proposal plb 240612
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa merupakan sebuah alat bagi individu untuk berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan individu lainnya. Bahasa tidak pernah lepas dengan
sebuah budaya yang berkembang di masyarakatnya. Indonesia merupakan
negara yang memiliki beragam kebudayaan. Ragam kebudayaan ini juga
yang membentuk banyaknya ragam bahasa yang tersebar di seluruh pelosok
wilayah Indonesia. Salah satunya ragam bahasa di Jawa yang memiliki
keunikan tersendiri.
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang sering didengar dan merupakan
bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku bangsa Jawa. Penggunaan
bahasa Jawa sangat memperhatikan tingkatan-tingkatan pengguna bahasa
tersebut. Tingkatan-tingkatan dalam bahasa Jawa salah satunya adalah krama
inggil. Tingkatan ini biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan
seseorang yang lebih muda ke orang yang lebih tua, misalnya dari seorang
anak ke orangtuanya. Krama Inggil digunakan sebagai cara untuk
menghormati orang yang lebih tua.
Di era yang sudah serba modern ini, penggunaan bahasa krama inggil
sendiri sudah mulai dilupakan oleh remaja Jawa saat ini. Alasan mendasar
hilangnya budaya bahasa krama inggil adalah sulitnya mempelajari bahasa ini
1

(Lunturnya Krama Inggil, 2012). Remaja saat ini lebih memilih utnuk
berkomunikasi dengan bahasa ngoko – digunakan untuk sebaya – atau bahasa
Indonesia dibanding dengan mempelajari bahasa Jawa krama inggil yang
merupakan bahasa ibu mereka.
Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwa bahasa Jawa kurang
diajarkan dengan baik di kalangan remaja. Para orangtua lebih memilih
mengajarkan kepada anak-anak mereka bahasa Indonesia dibandingkan
dengan bahasa Jawa dengan alasan lebih mudah dalam mengajarkannya
(Memprihatinkan Nasib Penggunaan Bahasa Jawa, 2009).
Pembelajaran mengenai bahasa Jawa juga sudah dilakukan sejak
rentang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), hal
ini dimaksudkan untuk tetap melestarikan budaya yang ada. Namun,
pembelajaran itu seolah hanya menjadi formalitas belaka. Karena tidak ada
perubahan yang signifikan setelah anak mempelajari bahasa Jawa (Motivasi
Memakai Bahasa Jawa Makin Tiada, 2009). Selain itu, sekolah lebih sering
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar karena akan lebih
mudah dipahami siswa dan merupakan bahasa universal. Pembelajaran bahasa
Jawa yang terlalu monoton juga menjadi faktor remaja menjadi tidak lagi
antusias dalam belajar.
Muslich (2000) pernah melakukan penelitian terkait metode
pembelajaran bahasa Indonesia di kalangan siswa TK. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru
kurang menarik sehingga tidak bisa membangkitkan motivasi anak dalam
2

belajar. Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Muslich (2003) tentang
efektifitas penggunaan media pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa TK
dinilai kurang memperhatikan pemilihan media pembelajaran itu sendiri.
Selain itu juga, migrasi yang terjadi ke kota besar membuat bahasa
Jawa krama inggil semakin ditinggalkan. Karena ketika bahasa Jawakrama
inggil itu masih melekat akan meninggalkan kesan primitif dan udik di
pendengar yang baru mendengarkannya. Seperti yang telah dibahas di atas,
mereka lebih menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing agar
terlihat lebih elite (Jangan Lupakan Bahasa Jawa, 2010).
Dari beberapa fakta tentang penggunaan bahasa Jawa krama inggil di
kalangan remaja Surabaya yang telah diungkapkan di atas. Maka fenomena
ini menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melihat lebih mendalam mengenai
fenomena ini.
1.2. Fokus Penelitian
Berdasar fenomena yang telah dijelasakan di atas mengenai
penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja yang cenderung
mengalami kepunahan, maka fokus penelitian yang akan dilakukan antara
lain:
o Bagaimana gambaran fenomena penggunaan bahasa Jawa krama
inggil di kalangan remaja Surabaya?
o Faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan bahasa Jawa
krama inggil di kalangan remaja Surabaya saat ini?
3

