makalah kdrt ii

40
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat 1 .Keluarga merupakan organisasi kecil tempat manusia bersosialisasi terbanyak dan tersering dalam setiap jam terlewat dalam hidupnya.Keluarga merupakan sekolah non formal yang paling berpengaruh bagi mental dan kepribadian seorang anak 2 . Sehingga lingkungan yang diciptakan dalam sebuah keluarga memiliki peran penting. Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak 1 KELUARGA,http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga (diakses 29 Oktober 2014) 2 Ir. Eddy. Obbot, wawancara dengan penulis, 31 Oktober 2014 1

Upload: ciitraaweyasu

Post on 06-Feb-2016

283 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bagaimana kita sebagai orang percaya menanggapi masalah KDRT ditengah-tengah keluarga kita sebagai Keluarga Kristen ?

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah KDRT II

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok dan masyarakat1.Keluarga merupakan organisasi kecil tempat

manusia bersosialisasi terbanyak dan tersering dalam setiap jam terlewat dalam

hidupnya.Keluarga merupakan sekolah non formal yang paling berpengaruh bagi

mental dan kepribadian seorang anak 2. Sehingga lingkungan yang diciptakan

dalam sebuah keluarga memiliki peran penting. Keluarga adalah unit sosial

terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap

perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga.

Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai

tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga

lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu

kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai

dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua

anggota/individu dalam keluarga.

Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa dijamin oleh Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Dengan demikian, setiap orang dalam lingkup rumah tangga dalam melaksanakan

hak dan kewajibannya harus didasari oleh agama. Hal ini perlu terus

ditumbuhkembangkan dalam rangka membangun keutuhan rumah tangga. Sebuah

keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang

ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan

terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga.

Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya. Ketegangan maupun

1 KELUARGA,http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga (diakses 29 Oktober 2014)2 Ir. Eddy. Obbot, wawancara dengan penulis, 31 Oktober 2014

1

Page 2: Makalah KDRT II

konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak merupakan hal yang

wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Yang mejadi berbeda adalah

bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikan hal tersebut. Setiap keluarga

memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing. Apabila masalah

diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan

mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu menyadari dan mengerti perasaan,

kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota keluarga. Penyelesaian konflik

secara sehat terjadi bila masing-masing anggota keluarga tidak mengedepankan

kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-

sama menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar.

Disisi lain, keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas

dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol, yang pada akhirnya dapat terjadi

kekerasan dalam rumah tangga. Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah

yang berlebih-lebihan, hentakan-hentakan fisik sebagai pelampiasan kemarahan,

teriakan dan makian maupun ekspresi wajah menyeramkan. Terkadang muncul

perilaku seperti menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan

fisik. Perilaku seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) yang diartikan  setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga.

Kekerasan bukanlah gaya hidup dan cara menyelesaikan masalah dalam

keluarga yang berdasakan Firman Tuhan. Setiap bentuk dan ekspresi yang

sekalipun bertujuan baik, bila dilakukan dengan jalan kekerasan adalah melawan

kehendak Tuhan. “Tuhan menguji orang benar dan orang fasik, dan la membenci

orang yang mencintai kekerasan” (Maz.11:5). Rumah tangga merupakan tempat

pembelajaran dalam membangun relasi hubungan interpersonal. 

B. RUMUSAN MASALAH

2

Page 3: Makalah KDRT II

1. Apa saja hal-hal yang mencakup dalam KDRT ?

2. Sebutkan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan akibat KDRT!

3. Bagaimana penanggulangan terhadap tindak KDRT?

4. Bagaimana perspektif alkitabiah tentang KDRT ?

C. TUJUAN

1. Memahami hal-hal yang tercakup dalam KDRT

2. Mengetahui pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan akibat KDRT

3. Mengetahui cara penanggulangan terhadap KDRT

4. Memahami pandangan teologis alkitabiah tentang KDRT

D. MANFAAT

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar menambah

wawasan bagi pembaca,disisi lain pembaca dapat lebih memahami tentang

masalah-masalah KDRT yang terjadi serta apa saja kaitannya dalam

kehidupan keluarga dikhususkan lagi dalam perspektif kristiani.

3

Page 4: Makalah KDRT II

BAB II

PEMBAHASAN

1. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

1.1 Pengerian KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi isu global dan merupakan

pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1

deklarasi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan PBB,1993 :

“setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau

mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik,seksual

dan psikologis termasuk ancaman tindakan tertentu,pemaksaan,perampasan

kemerdekaan secara sewenang-wenang,baik yang terjadi di depan umum atau

dalam kehidpan pribadi dinyatakan sebagai tindakan pengambilan hak asasi.”

Selain ketentuan menglobal,hukum nasional juga mengatur masalah KDRT dalam

UU No.23/tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan dalam rumah tangga( UU

PKDRT).3

Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-

undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga, memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,

yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga.

Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan hukum

dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 yang antara lain menegaskan

bahwa:

a.       Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari

segala bentuk  kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang

Republik Indonesia tahun 1945.

3 A.Patra M.Zen,Panduan Bantuan Hukum di Indonesia :Pedoman anda memahami dan menyelesaikan masalah hukum (Jakarta :YBHI,2007) hal 119.

4

Page 5: Makalah KDRT II

b.      Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga

merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat

kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus.

c.       Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah

perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau

masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan,

penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.

d.      Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b,

huruf c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga.

Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya merupakan

unsur yang berat dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab

undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis besar isi pasal yang

berbunyi:

“Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri

atau anak diancam hukuman pidana”

1.2 Bentuk dan Ruang lingkup dalam KDRT

1.2.1 Ruang Lingkup KDRT

Yang dimaksud dalam ruang lingkup dalam rumah tangga adalah :

a. Suami,isteri dan anak

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang

yang sebagaimana tercantum pada huruf (a) karena hubungan

darah,perkawinan,pensusuan,pengasuhan dan perwalian, yang menetap

dalam rumah tangga, dan atau;

c. Orang yang bekerja membantu tumah tangga dan menetap dalam

rumah tangga tersebut

1.2.2 Bentuk-bentuk KDRT

Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga adalah :

a. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,jatuh

sakit, atau luka berat

5

Page 6: Makalah KDRT II

b. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang menyebabkan

ketakutan,hilangnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk

bertindak, rasa tak berdaya dan atau penderitaan psikis berat seseorang

c. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan

hubungan seksual,pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang

tidak wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual

dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu.

d. Penelantaran rumah tangga, meliputi dua hal :

1. Orang yang mempunyai kewajiban secara hukum atau karena

persetujuan atau perjanjian memberikan kehidupan,perawatan atau

pemeliharaan pada orang tersebut dalam lingkup rumah tangga

namun tidak melaksanakan kewajibannya tersebut;

2. Setiap orang yang menyebabkan ketergantungan ekonomi dengan

cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di

dalam atau diluar rumah sehingga korban berada di bawah kendali

orang tersebut.

Bentuk bentuk kekereasan yang sering di dapati dalam kehidupan sehari-hari pada

umumnya terjadi terhadap perempuan.Perilaku menampar, memukul, meludahi,

menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok,

memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan

nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya adalah

tindakan kekerasan yang paling sering ditemui, kebanyakan tindakan kekerasan

dilakukan karena pelaku berada dalam keadaan mabuk sehingga meminta korban

untu melakukan hal-hal yang diinginkannya termasuk perlakuan kekerasan

seksual4. Contoh kasus lain berupa tidak memberi nafkah istri 5,bahkan

mengambil yang seharusnya adalah milik istri 6,hal tersebut mengingkari batas-

batas akses ekonomi seorang perempuan7.

4 IPDA Rusli Ruben. S.H. M.H,wawancara langsung penulis ( 30 Oktober 2014)5 Ester Solang, “4 Bentuk kekerasan yang termasuk KDRT”, http://female.kompas.com/read/2014/10/12/230000220/4.Jenis.Kekerasan.yang.Termasuk.KDRT. (diakses 29 Oktober 2014)6 Dr.Hj. Fathul Djannah, S.H. M.S, et. al, Kekerasan terhadap isteri (Yogyakarta : Lkis, 2002) hal.42. 7 A.Patra M.Zen,Op.Cit, hal 117.

6

Page 7: Makalah KDRT II

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya KDRT

Kekerasan dalam keluarga adalah implikasi dari ideologi gender. Hubungan

ats bawah yang hiearkis dalam keluarga, membuat pola hubungan itu sendiri

menjadi disharmonisasi. Nilai-nilai manusiawi yang semestinya

termanifestasikan dalam keluarga menjadi terkaburkan. Kekaburan inilah yang

kemudian mengakibatkan berbagai akibat yang bersifat akumulatif, akut,

permanen. Tanpa disadari, kalangan perempuan sendiri ikut serta dalam

membangun struktur sosial itu, hingga muncul korban diskriminasi ganda.

Strauss A. Murray mengidentifikasikan hal dominasi pria dalam konteks

struktur masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga (Marital Violence) sebagai berikut :

1.      Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumberdaya dibandingkan dengan

wanita sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita

2.      Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi

Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja

mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika

suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan

3.      Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja menjadikannya menanggung beban sebagai

pengasuh anak. Ketika terjadi hal yan tidak diharapkan terhadap anak,

maka suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam

rumah tangga

4.      Wanita sebagai anak-anak

Konsep wanita sebagai hak milik menurut hukum, mengakibatkan

keleluasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan

kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan

kekerasan sebagai seorag bapak melakukan kekerasan terhadap anak agar

menjadi tertib

5.      Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

Posisi wanita sebagai istri didalam rumah tangga yang mengalami

kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga

7

Page 8: Makalah KDRT II

kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan

oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami

melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni

keluarga8 .

Masalah kekerasan dalam rumah tangga bukanlah merupakan masalah yang

baru, tetapi tetap aktual dalam peredaran waktu dan tidak kunjung reda, malahan

memperlihatkan kecenderungan peningkatan. untuk mengungkap kasus kekerasan

dalam rumah tangga ini ternyata tidak segampang membalikkan tangan.

1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan

bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.

2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

3) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.

4) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

5) Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.

6) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.

7) Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang

sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.

8. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan wanita,

sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.

9. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi

Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja

mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami

kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan.

10. Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh

anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan

menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga.

11. Wanita sebagai anak-anak

8  Nunuk P. Murniati, Getar Gender, Magelang : IndonesiaTera, 2004, Hlm. 225-226

8

Page 9: Makalah KDRT II

konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan

kele-luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan

kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan

sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi

tertib.

12. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh

suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian kasusnya

sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak

hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang

bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

1.4 Hak-Hak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Mengutip penjelasan dari KAPOLSEK Bitung Utara AKP Inge Marijo,

yang menjelaskan tentang hak-hak yang bisa di terima oleh korban

KDRT (wawancara, 30 Oktober 2014) di dalamnya :

1.4.1 Perlindungan dari pihak keluarga, kepoli-sian, kejaksaan, pengadilan,

advokat, lembaga sosial , atau pihak lainnya baik sementara maupun

berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;

1.4.2 Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;

1.4.3 Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap

tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

1.4.4 Pelayanan bimbingan rohani.

2. DAMPAK DAN PENGARUH-PENGARUH YANG TIMBUL AKIBAT

KDRT

2.1 Dampak Umum

Korban kekerasan dalam rumah tangga akan mengalami dampak dalam

berbagai bentuk, baik secara medis, emosional, personal (kepribadian) maupun

profesionalitas. 

