makalah kasus 1 kdrt

71
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) REPRODUKSI SYSTEM I Disusun Oleh : TUTOR 5 SARITA SARASWATI 220110100004 TSAALITS MUHARROROH 220110100016 TRI AYU LESTARI 220110100028 NUR ASIYAH 220110100040 RIA OCTAVYANI 220110100052 SISCA DAMAYANTI 220110100064 WINA TRESNAWATI 220110100076 KAMILA AZIZAH RABIULA 220110100088 FEBRIANI RATNA AYU 220110100100 PUTRI AYU PRIMA DEWI 220110100112 FUJI LESTARI 220110100124 DHEA DEZHITA 220110100136

Upload: kamila-aziza-rabiula

Post on 27-Oct-2015

518 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Makalah Kasus 1 KDRT

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kasus 1 KDRT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(KDRT)

REPRODUKSI SYSTEM I

Disusun Oleh :

TUTOR 5

SARITA SARASWATI 220110100004

TSAALITS MUHARROROH 220110100016

TRI AYU LESTARI 220110100028

NUR ASIYAH 220110100040

RIA OCTAVYANI 220110100052

SISCA DAMAYANTI 220110100064

WINA TRESNAWATI 220110100076

KAMILA AZIZAH RABIULA 220110100088

FEBRIANI RATNA AYU 220110100100

PUTRI AYU PRIMA DEWI 220110100112

FUJI LESTARI 220110100124

DHEA DEZHITA 220110100136

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Makalah Kasus 1 KDRT

Chair : Tsaalits Muharroroh (220110100016)

Scriber meja: Nur Asiyah (220110100040)

Scriber papan tulis : Tri Ayu lestari (220110100028)

Kasus 1 (KDRT)

Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke P2TP2A untuk melaporkan tindakan

suaminya yang sering memukulinya. Sang istri sudah tidak kuat lagi dengan

tindakan suaminya itu. Dia sering dipukuli dengan menggunakan tangan/ benda-

benda di sekitarnya. Suami sering memukuli istri jika istri tidak memenuhi

kebutuhannya dan terkadang suaminya sering melakukan kekerasan dalam

hubungan seksual. Tidak hanya tindakan memukuli istri namun perilaku dan

ucapan kasar dari suami kerap kali dilontarkan kepada sang istri. Mata pencarian

suami adalah tukang becak yang sudah sering tidak bekerja karena sepi

penumpang maka istri sudah tidak pernah menerima nafkah lagi dari suaminya.

Mereka tinggal di perkampungan kumuh pinggiran sungan ciliwung. Anak

sebanyak 5 orang yang tidak melanjutkan sekolah mereka karena masalah biaya.

Sang istri menceritakan bahwa sang suami sering memukuli istrinya karena

masalah sepele, suaminya sudah sering memukuli mulai usia pernikahan 3 tahun

yang lalu. Saat dilakukan pemeriksaan terhadap istri terdapat luka lebam disekujur

badan, tampak sering menangis dan ketakutan. Sering menyendiri dan tampak

murung

A. Definisi

Pengertian kekerasan menurut WHO (1999) Kekerasan adalah .penggunaan

kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,

perorangan atau sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau

Page 3: Makalah Kasus 1 KDRT

kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian

psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.

Sedangkan, definisi dari kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT menurut

UU no. 23 tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau pederitaan secara

fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Maka dapat disimpulkan bahwa KDRT adalah penggunaan kekuatan fisik dan

ancaman terhadap seorang individu didalam keluarga terutama istri

(perempuan) yang mengakibatkan trauma baik secara fisik maupun

psikologis.

B. Faktor – Faktor Penyebab KDRT

Ada faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah

tangga khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap istri, yaitu :

1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri.

Anggapan bahwa suami lebih berkuasa dari pada istri telah terkonstruk

sedemikian rupa dalam keluarga dan kultur serta struktur masyarakat. Bahwa

istri adalah milik suami oleh karena harus melaksanakan segala yang

diinginkan oleh yang memiliki. Hal ini menyebabkan suami menjadi merasa

berkuasa dan akhirnya bersikap sewenang-wenang terhadap istrinya.

2. Ketergantungan ekonomi.

Faktor ketergantungan istri dalam hal ekonomi kepada suami memaksa istri

untuk menuruti semua keinginan suami meskipun ia merasa menderita.

Bahkan, sekalipun tindakan keras dilakukan kepadnya ia tetap enggan untuk

Page 4: Makalah Kasus 1 KDRT

melaporkan penderitaannya dengan pertimbangan demi kelangsungan hidup

dirinya dan pendidikan anak-anaknya. Hal ini dimanfaatkan oleh suami untuk

bertindak sewenang-wenang kepada istrinya.

3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaiakan konflik.

Faktor ini merupakan faktor dominan ketiga dari kasus kekerasan dalam

rumah tangga. Biasanya kekerasan ini dilakukan sebagai pelampiasan dari

ketersinggungan, ataupun kekecewaan karena tidak dipenuhinya keinginan,

kemudian dilakukan tindakan kekerasan dengan tujuan istri dapat memenuhi

keinginannya dan tidak melakukan perlawanan. Hal ini didasari oleh

anggapan bahwa jika perempuan rewel maka harus diperlakukan secara keras

agar ia menjadi penurut. Anggapan di atas membuktikan bahwa suami sering

menggunakan kelebihan fisiknya dalam menyelesaikan problem rumah

tangganya.

4. Persaingan.

Di sisi lain, perimbangan antara suami dan istri, baik dalam hal pendidikan,

pergaulan, penguasaan ekonomi baik yang mereka alami sejak masih kuliah,

di lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal,

dapat menimbulkan persaingan dan selanjutnya dapat menimbulkan

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Bahwa di satu sisi suami tidak mau

kalah, sementara di sisi lain istri juga tidak mau terbelakang dan dikekang.

5. Frustasi.

Terkadang pula suami melakukan kekerasan terhadap istrinya karena merasa

frustasi tidak bisa melakukan sesuatu yang semestinya menjadi tanggung

jawabnya. Hal ini biasa terjadi pada pasangan-pasangan seperti dibawah ini :

a. Belum siap kawin.

b. Suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang

mencukupi kebutuhan rumah tangga.

c. Serba terbatas dalam kebebasan karena masih menumpang pada

orang tua atau mertua.

d. Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum.

Page 5: Makalah Kasus 1 KDRT

Pembicaraan tentang proses hukum dalam kasus kekerasan dalam rumah

tangga tidak terlepas dari pembicaraan hak dan kewajiban suami istri. Hal

ini penting karena bisa jadi laporan korban kepada aparat hukum dianggap

bukan sebagai tindakan kriminal tapi hanya kesalahpahaman dalam

keluarga. Hal ini juga terlihat dari minimnya KUHAP membicarakan

mengenai hak dan kewajiban istri sebagai korban, karena posisi dia hanya

sebagai saksi pelapor atau saksi korban. Dalam proses sidang pengadilan,

sangat minim kesempatan istri untuk mengungkapkan kekerasan yang ia

alami.

Beberapa faktor pencetus terjadinya kekerasan dalam rumah tangga

adalah sebagai berikut :

1. Faktor Masyarakat

- Kemiskinan

- Urbanisasi yang terjadi keenjangan pendapatan di antara penduduk

kota.

- Masyarakat keluarga ketergantungan obat

- Lingkungan dengan frekuensi dan kriminalitas yang tinggi

2. Faktor Keluarga

- Adanya anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan bantuan

terus-menerus, misalnya anak dengan kelainan mental dan orang

lanjut usia (lansia).

