makalah psikologi kesehatan - kdrt

30
MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Disusun oleh : Dewi Permata Sari (NPM. 135190108) Nur Alifah (NPM. 135190126) Kelas : B-2 Jurusan Kesehatan Masyarakat

Upload: nur-alifah

Post on 21-Jan-2016

390 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Disusun oleh :

Dewi Permata Sari (NPM. 135190108)

Nur Alifah (NPM. 135190126)

Kelas : B-2

Jurusan Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Respati Indonesia

2013

Page 2: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena

atas berkat dan rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat

pada waktunya.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya

kepada Bapak Dr. yongky, selaku dosen mata kuliah Psikologi Kesehatan yang

secara tidak langsung telah melatih penulis dalam membuat makalah.

Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah mendukung penulis demi

terselesaikannya makalah ini baik dari segi moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa  masih sangat banyak kekurangan yang terdapat

dalam makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik demi kesempurnaan

makalah ini sangat penulis harapkan.

Jakarta, 8 November 2013

Tim Penulis

Page 3: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan

jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum.

Tindak kekerasan di dalam rumah tangga pada umumnya melibatkan pelaku

dan korban diantara anggota keluarga di dalam rumah tangga, sedangkan

bentuk tindak kekerasan bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal

(ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindak kekerasan didalam rumah

tangga bisa menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat

pendidikan, dan suku bangsa.

Bagi masyarakat Indonesia sendiri, kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) bukanlah fenomena yang baru. Kenyataan ini diperkuat dengan

pernyataan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang mengatakan

bahwa 11,4 % dari 217 juta penduduk Indonesia atau 24 juta terutama di

pedesaan pernah mengalami kekerasan dan terbesar adalah kekerasan dalam

rumah tangga (Soedjendro, 2005). Menurut catatan Mitra Perempuan, hanya

15,2 % perempuan yang mengalami KDRT menempuh jalur hukum, dan

mayoritas (45,2 %) memutuskan pindah rumah dan 10,9 % memilih diam.

Berdasarkan studi kasus persoalan Kekerasan Terhadap Istri (KTI) yang masuk

di Rifka Annisa Women’s Crisis Center pada tahun 1998, dari 125 kasus KTI, 11

% diantaranya mengakhiri perkawinannya dengan perceraian, 13 % mengambil

jalan keluar dengan cara melaporkan suami ke polisi, ke atasan suami, atau

mengajak berkonseling, dan mayoritas korban (76 %) mengambil keputusan

kembali kepada suami dan menjalani perkawinannya yang penuh dengan

kekerasan (Hayati, 2000). Statistik Mitra Perempuan Women’s Crisis Centre

tahun 2009 (hingga 14 Desember) mencatat jumlah layanan pengaduan dan

bantuan diberikan kepada 204 orang perempuan dan anak-anak yang

Page 4: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

mengalami kasus kekerasan terutama KDRT (91,67%) di wilayah Jakarta,

Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor dan sekitarnya.

Meskipun jumlah perempuan yang baru dibantu layanan Hotline &

konseling di 3 tempat layanan Mitra Perempuan (Jakarta, Tangerang & Bogor)

di tahun ini menurun 26,88% dibandingkan tahun sebelumnya (2008: 279 orang,

2007: 283 orang), tetapi jenis kasus dan dampak kekerasan yang dialami oleh

korban cukup serius dan terjadi peningkatan jumlah perempuan yang

menempuh upaya hukum sebagai implementasi Undang-Undang No. 23 tahun

2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

            Data diatas membuktikan bahwa angka korban KDRT di Indonesia

cukup besar, dan hanya sedikit korban yang menempuh jalur hukum.

Sedangkan sebagian  besar korban lebih memilih kembali pada suami dan

melanjutkan hidup dengan kekerasan.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat di telaah melalui

beberapa sudut pandang, bisa melalui telaah pendekatan psikologi,  perspektif

hukum dan kriminologi, dan hak asasi manusia.  Dari masing-masing sudut

pandang akan melengkapi arti daripada kekerasan dalam rumah tangga itu

sendiri, dari dampak yang diakibatkan sampai penaggulangan serta jalur hukum

bagi pelaku tindak kekerasan. Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi di

setiap keluarga dan biasanya menimpa kaum ibu, Hal ini dapat dilihat dari

laporan yang masuk ke kepolisian dari semua kasus semua menimpa kaum ibu.

