makalah plb

Upload: noveliaaa

Post on 10-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan RahmatNya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul Fungsi Lingkungan Lahan BasahPada kesempatan ini, penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tak luput dari kesalahan dan kekeliruan, untuk itu sudilah kiranya memberikan saran serta kritik yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna dan berguna bagi semua pihak.Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, penyusun hanyalah manusia biasa yang ingin memberikan yang terbaik untuk perubahan bangsa ini menjadi lebih baik.

Pekanbaru,04 Maret 2014

Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPemanfaatan sumberdaya lahan oleh manusia merupakan suatu kebutuhan yang tak terpisahkan dari kehidupan. Kebutuhan akan lahan berhubungan erat dengan kebutuhan manusia berupa pangan, sandang, dan papan serta energi. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat mengakibatkan tindakan pemanfaatan sumberdaya lahan pun semakit pesat. Permintaan terhadap lahan untuk berbagai bidang kehidupan, salah satunya lahan pertanian menjadi semakin meningkat. Lahan yang dulunya dianggap sebagai lahan marjinal, seperti lahan basah (dalam hal ini rawa dan gambut) menjadi salah satu sasaran perluasan lahan pertanian.

Lahan basah memiliki keunikan tersendiri dan khas dibanding sumberdaya lahan lainnya. Lahan basah pada umumnya merupakan wilayah yang sangat produktif dan mempunyai keanekaragaman yang tinggi, baik keanekaragaman hayati maupun non hayati, sehingga diyakini bahwa lahan basah merupakan salah satu sistem penyangga kehidupan yang sangat potensial. Meskipun lahan basah dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahan lainnya, namun dalam pemanfaatannya manusia seringkali mengedepankan fungsi produksi dibandingkan dengan fungsi lingkungan. Hal ini menjadi penyebab terjadinya kerusakan dan pencemaran serta kehilangan lahan basah sehingga tak dapat menjalankan fungsi lingkungannya.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan lahan basah?2. Bagaimana fungsi dari lingkungan lahan basah?3.Apakah faktor yang menyebabkan rusaknya lahan basah dan bagaiman cara penanggulanganya?C. Tujuan Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai lahan basah dan fungsi lingkungan dari lahan basah serta faktor yang menyebabkana rusaknya dan cara penanggulangannya.

BAB IIPEMBAHASAN1. Definisi Lahan BasahLahan Basah (wetlands) adalah salah satu ekosistem yang paling penting di bumi karena kondisi hidrologi yang unik dan perannya sebagai ecotones (zona peralihan) antara sistem daratan dan perairan (Mitsch dan Gosselink, 1993).

Berdasarkan hasil Konvensi Ramsar 1971, pengertian lahan basah secara internasional adalah:

Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir; tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu surut.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa cakupan lahan basah di wilayah pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, dataran lumpur dan dataran pasir, mangrove, wilayah pasang surut, maupun estuari; sedang di daratan cakupan lahan basah meliputi rawa-rawa baik air tawar maupun gambut, danau, sungai, dan lahan basah buatan seperti kolam, tambak, sawah, embung, dan waduk. Untuk tujuan pengelolaan lahan basah dibawah kerangka kerjasama Internasional, Konvensi Ramsar, mengeluarkan sistem pengelompokan tipe-tipe lahan basah menjadi 3 (tipe) utama yaitu (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004):

1. Lahan basah pesisir dan lautan, terdiri dari 11 tipe antara lain terumbu karang dan estuari.2. Lahan basah daratan, terdiri dari 20 tipe antara lain sungai dan danau.3. Lahan basah buatan, terdiri dari 9 tipe antara lain tambak dan kolam pengolahan limbah.

Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan biologi, seperti tanah, air, spesies tumbuhan dan hewan, serta zat hara. Proses yang terjadi antar-komponen dan di dalam tiap komponen membuat lahan basah dapat mengerjakan fungsi-fungsi tertentu, dapat membangkitkan hasilan, dan dapat memiliki tanda pengenal khas pada skala ekosistem (Notohadiprawiro, T., 1997).