- Kehidupan keluarga yang kacau, tidak saling mencintai dan

menghargai serta tidak menghargai peran wanita.

- Kurang adanya keakraban dan hubungan jaringan sosial pada

keluarga.

- Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas.

3. Faktor Individu

Di Amerika Serikat, mereka yang mempunyai resiko lebih besar

mengalami kekerasan dalam rumah tangga ialah sebagai berikut :

- Wanita yang lajang, bercerai, atau ingin bercerai.

Page 6: Makalah Kasus 1 KDRT

- Berumur 17-28 tahun.

- Ketergantungan obat atau alkohol atau riwayat ketergantungan

kedua zat tersebut.

- Sedang hamil.

- Mempunyai partner dengan sifat memiliki dan cemburu berlebihan.

Faktor Presdiposisi

a. Faktor Psikologis

Psycoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif

merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa

perilaku manusia di pengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup

yang dapat di ekspresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting

kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.

Frustation agression theory ; teori yang dikembangkan oleh pengikut

Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk

mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul

dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang

dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi.

Jadi hampir semua orang melakukan tindakan agresif mempunyai

riwayat perilaku agresif.

Pandangan psikologi lainnya mengenai perilkau agresif, mendukung

pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi atau pengalaman

hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih

mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh dari

pengalaman tersebut :

- Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak

mampu menyelesaikan secara efektif.

- Severe Emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada

masa kanak-kanak, atau seduction parental, yang mengkin telah

merusak hubungan saling percaya (trust) dan harga diri.

Page 7: Makalah Kasus 1 KDRT

- Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child

abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga

membentuk pola pertahanan atau koping.

b. Faktor Sosial Budaya

Social Learning Theory; teori yang dikembangkan oleh Bandura

(1977) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-

respon yang lain. Agresi dapat di pelajari melalui observasi atau imitasi,

dan semakin sering mendapatkan penguatan makan semakin besar

kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan merespon terhadap

keterbangkitaan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang

di pelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau ekternal. Contoh

internal; orang yang mengalami keterbangkitan seksual karena

menonton film erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang

tidak menonton film tersebut; seseorang anak yang marah karena tidak

boleh beli es kemudian ibunya memberinya es agar si anak

mendapatkan apa yang dia inginkan. Contoh eksternal; seorang anak

menunjukan perilaku agresif setelah melihat seseorang dewasa

mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif terhadap sebuah

boneka.

Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma

dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat

diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu

untuk mengekspresikan marah dengan cara asertif.

c. Faktor biologis

Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif

mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa

adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang

berada di tengah sistem limbik binatang ternyata menimbulkan perilaku

agresif). Perangsangan yang diberikan terutama pada nukleus

periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing

Page 8: Makalah Kasus 1 KDRT

mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya

berdiri

Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif adalah

serotonin, dopamin, norepinephrine, acetilkolin, dan asam amino

GABA.

Faktor-faktor yang mendukung :

- Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan.

- Sering mengalami kegagalan.

- Kehidupan yang penuh tindakan agresif.

- Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat).

Faktor Presipitasi

Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa

dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau

lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.

Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama

sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik

perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasikannya.

Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh stressor

eksternal yaitu serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang di

anggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan stressor

dari internal yaitu merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang

yang dicintainya, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.

Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan

terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu :

- Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan

ketidakberdayaan, kurang

percaya diri.

- Lingkungan : Ribut, kehilangan orang / objek yang berharga

interaksi sosial.

Page 9: Makalah Kasus 1 KDRT

C. Tanda Keluarga dengan KDRT

Isolasi sosial

Anggota keluarga merahasiakan kekerasan dan sering kali tidak

mengundang orang lain datanng kerumah mereka atau tidak

mengatakan kepada orang lain apa yang terjadi. Anak dan wanita yang

mengalami penganiyaan sering kali diancam oleh penganiaya bahwa

mereka akan lebih disakiti jika mengungkapkan rahasia tersebut. Anak-

anak mungkin diancam bahwa ibu, saudara kandung atau hewan

peliharaan mereka kan dibunuh jika oranng diluar keluarga mengetahui

penganiayaan tersebut. Mereka ditakuti agar mereka

menyimpan  rahasia atau mencegah orang lain mencampuri “ urusan

keluarga yang pribadi

Kekuasaan dan control

Anggota keluarga yang mengalami penganiayaan hampir selalu berada

dalam posisi berkuasa dan memilki kendali terhadap korban, baik

korban adalah anak, pasangan, atau lansia. Penganiaya bukan hanya

menggunakan kekuatan fisik terhadap korban, tetapi juga kontrol

ekonomi dan sosial. Penganiaya sering kali adalah satu-satunya anggota

keluarga yang membuat keputusan, mengeluarkan uang, atau diijinkan

untuk meluangkan waktu diluar rumah dengan orang lain. Penganiaya

melakukan penganiayaan emosional dengan meremehkan atau

menyalahkan korban dan sering mengancam korban. Setiap indikasi

kemandirian atau ketidakpatuhan anggota keluarga, baik yang nyata

atau dibayangkan, biasanya menyebabkan peningkatan prilaku

kekerasan (singer at al, 1995).

Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan yang lain

Ada hubungan antara penyalahgunaan zat, terutama alkohol, dengan

kekerasan dalam keluarga. Hal ini tidak menunjukkan sebab dan akibat-

alkohol tidak menyebabkan individu menjadi penganiaya sebalik,

Page 10: Makalah Kasus 1 KDRT

penganiaya juga cenderung menggunakan alkohol atau obat-obatan lain.

50-90% pria yang memukul pasangannya dalam rumah tangga juga

memiliki riwayat penyalahgunaan zat. Jumah wanita yang mengalami

penganiayaan dan mencari pelarian dengan menggunakan alkohol

mencapai 50 %. Akan tetapi, banyak peneliti yakin bahwa alkohol dapat

menguurangi inhibisi dan membuat perilaku kekerasan lebiih intens

atau sering (denham, 1995).

Alkohol juga disebut sebagai faktor dalam kasus pemerkosaan terhadap

pasangan kencan atau pemerkosaan oleh orang yang dikenal. CDC’s

division of violence prevention melaporkan bahwa studi

mengidentifikasi penggunaan alkohol atau obat yang berlebiihan yang

dikaitkan dengan penganiayaan seksual.

Proses transmisi antargenerasi

Berarti bahwa pola prilaku kekerasan diteruskan dari satu generasi ke

generasi berikutnya melalui model peran dan pembelajaran sosial

(humphreeys, 1997;tyra, 1996). Transmisi antargenerasi  menunjukkan

bahwa kekerasan dalam keluarga merupakan suatu pola yang dipelajari.

Misalnya, anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam keluarga akan

belajar dari melihat orang tua mereka bahwa kekerasan ialah cara

menyelesaikan konflik dan bagian integral dalam suatu hubungan dekat.

Akan tetapi tidaak semua orang menyaksikan kekerasan dalam keluarga

menjadi penganiayaa atau pelaku kekerasan ketika dewasa sehingga

faktor tunggal ini saja tidak menjelaskan prilku kekerasan yang terus

ada.