Sebagaimana diketahui kekerasan dalam rumah tangga hampir terjadi didalam

lapisan kehidupan yang bisa berdampak pada perkembangan perempuan

sebagai korban kekerasan.

1.2 Tujuan

1. Memahami pengertian dan jenis kekerasan dalam rumah tangga.

2. Mengetahui penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

3. Mengetahui kekerasan dalam rumah tangga yang ditinjau dari

psikologi kesehatan.

Page 5: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

4. Mengetahui dampak psikologis pada korban kekerasan dalam rumah

tangga.

5. Mengetahui pencegahan dan penanganan kekerasan dalam rumah

tangga.

Page 6: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Mave Cormack dan Stathern (1990) menjelaskan terbentuknya dominasi

laki-laki atas perempuan ditinjau dari teori nature and culture. Dalam proses

transformasi dari nature ke culture sering terjadi penaklukan. Laki-laki sebagai

culture mempunyai wewenang menaklukan dan memaksakan kehendak kepada

perempuan (nature). Secara kultural laki-laki ditempatkan pada posisi lebih

tinggi dari perempuan, karena itu memiliki legitimasi untuk menaklukan dan

memaksa perempuan. Dari dua teori ini menunjukkan gambaran aspek

sosiokultural telah membentuk social structure yang kondusif bagi dominasi laki-

laki atas perempuan, sehingga mempengaruhi prilaku individu dalam kehidupan

berkeluarga.

Menurut La Pona dkk (Sugihastuti, 2007:172) kekerasan terhadap

perempuan adalah tindakan seorang laki-laki atau sejumlah laki-laki dengan

mengerahkan kekuatan tertentu sehingga menimbulkan kerugian dan

penderitaan secara fisik, seksual, atau psikologis pada seorang perempuan atau

sekelompok perempuan, termasuk tindakan yang bersifat memaksa,

mengancam, dan/atau berbuat sewenang-wenang,  baik terjadi dalam

kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan pribadi di ruang domestik

dan publik.

Berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan

Page 7: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

dalam rumah tangga juga juga berarti segala bentuk tindak kekerasan yang

dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis,

seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi

dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri

diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan

emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan

istri.

Setelah membaca pengertian kekerasan dalam rumah tangga kita

mengerti bahwa kekerasan tidak hanya dalam bentuk fisik saja, tetapi juga

dalam bentuk psikis, seksual, dan ekonomi. Bentuk-bentuk kekerasan dalam

rumah tangga yaitu antara lain :

a. Kekaerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit atau luka berat (Pasal 6). Adapun kekerasan fisik dapat diwujudkan

dengan perilaku di antaranya: menampar, menggigit, memutar tangan,

menikam, mencekek, membakar, menendang, mengancam dengan

suatu benda atau senjata, dan membunuh. Perilaku ini sungguh

membuat anak-anak menjadi trauma dsalam hidupnya, sehingga mereka

tidak merasa nyaman dan aman.

b. Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa

tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (pasal

7). Adapun tindakan kekerasan psikis dapat ditunjukkan dengan perilaku

yang mengintimidasi dan menyiksa, memberikan ancaman kekerasan,

mengurung di rumah, penjagaan yang berlebihan, ancaman untuk

melepaskan penjagaan anaknya, pemisahan, mencaci maki, dan

penghinaan secara terus menerus. Kekerasan psikis ini, apabila sering

terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami

Page 8: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan

psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.

c. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan

hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak

wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan

orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan

seksual meliputi (pasal 8): (a) Pemaksaan hubungan seksual yang

dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga

tersebut; (b) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang

dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan

komersial dan/atau tujuan tertentu.

d. Penelataran Rumah Tangga

Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan

orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang

berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib

memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang

tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang

mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi

dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah

sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut (pasal 9).

Penelantaran rumah tangga dapat dikatakan dengan kekerasan

ekonomik yang dapat diindikasikan dengan perilaku di antaranya seperti :

penolakan untuk memperoleh keuangan, penolakan untuk memberikan

bantuan yang bersifat finansial, penolakan terhadap pemberian makan

dan kebutuhan dasar, dan mengontrol pemerolehan layanan kesehatan,

pekerjaan, dan sebagainya.