9

Page 10: Makalah KDRT II

2.1.1 Post Traumatic Syndrome Stress

Bila korban kejahatan KDRT tidak melaporkan sebagai akibat ”kepasrahan”

dirinya, maka korban akan mengalami Post Traumatic Syndrome Stress (PTSS).

Ada beberapa hal yang menyebabkannya :

1. The belief in personal invulnerability, yaitu tidak percaya bahwa

dirinya sudah menjadi korban. Walaupun sebelumnya telah banyak

terjadi kejahatan semacam itu, tidak pernah terpikir bahwa kejadian

tersebut akan menimpa dirinya. Hal ini menyebabkan kecemasan yang

mendalam

2. The world as meaningful, apa pun yang terjadi di dunia ini adalah

sesuatu yang teratur dan komprehensif. Maksudnya, apabila orang

berbuat baik dan berhati-hati niscaya ia akan terhindar dari penderitaan.

Tetapi ternyata apa yang diperkirakan tersebut tidak berjalan seperti itu,

walaupun telah berbuat baik dan berhati-hati ternyata dirinya tetap

menjadi korban.

3. Positive self-perception, manusia selalu berusaha menjaga derajat

dirinya, tetapi pengalaman menjadi korban membuat mereka memiliki

gambaran negatif. Dirinya adalah seorang yang lemah dantak berdaya.

2.1.2 Pengaruh budaya partiakhal

Patriakh berarti peraturan atau kuasa dari ayah. Patriakh pada awalnya dinyatakan

sistem yang sah, baik dalam sosial, ekonomi, dan hubungan politik, juga dalam

rumah tangga. Pada umumnya sistem patriakh memposisiskan perempuan selalu

berada di bawah dan harus tunduk. Keadaan ini mengakibatkan;

a. Garis keturunan anak ditarik dari ayah

b. Anak laki-laki lebih berharga daripada anak perempuan

c. Sebagai istri, tubuh perempuan, seks dan melahirkan merupakan milik

laki-laki

d. Kedaulatan suami atas istrinya yang akhirnya memposisikan istri sama

seperti budak.

10

Page 11: Makalah KDRT II

e. Perempuan tidak mendapat tempat dalam dunia politik dan struktur, maka

pendidikan mereka terbatas hanya berkaitan dengan keterampilan rumah

tangga.

f. Hak warisan dimiliki oleh laki-laki sepenuhnya, sedangkan anak

perempuan dan janda dibatasi terkadang juga harus diwakili oleh laki-laki.

2.1.3 Taumatic of bullying

Kekerasan tak hanya dialami oleh para isteri, tak kala seorang anak menjadi

pelampiasan kemarahan pelaku. Tindak kekerasan yang dialami seorang anak baik

secara langsung maupun tidak langsung(visual) membawa pengaruh yang sangat

besar bagi seorang anak terutama pada mentalitasnya.

Saat seseorang mengalami pelecehan ataupun kekerasan, maka bagian otak

manusia yang disebut limbik sistem akan bereaksi. Limbik sistem ini adalah

bagian otak yang terus melakukan scanning terhadap segala hal yang terjadi pada

seseorang. Saat mengalami pelecehan atau kekerasan, limbik sistem akan meminta

otak memproduksi kortisol atau hormon stres. Ketika hormon stres melebihi

normal, apalagi dalam jangka waktu yang lama, bagian otak yang digunakan

untuk menganalisa kebijaksanaan dan proses berpikir itu tidak berjalan dengan

baik,Karena proses berpikirnya tidak berjalan sebagaimana mestinya,

perkembangan anak yang di-bully bisa terhambat.

2.2 Dampak Khusus

2.2.1 Dampak Pada Perempuan/ istri.

Rasa takut adalah perasaan yang paling mendominasi korban. Rasa takut

tersebut mengendalikan perilakunya, dan mewarnai segala tindak tanduknya

bahkan ketakutan dapat mengganggu tidurnya, memunculkan insomnia dan

mimpi-mimpi buruk. Gangguan tidur dapat memunculkan kebergantungan kepada

obat-obat tidur dan obat penenang. Dengan dasar dominasi perasaan takut,

respondan pengalaman psikologis yang sering muncul dari korban kekerasan

domestik maka muncul sikap seperti:

1. Meminimalkan kejadian kekerasan yang dialami, karena beberapa alasan:.

• Perasaan malu dan kebingungannya menghadapi kekerasan.

• Keyakinannya bahwa ia bertanggungjawab atas kejadian tersebut.

11

Page 12: Makalah KDRT II

2. Terisolasi

Perempuan korban kekerasan memiliki akses sangat sedikit akan jaringan dan

dukungan personal.

3. Perasaan tidak berdaya.

Perempuan korban kekerasan sering berada dalam situasi learned helplessness

fenomena yang dideskripsikan secara detil oleh Lenore Walker (1979). Yang

dimaksud adalah mereka belajar bahwa upaya-upaya mereka untuk

mengendalikan, menghindari atau melarikan diri dari situasinya ternyata tidak

berhasil

4. Menyalahkan diri (internalizes blame)

Perempuan korban kekerasan, sama seperti kita dan orang-orang lain, sering

mempercayai mitos-mitos tentang kekerasan dalam hubungan intim dan dalam

rumah tangga.

5. Ambivalensi

Pasangan yang melakukan kekerasan tidak setiap saat melakukan kekerasan.

Kadang kala ada saat bahwa ia merasa pasangannya adalah laki-laki yang baik

dan mencintainya.

6. Harga diri rendah.

Akhir dari kekerasan yang berulang adalah rusaknya harga diri. Perasaan

berharga dan keyakinan diri, kepercayaan akan kemampuan diri dirusakkan.

Yang sangat merendahkan adalah bahwa ia mendapat kekerasan dari orang

yang dipilih menjadi pasangan, orang yang seharusnya menyayangi,

menghormati dan menyenangkannya.

7. Harapan.

Perempuan yang menjadi korban berharap suaminya akan berubah, akan

menjadi pasangan seperti yang diimpikannya..

