makalah psikologi kelompok 8
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Bunuh Diri
(Suicide)”
Makalah ini berisikan tentang kasus bunuh diri yang dilatar belakangi oleh
masalah ekonomi, dan bagaimana teori psikologi dihubungkan dengan kasus
bunuh diri tersebut. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang bunuh diri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Tanggal, 25 mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ……………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
LATAR BELAKANG ………….…………………………………………… 1
A. Data Faktual…..…………………………………………………….. 1
B. Data Jurnal ………..………………………………………………... 3
KAJIAN TEORI ............................................................................................... 3
A. Teori Humanistik……………………………………………………… 5
B. Teori Psikoanalisis Freud..…….………………………………………. 7
C. Teori Psikodinamik………………..………………………………….. 7
D. Teori Kognitif ……………………..……………………………….… 8
E. Teori Eksistensial……………………………………………………... 9
PEMBAHASAN……........................................................................................ 10
A. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Humanistik……………. 10
B. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Kognitif….……………. 11
C. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Psikoanalisis Freud…… 12
D. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Psikodinamik…………. 12
E. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Eksistensial………...…. 13
PENUTUP……................................................................................................. 14
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 14
B. Saran…………………....…….………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15
LATAR BELAKANG
A. Data Faktual
TRIBUNNEWS.COM, BOJONGSOANG (Sabtu, 3 Maret 2012 02:44 WIB)
Warga Kampung Cijagra, Desa/Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten
Bandung, dibuat gempar dengan ditemukannya jasad seorang wanita dengan
urat nadi di pergelangan tangan kirinya terputus. Mayat itu tergeletak di
sebuah selokan di pinggir jalan kampung tersebut, Jumat (2/3) sekitar pukul
10.00.
Warga pun semakin geger karena sekitar 50 meter dari tempat
ditemukannya mayat wanita itu, masih di saluran selokan yang sama
ditemukan bocah laki-laki juga sudah tak bernyawa. Wajah dan tubuh bocah
itu pucat dan membiru. Diduga tubuhnya sudah nyungsep di selokan sedalam
1 meter itu sejak Jumat (2/3) dini hari.
Belakangan diketahui wanita itu bernama Herawati (37) dan bocah
laki-laki itu adalah Andika (4), anak keempat sekaligus anak bungsu Herawati.
Ibu dan anak ini adalah warga Kampung Cigebar, Desa Bojongsari,
Kecamatan Bojongsoang. Rumahnya berjarak sekitar 700 meter dari lokasi
ditemukannya mayat mereka.
Berdasarkan penyelidikan polisi, Herawati nekat bunuh diri dengan
mengiris urat nadinya sendiri menggunakan sebilah pisau. Sebelumnya,
wanita berkulit gelap itu secara keji membunuh Andika, anak bungsunya,
dengan menenggelamkan tubuhnya di selokan tersebut.
Diduga lokasi penenggelaman anaknya, sama persis di tempat
Herawati bunuh diri. Namun karena sebelumnya turun hujan sehingga arus
selokan selebar satu meter itu cukup deras dan menghanyutkan tubuh bocah
malang tersebut. Tak heran, lokasi penemuan jasad keduanya pun berjarak
sekitar 50 meter.
Kapolres Bandung AKBP Sandi Nugroho melalui Kapolsek
Bojongsoang AKP Sutarman mengatakan, polisi berkesimpulan korban
terlebih dulu membunuh anaknya lalu bunuh diri setelah melakukan olah
tempat kejadian perkara (TKP) dan memintai keterangan sejumlah saksi.
Pihaknya, kata Sutarman, juga menemukan sebuah surat wasiat dari
korban yang ditulis tangan dalam bahasa Sunda. Surat itu ditulis diatas secarik
kertas dan disimpan diatas meja. Isi surat itu menyebutkan, korban meminta
maaf kepada keluarganya karena sudah tidak tahan hidup di dunia.
"Motif bunuh dirinya karena terhimpit persoalan ekonomi. Keluarga
ini banyak utang, terutama utang suaminya. Korban juga sakit hati kepada
suaminya karena sering diperlakukan kasar. Rumah tangganya sering cekcok.
Karena sudah tak tahan dengan kondisi seperti itu, korban memilih bunuh
diri," kata Sutarman di Bojongsoang, kemarin.
Menurut penuturan Agus (35), warga setempat, korban diketahui
meninggalkan rumah dengan menggendong anaknya pada Jumat (2/3) sekitar
pukul 02.00. Diduga eksekusi pembunuhan sekaligus bunuh diri itu terjadi
setengah atau satu jam setelah korban meninggalkan rumahnya.