Page 9: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

2.2 Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Di Indonesia, kekerasan dalam rumah tangga sudah banyak dilakukan

oleh suami kepada istri. masyarakat sendiri tidak sadar bahwa kekerasan dalam

rumah tangga sudah membudaya di Indonesia. Ada beberapa penyebab

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Disini akan dibahas penyebab

kekerasan dalam rumah tangga dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek ekonomi,

aspek sosial-budaya, dan aspek politik.

1. Aspek Ekonomi

Dilihat dari aspek ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga bisa disebabkan

karena :

a. Kemiskinan

b. Pendapatan istri lebih besar daripada suami

Jika pendapatan istri lebih besar daripada suami, dapat terjadi

kecemburuan antara suami dan istri. Sehingga suami merasa

disepelekan dan melakukan kekerasan. ini juga dipengaruhi oleh

psikologi suami.

c. Istri terlalu bergantung pada suami dalam hal ekonomi

Istri yang terlalu bergantung akan membuat suami semena-mena

terhadap istrinya. Karena dia merasa bahwa istrinya tidak bisa berbuat

apa-apa tanpa dia. Sehingga suami bisa berbuat kekerasan kepada

istrinya.

d. Suami pengangguran dan tidak mau bekerja

Suami hanya menunggu hasil kerja dari istri dan merelakan istrinya di

eksploitasi demi uang.

2. Aspek Sosial-budaya

Dilihat dari aspek sosial-budaya, kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi

karena :

Page 10: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

a. Persepsi pada masyarakat bahwa kekerasan dalam rumah tangga harus

ditutupi. Ketika masyarakat memiliki persepsi seperti itu, korban

kekerasan dalam rumah tangga akan menjadi rahasia keluarga sehingga

mereka tidak mau melaporkan kepada pihak yang berwenang dan

akhirnya kekerasan tersebut terus berlanjut.

b. Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

c. Kebiasaan masyarakat mendidik anak laki-laki dengan menumbuhkan

keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani, dan tidak toleran.

d. Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.

e. Adanya budaya patriarki

Perempuan telah ditanamkan kepatuhan dan pelayanan terhadap suami.

Suami menenkankan hal ini kepada istri sebagai pembenaran atas

kekerasan yang telah dilakukan. Suami memaksa istri untuk melakukan

hal-hal yang tidak disukai atau bahkan menyakiti hati istri. Namun,

banyak istri yang beranggapan bahwa ini adalah bentuk kepatuhan istri

kepada suami sehingga istri tidak menyadari bahwa ini adalah bentuk

kekerasan psikologis terhadap dirinya.

3. Aspek Politik

Dilihat dari aspek sosial-budaya, kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi

karena :

a. Pengambilan keputusan dalam keluarga yang didominasi oleh salah satu

pihak.

b. Tidak adanya demokrasi dalam keluarga.

c. Adanya budaya feodal.

Ada juga penyebab-penyebab lain yang dapat menimbulkan kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT), yaitu :

a. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai cara mendidik

istri, kepatuhan istri terhadap suami, penghormatan posisi  suami sebagai

Page 11: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

kepala keluarga, sehingga muncul persepsi bahwa suami boleh menguasai

istri dan berakibat suami semena-mena kepada istrinya.

b. Kepribadian dan kondisi psikologi suami yang tidak stabil.

c. Tidak dapat mengendalikan emosi.

d. Melakukan imitasi

Hal ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang hidup dalam keluarga

yang tidak harmonis dan sering melihat ataupun mengalami kekerasan

dalam keluarga yang dilakukan oleh ayahnya sehingga anak tersebut meniru

kebiasaan ayahnya.

e. Ketidakmampuan mencari solusi masalah yang terjadi dalam rumah tangga

karena kurangnya komunikasi antar anggota keluarga, antara suami dan

istri.

f. Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai

pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak,

maka suami akan menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam

rumah tangga.

Penyebab diatas bisa memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga

yang sebagian besar korbannya adalah istri. Untuk itu, istri harus tahu penyebab

kekerasan dalam rumah tangga. Begitu juga denggan suami. Pelaku kekerasan

dalam rumah tangga sebagian besar dilakukan oleh suami. Sehingga suami

harus tahu bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan kesalahan

karena telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan telah melanggar hukum

2.3 Kekerasan Dalam Rumah Tangga Ditinjau dari Psikologi Kesehatan

Perempuan terus mengalami KDRT akibat peran yang disandang, yang

menjadikan perempuan berada pada posisi yang lebih “rendah”. Kesadaran dan

keinginan para korban untuk berkonsultasi masih kurang, kalaupun konsultasi

justru pada pihak yang netral / tidak berkompeten. Dari sekian banyaknya kasus

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hanya beberapa yang melaporkan

Page 12: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

kejadian tersebut, dan masih banyak yang tidak melaporkan kekerasan yang

diterima dengan alasan :

1. Mereka malu karena memiliki pasangan yang abusive

2. Kehilangan kepercayaan diri akibat kebebasan diri mereka dikekang atau

dipasung pasangannya.