2. Fungsi lingkungan lahan basahSecara garis besar fungsi dan manfaat lahan basah terhadap manusia dan lingkungan adalah sebagai berikut :1. Memenuhi Kebutuhan Dasar ManusiaKebutuhan dasar manusia selalu mengingat seiring dengan meningkatnya kemajuan jaman. Bagi Indonesia, yang dianggap sebagai kebutuhan dasar adalah pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Dari kelima kebutuhan dasar ini, pangan, papan dan kesehatan dapat dipenuhi oleh ekosistem lahan basah secara langsung. Sedangkan kebutuhan sandang dan pendidikan secara tidak langsung dapat dipenuhi dengan memanfaatkan potensi lahan basah melalui peningkatan pendapatan.2. Sumber Pendapatan dan Kesempatan Kerja

Produk hutan dikawasan lahan basah merupakan komoditi yang dapat memberikan penghasilan dan pendapatan negara antara lain melalui industri chip dan kertas. tidak sedikit masyarakat yang telah memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian baik dari kayu, kulit kayu, madu maupun berbagai hasil estuaria yang sangat beranekaragam seperti udang, ikan, kepiting, moluska dan lainnya.

3. Penyangga dan Pendukung sistem kehidupan (life supporting system)Peranan lahan basah juga mencakup sebagai pemenuhan manfaat lingkungan yang berkaitan erat dengan stabilisasi dan kesehatan lingkungan, juga meningkatkan dan memelihara produktifitas perairan estuaria dan kegiatan ekotourism.Lahan basah di Asia terdiri dari bermacam-macam jenis, seperti habitat alami dan buatan (Scott 1989; Watkins & Parish 1999) termasuk: Daerah inter-tidal dan muara, seperti danau, pesisir, batu karang yang berada didaerah terbuka, endapan lumpur dan pasir, danau air asin (di daerah yang bertemperatur rendah) dan hutan bakau (di daerah tropis dan sub-tropis); Sungai dan rawa yang terbentuk dari genangan banjir, anak sungai dan danau; Danau air tawar dan hamparan ilalang baik yang bersifat temporer maupun permanen Hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar, serta Gambut dan lumpur Sedikit sekali jenis lahan basah yang termasuk dalam jenis musiman, seperti danau air asin dan/atau yang mengandung alkalin. Di Asia juga memiliki lahan basah buatan, seperti sawah yang bersifat musiman, ladang garam, kolam aquakultur dan waduk.Dari contoh tersebut di atas, dapat terlihat bahwa betapa sulitnya dalam mendefinisikan lahan basah. Hal ini telah berlangsung sejak lama (Finlayson & Van der Valk 1995), yang sebagian terkait dengan masalah penjelasan habitatnya yang sering kali dianggap sebagai ecotones antara habitat air dan darat. Satu hal yang sangat penting tentang lahan basah, bahwa lahan basah sudah diterima dan mendapat pengakuan dunia berkat Ramsar Convention. Meskipun demikian, ketika ditegaskan oleh Finlayson (1999) saat mengembangkan protokol untuk inventarisasi lahan basah di Australia, definisi tentang lahan basah ini cenderung meluas, seperti lahan basah di pesisir pantai dan laut, mengingat keduanya berada dalam perairan dalam dan terjadi karena adanya penggenangan air secara musiman dan sporadis.Namun pencantuman daerah laut telah menimbulkan banyak perdebatan.Menurut tinjauan pustaka, nilai lahan merupakan gabungan tiga parameter, yaitu fungsi yang dapat dikerjakan, hasilan (product) yang dapat dibangkitkan, dan tanda pengenal (attribute)berharga pada skala ekosistem yang dapat disajikan. Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan biologi, seperti tanah, air, spesies tumbuhan dan hewan, serta zat hara. Proses yang terjadi antarkomponen dan di dalam tiap komponen membuat lahan basah dapat mengerjakan fungsi-fungsi tertentu, dapat membangkitkan hasilan, dan dapat memiliki tanda pengenal khas pada skala ekosistem. Tidak semua ciri (characteristic) ada pada tiap lahan basah. Maka tidak semua lahan basah dapat menjalankan semua fungsi dan tidak semua fungsi dapat dikerjakan sama di tiap lahan hasah (Dugan, 1990).Fungsi khusus terpenting lahan basah mencakup pengimbuhan (recharge) dan pelepasan (discharge) air bumi (ground water), penqendalian banjir, melindungi garis pantai terhadap abrasi laut, penambatan sedimen, toksikan, dan hara, serta pemendaman (sequestering) karbon khususnya di lahan gambut. Hasilan yang dapat dibangkitkan ialah sumberdaya hutan, sumberdaya pertanian, perikanan, dan pasokan air. Tanda pengenal berharga pada skala ekosistem ialah keanekaan hayati, keunikan warisan alami (geologi, tanah, margasatwa, ikan, edafon, vegetasi), dan bahan untuk penelitian ilmiah. Lahan basah, khususnya lahan gambut, merupakan gudang penyimpan informasi, sangat berguna tentang lingkungan purba (paleoenvironment) berkenaan dengan ragam vegetasi, keadaan iklim, lingkungan pengendapan, dan pembentukan gambut sendiri (dimodifikasi dari Dugan,1990; dan Page, 1995). Soal fungsi dan tanda pengenal berharga mensyaratkan konservasi penuh, sedang persyaratan dalam soal hasilan berkisar antara kenservasi penuh dan konversi lengkap. Pasokan air memerlukan konservasi penuh. Pengembangan sumberdaya pertanian menghendaki konversi lengkap. Pengembanqan sumberdaya hutan dan ikan dapat mensyaratkan konversi lengkap, cukup dengan konversi terbatas, atau tidak perlu konversi Pengembangan sumberdaya hutan untuk hasilan alami, seperti bahan tumbuhan obat atau rempah, damar, getah, dan madu, tidak memerlukan konversi. Untuk hasilan kayu dari hutan alam tidak diperlukan konversi, akan tetapi dapat mengakibatkan konversi tanpa diniati karena mengusik ekosistem melampaui batas daya 1entingnya (resilience). Diperlukan konversi lengkap untuk hasilan kayu dan hutan tanaman. Pengusahaan akuakultur tambak mengkonversi lengkap lahan basah mangrove. Pengembangan sumberdaya perikanan di perairan umum tidak memerlukan konversi. Dalam sistem tertentu, antara lain beje masyarakat Dayak Kalimantan Tengah. dipenlukan konversi terbatas dengan menggali handil yang berujung di cekungan berair. Handil digunakan untuk menggiring ikan dari sungai masuk ke dalam cekungan berair dan kolam alami digunakan untuk menjebak dan menangkap ikan. Menurut Dugan (1990), fungsi lahan basah ialah:1. Pengisian kembali air tanah, yang terutama dijalankan oleh dataran banjir, rawa air tanah,danau, lahan gambut dan hutan rawa.2. Pelepasan air tanah3. Penambatan sedimen, bahan beracun dan hara4. Rekreasi dan turisme5. Pengendalian banjir, yang dijalankan oleh semua bentuk lahan basah, kecuali sistem pantai terbuka (Dijalankan Oleh semua bentuk lahan basah).6. Pengukuran garis tepilaut (shoreline) dan pengendalian erosi, yang terutama dijalankan oleh estuari, kewasan mangrove, sistem pantai terbuka, dataran banjir dan rawa air tawar.7. Ekspor biomassa, yang dijalankan oleh semua bentuk lahan basah, kecuali lahan gambut.8. Perlindungan terhadap badai dan pematah angin, yang terutama dijalankan oleh estuari, kawasan mangrove, sistem pantai terbuka dan hutan rawa.9. Pengukuhan iklim mikro, yang terutama dijalankan oleh kawasan mangrove, dataran banjir, rawa air tawar, danau dan hutan rawa.10.Pengangkutan air, yang terutama dijalankan oleh estuari, kawasan mangrove, dataran banjir dan danau. Imbuhan (pengisian kembali) air tanah terjadi pada waktu air bergerak dari lahan basah ke bawah dan masuk ke dalam akuifer. Selama pergerakan ini terjadi pembersihan air. Air dalam akuifer dapat mengalir ke samping dan akhirnya dapat naik ke permukaan lahan basah lain. Jadi, imbuhan air tanah di lahan basah yang satu bergandengan dengan pelepasan air tanah di lahan basah yang lain. Fungsi imbuhan dan pelepasan air tanah antarlahan basah dalam setahun dapat tertukarkan, tergantung pada kenaikan dan penurunan permukaan air tanah setempat yang mengubah arah landaian permukaan air tanah.