1.3. Signifikansi Penelitian
Penelitian mengenai penggunaan bahasa Jawa krama inggil menjadi
salah satu penelitian yang mulai diminati oleh peneliti. Hal ini terkait karena
masih minimnya penelitian mengenai topik ini. Bahwa topik mengenai
kebahasaan masih minim dibahas. Penelitian mengenai penggunaan bahasa
Jawa ini tentu saja menjadi sesuatu hal baru di tengah isu-isu yang telah
banyak beredar.
Bahwa isu ini semakin istimewa karena hal ini menyangkut
bagaimana sebagai warga negara Indonesia melestarikan kebudayaan yang
sudah ada sebelumnya. Dan penelitian ini juga dapat membantu
mengantisipasi kepunahan suatu budaya yang ada.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi punahnya penggunaan
bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja Surabaya
2. Mendapatkan gambaran secara utuh mengenai penggunaan bahasa Jawa
krama inggil di masyarakat Surabaya
4

1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini akan memiliki manfaat secara teoritis, antara lain:
1. Penelitian ini nantinya dapat dijadikan referensi untuk penelitian
lanjutan mengenai penggunaan bahasa Jawa krama inggil di
kalangan remaja Surabaya
2. Memberikan kontribusi aktif pada perkembangan ilmu Psikologi,
khususnya di bidang Lintas Budaya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Selain manfaat secara teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat
secara praktis, antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai penggunaan bahasa Jawa krama
inggil di kalangan remaja Surabaya saat ini
2. Sebagai bahan evaluasi bagi pembaca tentang penggunaan bahasa
Jawa krama inggil
3. Penelitian ini nantinya secara tidak langsung dapat mngatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya
mengenai penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan
remaja
5

BAB II
PERSPEKTIF TEORITIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Remaja Surabaya
2.1.1.1 Remaja
Masa remaja, sering juga dianggap sebagai masa transisi.
Dimana seorang individu berubah dari anak-anak ke masa dewasa
(Santrock, 2003). Pada masa ini, remaja sering dianggap sebagai
sosok dewasa tanggung. Istilah ini diberikan mengingat mereka
tidak lagi dianggap sebagai anak-anak dan belum pula pantas
dianggap dewasa oleh orang di sekitarnya.
Istilah remaja sendiri memiliki arti yang lebih luas, yang
meliputi kematangan emosional, mental, sosial, dan fisik
(Hurlock, 1997: 206). Di masa ini, remaja juga banyak
mengalami perubahan-perubahan yang melibatkan emosi, minat,
pola, perilaku, hingga sifat remaja yang mulai ambivalen terhadap
suatu perubahan (Hurlock, 1997: 207). Remaja akan lebih
menginginkan kebebasan dan mereka sangat mengatasanamakan
idealisme.
Perkembangan remaja sendiri juga tidak lepas dari
pengaruh lingkungan di sekitarnya. Seperti yang telah dijelaskan
di atas, bahwa seorang remaja bisa dibilang memiliki kepekaan
6

terhadap suatu perubahan. Salah satu faktor yang
melatarbelakangi hal itu adalah peran lingkungan di sekitarnya
seperti keluarga, tetangga, hingga teman sebaya. Pengaruh teman
sebaya biasanya didasari oleh adanya konformiti yang
meliputinya. Hal ini dikarenakan remaja lebih sering
menghabiskan besar waktunya di luar rumah.
Selama berkumpul dengan teman sebayanya tersebut,
banyak hal yang akhirnya mempengaruhi remaja itu sendiri,
seperti sikap, gaya bicara dan bahasa, penampilan, dan
sebagainya. Hingga pada akhirnya remaja merasa jika ia ingin
menjadi salah satu di antara yang lain harus melakukan hal yang
sama dengan sekitarnya (Hurlock, 1997).
2.1.1.2 Remaja Surabaya
Surabaya adalah salah satu kota metropolitan dan menjadi
Ibukota Provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan pusat bisnis,
perdagangan, idustri, dan juga pendidikan di wilayah Indonesia
Timur. Itulah mengapa tidak heran kota metropolitan ini
penduduknya tidak hanya berasal dari suku bangsa Jawa saja.
Banyak suku bangsa lain yang hidup dan tinggal menetap di
Surabaya. Tercatat suku Jawa adalah suku mayoritas di kota ini,
disusul dengan suku Madura, Tionghoa, Batak, Bali, Manado,
Dayak, dan masih banyak lagi (Wikipedia).
7

