makalah psikoper my kelompok
TRANSCRIPT
MAKALAH
“Perkembangan Emosional, Motivasi, dan Jenis-jenis kebutuhan Anak”
Makalah ini disajikan sebagai salah satu tugas Mata Kuliah PSIKOLOGI
Oleh :
1) Danang Febtiansyah (1401415369)
2) Yunita Ayuningtyas (1401415372)
3) Hanik nurani (1401415398)
4) Sugiyono (1401415283)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat ALLAH SWT dengan
Berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah tentang “Perkembangan Emosional,
Motivasi, dan Jenis-jenis kebutuhan Anak” dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
dalam Mata Kuliah Psikologi Perkembangan. Makalah ini menjelaskan lebih
mendalam mengenai perkembangan emosi anak pada usia sekolah
dasar,perkembangan motivasi anak pada usia sekolah dasar , dan Jenis-jenis
kebutuhan Anak dan dengan bahasa yang lebih mudah untuk di cerna dan di
pahami.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan keterangan, data-data, waktu, tenaga dan pemikiran
demi terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat penulis harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang anak dalam perkembangannya memiliki banyak keunikan yang
terkadang mengejutkan. Keunikan dalam perkembangan tersebut sulit dimengerti
oleh orang dewasa khususnya orang tua,Sehingga banyak kejadian orang tua
bersikap kasar kepada anaknya ketika anak memunculkan beberapa sifat khasnya.
Hal yang sama tidak jarang hal itu terjadi pada dewan pendidik di sekolah.
Perkembangan anak terdiri dari beberapa aspek. Salah satu aspek
perkembangan yang sering sekali menjadi masalah adalah perkembangan emosi
anak. Hal yang sangat sering di permasalahkan orang tua pada umumnya adalah
anak bergitu nakal. Mungkin saja hal itu bersifat normal tetapi ada kemungkinan
merupakan gangguan yang terjadi dari perkembangan emosi.
Motivasi tidak dapat diamati secara langsung akan tetapi dapat
diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau
faktor-faktor yang lainnya.
\Pertama-tama peru dijelaskan istilah “kebutuhan”, “Dorongan” dan “motif”
Definisi dorongan atau motif adalah suatu keadaan alasan pada diri seseorang
untuk memicu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Kebutuhan lebih sering
digunakan untuk mengacu pada keadaan fisiologis seseorang. Sehingga dorongan
atau motif lebih merupakan akibat psikologis dari suatu kebutuhan.
(Sumadi, 1970 ; Lefton, 1982).
Sedangkan Thompson (1987) mendefinisikan need atau kebutuhan sebagai
istilah yang sering di gunakan untukmenunjuk suatu drive atau dorongan.
Contohnya: manusia membutuhkan tidur.hingga dapat di simpulkan bahwa kata
need atau kebutuhan bersifat fisik dan mendasar Pada dasarnya kebutuhan
dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tentang isi makalah, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud emosi?
2. Bagaimanakah perkembangan emosi pada anak usia sekolah dasar?
3. Apakah yang dimaksud motivasi?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi Motivasi?
5. Apakah yang dimaksud kebutuhan?
6. Apa sajakah kebutuhan anak usia sekolah dasar?
C. Tujuan
Penyusunan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memahami Pengertian Emosi
2. Memahami perkembangan emosi pada anak usia sekolah dasar
3. Memahami pengertian Motivasi
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi Motivasi
5. Mengetahui Pengertian kebutuhan
6 Mengetahui apa saja kebutuhan anak usia sekolah dasar
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EMOSI
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan
dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi
sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi,
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena
emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga
dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995).
Dalam kehidupan sehari-hari, emosi sering diistilahkan juga dengan
perasaan. Misalnya, seorang siswa hari ini ia merasa senang karena dapat
mengerjakan semua pekerjaan rumah (PR) dengan baik. Siswa lain mengatakan
bahwa ia takut menghadapi ujian. Senang dan takut berkenaan dengan perasaan,
kendati dengan makna yang berbeda. Senang termasuk perasaan, sedangkan takut
termasuk emosi.
Perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup
karena tidak banyak melibatkan aspek fisik, sedangkan emosi menggambarkan
suasana batin yang dinamis dan terbuka karena melibatkan ekspresi fisik.