3. Kerusakan dan Pencemaran Lahan BasahPada awalnya lahan basah dijauhi karena merupakan sarang nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit malaria. Dengan alasan ini pula merupakan salah satu penyebab terjadinya pembukaan lahan basah untuk memberantas sarang nyamuk dan penyakit yang ditimbulkannya. Sekitar akhir 1800-an lahan basah dianggap sebagai penyebab nyamuk malaria, sehingga kegiatan untuk pengeringan lahan basah menjadi luas. Seiring dengan perkembangan teknologi tahun-tahun berikutnya, kerugian dan kerusakan dari lahan basah semakin terus bertambah karena alasan tersebut, dan sebagai alasan untuk mendapatkan lahan pertanian, membuka pemukiman dan lain-lain, yang tergambar pada kontrol dan eksploitasi alam oleh manusia, meletakkan dasar bagi pemberantasan lahan basah (Caliskan, 2008). Lahan basah telah dikeringkan, berubah menjadi lahan pertanian dan perkembangan komersial dan residensial pada tingkat yang mengkhawatirkan (Mitsch dan Gosselink, 1993).

Konversi lahan basah yang telah berlangsung berabad-abad di berbagai bagian dunia telah merusakkan jutaan hektar lahan basah, terutama di negara-negara industri. Pengembangan pertanian paling banyak menghilangkan lahan basah (Notohadiprawiro, 1996). Sebagai contoh, Sejak kedatangan orang Eropa ke Amerika, setengah dari lahan basah di AS telah hilang (zeesmi, 1997 dalam Caliskan, 2008). Meskipun nilai intrinsiknya besar, lahan basah telah kehilangan sistem tanahnya di bawah penggunaan manusia, sehingga sebagian besar lahan basah di Eropa, dan Mediterania pada khususnya, telah hilang (Hollis, 1995). Di Spanyol, diperkirakan bahwa lebih dari 60% dari lahan basah telah hilang dalam 50 tahun terakhir. Semenanjung Iberia barat tengah 94% dari lahan basah asli menghilang pada periode antara 1896 dan 1996 (Gallego-Fernandez, et al., 1999.

Potensi lahan basah cukup baik untuk usaha pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan. Di Indonesia sejak tahun 70-an pemerintah telah melakukan pengembangan berbagai usaha tersebut di lahan basah di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua melalui kegiatan pengembangan pemukiman, namun sayang, tidak semua wilayah pengembangan berhasil, banyak juga yang tidak berkembang (mal-developed). Ekosistem lahan basah sebelum dibuka memberikan banyak hasil hutan, seperti kayu, rotan, damar, berbagai jenis ikan dan hasil-hasil lainnya. Setelah lahan tersebut dibuka, hasil-hasil tersebut menurun drastis akibat berbagai masalah lingkungan di lahan yang dibuka maupun di lahan lain di sekelilingnya. Berbagai masalah lingkungan tersebut antara lain masalah penurunan permukaan tanah (subsidence), penurunan pH tanah dan badan air oleh karena sulfat masam, banjir, kekeringan, kebakaran hutan gambut, dan sebagainya. Beberapa masalah tersebut merupakan bencana nasional. Akibatnya secara umum daya dukung lahan bagi kehidupan menurun drastis (Poniman, dkk., 2006.

Penyusutan luas kawasan lahan basah di daerah padat penduduk terjadi akibat kebutuhan lahan untuk pemukiman, pertanian, dan industri. Hal tersebut seperti antara lain menyebabkan terjadinya upaya reklamasi dengan menimbun ekosistem pantai dan rawa serta pembelokan, penyempitan, maupun pelebaran sungai untuk pembangunan infrastruktur. Di samping itu penyusutan juga terjadi di kawasan hutan dan kawasan yang dilindungi, hal ini umumnya terjadi akibat bencana alam seperti kebakaran dan juga akibat ketidakjelasan tata batas kawasan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004.

Kerusakan lahan basah juga bisa berupa pencemaran yang kemudian menyebabkan perubahan kesetimbangan ekologis lahan basah, sedimentasi danau dan rawa, masuknya invasive alien spesies, dan pengurasan sumberdaya akibat pemanfaatan berlebih. Kerusakan yang terjadi menyebabkan banyak kawasan lahan basah terutama rawa dan danau mengalami pendangkalan, eutrophikasi, hilangnya spesies asli, dan menurunnya kesejahteraan masyarakat (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004.

Pada daerah tertentu, aktivitas yang dilakukan dalam upaya untuk pengembangan atau kelangsungan hidup dapat menyebabkan pencemaran. Pencemaran lahan basah menimbulkan ancaman serius terhadap struktur dan fungsi ekosistem lahan basah (Mitsch dan Gosselink, 2000; Lamers et al, 2002. Pencemaran pada lahan basah terjadi tiada lain akibat aktivitas manusia (human-induce) yang berada baik di dalam maupun di luar lingkungan lahan basah. Pada umumnya sumber pencemaran berasal dari aktivitas manusia yang menghasilkan limbah buangan (residu) dan polutan yang dibuang sembarangan. Kebanyakan pencemaran terjadi pada badan air sehingga menurunkan kualitas air.