2.2.2 Dampak Pada Anak-anak.

Penderitaan akibat penganiayaan dalam rumah tangga tidak terbatas kepada istri

saja, tetapi menimpa anak-anak juga. Anak-anak bisa mengalamipenganiayaan

secara langsung atau merasakan penderitaan akibat menyaksikan penganiayaan

yang dialami ibunya. Paling tidak, setengah dari anak-anak yang hidup di dalam

12

Page 13: Makalah KDRT II

rumah tangga yang di dalamnya terjadi kekerasan, juga mengalami perlakuan

kejam. Sebagian besar tidak diperlakukan kejam secara fisik, sebagian lagi secara

emosional maupun seksual. Kehadiran anak di rumah tidak membuat suami tidak

menganiaya istrinya. Bahkan dalam banyak kasus, lelaki penganiaya memaksa

anaknya menyaksikan pemukulan ibunya. Sebagian menggunakan perbuatan itu

sebagai cara tambahan untuk menyiksa dan menghina pasangannya. Menyaksikan

kekerasan merupakan pengalaman yang sangat traumatis bagi anak-anak. Mereka

sering kali diam terpaku, ketakutan, dan tidak mampu berbuat sesuatu ketika sang

ayah menyiksa ibu mereka. Sebagian berusaha menghentikan tindakan sang ayah

atau meminta bantuan orang lain. Diantara ciri-ciri anak yang menyaksikan atau

mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah:

1. Sering gugup

2. Suka menyendiri

3. Cemas

4. Sering ngompol

5. Gelisah

6. Gagap

7. Sering menderita gangguan perut

8. Sakit kepala dan asma

9. Kejam pada binatang

10. Ketika bermain meniru bahasa dan perilaku kejam

11. Suka memukul teman

Kekerasan dalam rumah tangga ternyata merupakan pelajaran kepada anak bahwa

kekejaman dalam bentuk penganiayaan adalah bagian yang wajar dari sebuah

kehidupan Mengingat bahwa orangtua lebih sibuk dengan permasalahan dan

ketegangannya sendiri, sering terjadi bahwa orangtua tidak memberikan perhatian

pada kebutuhan anak, khususnya kebutuhan psikologisnya untuk merasa aman,

dicintai, didengarkan. Karena itu, banyak hal dapat muncul 9, seperti:

1. Usia pra sekolah

a.Keluhan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut.

9 Sheila J. Vedebek, Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 2008, Hlm. 274

13

Page 14: Makalah KDRT II

b.Adanya gangguan tidur seperti insomnia, takut gelap, ngompol.

c.Kecemasan berlebihan bila berpisah dari orangtua.

2.Usia sekolah

a. Lebih umum (meskipun tidak eksklusif) pada anak perempuan: keluhan-

keluhan somatik, perilaku menarik diri, pasif, tidak dapat mandiri, sangat

bergantung kepada ingin diterima orang lain, toleransi frustasi rendah, atau

justru kesabaran berlebihan, sikap penolong, khususnya perhatian untuk dapat

membantu ibu.

b.Lebih umum (meskipun tidak eksklusif) pada anak laki-laki: toleransi

frustasi rendah, perilaku agresif, mengganggu, menggertak, berlagak jagoan,

tempertantrums (mudah sekali marah dengan ekspresi fisik yang berlebihan,

seperti menendang-nendang, berteriak-teriak, dan berguling-guling, dsb.)

c. Sebagian anak mengalami gangguan konsentrasi dan belajar, sering

membolos, kikuk, sering celaka, dianggap lambat, atau mengalami masalah

belajar.

3. Remaja

Remaja sangat mungkin menampilkan perilaku melarikan diri dan merusak

diri sendiri. Beberapa hal yang mungkin dilakukan adalah: lari dari kenyataan

dengan mengkonsumsi obat-obat adiktif dan alkohol, kabur dari rumah,

perilaku seksual bebas, agresivitas dan aktivitas kriminal.

4. Dewasa

Anak yang menyaksikan kejadian kekerasan berulang-ulang di rumahnya, dan

menyaksikan ibu (perempuan) menjadi korban dapat mengembangkan pola

hubungan yang sama dimasa dewasanya. Cukup banyak laki-laki pelaku

kekerasan terhadap pasangan berasal dari keluarga abusive dimasa kanaknya,

biasa menyaksikan kekerasan yang dilakukan ayah pada ibu, tidak jarang ia

sendiri juga menjadi korban kekerasan ayah. Sementara itu, perempuan yang

dimasa kanaknya berada dalam suasana keluarga demikian juga akan melihat

dan belajar untuk meyakini bahwa laki-laki adalah makhluk yang memang

harus menang, keras kepala dan egois, harus serba dilayani, sementara

perempuan adalah makhluk yang harus melayani, menyesuaikan diri,

mencoba menyenangkan laki-laki dengan berbagai cara.

14

Page 15: Makalah KDRT II

3 PENANGGULANGAN TINDAK KDRT

3.1 Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga

diperlukan cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara

lain:

a. Perlunya keimanan yang kuat dan berpegang teguh pada agamanya

sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi

dengan baik dan penuh kesabaran.

b. Harus  tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga,

karena didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu,

bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat

saling mengahargai setiap pendapat yang ada.

c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta

sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah

rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah

pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah

tangga.

d. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya

antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa

saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita

untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang

timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang

kadang juga berlebih-lebihan.

e. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada

dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi

pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga

dapat diatasi dengan baik.

3.2  Perlindungan bagi Korban  KDRT.

UU PKDRT secara selektif membedakan fungsi perlindungan dengan fungsi

pelayanan. Artinya tidak semua institusi dan lembaga itu dapat memberikan

perlindungan apalagi melakukan tindakan hukum dalam rangka pemberian sanksi 

kepada pelaku. Perlindungan oleh institusi dan lembaga non-penegak hukum lebih

15

Page 16: Makalah KDRT II

bersifat pemberian pelayanan konsultasi, mediasi, pendampingan dan rehabilitasi.