Perasaan (feeling) seperti halnya emosi merupakan suasana batin atau suasana hati
yang membentuk suatu kontinum atau garis yang merentang dari perasaan sangat
senang/sangat suka sampai tidak senang/tidak suka. Perasaan timbul karena
adanya rangsangan dari luar, bersifat subjektif dan temporer. Misalnya, sesuatu
yang dirasakan indah oleh seseorang pada waktu melihat suatu lukisan, mungkin
tidak indah baginya beberapa tahun yang lalu, dan tidak indah bagi orang lain.
Ada juga perasaan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan dan membentuk
adat-istiadat. Misalnya, orang Padang senang makan pedas, orang Sunda senang
makan sayur/lalap sambal.
Simpati dan empati merupakan bentuk perasaan yang cukup penting dalam
kehidupan bersosialisai dengan orang lain. Simpati adalah suatu kecenderungan
untuk senang atau tertarik kepada orang lain. Empati adalah suatu kondisi
perasaan jika seseorang berada dalam situasi orang lain. Biasanya kita rasakan
saat melihat film atau sinetron dramatis.
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai
intensitas relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Seperti
halnya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum atau garis yang bergerak
dari emosi positif sampai negatif.
Minimal ada empat ciri emosi, yaitu :
1. Pengalaman emosional bersifat pribadi/subjektif, ada perbedaan pengalaman
antara individu yang satu dengan lainnya;
2. Ada perubahan secara fisik (kalau marah jantung berdetak lebih cepat);
3. Diekspresikan dalam perilaku seperti takut, marah, sedih, dan bahagia;
4. Sebagai motif, yaitu tenaga yang mendorong seseorang melakukan kegiatan,
misalnya orang yang sedang marah mempunyai tenaga dan dorongan untuk
memukul atau merusak barang. (Kurnia, 2008 : 2.23).
Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling
state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau munculnya sebelum
dan sesudah terjadinya perilaku. (Syamsudin, 2005:114). Sedangkan menurut
Crow & crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an
affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental
physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt
behavior.” Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah
laku yang tampak.
Menurut James & Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan
jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu
karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh
pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya
apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang
menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi
pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
B. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
Tahun-tahun awal kehidupan seorang anak ditandai dengan peristiwa-
peristiwa yang bersifat fisik, misalnya kehausan dan kelaparan serta peristiwa-
peristiwa yang bersifat interpersonal, seperti ditinggalkan di rumah dengan
pengasuh atau babysitter, yang dapat menyebabkan timbulnya emosi negatif.
Kemampuan dalam mengelola emosi negatif ini sangat penting bagi pencapaian
tugas-tugas perkembangan dan berkaitan dengan kemampuan kognitif dan
kompetensi sosial (Garner dan Landry, 1994; Lewis, Alessandri dan Sullivan,
1994 dalam Pamela W., 1995:417). Perilaku awal emosi dapat digunakan untuk
memprediksi perkembangan kemampuan afektif (Cicchetti, Ganiban dan Barnet,
1991 dalam Pamela W., 1995:417). Keluarga dengan orang tua yang memiliki
emosi positif cenderung memiliki anak dengan perkembangan emosi yang juga
positif, demikian pula sebaliknya (Pamela W., 1995:422).
Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak,
baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya,
karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Woolfson, 2005:8
menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu :
1. Dicintai,
2. Dihargai,
3. Merasa aman,
4. Merasa kompeten,
5. Mengoptimalkan kompetensi
Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan
kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.
Hurlock, 1978:211 menyebutkan bahwa emosi mempengaruhi penyesuaian
pribadi sosial dan anak. Pengaruh tersebut antara lain tampak dari peranan emosi
sebagai berikut.
1. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Salah satu
bentuk emosi adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan
ataupun kecemasan. Luapan ini menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam
menjalani kehidupan sehari-hari dan memberikan pengalaman tersendiri
bagi anak yang cukup bervariasi untuk memperluas wawasannya.
2. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi dapat
mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh, terutama emosi yang muncul
sangat kuat, sebagai contoh kemarahan yang cukup besar. Hal ini
memunculkan aktivitas persiapan bagi tubuh untuk bertindak, yaitu hal-hal
yang akan dilakukan ketika timbul amarah. Apabila persiapan ini ternyata
tidak berguna, akan dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, tidak
nyaman, atau amarah yang justru terpendam dalam diri anak.
3. Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik. Emosi yang
memuncak mengganggu kemampuan motorik anak. Anak yang terlalu
tegang akan memiliki gerakan yang kurang terarah, dan apabila ini
berlangsung lama dapat mengganggu keterampilan motorik anak.
