makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mubiyarto (1994) membagi tipologi desa tertinggal di Propinsi Jawa Tengah ke dalam sembilan tipologi berdasarkan komoditas basis pertanian dan kegiatan mayoritas petani pada desa tersebut. Kesembilan karakteristik desa adalah desa persawahan, desa lahan kering, desa perkebunan, desa peternakan, desa nelayan, desa hutan, desa industri kecil, desa buruh industri, serta desa jasa dan perdagangan. Pembangunan desa akan semakin menantang di masa depan dengan kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan berpolitik yang lebih demokratis. Akan tetapi desa sampai kini, masih belum beranjak dari profil lama, yakni terbelakang dan miskin. Meskipun banyak pihak mengakui bahwa desa mempunyai peranan yang besar bagi kota, namun tetap saja desa masih dipandang rendah dalam hal ekonomi ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pembangunan pedesaan harus menjadi prioritas utama dalam segenap rencana strategi dan kebijakan pembangunan di Indonesia. Jika tidak, maka jurang pemisah antara kota dan desan akan semakin tinggi terutama dalam hal perekonomian. Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama, peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa; keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat 1

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 14-Jun-2015

29.431 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mubiyarto (1994) membagi tipologi desa tertinggal di Propinsi Jawa Tengah ke dalam

sembilan tipologi berdasarkan komoditas basis pertanian dan kegiatan mayoritas petani pada

desa tersebut. Kesembilan karakteristik desa adalah desa persawahan, desa lahan kering, desa

perkebunan, desa peternakan, desa nelayan, desa hutan, desa industri kecil, desa buruh

industri, serta desa jasa dan perdagangan. Pembangunan desa akan semakin menantang di

masa depan dengan kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan

berpolitik yang lebih demokratis. Akan tetapi desa sampai kini, masih belum beranjak dari

profil lama, yakni terbelakang dan miskin. Meskipun banyak pihak mengakui bahwa desa

mempunyai peranan yang besar bagi kota, namun tetap saja desa masih dipandang rendah

dalam hal ekonomi ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila

pembangunan pedesaan harus menjadi prioritas utama dalam segenap rencana strategi dan

kebijakan pembangunan di Indonesia. Jika tidak, maka jurang pemisah antara kota dan desan

akan semakin tinggi terutama dalam hal perekonomian.

Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat di

pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran

pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama,

peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur

pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa;

keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; kelima,

pengembangan sarana dan prasarana pedesaan; dan keenam, pemantapan keterpaduan

pembangunan desa berwawasan lingkungan. Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya

adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka

panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga

masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik

(raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi

pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh

mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Salah satu misi

yang diusung oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan

Pembangunan Nasional adalah membangun harmonisasi antara berbagai kutub perencanaan

yang ada, yaitu perencanaan teknokratis, perencanaan politis, perencanaan partisipatif. Muara

akhir dari upaya tersebut adalah terakomodirnya aspirasi dan kebutuhan berbagai

stakeholders dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan.

1

Page 2: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

Realitas yang ada menunjukkan bahwa kutub perencanaan teknokratis dan perencanaan

politis masih mendominasi alokasi anggaran pembangunan daerah. Sementara di lain pihak,

hasil-hasil perencanaan partisipatif yang merupakan representasi aspirasi masyarakat masih

kurang mendapat tempat dalam pembagian alokasi anggaran pembangunan. Ketimpangan

tersebut tidak hanya memunculkan persoalan manajerial perencanaan saja, tetapi lebih jauh

dari itu, telah muncul anggapan bahwa pengalokasian anggaran pembangunan daerah kurang

mampu mengakomodir kepentingan dan aspirasi masyarakat. Permasalahan yang

mengakibatkan munculnya ketimpangan berbagai kutub perencanaan tersebut adalah

rendahnya mutu proses dan mutu hasil perencanaan partisipatif. Disamping itu, hasil-hasil

perencanaan partisipatif belum mampu dikanalisasi untuk mewarnai hasil perencanaan

teknokratis dan perencanaan politis.