Kekerasan Fisik

Kekerasan Fisik Berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang;

memukul, menyundut; melakukan percobaan pembunuhan atau

pembunuhan dan semua perbuatan lain yang dapat mengakibatkan:

Page 11: Makalah Kasus 1 KDRT

1. Cedera berat

2. Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari

3. Pingsan

4. Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan

atau yang menimbulkan bahaya mati

5. Kehilangan salah satu panca indera.

6. Mendapat cacat.

7. Menderita sakit lumpuh.

8. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih

9. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan

10. Kematian korban.

Kekerasan Fisik Ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, dan

perbuatan lainnya yang mengakibatkan:

1. Cedera ringan

2. Rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat

3. Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke dalam

jenis kekerasan berat.

Kekerasan Psikis

Kekerasan Psikis Berat, berupa tindakan pengendalian, manipulasi,

eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk

pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang

merendahkan atau menghina; penguntitan; kekerasan dan atau ancaman

kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang masing-masingnya bisa

mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau beberapa hal

berikut:

1. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau

disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun.

2. Gangguan stres pasca trauma.

Page 12: Makalah Kasus 1 KDRT

3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa

indikasi medis)

4. Depresi berat atau destruksi diri

5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti

skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya

6. Bunuh diri

Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi,

eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk

pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang

merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual

dan ekonomis yang masing-masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis

ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di bawah ini:

1. Ketakutan dan perasaan terteror

2. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan

untuk bertindak

3. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual

4. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan

pencernaan tanpa indikasi medis)

5. Fobia atau depresi temporer

Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual berat, berupa:

1. Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ

seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain yang

menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa dikendalikan.

2. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat

korban tidak menghendaki.

3. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan

atau menyakitkan.

Page 13: Makalah Kasus 1 KDRT

4. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran

dan atau tujuan tertentu.

5. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi

ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi.

6. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat

yang menimbulkan sakit, luka,atau cedera.

Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti

komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara

non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya

yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat

melecehkan dan atau menghina korban.

Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis

kekerasan seksual berat.

Kekerasan Ekonomi

Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan

pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:

1. Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran.

2. Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.

3. Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas

dan atau memanipulasi harta benda korban.

Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang

menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak

terpenuhi kebutuhan dasarnya.

D. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dalam hal ini banyak dampak yang ditimbulkan oleh kekerasan itu sendiri.

Dampak kekerasan dalam rumah tangga akan terjadi pada istri, anak,

bahkan suami.

Page 14: Makalah Kasus 1 KDRT

1. Dampak  pada istri :

1. Perasaan rendah diri, malu dan pasif

2. Gangguan kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan,

susah makan dan susah tidur

3. Mengalami sakit serius, luka parah dan cacat permanen

4. Gangguan kesehatan seksual

5. Menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan

kekerasan

6. Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan

hilangnya gairah seks, karena istri menjadi ketakutan dan tidak bisa

merespon secara normal ajakan berhubungan seks

7. Terus menerus mengalami ketakutan dan kecemasan, hilangnya

rasa percaya diri, hilang kemampuan untuk berindak dan rasa tidak

berdaya

8. Kematian akibat kekerasan fisik, pembunuhan atau bunuh diri

9. Trauma fisik berat : memar berat luar/dalam, patah tulang, cacat

10. Trauma fisik dalam kehamilan yang berisiko terhadap ibu dan

janin

11. Kehilangan akal sehat atau gangguan kesehatan jiwa

12. Curiga terus menerus dan tidak mudah percaya kepada orang lain

(paranoid)

13. Gangguan psikis berat (depresi, sulit tidur, mimpi buruk, disfungsi

seksual, kurang nafsu makan, kelelahan kronis, ketagihan alkohol

dan obat-obatan terlarang)

2. Dampak pada anak :

1. Mengembangkan prilaku agresif dan pendendam

2. Mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan

3. Kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik

4. Meniru tindakan kekerasan yang terjadi di rumah

5. Menjadi sangat pendiam dan menghindar

6. Mimpi buruk dan ketakutan

Page 15: Makalah Kasus 1 KDRT

7. Sering tidak makan dengan benar

8. Menghambat pertumbuhan dan belajar

9. Menderita banyak gangguan kesehatan

3. Dampak pada suami :

1. Merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis

2. Pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri

4. Dampak terhadap masyarakat

1. Siklus kekerasan akan terus berlanjut ke gerasi yang akan datang

2. Anggapan yang keliru akan tetap lestari bahwa pria lebih baik dari

wanita

3. Kualitas hidup manusia akan berkurang karena wanita tidak

berperan serta dalam aktivitas masyarakat bila wanita tersebut

dilarang berbicara atau terbunuh karena tindakan kekerasan

4. Efek terhadap produktifitas, misalnya mengakibatkan

berkurangnya kontribusi terhadap masyarakat, kemampuan

realisasi diri dan kinerja, dan cuti sakit bertambah sering

Selain itu menurut Suryasukma efek psikologis penganiyaan bagi banyak

perempuan lebih parah disbanding efek fisiknya. Rasa takut, cemas, letih,

kelainan stress post traumatic, serta gangguan makan dan tidur merupakan reaksi

panjang dari tindak kekerasan terhadap istri juga mengakibatkan kesehatan

reproduksi terganggu secara bilologis yang pada akhirnya terganggu secara

sosiologis. Istri yang teraniaya sering mengisolasi diri dan menarik diri karena

berusaha menyembunyikan bukti penganiyaan mereka.

Perempuan terganggu kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak hamil

mengalami gangguan menstruasi seperti menorhagia, hipomenohagia atau

metrohagia bahkan wanita dapat mengalami menopause lebih awal, dapat

mengalami penurunan libido, ketidakmampuan mendapatkan orgasme.

Diseluruh dunia satu diantara empat perempuan hamil yang mengalami

kekerasan fisik dan kekerasan seksual oleh pasangannya. Pada saat hamil, dapat

Page 16: Makalah Kasus 1 KDRT

terjadi keguguran/abortus, persalinan immature, dan bayi meninggal dalam rahim.

Pada saat bersalin, perempuan akan mengalami penyulit persalinan seperti

hilangnya kontraksi uterus, persalinan lama, persalinan dengan alat bahkan

pembedahan. Hasil dari kehamilan dapat melahirkan bayi dengan BBLR.

Terbelakang mental, bayi lahir cacat fisik atau bayi lahir mati.

Dampak lain yang juga mempengaruhi kesehatan organ reproduksi istri

dalam rumah tangga diantaranya perubahan pola pikir, emosi dan ekonomi

keluarga. Dampak terhadap pola pikir istri misalnya tidak mampu berpikir secara

jernih karena selalu merasa takut, cenderung curiga (paranoid), sulit mengambil

keputusan, tidak bias percaya dengan apa yang terjadi. Istri yang menjadi korban

kekerasan memiliki masalah kesehatan fisik dan mental dua kali lebih besar

dibandingkan yang tidak menjadi korban termasuk tekanan mental, gangguan

fisik, pusing, nyeri haid, terinfeksi penyakit menular (www.depkes.go.id).

Dampak terhadap ekonomi keluarga adalah persoalan ekonomi, hal ini

terjadi tidak saja pada wanita yang tidak bekerja tetapi juga pada wanita yang

bekerja atau mencari nafkah. Seperti terputusnya akses mendadak , kehilangan

kendali ekonomi rumah tangga, biaya tak terduga untuk tempat tinggal,

kepindahan, pengobatan, terapi serta ongkos untuk kebutuhan yang lain.

E. Rentang respon marah

Patricia D. Barry (1998:140), menyatakan bahwa marah adalah suatu keadaan

yang merupakan campuran dari perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini

didasari karena emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting

dari keadaan emosional kita yang di proyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau

secara destruktif.

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap

kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman

(Stuart & Sundeen, 1995).

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap

kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).