Artinya tidak sampai kepada litigasi. Tetapi walaupun demikian, peran masing-

masing institusi dan lembaga itu sangatlah penting dalam upaya mencegah dan

menghapus tindak KDRT.

Selain itu, UU PKDRT juga membagi perlindungan itu menjadi perlindungan

yang bersifat sementara dan perlindungan dengan penetapan pengadilan serta

pelayanan. Perlindungan dan pelayanan diberikan oleh institusi dan lembaga

sesuai tugas dan fungsinya masing-masing:

a.       Perlindungan oleh kepolisian berupa perlindungan sementara yang

diberikan paling lama 7 (tujuh) hari, dan dalam waktu 1 X 24 jam sejak

memberikan perlindungan, kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah

perlindungan dari pengadilan. Perlindungan sementara oleh kepolisian ini dapat

dilakukan bekerja sama dengan tenaga kesehatan, sosial, relawan pendamping dan

pembimbing rohani untuk mendampingi korban. Pelayanan terhadap korban

KDRT ini harus menggunakan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian

dengan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang mudah diakses

oleh korban.Pemerintah dan masyarakat perlu segera membangun rumah aman

(shelter) untuk menampung, melayani dan mengisolasi korban dari pelaku KDRT.

Sejalan dengan itu, kepolisian sesuai tugas dan kewenangannya dapat melakukan

penyelidikan, penangkapan dan penahanan dengan bukti permulaan yang cukup

dan disertai dengan perintah penahanan terhadap pelaku KDRT

b.      Perlindungan oleh advokat diberikan dalam bentuk konsultasi hukum,

melakukan mediasi dan negosiasi di antara pihak termasuk keluarga korban dan

keluarga pelaku (mediasi), dan mendampingi korban di tingkat penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan (litigasi), melakukan

koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping, dan pekerja

sosial(kerja sama dan kemitraan).

c.       Perlindungan dengan penetapan pengadilan dikeluarkan dalam bentuk

perintah perlindungan yang diberikan selama 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang. Pengadilan dapat melakukan penahanan dengan surat perintah

penahanan terhadap pelaku KDRT selama 30 (tiga puluh) hari apabila pelaku

16

Page 17: Makalah KDRT II

tersebut melakukan pelanggaran atas pernyataan yang ditandatanganinya

mengenai kesanggupan untuk memenuhi perintah perlindungan dari pengadilan..

d.      Pelayanan tenaga kesehatan penting sekali artinya terutama dalam upaya

pemberian sanksi terhadap pelaku KDRT. Tenaga kesehatan sesuai profesinya

wajib memberikan laporan tertulis hasil pemeriksaan medis dan membuat visum

et repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau membuat surat keterangan

medis lainnya yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti.

e.       Pelayanan pekerja sosial diberikan dalam bentuk konseling untuk

menguatkan dan memberi rasa aman bagi korban, memberikan informasi

mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan perlindungan, serta mengantarkan

koordinasi dengan institusi dan lembaga terkait.

f.       Pelayanan relawan pendamping diberikan kepada korban mengenai hak-hak

korban untuk mendapatkan seorang atau beberapa relawan pendamping,

mendampingi korban memaparkan secara objektif tindak KDRT yang dialaminya

pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan pengadilan, mendengarkan

dan memberikan penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban.

g.      Pelayanan oleh pembimbing rohani diberikan untuk memberikan penjelasan

mengenai hak, kewajiban dan memberikan penguatan iman dan takwa kepada

korban.

4 PERSPEKTIF TEOLOGIS TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA

Membangun rumah tangga yang harmonis memang menjadi impian semua orang.

Membangun keluarga yang harmonis tidak cukup hanya diimpikan, namun perlu

diusahakan secara terus-menerus sebagai visi jangka panjang setiap keluarga

sampai maut memisahkan mereka. Banyak pasangan pernikahan yang masih

belum menyadari bahwa keharmonisan dalam keluarga itu tidak datang secara

tiba-tiba, melainkan harus diusahakan dan diupayakan bersama-sama (matius

19:6). Penyatuan dua pribadi yang berbeda sekilas memang sulit, tetapi jika

17

Page 18: Makalah KDRT II

disadari bahwa masing-masing pribadi memiliki kelebihan dan kekurangan, maka

penyatuan ini memiliki makna “partnership” yang dahsyat.

Masing-masing suami-isteri harus sadar untuk saling melengkapi, yaitu kelebihan

dari suami menutupi kekurangan isteri, demikian pula sebaliknya. Prinsip seperti

ini harus dikembangkan terus dalam keluarga, agar masing-masing merasa saling

membutuhkan dan masing-masing berperan untuk saling melengkapi.

Pengkhotbah 4:9a “Berdua lebih baik daripada seorang diri”. Di tengah-tengah

kesia-siaan dalam hidup, Pengkhotbah melihat bahwa berdua lebih baik daripada

seorang diri. Artinya, agar keluarga kita tidak menjadi sia-sia, maka prinsip

partnership harus dikembangkan sebagai salah satu pilar untuk membangun

keluarga yang harmonis.

Dalam pandangan lain, Petrus menasihati para suami “Demikian juga kamu, hai

suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu , sebagai kaum yang lebih

lemah!” (1Petrus 3:7). Dalam hubungan suami-isteri, tidak boleh menggunakan

azas manfaat, yaitu memanfaatkan pasangan untuk kepuasan pribadi. Tetapi

hubungan suami-isteri harus saling mendorong dan membangun agar masing-

masing menjadi pribadi yang bermafaat. Untuk melihat tinjauan Alkitabiah

tentang KDRT kita perlu mendaftarkan kewajiban-kewajiban setiap anggota

keluarga:

Kewajiban orang tua terhadap anak-anak mereka

a)      Mengasihi dan memperdulikan mereka, khususnya kalau mereka masih

kecil (Yes. 49: 15)

b)      Mendidik dan membimbing mereka didalam Firman Tuhan, prinsip

keagamaan, dan memberikan petunjuk-petunuk jalan Tuhan (Ef. 6:4, Ams. 22:6,

2Tim. 3:15)

c)      Mendoakan mereka (Mzm. 101:2,3)

d)     Mengajarkan belajar menghormati, menaati orang tua mereka (Luk. 2:51, Ef.