Berangkat dari kenyataan tersebut diatas, maka upaya memperkuat proses perencanaan

partisipatif dipandang sebagai langkah strategis dalam mewujudkan harmonisasi perencanaan

dan penganggaran pembangunan. Perbaikan tersebut meliputi aspek metodologi, kualitas

proses dan dukungan pendampingan yang memadai. Panduan Pelaksanaan Musrenbang Desa

ini diharapkan dapat membantu terwujudnya proses Musrenbang Desa yang lebih berkualitas.

B. Tujuan

Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat di

pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran

pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama,

peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur

pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa;

keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; kelima,

pengembangan sarana dan prasarana pedesaan;

2

Page 3: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam

melaksanakan (memanage) suatu program untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan

adalah semua kegiatan (planning) yang dilakukan sebelum melakukan suatu kegiatan, dari

suatu program proyek, yakni menentukan tujuan objective, tujuan antara, kebijakan, prosedur

dan program.

Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3

sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha untuk

menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang

terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan

hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi

materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya

dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah

pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial.

Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun

non ekonomi.

Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan

dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam

kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang. Rostow

(1971) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak

output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya.

Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyaralat tradisional,

pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi

besar-besaran.

Kunci diantara tahapanini adalah tahap lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih

sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanyabagian ekonomi

yang kurang dinamis.

Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena

pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan

yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah

pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami

perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata

lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit.

3

Page 4: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar

bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa

diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

Berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan. Menurut

Haeruman (1997), ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu:

1.      Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu pada

potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan ini

meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang diharapkan

berlangsung dalam rentang waktu yang panjang.

2.      isi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar

potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat

pemabangunan pedesaan.

3.      Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung didesa yang

mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut peraturan

Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh

pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam

menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan

desa.

Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut:

1.      Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan.

2.      Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan Pembangunan Daerah.

3.      Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan

dan Pengawasan.

4.      Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat

5.      Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif, berkeadilan

dan berkelanjutan.

Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan

ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage)

pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat

sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.

4

Page 5: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya

Sebelum mengetahui kebijakan yang harus dibuat dalam pembangunan sebuah desa maka

harus dikenali terlebih dahulu jenis desanya. Oleh karena itu, akan dipaparkan desa

berdasarkan tahap pembangunannya sebagai berikut:

2.2.1.      Desa Primitif

Belum mengalami sentuhan perubahan kebudayaan (sivilisasi) manusia. Contoh: desa-desa di

Irian Jaya, penduduknya masih menggunakan koteka, desa-desa masyarakat tertinggal di

Riau dan Jambi (Orang Sakai), Desa-desa orang baduy di Jawa Barat dan desa-desa

masyarakat Dayak di Kalimantan dengan cara bertani berpindah-pindah. Ciri-cirinya antara

lain:

         Masyarakat terisoler, belum bersentuhan dengan kehidupan modern atau sangat sedikit

bersentuhan

         Cara bertani sangat primitif, menanam ubi, berburu, bakar hutan, pertanian berpindah-

pindah

         Belum ada yang bersekolah atau baru mulai satu-satu.

         Kebanyakan masih memakai alat-alat primitive buatan tangan

         Keper cayaan umumnya belum agama, tetapi masih berupa aliran kepercayaan

2.2.2.      Desa tradisonal

Beberapa ciri-cirinya;

         Sudah mengalami sentuhan dengan kehidupan modern, tetapi adopsi kebudayaan baru

lambat, umumnya terisolir

         Tingkat kemajuan lambat, masih tahap prakapitalis

         Pertumbuhan produksi hamper nol atau stagnan

         Masih kuat memegang tradisi lamat, adat istiadat, ritual yang berakar dalam

         Kehidupan kelompok cukup kuat; masih ada hubungan patron clien alam kepemimpinan

desaatau pemimpin marga, tokoh adat atau pedagang desa dan tuan tanah desa.

         Sudah ada kepala desa diangkat pemerintah atau dipilih maasyrakat, namun kalu tidak

sesuai pola hubungan patron klien kurang berhasil.

         Pendidikan lemah dan adopsi tegnologi baru dan hubungan dengan dunia luar lemah.

         Sebagian besar desa tradisional masyarakatnya bersifat subsistem atau produksi untuk

pasaar belum berkembang.