Suami korban, Ade Rusli (43) dan tiga anaknya yang lain, kemarin belum bisa
dimintai keterangan. Mereka masih syok dan berduka dengan kejadian ini.
Polisi kata Sutarman, segera akan memintai keterangan dari Ade Rusli dan
anak-anaknya.
Karena permintaan keluarga dan tokoh masyarakat setempat, kedua
jenazah tidak diautopsi. Untuk itu pihak keluarga telah membuat surat
pernyataan diatas segel yang ditujukan untuk polisi. Setelah dimandikan dan
disalatkan, kedua jenazah kemudian dimakamkan di TPU Kampung Cibeber,
Desa Bojongsoang.
"Keluarga telah menanggap ini sebuah musibah, makanya mereka
membuat surat pernyataan meminta agar jenazahnya tidak diautopsi. Kedua
jenazah langsung dimakamkan sore harinya," ujar Sutarman.1
1 Maulana,Prawira. 2012. Hera Bunuh Anak, Lalu Bunuh Diri. http://m.tribunnews.com
B. Data Jurnal
Bunuh diri atau mengambil nyawa diri sendiri oleh sebagian orang
seringkali dianggap sebagai suatu solusi jitu atas suatu dilema yang sedang
dihadapi, baik itu dilema fisik maupun psikologis. Secara ilmu psikologis,
bunuh diri berakar dari depresi. Depresi itu sendiri tidak memilih usia, ia bisa
menyerang tua dan muda, laki-laki dan wanita.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia
atau World Health Organization yang dihimpun tahun 2005-2007 sedikitnya
50 ribu orang Indonesia bunuh diri. Penyebab banyaknya angka bunuh diri
disebabkan oleh kemiskinan dan tekanan ekonomi. Dari jumlah tersebut,
41% bunuh diri dilakukan dengan cara gantung diri dan 23% dengan cara
meminum racun serangga. Sementara pada tahun 2009 marak diberitakan aksi
bunuh diri dengan melompat dari pusat perbelanjaan dan gedung bertingkat.
Yang mengherankan, latar belakang kemiskinan bukan lagi menjadi pemicu
utama bunuh diri karena rata-rata korban berasal dari keluarga mampu.2
Orang kulit putih memiliki resiko bunuh diri paling tinggi diantara
semua kelompok budaya sebesar 72%, yang diikuti penduduk Amerika asli,
orang Amerika-Afrika, Amerika-Hispanik, dan Amerika-Asia pada urutan
selanjutnya. Individu yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki angka bunuh
diri paling tinggi. Angka bunuh diri pada remaja meningkat, mencapai angka
yang mengkhawatirkan. Bunuh diri saat ini menjadi penyebab kematian kedua
untuk remaja.3
PERBANDINGAN ANTARA ORANG-ORANG YANG BERUPAYA
DAN BERHASIL BUNUH DIRI
KarakterisitikOrang-orang yang
Berupaya Bunuh Diri
Orang-orang yang
Berhasil Bunuh Diri
Gender Mayoritas perempuan Mayoritas Laki-laki
Usia Terutama berusia muda Risiko meningkat
2 Effendi, Ima. 2009. Bunuh diri-Solusi Masalah anda?. http://www.e-psikologi.com3 Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC hal 430
berkaitan dengan usia
Metode
Tingkat kefatalan
rendah ( pil, memotong
urat nadi )
Lebih keras ( dengan
senjata api, melompat )
Diagnosis umum
Gangguan distimik
Gangguan kepribadian
ambang skizofrenia
Gangguan mood mayor
Alkoholisme
Emosi dominanDepresi disertai
kemarahan
Depresi disertai
keputusasaan
Motivasi
Perubahan kondisi
Mengharapkan
pertolongan (cry for
help)
Depresi disertai
keputusasaan
Kematian
Riwayat rumah sakitKesembuhan singkat
dari disforia
Sikap terhadap
upaya bunuh diri
Lega karena dapat
selamat
Berjanji untuk tidak
mengulangi
Sumber : Diadaptasi dari Fremouw dkk, 19904
KAJIAN TEORI
4 Pengertian Bunuh Diri | Analisa | Penyebab. 2012. http://jinggasuci.blogspot.com
A. Teori Humanistik
Dalam teori psikologi humanistik, manusia diciptakan baik. Rasa
permusuhan yang terkadang muncul dari dalam dirinya, disebabkan karena
adanya kesulitan yang dihadapinya dalam hidup yang penuh dengan kekerasan
dan ketidakadilan. Manusia memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan
yang berkaitan langsung dengan kehidupannya.5
1. Teori Humanistik Abraham Maslow
Abraham maslow menyimpulkan ada lima jenis kebutuhan manusia
sebagai berikut:
a) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis ( Physiological needs )
Adalah kebutuhan yang bersifat biologis guna memenuhi aspek
jasmaniah, seperti makan, minum, tidur, istirahat, rekreasi, dan
seksual.