4. Emosi merupakan bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa
tubuh, suara, dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat
digunakan untuk menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal).
5. Emosi mengganggu aktivitas mental. Kegiatan mental, seperti berpikir,
berkonsentrasi, belajar, sangat dipengaruhi oleh kestabilan emosi. Oleh
karena itu, pada anak-anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan
emosi dapat mengganggu aktivitas mentalnya.
6. Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Pengelolaan emosi oleh
anak sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa terhadap anak, dan ini
menjadi dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri.
7. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Peran-peran anak
dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat
dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri,
rasa aman, atau rasa takut.
8. Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Kematangan emosi anak
mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan teman sebaya dan
lingkungannya. Di lain pihak, emosi juga mengajarkan kepada anak cara
berperilaku sehingga sesuai dengan ukuran dan tuntutan lingkungan sosial.
9. Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah. Perubahan emosi
anak biasanya ditampilkan pada ekspresi wajahnya, misalnya tersenyum,
murung atau cemberut. Ekspresi wajah ini akan mempengaruhi penerimaan
sosial terhadap anak.
10. Emosi mempengaruhi suasana psikologis. Emosi mempengaruhi perilaku anak
yang ditunjukkan kepada lingkungan (covert behavior). Perilaku ini
mendorong lingkungan untuk memberikan umpan balik. Apabila anak
menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, dia akan menerima
respon yang kurang menyenangkan pula, sehingga anak akan merasa tidak
dicintai atau diabaikan.
11. Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi
kebiasaan. Setiap ekspresi emosi yang diulang-ulang akan menjadi
kebiasaan, dan pada suatu titik tertentu akan sangat sulit diubah. Dengan
demikian, anak perlu dibiasakan dengan mengulang-ulang perilaku yang
bersifat positif, sehingga akan menjadi kebiasaan yang positif pula.
Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh.
Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali
dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita dapat
memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh yang
dapat diamati antara lain : ekspresi wajah, napas, ruang gerak, dan pergerakan
tangan dan lengan.
Pada usia sekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi
(Saarni, Mumme, dan Campos, 1998 dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 tahun
anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan,
kebanggaan, kesedihan dan kehilangan (De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak
masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain (Friend and
Davis, 1993). Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi,
yang mencakup :
1. Kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional.
2. Menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang
kuat dan untuk dibimbing oleh pengalaman emosional.
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
a. Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku.
Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu
menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk
menyembunyikan informasiinformasi secara.
b. Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan
konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak
semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.
c. Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi
sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada
orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan
sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut
sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi &
Yuliani, 2006).
d. Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang
norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak
awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-
aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku
tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud adalah :
a. Merupakan bentuk komunikasi.
b. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri
anak dengan lingkungan sosialnya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi
satu kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas
motorik dan mental anak (Resa, 2010).
C. Pengertian Motivasi
Woolfolk (1993) motivasi sebagai keadaan internal yang menaikkan,
mengarahkan, dan memelihara perilaku. Dengan kata lain bahwa motivasi
merupakan salah satu penyebab yang sangat penting akan munculnya perilaku
seseorang.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif atau motif - motif
menjadi tindakan atau perilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau
untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar merupakan suatu peranan yang sangat
penting dalam dunia pendidikan untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi belajar
yang tinggi tercemin dari kekuatan, ketekunan, keuletan dan tidak mudah patah
untuk mencapi kesuksesan meskipun dihadang oleh badai kesulitan yang selalu
menghantu-hantuinya.
Motivasi dibagi menjadi dua, yaitu : motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah dorongan internal untuk menjadi kompeten dan mampu
melakukan apapun untuk kepentingan dirinya, misalnya jika anda bekerja dan
belajar dengan keras, karna standar keunggulan pribadi adalah sangat penting dan
berharga bagi diri anda sendiri. Faktor motivasi intrinsik meliputi :
a) Minat
Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dimana
minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih
mudah dan cepat. Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang
mengarahkan seseorang melakukan kegitan tertentu yang spesifik.
b) Cita-cita
Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral,
kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan serta oleh perkembangan
kepribadian. Cita-cita untuk menjadi sesorang (gambaran ideal) akan
memperkuat semangat belajar. Seseorang dengan kemauan besar serta
didukung oleh cita-cita yang sesuai maka akan menimbulkan semangat
dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa yang diinginkan.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu, baik berupa
hadiah maupun hukuman, misalnya jika anda bekerja dan belajar keras, karena
anda menginginkan akan mendapatkan pekerjaan yang bergaji tinggi bila anda
dapat menyelesaikan studi anda. Faktor motivasi ekstrinsik meliputi :
a) Kecemasan terhadap hukuman
Motivasi ekstrinsik berkenaan dengan insentif eksternal seperti
penghargaan dan hukuman. Motivasi belajar dapat muncul jika ada
kecemasan atau hukuman yang menyertai atau melandasi pembelajaran.
