant sintetik
R-22 menjadi refrigerant alami (dalam hal ini digunakan MC-
22) sehingga didapatkan pemakaian energi listrik yang lebih
sedikit dengan kualitas pendinginan yang sama.
1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah : a. Mempelajari prinsip kerja, perangkat, dan fungsi dari
sistem catu daya dan distribusi energi listrik PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
b. Memahami mekanisme kerja refrigerant dalam alat
Pengkondisi Udara (Air Conditioner / AC)
c. Mengetahui metode retrofitting yang dilakukan PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sebagai salah satu cara
menghemat pemakaian energi listrik.
d. Dapat menganalisa penghematan yang didapatkan dari
dilaksanakannya program retrofitting pada PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk..
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini adalah :
1. Laoran ini membahas perangkat sistem tenaga PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. secara umum.
2. Laporan ini membahas sistem refrigerasi/pendinginan
secara umum.
3. Tidak membahas kerja refrigerant dari sifat kimianya
4. Laporan ini akan membahas penghitungan energi yang
dapat dihemat dari program retrofitting hanya di STO
Gombel Kota Semarang.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konfigurasi Sistem Ketenagalistrikan
Secara umum, konfigurasi system ketenagalistrikan pada
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sebagai berikut:
Gambar 2.1 Konfigurasi sistem tenaga listrik
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. secara umum
Keterangan gambar:
1. Trafo PLN dan Panel TM
2. DEG (dilengkapi baterai starter dan AMF)
3. Sistem alih sumber catuan ( ATS)
4. MDP (Main Distribution Panel)
5. SDP (Sub Distribution Panel)
6. Rectifier
7. Baterai
8. Inverter 9. UPS (Uninterruptible Power Supply)
10. PQE (AVR, Capacitor Bank)
11. Grounding system
12. Sistem kabel power
13. DCPDB / batere panel
14. Perangkat AC
2.2 Sistem Refrigerasi
Sistem pengkondisian udara (AC) merupakan salah satu
aplikasi penting teknologi refrigerasi. Pengkondisian udara
adalah usaha untuk mengatur temperatur dan kelembaban udara agar menghasilkan kenyamanan termal (thermal
comfort) bagi manusia. Kondisi atau lingkungan yang nyaman
dapat meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya
dengan cara mensirkulasikan udara dengan jumlah yang
cukup. Kecepatan alir yang sesuai serta suhu dan kelembaban
yang sesuai untuk menciptakan rasa nyaman.
Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk., system
pengkondisian ruangan digunakan untuk menjaga suhu
ruangan sentral, server, dan rectifier tetap stabil di bawah
23oC, karena pada ruangan-ruangan tersebut terdapat
komponen-komponen digital yang harus bekerja dalam
ruangan yang dikondisikan dingin agar alat-alat tersebut dapat
bekerja secara optimal.
2.3 Komponen-komponen Pengkondisi Ruangan
Komponen AC dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu
komponen utama, komponen pendukung, kelistrikan dan bahan pendingin (refrigerant).
2.3.1 Komponen Utama
1. Kompresor AC
Kompresor AC berfungsi sebagai pusat sirkulasi
(memompa dan mengedarkan) bahan pendingin atau
refrigerant ke seluruh bagian AC
2. Kondensor
Kondensor berfungsi sebagai alat penukar kalor,
menurunkan temperatur refrigerant dan mengubah
wujud refrigerant dari bentuk gas menjadi cair.
3. Pipa Kapiler Pipa kapiler merupakan komponen utama berfungsi
menurunkan tekanan refrigerant dan mengatur aliran
refrigerant menuju evaporator.
4. Evaporator
Evaporator berfungsi menyerap dan mengalirkan panas
dari udara ke refrigerant. Akibatnya, wujud cair
refrigerant setelah melewati pipa kapiler akan berubah
wujud menjadi gas.