b) Kebutuhan rasa aman ( safety Needs )
Adalah kebutuhan akan rasa aman. Hal itu ditandai dengan keinginan
terhindar dari rasa takut, was-was atau ancaman yang membahayakan
diri sendiri. Misalnya jaminan rasa aman terhadap nyawanya terhindar
dari pembunuhan dan harta bendanya aman dari pencurian
c) Kebutuhan sosial ( Social needs )
Adalah kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Individu diberikan kesempatan dan kebebasan tanpa diskriminasi
untuk menjalin interaksi sosial. Mereka dapat bergaul dengan semua
orang tanpa memandang latar belakang suku, agama, status sosial,
pendidikan, jenis kelamin, dan warna kulit.
d) Kebutuhan penghargaan (esteem needs)
Adalah kebutuhan untuk menghargai dan dihargai orang lain. Dalam
hal ini, termasuk kebutuhan untuk mencintai ataupun dicintai. Secara
operasional, dapat digambarkan adanya kebebasan untuk memberikan
5 Taufik, Muhammad Izzudin. 2006. Panduan lengkap dan praktis psikologi islam. Jakarta: gema insani press. Hal 277
penghargaan kepada siapa saja. Demikian pula ia pun berhak untuk
memperoleh penghargaan dari siapa saja tanpa pandang bulu. Hal ini
berarti individu berhak untuk menikah dan hidup bersama keluarga
dengan siapa saja.
e) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)
Adalah kebutuhan untuk mewujudkan seluruh potensi agar
berkembang secara optimal. Konsekuensi dari konsep ini,
mengingatkan adanya persamaan pada setiap individu untuk
memperoleh kesempatan mengembangkan diri melalui jalur
pendidikan formal dan nonformal. Ia pun memperoleh kebebasan
berkarya guna mewujudkan aspirasi, cita-cita, minat-bakat, kreativitas,
tanpa kekangan, dan halangan atau hambatan dari siapa saja.6
2. Teori Humanistik Karl Rogers
Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda
dan mengetahui pengalaman terbaiknya.7 Individu memiliki kemampuan
dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani
masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang
dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi
manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-
kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan
dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam
masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan
perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi)
seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis. 8
6 Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo hal 123-1247 Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC hal 658 Suharmawan, Wahid. 2012. Attending : Analisis Teori (Carl R. Rogers). http://konselorindonesia.blogspot.com
B. Teori Psikoanalisis Freud
Manusia didorong untuk mencari kenikmatan dan mereduksikan
tegangan. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik yang keluar dari
insting-insting.
Menurut Freud, dorongan-dorongan hidup dan dorongan-dorongan
mati menimbulkan tegangan-tegangan yang menyenangkan atau menyusahkan
individu. Kebanyakan tingkah laku yang berarti dari individu merupakan
akibat usaha-usaha untuk mereduksi tegangan itu. Dorongan-dorongan hidup
dan dorongan-dorongan mati itu dianggap tetap ada sepanjang hidup.
Selanjutnya, dorongan-dorongan itu akan bercampur dan menjadi
begitu kompleks sehingga keduanya sering kali terarah kepada objek cinta
yang sama. Fusi dorongan-dorongan hidup dan dorongan-dorongan mati
disebut sebagai ambivalensi.9
C. Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik mendukung prinsip determinasi psikis, yakni
pandangan bahwa tingkah laku kita normal atau abnormal ditentukan oleh
hasil dari proses dinamik dan konflik-konflik intrapsikis. Dorongan-dorongan
batin ( internal ) individu, seperti seks dan agresi, dalam pandangan
psikodinamik bertentangan dengan aturan-aturan sosial (masyarakat) dan
norma-norma moral.
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan
dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku
dan keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya.