6:1&4)

e)      Mendorong mereka (1Taw. 28:20, Ams. 19:18, 29:15,17)

18

Page 19: Makalah KDRT II

f)       Menyediakan keperluan (1Tim. 5:8, 2Kor. 12:14)

g)      Siap menyerahkan kalau memang mereka sudah siap dipisahkan dalam

kehidupan yang baru (Kej. 4:1,2; 1Kor. 7:36, 38)

Kewajiban anak-anak terhadap orang tua mereka

a)      Menghormati (Mal 1:6, Im 19:3)

b)      Mendengarkan (Ams 31:28, 1Raj 2:19)

c)      Rajin mendengar (Ams 4:1; 5:1)

d)     Siap (Ef 6:1, Kol 3:20)

e)      Lemah lembut dan sabar (Ibr 12:9, Ams 15:32)

f)       Siap mengikuti (Kel 18:24; Hak 14:2)

g)      Tahu berterima-kasih atas kebaikan terhadapnya (Rut 4:15, Kej 47:12, Ams

23:22)

Kewajiban istri terhadap suami

a)      Mengasihi mereka lebih dari siapapun orang di dunia (Tit 2:4)

b)      Setia dan tepat (Ibr 13:4, 1Tim 3:11)

c)      Menghormati dan takut menyinggung mereka (Ef 5:33)

d)     Tunduk (Ef 5:22,24)

e)      Peduli untuk menyenangkan mereka (1Kor 7:34)

f)       Membantu menanggung beban (Kej 2:18, Ams 31;27)

g)      Mendengarkan mereka (1Pet 3:1,2)

Kewajiban suami terhadap istri

a)      Mengasihi istri, sama seperti Yesus mengasihi jemaat (Ef 5:25)

b)      Hidup bersama dengannya (Ef 5:31, 1Pet 3:7, Ams 5:18,19)

c)      Harus lembut terhadap istri, menyiapkan dan menyediakan keperluannya (Ef

5:28,29)

d)     Setia dan benar memelihara perjanjian (Hos 3:3)

e)      Melindungi (1Sam 30:18, 1Pet 4:8)

f)       Peduli untuk menyenangkan (1Kor 7:33)

g)      Mendoakan (1Pet 3:7, Luk 1:6).10

10 Abdece Garcia, Tinjauan Alkitabiah tentang Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jakarta : Gramedia, 2008, Hlm. 24-25

19

Page 20: Makalah KDRT II

4.1 Hubungan UU PKDRT dengan FIRMAN ALLAH

Menurut seorang budayawan sekaligus sastrawan kondang,” Sang Kreator Agung

tak henti-hentinya mengajarkan kita tentang kasih. Kasih menyangkut pembagian

perasaan sukacita terhadap sesama, dan kasih terhadap sesama manusia yang

paling mendasar adalah dengan saling mengasihi antar aspek dalam suau rumah

tangga” (Leonardo A.J. Galatang, komunikasi personal,31 Oktober 2014).

Sehingga adanya KDRT merupakan tindak penyelewengan atas perintah Allah.

Adanya UU PKDRT merupakan salah satu jalan untuk membenarkan kembali

perintah Allah untuk saling mengasihi.

Bagi orang Kristen sudah terlebih dahulu mengetahui ketentuan-ketentuan

tentang hidup berumah tangga yang baik dan harmonis, terlepas dari segala

kekerasan, berlaku kasar, saling menaati, saling menghormati, tidak merendahkan

satu terhadap yang lain, tidak ada pembedaan (diskriminasi) didalam rumah

tangga. Peringatan rasul paulus dalam Kolose 3:18-25 sudah ada jauh sebelum

Indonesia mengatur UU No. 23 Tahun 2004 tentang peghapusan kekerasan dalam

rumah tangga. Apabila kita memahami dan menaati serta melaksanakan apa yang

termuat didalam Alkitab tersebut, khususnya Kol. 3:18-25, tentu tidak akan ada

tindak kekerasan didalam rumah tangga. Untuk lebih memahami nasehat yang

disampaikan rasul Paulus dalam kitab kolose, maka dijabarkan makna dan isi

yang terkandung didalamnya:

1.   Supaya terjadi suasana saling menghormati antara suami istri dan sebaliknya,

antara anak-anak dan orangtuanya yaitu ayah dan ibunya, para pembantu kepada

kepala keluarga serta anggota keluarga yang lain.

2.   Supaya terjadi saling mengasihi bagi sesama anggota keluarga yaitu suami,

istri, anak, hamba-hamba (pembantu rumah tangga) dan bahkan orang lain yang

mungkin tinggal dan menetap didalam keluarga tersebut.

3.   Tidak memandang rendah terhadap setiap anggota keluarga atau rumah tangga

baik kepala keluarga, anggota rumah tangga yang lain, istri, anak, pembantu RT,

orang lain yang tinggal dan menetap didalam keluarga tersebut juga para pekerja

yang tinggal bekerja pada rumah tangga tersebut.

4.   Tidak saling membedakan antara anggota keluarga (rumah tangga), tidak

memandang lebih tua atau lebih muda usianya.

20

Page 21: Makalah KDRT II

5.   Tidak saling melakukan kekerasan dalam bentuk apapun antara salah satu

anggota rumah tangga terhadap anggota rumah tangga  lainnya.

6.   Tidak terjadi pelanggaran hak asasi yang dilakukan oleh anggota rumah

tangga yang satu terhadap anggota rumah tangga yang lainnya.