2.3.2 Komponen Pendukung AC
1. Strainer atau saringan 2. Accumulator
3. Minyak Pelumas Kompresor
4. Kipas (Fan atau Blower)
2.3.3 Komponen Kelistrikan AC
1. Thermistor
2. PCB Kontrol
3. Kapasitor
4. Overload Motor Protector
5. Motor Listrik
6. Motor Kompresor
2.3.4 Bahan Pendingin atau Refrigerant
Bahan pendingin atau refrigerant merupakan jenis zat
yang mudah diubah wujudnya dari gas menjadi cair ataupun
sebaliknya. Refrigerant bersikulasi secara terus menerus
melewati komponen utama AC. Selama tidak ada kebocoran
sistem, jumlah refrigerant yang bersirkulasi tidak akan pernah
berkurang.
Biasanya bahan pendingin yang digunakan pada sistem
pendingin AC adalah R-22 atau lebih dikenal freon. Namun,
karena R-22 mempunyai efek negatif terhadap lingkungan,
maka penggunaan refrigerant hidrokarbon dapat menjadi
3
salah satu solusi yang tepat sebagai pengganti R-22 salah
satunya yaitu Musicool-22 atau lebih dikenal MC-22.
Gambar 2.2 Refrigerant R-22
2.4 Cara Kerja AC
Sebuah unit AC bekerja menyerap panas dari udara di
dalam ruangan kemudian di luar ruangan. Dengan demikian, temperatur udara di dalam ruangan akan berangsur-angsur
turun. Dengan kata lain, AC hanya sebagai sebuah perabotan
elektronik yang mengatur sirkulasi udara di dalam ruangan.
Udara yang terisap disirkulasikan secara terus menerus oleh
blower (indoor) melewati sirip evaporator. Saat melewati
evaporator, udara yang bertemperatur lebih tinggi dari
evaporator diserap panasnya oleh bahan pendingin, kemudian
dilepaskan di luar ruangan ketika aliran refrigerant melewati
kondensor.
Dari skema kerja refrigerant, kita coba membaginya ke
dalam empat tahapan proses kerja sebagai berikut:
1. Proses kompresi dimulai ketika refrigerant meninggalkan evaporator (proses 1-2). Masuknya refrigerant ke dalam
kompresor melalui pipa masukan kompresor (intake).
Ditinjau dari wujud, suhu dan tekanan, ketika akan masuk
ke dalam kompresor, refrigerant berwujud gas atau uap,
bertemperatur rendah dan bertekanan rendah. Selanjutnya,
melalui kompresor, refrigerant dikondisikan tetap
berwujud gas, tetapi memiliki tekanan dan suhu tinggi.
2. Proses kondensasi dimulai ketika refrigerant meninggalkan kompresor (proses 2-3). Refrigerant
berwujud gas yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
dialirkan menuju kondensor. Di dalam kondensor, wujud
gas refrigerant berubah menjadi wujud cair. Panas yang
dihasilkan refrigerant dipindahkan ke udara di luar pipa
kondensor. 3. Proses penurunan tekanan refrigerant dimulai ketika
refrigerant meninggalkan kondensor (proses 3-4). Di
dalam pipa kapiler terjadi proses penurunan tekanan
refrigerant sehingga refrigerant yang keluar memiliki
tekanan yang rendah. Selanjutnya, refrigerant cair yang
memiliki suhu dan tekanan rendah dialirkan menuju ke
evaporator.
4. Proses evaporasi dimulai ketika refrigerant/ bahan
pendingin akan masuk ke dalam evaporator. Dalam
keadaan ini, refrigerant berwujud cair, bertemperatur rendah dan bertekanan rendah. Kondisi refrigerant
semacam ini dimanfaatkan untuk mendinginkan udara luar
yang melewati permukaan evaporator. Proses yang terjadi
dibalik proses pendinginan udara ruangan adalah proses
penangkapan panas (kalor) udara ruangan yang
mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan dengan
refrigerant yang mengalir di dalam evaporator.