Perkembangan manusia sebagai hasil dari proses konfrontasi dan
akomodasi antara pertumbuhan individual dan tuntutan sosial, antara
dorongan dasar manusia dan tuntutan masyarakat memusatkan perhatian pada
perkembangan kepribadian, perkembangan perasaan, keyakinan, dan perilaku
yg rasional maupun tidak rasional.10
9 Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius hal 128 10 Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius hal 126
D. Teori Kognitif
Pandangan kognitif menjelaskan tingkah laku abnormal berdasarkan
pikiran-pikiran yang keliru dan proses-proses pikiran yang kalut. Biasanya
masalah-masalah yang berkenaan dengan pikiran dianggap sebagai simtom-
simtom dari gangguan-gangguan psikologis, tetapi dalam pandangan kognitif,
pikiran-pikiran itu dilihat sebagai penyebab dari gangguan-gangguan itu.
Bila kita memiliki informasi yang salah tentang suatu situasi, maka
respons kita terhadap situasi itu juga mungkin salah atau abnormal. Para ahli
berpendapat bahwa banyak tipe gangguan mental disebabkan oleh masalah-
masalah yang menyangkut isi kognitif.
Misalnya seorang individu mengalami depresi karena ia berpikir “aku
adalah seorang yang tidak berharga”, atau mungkin bila kita berpendapat
bahwa seekor ular kecil yang tidak berbisa adalah berbahaya, maka anda akan
mengadakan respons dengan suatu ketakutan abnormal (menderita suatu
fobia), atau bila anda berpendapat banyak intel pemerintah mengelilingi anda,
maka anda akan berpikir bahwa pemerintah akan melawan anda (menderita
suatu delusi).
Contoh-contoh ini mau menggambarkan cara-cara bagaimana isi
kognitif yang salah bisa menimbulkan suatu penilaian yang salah terhadap
suatu situasi pada akhirnya menimbulkan tingkah laku abnormal.
Para ahli teori kognitif berpendapat bahwa masalah-masalah dengan
proses-proses kognitif disebabkan oleh masalah-masalah dengan perhatian dan
asosiasi-asosiasi. Gagasan dasarnya adalah
a) Individu-individu telah kehilangan perhatian
b) Selama kehilangan perhatian itu, mereka dikacaukan oleh pikiran-pikiran
lain
c) Mereka berputar-putar pada pikiran-pikiran baru dan bukan mengikuti
pikiran-pikiran semula. 11
E. Teori eksistensial
11 Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius hal 191-193
Para ahli teori eksistensial yakin bahwa penyimpangan perilaku
terjadi ketika individu berada diluar pengaruh dirinya sendiri atau
lingkungan. Individu yang terasing dari dirinya sendiri merasa sepi, sedih,
dan tidak berdaya. Kurangnya kesadaran diri disertai kritik tajam terhadap
diri sendiri membuat individu tidak berpartisipasi dalam hubungan yang
memuaskan.
Individu tidak bebas memilih semua alternatif, yang mungkin
karena batasan yang ditetapkan pada diri sendiri. Individu tersebut
menghindari tanggung jawab personal dan menyerahkannya pada
keinginan atau tuntutan orang lain.12
Para pendukung pandangan ini tidak menerima pandangan yang
mengemukakan bahwa manusia adalah produk dari dorongan-dorongan
tak sadar, pengondisian (conditioning), fisiologi. Manusia adalah makhluk
sadar yang memilih secara bebas tidakan-tindakannya, dan karena
pilihannya yang bebas itu maka setiap manusia berkembang sebagai
seorang individu yang unik.
Untuk memahami tingkah laku seseorang sangat penting melihat
atau mengalami dunia dari segi pandangannya sendiri karena tingkah
lakunya disebabkan oleh pilihan sadarnya dan pilihannya itu dipengaruhi
oleh persepsi pribadinya tentang situasi.13
PEMBAHASAN
12 Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC hal 6713 Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius hal 222
Bunuh diri menjadi pilihan, orang-orang yang berputus asa dalam menghadapi
kenyataan hidup dan kesulitan hidup. Maka dari itu, bunuh diri menjadi sebagai
sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut atau bisa dikatakan bunuh
diri sebagai pelarian diri dari masalah.
Dalam kasus ini bunuh diri dilakukan oleh seorang ibu, yang sebelum bunuh diri
terlebih dahulu membunuh anaknya sendiri dengan cara menenggelamkan
tubuhnya ke selokan. Motif pembunuhan disebabkan karena masalah kemiskinan
dan kekerasan dalam rumah tangga.