7.   Yang sangat penting adalah apapun yang diperbuat/dilakukan oleh setiap

anggota rumah tangga harus dengan segenap hati untuk Tuhan.11

Sebagaimana disebutkan didalam UU KDRT (UU No. 23 Tahun 2004)

yang dilengkapi dengan sanksi-sanksi hukum, maka didalam nasehat yang

disampaikan oleh rasul Paulus juga mengandung sanksi yang tegas dan termuat

didalam Kol. 3:25 yaitu “Barangsiapa berbuat kesalahan tersebut akan

menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang”. Bunyi

ayat yang sekaligus sanksi ini dapat diambil maknanya antara lain sebagai berikut:

-     Kata menanggung kesalahannya berarti menanggung akibat dari perbuatannya

yang salah dan akan mendapat sanksi hukuman.

-     Kata Tuhan tidak memandang orang berarti; Sebenarnya Tuhan adalah Maha

Kasih, Maha Adil, dalam hal ini Tuhan tidak membeda-bedakan umatNya, tidak

ada diskriminasi didalam Tuhan. Semua yang melakukan kesalahan akan

menerima ganjaran yang sama sesuai perbuatannya.

Apabila kita bandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang dimuat didalam UU

No. 23 Tahun 2004 terhadap Penghapusan KDRT ternyata nasehat dan ketentuan

yang disampaikan Rasul Paulus dalam Kolose 3:18-25 jauh lebih lengkap dan

padat serta lebih luas jangkauannya dan berlaku ribuan tahun lamanya. uraian

mengenai KDRT dari dua buah peraturan yang dibuat dan ditujukan kepada

manusia dalam kehidupan rumah tangganya, Peraturan Perundang-undangan yang

diberlakukan di wilayah negara RI (UU No. 23 Tahun 2004) dan ketentuan

(nasehat) yang dimuat didalam Alkitab (khususnya Kolose 3:18-25) berkaitan erat

dengan kehidupan rumah tangga berdasar iman Kristen12

Rumah tangga merupakan tempat pembelajaran dalam membangun relasi

hubungan interpersonal. Paulus menyampaikan dua dasar kehidupan orang

Kristen, yaitu mereka menjadi manusia baru (Ef. 4:17-32), dan mereka hidup

11 Pdt. J.B.Mailuhuw S.Th, wawancara langsung dengan penulis (31 Oktober 2014)12 AKP Inge. Marijo,wawancara langsung dengan penulis (31 Oktober 2014)

21

Page 22: Makalah KDRT II

sebagai anak-anak terang (Ef. 5:1-21). Semakin baik kualitas relasi diantara suami

dengan istri, semakin menunjukkan kualitas hubungan dalam rumah tangga

tersebut. Hubungna relasi diantara suami istri inilah yang dikatakan Paulus kepada

jemaat efesus, “Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena

suami adalah kepala istri seperti Kristus adalah kepala jemaat” (Ef. 5:22-23).

Paulus menegaskan bahwa kehidupan sebagai manusia baru adalah kehidupan

didalam terang Kristus (Ef. 5:8). Hidup sebagai anak-anak terang dikuasai oleh

Roh dan pikiran Kristus menjadikan seseorang mampu menaklukkan diri dibawah

kehendak Kristus. Paulus menjelaskan bentuk hubungan perkawinan

menggunakan pola hierarki. Hal ini karena latar belakang budaya yahudi, dimana

budaya patriarki masih sangat mempengaruhi pemikirannya “rendahkanlah dirimu

seorang kepada yang lain didalam takut akan Kristus” (EF. 5:21). Paulus

menekankan soal ketaatan yang mengandung unsur rasa hormat bagi posisi yang

dituakan dalam Efesus 6:1-9. Sebuah ketaatan dan rasa hormat yang bersumber

dari ketulusan. Setiap anggota keluarga perlu mengembangkan sikap ketaatan dan

kasih yang menjadi cara berelasi antara suami dan istri. Menurut Paulus hal ini

tidak mungkin terjadi sikap arogan: semena-mena, melecehkan, meremehkan, dan

tidak menjadi teladan dalam hubungna rumah tangga13 .

Allah Bapa dapat sungguh-sungguh dipertimbangkan sebagai partner

dalam kesatuan pasangan suami-istri Kristiani, karena Dialah yang memberkati

atau menyucikan serta memberikan kekuatan terus-menerus kepada ikatan

perkawinan mereka. Pasangan suami-istri tahu bahwa Allah yang menginginkan

persatuan mereka, mendirikannya pada cintanya yang tanpa batas dan kesetian-

Nya yang kekal, dan melindungiNya melawan segala resiko kesalahpahaman dan

perpecahan. Dalam satu dunia yang ditandai dengan kekacauan atau

ketidakteraturan dan kekerasan, maka stabilitas seperti itu didalam keluarga

Kristiani merupakan aset yang sangat berharga. Keluarga Kristiani diperbaharui

terus menerus oleh doa kepada Bapa atas semua anugrahnya, menyinari damai

dan kegembiraan kepada semua orang disekitarnya. Kegembiraan seperti itu yang

sungguh-sungguh dilandaskan pada iman akan kebangkitan membantu kita untuk

membebaskan diri dari diri kita sendiri, dari kecemasan-kecemasan serta

13 Theo Sahara, KDRT Menurut Firman Tuhan, Bandung: Jurnal Info Media, 2009, Hlm. 45-48

22

Page 23: Makalah KDRT II

kesulitan-kesulitan, dari dunia dosa yang merupakan sumber kesedihan, serta

memberikan kebahagiaan sejati didalam keluarga itu.14

Kasih adalah obat yang paling ampuh untuk mengatasi semua penyakit

perkawinan. Kasih adalah anti perceraian, anti perengkaran, anti pemgkhianatan,

anti egoisme, dan lain-lain. Dalam kasih juga sang suami menjalankan fungsinya

sebagai kepala rumah tangga, dia menjadi mitra ynag sepadan dan harmonis

terhadap sang istri. Dalam kasih yang sama sang istri dapat tunduk kepada

suaminya, seperti tunduk kepada Tuhan. Hal ini bukanlah hal yang memberatkan

istri, karena kasih yang sejati telah ada padanya (Band. 1Ptr. 3:1; Kol. 3:18).