Gambar 2.3 Skema kerja sirkulasi refrigerant dalam sistem
pendingin AC
2.5 Karakteristik Koefisien Prestasi (Coefficient Of
Performance)
Koefisien Prestasi (Coefficient Of Performance=COP)
didefinisi sebagai perbandingan laju kalor yang dikeluarkan
dengan laju energi yang harus dimasukkan ke system.
W
QcCOP .......................[2.1]
dimana : COP = koefisien prestasi
Qc = panas yang dibuang oleh sistem (joule)
W = energi yang dikonsumsi oleh sistem (joule)
Perlu dicatat bahwa harga dari COP dapat berharga lebih
dari satu, karena jumlah panas yang diserap dari ruang
refrigerasi dapat lebih besar dari jumlah input kerja. Salah satu
alasan penggunaan istilah Coefficient Of Performance lebih
disukai untuk menghindari kerancuan dengan istilah efisiensi,
karena COP dari mesin pendingin lebih besar dari satu.
2.6 Refrigeran Musicool (MC-22)
Musicool merupakan refrigeran hidrokarbon. Beberapa
karakteristik Musicool yaitu cairan tidak berwarna, mudah
menguap, berbau agak amis, tidak larut dalam air, termasuk
bahan berbahaya karena uap lebih berat dari udara dengan
komposisi 99,7% Propana, 0,15% Butana dan 0,15%
Isobutana. Karena 99,7% komposisi dari Musicool adalah
propana, maka Musicool dapat juga disebut sebagai Propane.
4
Gambar 2.4 Refrigerant MC-22
Beberapa kelebihan Musicool dibandingkan refrigerant
sintetik antara lain:
a) Bahan ini tidak merusak logam dan ramah lingkungan.
b) Tidak merusak lapisan ozon seperti CFC yang terurai saat
proses pendinginan.
c) Mudah diperoleh di Pertamina Unit Pengolahan III dan
terhitung murah jika dibandingkan dengan CFC d) Dapat menghemat energi hingga 20%
III. PEMBAHASAN
3.1 Langkah-langkah Penghematan Energi Pada Sistem
AC
Banyak cara yang ditempuh untuk mengurangi
penggunaan energi pada sistem AC mulai dari saat pembelian
(pemilihan sistem AC) hingga pengoperasian dan
pemeliharaan. Pada waktu pemilihan atau perancangan sistem
AC misalnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
penggunaan energi nantinya efisien, tanpa mengurangi kenyamanan ruangan yang diperlukan. Ada 2 hal pokok yang
perlu dipertimbangkan pada saat perencanaan/pembelian suatu
mesin pendingin (AC) agar efisiensi energi tidak dikorbankan,
yaitu ukuran atau kapasitas pendinginan harus sesuai
kebutuhan dan performansi mesin AC. Pada kerja praktek
yang dilakukan penulis, langkah penghematan yang dikaji
adalah mengganti refrigerant agar didapatkan nilai COP dari
AC yang lebih baik, dalam hal ini mengganti penggunaan R-
22 dengan MC-22 agar tercapai tujuan tersebut.
3.2 Data Pengukuran Kelistrikan
Pada kerja praktek yang dilakukan oleh penulis, program penghematan yang dilakukan adalah dengan mengganti
refrigerant R-22 menjadi MC-22. Program ini termasuk
program berbiaya rendah (low cost) dan diharapkan
mendapatkan uang hasil investasi selama satu bulan.