3. Takut dipersalahkan sebagai istri yang tidak sabar, kurang pengertian,

kurang tabah, tidak becus mengurus suami/keluarga.

4. Perempuan sering berada didalam posisi ketergantungan pada

pasangannya, baik secara emisional maupun ekonomi.

5. Takut sudah melapor, justru disuruh berdamai (menyelesaikan secara

kekeluargaan, karena dianggap selisih paham antara suami istri sudah

merupakan hal biasa.

Kekerasan dalam rumah tangga psikologis/mental merupakan taraf

kekerasan yang akibatnya tidak terlihat jelas, kekerasan ini dilakukan dalam

bentuk kekerasan psikologis atau mental. Kekerasan psikologis ini merupakan

kekerasan yang dapat dilakukan dengan berkata kasar dengan intonasi yang

tinggi, dapat berupa tingkah laku yang posesive berlebihan, mengurung korban

dirumah dan tidak memberikan nafkah atau sumber kehidupan, “meracuni”

konsep diri dan harga diri dengan sikap dan kata-kata yang selalu negatif.

Dari kekerasan yang diterima istri secara terus menerus akan dapat

berakibat pada perkembangan perilaku istri, istri akan kehilangan rasa

kepercayaan diri secara menetap dan perasaan takut terus menerus karena

jiwanya merasa terancam. Selain itu juga yang pasti kekerasan yang diterima

akan berdampak secara fisik saja melainkan juga secara psikologis, seksual,

sosial dan ekonomi. Secara psikis akibat yang dirasakan oleh istri adalah

perasaan hampa, merasa gersang dan tidak memiliki gaya hidup, merasa hidup

tidak berarti, jenuh, dan apatis.

Page 13: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

2.4 Dampak Psikologis Pada Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Berdasarkan penelitian Kristi Poerwandari, Ketua Program Studi Kajian

Wanita UI bersama Ester Lianawati mengenai Kekerasan Dalam Rumah

Tangga, penjabaran perilaku konkret yang umumnya ditampilkan korban

sebagai perwujudan dampak psikis dari kekerasan yang dialami. Ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak

berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat dapat tampil dalam perilaku-perilaku

berikut ini :

1. Kehilangan minat untuk merawat diri, yang tampil dalam perilaku menolak

atau enggan makan/minum, makan tidak teratur, malas mandi atau

berdandan, tampil berantakan seperti rambut kusut, pakaian awut-awutan.

2. Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, yang tampil dalam

perilaku mengurung diri di kamar, tidak mau berhubungan dengan orang

lain, cenderung diam, dan enggan bercakap-cakap.

3. Perilaku depresif, tampil dalam bentuk pandangan mata kosong seperti

menatap jauh ke depan, murung, banyak melamun, mudah menangis, sulit

tidur atau sebaliknya terlalu banyak tidur, dan berpikir tentang kematian.

4. Terganggunya aktivitas atau pekerjaan sehari-hari, seperti sering

menjatuhkan barang tanpa sengaja, kurang teliti dalam bekerja yang

ditunjukkan dengan banyaknya kesalahan yang tidak perlu, sering datang

terlambat atau tidak masuk bekerja, tugas-tugas terlambat tidak sesuai

tenggat waktu, tidak menyediakan makanan untuk anak padahal

sebelumnya hal-hal ini dilakukannya secara rutin.

5. Ketidakmampuan melihat kelebihan diri, tidak yakin dengan kemampuan diri,

dan kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain yang

dianggapnya lebih baik. Contohnya menganggap diri tidak memiliki

kelebihan meski fakta yang ada menunjukkan hal sebaliknya, atau sering

bertanya apakah yang ia lakukan sudah benar atau belum.

Page 14: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

6. Kehilangan keberanian untuk melakukan tindakan yang ditunjukkan dengan

tidak berani mengungkapkan pendapat atau tidak berani mengingatkan

pelaku jika bertindak salah.