         Penggunaan uang masih terbatas. Alat menabung masih fisik, seperti ternak atau emas.

Juga berkeinginan menabung masih rendah.

5

Page 6: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

2.2.3.      Desa Transisonal

Ciri-cirnya adalah:

         Kontak dengan dunia luar sudah cukup besar, seperti ke pasar, ke sekolah bekerja ke

kota/ tempat lain atau melalui perpindahan penduduk, termasuk urbanisasi.

         Banyak mengadopsi tegnologi baru, siap menerima pembaharuan, penyuluhan dan

pendidikan

         Produktivitas kegiatan ekonomi, seperti pertanian, peternakan mengalami peningkatan

         Proses produksi sedang mengalami perubahan cukup berat, melalui adopsi tegnologi

         Komersialisasi sudah cukup tinggi, pasar digunakan untuk menjual hasil dan membeli

input produksi

         Penggunaan tenaga kerja luar dan adanya pasar upah tenaga kerja mulai berkembang

         Tabungan berkembang dan sebagian dalam bentuk ruang

2.2.4.      Desa Maju/Modern

Ciri-cirinya:

         Memanfaatkan tegnlogi baru

         Produksi berorientasi pasar. Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenis komoditi

yang diproduksi selalu disesuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah

untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

         Mulai menerapkan sistem Agribisnis Paradigma Pertanian berubah menjadi Agribisnis

dan Agroindustri dan perdagangan berkembang.

         Masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia melakukan human investment

         Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota. Perbedaannya kegiatan ekonominya

adalah berbasis pedesaan seperti pertanian, industry desa, pertambangan, pariwisata dan

lain-lain.

2.3. Tinjauan Konsep dan Implementasi Proses Perencanaan Pembangunan (P5d)

Konsep dan Proses Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 9 tahun

1982, pelaksanaan pembangunan daerah dilaksanakan melalui suatu proses yang relatif baku

yaitu Proses Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan (P5D). Proses P5D

dimulai dari tingkat bawah (masyarakat) dalam bentuk Musyawarah Pembangunan Desa

(Musbangdes), yang kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Unit Daerah Kerja

Pembangunan (UDKP) di tingkat Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang)

Kabupaten, Rakorbang Propinsi, dan berakhir dengan Rakorbang Nasional.

Mekanisme P5D, secara konsepsual telah mencoba melibatkan masyarakat semaksimal

mungkin, dan mencoba memadukan perencanaan dari masyarakat (Bottom up planing)

6

Page 7: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

dengan perencanaan Dinas/Instansi sektoral (Top down planning).Akan tetapi, dari berbagai

literatur dan hasil penelitian (P3P Unram, 2001; Siregar, 2001, Team Work Lapera, 2001;

Hadi, Hilyana dan Hayati, 2003) diperoleh gambaran bahwa implementasi perencanaan

pembangunan selama ini belum partisipatif seperti konsep dan kebijakan yang dikembangkan

Pemerintah. Perencanaan dari atas lebih mendominasi hasil perencanaan. Hasil penelitian

Hadi, Hilyana dan Hayati (2003) di tiga desa di Pulau Lombok, menemukan bahwa

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musbangdes dan forum-forum perencanaan

pembangunan di tingkat desa, hanya 10 % yang terlibat aktif, 50 % kadang-kadang terlibat,

sedangkan 40 % tidak pernah dilibatkan. Namun dalam pelaksanaan program-program

pembangunan, sebagian besar anggota masyarakat terlibat aktif, baik sebagai pelaksana

maupun penerima manfaat. Sedangkan dalam pengawasan hasil-hasil pembangunan desa,

keterlibatan masyarakat sangat kecil.Kenyataan ini menunjukkan bahwa berbagai keputusan

umumnya sudah diambil dari atas, dan sampai ke masyarakat dalam bentuk sosialisasi yang

tidak bisa ditolak. Masyarakat hanya sekedar objek pembangunan yang harus memenuhi

keinginan Pemerintah, belum menjadi subyek pembangunan, atau masyarakat belum

ditempatkan pada posisi inisiator (sumber bertindak). Mekanisme perencanaan P5D

cenderung menjadi ritual, menjadi semacam rutinitas formal, tidak menyentuh substansi dan