4.2 Keterlibatan Kristen dalam mencegah tindak KDRT

4.2.1  Peran Lembaga Keagamaan Kristen Dalam Penanggulangan KDRT

Secara institusi gereja, Gereja Kristen Indonesia (GKI) secara program kerja tidak

memiliki program tentang penanggulangan KDRT. Namun demikian apabila

terjadi persitiwa-peristiwa pelaporan KDRT GKI telah memiliki sistem-sistem

terpadu yang berbasis komunitas antar jemaat di wilayah wilayah jemaat GKI

tinggal.  KDRT pada jemaat GKI secara umum ditangani oleh kelompok

komunitas gereja. Namun apabila KDRT dinilai cukup berat dan tidak bisa

diselesaikan maka kasus tersebut ditangani oleh pendeta.

Hasil penelitian menunjukan persoalan KDRT juga menimpa pada beberapa

jemaatnya GKI. Masalah KDRT yang pernah ditangani rohaniwan GKI mulai dari

kekerasan fisik sampai dengan kekerasan non fisik. Contoh KDRT yang perah

dialami oleh jemaat GKI adalah perkosaan terhadap pasangan sendiri, pemukulan

dan lain-lain. Sedangakan KDRT yang bersifat non fisik berupa penelantaran, dan

perkataan kasar pasangan. Namun demikian intensitas KDRT yang dialami oleh

jemaat GKI dan dilaporkan pada pihak gereja terbilang sangat jarang.

Dalam agama Kristen tidak dikenal istilah perceraian. Oleh karena itu pendeta

akan semaksimal mungkin berusaha melakukan mediasi dan proses perdamaian

kepada pihak-pihak bermasalah. Namun apabila pasangan bermasalah bersikeras

14 Maurice Eminyan, Teologi Keluarga, Yogyakarta: Kanisius, 2001, Hlm. 198-199

23

Page 24: Makalah KDRT II

untuk berpisah maka pendeta mempersialakan pasangan bermasalah untuk

mencari jalan sendiri diluar agama kristen.

4.2.2 Keterlibatan keristen dalam menolong pelaku/korban dari KDRT

Edukasi diri. Cari organisasi, lembaga, atau komunitas yang bisa

membantu Anda mendapatkan pengetahuan tepat mengenai kekerasan terhadap

perempuan atau KDRT. Melalui jaringan ini Anda bisa mencari tahu cara yang

lebih tepat dalam penanganan kekerasan.

Pendekatan tepat. Lakukan pendekatan dengan orang yang Anda sayangi,

dan menjadi korban dalam perspektif Anda. Karena bisa jadi, kakak atau sepupu

atau siapa pun yang menurut Anda adalah korban kekerasan (psikis utamanya),

tak selalu merasa sebagai korban

Jangan mengkritik. Niat baik untuk membantu jika dilakukan dengan cara

kurang tepat takkan membuahkan hasil. Dalam pandangan Anda, sikap suaminya

jelas keliru dan merupakan bentuk kekerasan. Tapi belum tentu pandangan korban

juga demikian.

Berhati-hati. Ingatkan teman atau saudara Anda bahwa pasangannya yang

melakukan kekerasan psikis (terlalu protektif) juga akan mengontrol berbagai

tindakannya. Kalau si korban mencari informasi mengenai penanganan kekerasan

melalui komputer misalnya, si pelaku kekerasan akan mengetahuinya karena ia

akan mencari tahu apa yang dilakukan korban.

Bantu cari rumah singgah sebatas perencanaan. Kalau orang terdekat

korban kekerasan memutuskan meninggalkan pasangannya, bantu ia menemukan

rumah singgah yang tepat dengan perencanaan yang baik. Apalagi jika ada anak,

pastikan ketika korban meninggalkan pasangannya, ia telah memiliki tempat

tinggal yang aman.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

24

Page 25: Makalah KDRT II

Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami.Di

dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar

tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tindak kekerasan sangat

jelas sekali bertentangan dengan kekristenan, apalagi bila hal tersebut terjadi

didalam sebuah mahligai rumah tangga. Rumah tangga ataupun suatu keluarga

adalah sesuatu yang dibentuk dan diprakarsai oleh Allah bahkan yang

mempersatukan manusia didalam mahligai rumah tangga (perkawinan). Dibawah

ini ada beberapa tips ayat-ayat Alkitab yang dapat kita jadikan sebagai pedoman

untuk mencegah terjadinya KDRT

1. 1 Petrus 3 :1-7 : tentang hidup bersama suami istri

2. 1 Petrus 4 : 8 : tentang kasih menutupi banyak sekali DOSA

3. Kolose 3 :18-19 : tentang hubungan antara anggota-anggota rumah tangga

4. Efesus 5 : 22-23 : tentang Kasih Kristus adalah dasar hidup suami istri

B. SARAN

Setiap orang/jemaat yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas

kemampuannya, yaitu :

a. mencegah berlangsungnya tindak pidana.

b. Memberikan perlindungan kepada korban

c. Memberikan pertolongan darurat

d. Membantu proses pengajuan permohonanpenetapan perlindungan.

Pemerintah setempat perlu memberikan motivasi, sosialisasi, agar tindakan KDRT

seperti ini sudah tidak terjadi lagi. Pemerintah sangat perlu mengontrol kehidupan

masyrakat. Dengan disahkan undang-undang KDRT, pemerintah dan masyarakat

lebih berupaya menyadarkan dan membuka mata serta hati untuk tidak berdiam

diri bila ada kasus KDRT lebih ditingkatkan pengawasannya.

25