Page 17: Makalah Kasus 1 KDRT

Perasaan marah normal terjadi pada setiap individu, namun perilaku yang

dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfungsi sepanjang rentang adaptif

dan mal adaptif.

Adaptif                                                                                                                     Maladaptif                               

                Asertif                      Frustasi                    Pasif                         Agresif                      Amuk

Kegagalan dapat menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif

dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan

menentang merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif=kekerasan perilaku

yang I menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:

1. Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan

merasa lega.

2. Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang

tidak realistis.

3. Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan

yang sedang dialam.

4. Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.

5. Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak

terkontrol.

F. Mitos dan Fakta KDRT

1. Isteri dipukul karena membantah, melawan suami, dan berbuat

kesalahan besar adalah hal yang “wajar”.

2. KDRT hanya terjadi pada pasangan yang memulai perkawinan tanpa

dasar saling cinta (dijodohkan).

3. KDRT hanya terjadi pada suami yang memiliki kelainan jiwa.

4. KDRT hanya terjadi pada pasangan yang kondisi sosial ekonominya

rendah.

5. KDRT terjadi karena suami yang mabuk, kalah judi, gagal dalam

pekerjaan, dan sebagainya

6. KDRT hanya dilakukan suami yang memang berperangai kasar

Page 18: Makalah Kasus 1 KDRT

7. KDRT adalah persoalan perempuan Barat

8. KDRT hanya terjadi karena kedua pasangan suami-isteri yang sibuk

dengan pekerjaannya masing-masing

9. Pemukulan terhadap isteri itu terjadi semata-mata karena suami lepas

kontrol atau marah

10. Pemukulan terhadap isteri tidak akan terjadi apabila suami isteri

beragama dengan baik dan taat

FAKTA

1. Suami memukul isteri karena “kesalahan isteri” berdasarkan standar

nilai si suami.

2. KDRT terjadi pada pasangan yang memulai perkawinan dengan dasar

saling cinta.

3. KDRT dilakukan oleh suami yang normal (tidak punya kelainan jiwa).

4. KDRT banyak juga terjadi pada pasangan yang kondisi sosial

ekonominya tinggi.

5. KDRT dilakukan oleh suami yang tidak mabuk, tidak kalah judi, bahkan

sukses di dalam karir

6. KDRT dilakukan oleh suami yang mampu bergaul dengan baik dan

santun kepada semua orang

7. KDRT adalah persoalan perempuan dan laki-laki di seluruh dunia

8. KDRT justru bisa terjadi karena “intens” tingkat hubungan yang

“melampaui” standar masing-masing

9. Pemukulan terhadap isteri bisa terjadi dalam keadaan dan kondisi apa

saja

10. Pemukulan terhadap isteri justru dengan alasan diperbolehkan agama

(pengecualian untuk nusyuz, diperbolehkan dalam Islam dengan jenis

tindakan yang ditentukan (tidak menyiksa, hanya memberi pelajaran)).

G. UPAYA PEMULIHAN DAN PREVENTIF

Beberapa upaya/langkah pemulihan dan preventif terhadap kekerasan

terhadap perempuan dan KDRT adalah:

Page 19: Makalah Kasus 1 KDRT

1. Dharma Wanita/BKOW atau LSM yang perduli pada perempuan

2. Membuka HOTLINE sebagai wadah curhat dan konsultasi para

korban kekerasan.

3. Mengkoordinir suatu wadah atau asosiasi para korban

kekerasan. Wadah seperti ini mengadakan pertemuan secara rutin

untuk bertukar pikiran, berdiskusi, dan sharing tentang berbagai

masalah yangdihadapi dan bagaimana jalan keluar yang baik dari

masalah yang dihadapi oleh perempuan.

4. Menjalin hubungan keluarga yang harmonis dan terbuka antara suami-

istri-anak dan keluarga lainya.

5. Menanamkan nilai-nilai agama

6. Perempuan harus berani dan tegas dalam menghadapi laki-laki

agar mereka merasa segan pada perempuan

7. Kendatipun suami dan isteri sama-sama sibuk, cobalah beri

perhatian pada anak-anak dan luangkan waktu untuk berdiskusi dan

bercanda dalam keluarga

8. Jangan menghadapi masalah dalam rumah tangga dengan emosi,

atau menaruh curiga yang berlebihan pada istri/suami.

Bila salah satu pasangan sedang marah/emosi, sebaiknya yang

lain menggunakan ilmu Silence is golden, baru

kemudian mendiskusikannya pada saat-saat yang memungkinkan.

H. PENANGGULANGAN KDRT

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan penanggulangan

KDRT, diantaranya :

1. Memberikan kesadaran kepada ibu rumah tangga, sebagai mayoritas

korban, tentang hak yang mereka miliki

2. Memberikan pemahaman dan pengertian tentang payung hukum serta

proses hukum yang bisa dijalani.

3. Memberikan keyakinan akan adanya perlindungan dari korban KDRT

yang melaporkan masalah KDRT pada pihak yang berwenang.

Page 20: Makalah Kasus 1 KDRT

4. Menyadaran pada para korban, bahwa tidak perlu malu untuk

mengekspos dan melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang

berwajib

5. Memberikan kesadaran kepada kaum pria, tentang adanya batasan

wewenang yang bisa dilakukan kepada semua istri

IMPLIKASI KEPERAWATAN DALAM MASALAH KDRT

Implikasi keperawatan yang dapat diberikan untuk menolong kaum

Perempuan dan anak dari tindak kekerasan dalam rumah tangga adalah :

1. Kekerasan tersebut diperlukan tindakan kolektif untuk

mengatasinya, memerlukan proses pendidikan yang terus menerus

untuk mensosialisasikan nilai-nilai demokratis dan penghargaan

pada hak-hak anak-anak, berusaha menegakkan undang-undang

yang melindungi anak-anak dari perlakuan sewenang-wenang

orang-orang dewasa dan membangun lembaga-lembaga advokasi

anak-anak.

2. Merekomendasikan tempat perlindungan seperti crisis center,

shelter dan one stop crisis center.

3.  Memberikan pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan

fisik korban. Disini perawat dapat berperan dengan fokus

meningkatkan harga diri korban, memfasilitasi ekspresi perasaan

korban, dan meningkatkan lingkungan sosial yang memungkinkan.

Perawat berperan penting dalam upaya membantu korban

kekerasan diantaranya melalui upaya pencegahan primer terdiri

dari konseling keluarga, modifikasi lingkungan sosial budaya dan

pembinaan spiritual, upaya pencegahan sekunder  dengan

penerapan asuhan keperawatan sesuai permasalah-an yang

dihadapi klien, dan pencegaha tertier melalui pelatihan/pendidikan,

pem-bentukan dan proses kelompok serta pelayanan rehabilitasi.

4. Memberikan pendampingan hukum dalam acara peradilan.

Page 21: Makalah Kasus 1 KDRT

5. Melatih kader-kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan

korban kekerasan.

6. Mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak

kekerasan dalam rumah tangga sebagai bekal perawat untuk

mendampingi korban

I. Lembaga yang menangani KDRT

a) P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan

dan Anak)

adalah pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya

pemberdayaan perempuan diberbagai bidang pembangunan, serta

perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenisdiskriminasi dan

tindak kekerasan, termasuk perdagangan orang, yang dibentuk

olehpemerintah atau berbasis masyarakat, dan dapat berupa: pusat rujukan,

pusat konsultasiusaha, pusat konsultasi kesehatan reproduksi, pusat

konsultasi hukum, pusat krisis terpadu

(PKT), pusat pelayanan terpadu (PPT), pusat pemulihan trauma (trauma

center), pusatpenanganan krisis perempuan (women crisis center), pusat

pelatihan, pusat informasi ilmupengetahuan dan teknologi (PIPTEK),

rumah aman (shelter), rumah singgah, atau bentuklainnya.