kehilangan makna hakikinya. Pelaksanaan Musbangdes terkesan hanya seremonial, sehingga

masyarakat merasakan kejenuhan mengikuti Musbangdes. Hasil penelitian P3P Unram

(2001) menemukan bahwa usulan masyarakat dalam Musbangdes hanya sebagian kecil yang

terakomodir dalam forum perencanaan supra desa. Keterwakilan masyarakat dalam forum-

forum perencanaan yang ada sangat kurang. Hal ini karena peserta musyawarah dalam forum

perencanaan yang dilaksanakan lebih didasarkan pada keterwakilan yang bersifat formal,

sehingga susunan pesertanya didominasi para birokrat dan unsur lembaga formal.

Dari sisi perencanaan jangka menengah dan jangka panjang, Pemerintah Kabupaten/Kota

telah memiliki berbagai dokumen perencanaan (seperti Program Pembangunan Lima Tahun

Daerah/Propeda, Rencana Strategis/Renstra, dan Rencana Umum Tata Ruang

Wilayah/RUTRW) dan seharusnya menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana

Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada). Akan tetapi dokumen-dokumen perencanaan

tersebut tidak tersosialisasikan,sehingga hal ini mengakibatkan perencanaan dilaksanakan

tanpa perspektif yang jelas. Seringkali terjadi Repetada sebagai pedoman mengenai arah dan

kebijaksanaan penyusunan program dan proyek disusun setelah RAPBD disyahkan sehingga

kehilangan fungsi substansifnya. Sementara itu, menurut Asmara (2001) komitmen dan

orientasi pelanggan (public driven) dalam sistemprogramming sektoral, belum mantap.

7

Page 8: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

Hal ini karena budaya birokrasi berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik seperti

akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan kepentingan publik

belum melembaga dengan baik. Akibatnya jaminan pengakomodasian usulan dari bawah

sangat kurang.

2.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa

Paradigma lama pembangunan perdesaan pada masa sebelum era otonomi adalah bagaimana

melaksanakan program-program pemerintah yang datang dari atas. Program pembangunan

desa lebih banyak dalam bentuk proyek dari atas, dan sangat kurang memperhatikan aspek

keberlanjutan pembangunan desa dan partisipasi masyarakat. Sebagian besar kebijakan

Pemerintah bernuansa “top-down”, dominasi Pemerintah sangat tinggi, akibatnya antara lain

banyak terjadi pembangunan yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, tidak sesuai

dengan potensi dan keunggulan desa, dan tidak banyak mempertimbangkan keunggulan dan

kebutuhan lokal.

Kurang terakomodirnya perencanaan dari bawah dan masih dominannya perencanaan dari

atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah karena kualitas dan hasil perencanaan dari bawah

lemah, yang disebabkan beberapa faktor antara lain:

1.      Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional menangani perencanaan;

2.      Kelemahan identifikasi masalah pembangunan;

3.      Dukungan data dan informasi perencanaan yang lemah;

4.      Kualitas sumberdaya manusia khususnya di desa yang lemah;

5.      Lemahnya dukungan pendampingan dalam kegiatan perencanaan, dan

6.      Lemahnya dukungan pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan khususnya di

tingkat desa dan kecamatan.

2.5. Sasaran Pembangunan Desa

Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang

terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa sasaran yang dapat

dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa adalah sebagai berikut:

a.       Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya

adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang banyak

dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan.

Program-program pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa

adalah:

1.      Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan berupa penyediaan

kredit tanpa bunga.

8

Page 9: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

2.      Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan

dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak

3.      Pengembangan dan pemberdayaan koperasi serta pengusaha mikro kecil dan menengah

melalui pembinaan pengusaha kecil, pengembangan industri kecil dan pembangunan

prasarana dan sarana ekonomi desa.

4.      Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam rangka menunjang

industri kecil perdesaan.

b.      Pengembangan Sumberdaya Manusia yang handal

Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses pembangunan desa.

Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka semakin mendorong kemajuan

suatu desa. Program-program yang dapat dikembangkan diantaranya:

1.      Program pengembangan pendidikan

2.      Program peningkatan pelayanan kesehatan

3.      Pembinaan generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga

4.      Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja.

5.      Pembinaan kehidupan beragama

6.      Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat

c.       Pembangunan Infrastruktur Pedesaan

Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas pembangunan lainnya,

khususnya pengembangan ekonomi kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Program

pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang

mampu memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan

sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan

keterkaitan ekonomi antar wilayah.

Beberapa program yang dapat dikembangkan dalam membangun infrastruktur pedesaan

adalah:

        Membuka isolasi daerah-daerah yang terisolasi dengan pembangunan jalan-jalan

perdesaan.

         Pembangunan prasarana perekonomian dan pertanian

         Pembangunan prasarana pemerintahan desa/kelurahan

2.6. Masalah-masalah Dalam Pembangunan

Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov dan boeke, terutama didasarkan atas sistem sosial

atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi Modern seolah-olah

tidak dapat diterapkan di desa-desa atau masyarakat seperti ini. Tetapi selain masalah yang

berasal dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya banyk masalah lain yang

9

Page 10: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

menyebabkan timbulnya masalah pembangunan desa pada desa-desa tradisional, masalah-

masalah tersebut terutama adalah:

1.    Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin

berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam)

2.     Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan stagnansi

produk juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah kesehatan,

rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa.

3.     Keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat dan tidak

dapat memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar

Masalah-masalah yang terjadi di desa Transisional adalah:

1.  Masalah pertumbuhan penduduk yang cepat (sama dengan desa Tradisional)

2.  Masalah pertanahan timbul, karena hubungan dengan dunia luar

3.  Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa tradisional)

4.  Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya tegnologi spesifik local

5.   Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan prasarana jalan

6.   Masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase

7.    Masalah pemasaran hasil-hasil pertanian

8.   Masalah pengadaan modal untuk pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan

akumulasi modal)

Masalah ini perlu dimengerti keadaannya, baik pada desa tradisional maupun pada desa

transisional agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat dibuat dengan cukup

lebih baik. Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan kewenangannya dibidang

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian serta

kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal karena terdapat berbagai permasalahan,

seperti;

1.   Terlalu cepatnya perubahan berbagai peraturan perundang-undangan sehingga

menimbulkan kebingungan ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang-

undangan yang dibutuhkan kurang lengkap dan memadai;

2.  Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih sering terlambat;

3.   Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa;

4.   Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas dalam menggalang partisipasi

masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun,

memanfaatkan, memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan;

5.   Sangat terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa

6.   Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan dan sumber pendapatan

10

Page 11: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

2.7. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa

Bertolak dari permasalahan diatas, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk

memberdayakan, memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara

lain:

a.       Pemantapan kerangka aturan

b.      Penataan kewenangan dan standar pelayanan minimal Desa;

c.       Pemantapan kelembagaan;

d.      Pemantapan administrasi dan keuangan Desa;

e.       Peningkatan sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa dan

f.       Peningkatan kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa.

Untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana diurai diatas, program prioritas yang akan

dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah meliputi:

a.        Pemantapan kerangka aturan:

Lingkup kegiatannya yaitu; mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan

Daerah, Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan

Desa yang sesuai dengan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi

dan pemberdayaan masyarakat.

b.      Penataan organisasi dan kewenangan:

Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa beserta kewenangan

yang harus dimilikinya;

c.       Pemantapan sumber pendapatan dan kekayaan desa:

Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara

Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan

pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari pemerintah dan pemerintah

provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa serta peningkatan dayaguna

dan hasil guna aset yang dimiliki maupun yang dikelola oleh desa.

d.      Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan desa yang mudah, cepat, dan

murah terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar.

e.       Pemantapan dan pengembangan kapasitas:

Lingkup kegiatannya yaitu; meningkatkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa,

anggota Badan Permusyawaratan Desa agar lebih mampu menyelenggarakan pelayanan

kepada masyarakat secara demokratis, transparan dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai

sosial budaya setempat.

11

Page 12: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

f.       Pengadaan sarana dan prasarana:

Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa yang

memadai dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat

yang terdepan.