Di kehidupan remaja Surabaya sendiri, percampuran dan
akulturasi budaya juga banyak ditemukan. Selain karena faktor
banyak suku yang mendiami kawasan Surabaya, juga karena
pergaulan remaja-remaja Surabaya di berbagai komunitas.
Kebutuhan akan informasi baru membuat remaja Surabaya
sering membuat komunitas-komunitas baru, hal ini didasari
karena adanya kecenderungan untuk lebih menonjolkan dirinya di
elompok sosial yang lebih besar (Hurlock, 1997). Komunitas-
komunitas yang dibuat oleh remaja Surabaya ini, anggotanya dari
berbagai suku yang ada di Surabaya.
Remaja Surabaya juga dikenal dengan semangat yang
tinggi dan kekuatan yang dimilikinya. Penilaian ini membuat
anggapan bahwa remaja-remaja di Surabaya memiliki tingkat
adaptasi yang tinggi.
2.1.2. Penggunaan Bahasa Jawa Krama Inggil
2.1.2.1 Bahasa Jawa
Bahasa jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh
penduduk suku bangsa Jawa. Bahasa Jawa sendiri penyebarannya
sudah melintasi Pulau Jawa sendiri. Banyak kawasan yang juga
menggunakan bahasa ini dalam keseharian mereka. Tidak hanya
sekitaran wilayah Indonesia saja namun hingga ke luar negeri.
8

Hal ini dikarenakan adanya migrasi yang dilakukan oleh
masyarakat sejak zaman penjajahan Belanda
Bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat terkenal
keistimewaannya. Di tiap wilayah, bahasa Jawa memiliki dialek
yang berbeda-beda (Bahasa Jawa, 2009). Hal ini lebih
dipengaruhi oleh faktor budaya yang melekat di tiap budaya dan
mendapatkan percampuran budaya. Selain itu, faktor geografis
juga mempengaruhi dialek bahasa Jawa tersebut. Contohnya, saat
ini sering didengar dialek Tegal, Banyumasan, Surabaya, Pantura,
dan lain-lain (Bahasa Jawa, 2009).
Bahasa Jawa sendiri memliki huruf-huruf yang sama
halnya dengan beberapa negara di dunia, seperti Rusia, Yunani
yang memiliki huruf atau aksara sendiri. Cara membaca huruf
Jawa itupun memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan
bahasa-bahasa lain yang ada di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2.1.2.2 Penggunaan Bahasa Jawa Krama Inggil
Bahasa Jawa biasa digunakan masyarakat suku bangsa
Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari berkomunikasi
antar individu, kegiatan berkesenian, pidato yang biasa dilakukan
dalam sebuah pengajian, dan masih banyak lagi. Bahasa Jawa ini
juga digunakan di sekolah-sekolah. Dimana terdapat satu mata
9

pelajaran yang khusus mengajarkan bahasa Jawa. Mata pelajaran
ini diberikan atas dasar untuk melestarikan kebuadayaan Jawa dan
juga untuk memperkenalkan bahasa Jawa kepada generasi
penerus agar tetap mengingat bahasa Ibu mereka (Jangan
Lupakan Bahasa Jawa, 2010).
Dalam bahasa Jawa dikenal undhak-undhuk basa dan
menjadi bagian dalam sebuah tata krama di masyarakat Jawa
sendiri (Bahasa Jawa, 2009). Bahasa ini memiliki struktur dan
tata bahasa yang sangat unik, karena penggunaannya yang
berbeda dilihat dari siapa penggunanya, tergantung dari usia,
status sosial, dan lain-lain. Bahasa Jawa sendiri dari dua macam,
yaitu ngoko dan krama. Bahasa Jawa ngoko adalah tingkatan
bahasa yang biasa digunakan saat berbicara dengan orang sebaya
dan biasa disebut bahasa Jawa kasar.
Bahasa Jawa krama sendiri masih dibagi lagi menjadi dua,
yaitu bahasa Jawa krama andhap dan krama inggil. Krama inggil
adalah tingkat bahasa yang paling tinggi. Jenis ini biasa
digunakan dalam komunikasi antara orang yang lebih muda ke
orang yang lebih tua. Krama inggil berfungsi sebagai bentuk
penghormatan kaum yang lebih muda kepada kaum yang lebih
tua dan menunjukkan sopan santun (Jangan Lupakan Bahasa
Jawa, 2010).
10