Data pengukuran sebelum dilakukan program retrofitting
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Data pengukuran sebelum retrofitting
Lokasi V (volt) I (Ampere) Cos
φ R S T R S T
AC 1
Kompresor 1 218 221 219 5,1 5,4 6,0 0,85
AC 1
Kompresor 2 218 221 219 5,3 5,4 6,0 0,85
AC 2
Kompresor 1 217 219 218 6,5 6,3 7,2 0,85
AC 2
Kompresor 2 217 219 218 6,3 6,2 7,0 0,85
Sedangkan data pemgukuran setelah dilakukan proses
retrofitting ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Data pengukuran setelah retrofitting
Lokasi V (volt) I (Ampere) Cos
φ R-N S-N T-N R S T
AC 1
Kompresor 1 218 221 219 4,6 4,4 4,9 0,85
AC 1 Kompresor 2
218 221 219 4,1 4,8 5,1 0,85
AC 2
Kompresor 1 217 219 218 4,9 4,8 5,1 0,85
AC 2
Kompresor 2 217 219 218 4,8 4,6 5,0 0,85
3.3 Perhitungan Pemakaian Energi Listrik
Sebelum dilakukan recovery R-22 dengan MC-22 secara
menyeluruh, perlu dilakukan penghitungan pemakaian dan
biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan setiap bulan sebagai
berikut:
a. Kondisi Awal AC:
Merk Hiross tipe M34UA001080000/P2 sebanyak 2
unit Unit 1:
Total Kapasitas : 10 PK
Jumlah Compresor : 2 Unit
Tegangan (RN, SN, TN) : 218V, 221V, 219V
Arus Kompresor 1 (R, S, T): 5,1A; 5,4A; 6,0A
Arus Kompresor 2 (R, S, T): 5,3A; 5,4A; 6,0A
Unit 2:
Total Kapasitas : 10 PK
Jumlah Compresor : 2 Unit
Tegangan (RN, SN, TN) : 217V, 219V, 218V
Arus Kompresor 1 (R, S, T): 6,5A; 6,3A; 7,2A
Arus Kompresor 2 (R, S, T): 6,3A; 6,2A; 7,0A
b. Asumsi
Mesin beroperasi dalam 24 jam/hari, 30hari/bulan
TDL Industri : Rp. 1.380/kWh
c. Analisa perhitungan menggunakan refrigerant R-22
didapatkan:
5
Pemakaian energi listrik AC 1 Kompresor 1:
E = (VR*IR*cosφ) + (VS*IS*cosφ) + (VT*IT*cosφ) *
jam * hari
E = (218*5,1*0,85)+(221*5,4*0,85)+(219*6,0*0,85)
x 24 x 30
E =2.214,95 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan:
Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh
= 2.214,95 kWh x Rp. 1.380,- /kWh = Rp. 3.056.632,-
Pemakaian energi listrik AC 1 Kompresor 2:
E = (VR*IR*cosφ) + (VS*IS*cosφ) + (VT*IT*cosφ) *
jam * hari
E = (218*5,3*0,85)+(221*5,4*0,85)+(219*6,0*0,85)
x 24 x 30
E =2.241,63 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan:
Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh
= 2.241,63 kWh x Rp. 1.380,- /kWh = Rp. 3.093.454,-
Pemakaian energi listrik AC 2 Kompresor 1:
E = (VR*IR*cosφ) + (VS*IS*cosφ) + (VT*IT*cosφ) *
jam * hari
E = (217*6,5*0,85)+(219*6,3*0,85)+(218*7,2*0,85)
x 24 x 30
E = 2.668,20 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan:
Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh = 2.668,20 kWh x Rp. 1.380,- /kWh
= Rp. 3.682.113,-
Pemakaian energi listrik AC 2 Kompresor 2:
E = (VR*IR*cosφ) + (VS*IS*cosφ) + (VT*IT*cosφ) *
jam * hari
E = (217*6,3*0,85)+(219*6,2*0,85)+(218*7,0*0,85)
x 24 x 30
E = 2.601,55 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan: Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh
= 2.601,55 kWh x Rp. 1.380,- /kWh
= Rp. 3.590.140,-
Setelah dilakukan penggantian refrigerant pengkondisi
ruangan dari R-22 menjadi MC-22 didapatkan pemakaian
energy listrik beserta biaya pemakaiannya sebagai berikut:
Pemakaian energi listrik AC 1 Kompresor 1:
E = (VR*IR*cosφ) + (VS*IS*cosφ) + (VT*IT*cosφ) *
jam * hari
E = (218*4,6*0,85)+(221*4,4*0,85)+(219*4,9*0,85)
x 24 x 30 E = 1.865,56 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan:
Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh
= 1.865,56 kWh x Rp. 1.380,- /kWh
= Rp. 2.574.472,-
Pemakaian energi listrik AC 1 Kompresor 2:
E = (VR*IR*cosφ) + (VS*IS*cosφ) + (VT*IT*cosφ) *
jam * hari
E = (218*4,1*0,85)+(221*4,8*0,85)+(219*5,1*0,85) x 24 x 30
E = 1.879,76 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan:
Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh
= 1.879,76 kWh x Rp. 1.380,- /kWh
= Rp. 2.594.066,-
Pemakaian energi listrik AC 2 Kompresor 1:
E = (VR*IR*cosφ) + (VS*IS*cosφ) + (VT*IT*cosφ) *
jam * hari
E = (217*4,9*0,85)+(219*4,8*0,85)+(218*5,1*0,85) x 24 x 30
E = 1.974,50 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan:
Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh
= 1.974,50 kWh x Rp. 1.380,- /kWh
= Rp. 2.724.804,-
Pemakaian energi listrik AC 2 Kompresor 2:
E = (VR*IR*cosφ)+ (VS*IS*cosφ)+ (VT*IT*cosφ) *
jam * hari E = (217*4,8*0,85)+(219*4,6*0,85)+(218*5,0*0,85)
x 24 x 30
E = 1.921,07 KWh/bulan
Biaya Listrik / bulan:
Biaya = Energi Listrik x TDL/kWh
= 1.921,07 kWh x Rp. 1.380,- /kWh
= Rp. 2.651.074,-
3.4 Perhitungan Penghematan Energi
Dari kedua perhitungan pemakaian listrik di atas,
didapatkan analisa penghematan energi listrik sebagai berikut:
Energi Listrik :
E = ∑(E menggunakan R-22) – ∑(E menggunakan
MC-22)
E = 9.726,33 kWh – 7.640,88 kWh
E = 2.085,45 kWh
Biaya Listrik/Bulan :
Biaya = ∑(biaya menggunakan R-22) – ∑(biaya
menggunakan MC-22)
= Rp. 13.422.339,- – Rp. 10.544.416,-
= Rp. 2.877.923,-
6
Untuk mendapatkan berapa lama cash back (kembalinya
uang yang diinvestasikan berdasarkan penghematan tersebut),
dapat dicari dengan perhitungan berikut:
Biaya Investasi = jumlah AC x Biaya/AC
= 2 AC x Rp. 1.000.000,-/AC
= Rp.2.000.000,-
Cash Back = Biaya Investasi / Penghematan tiap bulan
= Rp. 2.000.000,- / Rp. 2.877.923,- = 1 Bulan
Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa nilai penghematan
dari program retrofitting yang dilakukan pada STO Gombel
Semarang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Penghematan listrik setelah program retrofitting
Parameter Besar
penghematan
Persentase
penghematan
Konsumsi listrik 2.085,45 kWh 21,44%
Biaya listrik Rp. 2.877.923,- 21,44%
Dari tabel di atas, tampak bahwa besar penghematan yang
didapatkan sesuai dengan teori yang menyatakan
penghematan dengan retrofitting sebesar 20%.
3.5 Analisa Karakteristik Koefisien Prestasi (Coefficient Of
Performance)
Dari program retrofitting yang telah dilakukan, dapat
dilihat nilai COP dari masing-masing AC dengan refrigerant
yang berbeda sebagai berikut:
Sebelum dilakukan retrofitting:
Untuk AC 1:
COP = qe/W
= 34000/(3.076,32+3.113,38)
= 5,49
Untuk AC 2:
COP = qe/W
= 34000/(3.705,83+3.613,27)
= 4,65
Setelah dilakukan retrofitting:
Untuk AC 1:
COP = qe/W
= 34000/(2.591,06+2.610,78)
= 6,54
Untuk AC 2:
COP = qe/W
= 34000/(2.742,36+2.668,15)
= 6,28
Dari perhitungan di atas, tampak bahwa setelah refrigerant
diganti dengan MC-22, nilai COP dari AC menjadi lebih
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai koefisien prestasi AC
menggunakan MC-22 lebih baik.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Efisiensi AC berbahan pendingin MC-22 lebih unggul
dibandingkan AC berbahan pendingin R-22. Adanya
perbaikan efisiensi ini disebabkan bahan pendingin MC-
22 mengenai efisiensi termodinamika yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan pendingin R-22.