Lahan basah yang telah menjadi korban pencemaran sebagian besar berdekatan dengan daerah berikut (Mkuula, 1993):

Pusat-pusat perkotaan; Pesatnya pembangunan dan peningkatan penduduk merambah sebagian lahan basah sebagai bagian dari perkotaan. Proses urbanisasi yang cepat mempengaruhi pencemaran yang semakin parah akibat pembuangan sampah (limbah padat) dan limbah cair yang berasal dari penduduk, domestik, dan industri.Daerah yang dekat industri berpolusi besar, seperti pengolahan sisal (serat; Industri merupakan sumber utama polusi air, udara dan tanah. Limbah industri dapat mengandung logam berat seperti merkuri, timbal krom, dan kadmium; garam sianida, nitrit dan nitrat, bahan organik, mikro-organisme dan nutrisi, bahan kimia dan beracun seperti pestisida.Daerah di mana pertambangan merupakan sarana utama pendapatan; Sumberdaya yang terkandung di lahan basah sangat potensial untuk dikelola khususnya pertambangan. Tak jarang kita temui lokasi tambang yang berada di sekitar lahan basah. Pencemaran yang timbul dari kegiatan pertambangan sangat memprihatinkan. Dengan munculnya pengeboran gas alam dan mungkin minyak di wilayah pesisir, mungkin ada dampak negatif yang sangat besar pada laut terutama rapuhnya lahan basah, dan pesisir. Pada skala pertambangan besar yang terorganisir, dampak lingkungan relatif mudah untuk dicegah dan dikendalikan. Namun, pertambangan skala kecil tidak terorganisir dan tidak terkendali telah melakukan kerusakan luar biasa untuk lingkungan. Overburden merupakan sampah utama yang dihasilkan oleh industri pertambangan. Fraksi komoditi yang berguna biasanya sangat kecil, dan sisanya adalah batu dan tanah sampah yang dibuang tanpa memperhatikan lingkungan.Daerah di mana aplikasi pestisida sangat luas; Pestisida menimbulkan masalah pencemaran lingkungan ketika dibuang ke lingkungan karena beracun bagi banyak spesies non-target. Beberapa pestisida tetap aktif untuk waktu yang lama atau dapat terurai menjadi senyawa yang lebih beracun. Sumber-sumber pencemaran pestisida berasal dari penyimpanan dan pengelolaan yang tidak. Kurangnya kesadaran akan bahaya terkait dengan penanganan pestisida semakin merumitkan masalah. Air adalah penerima utama polutan pestisida. Sekitar 50% dari pestisida yang disemprotkan ke tanaman jatuh di tanah atau terbawa oleh angin dan memasuki badan air melalui air hujan atau irigasi. Beberapa pestisida akhirnya mencemari air minum.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANSecara sistematis, setelah membedah mengenai Lahan Basah terkait tentang Fungsi lingkungan lahan basah maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut : Lahan basah merupakan lahan yang produktif untuk dikembangkan karena tidak hanya memanfaatkan aspek keberlanjutan kelestarian populasi tanaman melainkan keberlanjutan populasi ekosistem lain dapat dipengaruhi dan dikembangkan antara lain populasi air, hewan, dan keberlanjutan Biodiversitasnya. Secara teknis lahan basah memiliki potensi Biofisik dan potensi Ekonomis yang dapat menambah pengahasilan masyarakat secara umum dan negara secara khusus disebabakan banyaknya keterkaitan ekologis yang terkait di dalamnya. Lahan basah juga disamping sangat potensil untuk dikembangkan di bangsa kita juga perlu diperhatikan konservasinya serta pemanfaatannya secara maksimal dan tidak hanya menitikberatkan pada lahan kering.

Jawaban UTS Dosen PengajarStruktur BetonIr.Enno Yuniarto, MT

JAWABAN UTS STRUKTUR BETON

Disusun oleh:Nama :Novelia Miranda Hilman Nim :1207136346 Kelas : C

Program Studi Teknik Sipil S1Jurusan Teknik SipilUniversitas Riau