Bahasa Jawa krama inggil ini memiliki struktur s yang
lebih kompleks dibandingkan dengan jenis bahasa Jawa yang
lainnya. Struktur kalimatnya juga lebih kompleks. Hal ini terlihat
dari penggunaan kata ganti orang yang sangat berbeda dari yang
lain. Misal, kata ‘aku’ jika menggunakan krama inggil akan
berubah menjadi ‘kula’. Krama inggil ini memiliki eksistensi di
kalangan orang-orang yang sudah lama berada di lingkungan
yang kental penggunaan bahasa Jawanya.
Dari penjelasan yang ada di atas, dapat disimpulkan
bahwa Bahasa Jawa krama inggil, masih kental penggunaannya di
kalangan masyarakat yang sudah sejak lama mengenal bahasa
Jawa dan sudah melekat dalam dirinya. Dan tidak menhiraukan
struktur yang kompleks.
2.2. Perspektif Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan perspektif psikologi lintas
budaya dengan menggunakan pendekatan emic. Pendekatan emic adalah
sebuah pendekatan yang melihat dan mempelajari sebuah perilaku yang
terdapat dalam sebuah sistem, dan ranah yang dikaji hanya satu kebudayaan
saja (Berry, dkk., 2002).
Kajian mengenai bahasa Jawa krama inggil merupakan sebuah kajian
emic yang menggelitik peneliti untuk menelitinya. Peneliti menggabungkan
kajian bahasa Jawa krama inggil dengan penggunaannya dalam kehidupan
11

sehari-hari di kalangan remaja Surabaya. Hal ini dilihat dengan upaya dalam
melestarikan bahasa ibu yang telah terkikis seiring berkembangnya zaman.
12

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif sendiri merupakan penelitian yang berfokus pada proses
pengumpulan data, yang bisa beupa angka, simbol, objek fisik, gambar, dan
lain-lain (Neumann, 2007).
Tipe penelitian yang akan dilakukan ini dilakukan dengan
menggunakan metode Phenomenological Research Design. Metode ini
bertujuan untuk memahami perspektif individu untuk memaknai tiap hal yang
ada di sekitarnya. Untuk membuka makna yang terkandung dalam sebuah
percakapan atau teks (Ritchie dan Lewis, 2003).
3.2. Unit Analisis
Unita analisis dalam penelitian lintas budaya kali ini adalah
penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja Surabaya. Unit
analisis dalam penelitian ini terletak pada bagaimana penggunaan bahasa
Jawa krama inggil di tengah era serba modern di Surabaya dan juga melihat
sejauh mana penggunaannya.
13

3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian kali ini adalah remaja-remaja di
Surabaya yang memahami bahasa Jawa dengan baik. Peneliti memilih subjek
penelitian berdasarkan penelitian yang akan dilakukan dan terkait penelitian
sebelumnya.
Pemilihan remaja Surabaya terkait dengan banyaknya penduduk
Surabaya yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
Sebagian besar penduduk Surabaya yang merupakan suku bangsa Jawa, juga
menjadi salah satu alasan pemilihan subjek penelitian.
Pemahaman akan bahasa Jawa juga menjadi alasan pemilihan subjek
penelitian ini. Karena ini untuk menghindari salah persepsi dari remaja yang
tidak memahami betul mengenai bahasa Jawa, seperti jenis-jenis, tinkatan,
dan lain sebagainya.
3.4. Teknik Penggalian Data
Peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara sebagai
metode penggalian data. Berikut ini merupakan pedoman wawancara yang
akan digunakan dalam proses penelitian:
TAHAPAN PEMBUKAAN/RAPPORT
Pada tahap ini interviewer memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan
singkat.
IR: “Selamat pagi/siang/sore/malam, perkenalkan nama Saya Kusdinar
Wulandini. Di sini saya akan ngajukan beberapa pertanyaan terkait
14