7. Stres pascatrauma, yang tampil dalam bentuk mudah terkejut, selalu

waspada; sangat takut bila melihat pelaku, orang yang mirip pelaku, benda-

benda atau situasi yang mengingatkan akan kekerasan, gangguan kilas

balik (flash back) seperti tiba-tiba disergap bayangan kejadian yang telah

dialami, mimpi-mimpi buruk dan atau gangguan tidur.

8. Kebingungan-kebingungan dan hilangnya orientasi, yang tampil dalam

bentuk merasa sangat bingung, tidak tahu hendak melakukan apa atau

harus bagaimana melakukannya, seperti orang linglung, bengong, mudah

lupa akan banyak hal, terlihat tidak peduli pada keadaan sekitar, tidak

konsentrasi bila diajak berbicara.

9. Menyakiti diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri.

10.Perilaku berlebihan dan tidak lazim seperti tertawa sendiri, bercakap-cakap

sendiri, terus berbicara dan sulit dihentikan, pembicaraan kacau; melantur,

berteriak-teriak, terlihat kacau tak mampu mengendalikan diri, berulang-

ulang menyebut nama tertentu, misalnya nama pelaku tanpa sadar.

11.Perilaku agresif, seperti menjadi kasar atau mudah marah terhadap

anak/pekerja rumah tangga/staf atau rekan kerja, membalas kekasaran

pelaku seperti mengucapkan kata-kata kasar, banyak mengeluhkan

kekecewaan terhadap pelaku.

12.Sakit tanpa ada penyebab medis (psikosomatis), seperti infeksi lambung,

gangguan pencernaan, sakit kepala, namun dokter tidak menemukan

penyebab medis, mudah merasa lelah, seperti tidak bertenaga, dan

pegal/sakit/ngilu, tubuh sering gemetar.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga berakibat ke anak karena

secara tidak langsung si anak akan melihat kekerasan yang dilakukan oleh

ayahnya kepada ibunya atau pun sebaliknya. Hal ini diiyakan oleh Dra. Henny

E. Wirawan, M.Hum., Psi, QIA., psikolog dan dosen Fakultas Psikologi

Page 15: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

Universitas Tarumanagara, “Anak yang melihat langsung ibu atau ayahnya

dipukul bisa mengalami shock dan ketakutan, terutama pada anak balita,”

jelasnya.

Kalau kekerasan ini disaksikan setiap hari besar kemungkinan dia

menjadi traumatis, cenderung pendiam, sering marah  hingga menangis. Dan

lama kelamaan sifatnya menjadi general, artinya bukan hanya melihat teriakan

atau pukulan orangtuanya saja, tetapi juga saat ia melihat hal itu dilakukan

orang lain. Bahkan bukan tidak mungkin ia akan marah dengan orang lain yang

belum tentu ada hubungannya dengan dia. Selain si anak menjadi traumatis

kemungkinan besar juga si anak akan meniru perilaku orangtuanya untuk

menyelaesaikan suatu masalah bila dia si anak itu sudah berkeluarga. Hal ini

terjadi karena anak memperoleh model dalam cara menyelesaikan masalah.

Misalnya ia melihat orang tuanya bertengkar dan kemudian melihat salah satu

orang tuanya menggunakan kekerasan, pengalaman tersebut akan selalu

membekas dalam dirinya, dan menjadi salah satu referensinya saat

menyelesaikan masalah. Berdasarkan situasi tersebut fenomena KDRT dapat

“menular” kepada orang lain sehingga KDRT tidak akan pernah menghilang

dilingkungan keluarga atau akan selalu mengancam tiap-tiap keluarga.

           Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat akibat dari tindak kekerasan

dalam rumah tangga dalam segi si anak, antara lain :

a. Anak akan mencontoh apa yang telah disaksikan selama bertahun-tahun

bersama dengan orang tuanya. Pada tingkat ekstrim akan mengubah

kepribadian anak.

b. Efek psikologis dapat berlangsung seumur hidup dan mencakup perasaan

rendah diri, ketidakmampuan untuk berhubungan dengan kawan sebaya,

konsentrasi berkurang, dan kemunduran prestasi dalam belajar.

c. Penyakit psikis, seperti depresi, sangat gelisah, atau kekacauan identitas,

selain meningkatkan risiko bunuh diri. Masalah-masalah perilaku sering

muncul setelah tindak kekerasan, termasuk tindakan pelanggaran dan

kriminalitas pada anak-anak muda.