Faktor yang menyebabkan wanita yang mengalami penganiayaan tetap

memilih bertahan pada hubungan tersebut

1. Keyakinan bahwa anak-anak membutuhkan sebuah keluarga dengan 2

orang tua

2. Tidak adanya dukungan financial

3. Tidak ada yempat untuk pergi

4. Keyakinan bahwa penganiayaan akan berhenti

5. Ketakutan terhadap kelangsungan hidup dirinya/anaknya

6. Ketakutan terhadap masa depan yang tidak pasti

Karakteristik personal penganiaya (else,et al, 1993. Smith

dijulio&holzapfel, 1998)

Page 22: Makalah Kasus 1 KDRT

1. Riwayat keluarga yang miskin cinta kasih sayang dan rasa aman

2. Harapan yang tidak realistis terhadap orang lain

3. Menyalahkan beberapa faktor diluar dirinya diatas semua kesalahan

yang terjadi, menyalahkan istri karena telah membuat marah

4. Menyangkal tindak kekerasan yang telah dilakukan / menyepelekan

keparahan yang terjadi

5. Bersikap imupulsif

6. Terlalu bergantung dan cemburu terhadap pasangannya

7. Rasa takut kehilangan pasangannya

8. Percaya pada supremasi pria

Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

Lembaga Perlindungan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (LPK2DRT)

Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian.

Jika korban perempuan, bisa juga memanfaatkan keberadaan Komnas perempuan

(http://www.komnasperempuan.or.id/); dan jika akibatnya telah menjadikan anak

sebaai korbannya, bisa memanfaatkan keberadaan Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (http://www.kpai.go.id).

LSM di bidang pengawasan KDRT; ataupun lembaga-lembaga lain yang ada di

daerah masing-masing yang dibentuk untuk menerima pengaduan KDRT.

J. UU PKDRT

Dengan telah disahkan Undang-Undang No.23 tahun tahun 2004

mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) yang

terdiri dari 10 bab dan 56 pasal, diharapkan adanya perlindungan hukum

bagi anggota keluarga khususnya perempuan, dari segala tindak kekerasan

dalam rumah tangga.

Asas

Berdasarkan UU PKDRT pasal 3, penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga dilaksanakan berdasarkan asas:

a. penghormatan hak asasi manusia

Page 23: Makalah Kasus 1 KDRT

b. keadilan dan kesetaraan gender

c. nondiskriminasi

d. perlindungan korban

Tujuan

Berdasarkan UU PKDRT pasal 4, penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

bertujuan:

a. mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga

b. melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga

c. menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga

d. memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera

Hak-Hak Korban

Berdasarkan UU PKDRT pasal 10, korban berhak mendapatkan:

a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat,

lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan

penetapan perintah perlindungan dari pengadilan

b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis

c. Penganganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban

d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat

proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

e. Pelayanan bimbingan rohani.

Selain itu, korban juga berhak untuk mendapatkan pelayanan demi pemulihan

korban dari:

a. Tenaga kesehatan

b. Pekerja sosial

c. Relawan pendamping

d. Pembimbing rohani

Page 24: Makalah Kasus 1 KDRT

Kewajiban Pemerintah

Berdasarkan UU PKDRT pasal 11 dan 12, pemerintah bertanggung jawab dalam

upaya pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Untuk itu pemerintah harus:

a. Merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

b. Menyelenggarakan komunikasi informasi, dan edukasi tentang kekerasan

dalam rumah tangga

c. Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang kekerasan dalam rumah

tangga

d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif gender dan isu kekerasan

dalam rumah tangga serta menetapkan standard dan akreditasi pelayanan yang

sensitive gender

Selain itu, pasal 13 menyeebutkan bahwa untuk pengelenggaraan

pelayanan terhadap korban, pemerintah dan pemerintah daerah dapat melakukan

upaya:

a. Penyediaan ruang pelayanan khusus (RPK) di kantor kepolisian

b. Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial dan pembimbing rohani

c. Pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerjasama program

pelayanan yang mudah diakses korban

d. Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga dan teman korban

Kewajiban Masyarakat

Pasal 15 menyebutkan bahwa setiap orang yang mendengar, melihat, atau

mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-

upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk:

a. Mencegah berlangsungnya tindak pidana

b. Memberikan perlindungan kepada korban

c. Memberikan pertolongan darurat

d. Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan

Page 25: Makalah Kasus 1 KDRT

Namun, untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik ringan serta kekerasan

seksual yang terjadi dalam relasi antar suami istri, maka yang berlaku adalah delik

aduan. Maksudnya adalah korban sendiri yang melaporkan secara langsung

kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian. Namun, korban dapat

memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan

dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian. Dalam hal korban adalah seorang

anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh atau anak yang

bersangkutan.

Perlindungan

UU PKDRT juga membagi perlindungan itu menjadi perlindungan yang

bersifat sementara dan perlindungan dengan penetapan pengadilan serta

pelayanan. Perlindungan dan pelayanan diberikan oleh institusi dan lembaga

sesuai tugas dan fungsinya masing-masing:

a. Perlindungan oleh kepolisian berupa perlindungan sementara yang diberikan

paling lama 7 (tujuh) hari, dan dalam waktu 1 X 24 jam sejak memberikan

perlindungan, kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah perlindungan

dari pengadilan. Perlindungan sementara oleh kepolisian ini dapat dilakukan

bekerja sama dengan tenaga kesehatan, sosial, relawan pendamping dan

pembimbing rohani untuk mendampingi korban. Pelayanan terhadap korban

KDRT ini harus menggunakan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian

dengan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang mudah

diakses oleh korban.Pemerintah dan masyarakat perlu segera membangun

rumah aman (shelter) untuk menampung, melayani dan mengisolasi korban

dari pelaku KDRT. Sejalan dengan itu, kepolisian sesuai tugas dan

kewenangannya dapat melakukan penyelidikan, penangkapan dan penahanan

dengan bukti permulaan yang cukup dan disertai dengan perintah penahanan

terhadap pelaku KDRT. Bahkan kepolisian dapat melakukan penangkapan dan

penahanan tanpa surat perintah terhadap pelanggaran perintah perlindungan,

artinya surat penangkapan dan penahanan itu dapat diberikan setelah 1 X 24

jam.