dengan penggunaan bahasa Jawa krama inggil di kalangan remaja
Surabaya.”
Selain itu, interviewer juga menanyakan identitas dari subjek, yaitu: nama,
usia, pekerjaan, alamat.
TAHAPAN WORKING
Pada tahapan ini, interviewer mulai memberikan pertanyaan terkait dengan
penggunaan bahasa Jawa kram inggil di kalangan remaja Surabaya.
1. Latar belakang keluarga
subjek
1) Bisa Anda ceritakan latar belakang
keluarga Anda?
2) Bagaimana komunikasi Anda
dengan orangtua?
2. Pemahaman bahasa Jawa 1) Sebagai seseorang yang berasal dari
suku bangsa Jawa, apakah orangtua
Anda mengajarkan bahasa Jawa
tersebut?
2) Apakah Anda memahami bahasa itu
sendiri?
3) Sejauh mana pemahaman Anda
tentang bahasa Jawa?
3. Penggunaan bahasa Jawa
krama inggil dalam kehidupan
sehari-hari
1) Apakah Anda sering menggunakan
bahasa Jawa dalam komunikasi
sehari-hari?
2) Seringkah Anda menggunakan
15

krama inggil ketika berbicara
dengan orang yang lebih tua?
4. Harapan subjek 1) Apa harapan Anda terkait dengan
penggunaan bahasa Jawa krama
inggil yang sudah mulai
ditinggalkan?
TAHAPAN TERMINASI
Pada tahapan terminasi ini, interviewer mengucapkan terima kasih dan juga
meminta maaf jika ada kesalahan. Selain itu, interviewer juga memohon
kesediaan waktu subjek jika di suatu hari interviewer membutuhkan
lkelengkapan data lebih lanjut.
IR: “terima kasih kepada Saudara atas waktu yang telah diberikan.
Kurang lebihnya Saya memohon maaf jika ada kesalahan. Saya juga
meminta kesediaan Saudara jika nantinya Saya menghubungi Anda
kembali untuk melengkapi kekurangan data.”
IR: “ selamat pagi/siang/sore/malam.”
Selain itu, kelengkapan data juga akan ditunjang dari catatan-catatan
yang ada di lapangan. Seperti hasil observasi, deskripsi hal penting yang
ditemukan oleh peneliti. Seperti melihat kemungkinan adanya komunikasi
subjek dengan pihak lain, atau data dari pihak-pihak yang berhubungan
dengan subjek sendiri, seperti orangtua dan teman.
16

3.5. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data
Teknik pendorganisasian dan analisis data yang dilakukan oleh
peneliti menggunakan analisis tematik. Dimana analisis ini diawali dengan
membuat verbatim dari hasil wawancara. Yang kemudian transkrip
wawancara tadi dikoding. Koding adalah pengorganisasian data yang di dapat
ke indikator-indikator yang telah dibuat oleh peneliti.
17

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R. (2010, Juni). Jangan Lupakan Bahasa Jawa. Kompasiana [on-line].
Diakses pada tanggal 24 Juni 2012 dari
http://m.kompasiana.com/post/bahasa/2010/06/20/jangan-lupakan-bahasa-
jawa/.
Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., & Dasen, P.R. (2002). Cross-Cultural
Psychology Research and Applications. New York: Cambridge University
Press.
Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Muslich, M., & Suyono. (2009). Pengembangan media pembelajaran kosakata
berbasis audio-visual untuk peningkatan kompetensi berbahasa Indonesia
anak usia dini. Jurnal Penelitian Pendidikan, 19, 1.
Neuman, W.L. (2007). Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative
Approaches Second Edition. Boston: Pearson Education, Inc.
Ritchie, J., & Lewis, J. (2003). Qualitative Research Practice: A Guide for Social
Science Students and Researchers. London: SAGE Publications Ltd.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Syifa, M. (2012, Februari). Lunturnya Krama Inggil. Kompasiana [on-line].
Diakses pada tanggal 24 Juni 2012 dari
http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2012/02/06/lunturnya-krama-inggil/.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/kota_Surabaya/ [on-line] diakses pada tanggal 25
Juni 2012.
18

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa/ [on-line] diakses pada tanggal 25 juni
2012.
Motivasi Memakai Bahasa Jawa Makin Tiada (2009, 2 April). Kompas [on-line]
diakses pada tanggal 25 Juni 2012 dari
http://regional.kompas.com/read/2009/01/31/04550670/Bahasa.Jawa.Mulai.
Ditinggalkan/.
Memperihatinkan, Nasib Penggunaan Bahasa Jawa (2009, 17 Mei). Kompas [on-
line] diakses pada tanggal 25 Juni 2012 dari
http://regional.kompas.com/read/2009/05/17/06032772/Memprihatinkan..N
asib.Penggunaan.Bahasa.Jawa/.
19