Page 16: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

2.5 Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dalam menghadapi masalah kekerasan dalam rumah tangga, harus

diselesaikan secara preventif dan kuratif. Preventif bertujuan untuk mengurangi

KDRT di masyarakat, sedangkan kuratif bertujuan untuk mengurangi dan

menyembuhkan trauma pada korban KDRT.

Kita dapat melakukan pencegahan (pendekatan preventif) KDRT dengan cara:

a.  Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara

mendidik dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis.

b. Mendidik anggota keluarga agar bisa menjaga diri dan terhindar dari KDRT.

c. Memberikan pendidikan tentang HAM dan pemberdayaan perempuan.

d.  Membiasakan diri menolak kekerasan sebagai jalan menyelesaikan

masalah.

e.  Mengadakan penyuluhan untuk mencegah kekerasan.

f.  Memberikan pembekalan bagi suami, istri, calon suami, dan calon istri

bagaimana membina hubungan yang baik dan harmonis.

g.  Mendorong dan menfasilitasi pengembangan masyarakat untuk lebih peduli

dan responsif terhadap kasus-kasus KDRT yang ada di lingkungannya.

Sedangkan untuk korban KDRT itu sendiri, diatasi dengan menggunakan

pendekatan kuratif, yaitu:

a. Memberikan sanksi edukatif kepada pelaku KDRT

b. Membawa korban KDRT ke dokter

c. Memberikan perlindungan bagi korban KDRT

d.  Melaporkan kepada yang berwenang

e. Melakukan konsultasi dengan psikologi

f. Memberikan pendampingan bagi korban KDRT

g. Peduli pada korban KDRT dan tidak menyalahkan.

Page 17: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

BAB 3

PENUTUP

2.5 Kesimpulan

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan

secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

2. Penyebab kekerasan dalam rumah tangga dapat dilihat dari tiga

aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial-budaya, dan aspek politik.

Selain itu, ada juga penyebab-penyebab lainnya yang dapat memicu

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

3. Kekerasan yg dilakukan dalam bentuk kekerasan psikologis atau

mental merupakan kekerasan yang dapat dilakukan dengan berkata

kasar dengan intonasi yang tinggi, dapat berupa tingkah laku yang

posesive berlebihan, mengurung korban dirumah dan tidak

memberikan nafkah atau sumber kehidupan, “meracuni” konsep diri

dan harga diri dengan sikap dan kata-kata yang selalu negatif.

4. kekerasan dalam rumah tangga akan berdampak secara fisik,

psikologis, seksual, sosial dan ekonomi. Dampak psikis dari

kekerasan yang dialami akan menimbulkan ketakutan, hilangnya rasa

percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak

berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat. Kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) juga dapat berakibat ke anak karena secara tidak

langsung si anak akan melihat kekerasan yang dilakukan oleh

ayahnya kepada ibunya atau pun sebaliknya

5. Implikasi keperawatan yang harus dilakukan adalah sesuai dengan

peran perawat antara lain mesupport secara psikologis korban,

Page 18: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

melakukan pendamping-an, melakukan perawatan fisik korban dan

merekomendasikan crisis women centre.

3.2 Saran

Dengan disahkan undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, pemerintah dan masyarakat lebih berupaya menyadarkan dan

membuka mata serta hati untuk tidak berdiam diri bila ada kasus kekerasan

dalam rumah tangga lebih ditingkatkan pengawasannya.

Meningkatkan peran perawat untuk ikut serta menangani kasus

kekerasan dalam rumah tangga dan menekan dampak yang terjadi dengan

memfasilitasi setiap Rumah Sakit memiliki ruang perlindungan korban

kekerasan dalam rumah tangga, mendampingi dan memulihkan kondisi

psikisnya.

Page 19: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga

http://atyckdhina.blogspot.com/2012/05/kekerasan-dalam-rumah-tangga-

kdrt.html (diakses tanggal 4 November 2013)

http://esterlianawati.wordpress.com/2011/06/25/dampak-psikis-kekerasan-

dalam-rumah-tangga/ (diakses tanggal 4 November 2013)

http://psikologi.or.id/psikologi-klinis/sudut-pandang-kdrt-dalam-psikologi-

klinis.htm (diakses tanggal 4 November 2013)

http://staff.uny.ac.id Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Perspektif Psikologis

dan Edukatif Rochmat Wahab (diakses tanggal 4 November 2013)

Page 20: Makalah Psikologi Kesehatan - KDRT