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan pripsip bahwa perilaku
yang memperoleh penguatan (reinforcement) dimasa lalu lebih memiliki
kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang terkena
hukuman (punishment). Motivasi dengan kekerasan (motivating by force)
yaitu memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan
agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b) Penghargaan dan pujian
Baik orang tua maupun pengajar memiliki cara yang berbeda beda
untuk menumbuhkan motivasi belajar anak. Selain dengan hukuman juga
dapat dilakukan dengan penghargaan atau pujian. Motivasi bisa muncul
jika terdapat penghargaan atau pujian yang layak yang menyertai atau
melandasi pembelajaran. Penghargaan (reward) menimbulkan efek
diantaranya yaitu:
1) Penghargaan dapat menimbulkan proses belajar, penghargaan secara
spesifik memindahkan atau menagalihkan konsentrasi para siswa dari
bidang yang harus dipelajari karena faktor penghargaan dan secara tepat
ahal ini mengganggu atau merusak proses belajar itu sendiri.
2) Penghargaan mempunyai efek negatif atas keinginan individu untuk
menocoba tugas tugas yang menantang
3) Penghargaan dapat memepertahankan perilaku tertentu hanya dalam
waktu jangka pendek
c) Peran orang tua
Lingkungan kelurga sangat berpengaruh terhdap keberhasilan belajar siswa.
Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan dan perkembangan seseorang adalah
keluarga. Banyak waktu dan kesempatan bagi anak untuk berjumpa dan
berinteraksi dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi ini tersebut sangat besar
pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang.
d) Peran pengajar
Peran pengajar dalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta
didiknya agar makin aktif belajar. Strategi utama dalam membangkitkan
motivasi belajar pada dasrnya terletak pada guru atau pelajar itu sendiri.
Membangkitkan motivasi belajar tidak hanya terletak bagaimana peran
pengajar, namun banyak hal yang mempengaruhinya. Kreatifitas setra
aktifitas pengajar harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswa sehingga
siswa akan lebih terpacu motivasi untuk belajar, berkarya dan berkreasi.
Pengajar bertugas memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian
pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi siswanya. Dalam hal ini
pengajar melakukan hal yang menggiatkan anak dalam belajar. Peran
pengajar untuk mengelola motivasi bewlajar sangat penting dan dapat
dilakukan melelui berbagai aktifitas belajar. Kemampuan mengajar
menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu
dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam
membangkitkan motivasi.
e) Kondisi linkungan
Sebagai anggota masyarakata maka siswa dapat terpenagruh oleg
lingkunagn sekitar. Lingkungan sekitar berupa keadaan alam, tempat
tinggal, pergaulan sebaya dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi
lingkungan yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar. Karakteristik
fisik lingkunagan belajar, keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya
manusia dan materi dapat mempengaruhi tingkat motivasi seseorang dan
lingkungan juga dapat membentuk atau mengurangi kondisi penerimaan
pembelajaran. Lingkungan yang aman, nyaman dan bisa disesuaikan
sendiri dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar. Sebaliknya
lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan dan
tidak adanya privasi dapat mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi
dan menumbuhkan keinginan untuk tidak belajar.
D. Pengertian Kebutuhan
Thompson (1987) mendefinisikan need atau kebutuhan sebagai istilah yang
sering di gunakan untuk menunjuk suatu drive atau dorongan. Contohnya:
manusia membutuhkan tidur.hingga dapat di simpulkan bahwa kata need atau
kebutuhan bersifat fisik dan mendasar, sedangkan drive atau dorongan lebih
merupakan kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi dan berisfat psikologis. Pada
dasarnya kebutuhan dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu kebutuhan
fisiologis dan psikologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur,
atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan
sekunder untuk mengembangkan kepribadian seseorang contohnya: kebutuhan
untuk di kasihi,kebutuhan untuk memiliki sesuatu, dimana kebutuhan psikologis
itu lebih bersifat rumit dan suit diidentifikasi segera.