Page 26: Makalah Kasus 1 KDRT

b. Perlindungan oleh advokat diberikan dalam bentuk konsultasi hukum,

melakukan mediasi dan negosiasi di antara pihak termasuk keluarga korban

dan keluarga pelaku (mediasi), dan mendampingi korban di tingkat penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan (litigasi), melakukan

koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping, dan pekerja

sosial(kerja sama dan kemitraan).

c. Perlindungan dengan penetapan pengadilan dikeluarkan dalam bentuk

perintah perlindungan yang diberikan selama 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang. Pengadilan dapat melakukan penahanan dengan surat perintah

penahanan terhadap pelaku KDRT selama 30 (tiga puluh) hari apabila pelaku

tersebut melakukan pelanggaran atas pernyataan yang ditandatanganinya

mengenai kesanggupan untuk memenuhi perintah perlindungan dari

pengadilan. Pengadilan juga dapat memberikan perlindungan tambahan atas

pertimbangan bahaya yang mungkin timbul terhadap korban.

d. Pelayanan tenaga kesehatan penting sekali artinya terutama dalam upaya

pemberian sanksi terhadap pelaku KDRT. Tenaga kesehatan sesuai profesinya

wajib memeriksa kesehatan korban dan memberikan laporan tertulis hasil

pemeriksaan medis dan membuat visum et repertum atas permintaan penyidik

kepolisian atau membuat surat keterangan medis lainnya yang mempunyai

kekuatan hukum sebagai alat bukti.

e. Pelayanan pekerja sosial diberikan dalam bentuk konseling untuk

menguatkan dan memberi rasa aman bagi korban, memberikan informasi

mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan perlindungan, serta

mengantarkan koordinasi dengan institusi dan lembaga terkait.

f. Pelayanan relawan pendamping diberikan kepada korban mengenai hak-hak

korban untuk mendapatkan seorang atau beberapa relawan pendamping,

mendampingi korban memaparkan secara objektif tindak KDRT yang

dialaminya pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan pengadilan,

mendengarkan dan memberikan penguatan secara psikologis dan fisik kepada

korban.

Page 27: Makalah Kasus 1 KDRT

g. Pelayanan oleh pembimbing rohani diberikan untuk memberikan penjelasan

mengenai hak, kewajiban dan memberikan penguatan iman dan takwa kepada

korban.

Ketentuan Pidana

Pasal 44 menyebutkan bahwa :

1. Pelaku KDRT kekerasan fisik dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta

rupiah).

2. Jika mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling

banyak Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)

3. Jika mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp45.000.000,00 (empat

puluh lima juta rupiah)

4. Jika dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan

atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat)bulan atau denda paling banyak Rp5.000.000,00

(lima juta rupiah)

Pasal 45 menyebutkan bahwa :

1. Pelaku KDRT kekerasan psikis dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun atau denda paling banyak Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah)

2. Jika dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan

atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00

(tiga juta rupiah)

Page 28: Makalah Kasus 1 KDRT

Pasal 46 menyebutkan bahwa pelaku KDRT kekerasan seksual dipidana

dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak

Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

Pasal 47 menyebutkan bahwa setiap orang yang memaksa orang yang

menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15

(lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta

rupiah) atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 48 menyebutkan bahwa KDRT seperti yang dimaksud dalam pasal

46 dan pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi

harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan

sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun

tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau

mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua

puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta

rupiah) dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 49 menyebutkan bahwa pelaku KDRT kekerasan ekonomi dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak

Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang:

a. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya

b. menelantarkan orang lain

Pasal 50 menyebutkan bahwa hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan

berupa:

a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari

korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari

pelaku;

b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga

tertentu.

Pembuktian Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga

Page 29: Makalah Kasus 1 KDRT

Sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan seorang saksi korban saja sudah

cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila disertai dengan

suatu alat yang sah lainnya. Adapun alat-alat bukti yang sah menurut KUHAP,

yang diatur dalam pasal 184 adalah sebagai berikut:

1) Keterangan saksi

Menurut pasal 1 butir 26 KUHAP yang dimaksud dengan saksi adalah

orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan

dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat

sendiri, dan ia alami sendiri. Sedangkan pengertian umum keterangan

saksi, dicantumkan dalam pasal 1 butir 27 KUHAP yang menyatakan:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang

berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa yang ia dengar, ia

lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dari

pengetahuannya itu”

2) Keterangan ahli

Pengertian umum dari keterangan ahli ini dicantumkan dalam pasal 1 butir

28 KUHAP, yang menyebutkan “Keterangan ahli ialah keterangan yang

diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang

diperlakukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna

kepentingan pemeriksaan.

3) Surat

Surat sebagaimana dimaksud pada pasal 187 KUHAP dimaksudkan adalah

surat-surat yang dibuat oleh pejabat-pejabat resmi yang berbentuk berita

acara, akte, surat keterangan ataupun surat yang lain yang mempunyai

hubungan dengan perkara yang sedang diadili. Sebagai syarat mutlak

dalam menentukan dapat atau tidaknya suatu surat dikategorikan sebagai

suatu alat bukti yang sah ialah bahwa surat-surat itu harus dibuat di atas

sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah.

4) Petunjuk

Page 30: Makalah Kasus 1 KDRT

Alat bukti petunjuk dalam KUHAP ditentukan dalam pasal 188,

disebutkan bahwa “petunjuk” adalah perbuatan, kejadian atau keadaan,

yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain,

maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi

suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

5) Keterangan terdakwa

Alat bukti keterangan terdakwa didapatkan pada urutan terakhir dari alat-

alat bukti yang ada dan uraiannya terdapat dalam pasal 189 KUHAP.

Dinyatakan bahwa keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa

nyatakan di siding tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui

sendiri atau alami sendiri.

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah yang termasuk ke

dalam keterangan ahli sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP.

Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara

pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusa. Visum et repertum

menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang

tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap

sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat

keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik

tersebut yang tertuang dalam bagian kesimpulan.

K. PERAN PERAWAT

Perawat memiliki peran utama yaitu dalam meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih

proaktif jika membutuhkan pengobatan.

Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan

segera lakukan pemeriksaan visum)

Melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman bagi

korban

Page 31: Makalah Kasus 1 KDRT

Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan

perlindungan

Mengantarkan korban ke tempat aman atau tempat tinggal alternative

(ruang pelayanan khusus)

Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada

korban dengan pihak kepolisian, dinas social. Serta lembaga social yang

dibutuhkan korban

Sosialisasi tentang Undang-Undang KDRT kepada keluarga &

masyarakat.

L. ASPEK LEGAL ETIK

Etik

Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar perilaku

individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan

apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan

kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan, apa yang dikendaki dan apa

yang ditolak.

EtikaKeperawatan

Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan-

keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan (Wikipedia, 2008).

Prinsip Etik

1. Respect (Hak untuk dihormati)

Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien

2. Autonomy (hak pasien memilih)

Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya

3. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)

Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan

secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya

Page 32: Makalah Kasus 1 KDRT

Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)

kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau

cidera

Prinsip :

Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab

nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya

dan melukai perasaaan orang lain.

4. Confidentiality (hak kerahasiaan)

menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang

dipercayakan pasien kepada perawat.

5. Justice (keadilan)

kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri

berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.

7. Fidelity (loyalty/ketaatan)

- Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab

terhadap kesepakatan yang telah diambil

- Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya

pada satu profesi). 80% kebutuhan pt dipenuhi perawat

- Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku

- Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang

disepakati.

8. Veracity (Truthfullness & honesty)

Kewajiban untuk mengatakan kebenaran.

- Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent

- Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan

kebenaran.

Page 33: Makalah Kasus 1 KDRT

Pemecahan masalah etik

1, Identifikasi masalah etik

2. Kumpulkan fakta-fakta

3. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik.