2. Besar penghematan yang didapatkan dari penggantian
refrigerant dari R-22 menjadi MC-22 sebesar 21,44% dan
hal ini sesuai dengan teori 3. Pengkondisi ruangan (Air conditioner/AC) di dalam
system ketenagalistrikan PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk. bukan merupakan peralatan utama, tetapi merupakan
peralatan vital yang mendukung kerja peralatan utama
agar tetap optimal dan merupakan salah satu komponen
yang mengkonsumsi energi listrik dalam jumlah besar
4. Nilai COP dari AC setelah dilakukan retrofitting
menunjukkan nilai yang lebih besar yaitu sebesar 6,54
untuk unit 1 dan 6,28 untuk unit 2 dari sebelumnya
sebesar 5,49 dan 4,65
5. Cash back setelah investasi didapatkan setelah sau bulan, sehingga retrofitting merupakan metode penghematan
berbiaya rendah
6. MC-22 memiliki kelemahan diantaranya dalah mudah
terbakar, sehingga harus dijauhkan dari api saat proses
retrofitting-nya
4.2 Saran
1. Perlunya pengkajian lebih lanjut dari karakteristik MC-22
saat digunakan dalam waktu lama.
2. Perlu mengkaji lebih lanjut tentang efisiensi energi dari
program retrofitting di STO-STO lain di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Agara didapatkan nilai
penghematan yang lebih banyak.
3. MC-22 merupakan refrigerant hidrokarbon yang mudah
terbakar, sehingga perlu sosialisasi penangannya agar
dapat digunakan oleh kalangan luas
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aneka Firdaus, Analisa Pengaruh Penggunaan Refrigeran
Hidrokarbon Musicool-22 Pengganti Freon-22 Terhadap Kinerja
Alat Air Conditioning, Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin
(SNTTM) ke-9 Palembang, 13-15 Oktober 2010
[2] Handoko, J., Merawat & Memperbaiki AC, Kawan Pustaka.,
Jakarta, 2007
[3] Sapta Pribadi, dkk., Analisa Pemanfaatan Musicool dan Petunjuk
Teknis Penggunaan Musicool, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
[4] Stoecker, W.F., Jones, J.W., and Hara, S., Refrigerasi Dan
Pengkondisian Udara, Erlangga., 1989
[5] Suharto Joni Santoso, Analisa Perbandingan Konsumsi Listrik
Pada AC Split Berbahan Pendingin R-22 Dengan AC Split
Berbahan Pendingin MC-22, Tugas Akhir Universitas Diponegoro,
2008
[6] SNI 03-6390-2000, Konservasi energi sistem tata udara pada
bangunan gedung
[7] ---, Liebert-Hiross - High Performance Air Conditioning Service
Manual, 2004
7
[8] ---, Teknik Penghematan Energi pada Rumah Tangga dan
Bangunan Gedung, Bagian Proyek Pelaksanaan Efisiensi Energi
Depdiknas., 2004
[9] ---, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN Persero
Tahun 2010-2019
[10] ---, Undang-undang nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
BIODATA PENULIS
Pradana Putradewa Jayawardana
(L2F008075)
Dilahirkan di Semarang 7 Februari
1990. Menempuh pendidikan di SD
Negeri Siliwangi 03 Semarang, SMP Negeri 1 Semarang, SMA Negeri 3
Semarang dan sekarang sedang
menempuh pendidikan sarjana di
Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Konsentrasi Teknik Tenaga
Listrik.
Semarang, 9 Desember 2011
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Karnoto, ST. MT.
NIP. 196907091997021001