Beberapa program-program pembangunan pedesaan yang pernah dilaksanakan, misalnya

program bidang pangan, program Inpres Desa Tertinggal, dan Program Pengembangan

Terpadu Antar Desa ( PPTAD ) merupakan dalah satu upaya pemerintah dalam rangka

mengembangkan pedesaan dalam mengejar ketertinggalannya dari perkotaan. Guna

mendorong peningkatan pangan, program-program pembangunan yang pernah dilaksanakan

adalah KOGM (Komando Gerakan Makmur), Bimas (Bimbingan Massal, Innas (Intensifikasi

Massal), Insus (Intensifikasi Khusus), dan Supra Insus. Selain itu guna menyokong program

pangan, pemerintah menyediakan bantuan Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani dalam

memberikan permodalan dalam pengelolaan lahannya.

Akan tetap program-program tersebut belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani

karena harga beras lokal masih relative lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras impor.

Sedangkan dana penGembalian LUT sampai saat ini banyak yang menunggak karena petani

tidak mampu membayar cicilan tersebut. Adapun program IDT dan PPTAD lebih cenderung

pada pembangunan fisik saja sehingga penekanan terhadap pembangunan masyarakat umum

kurang tersentuh. Padahal berbagai persoalan yang membutuhkan penanganan pembangunan

masyarakat desa sesungguhnya sangat mendesak, seperti ketertinggalaan desa dari kota

hampIr di segala bidang, tidak terakomodasinya keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam

program-program pemerintah, dan kualiatas pendidikan dan kesejahteraan masih rendah.

Berdasarkan pengalaman tersebut sudah seharusnya pendekataan pembangunan pedesaan

mulai diarahkan secara integral dengan mempertimbangkan kekhasan daerah baik dilihat dari

sisi kondisi, potensi dan prospek dari masing-masing daerah.

Namun di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara umum dapat dilihat

dalam tiga kelompok (Haeruman, 1997), yaitu :

a.       Kebijakan secara tidak langsung diarahkan pada pendiptaan kondisi yang menjamin

kelangsungan setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung kegiatan sosial

ekonomi, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendukung (pasar, pendidikan,

kesehatan, jalan, dan lain sebagainya), penguatan kelembagaan, dan perlindungan

terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat melalui undang- undang.

b.       Kebijakan yang langsung diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat

pedesaan.

12

Page 13: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

c.       Kebijakan khusus menjangkau masyarakat melalui upaya khusus, seperti penjaminan

hukum melalui perundang-undangan dan penjaminan terhadap keamanan dan

kenyamanan masyarakat.

Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan harus dilaksanakan melalui pendekatan

sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai dengan

pernyataan yang mengkut sektor apa yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan

pembangunan. Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih menitik

beratkan pada daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan, baru

kemudian sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di masing-masing daerah. Di dalam

kenyataan, pendekatan regional sering diambil tidak dalam kerangka totalitas, melainkan

hanya untuk beberapa daerah tertentu, seperti daerah terbelakang, daerah perbatasan, atau

daerah yang diharapkan mempunyai posisi trategis dalam arti ekonomi-politis.

13

Page 14: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan

ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage)

pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat

sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan Masyarakat Desa

pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan

untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup

warga masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa),

fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan

tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan

oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa.

Pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan

pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-

kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

masyarakatnya.

Pembagian desa menurut tahap pembangunannya terbagi atas:

3.1 saran

makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

14

Page 15: Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Budiman, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Perdesaan dalam Pembangunan Pertanian

Berencana. Orba Shakti. Bandung

Effendi, tadjudin N dan Chris manning. 1991. Rural Development and Non-Farm

Employment in Java. Resource system Institute. East-West Center.

Fu-Chen Lo. 1981. Rural-Urban Relations and Regional Development. The United nations

Centre for Regional Development. Maruzen Asia Pte. Ltd. Singapore

Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan. CIDES. Jakarta

Soekadijo, R., G. 1984. Tendensi dan Tradisi dalam Sosiologi Pembangunan. Penerbit : PT

Gramedia, Jakarta.

Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit : PT Ghalia Indonesia.

15