Beberapa teori yang berkaitan dengan motif pelaku melakukan bunuh diri yaitu :
A. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Humanistik
Teori humanistik menyatakan rasa permusuhan terkadang muncul dari
dalam diri manusia karna mengalami kesulitan dalam hidup yang penuh
kekerasan dan ketidakadilan.
Berdasarkan teori humanistik Abraham maslow, terdapat lima
kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia yang pertama adalah fisiologis.
Berdasarkan teori ini dapat diketahui bahwa kebutuhan fisiologis pelaku tidak
terpenuhi. Karena adanya kesulitan ekonomi, maka kebutuhan jasmani seperti
makan dan minum pun tidak terpenuhi. Ingin makan saja susah, apalagi untuk
memenuhi biaya hidup laninnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi atau
kebutuhan fisiknya untuk mempertahankan hidup.
Kebutuhan manusia yang kedua adalah kebutuhan rasa aman, menurut
teori humanistic Abraham maslow. Dalam kasus ini pelaku selalu merasa
takut, karena sering mengalami kekerasan yang dilakukan suaminya, rumah
tangganya sering cekcok. Selain itu, perasaan was-was pun selalu menghantui
pelaku. Karena kesulitan ekonomi yang dihadapi, menyebabkan pelaku terlilit
hutang. Dimana sewaktu-waktu penagih hutang akan datang dan menagih
hutang.
Berdasarkan teori humanistik Rogers diketahui bahwa individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan
hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya.
Dalam kasus ini pelaku telah menentukan jalan hidupnya sendiri, yaitu
dengan bunuh diri. Keinginan bunuh diri ini muncul dari dalam diri pelaku itu
sendiri. Bunuh diri dianggap sebagai solusi terakhir untuk mengatasi masalah
yang saat ini dia hadapi.
Dari banyaknya permasalahan hidup yang dihadapi pelaku, akhirnya
dia mengalami stres. Dan pelaku sudah tidak mampu mengatasi stres yang
dihadapinya. Sudah tidak ada harapan dan tujuan yang pasti dalam hidup.
Karena terus menerus mendapat tekanan, masalah yang menumpuk dan pada
puncaknya memicu keinginan bunuh diri.
B. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Kognitf
Pandangan kognitif menjelaskan tingkah laku abnormal berdasarkan
pikiran-pikiran yang keliru dan proses-proses pikiran yang kalut. Dalam kasus
ini pelaku kehilangan harapan, masalah ekonomi yang dihadapinya dianggap
sebagai suatu masalah yang sangat serius dan sudah tidak mungkin teratasi.
Kekakuan dan ketidakmampuannya dalam berpikir yang menyebakan pelaku
kesulitan dalam menemukan alternatif dalam menyelesaikan masalah ekonomi
yang dihadapi.
Para ahli teori kognitif berpendapat bahwa masalah-masalah dengan
proses-proses kognitif disebabkan oleh masalah-masalah dengan perhatian dan
asosiasi-asosiasi. Kita garis bawahi di sini kata perhatian, seperti yang kita
ketahui bahwa pelaku bunuh diri sering mengalami cekcok dengan suaminya.
Dalam hal ini pelaku memandang dirinya tidak berharga, penuh kekurangan,
tidak dapat dicintai. Hal ini membuat stres pelaku meningkat, disamping
masalah ekonomi ditambah lagi sudah tidak adanya perhatian dari orang-orang
disekitarnya, pelaku sudah tidak berpikir jernih, berpikiran negatif mengenai
diri dan masa depannya dengan keluarganyalah yang mendominasi dalam
pikirannya, harga diri pelaku juga berkurang sehingga ia mengambil alternatif
yang menurutnya paling tepat yaitu bunuh diri.
Harapan pelaku terhadap masa depan hanyalah kegagalan dan
kesedihan yang berlanjutan serta kesulitan yang tidak pernah usai, pikiran
negatif seperti inilah yang menyebabkan pelaku juga membunuh anaknya,
karena ia berpikir bahwa ketika anaknya masih hidup di dunia ini dia hanya
akan menderita dan tak akan mempunyai masa depan yang baik.
C. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Psikoanalisis Freud
Menurut Freud, dorongan-dorongan hidup dan dorongan-dorongan
mati menimbulkan tegangan-tegangan yang menyenangkan atau menyusahkan
individu. Kebanyakan tingkah laku yang berarti dari individu merupakan
akibat usaha-usaha untuk mereduksi tegangan itu. Dorongan-dorongan hidup
dan dorongan-dorongan mati itu dianggap tetap ada sepanjang hidup.