E. Jenis – jenis Kebutuhan Anak
a. Kebutuhan Jasmaniah Pada Anak Usia SD
Sesuai dengan perkembangan fisik anak usia SD yang bersifat individual,
pada masa tumbuh kembang tersebut, kebutuhan anak akan bervariasi misalnya
seperti porsi makan dan minuman meningkat dan juga membutuhkan makanan
yang bergizi agar perkembangan fisik dan intelektualnya tak terhambat.
Berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pertahaanan diri, anak usia
SD memasuki tahapan moral dan social yang memperhatikan pemuasaan
keinginan dan kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang.
b. Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Pada anak usia SD terutama yang sudah duduk di kelas besar SD, sudah
ingin memiliki teman-teman tetap. Perkembangan tersebut sejalan dengan
kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi teman. Dan tidak hanya terhadap
teman tapi juga terhadap benda. Pada anak-anak yang duduk di kelas tinggi ( 4, 5
atau 6) mulai masuk pada masa bersosialisasi dan meninggalkan keegoisannya,
hingga dapat menerima orang tua dan guru sebagai suatu yang wajar. Hingga
mulai membutuhkan perlakuan yang objektif dari orang memegang otoritas pada
masa ini nakan sensitive dan mudah mengenali sikap pilih kasih dan
ketidakadilan, sehingga guru dan orang tua harus bertindak bijaksana dan
proporsional dalam memutuskan suatu tindakan.
c. Kebutuhan Untuk Memiliki
Pada masa usia di kelas rendah SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan
dirinya sebagai pusat perhatian. Namun, anak-anak kelas rendah di SD masih suka
memuji diri sendiri, dan membandingkan dirinya dengan teman. Sehingga
kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki masih dominan.
Namun demikian pada masa ini, anak masih menggantungkan dirinya
kepada orang yang dirasa mempunyai keunggulan dan kekuatan bila berada di
dalam kelompoknya, atau tergantung pada pemegang otoritas yang di senangi
seperti guru di kelas.
d. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini mulai dominan pada anak-anak usaia tinggi di SD. Dimana
anak mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga anak
berusaha memenuhikebutuhan dengan sikap bersaing atau berusaha mewujudkan
keinginannya. Salah satu kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan aktualisasi diri
adalah kebutuhan berprestasi atau need for achievement. Hingga dapat di
simpulkan kebutuhan kebutuhan yang berbeda dapat saling mengisi terhadap
setiap masing masing anak dan sejalan dengan perbedaan perkembangan mereka.
e. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan meliputi prestis, pengakuan, penerimaan,perhatian,
kedudukan,nama baik serta penghargaan. Penghargaan dari orang lain sanggat di
perlukan dalam kehidupan karena dengan penghargaan itu seseorang akan
menjadi lebih kreatif, mandiri, percayaakan diri sendiri dan juga lebih produktif.
Kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi :
Kekuatan
Pencapaian
Rasa cukup
Kompetisi
Rasa percaya diri
kemerdekaan
Sebagai conoh:
Seorang pemahat di puji oleh pelanggannya maka iya akan lebih semangat
dalam membuatmemproduksi karyanya dalam jumlah maupun model.
Seorang guru yang mengajar, mengabdi bertahun-tahun dan mendapatkan
pengangkatan pegawai negeri oleh pemerintah
III. PENUTUP
SIMPULAN
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Motivasi belajar merupakan suatu peranan yang
sangat penting dalam dunia pendidikan untuk mencapai prestasi belajar.
Pengertian Kebutuhan menurut Thompson (1987) mendefinisikan need
atau kebutuhan sebagai istilah yang sering di gunakan untuk menunjuk suatu drive
atau dorongan. Jadi, hubungan antara emosi,motivasi, dan kebutuhan adalah Jika
kebutuhan anak tercukupi (Kebutuhan fisik, Psikis, dan Kasih sayang ),maka akan
mempengaruhi emosi anak kepada hal-hal yang positif.Pengaruh emosi yang
positif akan memotivasi anak untuk melakukan hal-hal yang positif pula.
DAFTAR PUSTAKA
Semiawan R, Conny. 1998. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta :
Dikti.
http://sainsjournal-fst11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45907-PENDIDIKAN-
Faktorfaktor%20yang%20berpengaruh%20terhadap%20motivasi
%20belajar.html
http://edhay76.blogspot.com/2015/02/jenis-jenis-kebutuhan-anak-usia-
sekolah.html unduh 01-September 2015 jam 15.40