4. Buat keputusan dan uji cobakan

5. Bertindaklah, dan kemudian refleksikan pada keputusan tsb

Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan

Tercantum dalam:

- UU No. 23 tahun 1992 ttg Kesehatan

- PP No. 32 tahun 1996 ttg Tenaga Kesehatan

- Kepmenkes No. 1239 tahuun 2001 ttg Registrasi dan Praktik Perawat

Area Overlapping (Etik Hukum )

a. Hak –Hak Pasien

b. Informed-consent

Hak-hak Pasien :

1.Hak untuk diinformasikan

2.Hak untuk didengarkan

3.Hak untuk memilih

4.Hak untuk diselamatkan

Page 34: Makalah Kasus 1 KDRT

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Nama : Ny.-

Usia : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : -

Alamat : -

Pekerjaan : -

Agama : -

B. Keluhan Utama : Istri merasa tidak kuat lagi dengan tindakan

suaminya yang

sering memukulinya

C. Faktor Predisposis :

Kekerasan Fisik: Suami sering memukuli istri dengan tangan atau benda-benda disekitarnya

Kekerasan Psikis: Perilaku dan ucapan kasar dari suami kerap kali dilontarkan pada sang istri

Seksual: Suami sering memukuli bila istri tidak memenuhi kebutuhan suami dan terkadang suaminya sering melakukan kekerasan dalam hubungan seksual

Kekerasan Ekonomi: Suami yang bekerja sebagai tukang becak

sudah sering tidak bekerja karena sepi penumpang, maka istri tidak

menerima nafkah lagi dari suaminya

D. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : - (Kaji tingkat kesadaran klien)

TTV : - (Kaji TD, RR, HR, T)

Pemeriksaan Luka : Terdapat luka lebam disekujur badan

Page 35: Makalah Kasus 1 KDRT

Psikososial : Klien tampak sering menangis dan

ketakutan, sering

menyendiri dan tampak murung

Status mental

Penampilan : - (Kaji cara klien berpenampilan)

Pembicaraan : - (Kaji cara klien berbicara: cepat, keras,

gagap, inhoheren, lambat, apatis)

Aktivitas Motorik : - (Kaji adanya tremor, gelisah,

agitasi, tengang, kompulsi)

Interaksi selama wawancara: (Kaji kontak mata, mudah

teringgung, curiga, tidak kooperatif)

Aspek Spiritual : - (Kaji kepercayaan, nilai, moral,

dan agama yang dianut oleh anggota keluarga)

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGIMASALAH

KEPERAWATAN

DS : Istri mengaku

sering dipukuli oleh

suami dengan

menggunakan

tangan dan benda-

benda disekitar

DO : terdapat luka lebam

disekujur tubuh,

klien tampak sering

menangis dan

ketakutan

Faktor penyebab KDRT

Keadaan ekonomi

rendah, ketergantungan

ekonomi istri terhadap

suami,

Pergeseran fungsi

keluarga

Stress dan cemas

Perasaan terancam

Ansietas

Page 36: Makalah Kasus 1 KDRT

Kemarahan

Mekanisme koping tidak

adekuat

Hubungan tidak

seimbang

Antara suami dan istri

Pandangan bahwa suami

lebih berkuasa daripada

istri

Tindakan dekstruktif dan

tidak asertif

Perilaku kekerasan

terhadap istri

Istri mengalami

kecemasan

Ansietas

DS : -

DO : Tampak sering

menyendiri dan

ketakutan

Murung.

Perilaku kekerasan

terhadap istri

Pukulan dengan tangan

dan benda

Trauma Psikis

Harga diri rendah

Page 37: Makalah Kasus 1 KDRT

Gangguan konsep diri :

harga diri rendah

DS : -

DO : terdapat luka di

sekujur tubuh

Perilaku kekerasan

terhadap istri

Lebam

Gangguan integritas kulit

Gangguan integritas

kulit

1. Diagnosa dan IntervensiNo.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pukulan yang berulang ditandai dengan luka lebam seluruh tubuh

Tupan: integritas kulit klien terjaga.

Tupen: dalam 2x24 jam kulit klien membaik, luka lebam sedikit-sedikit hilang,klien tidak mengeluh kesakitan

1. Observasi kondisi kulit,karakteristik luka, distribusi luka dan jenis luka

2. kaji penyebab semua luka

3. Kompres dengan menggunakan air es/air dingin

4. Berikan perawatan kulit (lotion).

5. Pertahankan kuku tetap pendek.

6. Gunakan pakaian yang

1. Untuk menentukan intervensi selanjutnya yang efektif.

2. Menghindari terjadinya infeksi.

3. Air dingin mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan

4. Menjaga kelembaban kulit.

5. Agar tidak mengiritasi kulit ketika menggaruk kulit.

6. Menjaga kulit dari gesekan

Page 38: Makalah Kasus 1 KDRT

longgar

7. perhatikan jadwal istirahan klien

antara kulit dan pakaian.

7. mempercepat penyembuhan luka

2. Ansietas b.d koping individu tid efektif d.d klien tampak sering menangis dan ketakutan

TujuanUmum:Klien dapat mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.Khusus:Klien percaya terhadap perawat, ketakutan mulai menghilang dan tampak tegar menghadapi masalahnya.

1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal (lakukan komunikasi terpetik)

2. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan mendampinginya

3. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga

4. Tunjukkan sikap terbuka dan jujur

5. Perhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk

1. menciptakan kesan yang baik di awal pertemuan

2. menghilangkan kecurigaan klien pada perawat

3. klien lebih mudah untuk terbuka

4. Keterbukaan dan meningkatkan rasa percaya klien terhadap perawat

5. meningkatkan kepercayaan dan kerjasama klien sehingga lebih

Page 39: Makalah Kasus 1 KDRT

memenuhinya

6. Kurangi stimulus lingkungan dan batasi interaksi klien dengan klien lain.

7. diskusikan semua masalah yang dialami klien

8. berikan penjelasan dan respon positif terhadap masalah klien

1.

memudahkan perawat dalam memberikan intervensi

6. Kondisi lingkungan dapat memengaruhi tingkat ansietas

7. menurunkan ansietas dan membuka jalan penyelesaian masalah klien

8. penjelasan dan respon positif dapat mengurangi ansietas.

3. Gangguan Konsep diri: harga diri rendah b.d

d.d klien tampak sering menyendiri dan murung

1. tujuan umum:2. konsep diri baik

dan mampu mengkomunikasikan perasaannya.

3. khusus:4. Membina

hubungan saling percaya.mampu

5. Menyebutkan penyebab menarik diri,melakukan hubungan sosial secara bertahap,

1. Berikan perhatian dan penghargaan positif terhadap klien

2. Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru), tunjukkan perawat

1.memberikan rasa nyaman klien terhadap perawat

2.meningkatkan hub trust antara perawat dank lien

Page 40: Makalah Kasus 1 KDRT

klien – perawat, klien – kelompok, klien – keluarga.

1.

mengikuti pembicaraan klien.

3. Bicara dengan klien penyebab sering mengendiri.

4. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.

5. Diskusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

6. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.

7. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien

8. Motivasi / temani klien untuk berinteraksi dengan orang

3.mengetahui apa yang dipikirkan klien mengenai masalahnya

4.memberikan pengetahuan dan motivasi yang bisa memperbaiki konsep diri klien5.mendorong terjadinya interaksi dengan orang lain

6. Kemampuan klien mengidentifikasi penyebab menarik diri akan meningkatkan kesadaran dan kerjasama klien 7.interaksi singkat dan sering melatih klien berani berinteraksi dengan yang lain8.dapat membantu permasalahan klien

Page 41: Makalah Kasus 1 KDRT

yang dipercaya dan mampu membantu permasalahan klien

9. Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.

10. Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.

11. Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi atau kegiatan

12. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannnya

9.Berkenalan / berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar klien membantu klien untuk memulai hubungan sosial10.Keluarga merupakan bagian terdekat klien yang sangat berperan dalam upaya peningkatan kesehatan klien11.Pengetahuan perawat mengenai kondisi klien dalam berhubungan social memudahkan perawat dalam mengukur keberhasilan intervensi12.Pujian atas pengungkapan perasaan membuat merasa dihargai sehingga semakin termotivasi

Page 42: Makalah Kasus 1 KDRT

Step7 (reporting)

1. Definisi

KDRT adalah kekerasan yan dilakukan di dalam rumah tangga oleh istri

atau suami sehingga menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan seksual,

psikologis, dan fisik. (ria)

KDRT adalah ancaman fisik yang mengakibatkan perampasan kemerdekaan

(sarita)

2. Etiologi

Sisi mikro: keteladanan orang tua sperti sompan santun, kasih sayang,

kepemimpinan otoriter, rendahnya pemahaman fungsi masing-masing,

unsur kegoan (menang dan benar sendiri), rendah interaksi.

Sisi makro: pembelaan atas kekuasaan laki-laki, diskriminasi dan

pembatasan dibidang ekonomi, beban mengasuh anak pada perempuan tidak

bekerja, konsep wanita sebagai hal milik laki-laki menurut hukum, orientasi

peran pada laki-laki. (fuji)

Faktor biologis: hormon pria lebih agresif , neurotransmiter yang berkaitan

yaitu serotonin, dopamin, asetilkoli, norepinefrin. (wina)

Masa kanak-kanak tidak menyenangkan

Faktor secara teoritis: biologis (hipotosis hormon pria lebih agresif),frustasi

(menyerang sumber organ lain), kontrol.

Fakor secara empiris: kurangnya komunikasi, ketergantungan ekonomi,

ketidakmampuan mencari solusi. (kamila)

Faktor internal yaitu gangguan ketidak seimbangan neurotransmiter yang

meneybabkan sikap agresif pada individu.

Page 43: Makalah Kasus 1 KDRT

Sistem ekonomi pada keluarga, hilangnya harga diri, belum siap menikah,

kekerasan di dalm lingkungan.pandangan di dalam keluarga kekerasan

dianggap sebagai pemecah masalah kdrt. (tri ayu)

3. Bentuk KDRT

Kekerasan fisik seperti membakar menikam,

Kekerasan psikis menyebabkan tergangguanya psikis sang istri

Kekerasan psikis berat yang menyebabkan gangguan tidur, depresi berat

Kekerasan psikis ringan yang mengakibatkan ketakuatan, gsngguan makan.

Seksual pemaksaan hubungan seksual, berat yaitu perlakuan yang tidak

diinginkan korban,ringan yaitu pelecehan melalui verbal.

Ekonomi seperti memaksa korban bekerja, tidak berdaya secara ekonomi.

Penelantaran ( Nur Asiyah, dea)

4. Dampak

Fisik bisa mengakibatkan trauma fisik berat bahkan kematian, saat hamil

beresiko pada ibu dan janin, meningkatkan angka kesakitan.

Psikologis: cemas, sulit tidur, pada anak akan menimbulkan perilaku

kekerasan di usia nanti.(febri)

Produktivitas: rasa takut dan terancam,mimpi buruk, konsentrasi menurun.

(ria)

Tidak hamil:ggmenstruasi, menopause lebih awal, penurunan libido

Page 44: Makalah Kasus 1 KDRT

Hamil: bayi yang dilahirkan cacat fisik,nyeri haid, pola pikir terganggu, sulit

percaya,paranoid, rasa malu memukul, menggigit,berdebat,tekanan mental,

IMS.

Pada suami: TD dan nadi meningkat, mual, frekuensi BAB

meningkat,mudah tersingguang, perilaku agresif pasif, sinis,

kasar,peberontakan,isolasi diri, perasaan tidak berdaya, ambivalensi,stress

sakit kepala, kemungkinan bunuh diri/membunuh ornag lain,konstipasi

akibat dari , rangsangan saraf simpatis, sesak nafas. (Sisca)

lingkungan:ancaman metabolisme meningkat energi meningkatkan

kerja jantung TD meningkat

5. Rentan Respon marah

Aserif-frustasi (merasa gagal dalam tujuan)-pasif (diam)-agresif (tindakan

destruktif,terkontrol)-amuk (tidak terkontrol.(fuji)

6. Pencegahan

Wajib mengamalkan agama,komunikasi (dea)

Dialog komunikasi-penyelesaian masalah

Primer-promkes-peningkatan kesadaran masyarakat,perlindungan khusus

Sekunder-diagnosa dini dan segera skrining, konsultasi keluarga .

Tersier-rehabilitasi pada anak dan keluarga yang terlibat yaitu individu dan

lingkungan, saling percaya, seorang istri harus mengontrol keuangan

keluarga

Siklus kdrt, harapan, konflik-tidak ada respon baik-kekerasan- minta maaf-

bulan madu semu

Memberi penjelasan hak tentang hak istri, pada pria tentang wewenang pada

istri.

Page 45: Makalah Kasus 1 KDRT

Bila ada yang emosi maka pecahkan pada waktu tenang

(febri, putri ayu, fuji)

7. Tanda-tanda KDRT

Isolasi sosial- perilaku merahasiakan masalah

Pengguanaan alkohol= 50-90%pria melakukan KDRT, dipengaruhi oleh

zat-zat terlarang.

Kekuasaan dan konrol

Trnsmisi dilakukan oleh generasi berikutnya. (sarita)

8. Penanganan

Istri dan suami melakukan dialog

Laporkan keluarga yang dilanggar

Lakukan forum

Memberikan sanksi

Membawa koran ke dokter

Mendorong koraban dan pelaku untuk memohon diri

Menurunkan kasus KDRT

Anti kekerasan pada wanita

Kesetaraan gender

Cari orang yang dapat dipercaya

Minta bantuan pada lembaga (LSM, komnas perempuan, komnas HAM,

P2TP2)

Menyiapkan obat-obatan

Laporkan ke polisi

Page 46: Makalah Kasus 1 KDRT

Penangana sangat kompleks dan terdiri dari personal-spiritual-kesiapan

memberikan hak dan kewajibansuami

Masyarakat mengontrol KDRT

Pera negara,penyedia harapan kerja- tergantung tingkat pendidikan,

perbaikan sistem ekonomi istri. (Tri ayu,Nur Asiyah, tsalis,kamila)

9. Mitos KDRT

Istri dipukul karena membanta pada suami

KDRT yang terjadi karena atas dasar tanpa saling mencintai

KDRT terjadi kaena suami gangguan jiwa

KDRT terjadi kebanyakan pada sosial ekonomi yang rendah

KDRT terjadi karena suami yang mabuk, kalah judi

Pemukulan pada istri tidak terjadi bila taat pada agama

KDRT meruakan persoalan berat

KDRT terjadi saat suami lepas kontrol

Pihak perempuan memprovokasi. (fuji)

10. UU dan lembaga yang menangani KDRT (sarita)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. Edisi

6. Jakarata : EGC.

Efendi, Ferry; Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Page 47: Makalah Kasus 1 KDRT

Stuart, G. W. dan laraia, M. T.2005. Principle and Practice ofpsychiatric Nursing.

7th edition. St. Louis: Mosbyyear book.

Yosep, I. 2000.Keperawatan Jiwa. edisi revisi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Rochmat%20Wahab,%20M.Pd.,MA.%20Dr.%20,%20Prof.%20/KEKERASAN%20DALAM%20RUMAH%20TANGGA%28Final%29.pdf

http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/uu-no-23-2004-pkdrt-indonesia.pdf

http://mogerr-bwubaloks.blogspot.com/2011/10/askep-pk-rumah-tangga-kdrt.html

Http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/05/mitos-dan-fakta -tentang-kdrt-

133841.html