Pada kehidupan sehari-harinya, pelaku mengalami rasa sakit dan
derita yang tidak tertahankan dalam jiwa dan pikiranya. Rasa sakit tersebut
berasal dari jiwa pelaku itu sendiri ketika merasakan malu, rasa bersalah,
penghinaan, kesepian, ketakutan, kemarahan, kesedihan karena masalah dalam
keluarganya yang tidak dapat diselesaikan.
Akhirnya pelaku mengalami depresi, dan disaat itu dorongan-dorongan
hidup dan dorongan-dorongan mati muncul dalam pikiran pelaku. Namun,
karena disaat pelaku mengalami depresi tidak ada perhatian dari keluarga,
terutama suami. Seperti kita ketahui, bahwa suami pelaku selalu
memperlakukannya dengan kasar. Maka, dorongan-dorongan mati ini lebih
mendominasi pikiran pelaku. Dorongan-dorongan hidup itu dianggap sudah
tidak ada. Bunuh diri dianggap sebagai usaha untuk mereduksi tegangan yang
dialami pelaku.
D. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik mendukung prinsip determinasi psikis, yakni
pandangan bahwa tingkah laku kita normal atau abnormal ditentukan oleh hasil
dari proses dinamik dan konflik-konflik intrapsikis.
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan
dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku
dan keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya.
Berdasarkan teori ini diketahui bahwa motif bunuh diri yang dilakukan
pelaku karena adanya kemarahan pelaku terhadap dirinya sendiri. Pelaku
berpikir bahwa dirinyalah yang menyebabkan semua masalah ini terjadi.
Pelaku selalu mengganggap dirinya tidak berguna dan tidak berarti lagi.
Pelaku selalu dihantui oleh perasaan bersalah.
Interaksi dalam pikiran pelaku, kemudian dituangkan dalam bentuk
perilaku-perilaku negatif. Seperti, yang dilakukan pelaku pada contoh kasus
ini yaitu dengan bunuh diri.
E. Motif Pelaku Bunuh Diri berdasarkan Teori Eksistensial
Menurut teori eksistensial manusia adalah makhluk sadar yang
memilih secara bebas tindakan-tindakannya. Tingkah lakunya disebabkan oleh
pilihan sadarnya dan pilihannya itu dipengaruhi oleh persepsi pribadinya
tentang situasi. Individu yang terasing dari dirinya sendiri merasa sepi, sedih,
dan tidak berdaya.
Bunuh diri yang dilakukan pelaku semuanya karena pilihan dari pelaku
itu sendiri. Situasi dalam lingkungan keluarga pelaku sudah tidak mendukung
buat pelaku melanjutkan hidupnya.
Pelaku sudah tidak berdaya menghadapi masalah yang selalu hadir
dalam keluarganya. Perasaan sepi dan sedih pun selalu dihadapi pelaku karena
suaminya sudah tidak memperhatikannya. Hanya perlakuan kasar yang selalu
dia terima dari suaminya. Kehangatan dalam keluarga tidak pernah pelaku
rasakan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu tindakan untuk menghentikan hidup sendiri.
Bunuh diri biasanya dilakukan oleh individu yang mengalami masalah yang
sangat berat, seperti masalah ekonomi. Bunuh diri dianggap sebagai solusi
dari semua masalah yang dihadapi.
B. Saran
Jika menghadapi sebuah masalah, sebaiknya masalah tersebut
dibicarakan kepada teman ataupun sahabat. Agar dapat membantu
memberikan solusi yang terbaik.
Jangan pernah berpikir bahwa bunuh diri itu adalah solusi dari semua
masalah yang dihadapi. Tapi, bunuh diri tersebut pada akhirnya akan
mendatangkan masalah buat orang yang ditinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo
Effendi, Ima. 2009. Bunuh diri-Solusi Masalah anda?. http://www.e-
psikologi.com. Diakses 20 mei 2012
Maulana, Prawira. 2012. Hera Bunuh Anak, Lalu Bunuh Diri.
http://m.tribunnews.com. Diakses 20 mei 2012
.Pengertian Bunuh Diri | Analisa | Penyebab. 2012.
http://jinggasuci.blogspot.com. Diakses 20 mei 2012
Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius hal 128
Suharmawan, Wahid. 2012. Attending : Analisis Teori (Carl R. Rogers).
http://konselorindonesia.blogspot.com. Diakses tanggal 20 mei 2012
Taufik, Muhammad Izzudin. 2006. Panduan Lengkap dan praktis Psikologi
Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Hal 277
Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC