kelompok 1 psikologi

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati dunia beserta isinya.Pendekatan- pendekatan tersebut adalah takwa kepada Allah, ilmu pengetahuan, seni dan agama.psikologi olahraga adalah usaha untuk memahami atau mengerti seorang atlet dalam hal makna dan nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi olahraga berusah untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk berprestasi di kanca internasional. Oleh karena itu psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi seorang atlet yang berprestasi. Pada mulanya kata psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut masalah keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya. B. Perumusan Masalah 1

Upload: lukmanul-hakim

Post on 11-Jul-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

psikologi

TRANSCRIPT

Page 1: kelompok 1 psikologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati

dunia beserta isinya.Pendekatan-pendekatan tersebut adalah takwa kepada Allah, ilmu

pengetahuan, seni dan agama.psikologi olahraga adalah usaha untuk memahami atau

mengerti seorang atlet dalam hal makna dan nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut

sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi

olahraga berusah untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk

berprestasi di kanca internasional.

Oleh karena itu psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap

kehidupan dan dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga

seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi seorang atlet

yang berprestasi.

Pada mulanya kata psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut

masalah keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas keterkaitan antara pelatih dengan seorang atlet

saling berketergantungan dan peran seorang pelatih sangat penting bagi prestasi seorang atlet

yang berprestasi karena tanpa seorang pelatih barangkali seoran atlet tak dapat berkembang

seperti saat dia berprestasi.

Tentang cara pemikiran seorang atlet dalam menuntut sasaran prestasi guna dapat

mebentukan jalan pikiran kita dan memberikan pembelajaran secara mendetail sebagaimana

dengan arti seorang atlet yang cinta akan prestasi yang membanggakan.

1

Page 2: kelompok 1 psikologi

C. Tujuan penulisan

Sebagaimana tujuanpenulisan makalah psikologi olahraga penranannya dalam ilmu

pengetahuan mempunyai banyak pengaruh atau factor – factor yang menyebabakan lahirnya

seorang atlet dengan itu factor –faktor tersebut dibagi dalam beberapa golongan yaitu adanya:

1. semangat dan kerja keras.

Tanpa semanga dan kerja keras seorang atlet tidak bisalah mendapatkan prestasi yang

membanggakan, karna dari situlah semangat adala jiwa perlombaan yang dapat membawa

kita jadi juara,

2. keinginan dan kemauan.

Hal tersebu dapat pula kita ambil sebagai pegangan dalam mencapai prestasi yang baik, karna

tampa keinginan seseorang tidak bisa melakukan sesuatu yang mutlak, sehingga apa yang

diinginkan tidak dapat tercapai, karna kemauan yang dulunya ada sekaran tidak ada lagi

karna dipengaruhu oleh kemalasan.

3. Rasa ingin tahu atas segalanya.

Seorang atlet yang mempunyai rasa ingi tau yang tinggi berarti tinggi pulahlah keinginan

untuk mendapatkan prestasi, khususnya prestasi internasional.

4 motifasi yang tinggi

Kinerja seorang yang menginginkan prestasi yang gemilang dan lebih tinggi haruslah

mempunyai motifasi yang sempurna yang dapat menunjang semangat dalam latihan dan

bertanding.

2

Page 3: kelompok 1 psikologi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan

lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada

yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang

dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.

B. Pengertian Psikologi olahraga

Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi

olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar

bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa

adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan

umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan

prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.

C. Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?

Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif,

baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka

dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil

pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali

menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun

menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.

Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka

berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan

ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.

3

Page 4: kelompok 1 psikologi

D. Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental

yang Tangguh?

Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang

terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-

tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda

dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan

pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes", dengan bantuan psikometri.

Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi

intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada

umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering

beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil

psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak

menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali

faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui

latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang

pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut.

E. ASPEK-ASPEK PSIKOLOGI OLAHRAGA

Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut

bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul

di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.

1) Berpikir Positif

Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,

melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi

pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh

sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin

kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat

memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.

Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan

menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif

seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka

kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir

4

Page 5: kelompok 1 psikologi

positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet.

Daripada mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan

berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun

maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan,

tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba".

Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat

berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru

akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti

dengan penurunan prestasi.

2) Penetapan Sasaran

Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu

setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam

pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran

jangka pendek yang lebih spesifik.

Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat,

yaitu:

a. Sasaran harus menantang.

Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat

mencapai sasaran tersebut.

b. Sasaran harus dapat dicapai.

Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa

sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi,

sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun.

Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa

tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.

c. Sasaran harus meningkat.

5

Page 6: kelompok 1 psikologi

Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin

tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun

biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu

uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan

menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang

ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula

cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik

pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.

3) Motivasi

Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu

sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa

dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.

Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal

dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan

pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan

motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan

pertandingan.

Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah

atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama

menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih

mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.

Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar.

Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara

positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus

memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.

4) Emosi

Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi

terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi

dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-

bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini

adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.

6

Page 7: kelompok 1 psikologi

Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga seringkali menjadi faktor penentu

kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi atlet

asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi juga dalam latihan dan kehidupan sehari-

hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang,

sedih, takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk

mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang

satu dengan atlet lainnya.

Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut,

kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi

pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet

mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai.

Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan

baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka

dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar,

strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.

Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement). Sebelum

pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber

ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara

pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang

berkaitan dengan emosi.

5) Kecemasan dan Ketegangan

Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu,

kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya.

Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke

dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu,

telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang

penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya.

Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam

menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini :

7

Page 8: kelompok 1 psikologi

a) Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan

kecemasan.

b) Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan

sesungguhnya.

c) Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika

mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.

d) Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-

otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.

e) Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis

memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.

f) Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar

bernapas dengan menggunakan diafragma.

g) Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).

h) Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).

i) Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu

yang diperlukan saat itu.

j) Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.

6) Kepercayaan Diri

Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu suksesnya

seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri

sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya

atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara

sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.

Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat untuk

untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana letak

kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan

bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat

tercapai jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam

melakukan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi rasa

percaya diri.

8

Page 9: kelompok 1 psikologi

Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan

Anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain

baik), hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah

dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana seharusnya.

Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin

dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.

7) Komunikasi

Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan

pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik

antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet

merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat

lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.

Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknik-

teknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan

pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan

dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan

program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.

Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata

tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi

pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk

memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya,

seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut

bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan

sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda.

Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat, haruslah dijalankan

secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu,

maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat

hukuman yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian

hari.

9

Page 10: kelompok 1 psikologi

Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah

bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan

hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam

latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan

hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).

8) Konsentrasi

Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu

obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia

dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya.

Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi

pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.

Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah

berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak

mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah

dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus

bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari

keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.

9) Evaluasi Diri

Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada

dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan

dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya

ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara

mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah

dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah

terulangnya penampilan buruk.

Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan harian

mengenai latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan

kelebihan diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah

jika menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.

10

Page 11: kelompok 1 psikologi

Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di

dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:

- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan.

- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.

- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.

- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi

menghadapinya.

- Hasil dan jalannya pertandingan.

- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.

- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.

Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat

bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi

bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet

mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.

F. Persiapan Pertandingan

Setelah atlet dilatih baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan

yang tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun ke dalam

pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh

kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah form,

artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya pada saat

pertandingan.

Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung yang

tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan mental untuk menghadapi suatu

pertandingan agar si atlet dapat menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah

prestasi puncak.

Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan, yaitu

(1). Sebelum hari pertandingan

11

Page 12: kelompok 1 psikologi

(2). Pada hari pertandingan

(3). Saat pertandingan

(4). Setelah hari pertandingan.

Berikut uraiannya dalam contoh persiapan pertandingan bulutangkis:

1. Sebelum Hari Pertandingan

a. Kumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Jika memungkin- kan, putarlah

rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain

ganda, diskusikan strategi tersebut dengan pasangannya.

b. Pantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya dengan memperhatikan bagaimana

tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power, dan kelancaran menjalankan

ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan secara umum.

c. Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi wajahnya apakah cerah atau

murung: apakah sinar matanya letih atau segar dan awas. Juga perhatikan suasana hatinya,

bagaimana kualitas tidur dan makannya, apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis

seperti sakit perut, nyeri otot, sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin, dan sebagainya.

d. Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak "hidup dan berpikir" mengenai

pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya yang

dapat memberikan suasana gembira, sehingga ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari

pertandingan.

e. Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup latihan ringan saja dan tidak perlu

berada di lapangan terlalu lama. Pada malam hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat

yang tepat, tidak perlu tidur terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan

visualisasi. Jika pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alat-alat

perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan perlengkapan cadangan malam ini

juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan semua dalam keadaan baik.

2. Pada Hari Pertandingan

a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus tidur cukup dan tidak berlebihan.

Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa,

stretching, sarapan (perhatikan kapan harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan

relaksasi dan visualisasi, memeriksa kembali perlengkapan pertandingan termasuk

cadangannya. Mulailah hari ini dengan gembira, optimis, dan berpikir positif.

12

Page 13: kelompok 1 psikologi

b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang tepat. Perhitungkan jarak ke tempat

pertandingan, bagaimana mencapainya, kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat

terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat,

penyesuaian dan pemanasan.

c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet mana yang berada didekat teman-

temannya dan mana yang lebih suka menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang akan

bertanding, jangan lupa melapor panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah

hapal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan

sebagainya.

d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level `semangat' dlan tetap

berpikir positif. Pelatih dapat mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas.

Lakukan stroke dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat dilanjutkan

dengan'visualisasi clan relaksasi.

3. Saat Bertanding

Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk memikirkan teknik memukul atau

bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam latihan dan sudah dihayati dalam

visualisasi. Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan

dan melakukannya sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan

konsentrasi penuh hanya pada bola dan jalannya pertandingan.

Anjurkan atlet untuk:

a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan relaksasi.

b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani.

Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.

c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif.

d. Jangan terlalu banyak menganalisa.

e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan.

f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan diubah jika strategi itu berjalan.

Lakukan evaluasi singkat, jika strategi tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif

strategi yang sudah dipersiapkan.

13

Page 14: kelompok 1 psikologi

g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berbicara

terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan kemampuan clan menyerah

sebelum pertandingan selesai.

h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan mengganti apapun; biarkan berjalan

demikian. Jangan mengendor jika sedang leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu

kasihan jika lawan mendapat angka nol.

4. Setelah Hari Pertandingan

a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif yang dirasa berpengaruh terhadap

penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan hanya yang bersifat teknik, taktik, clan

strategi, tetapi juga yang bersifat mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut

dalam buku evaluasi si atlet.

b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah mencapai sasaran?

c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap program latihan.

d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan.

D. Pelatih Sebagai Pembina Mental Atlit

Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program

latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala

hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama

halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan

lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang

murni ideal atau sempura.

Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan

atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-

hal yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan

sebagai teman, guru. orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan

demikian dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi,

akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.

Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh

adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut.Empati ini merupakan kemampuan

pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat

14

Page 15: kelompok 1 psikologi

mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti

keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada

pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi pelatih untuk

mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi

atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang

memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya.

Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi

asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet

percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk

kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari

atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui ucapan,

perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka seberat apapun program

yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan sungguh-sungguh.

15

Page 16: kelompok 1 psikologi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan

lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada

yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang

dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.

Serta psikologi olahraga mempunyai aspek yang perlu menjadi pegangan kita yaitu

berpikiran positif

Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,

melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi

pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh

sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin

kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat

memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh

16

Page 17: kelompok 1 psikologi

DAFTAR PUSTAKA

http://www.arhysinjai.com/

17